PENGARUH BIOREMEDIASI TUMBUHAN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl) PADA LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus Burchell) (Aplikasi Penelitian dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa Sub Materi Limbah dan Daur Ulang Limbah

(1)

TERHADAP KELULUSHIDUPAN BENIH

IKAN

LELE

DUMBO

(Clarias gariepinus

Burchell)

(Aplikasi Penelitian dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa Sub Materi Limbah dan Daur Ulang Limbah pada Siswa Kelas X)

$obri

Q\rlodin

Skripsi

Sebagrii Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Srudi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeisitas Lampung

FAKULTAS

KEGURUAN DAN

ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR

LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENGARUH BIOREMEDIASI TUMBUHAN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl) PADA LIMBAH CAIR TAHU

TERHADAP KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN

LELE DUMBO (Clarias gariepinus Burchell)

(Aplikasi Penelitian dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa Sub Materi Limbah dan Daur Ulang Limbah Pada Siswa Kelas X)

\

Oleh Sobri Nuryadin

Limbah cair tahu adalah sisa pengolahan kedelai menjadi tahu yang mengandung bahan berbahaya. Salah satu cara yang banyak direkomendasikan para ahli dalam mengurangi tingkat toksik dalam limbah cair adalah dengan bioremediasi, proses ini bertjuan untuk mengurangi kadar racun didalam limbah sehingga tidak berakibat fatal bagi organisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui konsentrasi limbah cair tahu yang mempengaruhi kelulushidupan 50% (LC 50-96 jam) benih ikan lele dumbo;

(2) mengetahui pengaruh bioremediasi tumbuhan Semanggi pada limbah cair tahu terhadap kelulushidupan benih ikan lele dumbo pada LC 50-96 jam; dan

(3) menyusun lembar kerja siswa untuk pembelajaran biologi pada sub materi limbah dan daur ulang limbah.


(3)

Parameter yang diamati adalah kelulushidupan ikan lele dan faktor fisika kimia (BOD, COD, pH,dan Suhu) sebelum dan sesudah bioremediasi. Data dianalisis

dengan mencari nilai rata-rata kelulushidupan hewan uji menggunakan metode probit.

Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari lima variasi biomassa tumbuhan semanggi, yaitu: 0 g (kontrol), 400 g, 300 g, 200 g, 100 g, dengan 3 kali pengulangan, sedangkan volume limbah adalah masing-masing 10 liter dengan perlakuan sesungguhnya pada konsentrasi 50% untuk tiap perlakuan. Hal ini dilakukan untuk menentukan LC 50-96 jam.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biomassa yang mendekati LC 50- 96 jam pada biomassa 292.885 g. Hasil bioremediasi menggunakan tumbuhan Semanggi (Marsilea crenata Presl) pada limbah cair tahu berpengaruh terhadap peningkatan kelulushidupan benih ikan lele dumbo.

Kata Kunci: Bioremediasi, Tumbuhan Semanggi, Limbah Cair Tahu, Kelulushidupan dan Lele dumbo.


(4)

EENIII IKAN LEIE DUMBO {Cbias guiapinw Bwckettl (Aplikasi Penelitian dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa Sub Materi Limbah dan Daur Ulang Limbah pada Siswa

KelasX)

Nama Mahasiswa

No. Pokokldahasiswa Pro$am Studi

Jurusan

Fakultas

Soet'i

q&.toe

a6,3024k4,

Ilrs.

I)arlpn Sikumbang M.Biomed.

NrP 19571107198@3 1002 Pr*mudiyanti, NIP r9730310 199802 S.Si., 2 001M.Si.

2. Kettm Jurusm Ptqdidikarr MIPA

Dr.

Casrita,

M,Si, NIP 196710@ 199303 I 004


(5)

ffi

.'-...::::...:':::.'i.:.ii*Wi];]]]];]:.]:]i:..i:.:..:l"iill.'..l.'..:...i....i,

.. t-

-.'... .., ,, ':':t.'.l::1ij:lt:.:i' l,:+tl#.;li: ; :rrrr' r;:;': irrr':'t ttttlttt -.1t.. . t-

1.-=,.t.,

.rrtil i: r-r:: - " 'rl,::..j:-rl .: .,1 ,,... ,.: ,lt ;r:-iiirt:r.",i..:.J]jri:.:r...., ! i,':i,::r:;ir,.:.i:::!i:

..r:tii:i.r', " ',.i!..: -='i. . _.r.,it:::;:;::!t: tr: i,:: - -:,,.i*ililt:r-.'r-rri !-i:jnr::r::r:ii''ll:,' lrll;:lrrii"---- : .: : ;,:l

i:;

',''-lj

ri

i

:,


(6)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Nomor Pokok Matrasiswa

Program Studi

Junrsan

Sobri Nuryadin

06t30240M Pendidikan Biologi Pendidikan MIPA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkanoleh orang lairU kecuali yang secaftrtertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaftn dalam

pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab

sepenuhnya-Bandar Lampung, Oktober 2013

Yang menyatakan

Sobri Nuryadin


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. vii

DAFTAR GAMBAR ... ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... .. 1

B. Rumusan Masalah ... .. 5

C. Tujuan Penelitian ... .. 5

D. Manfaat Penelitian ... .. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... .. 6

F. Kerangka Pemikiran ... .. 7

G. Hipotesis ... .. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioremediasi ... 10

B. Tumbuhan Semanggi ... 18

C. Karakteristik Limbah Tahu ... 20

D. Kelulushidupan Ikan Lele ... 21

E. Analisis Materi Pembelajaran... 24

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... . 32

B. Populasi dan Sampel ... . 32

C. Alat dan Bahan ... . 32

D. Rancangan Percobaan ... . 33

E. Prosedur Penelitian ... 34

F. Pelaksanaan Penelitian ... 35

1. Persiapan.. ... 35

2. Pelaksanaan Percobaan ... 35

a. Aklimatisasi Tumbuhan Semanggi... 35

b. Bioremediasi ... 36

G. Analisis Data ... 36

H. Penyusunan Lembar Kerja Siswa ... 37

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38


(8)

2. Uji Sesungguhnya ... 40

B. Pembahasan ... . 43

C. Hasil Penelitian dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa Biologi Sub Materi Limbah dan Daur Ulang Limbah ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 56

2. Lembar Kerja siswa ... 60

3. Uji Probit ... 65


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun industri tahu juga berpotensi mencemari lingkungan, karena industri ini menghasilkan limbah (padat, cair, dan gas) yang jumlahnya cukup besar. Limbah tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan berupa bau tidak sedap dan polusi pada badan air penerima. Akibat dari dampak negatif tersebut, pengembangan industri tahu sering menghadapi hambatan dari masyarakat sekitarnya yang merasa terganggu.

Dalam proses produksi tahu digunakan air dengan jumlah besar, yaitu untuk perendaman dan pencucian kedelai, penggilingan, pemasakan, dan

penyaringan sari kedelai. Ada perbedaan jumlah pemakaian air untuk pro ses produksi tahu di daerah studi. Sebagian air (sekitar 15%) yang ditambahkan ke dalam proses terikut dalam tahu dan ampas tahu, dan sebagian besar sisanya keluar sebagai limbah cair. Hasil penelitian Romli dan Suprihatin (2009:152) menunjukan dari 1 kg kedelai dihasilkan tahu sejumlah 3,3±0,7 kg dan ampas tahu sejumlah 2,0-2,2 kg. Jumlah limbah cair per kg kedelai yang diolah adalah 17±3 L. Sementara itu, EMDI dan BAPEDAL (dalam Pohan, 2008:12), menjelaskan jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai. Sedangkan karakteristik dari


(10)

limbah cair tahu adalah temperaturnya melebihi temperature normal badan air penerima (60-80°C), warna limbah putih kekuningan dan keruh, pH < 7, COD

(Chemical Oxygen Demand) 1534 mg/L, BOD (Biochemical Oxygen Demand) 950

mg/L, TSS (Total Suspended Solid) 309 mg/L. Padatan tersebut sebagian berupa

kulit kedelai, selaput lendir, protein, lemak, karbohidrat, dan orthophosphat. Limbah

cair ini di perairan selain berpotensi menimbulkan bau busuk karena proses anaerob pada perombakan protein, lemak, dan karbohidrat oleh mikroorganisme, juga menambah beban pencemaran air (Supriyanto dalam Pohan, 2008:14).

