Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi di Kabupaten Pringsewu

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS LABOUR ABSORPTION IN INDUSTRIAL CONVECTION IN PRINGSEWU REGENCY

In an effort to cultivate the small and medium enterprises as well as to cope with unemployment, there are issues that need to be solved, one of which is on the demand for labour. This study aims to determine the effect of variable wages, the price of the main material, the price of output and the value of the investment on employment. In this study using multiple linear regression analysis to calculate and analyze how much influence the average wage of workers, the average price of the main material, the averages price of output, and the value of the investment on employment in the industry of the District Pringsewu convection. Estimates obtained from the calculation results that these variables jointly affect the demand for labor by 68.98% and the remaining 31.02% is influenced by other variables outside of research. From the results of the study also obtained the result that the negative wage effect but not significant, the main material prices and a significant negative effect, output prices influential positive and significant. The value of investments and a significant positive effect on employment in the industry convection.

Keywords: Industrial convection, average wages, the average price of the main raw material, the average price of the output, the value of the investment.


(2)

ABSTRAK

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi di Kabupaten Pringsewu

Oleh

Diah Asri Lestari

Dalam usaha menumbuh kembangkan usaha kecil dan menengah serta untuk mengatasi pengangguran, terdapat persoalan-persoalan yang perlu dipecahkan, salah satunya yaitu tentang permintaan akan tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variable upah, harga bahan baku utama, harga output dan nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menghitung dan menganalisa seberapa besar pengaruh rata-rata upah pekerja, rata-rata harga bahan baku utama, rata-rata harga output, dan nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. Dari hasil perhitungan estimasi diperoleh hasil bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja sebesar 68,98% dan sisanya sebesar 31,02% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Dari hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa upah berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan, harga bahan baku utama berpengaruh negatif dan signifikan, harga output berpengarug positif dan signifikan. Nilai investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi.

Kata kunci : Industri konveksi, Rata-rata upah pekerja, rata-rata harga bahan baku utama, rata-rata harga output, nilai investasi.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukoharjo II pada tanggal 25 Agustus 1992, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara buah hati pasangan Bapak Sujito dan Ibu Setyaningsih, S.Pd.

Penulis memulai pendidikan formal di SDN 2 Sukoharjo II Kecamatan

Sukoharjo pada tahun 1998 dan dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Sukoharjo diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Purwosari,


(8)

MOTO

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

(QS: Az-Zumar:10)

“Mengakui kekurangan diri adalah tangga buat mencapai cita-cita, berusaha terus mengisi kekurangan adalah keberanian luar biasa”

(Prof. Dr. Hamka)

“Jika kita melakukan semua hal yang bisa kita lakukan,kita akan membuat diri kita luar biasa.”


(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillaahirabbil’alamiin.

Untuk Bapak dan Ibu, terima kasih atas doa dan dukungan yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini.

Kakak-Kakak dan adikku yang luar biasa, Mb Lia, Mb Dessy dan Dek Dina terima kasih atas doa dan dukunganya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan, juga doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi Di Kabupaten Pringsewu” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan;

3. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P., selaku Pembimbing Skripsi dan

Pembimbing Akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.


(11)

6. Bapak dan Ibu yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat dan motivasi, berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Bapak dan Ibu.

7. Kakak – kakak dan adikku tercinta Eka Marliana,Amd.F, Dessy Pranila Ratnasari,Amd., Dina Agil Pangestuti, serta ponakanku tersayang Adiva Khoirunisa dan Zafira Azdkia Shaliha Terima kasih telah memberikan dukungan dan motivasinya selama ini.

8. Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama. Fischa Annisa,Enni Sumarni,Erika Marsela S.,Eindah Murniarti,Devi Meilina Ulfa (Paul). Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan kelak akan berbuah manis.

10. Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2010. Monik,

Desta,Santi,Wuri,Dina,Dani Chandra,Beni,Army,Ardan,Agus,Febri,Tetik, Ajeng,Darus, Tifa, Eci, Echy, Dania, Mustika, Mami, Renny,Devi Septi, Sonia, Hana, Desi,Yuli,Dicky,Mami,Mustika dan yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Terima kasih untuk kepeduliannya selama ini. Semoga kedepannya kita akan selalu sukses aamiin.

11. Teman-teman kosan, Tumi,Alvi,Eni,Ela,Desi,Anel dan sahabatku

D’muvvint,Eka erawati dan sahabat penaku Sugeng Yuliono, terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang kalian berikan.


(12)

12. Pakde Heriyanto, Ibu Mardiana,Ibu Yati, dan Mas Dwi terima kasih telah membantu proses kelancaran skripsi ini.

13. Keluarga besar KKN Mb Sade,Arista,Anin,Chei,Cio,Anggi,Pandu,Edo terima kasih atas semangat yang kalian berikan.

14. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. ... i

DAFTAR GAMBAR ... .. ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... .. ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Kerangka Pemikiran ... 7

F. Hipotesis ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomii ... 12

B. Masalah-masalah dalam Pembangunan Ekonomi ... 13

C. Pengertian Pengangguran ... 14

1. Jenis-jenis Pengangguran ... 14

2. Pengangguran dan Setengah Penganggur ... 14

D. Tenaga Kerja ... 15

E. Peran Sektor Industri dalam Penyerapan Tenaga Kerja ... 16

F. Pengertian Permintaan Tenaga Kerja... 17

G. Permintaan Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi ... 20

H. Teori Dualitas ... 22

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja ... 25


(14)

J. Tinjauan Pustaka ... 26

III METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian ... 31

B. Jenis dan Sumber Data ... 32

B. Metode Pengumpulan Data ... 32

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Metode Analisis Data ... 34

1. Model Regresi ... 34

2. Uji Asumsi Klasik ... 35

2.1. Uji Normalitas ... 36

2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 37

2.3. Uji Autokolerasi ... 37

2.4. Uji Multikoleniaritas ... 38

3. Uji Hipotesis ... 39

3.1. Uji t-statistik ... 39

3.2. Uji F-statistik ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

4.1 Hasil estimasi ... 42

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 44

4.3 Uji Hipotesis ... 47

B. Pembahasan ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(15)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tahun 2009-2011 ... 2

2. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Kecil Menengah Kabupaten Pringsewu Tahun 2009-2012 ... 3

3. Hasil Estimasi Regresi ... 42

4. Hasil Uji Multikolinieritas ... 45

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

6. Hasil Uji Autokolerasi ... 47

7. Hasil Uji F ... 48

8. Hasil Uji Regresi Secara Parsial ... 49


(16)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Pemikiran ... 10 2. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 21 3. Fungsi Produksi ... 22


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengangguran merupakan suatu fenomena yang terjadi di semua negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus membengkak. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran di Indonesia pada umumnya di bawah 5% dan pada tahun 1997 sebesar 4,68%. Tingkat pengangguran 4,68% masih merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju, tingkat penganggurannya biasanya berkisar antara 2-3%, hal ini disebut tingkat pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tidak mungkin dihilangkan. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 2-3% itu berarti perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Pengangguran yang tinggi merupakan masalah ekonomi dan sosial, orang-orang yang menganggur suatu saat bisa kehilangan kepercayaan dirinya sehingga dapat menimbulkan tindakan kriminal, perselisihan dengan masyarakat dan sebagainya. Pengangguran meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (BPS, 2010).


