Acara perdata akhir agus

(1)

SOAL HUKUM ACARA PERDATA

1. Sebutkan dan gambarkan secara singkat alur tahapan beracara dalam hukum acara perdata!

2. Jelaskan mengenai putusan gugur dan putusan di luar hadir (verstek) beserta dasar hukumnya

3. Jelaskan mengenai mediasi litigasi dan dasar hukumnya!

4. Jelaskan mengenai isi dari jawaban gugatan serta dasar hukumnya! 5. Jelaskan mengenai eksepsi prosesuil dan eksepsi materiil!

6. Jelaskan bentuk-bentuk intervensi, sebutkan dasar hukumnya!

7. Jelaskan pengertian pembuktian dan sebutkan macam-macam alat bukti beserta dasar hukumnya!

8. Jelaskan perbedaan bukti saksi dan bukti ahli!

9. Sebutkan pengertian putusan dan sebutkan secara sistematis isi daripada putusan!

10. Apakah perbedaan antara putusan dan penetapan! 11. Sebut dan jelaskan jenis-jenis putusan!

12. Apakah perbedaan antara putusanakhir dengan putusan sela serta sebutkan tiga sifat yang dimiliki putusan akhir!

13. Apakah perbedaan upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa ? sebutkan jenis-jenis upaya hukum tersebut!

14. Sebut dan jelaskan jenis pelaksanaan eksekusi! 15. Jelaskan mengenai istilah dibawah ini :

A. Judex facti

B. Testimonium de auditu C. Descente


(2)

JAWABAN

1. Alur tahapan dalam beracara perdata

A. Penggugat mengajukan surat gugatan ke Pengadilan Negeri, menurut pasal 118 HIR

B. Penggugat membayar biaya perkara

C. Penggugat mendapatkan bukti pembayaran perkara D. Penggugat menerima nomor perkara (roll).

E. Hak dan kewajiban Hakim untuk Dalam hal pemberian nasehat, Dalam hal kewenangan hakim, Dalam hal pembuktian, Dalam hal menjatuhkan putusan, Dalam hal pemeriksaan perkara di muka pengadilan.

2. Putusan gugur dan verstek

A. Putusan gugur adalah putusan yang menyatakan bahwa gugatan/permohonan gugur karena Penggugat/ Pemohon tidak pernah hadir, meskipun telah dipanggil (secara resmi sedang Tergugat hadir dan mohon putusan) dengan dasar hukum yang diatur dalam Pasal 124 HIR/ Pasal 148 Rbg.

B. Putusan Verstek ialah putusan yang dijatuhkan karena Tergugat/ Termohon tidak pernah hadir meskipun telah dipanggil secara resmi, sedang Penggugat hadir dan mohon putusan. Dengan dasar hukum Pasal 125-129 HIR dan 196-197 HIR, Pasal 148-153 Rbg dan 207-208 Rbg, UU no. 20 tahun 1947 dan SEMA No. 9/1964.

3. Mediasi dan litigasi

A. Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperolah kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Dasar hukum yang digunakan adalah Pasal 7 Perma No. 01 Tahun 2008.

B. Litigasi adalah penyelesaian sengketa antarapara pihak yang dilakukan di pengadilan. Dasar hukum yang digunakan adalah Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU Arbitrase dan APS”)


(3)

4. Isi dari jawaban gugatan ada pengakuan dan bantahan

A. Pengakuan Berarti membenarkan isi gugatan penggugat. baik untuk sebagian maupun untuk seluruhnya. Ia akan merupakan bukti bagi pihak penggugat yang tidak perlu dibuktikan. Yang di atur dalam pasal 313 R.Bg/174-176 HIR jo 1926 KUHPer)

B. Bantahan Bantahan pada hakekatnya bertujuan agar gugatan penggugat ditolak.

5. Eksepsi prosesuil dan eksepsi materiil

A. Eksepsi prosesuil adalah tangkisan atau eksepsi yang beupaya untuk menuju pada tidak diterimanya gugatan. Pernyataan tidak dapat diterimanya gugatan adalah merupakan penolakan in limine litis berdasarkan alas an-alasan diluar pokok-pokok perkara. Yang termasuk kedalam eksepsi prosesuil adalah tangkisan yang bersifat mengelakkan (eksepsi diclinatoir) spt:

 Eksepsi tidak berwenanggnya hakim (K. relative)  Eksepsi Gugatan Batal

 Eksepsi perkara telah diputus (nebis in idem)

 Pihak penggugat tidak mempunyai kedudukan sebagai penggugat B. Eksepsi materiil adalah tangkisan yang lainnya yang didasarkan atas

ketentuan hukum materiil. Termasuk dalam eksepsi materiil adalah:  eksepsi yang bersifat menunda, misalnya tuntutan penggugat belum

dapat dikabulkan karena tergugat telah diberikan untuk melakukan penundaan pembayaran.

 eksepsi yang Prematoir adalah eksepsi yang sudah menyangkut pokok perkara seperti karena telah lampaunya waktu (daluarsa) atau tergugat dibebaskan dari pembayaran.