Berkaitan dengan hal di atas diketahui bahwa limbah cair tahu mengandung zat toksik dan mikroba yang berbahaya bagi hewan dan tumbuhan, sehingga air limbah tidak bisa dimanfaatkan secara langsung untuk keperluan dan apabila dibuang ke sungai akan menyebabkan pencemaran perairan dan menggangu kehidupan biota air. Hal ini sejalan dengan hasil uji pendahuluan yang dilakukan pada 20 Januari 2013, diketahui limbah cair tahu yang

diperoleh dari outlet limbah masyarakat, menyebabkan kematian benih ikan lele 100% dari jumlah sampel 10 ekor pada konsentarsi 25%, 50%, 75 % dan 100% yang diuji sebanyak 3 kali pengulangan. Setelah dianalisis waktu mortalitas benih ikan lele, hanya pada konsentrasi 25% yang dapat bertahan lebih dari 24 jam pertama. Oleh karena itu, dilakukan uji lanjutan untuk menentukna LC 50% dengan menurunkan rentang konsentrasi dari 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Hasil uji diperoleh LC 50% pada konsentrasi 10% atau 10-5 ppm. Sementara itu, hasil uji faktor kimia- fisika air menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi limbah tahu, maka kadar BOD dan COD nya semakin tinggi. Kadar pH juga semakin basa pada konsentrasi yang semakin tinggi. Artinya bahwa limbah tersebut berpengaruh terhadap kelulushidupan


(11)

benih ikan lele. Sehingga, diperlukan cara untuk mencegah pencemaran perairan yang timbul akibat pembuangan limbah tahu yang relatif murah dan sederhana. Langkah yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi pencemaran perairan adalah melalui strategi biologi dikenal dengan istilah bioremediasi.

Thomas (dalam Surtikanti, 2011:143-144) menjelaskan bioremediasi

merupakan suatu teknologi aplikasi proses biologis untuk mengurangi bahan kimia beracun dan berbahaya di lingkungan dengan menggunakan bantuan organisme dari jenis tanaman, hewan, atau bakteri. Organisme tersebut bekerja dalam perombakan maupun penyerapan bahan polutan sehingga air atau sedimen yang tercemar bahan polutan mengalami degradasi pengurangan bahan polutan. Bioremediasi dipilih sebagai teknologi remediasi unggulan karena teknologi ini memiliki beberapa keuntungan yang dapat menjadi solusi masalah pencemaran secara murah, tuntas, dan bersifat ramah lingkungan.

Bioremediasi menggunakan tumbuhan disebut fitoremediasi. Proses bioremediasi mengandalkan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentranformasi dan memobilisasi bahan pencemar, baik lo gam berat maupun senyawa organik. Sedangkan makhluk hidup yang digunakan untuk

bioremediasi disebut bioremediator (Pramukanto dalam Surtikanti, (2011:143).

Penggunaan tumbuhan Marsilea crenata Pres dalam meremediasi limbah cair tahu belum banyak diketahui. Sebagai indikator keberhasilan proses

bioremediasi ini maka dalam penelitian digunakan benih Clarias gariepinus Burchell dengan cara menguji kelulushidupannya.


(12)

Benih Clarias gariepinus Burchell dipilih sebagai bioindikator penelitian ini karena memiliki keistimewaan antara lain: (a) pertumbuhannya cepat; (b) dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan untuk makanannya; (c)

pemeliharaannya relatif mudah dan dapat dipelihara pada lahan yang sempit dengan padat tebar tinggi; (d) merupakan masa sangat penting dan kritis karena pada fase ini larva sangat sensitif terhadap faktor lingkungan (Muchlisin, dkk., 2003:106).

Proses pembelajaran biologi seyogianya tidak hanya disajikan dengan cara mentransfer informasi atau kajian literatur. Pembelajaran biologi hendaknya didesain dengan menghubungkan topik yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini mengingat materi biologi sesungguhnya dekat dan berada di sekitar siswa. Uraian tersebut sejalan dengan paradigma pembelajaran kontekstual yang menghendaki suatu proses pendidikan yang holistik untuk membantu siswa memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan cara mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari- hari (konteks pribadi, sosial dan kultural). Melalui pembelajaran kontekstual, siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya (Depdiknas, 2003 :4).

Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif penuntun pratikum pembelajaran pada sub materi limbah dan daur ulang limbah. Selama ini, sub materi tersebut diajarkankan oleh guru melalui ceramah dengan bantuan media power point, sehingga pembelajaran ini belum sesui dengan hakikat


(13)

pembelajaran IPA. Oleh karena itu, penelitian ini akan diaplikasikan ke dalam bentuk lembar kerja siswa yang menunjukan proses percobaan.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl pada limbah cair tahu

terhadap kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell?”. Agar rumusan masalah lebih operasional maka diuraikan lebih rinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Berapakah konsentrasi limbah cair tahu yang mempengaruhi

kelulushidupan 50% (LC 50-96 jam) benih Clarias gariepinus Burchell? 2. Bagaimanakah pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl pada limbah cair tahu terhadap kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell (LC 50-96 jam)?.

3. Bagaimanakah menyusun lembar kerja siswa untuk sub materi limbah dan daur ulang limbah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui konsentrasi limbah cair tahu yang mempengaruhi

kelulushidupan 50% (LC 50-96 jam) benih Clarias gariepinus Burchell. 2. Mengetahui pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl pada

limbah cair tahu terhadap kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell pada LC 50-96 jam.


(14)

3. Menyusun lembar kerja siswa untuk sub materi limbah dan daur ulang limbah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan memberi sumbangan dari segi praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi tulisan ilmiah yang memberikan informasi teoritis berupa panduan bioremediasi limbah tahu menggunakan tumbuhan Marsilea crenata Presl dan pengaruhnya terhadap

kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini antara lain:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam menyusun lembar kerja siswa pada sub materi limbah dan daur ulang limbah.

2. Sebagai salah satu sumber belajar biologi sub materi limbah dan daur ulang limbah;

3. Sebagai alternatif strategi pembelajaran yang berbasis kontekstual. 4. Memberikan pengalaman belajar baru bagi siswa dalam mempelajari

sub materi limbah dan daur ulang limbah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kekeliruan penafsiran, maka ruang lingkup dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:


(15)

1. Pengaruh didefinisikan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan (KBBI, 2002:849)

2. Tumbuhan Marsilea crenata Preslyang digunakan dalam bioremediasi diambil dari sawah petani yang diduga yang belum tercemar limbah cair dari industri pembuatan tahu.

3. Limbah cair yang digunakan adalah limbah cair yang siap dibuang ke lingkungan (outlet) dari indutri pembuatan tahu di desa Gemahripah Kec. Pagelaran Kab. Pringsewu.

4. Parameter yang diamati adalah kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell pada LC 50 dan faktor fisika-kimia sebelum dan sesudah bioremediasi (pH, Suhu, COD, BOD, perubahan warna) sebagai data pendukung.

5. Benih Clarias gariepinus Burchell yang digunakan, adalah larva hasil pemijahan yang berusia 3-4 minggu (berat 0,8 g).

F. Kerangka Pe mikiran

Dalam kegiatan industri pembuatan tahu, air limbah akan mengandung zat atau kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri seharusnya menerapkan prinsip pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi dan setelah proses produksi.