(18)

2 Tabel 1. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT), Tahun 2009-2011.

No Kabupaten/ Kota

Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011 Pengan gguran (orang) TPT (%) Pengan gguran (orang) TPT (%) Pengan gguran (orang) TPT (%) 1 Lampung

Barat

16.496 7,18 14.035 5,41 7.511 3,66 2 Tanggamus 20.248 4,82 13.358 4,76 13.131 5,02 3 Lampung

Selatan

33.495 7,39 25.239 5,46 25.801 5,91 4 Lampung

Timur

25.440 5,37 21.277 4,28 19.838 4,21 5 Lampung

Tengah

23.393 4,10 16.578 2,56 27.580 4,75 6 Lampung

Utara

27.620 10,61 26.551 8,90 18.049 6,46 7 Way Kanan 8.837 5,07 8.273 3,98 7.396 3,77 8 Tulang

Bawang

17.144 4,61 9.241 4,46 9.853 5,15 9 Pesawaran 14.229 7,48 11.462 5,90 8.155 4,22 10 Pringsewu - - 8.501 4,79 10.932 6,19

11 Mesuji - - 1.128 1,17 3.465 3,79

12 Tulang Bawang Barat

- - 5.378 4,10 4.296 3,53

13 Kota Bandar Lampung

46.107 10,97 50.727 11,92 47.825 11,42 14 Kota Metro 6.971 11,05 8.871 12,46 9.933 13,84 Prov. Lampung 239.980 6,62 220.619 5,57 213.765 5,78 Sumber : DJPK.Kemenkeu, Provinsi Lampung, 2012.

Berdasarkan tabel di atas bahwa tingkat pengangguran di Provinsi Lampung secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan 2011. Pada tahun 2011 jumlah pengangguran di Provinsi Lampung mencapai 213.765 orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,78%. Kota Bandar Lampung merupakan daerah dengan jumlah

pengangguran tertinggi yaitu sebesar 47.825 orang dan jumlah pengangguran terendah terdapat di Kabupaten Mesuji yaitu sebesar 3.465 orang. Sedangkan


(19)

3 di Kabupaten Pringsewu jumlah pengangguran dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan dari 8.501 orang menjadi 10.932 orang dan tingkat pengangguran terbukanya dari 4,79 % menjadi 6,19%. Karena terjadi kepadatan penduduk yang jumlah penduduknya terus

mengalami peningkatan hingga menjadi 384.252 jiwa pada tahun 2011 atau tumbuh sebesar 1,89%. Dengan demikian Pringsewu merupakan daerah yang perlu pengembangan terhadap unit usaha agar tingkat pengangguran dapat ditekan.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peranan yang sangat penting karena kelompok usaha tersebut paling banyak menyerap tenaga kerja dan pembentukan pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) paling besar dibandingkan usaha besar di negara-negara berkembang.

Tabel.2 Perkembangan jumlah unit usaha mikro, tenaga kerja, dan nilai produksi industri kecil menengah kabupaten pringsewu tahun 2009-2012.

Tahun Unit Usaha (unit)

Tenaga kerja (orang)

Nilai Produksi (Ribu Rp)

2009 1.387 1.879 107.843.142

2010 1.752 2.076 114.376.650

2011 2.165 2.609 113.184.628

2012 2.461 2.848 101.168.613

Sumber : Kabupaten Pringsewu Dalam Angka, 2013

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari tahun 2009 jumlah unit usaha industri kecil dan menengah di Kabupaten Pringsewu sebanyak 1.387 unit, dengan tenaga kerja sebanyak 1.879 orang dan mencapai nilai produksi sebesar Rp 107.843.142, di tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak 1.752 unit usaha kecil dan menengah, dengan tenga kerja 2.076 dan nilai produksi


(20)

4 sebesar Rp 114.376.650, selanjutnya di tahun 2011 juga mengalami

peningkatan menjadi 2.165 unit usaha, dengan tenga kerja sebanyak 2.609. namun nilai produksi mengalami penurunan Rp113.184.628, kemudian di tahun 2012 pun mengalami peningkatan menjadi 2.461 unit usaha, dengan tenaga kerja sebanyak 2.848 dan unit produksi pun kembali menurun sebesar Rp 101.168.613. Dalam memutuskan berapa banyak pekerja yang perlu direkrut,perusahaan harus mengetahui bagaimana jumlah pekerja mempengaruhi output yang mereka produksi. Berdasarkan tabel di atas, jumlah tenaga kerja meningkat namun nilai produksi mengalami penurunan karena ketika jumlah pekerja meningkat,produk marjinal tenaga kerjanya justru berkurang. Dengan demikian suatu perusahaan yang kompetitif yang memaksimalkan laba akan merekrut tenaga kerja sampai pada suatu tittik di mana nilai produk maksimal tenaga kerja sama dengan upah.

Peningkatan pembangunan ekonomi di sektor industri merupakan salah satu usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi. Dengan adanya pembangunan industri maka dapat meningkatkan pendapatan nasional, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk. Industri di pedesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan keluarga dan juga sebagai penunjang kegiatan yang merupakan mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat pedesaan. Karena peran industri pedesaan yang demikian, maka pengembangan industri pedesaan mempunyai arti penting dalam usaha mengurangi tingkat

kemiskinan di pedesaan dan pengangguran atau dengan kata lain diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pedesaan.


(21)

5 Penelitian ini mengambil objek penelitian pada industri kecil yang ada di Kabupaten Pringsewu, yaitu industri konveksi. Alasan pemilihan objek penelitian ini adalah karena produk yang dihasilkan oleh industri konveksi ini yaitu pakaian merupakan kebutuhan dasar manusia yang pangsa pasarnya selalu ada dan juga cukup banyak menyerap tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan di semua bidang sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan

lapangan kerja yang tersedia. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab lapangan kerja dan angkatan kerja, salah satunya adalah pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Persoalan penciptaan kesempatan kerja yang semakin bertambah berat bila di lihat dari sisi kualitas kesempatan kerja itu sendiri. Tingginya pasokan tenaga kerja dan lambatnya penyerapan tenaga kerja merupakan masalah besar yang dihadapi hampir di semua perekonomian di negara sedang berkembang. Sebenarnya dengan adanya industri yang berkembang maka kesempatan kerja akan terbuka namun pada waktu yang sama teknologi yang hemat tenaga kerja mulai ditemukan sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Di sisi lain, jatuhnya sebagian usaha-usaha besar dan menengah


(22)

6 serta adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kerja menjadi momentum bagi perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor usaha kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan perlu untuk dikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. Dengan bertitik tolak pada latar belakang di atas maka peneliti akan meneliti tentang: Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Konveksi di Kabupaten Pringsewu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu?