6. bentuk-bentuk intervensi yang terdiri atas Voeging, Tussenkomst dan Vrijwaring.

A. Voeging artinya masuknya piha ketiga kedalam suatu perkara perdata yang sedang berjalan dimana piak ketiga tersebut membela


(4)

kepentingan salah satu pihak , apakah pihak penggugat ataupun pihak tergugat.

B. Tussenkomst adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam perkara yang sedang yang sedang berlangsung antara penggugat dan tergugat dengan bersikap membela kepentingan sendiri.

C. Vrijwaring adalah penarikan pihak ketiga untuk bertanggung jawab (untuk membebaskan tergugat dari tanggung jawab kepada penggugat). Vrijwaring diajukan dengan sesuatu permohonan dalam proses pemeriksaan perkara oleh tergugat secara lisan atau tertulis. Dasar hukumnya terdapat pada Pasal 274 Rv

7. Pembuktian menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.,

A. Dalam arti logis, membuktikan berarti memberikan kepastian yang mutlak karena berlaku unntuk setiap orang dan tidak dimungkinkan adanya bukti lawan

B. Dalam arti konvensional, membuktikan juga berarti memberikan kepastian, hanya saja bukan kepastian yang mutlak, melainkan kepastian yang nisbi atau relatif dalam hal ini dapat dibedakan menjadi 2 :

 Kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka  Kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal

C. Dalam arti yuridis, pengertian yuridis bukan merupakan pembuktian yang mengandung kebenaran mutlak, karena dimungkinkan adanya pembuktian lawan, pembuktian dalam pengertian ini hanya untuk kepentingan pihak-pihak yang bersengketa

 Macam-macam alat bukti dan dasar hukumnya adalah Alat bukti tertulis(Surat) diatur dalam pasal 138, 165, 167 HIR, 164, 285-305 R.Bg, 1867-1894 BW, 138-147 Rv. Alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang, dan digunakan sebagai pembuktian

 Akte otentik akte yang sengaja dibuat dengan bantuan pejabat pemerintah seperti notaris, Mempunyai kekuatan bukti sempurna


(5)

(volledig bewijs), Pada setiap akta otentik di dalamnya terkandung 3 macam kekuatan bukti yaitu : Kekuatan bukti lahir : kekuatan yang berkenaan dengan syarat-syarat formal (tampak secara lahiriah). Kekuatan bukti formal : kebenaran peristiwa yang diterangkan dalam akta. Kekuatan bukti materiil : kebenaran isi akta otentik.

 Surat lainnya yg bukan akte Surat lainnya bukan akte diatur dalam pasal 1881 BW, dan 1883 BW yang dikatakan surat lain bukan akte adalah buku daftar, surat surat rumah tangga dan catan yg di bubuhan oleh kreditur pada suatu alas hak yg selamanya dipegangnya. Contohnya kitir pembayaran pajak, dll

 Alat bukti saksi Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan serta pristiwa yang disengketakan dengan jalan memberitahukan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang di panggil untuk hadir dalam persidangan. pembuktian dengan saksi ditegaskan dalam Pasal 1895 KUH Perdata “dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang tidak dikecualikan oleh undang-undang.

8. perbedaan bukti saksi dan bukti ahli

 Kedudukan seorang ahli dapat diganti sedangkan saksi tidak

 Kalau saksi tidak boleh satu asas satu saksi bukan saksi (unus testis nullus testis) sedangkan ahli boleh

 Saksi memberi keterangan yg dialami sendiri sedangkan ahli memberi kesimmpulan atau pendapat tentang suatu peristiwa yg disengketakan  Ahli memiliki keahlian sedangkan saksi tidak didak perlukan

keahliannya dalam pembuktian.

