19 contingent cost
yaitu biaya yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dimasa depan. Biaya untuk kompensasi atas kecelakaan pencemaran lingkungan, denda
dan hukuman pelanggaran peraturan di masa depan atau biaya tak terduga lainnya atas konsekuensi masa depan adalah contoh dari biaya kontijensi. Yang terakhir
adalah
image and relationship cost
yang berarti biaya ini bisa disebut sebagai biaya pencitraan. Disebut biaya pencitraan karena ada beberapa biaya lingkungan
yang dapat disebut “kurang nyata” atau “nyata”. Biaya ini dikeluarkan untuk mempengaruhi persepsi manajemen, pelanggan, karyawan, masyarakat, dan
regulator. Biaya ini dapat dikategorikan sebagai biaya pelaporan lingkungan dan kegiatan hubungan masyarakat, biaya yang dikeluarkan sukarela untuk kegiatan
lingkungan seperti menanam pohon, dan biaya yang dikeluarkan untuk program penghargaan atau pengakuan.
Green accounting
mengalami kesulitan dalam pengukuran nilai biaya dan manfaat. Memang bukan hal yang mudah dalam mengukur kerugian yang
diterima masyarakat dan lingkungan ekologis yang ditimbulkan. Pelaporan kinerja lingkungan ini tidak didapati dalam laporan keuangan yang konvensional, karena
di dalam laporan keuangan konvensional hanya terdapat laporan kinerja ekonomi saja.
2.2 Biaya Lingkungan
Biaya merupakan salah satu bagian penting dalam proses akuntansi biaya. Biaya yang terjadi merupakan nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan
untuk memperoleh manfaat. Biaya – biaya tersebut dapat diidentifikasi secara
20
langsung maupun tidak langsung. Biaya-biaya yang dapat diidentifikasi secara langsung adalah biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Sedangkan
biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung adalah biaya overhead Carter Usry, 2006: 40. Alokasi biaya lingkungan terhadap produk atau proses
produksi dapat memberikan manfaat motivasi bagi manajer atau bawahannya untuk menekan polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut Didalam
akuntansi konvensional, biaya ini dialokasikan pada biaya overhead dan pada akuntansi tradisional dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
dialokasikan ke produk tertentu atau dialokasikan pada kumpulan kumpulan biaya yang menjadi biaya tertentu sehingga tidak dialokasikan ke produk
secara spesifik Haryanto, 2003. Biaya lingkungan itu sendiri adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan
maupun non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan Ikhsan, 2008 : 13. Mowen 2005
menjelaskan bahwa biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal, dimana biaya-
biaya tersebut timbul karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi.
Pada saat ini tidak ada standar yang baku mengenai pengungkapan lingkungan. Namun di Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah
menyusun suatu standar pengungkapan akuntansi lingkungan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 32 dan 33. Kedua PSAK ini mengatur
tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan pemilik Hak
21
Pengusahaan Hutan untuk melaporkan item-item lingkungannya dalam laporan keuangan. Motivasi yang melatarbelakangi perusahaan untuk melaporkan
permasalahan lingkungan lebih didominasi oleh faktor sukarela Ball, 2005; Choi, 1999.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Susilo 2008, yang membandingkan
green accounting
pada kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul dalam penelitiaannya yang berjudul
“
Green Accounting
di Daerah Istimewa Yogyakarta : Studi Kasus Antara Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul”. Kesimpulan penelitan tersebut adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kabupaten Sleman dan kabupaten
Bantul dalam mendorong terjadinya keterlibatan, pelaporaan dan pengauditan lingkungan.
Paranoan 2010, dalam penelitiannya ya ng berjudul “Akuntansi
Lingkungan dan Penerapannya di Indonesia” menyimpulkan bahwa perusahaan- perusahaan di Indonesia masih mengabaikan lingkungan dan mengharap di masa
mendatang masalah lingkungan menjadi yang utama. Perusahaan diharapkan memberikan pertanggungjawaban dan pengungkapan lingkungan pada laporan
keuangan, dan sebaiknya pemerintah mewajibkan perusahaan menerapkan akuntansi lingkungan.
Penelitian Yuliusma n 2008 yang berjudul “Akuntansi Lingkungan :
Meningkatkan Keunggulan Kompetitif dan Men dorong Investasi”. Dalam
penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi
22
lingkungan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomis suatu perusahaan. Nilai tambah suatu perusahaan ini, merupakan salah satu keunggulan
kompetitif bagi perusahaan tersebut.
3. METODE PENELITIAN