HUBUNGAN PAPARAN ASAP KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DALAM DARAH PADA POLISI LALU LINTAS DI POLRESTA BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
HUBUNGAN PAPARAN ASAP KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH PADA POLISI LALU LINTAS DI POLRESTA
BANDAR LAMPUNG Oleh
GUSTI AYU PUTU KRISWEDHANI
Dewasa ini, banyak sumber yang berkonstribusi pada masalah pencemaran udara di kota-kota di seluruh dunia. Lalu lintas yang padat, mesin kendaraan yang pemeliharaannya buruk, serta penggunaan bahan bakar bensin yang mengandung timbal berkadar tinggi, juga berkonstribusi dalam masalah pencemaran udara. Salah satu bahan pencemar yang terutama di dalam gas buang kendaran bermotor adalah timbal (Pb). Timbal merupakan salah satu pertikel logam berat yang memiliki efek kronik bagi kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap kendaraan bermotor terhadap kadar timbal dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung.
Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian observasional dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 54 orang dan dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2014. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi, kemudian pengisian kuesioner dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar timbal. Hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman. Pada uji Spearman didapatkan ada hubungan yang positif bermakna antara lama kerja dengan kadar Pb (r=0,404; p<0,05) dan masa kerja dengan kadar Pb (r=0,355; p<0,05).
Sehingga dapat disimpulkan lama kerja dan masa kerja memiliki hubungan postif bermakna dengan kadar timbal dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung.
(2)
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN MOTOR VEHICLE’S SMOKE EXPOSURE AND LEVELS OF LEAD IN BLOOD ON TRAFFIC POLICE IN BANDAR LAMPUNG
POLICE by
GUSTI AYU PUTU KRISWEDHANI
Today, many sources that contribute to the problem of air pollution in cities around the world. Heavy traffic, poor engine maintenance vehicles, and the use of gasoline containing high levels of lead, also contribute to the air pollution problem. One of the pollutans, especially in motor vehicle exhaust gases are lead (Pb). Lead is a heavy metal particles that have chronic effects for human health. This study aimed to determine the relationship of motor vehicles’s smoke exposure and levels of lead in the traffic police blood in Bandar Lampung.
In this study used an observational study design with cross sectional method with a sample of 54 people and took place in October-December 2014. The study begins with the observation, then filling out the questionnaire and blood sampling for lead content inspection. Results were analyzed using the Spearman test. In the Spearman test found positive relationship between the length of work with blood lead level (r = 0.404; p <0.05) and years of service with blood lead level (r = 0.355; p <0.05).
It can be concluded length of work and years of service have significant positive correlation with blood lead levels in the traffic police in Bandar Lampung Police.
(3)
HUBUNGAN PAPARAN ASAP KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KADAR TIMBAL DALAM DARAH PADA POLISI LALU LINTAS DI
POLRESTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
GUSTI AYU PUTU KRISWEDHANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Sumatra Utara pada tanggal 17 Mei 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak AKP I Gusti Ketut Wibawa dan Ibu Silih Pulihan Mendrofa. Adik penulis bernama I Gusti Made Kharisma dan Gusti Ayu Devika. Penulis bertempat tinggal di Kota Metro.
Pendidikan formal penulis di awali di Taman Kanak-kanak (TK) Bhayangkara Kota Kisaran kemudian dilanjutkan di TK Bhayangkara Kota Metro diselesaikan pada tahun 2000. Penulis melanjutkan sekolah dasar (SD) di SD Xaverius Metro sampai tahun 2004. Selama di jenjang pendidikan SD, penulis pernah berpartisipasi dalam Olimpiade Matematika tingkat Kota Metro.
Penulis mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2008. Selama di jenjang pendidikan SMP, penulis pernah berpartisipasi dalam Olimpiade Fisika tingkat Kota Metro. Selain itu, penulis pernah berpartisipasi pada lomba Drum Band dan Marching Band tingkat Provisi Lampung sebagai colour guard dan meraih Juara I pada kelompok drum band.
(8)
Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Metro hingga tahun 2011. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan.