2. Bagaimana pengaruh harga bahan baku utama terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu? 3. Bagaimana pengaruh harga output terhadap penyerapan tenaga kerja

pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu?

4. Bagaimana pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu?

5. Bagaimana tingkat upah,harga bahan baku utama, harga output,dan nilai investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu?


(23)

7

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

2. Untuk mengetahui pengaruh harga bahan baku utama terhadap

penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. 3. Untuk mengetahui pengaruh harga output terhadap penyerapan tenaga

kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

4. Untuk mengetahui pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

5. Untuk mengetahui tingkat upah,harga bahan baku utama ,harga output dan nilai investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. D. Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan, informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan ketenagakerjaan di Kabupaten Pringsewu.

2. Sebagai bahan referensi bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai obyek ini.


(24)

8 3. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait yang diharapkan dapat

bermanfaat dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan di Provinsi Lampung.

4. Sebagai tambahan pengetahuan dan menambah perbendaharaan perpustakaan universitas.

E. Kerangka Pemikiran

Tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi yaitu masalah kemiskinan, masalah

pemerataan pendapatan, serta masalah pengangguran dan keterbatasan kesempatan kerja. Dari sisi ekonomi pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersedian lapangan kerja yang relatif terbatas,tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga

menimbulkan berbagai masalah dibidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus membengkak. Pengangguran yang tinggi termasuk ke dalam masalah ekonomi dan sosial, sehingga orang-orang yang menganggur suatu


(25)

9 saat bisa kehilangan kepercayaan dirinya yang dapat menimbulkan tindakan kriminal, perselisihan dengan masyarakat dan sebagainya. Persoalan

penciptaan kesempatan kerja akan semakin bertambah berat bila dilihat dari sisi kualitas kesempatan kerja itu sendiri. Tingginya pasokan tenaga kerja dan lambatnya penyerapan tenaga kerja merupakan masalah besar yang dihadapi. Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi Provinsi Lampung yaitu

meningkatnya jumlah penduduk yang secara langsung dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja, sementara pertumbuhan jumlah kesempatan kerja yang ada tidak sebanding dengan peningkatan jumlah angkatan kerja itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan tingkat pengangguran semakin

meningkat. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan yaitu dengan meningkatkan lapangan kerja atau sektor usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan maka akan semakin banyak output yang diproduksi dengan mempertahankan faktor produksi lain jumlahnya tetap. Salah satu sektor usaha yang mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak yaitu sektor industri.

Pembangunan sektor industri secara nyata mampu menjadi penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat menjadi

penyedia lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.

Sektor industri kecil dan menengah yang berada Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Elastitas permintaan akan tenaga kerja merupakan


(26)

10 persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan dengan perubahan satu persen pada tingkat upah. Bila tingkat upah naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan akan menurun, sebaliknya apabila tingkat upah menurun maka jumlah orang yang dipekerjakan akan meningkat. Semakin besar elastisitas permintaan terhadap barang hasil produksi maka semakin besar elastisitas permintaan akan tenaga kerja. Tingkat upah, harga bahan baku utama, harga output dan nilai investasi secara langsung akan membawa dampak pada penyerapan tenaga kerja. Faktor inilah yang akan diteliti untuk mengetahui perkembangan penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. Adapun pemikiran penelitian disajikan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

1. Diduga tingkat upah mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

Tingkat Upah

Harga Bahan Baku Utama Harga Output

Nilai Investasi


(27)

11 2. Diduga nilai investasi mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan

tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

3. Diduga harga bahan baku utama mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. 4. Diduga harga output mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan

tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

5. Diduga tingkat upah,harga bahan baku utama, harga output dan nilai investasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gamabaran yang menyeluruh dan memudahkan pemahaman skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :

I. Pendahuluan : Merupakan bab yang berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis serta sistematika penulisan.

II. Tinjauan Pustaka : Merupakan bab yang berisi teori yang berkaitan dengan penelitian-penelitian sebelumnya

III. Metode Penelitian : Merupakan bab yang berisi penjelasan secara rinci mengenai semua unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data serta batasan variabel.


(28)

12 IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan :Merupakan bab yang berisi analisis

dan pembahasan hasil penelitian berupa penyerapan tenga kerja pada Industri Kain Perca di Kecamatan Banyumas dan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

V. Penutup : Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan, keterbatasan penelitian dan saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(29)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum tujuan bangsa diantaranya yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, menjaga kestabilan harga, mengatasi masalah pengangguran,menjaga keseimbangan neraca pembayaran, dan pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah merupaan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,2002:108).

Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenernya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningatkan kesejahteraan rakyak dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu.. Menurut Arsyad (LincolinArsyad,1997:68) pembangunan industri


(30)

14

merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya mencapai fisik saja. Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidang-bidang lainnya selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan, oleh karena itu jumlah penduduk di dalam suatu negara adalah unsur utama dalam pembangunan. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh pekerjaan. Kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Karena penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja makan akan terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalau penduduk itu dapat memperoleh pekerjaan maka hal ini akan dapat meningkatkan

kesejahteraan bangsanya (Irawan dan Suparmoko,2002:25). B. Masalah-Masalah dalam Pembangunan Ekonomi

Masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi dari masalah sosial dan ekonomi. Masalah yang dihadapi antara lain kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan.

Pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor ekonomi yaitu faktor ekonomi (Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Pembentukan modal dan teknologi) dan faktor non ekonomi


(31)

15

(politik,sosial,budaya dan kebiasaan). Pada prinsipnya masalah

pembangunan yang dihadapi negara yang sedang berkembang terletak pada hasil pembangunan di masa lampau (Suryana, 2006).

C. Pengertian Pengangguran

Dari sisi ekonomi pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap tenaga kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersedian lapangan kerja yang relatif terbatas tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

1. Jenis-jenis pengangguran

(Payaman Simanjuntak,2001:14) Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: a. Penganguran Friksional

Adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada.

b. Pengangguran Struktural

Adalah pengangguran yang terjadi karena terjadi perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian.

c. Pengangguran Musiman


(32)

16

2. Penganggur dan Setengah Penganggur

(Payaman Simanjuntak,2001:15) Pendekatan penggunaan tenaga kerja dibedakan dalam tiga golongan yaitu:

a. Menganggur

Yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja (open unemployed) dan berusaha mencari pekerjaan.

b. Setengah menganggur (under employed)

Yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja ( under-utilized) dilihat dari segi jam kerja, produktifitas kerja dan pendapatan.

c. Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan.

Setengah penganggur (underemployed person) dapat digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktifitas kerja dan pendapatan dalam dua kelompok yaitu:

a. Setengah penganggur kentara (visible underemployed) Yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu. b. Setengah penganggur tidak kentara (invisible underemployed)

Yaitu mereka yang produkstfitas kerja dan pendapatannya rendah.