(16)

Kunci untuk mengurangi pencemaran adalah mencegah bahan-bahan yang masih bermanfaat terbawa limbah cair. Pada kenyataannya, proses pembuatan tahu yang dilakukan oleh salah seorang pengusaha tahu di desa Gemahripah Kec. Pagelaran Kab. Pringsewu, belum melaksanakan pengelolaan limbah cair dari buangan industri. Limbah hanya dibuang begitu saja pada galian tanah yang tidak telalu dalam dan mengalir ke sawah. Dari kondisi tersebut,

melatarbelakangi penelitian mengenai bioremediasi limbah tahu menggunakan Marsilea crenata Preslterhadap kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu lembar kerja siswa bagi siswa SMA kelas X. Bagan kerangka pemikiran penilitian ini disajikan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

H0: µ1 = µ2 (Tidak ada pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata

Presl pada limbah cair tahu terhadap kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell pada LC 50).

Industri tahu

Mengandung Limbah organik

berbahaya

Produk tahu

Limbah Cair

Bioremediasi Tumbuhan Marsilea crenata Presl

Kelulushidupan benih Clarias gariepinus


(17)

H1: µ1 ≠ µ2 (Ada pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl

pada limbah cair tahu terhadap kelulushidupan benih Clarias gariepinus Burchell pada LC 50).


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biore mediasi

Bioremediasi adalah proses degradasi biologis dari sampah organik pada kondisi terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau

konsentrasinya di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga berwenang. Sedangkan menurut United States Environmental Protection Agency (dalam Surtikanti, 2011:143), bioremediasi adalah suatu proses alami untuk

membersihkan bahan-bahan kimia berbahaya. Ketika mikroba mendegradasi bahan berbahaya tersebut,akan dihasilkan air dan gas tidak berbahaya seperti CO2.

Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran dan cukup menarik. Selain hemat biaya, dapat juga dilakukan secara in situ langsung di tempat dan prosesnya alamiah (Hardiani, dkk. 2011:32). Laju degradasi mikroba terhadap logam berat tergantung pada beberapa faktor, yaitu aktivitas mikroba, nutrisi, derajat keasaman dan faktor lingkungan (Hardiani, dkk., 2011:32). Teknologi bioremediasi ada dua jenis, yaitu ex-situ dan in situ. Ex-situ adalah pengelolaan yang meliputi pemindahan secara fisik bahan-bahan yang terkontaminasi ke suatu lokasi untuk penanganan lebih lanjut (Vidali dalam Hardiani, dkk., 2011:32 ). Penggunaan bioreaktor, pengolahan lahan (landfarming), pengkomposan dan beberapa bentuk


(19)

perlakuan fase padat lainnya adalah contoh dari teknologi ex-situ, sedangkan teknologi in situ adalah perlakuan yang langsung diterapkan pada bahan-bahan kontaminan di lokasi tercemar (Vidali dalam Hardiani, dkk., 2011:32)

Berdasarkan agen proses biologis serta pelaksanaan rekayasa, bioremediasi dapat dibagi menjadi dalam Empat kelompok, yaitu:

a. Fitoremediasi;

b. Bioremediasi in situ

c. Bioremediasi ex situ

d. Bioagumentasi

Fitoremediasi merupakan proses teknologi yang menggunakan tumbuhan untuk memulihkan tanah yang tercemar oleh bahan polutan secara in situ (Surtikanti, 2011:144). Teknologi ini dapat ditunjang dengan peningkatan perbaikan media tumbuh dan ketersediaan mikroba tanah untuk meningkatkan efesiensi dalam proses degradasi bahan polutan. Proses fitoremediasi bermula dari akar tumbuhan yang menyerap bahan polutan yang terkandung dalam air. Kemudian melalui proses transportasi tumbuhan, air yang mengandung bahan polutan dialirkan keseluruh tubuh tumbuhan, sehingga air yang menjadi bersih dari polutan. Tumbuhan ini dapat berperan langsung atau tidak langsung dalam proses remediasi lingkungan yang tercemar. Tumbuhan yang tumbuh di lokasi yang tercemar belum tentu berperan aktif dalam penyisihan

kontaminan, kemungkinan tumbuhan tersebut berperan secara tidak langsung. Agen yang berperan aktif dalam biodegradasi polutan adalah mikroorganisme tertentu, sedangkan tumbuhan dapat berperan memberikan fasilitas


(20)

penyediaan akar tumbuhan sebagai media pertumbuhan mikroba tanah sehingga pertumbuhan lebih cepat berkembang biak (Surtikanti dan Surakusumah, 2011:145).

Ada beberapa kriteria tumbuhan yang dapat digunakan dalam proses

fitoremdiasi, (Youngman dalam Surtikanti, 2011:145), yaitu harus: memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi; hidup pada habitat yang kosmopolitan; mampu mengkonsumsi air dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat; mampu meremediasi lebih dari satu jenis polutan; mempunyai toleransi tinggi terhadap polutan; dan mudah dipelihara. Contoh tumbuhan ya ng dapat

digunakan untuk dalam bioremediasi polutan adalah: Salix sp, rumput-rumputan (Bermuda grass, sorgum), legum (semanggi, alfalfa), berbagai tumbuhan air dan hiperakumulator untuk logam (bunga matahari, Thlaspi sp).

Dalam proses remediasi, tumbuhan dapat bersifat aktif maupun pasif dalam mendegradasi bahan polutan. Secara aktif tumbuhan memiliki kemampuan yang berbeda dalam fitoremediasi. Ada yang melakukan proses transformasi, fitoekstraksi (pengambilan dan pemulihan dari kontaminan pada biomassa bawah tanah), fitovolatilisasi, fitodegrradasi, fitostabilisasi (menstabilkan daerah limbah dengan kontrol penyisihan dan evapotrannspirasi), dan

rhizofiltrasi (menyaring logam berat ke sistem akar) (Kelly dalam Surtikanti, 2011:145). Keenam proses ini dibedakan berdasarkan proses fisik dan biologis. Sedangkan secara pasif tumbuhan melakukan biofilter, transfer oksigen, menghasilkan karbon, dan menciptakan kondisi lingkungan (habitat) bagi pertumbuhan mikroba.


(21)

Gambar 2.1 Fitoremediasi

Fitotransformasi adalah pengambilan kontaminan bahan organik dan nutrien

dari tanah atau air tanah yang kemudian dtransformasikan oleh tumbuhan. Proses trannsformasi poluttan dalam tumbuhan dapat berubah menjadi nontoksik atau menjadi lebih toksik. Metabolit hasil transformasi tersebut terakumulasi dalam tubuh tumbuhan. Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan oleh tanaman air atau tanah dan kemudian diakumulasi atau disimpan dalam bagian suatu tumbuhan (daun atau batang). Tanaman tersebut

dinamakan hiperakumulator. Setelah polutan terakumulasi, tumbuhan dapat dipanen dan tumbuhan tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus

dimusnahkan dengan insinerator atau ditimbun dalam landfill.

Fitovolatillisasi merupakan proses penyerapan polutan oleh tumbuhan,

kemudian polutan tersebut diubah menjadi bersifat volatile (mudah menguap), setelah itu ditranspirasikan oleh tumbuhan. Polutan yang dilepaskan oleh tumbuhan keudara dapat memiliki bentuk senyawa awal polutan, atau dapat


(22)

juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal. Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tumbuhan dan kemudian polutan tersebut mengalami metabolisme di dalam tumbuhan. Metabolisme polutan di dalam tumbuhan melibatkan enzim antara lain nitrodictase, laccase, dehalogenase, dan nitrillase. Fitostabilisasi merupakan proses yang dilakukan oleh

tumbuhan untuk mentransformasikan polutan di dalam tanah menjadi senyawa nontoksik tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut ke dalam tubuh tumbuhan. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada di dalam tanah. Fitostabilisasi dapat diartikan sebagai penyimpanan tanah dan sedimen yang terkontaminasi dengan menggunakan vegetasi, dan immobilisasi

kontaminan beracun polutan. Fitostabilisasi biasanya digunakan untuk kontaminan logam pada daerah berlimbah yang mengandung suatu

kontaminan. Sedangkan rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan perairan (Surtikanti, 2011:146-148).