9. Pengertian putusan dan sebutkan secara sistematis isi daripada putusan

 Putusan adalah Pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat Negara yang memberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atas sengketa antara para pihak.


(6)

 Sistematis dari puttusan Pasal 183,184,187 HIR, psl 194, 195, 198 Rbg, ps 61 Rv, Kepala Putusan (demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa)= sebagai kekuatan eksekusi, Nomor register perkara dan nama pengadilan yang memutus, Identitas Para Pihak ,tentang Duduk perkara, konsidrans = pertimbangan hukum gugatan dikabulkan, ditolak, atau tidak dapat diterima, amar / dictum= jawaban petitum gugatan, penandatanganan.

10. Perbedaan antara putusan dan penetapan adalah putusan adanya 2 (dua) pihak yang berlawanan dalam perkara (penggugat dan tergugat). Tapi pada penetapan hanya ada permohon tidak ada lawan hukum. Dalam penetapan. Hakim tidak menggunakan kata “mengadili”, namun cukup dengan menggunakan kata”menetapkan”.

11. Jenis-jenis putusan :

 Putusan ditinjau pada saat penjatuhannya (ps 185 ayat (1) HIR, ps 196 ayat (1)Rbg)

 Putusan sela dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung dan ditulis dalam berita acara persidangan

 Putusan akhir dijatuhkan pada saat akhir pemeriksaan pokok perkara untuk mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu.

 Putusan ditinjau dari sifatnya

 Putusan Condemnatoir bersifat menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi (membayar sejumlah uang)

 Putusan Constitutief bersifat meniadakan atau menciptakan suatu keadaan hukum

 Putusan deklanatoir bersifat menerangkan atau menyatakan apa yang sah

 Putusan ditinjau dari kehadiran para pihak

 Putusan gugatan gugur menerangkan penggugat atau wakilnya tidak hadir setelah dipanggil secara patut

 Putusan verstek menerangkan tergugat atau wakilnya tidak hadir setelah di panggil secara patut


(7)

 Putusan contradictoir menerangkan salah satu pihak atau wakilnya tidak hadir pada ptusan diucapkan

12. Perbedaan putusan akhir dengan putusan sela

 Putusan sela dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung dan ditulis dalam berita acara persidangan

 Putusan akhir dijatuhkan pada saat akhir pemeriksaan pokok perkara untuk mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu. Sifat putusan akhir ada Putusan Declaratoir, Putusan Constitutief, dan Putusan Condemnatoir

13. Perbedaan upaya hukum : upaya hukum biasa dapat diajukan sebelum putusan tersebut bersifat memiliki kekuatan hukum yang tetap (Kracht Van Gewijsde), sedangkan upaya hukum luar biasa adalah upaya hukum yang diajukan setelah putusan mendapatkan kekuatan hukum yang tetap.

Jenis-jenis upaya hukum :

Upaya Hukum Melawan Gugatan a. Eksepsi (tangkisan)

b. Rekonvensi (gugat balik) c. Minta Vrijwaring

Upaya Hukum Melawan Putusan a. Upaya Hukum Biasa

- Verzet (Perlawanan) - Banding

- Kasasi

b. Upaya Hukum Luar Biasa (istimewa) - Rekes Civil (Peninjauan Kembali) - Darden Verzet


(8)

a. Verzet yang Bersangkutan b. Verzet Pihak Ketiga

Upaya Hukum Melawan Eksekusi a. Verzet yang Bersangkutan b. Verzet Pihak Ketiga

Upaya Hukum untuk Mencampuri Proses a. Intervensi (tussenkomst = mencampuri) b. Voeging (turut serta pada salah satu pihak)

Upaya Hukum Pembuktian a. Saksi

b. Tulisan

c. Dugaan/Persangkaan d. Pengakuan

e. Sumpah dan sebagainya dengan alat bukti yang sah

14. Jenis pelaksanaan eksekusi Eksekusi putusan yang menghukum pihak kalah untuk membayar uang (psl 196 HIR, ps. 208 Rbg), Eksekusi menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan (psl 225 HIR, ps 259 Rbg), Eksekusi riil, Parate eksekusi.

16. istilah :

A. Judex facti adalah Hakim yang berwenang memeriksa fakta dan bukti, dalam hal ini hakim-hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, adalah hakim yang memeriksa tentang duduknya perkara, khusus dimaksudkan hakim tingkat pertama dan hakim banding.