(33)

17

D. Tenaga Kerja

Undang-Undang No 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam undang-undang No 13 tahun 2003 telah melengkapi pengertian tenaga kerja dalam undang-undang No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan yang memberikan yang pengertian bahwayang tidak bekerja ataupun tidak mencari pekerjaan, mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa. Atau dengan kata lain yang bukan angkatan kerja adalah orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan.

(Mulyadi, 2003 dalam kutipan Amin Budiawan ,2013) ada beberapa pengertian terkait dengan ketenagakerjaan antara lain:

a. Tenaga kerja

Adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-65 tahun) atau jumlah seluruh penduduk suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.


(34)

18

b. Angkatan kerja

Adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif yaitu barang dan jasa.

c. Tingkat partisipasi angkatan kerja

Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagai presentase penduduk dalam kelompok umum tersebut.

E. Peran Sektor Industri dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Pengembangan industri secara umum merupakan sesuatu yang penting dalam pembangunan, dan pentingnya industri kecil merupakan bagian dari keseluruhan industri nasional yang telah dirasakan tidak hanya sebagai pemerataan pembangunan akan tetapi juga sebagai sesuatu yang telah mendapatkan tempat yang kokoh dalam struktur ekonomi, hal ini disebabkan karena:

1. Industri kecil banyak menyerap tenaga kerja

2. Industri kecil ikut menyelaraskan peredaran perekonomian negara dan mampu hidup berdampingan dengan perusahaan besar.

3. Industri kecil dapat memegang peranan penting dan menopang usaha besar

4. Industri kecil dapat menyediakan bahan mentah, bahan pembantu dan sebagainya.


(35)

19

5. Industri kecil dapat berfungsi sebagai ujung tombak bagi usaha besar dengan menyalurkan dan menjual hasil usaha besar dengan

menyalurkan dan menjual hasil usaha besar kepada konsumen akhir. F. Pengertian Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada pembeli tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang itu untuk membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen atau masyarakat. Dengan kata lain pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan

masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand yaitu meningkatnya permintaan tehadap barang dana jasa akan menimbulkan tambahan terhadap tenaga kerja. Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari upah yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Maka pengertian tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh

perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan faktor-fakor lain yang mempengaruhi permintaan hasil. (Sonny Sumarsono,2003).


(36)

20

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perushaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik maka akan terjadi hal-hal sebagi berikut:

a. Naiknya tingkat upah akan menaikan biaya produksi perushaan, selanjutnya juga akan meningkatnya harga per unit yang diproduksi. Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang yaitu dengan mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli sama sekali. Akibatnya banyak hasil produksi yang tidak terjual dan terpaksa produsen mengurangi jumlah

produksinya. Turunnya target produksi akan mengakibatkan

berkurangnya tengan kerja yang dibutuhkan karena turunnya pengaruh skala produksi yang disebut dengan efek skala produksi atau scale efect product.

b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tetap), maka pengusha akan lebih suka dengan menggunakan teknologi padat modal melalui proses produksinya dna menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan barang modalasperti mesin dan lain-lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut efek subtitusi atau subtitution efect. Baik efek skala atau efek subtitusi akan menghasilkan suatu bentuk kurva permintaan tenga kerja yag mempunyai slope negatif.


(37)

21

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja :

a. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan akan hasil produksi dari perushaan meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Keadaan ini mengakibatkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke kanan.

b. Apabila harga barang-barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan ini produsen cenderung akan meningkatkan produksi barangnya karena permintaan bertambah besar. Di samping itu permintaan tenaga kerja akan bertambah besar karena peningkatan kegiatan produksi. Keadaan ini akan mengakibatkan bergesernya kurva permintaan tenaga kerja ke arah kanan karena pengaruh skala efek atau subtitusi efek. Efek selanjutnya akan terjadi apabila harga barang-barang modal turun adalah efek subtitusi. Keadaan ini dapat tejadi karena produsen cenderung untuk menambah jumlah barang-barang modal (mesin) sehingga terjadi kapital intensif dalam proses produksi. Jadi secara relatif penggunaan tenaga kerja berkurang. Hal ini akan mengakibatkan kurva permintaan akan bergesre ke kiri. Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi maka hal itu dilakukan bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang


(38)

faktor-22

faktor produksi karena harapan akan hasilnya, misalnya permintaan pengusaha akan tenaga kerja (Winardi, 1995).

Gambar 2. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Sumber : (Afrida BR, 2003:206)

Baik efek skala produksi maupun efek subtitusi akan menghasilkan suatu bentuk kurva permintaan tenaga kerja yang mempunyai slope negatif seperti tampak pada kurva di atas.

G. Permintaan Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi adalah input-input yang digunakan untuk

memproduksi berbagai barang dan jasa. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling penting. Permintaan terhadap suatu faktor produksi adalah permintaan turunan (derived demand). Artinya permintaan dari suatu perusahaan terhadap suatu faktor produksi diderivasikan atau diturunkan dari keputusannya untuk memasok suatu produk ke pasar lain. Dalam memutuskan berapa banyak pekerja yang perlu direkrut,

perusahaan harus mengetahui bagaimana jumlah pekerja mempengaruhi output yang mereka produksi. Fungsi produksi menjelaskan hubungan

Jumlah Tenaga Kerja D Upah


(39)

23

antara kuantitas input yang digunakan dalam produksi dan kuantitas output dari produksi tersebut. Secara umum fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Q= output (produksi) K=kapital(modal) L=Labour(Tenaga kerja) R=Resource(bahan baku) T=Teknologi

Persamaan tersebut merupakan persamaan matematis yang berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumla modal, tenaga kerja dan bahan baku yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda akan memerlukan jumlah faktor-faktor produksi yang berbeda pula, namun untuk tingkat produksi tertentu dapat digunakan gabungan atau kombinasi dari faktor-faktor produksi yang berbeda.

Gambar di bawah ini menggambarkan fungsi produksi yaitu jumlah pekerja diukur pada sumbu horizontal dan kuantitas output diukur pada sumbu vertikal.

Q

L F(Ḱ,L)

Fungsi Produksi Q1 Q2 Q3 0 L1 L2 L3


(40)

24

Dapat di lihat bahwa ketika jumlah pekerja meningkat, produk marjinal tenaga kerjanya justru berkurang. Dengan demikian suatu perusahaan yang kompetitif yang memaksimalkan laba akan merekrut tenaga kerja sampai pada suatu titik di mana nilai produk maksimal tenaga kerja sama dengan upah. (Gregory Mankiw,2003).