Tumbuhan dapat berperan dalam mempercepat proses remediasi pada lokasi yang tercemar. Hal ini dapat menjadi dalam berbagai cara, antara lain: 1. Sebagai solar driven-pump dan treat system, yaitu: proses penarikan

polutan ke daerah rhizosfer dengan bantuan sinar matahari. 2. Sebagai biofilter, yaitu: tumbuhan yang dapat mengadsorbsi dan

membiodegradasi kontaminan yang berbeda di udara, air, dan daerah buffer. Proses adsorbsi ini bersifat menyaring kontaminan.

3. Transfer oksigen dan menurunkan water table. Tumbuhan dengan sistem perakaran dapat berfungsi sebagai transfer oksigen bagi mikroorganisme


(23)

dan dapat menurunkan water table sehingga difusi gas dapat terjadi. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh tanaman apabila kontaminannya bersifat biodegradable.

4. Penghasil sumber karbon dan energi. Tumbuha n dapat berperan sebagai sumber penghasil karbon dan energi alternatif yaitu dengan cara

mengeluarkan eksudat atau metabolisme oleh akar tumbuhan. Eksudat tersebut dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai sumber karbon dan alternatif sebelum mikroorganisme tersebut menggunakan polutan sebagai sumber karbon dan energi.

Surtikanti (2011:148-149), mendeskripsikan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam berbagai aplikasi fitoremediasi sebagai berikut: Tabel 2.1. Jenis-jenis tanaman untuk aplikasi fitoremediasi

No Aplikasi Media Kontaminan Jenis Tanaman

1 Fitoremediasi Tanah, air tanah, landfill leachate, air limbah a. Herbisida b. Aromatik (BTEX) c. Chlorinate alphatics (TCE)

d. Nutrien (NO3-,

NH4+, PO43-)

e. Limbah amunisi (TNT, RDX)

Alfalfa, poplar, willow, aspen, gandum

2 Bioremediasi rhizosfer Tanah, sedimen, air limbah a. Kontaminan organik pestisida b. PAH Murberry, apel, tumbuhan air

3 Fitostabilisasi Tanah sedimen

a. Logam (Pb, Cd, Zn, As, Cu, Cr, Se, U) b. Hydrophobik

organik (PAHs, dioxin, lurans, pentachlorofen Tanaman yang memiliki sistem akar yang padat. Rumput yang memiliki serat akar yang banyak. Tanaman yang


(24)

No Aplikasi Media Kontaminan Jenis Tanaman ol, DDT, dieldrin) dapat melakukan trenspirasi air yang lebih banyak. 4 Fitoekstraksi Tanah,

sedimen, brownfields

a. Logam metal (Pb,Cd, Zn, Ni, dan Cu)

Bunga matahari, dandellon, mustard 5 Rhizofiltrasi Air tanah,

dan air limbah di danau atau air sumur buatan

a. Logam metal (Pb,Cd, Zn, Ni, dan Cu) b. Radioaktif

(Cs, Sr, dan U) c. Senyawa

organik hidrofobik

Tanaman air

Merujuk pada deskripsi di atas, penelitian ini lebih cocok berpedoman pada prinsip bioremediasi rhizosfer dan rhizofiltrasi karena jika dikaji dari segi media, kontamian, jenis tanaman yang digunakan untuk bioremediasi sesuai dengan karakteristik permasalahan yang akan diteliti. Sementara itu, has il penelitian Surtikanti (2005:174) menunjukan bahawa tanaman Impatiens sp; Cyperus sp; dan Rhoe discolor efektif dalam menurunkan kadar oli dalam tanah. Hal ini ditunjang dengan pembentukan akar tanaman Impatiens sp. yang berperan pasif untuk pertumbuhan bakteri. Dengan adanya peningkatan populasi bakteri, maka proses remediasi ini dapat berlangsung dengan cepat dengan adanya bantuan bakteri tersebut.

Bioremediasi in situ disebut juga bioremediasi dasar atau natural attenuation. Teknologi ini memanfaatkan kemampuan mikroba indigen dalam merombak polutan di lingkungan. Proses ini terjadi dalam tanah secara alamiah di dalam tanah secara alamiah dan berjalan sangat lambat. Bioremediasi in situ


(25)

Merupakan metode dimana mikroorganisme diaplikasikan langsung pada tanah atau air dengan kerusakan yang minimal. Bioremediasi (in situ bioremidiation) juga terbagi atas:

a. Biostimulasi/Bioventing: dengan penambahan nutrient (N, P) dan aseptor elektron (O2) pada lingkungan pertumbuhan mikroorganisme untuk

menstimulasi pertumbuhannya.

b. Bioaugmentasi: dengan menambahkan organisme dari luar (exogenus

microorganism) pada subpermukaan yang dapat mendegradasi kontaminan spesifik.

c. Biosparging: dengan menambahkan injeksi udara dibawah tekanan ke dalam air sehingga dapat meningkatkan konsentrasi oksigen dan kecepatan degradasi.

Sementara bioremediasi ex situ dikenal sebagai metode dimana

mikroorganisme diaplikasikan pada tanah atau air terkontaminasi yang telah dipindahkan dari tempat asalnya. Teknik exsitu terdiri atas:

a. Landfarming: teknik dimana tanah yang terkontaminasi digali dan dipindahkan pada lahan khusus yang secara periodik diamati sampai polutan terdegradasi.

b. Composting: teknik yang melakukan kombinasi antara tanah

terkontaminasi dengan tanah yang mengandung pupuk atau se nyawa organik yang dapat meningkatkan populasi mikroorganisme.

c. Biopiles: merupakan perpaduan antara landfarming dan composting.

d. Bioreactor: dengan menngunakan aquaeous reaktor pada tanah atau air


(26)

B. Tumbuhan Marsilea crenata Presl

Semanggi adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea) yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi. Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan. Akibat bentuk daunnya ini, nama “Semanggi” dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan dikotil yang bersusunan daun serupa, seperti klover. Semua

anggotanya heterospor, memiliki dua tipe spora yang berbeda kelamin. Daun tumbuhan ini (biasanya M. crenata) biasa dijadikan bahan makanan yang dikenal sebagai pecel semanggi, khas dari daerah Surabaya. Organ

penyimpan spora (disebut sporokarp) M. drummondii juga dimanfaatkan oleh penduduk asli Australia (aborigin) sebagai bahan makanan. Semanggi M. crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegah osteoporesis. Tumbuhan ini juga berpotensi sebagai tumbuhan bioremediasi, karena mampu menyerap logam berat Cd dan Pb. Kemampuan ini perlu diwaspadai dalam penggunaan daun semanggi sebagai bahan makanan, terutama bila daunnya diambil dari laha n tercemar logam berat. Habitat tumbuhan ini pada tempat yang terkena sinar matahari atau agak rindang pada dataran rendah hingga ketinggian 3000 m dpl. Bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh bagian tumbuhan. Kandungan kimia berupa minyak atsiri; saponin; zat samak.

Klasifikasi


(27)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida Ordo : Salviniales Famili : Marsileaceae Genus : Marsilea

Spesies : Marsilea crenata Presl

Sekitar 35 spesies, diantaranya adalah M. crenata, M. quadrifolia, M. drummondli, M. macrocarpa, M. exarata.

Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl adalah tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal.

Gambar 2.2. Tumbuhan semanggi (Nuryadin, 2012)


(28)

C. Karakteristik limbah tahu

Sebagian besar industri tahu merupakan industri kecil (home industry), yang notabene adalah masyarakat pedesaan dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka operasional pengolahan air limbah menjadi salah satu

pertimbangan yang cukup penting. Untuk pengolahan air limbah industri tahu biasanya dipilih sistem dengan operasional pengolahan yang mudah dan praktis serta biaya pemeliharaan yang terjangkau.