B. Testimonium de auditu adalah keterangan yang diberikan oleh saksi terkait suatu peristiwa, bukan berdasarkan penglihatan maupun pendengaran langsung, melainkan mendengar dari orang lain yang disebut juga dengan kesaksian tidak langsung.


(9)

D. Descente ialah pemeriksaan mengenai perkara oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan diluar gedung pengadilan atau di luar tempat kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi sengketa.

E. Unus testis nullus testis satu saksi tidak bisa memberikan kesaksian/satu saksi bukan saksi.


(1)

kepentingan salah satu pihak , apakah pihak penggugat ataupun pihak tergugat.

B. Tussenkomst adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam perkara yang sedang yang sedang berlangsung antara penggugat dan tergugat dengan bersikap membela kepentingan sendiri.

C. Vrijwaring adalah penarikan pihak ketiga untuk bertanggung jawab (untuk membebaskan tergugat dari tanggung jawab kepada penggugat). Vrijwaring diajukan dengan sesuatu permohonan dalam proses pemeriksaan perkara oleh tergugat secara lisan atau tertulis. Dasar hukumnya terdapat pada Pasal 274 Rv

7. Pembuktian menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.,

A. Dalam arti logis, membuktikan berarti memberikan kepastian yang mutlak karena berlaku unntuk setiap orang dan tidak dimungkinkan adanya bukti lawan

B. Dalam arti konvensional, membuktikan juga berarti memberikan kepastian, hanya saja bukan kepastian yang mutlak, melainkan kepastian yang nisbi atau relatif dalam hal ini dapat dibedakan menjadi 2 :

 Kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka  Kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal

C. Dalam arti yuridis, pengertian yuridis bukan merupakan pembuktian yang mengandung kebenaran mutlak, karena dimungkinkan adanya pembuktian lawan, pembuktian dalam pengertian ini hanya untuk kepentingan pihak-pihak yang bersengketa

 Macam-macam alat bukti dan dasar hukumnya adalah Alat bukti tertulis(Surat) diatur dalam pasal 138, 165, 167 HIR, 164, 285-305 R.Bg, 1867-1894 BW, 138-147 Rv. Alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang, dan digunakan sebagai pembuktian

 Akte otentik akte yang sengaja dibuat dengan bantuan pejabat pemerintah seperti notaris, Mempunyai kekuatan bukti sempurna


(2)

(volledig bewijs), Pada setiap akta otentik di dalamnya terkandung 3 macam kekuatan bukti yaitu : Kekuatan bukti lahir : kekuatan yang berkenaan dengan syarat-syarat formal (tampak secara lahiriah). Kekuatan bukti formal : kebenaran peristiwa yang diterangkan dalam akta. Kekuatan bukti materiil : kebenaran isi akta otentik.

 Surat lainnya yg bukan akte Surat lainnya bukan akte diatur dalam pasal 1881 BW, dan 1883 BW yang dikatakan surat lain bukan akte adalah buku daftar, surat surat rumah tangga dan catan yg di bubuhan oleh kreditur pada suatu alas hak yg selamanya dipegangnya. Contohnya kitir pembayaran pajak, dll

 Alat bukti saksi Kesaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan serta pristiwa yang disengketakan dengan jalan memberitahukan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang di panggil untuk hadir dalam persidangan. pembuktian dengan saksi ditegaskan dalam Pasal 1895 KUH Perdata “dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang tidak dikecualikan oleh undang-undang.

8. perbedaan bukti saksi dan bukti ahli

 Kedudukan seorang ahli dapat diganti sedangkan saksi tidak

 Kalau saksi tidak boleh satu asas satu saksi bukan saksi (unus testis nullus testis) sedangkan ahli boleh

 Saksi memberi keterangan yg dialami sendiri sedangkan ahli memberi kesimmpulan atau pendapat tentang suatu peristiwa yg disengketakan  Ahli memiliki keahlian sedangkan saksi tidak didak perlukan

keahliannya dalam pembuktian.

9. Pengertian putusan dan sebutkan secara sistematis isi daripada putusan

 Putusan adalah Pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat Negara yang memberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atas sengketa antara para pihak.


(3)

 Sistematis dari puttusan Pasal 183,184,187 HIR, psl 194, 195, 198 Rbg, ps 61 Rv, Kepala Putusan (demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa)= sebagai kekuatan eksekusi, Nomor register perkara dan nama pengadilan yang memutus, Identitas Para Pihak ,tentang Duduk perkara, konsidrans = pertimbangan hukum gugatan dikabulkan, ditolak, atau tidak dapat diterima, amar / dictum= jawaban petitum gugatan, penandatanganan.