H. Teori Dualitas

(Beattie and Robert Taylor,1994:344) menjelaskan bahwa , aktifitas pengadaan faktor produksi dan penawaran produk harus sejalan dengan tujuan perusahaan untuk maksimisasi pendapatan bersih (keuntungan). Pendekatan dualitas akan sangat bermanfaat karena merupakan cara yang mudah untuk: spesifikasi variabel dan untuk mendapatkan persamaan permintaan faktor produksi dan penawaran produk dibandingkan dengan pendekatan primal, dan juga berguna untuk menurunkan spesifikasi fungsional untuk estimasi ekonometrika atas persamaan permintaan faktor produksi dan penawaran produk yang konsisten dengan tujuan perusahaan (maksimisasi Keuntungan). Pendekatan dual memungkinkan seseorang untuk memperoleh persamaan permintaan faktor dan suplai produk dengan menggunakan deferensial parsial dari fungsi objektifnya ( fungsi

keuntungan yang tak langsung atau fungsi keuntungan non kondisional). Namun didalam leteratur dualitas cenderung memformulasi fungsi

keuntungan berupa fungsi keuntungan langsung yang kondisional. Dalam penggunaan pendekatan dual terdapat beberapa asumsi yan digunakan : a) semua derivasi dari fungsi objektifnya hanya berkenaan dengan


(41)

25

perusahaan yang bukan penentu harga, walaupun dualitas itu sendiri dapat diperluas untuk beberpa jenis kompetisi yang tidak sempurna, b) semua faktor yang ada merupakan variabel dan, c) untuk selanjutnya perasamaan keuntungan disajikan tanpa komponen biaya tetap. Ilustrasi mengenai dualias berikut ini adalah dalam rangka memberikan gambaran umum tentang proses pembentukan persamaan permintaan faktor dan penawaran produk dengan menggunakan pendekatan dualitas.

Persamaan suplai produk dan permintaan faktor diturunkan untuk kasus produk tunggalnya dari maksimisasi keuntungannya. Proses pembentukan persamaan permintaan faktor dan penawaran produk tersebut diawali dengan pendekatan primal, yaitu menyajikan fungsi keuntungan langsung sebagai berikut :

Subjek untuk fungsi produksi:

Fungsi Produksi : Secara lebih singkat dapat di tulis :

Fungsi keuntungan langsung : ∑ Posisi laba optimum akan dicapai pada saat derivatif pertama fungsi keuntungan langsung disamakan dengan nol, seperti yang disajikan berikut ini:


(42)

26

untuk kasus dua variabel input :

r1=p.dY/dX1...(4) r2=p.dY/dX2...(5) Penyelesaian simultan dari persamaan (4) dan (5) akan memberikan persamaan permintaan faktor ke i berikut ini:

X*i = x*1(p,r1,r2,r3,i)...(6)

X*1 = x*2(p,r1,r2,r3,i)...(7)

Keterangan:

Xi : kuantitas permintaan faktro i optimum (tenaga kerja) P : harga output

ri : upah

r2 :harga input utama

r3 : harga input utama lainnya

i : nilai investasi tetap

F1xi (Xi) =dY/dXi= derivatif parsial fungsi produksi (persamaan 2). Untuk memperoleh persamaan penawaran produk dengan cara

mensubtitusi persamaan (6) dan (7) ke dalam fungsi produksi (persamaan 2). Persamaan penawaran produk tersebut adalah :


(43)

27

Persamaan (6) merupakan persamaan permintaan faktor produksi ke 1 dan persamaan (7) adlah persamaan permintaan faktor produksi ke 2, dan persamaan (8) merupakan persamaan penawaran produk optimal. I. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja

Dalam permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Sedangkan faktor internal antara lain tingkat upah, produktifitas tenaga kerja, modal serta pengeluaran tenaga kerja non upah(Payaman

Simanjuntak, 1985).

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instasi tertentu. Biasanya permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil (Sony Sumarsono,2003).

J. Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja

Elastisitas permintaan akan tenaga kerja adalah persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan dengan perubahan satu persen pada tingkat upah. Secara umum dituliskan dalam persamaan:

...(1) Diamana ε adalah elastisitas permintaan akan tenaga kerja, ∆N adalah perubahan jumlah pekerja yang terjadi, N adalah jumlah yang bekerja


(44)

28

mula-mula, ∆W adalah besarnya perubahan tingkat upah, dan W adalah tingkat upah yang sedang berlaku. Maka dapat ditulis sebagai berikut : ...(2) Atau dalam bentuk diferensial:

...(3) Bila tingkat upah naik, jumlah orang yang dipekerjakan akan menurun, dan sebaliknya. Jadi dalam ∆N/∆W dalam persamaan (2) dan ∂N/∂W dalam persamaan (3) adalah negatif (Payaman Simanjuntak,2001). K. Tinjauan Empiris

1. Penelitian Faridh Fadli, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel di Kota Bandar Lampung, alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda untuk tujuan menghitung dan menganalisa seberapa besar pengaruh investasi tetap, upah, harga dan harga bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Bandar

Lampung. Model regresi linier berganda ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang dijelaskan dimana dalam hal ini adalah penyerapan tenaga kerja dengan variabel yang menjelaskan yaitu besarnya investasi tetap, upah, harga dana harga bahan baku. Dari hasil perhitungan estimasi diperoleh hasil bahwa variabel-variabel tersebut secra bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja sebesar 70,86% dan sisanya sebesar 29,14% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Dari hasil


(45)

29

penelitian diperoleh hasil bahwa variabel harga merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam penelitian ini.

2. Penelitian Amin Budiawan, Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja terhadap industri kecil pengolahan ikan di Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah teknik analisi regresi berganda menggunakan uji hipotesis secara parsial (uji t) dan uji hipotesis seara simultan (uji F) pada level signifikan 5%. Hasil dari penelitian ini adalah variabel upah, modal dan nilai produksi secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya variabel penyerapan tenaga kerja. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil pengolahan ikan di Kabupaten Demak adlah upah tenaga kerja karena dari uji parsial menunjukkan bahwa nilai upah berkontribusi lebih besar.

3. Penelitian rizky adrianto, Judul penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada indstri kecil (studi kasus pada industr krupuk rambak di Kelurahan bangsal

Kecamatan bangsal,Kabupaten Mojokerto). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja disektor industri kecil dengan studi kasus pada industi krupuk rambak di kecamatan bangsal dipengaruhi oleh variabel bahan baku , nilai produksi dan modal kerja. Variabel nilai produksi merupakan variabel yang paling menentukan dalam penyerapan tenaga kerja pada industri krupuk rambak


(46)

30

pengaruh positif dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap pada industri krupuk rambak tersebut. Variabel modal kerja memiliki pengaruh yang negatif dengan jumlah tenaga kerja. Artinya dengan adanya peningkatan modal justru pengusaha tidak akan menambah jumlah tenaga kerja, cenderung menambah jumlah bahan baku dan memberikan lembur atau uang tambahan ketimbang menambah jumlah tenaga kerja.