Pemilihan sistem pengolahan air limbah didasarkan pada sifat dan karakter air limbah tahu itu sendiri. Sifat dan karakteristik air limbah sangat menentukan didalam pemilihan sistem pengolahan air limbah, terutama pada kualitas air limbah yangmeliputi parameter-parameter pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), dan TSS (Total Suspended Solid). Melihat karakteristik air limbah tahu diatas maka salah satu alternatif yang cukuptepat untuk pengolahan air buangan adalah dengan proses

biologis. Cara ini relative sederhana dan tidak mempunyai efek samping yang serius. Merujuk pada baku mutu uji toksisitas akut (LC50 dan LD50) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, tingkatan racun B3

dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Tingkatan racun B3 (PPRI No. 74/2001)

Urutan Kel ompok LD 50 mg/kg

1 Amat sangat beracun (Extremly toxic) < 1 2 Sangat beracun (Highly toxic) 1 – 50 3 Beracun (Moderatly toxic) 51 – 500 4 Agak beracun (Slightly toxic) 501 – 5000 5 Prakt is tidak beracun (Practically non toxic) 5001 – 15000 6 Re latif tidak berbahaya (Relatively harmless) > 15000


(29)

Sementara menurut APEA dan ERDC (1994:1), pengklasifikasian tingkat toksik untuk limbah adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 . Tingkatan toksik menurut APEA dan ERDC

Urutan Katerg ori LC 50 mg/L

1 Tidak toksik >100000 2 Ha mper t idak toksik 10000-100000

3 Rendah 1000-10000

4 Sedang 100-1000

5 Toksik 1-100

6 Sangat toksik <1

D . Kelulushidupan Ikan Lele (Clarias sp.)

1.Karakteristik ikan lele (Clarias sp.)

Ikan Lele termasuk dalam jenis ikan air tawar dengan ciri - ciri tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki sisik, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat bagian nasal, maksila, mandibula luar dan mandibula dalam, masing- masing terdapat sepasang kumis. Hanya kumis bagian mandibula yang dapat digerakkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik, berwarna hitam pada bagian punggung (dorsal) dan bagian samping (lateral). Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur merupakan sirip tunggal, sedangkan sirip perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang keras dan runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beracun (Suyanto, 2007:2). Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada siripsirip dadanya. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai


(30)

dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. (Suyanto:2007:1).

Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1985. Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, antara lain lebih mudah dibudidayakan dan dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas telur yang besar serta mempunyai kecepatan tumbuh dan efisiensi pakan yang tinggi. Ikan lele dumbo dicirikan oleh jumlah sirip punggung, sirip dada , sirip perut, sirip anal dan jumlah sungut 4 pasang, dimana 1 pasang diantaranya lebih besar dan panjang. Perbandingan antara panjang standar terhadap tinggi badan adalah 1:5-6 dan perbandingan antara panjang standar terhadap panjang kepala 1:3-4. Ikan lele dumbo memiliki alat pernapasan tambahan berupa aborescen yang merupakan kulit tipis, menyerupai spons, yang dengan alat pernapasan tambahan ini ikan lele dumbo dapat hidup pada air dengan kondisi oksigen yang rendah.


(31)

Gambar 2.3. Kelamin jantan dan betina ikan lele (Clarias sp.)

Gambar 2.4. Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Keterangan:

1 : Panjang Standar 2 : Panjang Kepala 3 : Tinggi Badan A : Mandibular Barbel B : Maxilaris Barbel C : Sirip Perut D : Sirip Pectoral E : Sirip Verbral F : Sirip Caudal

Klasifikasi ikan lele dumbo Filum : Chordata

Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidae Famili : Clariidae Genus : Clarias


(32)

2. Kelulushidupan ikan lele

Survival rate atau biasa dikenal dengan SR dalam perikanan budidaya merupakan indeks kelulushidupan suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. nilai SR ini dihitung dalam bentuk angka persentase, mulai dari 0 – 100 %. Rumusnya yaitu:

SR x 100%

Keterangan:

SR: Survival rate (kelulushidupan)

N2: Jumlah individu pada akhir penelitian

N1: Jumlah individu pada awal penelitian (Muchlisin, 2003:107)

D. Analisis Materi Pe mbelajaran

Salah satu alasan mempelajari biologi adalah untuk mengetahui lebih banyak mengenai diri kita dan bumi yang kita huui (Kimball, 1983: 4). Begitu juga penerapan konsep-konsep Biologi yang menjadi dasar untuk mengembangk teknologi untuk kehidupan sehari-hari dipelajari dalam

sains biologi SMA.Dalam kurikulum 2006, materi pokok ekosistem

diberikan kepada siswa SMA kelas X pada semester genap. Standar Kompetensi (SK) yang ditetapkan untuk materi pokok ekosistem ini adalah menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) yang dituntut bagi siswa yaitu


(33)

(1) menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah., (2) membuat produk daur ulang limbah.

Materi Pokok limbah dan daur ulang limbah ini meliputi beberapa uraian materi, antara lain: jenis-jenis limbah, desain alat daur ulang limbah, melakukan daur ulang limbah. Menurut Sadiman (2003:3) guru hanyalah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan siswa

belajar. Menurut Association For Education Communication and

Technology (AECT) dalam Rohani (1997:108) sumber belajar diklasifikasikan menjadi 6 yaitu :

1. Pesan, yaitu informasi yang ditransmikan (diteruskan) oleh komponen

lain dalam bentuk; ide, fakta, arti dan data.

2. Orang, yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pegolah,

penyaji pesan. Dalam kelompok ini misalnya: guru, dosen, tutor, peserta didik, tokoh masyarakat atau orang lain yang memungkinkan berinteraksi dengan peserta didik.

3. Bahan, yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan

melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri, misalnya;

transparansi, slide, film, film strip, audio, video, buku, modul, majalah,

bahan instruktusional.

4. Alat, yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan

yang tersimpan dalam bahan. Misalnya; proyektor slide, overhead, video


(34)

5. Teknik, yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. contohnya instruktusinal terprogram, belajar sendiri, belajar tentang permainan simulasi, demontrasi, ceramah, tanya jawab, dan lain-lain.

6. Lingkungan, yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan, lingkungan

biasanya bersifat fisik (gedung sekolah, kampus, perpustakaan,

laboratorium, studio, auditorium, museum, taman) maupun lingkungan non fisik (suasana belajar, dan lain-lain).

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar, sehingga diperlukan sumber belajar alternatif untuk mencapai ketuntasan belajar siswa.

Lembar Kerja Siswa merupakan buku yang berisikan tugas-tugas siswa. Aplikasi suatu penelitian dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa ada dua macam, yaitu lembar kegiatan siswa ekperimen dan non ekperimen. Lembar Kerja Siswa ekperimen yaitu lembar kegiatan siswa dimana siswa menguji pengaruh suatu varabel terhadap varabel lainnya,

sedangkan LKS non eksperimen hanya menampilkan data atau hasil yang diperoleh dari suatu penelitian.

Penggunaan LKS memungkinkan siswa untuk lebih memahami sebuah pembelajaran. hal ini dikarenakan siswa berperan lansung dalam pembelajaran sehingga mereka mendapat pengalaman sendiri kegiatan pembelajaran. Menurut Hamalik (2004:212) manfaat dari sebuah


(35)

pengalaman belajar adalah: (1) menambah rasa percaya diri dan partisipasi aktif peserta didik, (2) menimbulkan interaksi yang positif

antar sesama peserta didik. Menurut NSTA (National Science Teacher

Association) (2005) salah satu standar sains adalah sains sebagai cara penyelidikan (science as inquiry). Standar ini menyatakan pentingnya

melatih anak melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam.

Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi merupakan kegiatan belajar sains melalui proses inquiry. Untuk memandu siswa melakukan proses inkuiri sains digunakanlah Lembar Kerja Siswa (LKS).

LKS merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran. Para guru di negara maju, seperti Amerika Serikat mengembangkan enam perangkat pembelajaran untuk setiap topik; di mana untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi (silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out (bahan ajar), (4) student worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) media (minimal power point), dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian). LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, sepertimelakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik


(36)

kesimpulan. Untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar, digunakanlah LKS.

Beberapa definisi LKS muncul terkait dengan kegiatan belajar tersebut, seperti (1) a sheet of paper used for the preliminary or rough draft of a problem, design, etc., (2) a piece of paper recording work being planned or already in progress, (3) a sheet of paper containing exercises to be completed by a pupil or student. Menurut definisi di atas, LKS adalah selembar kertas untuk (1) menyusun skema pemecahan masalah atau membuat desain., (2) mencatat data hasil pengamatan., dan (3) lembar diskusi/latihan kerja siswa. Dahar (1986) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas belajar, melalui praktek atau penerapan hasil- hasil belajar untuk mencapai tujuan intruksional.

LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 1993:78). LKS (Lembar Kerja Siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Berdasarkan definisi di atas, LKS di dalam mata pelajaran yang berbeda akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam mata pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan penyelidikan atau eksperimen, tabel data, dan persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari data hasil percobaan. LKS untuk mata pelajaran bahasa berisi latihan terkait dengan kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. LKS untuk


(37)

pelajaran matematika bisa berisi persoalan matematika bergambar, persoalan cerita matematis, atau operasi matematis. LKS untuk pelajaran seni lukis dapat berisi latihan mewarnai, menggambar, dan ekspresi seni. Dengan demikian, LKS berbeda-beda bentuknya antarmatapelajaran yang berbeda.

LKS untuk siswa SD, SMP, dan SMA atau bahkan perguruan tinggi juga berbeda-beda. LKS untuk SD biasanya sederhana dan bergambar. Hal itu disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak yang masih bersifat operasional konkrit. Untuk siswa sekolah menengah, LKS lebih abstrak sesuai dengan tingkat perkembangan mental mereka yang menurut Piaget (1970 :1) sudah mampu berfikir formal. LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar, seperti

melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur kerja. 2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan memandu

siswa menuliskan data hasil pengamatan.

3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep yang dipelajari.

4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresikan temuannya berupa hal- hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar mengajar.


(38)

Menurut Associaton For Education Communication and Technologi (AECT) (dalam Pidiro, 2008), menyatakan bahwa salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah dalam bentuk bahan yaitu buku berisi lembar kegiatan siswa. Materi pokok ekosistem sub materi pokok limbah dan daur ulang limbah diduga lebih cocok dibelajarkan dengan metode praktikum. Berbagai penelitian terbaru menunjukkan bahwa siswa lebih terlibat dalam pembelajaran ketika materi disajikan dengan strategi pembelajaran aktif.

Guru harus pandai dalam memilih sumber belajar karena dalam proses belajar mengajar ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai- nilai tersebut terambil dari berbagai sumber belajar yang dipakai dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar adalah segala macam yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar (Rohani, 1997:102). Sumber-sumber belajar itulah yang memungkinkan kita berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak trampil menjadi trampil (Rohani. 1997:102). Menurut Association For Education Communication and Technology (AECT) dalam Rohani (1997:108) salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah dalam bentuk bahan yaitu buku berisi lembar kegiatan siswa.

Sejalan dengan hal tersebut, Woolnough & Allsop (dalam Rustaman, et al., 2003) mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan praktikum IPA, khususnya biologi yaitu: (1) praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar IPA bagi siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa; (2) praktikum dapat


(39)

mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen; (3) praktikum dapat menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah; (4) praktikum dapat menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuktikan teori bahkan menemukan teori. Selain itu, praktikum dalam pelajaran biologi dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip biologi. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan diterapkan dalam bentuk penuntun praktikum untuk memfasilitasi pembelajaran biologi siswa. Selain itu seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar harus

memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Jadi, metode adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Zain, 2006).


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 s.d Maret 2013 di desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh benih ikan lele dumbo yang dibudidayakan peneliti dalam areal kolam. Sedangkan sampel penelitian adalah ikan lele dumbo sebanyak 200 ekor dengan berat 0,8 g dan panjang 4 – 4,5 cm usia 4 minggu.

C. Alat dan bahan percobaan

1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

2. Bak tempat bioremediasi berukuran diameter atas 30 cm dengan volume 20 liter sebanyak 10 buah.

3. Bak besar warna hitam dari plastik 50 liter 2 buah 4. Alat ukur volum air (liter)

5. Kamera

6. Alat pengukur kualitas air (Termometer, Refraktometer, DO meter, dan pH meter)

7. Kertas label 8. Neraca


(41)

9. Pisau/silet/cutter 10.Saringan ikan

11.Pakan larva/benih lele dumbo 12.Gunting

13.Isolatif 14.Spidol 15.Selang Air 16.Penggaris

2. Bahan untuk percobaan: 1. Air

2. Air habitat alami ikan lele (200 liter) 3. Limbah cair tahu (200 liter)

4. Benih Ikan lele dumbo umur 3-4 minggu (200 ekor) 5. Tumbuhan Marsilea crenata Presl (3000 gam)

D. Rancangan Percobaan

Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan desain rancangan acak

lengkap (RAL) yang disusun menurut variasi biomassa tumbuhan Semanggi . Dimana perlakuannya terdiri dari dari empat variasi biomassa tumbuhan Semanggi, yaitu: 0 g (kontrol), 400 g, 300 g, 200 g, dan 100 g, yang disusun secara acak dengan undian, sedangkan volume limbah adalah 10 liter untuk tiap perlakuan dengan 3 kali ulangan.


(42)

E. Prosedur Penelitian

1. Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk menguji atau membuktikan bahwa limbah cair tahu memiliki pengaruh terhadap kelulushidupan ikan lele sebelum remediasi. Teknik dalam pengujian ini adalah dengan menggunakan rancangan sebagai berikut:

a. Menyiapkan bak kecil warna hitam (volume 20 liter) sebanyak 8 buah. b. Menyiapkan limbah cair tahu sebanyak 100 liter usia 1 minggu.

c. Menyiapkan ikan lele sebanyak 100 ekor dengan berat 0,8 g dan panjang 4-4,5 cm

d. Membuat tempat pengujian yaitu bak dengan limbah cair tahu masing-masing konsentrasi 0% (kontrol); 25%; 50%; 75%; dan 100% dengan volume total air 10 liter. Setelah diketahui bahwa pada uji di atas belum dapat ditentukan LC 50% benih ikan lele maka dilakukan uji pendahuluan tahap 2 dengan prosedur uji sama, tetapi rentang konsenterasinya diturunkan yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. e. Memasukan 10 ekor ikan pada masing- masing bak pengujian,

kemudian mengamati perubahannya selama 48 jam untuk konsentrasi aman, pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 WIB. f. Menentukan pengaruh limbah cair tahu dengan cara menghitung

kelulushidupan ikan lele pada LC 50-96 jam serta menganalisis limbah yang akan dibioremediasi.


(43)

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

a. Menyediakan limbah cair tahu usia 1 minggu sebanyak 100 liter b. Menyediakan tumbuhan semanggi sebanyak 3000 gam

c. Menyediakan benih ikan lele dumbo 100 ekor

d. Menentukan biomassa tumbuhan Semanggi yang digunakan sebagai biremediator, yang dilakukan dengan cara:

1) Tumbuhan Semanggi dimasukkan pada bak yang digunakan dalam penelitian yaitu bak berukuran diameter atas 30 cm dengan

volume 20 liter yang telah diisi air bersih sampai bagian

permukaan air bak tersebut penuh ditutupi tumbuhan Semanggi . 2) Tumbuhan Semanggi kemudian ditimbang sehingga diperoleh

biomassa sebanyak 3000 gam.