(9)
Ku persembahkan karya kecilku ini untuk papa dan
mama yang telah mendidik dan melimpahkan cinta dan
kasih sayang begitu besar yang takkan bisa dibalas
dengan apapun serta adik-adikku tercinta yang selalu
mendukung dan memberiku semangat.
---If you want the Rainbow
You have to deal with the Rain---
(10)
SANWACANA
Astungkara, segala puji syukur penulis panjatkan ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “ Hubungan Paparan Asap Kendaraan Bermotor Terhadap Kadar Timbal Dalam Darah Pada Polisi Lalu Lintas Di Polresta Bandar Lampung ” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;
3. dr. Fitria Saftarina, M. Sc, DK selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. dr. Novita Carolia, M. Sc, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
(11)
5. dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp. PK. selaku Penguji Utama pada ujian skripsi; terimakasih atas masukan dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA, selaku Pembimbing Akademik, terimakasih atas bimbingan selama menjalani perkuliahan ini;
7. Seluruh staf pengajar dan administrasi di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan serta kerjasama dan bantuannya;
8. Yang tercinta Papa dan Mama atas kasih sayang, doa yang tulus, perjuangan yang luar biasa untuk bisa melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya, kesabaran, motivasi dan dukungannya. Ini semua kupersembahkan untuk kalian dan hanya untuk kalian;
9. Buat adikku, I Gusti Made Kharisma dan Gusti Ayu Devika atas doa dan dukungannya untuk selalu berjuang bersama mewujudkan mimpi menjadi kebanggaan Papa dan Mama:
10. Buat keluarga besar di Bali, Nias dan Lampung terima kasih atas doa, harapan, dan motivasinya,
11. Guru-guruku di TK Bhayangkari Kota Kisaran dan Kota Metro, SDS Xaverius Kota Metro, SMPN 1 Kota Metro dan SMAN 1 Kota Metro terima kasih bimbingan dan ilmunya selama ini;
12. Untuk tim laboratorium Patologi Klinik FK UNILA dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp.PK, dr. Putu Ristimyang, Sp.PK dan Mbak Novi serta rekan-rekan asdos PK diah, bela, gita, sakinah, novita, nurul, gusti indra, ario terima kasih atas segala bimbingan dan kebersamaannya.
(12)
13. AKP Yarudi selaku Wakalantas Polresta Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan membantu dalam penelitian ini;
14. Sahabat–Sahabatku Gita Dewita dan Jihan Nurlela terima kasih atas kebersamaan selama menjalani perjuangan panjang ini dengan tangis dan tawa.
15. Sahabatku SMA Cicilia, Nika, Erlinda, dan Nuri terima kasih telah menjadi teman dan keluarga yang bersama-sama meraih cita dan mimpi kita;
16. Teman-teman tim skripsiku Jihan Nurlaila, Gita dewita, Rifka Humaida, Tanika SP Larega, dan Neola Amanda terima kasih atas saran dan semangatnya serta membantu dalam penelitian ini;
17. Rekan – rekan angkatan 2011 yang walaupun tak disebutkan satu per satu tapi kalian akan selalu di hati, salut buat kebersamaannya dan kekompakannya; 18. Kakak dan adik tingkat angkatan 2002-2013 atas segala kebersamaanya. 19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dan memberi semangat selama kuliah dan dalam penulisan skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Svaha.
Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,
(13)
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1. Manfaat Teoritis ... 5
1.4.2. Manfaat Praktis ... 5
1.5 Kerangka Pemikiran ... 6
1.5.1. Kerangka Teori... 6
1.5.2. Kerangka Konsep ... 9
1.6 Hipotesis Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Udara ... 10
2.2 Jalur Pemaparan Polutan ... 16
2.3 Timbal (Plumbum/Pb) ……… ... 18
2.4 Kadar Timbal Normal pada Tubuh Manusia ... .. 22
2.5 Efek Timbal terhadap Kesehatan ... .. 23
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 28
(14)
ii
3.3 Populasi dan Sampel ... 28
3.3.1. Populasi ... 28
3.3.2. Sampel ... 29
3.4 Identifikasi Variabel ... 30
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.6 Definisi Operasional... 31
3.7 Alat Penelitian dan Cara Pengambilan Data ... 31
3.7.1. Alat Penelitian ... 31
3.7.2. Cara Pengambilan Data ... 32
3.8 Alur Penelitian ... 33
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 33
3.9.1. Pengolahan Data... 33
3.9.2. Analisis Data ... 34
3.10 Etika Penelitan ... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 36
4.1.1. Analisis Univariat ... 37
4.1.2. Analisis Bivariat ... 38
4.2 Pembahasan ... 39
4.2.1 Analisis Univariat... 39
4.2.2 Analisis Bivariat ... 44
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Angka Acuan Untuk Substansi Tunggal Di Dalam Udara Berdasarkan Efek YangDitimbulkan Selain Kanker Atau
Bau/Gangguan ... 11
2. Standar Atau Rekomendasi Udara Ambien Dalam Mikrogram Timbal per Meter Kubik Udara (µg/m3) ... 15
3. Kadar Timbal Dalam Darah Dalam Mikrogram Timbal per Desiliter Darah (µg/dL) ... 22
4. Kadar Pb Dalam 9 Jaringan Tubuh Orang Yang Tidak Terpapar Pb ... 23
5. Dampak Pb Terhadap Kesehatan Manusia ... 25
6. Definisi Operasional Penelitian ... 31
7. Karakteristik Polisi Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung ... 37
8. Hubungan Antara Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Kadar Timbal padaPolisi Lalu Lintas ... 38
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 2. Lembar Keterangan Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Input Data Lampiran 5. Statistik Lampiran 6. Dokumentasi
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori... 8
2.Kerangka Konsep ... 9
3. Jalur Pemaparan Timbal ... 17
4. Pengaruh Timbal pada Sistem Organ Tubuh ... 26
(18)
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran udara yang sangat serius akibat urbanisasi dan industrialisasi. Dewasa ini, banyak sumber yang berkonstribusi pada masalah pencemaran udara di kota-kota di seluruh dunia. Sumber-sumber utama pencemaran udara dan kepentingan relatifnya sangat beragam dari satu kota ke kota lain. Industri dalam kota terkadang menjadi kontributor utama, sementara lalu lintas yang padat, mesin kendaraan yang pemeliharaannya buruk, serta bahan bakar bensin yang mengandung timbal berkadar tinggi, juga berkonstribusi dalam masalah pencemaran udara (WHO, 2005).
Jumlah kendaraan yang meningkat dan juga kondisi kemacetan lalu lintas pada akhirnya menyebabkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor semakin hari semakin meningkat. Menurut data Direktorat Lalu Lintas Bandar Lampung (2014) terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor antara tahun 2013 sampai Agustus 2014. Pada tahun 2013 jumlah kendaraan bermotor di Lampung tercatat 2.537.715 kendaraan sedangkan pada tahun 2014 hingga bulan Agustus 2014 adalah 2.691.454 kendaraan bermotor. Pada Agustus
(19)
2
2014 Bandar Lampung telah tercatat memiliki jumlah kendaraan terbanyak diantara 10 wilayah lainnya di Lampung yaitu 769.254 (Direktorat Lalu Lintas Bandar Lampung, 2014).
Timbal merupakan hasil sampingan dari pembakaran yang berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaran bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk (anti-knock) pada mesin-mesin kendaraan. Jumlah senyawa Pb yang lebih besar (62%) dibandingkan senyawa-senyawa lain dan tidak terbakar secara sempurna pada proses pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi (Palar, 2008).
Berdasarkan tingkat paparan dan lingkup geografis, paparan timbal terjadi di sebagian besar atau semua negara di dunia. Pada skala global, tingkat timbal dalam darah tertinggi terjadi di Amerika Latin, Timur Tengah, Asia dan Eropa bagian timur (UNEP, 2008). Data yang dikumpulkan oleh program Adult Blood Lead Epidemiology and Surveilance (ABLES) sepanjang tahun 2002-2011 menunjukkan bahwa 11.536 orang dewasa memiliki kadar timbal dalam darah sangat tinggi (40 µg/dL). Beberapa diantaranya dengan sumber yang diketahui dan masalah okupasi menyumbang 91% pada orang dewasa dengan kadar timbal yang sangat tinggi (CDC, 2013).