4. Penelitian Romadhansya Indra Setyadi, Purbayu Budi Santosa. Analisis penyerapan tenaga kerja pada industri rokok di kabupaten Kudus tahun 1993-2010. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis regresi yakni analisis regresi berganda yang ditransformasikan ke logaritma berganda dengan menggunakan Logaritma natural(Ln). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja indsurti rokok di Kabupaten Kudus. Varibel kebijakan pemerintah yang dilambangkan dengan variabel dummy erpengaruh negatf dan tidak signifikan terhadap penyeraapan tengan kerja industri rokok di Kabupaen Kudus. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa adanya kebijakan pemerintah tentang pengamanan rokok bagi kesehatan akan menurunkan jumlah tenaga kerja yang terserap secara signifikan.

5. Penelitian Dimas dan Nenik Woyanti, judul penelitian mengenai Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan


(47)

31

pendekatan OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel PDRB, tingkat upah riil, investasi riil secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Apabila PDRB meningkat sebesar satu persen maka penyerapan tenagan kerja akan meningkat. Jika upah meningkat maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja. Jika investasi naik sebesar satu persen maka akan menurunkan


(48)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian

Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini Terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibu kota provinsi. Letak Geografis : 104°48’ - 105°08’ BT dan 05°12’ - 05°33’ LS. Luas Wilayah : 625 Km². Kabupaten Pringsewu memiliki batasan wilayah, yaitu:

- Sebelah Utara : Kab. Lampung Tengah - Sebelah Selatan : Kab. Pesawaran

- Sebelah Timur : Kab. Pesawaran - Sebelah Barat : Kab Tanggamus.

Kabupaten Pringsewu berpenduduk 377.857 jiwa (data BPS 2011) terdiri dari 195.400 laki–laki dan 182.457 perempuan. Kabupaten Pringsewu terdiri dari 96 pekon (desa) dan 5 kelurahan, yang tersebar di 8 kecamatan, yaitu

Kecamatan Pringsewu, Pagelaran, Pardasuka, Gadingrejo, Sukoharjo, Ambarawa, Adiluwih, dan Kecamatan Banyumas. Dari segi luas wilayah, Kabupaten Pringsewu saat ini merupakan kabupaten terkecil, sekaligus terpadat di Provinsi Lampung. Saat ini Pringsewu disetujui menjadi kabupaten tersendiri karena perkembangannya yang bagus, baik dari segi


(49)

33

pendapatan daerah, taraf ekonomi maupun pendidikan penduduk. Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan di Kabupaten Pringsewu, sektor industri pengolahan menjadi sektor andalan ketiga setelah sektor

perdagangan, hotel, dan restoran . Mata pencaharian yang utama di Pringsewu adalah bertani dan berdagang.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Kabupaten Pringsewu, Dinas Koperasi, UMKM, perindustrian dan

perdagangan Kabupaten Pringsewu, jurnal-jurnal ekonomi serta dari sumber-sumber lain yang terkait dan data primer diperoleh dari industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

C. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara dengan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan kepada

responden dengan panduan kuesioner. Dan juga melalui Studi pustaka yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan objek studi. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Untuk menentukan sampel


(50)

34

dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan rata-rata. Besarnya sampel yaitu n dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan : n= jumlah sampel N= jumlah populasi

B= Bound of error pada kepercayaan 95% B= 5% x 6,5 dan D = = = 0,0264

=variance

Maka didapatkan jumlah sampel sebesar: = 26,0599 dibulatkan 26

Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 26 unit industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

D. Variabel Penelitian

a. Variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu 1. Variabel jumlah tenaga kerja

Merupakan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada Industri Konveksi di Kabupaten Pringsewu pada periode tertentu.

b. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu: 1. Rata-Rata Upah Pekerja,

Merupakan rata-rata upah yang diterima tenaga kerja perbulan pada industri kain perca.


(51)

35

2. Harga bahan baku

Merupakan rata-rata harga keseluruhan dari bahan baku tiap-tiap perusahaan yang digunakan selama satu bulan masa produksi. 3. Harga output

Merupakan rata-rata harga produk tiap-tiap industri konveksi. 4. Nilai Investasi

Merupakan pengeluaran perusahaan atau pembelanjaan penanaman modal untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi.

E. Metode Analisi Data

1. Model Regresi

Alat analisis yang digunakan yaitu analisis asosiatif dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari variabel dependen pada satu atau lebih variabel lain yaitu variabel independen (Gujarati, 1999). Dalam analisis ini

dilakukan dengan bantuan program Eviews 4.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap dependennya. Model yang digunakan dalam analisis penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten pringsewu dengan variabel yang diasumsikan berpengaruh terhadap tingkat uah, modal, bahan baku dan produktifitas dapat ditulis dala persamaan sebagai berikut :


(52)

36

Keterangan:

Y= jumlah tenaga kerja yang terserap dalam suatu waktu tertentu Xi= faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada industri konveksi. I=1,2,3,...n

Kemudian model tersebut dirumuskan dalam suatu model estimasi regresi linier dengan formulasi sebagai berikut:

Y= α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4+ εt

Keterangan:

Y=Tenaga kerja (orang)/bulan X1= Upah (Rp)/bulan

X2= Harga Bahan baku (Rp)/bulan

X3= Harga output (Rp)/bulan

X4= Nilai Investasi (Rp)/bulan

α= Konstanta

β1= Koefisien regresi untuk upah per bulan

β2= Koefisien regresi untuk harga bahan baku per bulan

β3= Koefisien regresi untuk harga output per bulan

β4= Koefisien regresi untuk nilai investasi per bulan

2. Uji Asumsi klasik

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi maka dianalisis dengan


(53)

37

Least Square (OLS). Dalam penelitian ini untuk variabel terikatnya adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri konveksi, sedangkan variabel bebasnya adalah tingkat upah, modal, harga bahan baku dan produktifitas. Untuk menghitung persamaan regresi sederhana melalui metode kaudrat terkecil (OLS) maka data harus memenuhi 4 asumsi dasar yaitu uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokolesari dan uji multikolinearitas.

2.1.Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui kenormalan error term dan variabel-variabel baik variabel terikat maupun bebas, apakah data sudah menyebar secara normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan metode Jarque-Berra. Jika residual secara normal maka diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan nol.

Ho= data tersebar normal Ha= data tidak tersebar normal Kriteria pengujiannya adalah:

a. Ho ditolak dan Ha diterima, jika P Value < P tabel b. Ho diterima dan Ha ditolak, jika P Value > P tabel

Jika Ho ditolak maka data tidak tersebar secara normal. Jika Ho diterima maka data tersebar secara normal.

2.2.Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah situasi tidak konstannya varians diseluruh faktor gangguan (varians konstan atau varians


(54)

nir-38

homogin). Suatu model regresi dikatakan terkena

heteroskedastisitas apabila terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual ke residual atau dari pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Pengujian data ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji White (Widarjono, Agus, 2005:161-162). Uji White mengembangkan sebuah metode yang tidak memerlukan asumsi tentang adanya normalitas pada residual.