3) Menetapkan variasi biomassa yang menurun dengan interval sama pada lima bak berikutnya, dan satu bak sebagai kontrol, sehingga diperolah variasi biomassa tumbuhan semanggi yang digunakan yaitu : 0 g , 400 g, 300 g, 200 g, dan 100 g.

2. Pelaksanaan percobaan

a. Aklimatisasi tumbuhan semanggi

Pada aklimatisasi ini sampel tumbuhan Semanggi yang telah diambil yaitu sebanyak 3000 gam ditanam dalam bak besar yang telah diisi dengan limbah cair outlet selama 96 jam (Suswantiri, 1996:23).


(44)

Tumbuhan Semanggi yang mampu bertahan selama masa aklimatisasi digunakan dalam penelitian

b. Bioremediasi

Langkah- langkah dalam bioremedasi adalah sebagai berikut;

1) Mengisi 5 bak yang telah disiapkan dengan limbah cair tahu pada konsentrasi 50% masing- masing 10 liter.

2) Memasukkan tumbuhan semanggi kedalam bak sesuai perlakuan, yaitu: bak 1 sampai dengan bak 5 dibutuhkan untuk masing- masing massa tumbuhan semanggi: 0 g (kontrol), 400 g, 300 g, 200 g, dan 100 g.

3) Menyusun percobaan secara acak (RAL) berdasarkan undian. 4) Bioremdiasi dilakukan selama 10 hari (Suswartini, 1996:24)

terhitung sejak tumbuhan semanggi dimasukkan dalam bak percobaan.

5) Memasukan sebanyak 10 ekor benih ikan lele dumbo pada masing-masing- masing bak di diamkan selama 96 jam.

6) Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 WIB sebelum ikan diberi makan.

7) Melakukan pengulangan percobaan sebanyak 3 kali.

G. Analisis data

Data penelitian berupa data utama dan data pendukung, data utama, yaitu : analisis probit kelulushidupan benih ikan lele dumbo; data pendukung, yaitu: nilai BOD, pH, suhu, COD.


(45)

Setelah memperoleh data kelulushidupan benih ikan lele, selanjutnya dianalisis dengan metode probit menggunakan program Minitab 15.

H. Penyusunan Le mbar Kerja Sis wa

Rangkaian kegiatan percobaan yang ada akan disusun menjadi lembar kerja siswa yaitu berupa kegiatan paraktikum yang akan langsung dilakukan untuk mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran pada materi ekosistem sub materi limbah dan daur ulang limba h,karena dengan

kegiatan praktikum siswa dapat secara nyata melakukan kegiatan

belajar.Sebelum melakukan Praktikum secara langsung kepada siswa peneliti melihat dulu seberapa besar kemauan siswa dalam memahami materi tentang bioremediasi,dengan membuat angket tanggapan siswa, sebelumnya peneliti memaparkan dulu hasil penelitiannya dengan menggunakan LCD yaitu berupa Jalanya Penelitian serta alat dan bahan yang digunakan.setelah selesai baru angket dibagikan dan dari angket tersebut akan dinilai jawaban siswa dengan menggunakan rumus :

TP x 100%

Keterangan:

TP: Tanggapan positif N2: Jumlah jawaban ya N1: Jumlah jawaban tidak


(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. LC 50 Limbah cair tahu outlet pengusaha tahu desa Pagelaran Kab. Pringsewu terbukti bersifat toksik terhadap Clarias gariepinus Burchell pada konsentrasi 12%.

2. Bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl memberikan pengaruh positif terhadap limbah tahu dengan LC 50 pada biomassa 292.885 g. 3. Karakteristik LKS atau panduan praktikum yang cocok untuk

pembelajaran konsep limbah dan daur ulang limbah berdasarkan penelitian ini adalah bentuk LKS inkuiri terbimbing.

B. Saran

1. Penelitian untuk menguji pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl terhadap kelulushidupan Clarias gariepinus Burchell ini, merupakan bentuk penelitian murni yang menggunakan makhluk hidup. Oleh karena itu, pengontrolan terhadap variabel extraneous harus sangat hati-hati agar hasil percobaan baik.

2. Dalam konteks penelitian, percobaan ini cukup banyak melibatkan tahap penelitian dan variabel. Sebaiknya penelitian ini dapat dipecah menjadi


(47)

dua topik penelitian yang berbeda atau merupakan lanjutan, sehingga tidak terlalu berat. Misalnya topik satu mengenai uji toksisitas limbah cair tahu dan topik dua mengenai bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl pada limbah tersebut.

3. Untuk melakukan seluruh rangkaian percobaan ini, dibutuhkan benih Clarias gariepinus yang cukup banyak karena setiap percobaan dilakukan pengulangan. Oleh karena itu sebaiknya benih hewan uji ya ng disediakan cukup memadai.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012. Pemanfaatan Limbah. http://www. Menlh.go.id/usaha kecil./index-view.php9sub=7. Him 3. 6 him.

———a

\ 2012. Marsilea crenata presl. http://iptek.apjii.or.id/ artikel/ ttg_tanaman_ obat/depkes/buku44-071./pdf./pdf. htm. Him 1. Amir, Z.A. 1988. Media Audio-visual.Jakarta: PT. Gramedia

Arsyad, A. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Baker, K. H., dan D. S. Herson. 1994. Bioremediation. United State of America. McGraw-Hill Inc. Him 314. 375 him.

Crowder, L. V. 1997. Genetika Turnbuhan. Cetakan kelima. Jilid pertama. Yogyakarta. Gajah Mada University Pres. Him 5-9. 499 him.

Damayanti, A. 2007. Pengelolaan Limbah Tahu Dengan Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes). http://digilib.its.ac.id/detil.php/id.htm. Him 1. 1 Mm. Depdiknas. 2003. Panduan Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta. Depdiknas Dhahiyat, Y. 1990. Kandungan limbah cair pabrik tahu dan pengolahannya

dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms.)Tesis. Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor

Djamarah, S. B., dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT Asdi Mahasatya. Jakarta.

Effendi. 2003. Rekayasa Air dan Limbah Cair. Jurnal Biosains Vol 4. Diakses 10 Mei 2012

Hardiani, dkk. 2011: Bioremediasi Logam Timbal (Pb) dalam Tanah

Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Jurnal Selulosa, Vol. 1, No. 1, Juni 2011 : 31 – 41. diakses 8 mei 2012.

Herlambang. 2002. Teknologi Pengolahan Sampah dan Air Limbah. Jurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/281/280

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002.Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Balai Pustaka, Jakarta.


(49)

Muchlisin, Z. A. 2003. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Perumbuhan Dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Biologi Vol. 3 No. 2 Desember 2003. Diakses 10 mei 2012 Pukul 10.00 WIB

Nuryadin, S.2012. Dokumen Pribadi. diambil 15 juni 2012 pukul 8.30

Pramukanto, Q. 2004. Inkongbndo; Pengendali Pencemaran Air secara Biologis. http:// www. kompas. com/Ilmu Pengetahuan. htm. Him 1-3.3 him.

Priyanto, B. 2007. Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Tumbuhan untukPembersihan Pencemaran Logam.

Pohan, N. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Proses Biofilter Aerobik. Tesis Master. USU. Medan

Romli, M dan Suprihatin, 2009. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu Dan Analisis Alternatif Strategi Pengelolaannya. Jurnal Purifikasi, Vo1. 10, No.2, Desember 2009: 141 -154. diakses 10 Mei 2012 pukul 09.45 Riandi. 2007. Media Pembelajaran Biologi. Bandung. UPI Press

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang Sadiman, A.S. 2004. Media Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Siregar. 2005. Karakteristik Limbah Cair Tahu. www.kelair.bppt.go.id/Sitpa

/Article/Limbahtt/limbahtt.html.