10. Perbedaan antara putusan dan penetapan adalah putusan adanya 2 (dua) pihak yang berlawanan dalam perkara (penggugat dan tergugat). Tapi pada penetapan hanya ada permohon tidak ada lawan hukum. Dalam penetapan. Hakim tidak menggunakan kata “mengadili”, namun cukup dengan menggunakan kata”menetapkan”.

11. Jenis-jenis putusan :

 Putusan ditinjau pada saat penjatuhannya (ps 185 ayat (1) HIR, ps 196 ayat (1)Rbg)

 Putusan sela dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung dan ditulis dalam berita acara persidangan

 Putusan akhir dijatuhkan pada saat akhir pemeriksaan pokok perkara untuk mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu.

 Putusan ditinjau dari sifatnya

 Putusan Condemnatoir bersifat menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi (membayar sejumlah uang)

 Putusan Constitutief bersifat meniadakan atau menciptakan suatu keadaan hukum

 Putusan deklanatoir bersifat menerangkan atau menyatakan apa yang sah

 Putusan ditinjau dari kehadiran para pihak

 Putusan gugatan gugur menerangkan penggugat atau wakilnya tidak hadir setelah dipanggil secara patut

 Putusan verstek menerangkan tergugat atau wakilnya tidak hadir setelah di panggil secara patut


(4)

 Putusan contradictoir menerangkan salah satu pihak atau wakilnya tidak hadir pada ptusan diucapkan

12. Perbedaan putusan akhir dengan putusan sela

 Putusan sela dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung dan ditulis dalam berita acara persidangan

 Putusan akhir dijatuhkan pada saat akhir pemeriksaan pokok perkara untuk mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu. Sifat putusan akhir ada Putusan Declaratoir, Putusan Constitutief, dan Putusan Condemnatoir

13. Perbedaan upaya hukum : upaya hukum biasa dapat diajukan sebelum putusan tersebut bersifat memiliki kekuatan hukum yang tetap (Kracht Van Gewijsde), sedangkan upaya hukum luar biasa adalah upaya hukum yang diajukan setelah putusan mendapatkan kekuatan hukum yang tetap.

Jenis-jenis upaya hukum :

Upaya Hukum Melawan Gugatan a. Eksepsi (tangkisan)

b. Rekonvensi (gugat balik) c. Minta Vrijwaring

Upaya Hukum Melawan Putusan a. Upaya Hukum Biasa

- Verzet (Perlawanan) - Banding

- Kasasi

b. Upaya Hukum Luar Biasa (istimewa) - Rekes Civil (Peninjauan Kembali) - Darden Verzet


(5)

a. Verzet yang Bersangkutan b. Verzet Pihak Ketiga

Upaya Hukum Melawan Eksekusi a. Verzet yang Bersangkutan b. Verzet Pihak Ketiga

Upaya Hukum untuk Mencampuri Proses a. Intervensi (tussenkomst = mencampuri) b. Voeging (turut serta pada salah satu pihak)

Upaya Hukum Pembuktian a. Saksi

b. Tulisan

c. Dugaan/Persangkaan d. Pengakuan

e. Sumpah dan sebagainya dengan alat bukti yang sah

14. Jenis pelaksanaan eksekusi Eksekusi putusan yang menghukum pihak kalah untuk membayar uang (psl 196 HIR, ps. 208 Rbg), Eksekusi menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan (psl 225 HIR, ps 259 Rbg), Eksekusi riil, Parate eksekusi.

16. istilah :

A. Judex facti adalah Hakim yang berwenang memeriksa fakta dan bukti, dalam hal ini hakim-hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, adalah hakim yang memeriksa tentang duduknya perkara, khusus dimaksudkan hakim tingkat pertama dan hakim banding.

B. Testimonium de auditu adalah keterangan yang diberikan oleh saksi terkait suatu peristiwa, bukan berdasarkan penglihatan maupun pendengaran langsung, melainkan mendengar dari orang lain yang disebut juga dengan kesaksian tidak langsung.


(6)

D. Descente ialah pemeriksaan mengenai perkara oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan diluar gedung pengadilan atau di luar tempat kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi sengketa.

E. Unus testis nullus testis satu saksi tidak bisa memberikan kesaksian/satu saksi bukan saksi.