Jika nilai chi-squares hitung (n. R²) lebih besar dari nilai χ² kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada

heteroskedastisitas dan sebaliknya jika chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ² kritis menunjukan tidak adanya

heteroskedastisitas. 2.3.Uji Autokolerasi

Autokolerasi adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan, pengujian terhadap gejala autokorelasi dalam model analisa regresi dilakukan dengan pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dengan membandingkan nilai Obs*R square dengan nilai Chi-square. Jika Obs*R square ( χ2

-hitung) > Chi-square (χ2–tabel), berarti hasil uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test


(55)

39

mengindikasikan bahwa terdapat masalah autokolerasi didalam model. Dan jika Obs*R square ( χ2 -hitung) < Chi-square (χ2– tabel), berarti hasil uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test mengindikasikan bahwa tidak ada masalah autokolerasi. Dalam hal ini, hipotesis pendugaan masalah autokolerasi adalah sebagai berikut :

Ho : Obs*R square ( χ2 -hitung ) > Chi-square (χ2–tabel), Model mengalami masalah autokolerasi.

Ha : Obs*R square ( χ2 -hitung ) < Chi-square (χ2–tabel), Model terbebas dari masalah autokolerasi.

2.4.Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (variabel independen) dari suatu model regresi. Indikator terjadinya

multikolinieritas antara lain adalah jika R² tinggi (mendekati 1), nilai F hitung tinggi < tetapi nilai t hitung semua nilai variabel penjelas tidak signifikan. Untuk mengetahui ada tidaknya dilakukan regresi antar variabel independen.

Cara mendeteksi multikolinieritas adalah melakukan regresi antar variabel penjelas (Gujarati, 1997:166-167), sehingga :

 R² yang dihasilkan sangat tinggi katakanlah diatas 0.85.  F statistik dan t statistik menunjukan tidak adanya


(56)

40

3. Uji Hipotesis

Uji statistik ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan ada

tidaknya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari hasil regresi berganda akan diketahui besarnya koefisien masing-masing variabel, dari besarnya koefisien akan dilihat adanya hubungan dari variabel-variabel bebas, baik secara terpisah maupun berasama-sama terhadap variabel terikat. Maka dilakukan uji hipotesis yang dilakukan dengan cara:

3.1.Uji t-statistik (Uji Parsial)

Untuk mengetahui signifikansi pengaruh vaiabel independen terhadap variabel depnden secara individu dengan menganggap variabel

dependen lainnya tetap (ceteris paribus) dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

 Ha : β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

 Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian:

 Ho diterima apabila memenuhi syarat t-tabel ≤ t-hitung ≤ t-tabel, artinya variabel dependen tidak dipengaruhi oleh variabel independen.


(57)

41

 Ho ditolak apabila memenuhi syarat hitun >tabel atau t-hitung< t-tabel, artinya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.

3.2.Uji F-statistik (Uji Keseluruhan)

Untuk mengetahui peranan variabel bebas secara keseluruhan dilakukan dengan uji F. kesimpulan uji F dapat diperoleh dengan membandingkan antara F statistic dengan F tabel pada tingkat tertentu dan derajat bebas tertentu (Gujarati, 1997:121).

Pengujian ini dilakukan dengan rumus :

 Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak, berarti secara bersama-sama variable bebas berpengaruh secara nyata dan signifikansi tehadap variable terikat.

 Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima, berarti secara bersama-sama variable bebas tidak berpengaruh secara nyata dan

signifikansi tehadap variabel terikat. Di dalam penelitian ini nilai uji F dilihat dari tingkat signifikasi pada hasil pengolahan data.


(58)

57

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Upah pekerja mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan

secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. Hal ini disebabkan antara lain ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja serta terjadinya kekakuan upah.

2. Harga bahan baku utama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu, hal ini berarti apabila Harga bahan baku meningkat maka penyerapan tenaga kerja akan menurun. Hal ini lebih disebabkan karena bahan baku sebagai salah satu factor produksi yang penting. Semakin mahal harga bahan baku akan menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga perusahaan akan cenderung menaikkan harga output, kenaikkan harga output akan menyebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap hasil


(59)

58

olahan industri konveksi ini sehingga akan menyebabkan penurunan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.

3. Harga output berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kabupaten Pringsewu, hal ini berarti apabila harga output mengalami

peningkatan maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Harga output yang meningkat akan menyebabkan laba perusahaan

meningkat. Peningkatan laba tersebut, perusahaan akan menambah biaya modal dengan membeli mesin jahit sehingga akan berdampak terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja.

4. Nilai investasiberpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. Hal ini berarti apabila nilai investasi mengalami peningkatan maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Peningkatan nilai investasi akan berdampak terhadap penambahan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.

5. Upah pekerja, harga bahan baku utama, harga output dan nilai investasi bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah dirangkum di atas, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu maka dapat disarankan sebagai berikut:


(60)

59

1. Nilai investasi adalah faktor yang paling berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten

Pringsewu, Semakin besar nilai investasi maka semakin besar tenaga kerja yang terserap pada industri konveksi di kabupaten Pringsewu. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Pringsewu lebih memperhatikan unit usaha kecil dan menengah ini dengan memberikan bantuan kredit ringan kepada para pengusaha agar dapat lebih mengembangkan usahanya yang kemudian akan berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.

2. Pemerintah Kabupaten Pringsewu diharapkan dapat memberikan pelatihan keterampilan menjahit kepada para pekerja agar dapat lebih terampil dan profesionalisme.

3. Pemerintah Kabupaten Pringsewu diharapkan dapat memberikan dukungan lebih kepada para pengusaha kecil dan menengah untuk dapat memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang lebih baik, sehingga melahirkan generasi-generasi muda yang handal dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dikurangi.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Afrida,BR.2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta:Ghalia Indonesia. Andi Rahmat,Ridka.2011.Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha

Percetakan Skala Kecil-Menengah di Kota Makasar.Makasar:Universitas Hasanudin.

Ardianto,Rizky.2013.Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil (studi kasus pada industri kerupuk rambak di Kelurahan Bangsal Kec. Bangsal)Kab. Mojokerto.(Skripsi).Jurusan Ilmu Ekonomi:Universitas Brawijaya

Badan Pusat Statistik (BPS). Kabupaten Pringsewu.2012.Kabupaten Pringsewu dalam Angka

Dwi Untari,Tiya.2013.Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kain Perca (Studi Kasus Pekon Sukamulya Banyumas dan Pekon Siliwangi Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu).Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.Universitas Lampung

Fadli, Farid.2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel di Kota Bandar Lampung.Universitas Lampung

Gujarati,Damodar, 1997, Ekonomitrika Dasar, Erlangga Jakarta. Terjemahan Dr. Gunawan Sumodiningrat, BPFE UGM, Yogyakarta.

Lincolin Arsyad, 2000, Ekonomi Pembangunan, Widya Sarana Informatika, Yogyakarta.

Mulyadi,S.2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perpektif Pembangunan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Mankiw,Gregory.2003.Ekonomi Makro.Jakarta:Grafindo Persada Nazir, Moh.2003.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia.