Sriyana. 2006. Penyerapan Air Tanah oleh Akar Tanaman. Satepeper_akon. blogspot.com.hal 1.

Surtikanti, H.K. 2011. Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati. Bandung. Rizqi Press

Suyanto. 2007. www.fishbase.org. diakses 8 mei 2012 pukul 15.00 Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University


(1)

Tumbuhan Semanggi yang mampu bertahan selama masa aklimatisasi digunakan dalam penelitian

b. Bioremediasi

Langkah- langkah dalam bioremedasi adalah sebagai berikut;

1) Mengisi 5 bak yang telah disiapkan dengan limbah cair tahu pada konsentrasi 50% masing- masing 10 liter.

2) Memasukkan tumbuhan semanggi kedalam bak sesuai perlakuan, yaitu: bak 1 sampai dengan bak 5 dibutuhkan untuk masing- masing massa tumbuhan semanggi: 0 g (kontrol), 400 g, 300 g, 200 g, dan 100 g.

3) Menyusun percobaan secara acak (RAL) berdasarkan undian. 4) Bioremdiasi dilakukan selama 10 hari (Suswartini, 1996:24)

terhitung sejak tumbuhan semanggi dimasukkan dalam bak percobaan.

5) Memasukan sebanyak 10 ekor benih ikan lele dumbo pada masing-masing- masing bak di diamkan selama 96 jam.

6) Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 WIB sebelum ikan diberi makan.

7) Melakukan pengulangan percobaan sebanyak 3 kali.

G. Analisis data

Data penelitian berupa data utama dan data pendukung, data utama, yaitu : analisis probit kelulushidupan benih ikan lele dumbo; data pendukung, yaitu: nilai BOD, pH, suhu, COD.


(2)

37

Setelah memperoleh data kelulushidupan benih ikan lele, selanjutnya dianalisis dengan metode probit menggunakan program Minitab 15.

H. Penyusunan Le mbar Kerja Sis wa

Rangkaian kegiatan percobaan yang ada akan disusun menjadi lembar kerja siswa yaitu berupa kegiatan paraktikum yang akan langsung dilakukan untuk mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran pada materi ekosistem sub materi limbah dan daur ulang limba h,karena dengan

kegiatan praktikum siswa dapat secara nyata melakukan kegiatan

belajar.Sebelum melakukan Praktikum secara langsung kepada siswa peneliti melihat dulu seberapa besar kemauan siswa dalam memahami materi tentang bioremediasi,dengan membuat angket tanggapan siswa, sebelumnya peneliti memaparkan dulu hasil penelitiannya dengan menggunakan LCD yaitu berupa Jalanya Penelitian serta alat dan bahan yang digunakan.setelah selesai baru angket dibagikan dan dari angket tersebut akan dinilai jawaban siswa dengan menggunakan rumus :

TP x 100%

Keterangan:

TP: Tanggapan positif N2: Jumlah jawaban ya N1: Jumlah jawaban tidak


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. LC 50 Limbah cair tahu outlet pengusaha tahu desa Pagelaran Kab. Pringsewu terbukti bersifat toksik terhadap Clarias gariepinus Burchell pada konsentrasi 12%.

2. Bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl memberikan pengaruh positif terhadap limbah tahu dengan LC 50 pada biomassa 292.885 g. 3. Karakteristik LKS atau panduan praktikum yang cocok untuk

pembelajaran konsep limbah dan daur ulang limbah berdasarkan penelitian ini adalah bentuk LKS inkuiri terbimbing.

B. Saran

1. Penelitian untuk menguji pengaruh bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl terhadap kelulushidupan Clarias gariepinus Burchell ini, merupakan bentuk penelitian murni yang menggunakan makhluk hidup. Oleh karena itu, pengontrolan terhadap variabel extraneous harus sangat hati-hati agar hasil percobaan baik.

2. Dalam konteks penelitian, percobaan ini cukup banyak melibatkan tahap penelitian dan variabel. Sebaiknya penelitian ini dapat dipecah menjadi


(4)

53

dua topik penelitian yang berbeda atau merupakan lanjutan, sehingga tidak terlalu berat. Misalnya topik satu mengenai uji toksisitas limbah cair tahu dan topik dua mengenai bioremediasi tumbuhan Marsilea crenata Presl pada limbah tersebut.

3. Untuk melakukan seluruh rangkaian percobaan ini, dibutuhkan benih Clarias gariepinus yang cukup banyak karena setiap percobaan dilakukan pengulangan. Oleh karena itu sebaiknya benih hewan uji ya ng disediakan cukup memadai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pemanfaatan Limbah. http://www. Menlh.go.id/usaha kecil./index-view.php9sub=7. Him 3. 6 him.

———a

\ 2012. Marsilea crenata presl. http://iptek.apjii.or.id/ artikel/ ttg_tanaman_ obat/depkes/buku44-071./pdf./pdf. htm. Him 1. Amir, Z.A. 1988. Media Audio-visual.Jakarta: PT. Gramedia

Arsyad, A. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Baker, K. H., dan D. S. Herson. 1994. Bioremediation. United State of America. McGraw-Hill Inc. Him 314. 375 him.

Crowder, L. V. 1997. Genetika Turnbuhan. Cetakan kelima. Jilid pertama. Yogyakarta. Gajah Mada University Pres. Him 5-9. 499 him.

Damayanti, A. 2007. Pengelolaan Limbah Tahu Dengan Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes). http://digilib.its.ac.id/detil.php/id.htm. Him 1. 1 Mm. Depdiknas. 2003. Panduan Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta. Depdiknas Dhahiyat, Y. 1990. Kandungan limbah cair pabrik tahu dan pengolahannya

dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms.) Tesis. Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor

Djamarah, S. B., dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT Asdi Mahasatya. Jakarta.

Effendi. 2003. Rekayasa Air dan Limbah Cair. Jurnal Biosains Vol 4. Diakses 10 Mei 2012

Hardiani, dkk. 2011: Bioremediasi Logam Timbal (Pb) dalam Tanah

Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Jurnal Selulosa, Vol. 1, No. 1, Juni 2011 : 31 – 41. diakses 8 mei 2012.

Herlambang. 2002. Teknologi Pengolahan Sampah dan Air Limbah. Jurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/281/280

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002.Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Balai Pustaka, Jakarta.


(6)

55

Muchlisin, Z. A. 2003. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Perumbuhan Dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Biologi Vol. 3 No. 2 Desember 2003. Diakses 10 mei 2012 Pukul 10.00 WIB

Nuryadin, S.2012. Dokumen Pribadi. diambil 15 juni 2012 pukul 8.30

Pramukanto, Q. 2004. Inkongbndo; Pengendali Pencemaran Air secara Biologis. http:// www. kompas. com/Ilmu Pengetahuan. htm. Him 1-3.3 him.

Priyanto, B. 2007. Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Tumbuhan untukPembersihan Pencemaran Logam.

Pohan, N. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Proses Biofilter Aerobik. Tesis Master. USU. Medan

Romli, M dan Suprihatin, 2009. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu Dan Analisis Alternatif Strategi Pengelolaannya. Jurnal Purifikasi, Vo1. 10, No.2, Desember 2009: 141 -154. diakses 10 Mei 2012 pukul 09.45 Riandi. 2007. Media Pembelajaran Biologi. Bandung. UPI Press

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang Sadiman, A.S. 2004. Media Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Siregar. 2005. Karakteristik Limbah Cair Tahu. www.kelair.bppt.go.id/Sitpa

/Article/Limbahtt/limbahtt.html.

Sriyana. 2006. Penyerapan Air Tanah oleh Akar Tanaman. Satepeper_akon. blogspot.com.hal 1.

Surtikanti, H.K. 2011. Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati. Bandung. Rizqi Press

Suyanto. 2007. www.fishbase.org. diakses 8 mei 2012 pukul 15.00 Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University