Purbayu Budi Sentosa,Rromandhansya Indra Setyadi.2013.Analisis penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Rokok di Kabupaten Kudus tahun

1993-2010.Diponogoro Jurnal of Economics Volume 2 Nomor 1 tahun 2013,Hal. 1-12.Universitas Diponegoro:Semarang.

Robert Taylor,Bruce.1994.Ekonomi Produksi.Yogyakarta:Gajah Mada University Pres.


(62)

Sukirno,Sadono.2008.Teori Pengantar Mikroekonomi.Jakarta:Raja Grafindo Persada Media Group

Sumarsono,Sony.2003.Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Simanjuntak,Payaman.2001.Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Tambunan,Tulus.1999.Perkembangan Industri Skala kecil di Indonesia.Jakarta:Salemba Empat

UU No. 13 Tahun 2003.Tentang Ketenagakerjaan.

www.dpjk.kemenkeu.go.id/attachment/article/.../08.%20lampung.pdf

Woyanti Nenik,Dimas.2009.Penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta.Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),maret 2012.Hal. 32-41.Universitas

Diponegoro:Semarang

Widarjono, Agus. (2005), Ekonometrika, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Winardi, 1988, Pengantar Ilmu Ekonomi, Tarsito, Bandung


(1)

 Ho ditolak apabila memenuhi syarat hitun >tabel atau t-hitung< t-tabel, artinya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.

3.2.Uji F-statistik (Uji Keseluruhan)

Untuk mengetahui peranan variabel bebas secara keseluruhan dilakukan dengan uji F. kesimpulan uji F dapat diperoleh dengan membandingkan antara F statistic dengan F tabel pada tingkat tertentu dan derajat bebas tertentu (Gujarati, 1997:121).

Pengujian ini dilakukan dengan rumus :

 Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak, berarti secara bersama-sama variable bebas berpengaruh secara nyata dan signifikansi tehadap variable terikat.

 Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima, berarti secara bersama-sama variable bebas tidak berpengaruh secara nyata dan

signifikansi tehadap variabel terikat. Di dalam penelitian ini nilai uji F dilihat dari tingkat signifikasi pada hasil pengolahan data.


(2)

57

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Upah pekerja mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan

secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. Hal ini disebabkan antara lain ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja serta terjadinya kekakuan upah.

2. Harga bahan baku utama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu, hal ini berarti apabila Harga bahan baku meningkat maka penyerapan tenaga kerja akan menurun. Hal ini lebih disebabkan karena bahan baku sebagai salah satu factor produksi yang penting. Semakin mahal harga bahan baku akan menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga perusahaan akan cenderung menaikkan harga output, kenaikkan harga output akan menyebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap hasil


(3)

olahan industri konveksi ini sehingga akan menyebabkan penurunan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.

3. Harga output berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di kabupaten Pringsewu, hal ini berarti apabila harga output mengalami

peningkatan maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Harga output yang meningkat akan menyebabkan laba perusahaan

meningkat. Peningkatan laba tersebut, perusahaan akan menambah biaya modal dengan membeli mesin jahit sehingga akan berdampak terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja.

4. Nilai investasiberpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu. Hal ini berarti apabila nilai investasi mengalami peningkatan maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Peningkatan nilai investasi akan berdampak terhadap penambahan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.

5. Upah pekerja, harga bahan baku utama, harga output dan nilai investasi bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu.

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah dirangkum di atas, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten Pringsewu maka dapat disarankan sebagai berikut:


(4)

59

1. Nilai investasi adalah faktor yang paling berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi di Kabupaten

Pringsewu, Semakin besar nilai investasi maka semakin besar tenaga kerja yang terserap pada industri konveksi di kabupaten Pringsewu. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Pringsewu lebih memperhatikan unit usaha kecil dan menengah ini dengan memberikan bantuan kredit ringan kepada para pengusaha agar dapat lebih mengembangkan usahanya yang kemudian akan berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.

2. Pemerintah Kabupaten Pringsewu diharapkan dapat memberikan pelatihan keterampilan menjahit kepada para pekerja agar dapat lebih terampil dan profesionalisme.

3. Pemerintah Kabupaten Pringsewu diharapkan dapat memberikan dukungan lebih kepada para pengusaha kecil dan menengah untuk dapat memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang lebih baik, sehingga melahirkan generasi-generasi muda yang handal dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dikurangi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afrida,BR.2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta:Ghalia Indonesia. Andi Rahmat,Ridka.2011.Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha

Percetakan Skala Kecil-Menengah di Kota Makasar.Makasar:Universitas Hasanudin.

Ardianto,Rizky.2013.Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil (studi kasus pada industri kerupuk rambak di Kelurahan Bangsal Kec. Bangsal)Kab. Mojokerto.(Skripsi).Jurusan Ilmu Ekonomi:Universitas Brawijaya

Badan Pusat Statistik (BPS). Kabupaten Pringsewu.2012.Kabupaten Pringsewu dalam Angka

Dwi Untari,Tiya.2013.Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kain Perca (Studi Kasus Pekon Sukamulya Banyumas dan Pekon Siliwangi Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu).Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.Universitas Lampung

Fadli, Farid.2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel di Kota Bandar Lampung.Universitas Lampung

Gujarati,Damodar, 1997, Ekonomitrika Dasar, Erlangga Jakarta. Terjemahan Dr. Gunawan Sumodiningrat, BPFE UGM, Yogyakarta.

Lincolin Arsyad, 2000, Ekonomi Pembangunan, Widya Sarana Informatika, Yogyakarta.

Mulyadi,S.2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perpektif Pembangunan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Mankiw,Gregory.2003.Ekonomi Makro.Jakarta:Grafindo Persada Nazir, Moh.2003.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia.

Purbayu Budi Sentosa,Rromandhansya Indra Setyadi.2013.Analisis penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Rokok di Kabupaten Kudus tahun

1993-2010.Diponogoro Jurnal of Economics Volume 2 Nomor 1 tahun 2013,Hal. 1-12.Universitas Diponegoro:Semarang.

Robert Taylor,Bruce.1994.Ekonomi Produksi.Yogyakarta:Gajah Mada University Pres.


(6)

Sukirno,Sadono.2008.Teori Pengantar Mikroekonomi.Jakarta:Raja Grafindo Persada Media Group

Sumarsono,Sony.2003.Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Simanjuntak,Payaman.2001.Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Tambunan,Tulus.1999.Perkembangan Industri Skala kecil di Indonesia.Jakarta:Salemba Empat

UU No. 13 Tahun 2003.Tentang Ketenagakerjaan.

www.dpjk.kemenkeu.go.id/attachment/article/.../08.%20lampung.pdf

Woyanti Nenik,Dimas.2009.Penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta.Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),maret 2012.Hal. 32-41.Universitas

Diponegoro:Semarang

Widarjono, Agus. (2005), Ekonometrika, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Winardi, 1988, Pengantar Ilmu Ekonomi, Tarsito, Bandung