Beberapa pekerja dengan resiko terpajan timbal antara lain pekerja pada industri baterai, pekerja pembuatan kabel, pekerja pembuatan keramik, pekerja industri peleburan logam, pekerja industri bahan bakar, pekerja di jalan raya
(20)
3
(penjaga pintu tol, polisi lalu lintas, dll), tukang cat, dan penambang timbal (Kemenkes, 2012).
Timbal dapat memasuki tubuh melalui tiga cara yaitu melalui absorbsi di kulit, absorpsi melalui saluran pernapasan dan absorbsi melalui saluran pencernaan. Jika hanya terbatas di area kontak efeknya disebut efek lokal. Akan tetapi, jika zat-zat itu diabsorbsi masuk dalam sirkulasi darah, maka zat itu akan dibawa ke berbagai organ diseluruh tubuh sehingga menyebabkan efek sistemik (WHO, 2005).
Ada kemungkinan suatu bahan toksik menghasilkan efek lokal pada titik kontak serta efek jauh selama perjalanannya melalui tubuh. Target organ yang paling lazim adalah kulit, paru, hati, sistem saraf, sumsum tulang dan ginjal (Harrington. 2003). Selain itu timbal dapat memberikan efek terhadap sistem reproduksi yaitu penurunan fertilias pada pria, penurunan kualitas sperma dan aborsi spontan pada ibu hamil (Palar, 2008).
Pada pekerja pembuatan baterai menunjukkan bahwa penyerapan timbal yang lebih pada pekerja ini memberikan efek samping yang mempengaruhi tekanan darah, mengganggu metabolisme kalsium dan fosfor yang selanjutnya menyebabkan gangguan pada proses mineralisasi tulang sehingga terjadi penuruan kepadatan tulang (Dongre, 2012).
Adanya timbal dalam darah dapat menyebabkan hipertensi. Polisi lalu lintas yang mempunyai kadar Pb dalam darah = 6,27 µg/dL mempunyai risiko untuk menderita hipertensi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan polisi dengan
(21)
4
kadar Pb dalam darah <6,27 µg/dL (Pasorong, 2007). Terdapat beberapa gejala non-spesifik dari paparan timbal, diantaranya adalah kelumpuhan nervus radialis (wrist drop), rasa kesemutan dan mati rasa pada jari dan tangan, mual, dan penurunan libido pada pekerja garasi mobil (Adela, 2012).
Dari studi pengamatan, polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung memiliki resiko tinggi berkontak langsung dengan asap kendaraan bermotor tiap harinya. Beberapa polisi lalu lintas memakai masker secara tidak teratur sebab harus meniup peluit tiap kali mengatur lalu lintas dan lainnya tidak memakai masker dalam bertugas. Akibatnya dari 6 orang yang ditemui sekitar 5 orang mengeluhkan batuk dan pusing akibat paparan debu dan asap kendaraan bermotor secara berkala.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh paparan asap kendaraan bermotor yang berhubungan dengan kadar timbal dalam darah pada polisi lalu lintas sehingga upaya preventif yaitu mencegah terjadinya keracunan dan efek samping timbal pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung akan lebih mudah dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan paparan asap kendaraan bermotor terhadap kadar timbal (Pb) dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung? Bagaimana kadar timbal (Pb) dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung? Bagaimana
(22)
5
pengaruh lama kerja dan masa kerja terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan paparan asap kendaraan bermotor terhadap kadar timbal (Pb) dalam darah polisi lalu lintas Polresta Bandar Lampung
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengukur kadar timbal (Pb) dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung
b. Mengetahui pengaruh lama kerja dan masa kerja terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas Polresta Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis:
Dibidang Okupasi dapat membantu untuk pengurangan risiko kerja terutama peningkatan kadar timbal (Pb) pada polisi lalu lintas.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti/penulis, menambah ilmu pengetahuan dibidang ilmu okupasi serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan.
b. Bagi institusi dapat menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
(23)
6
c. Bagi institusi kepolisian dapat menambah wawasan tentang efek paparan asap kendaraan bermotor terhadap kadar timbal dalam darah dan efeknya bagi kesehatan.
d. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teori
Timbal adalah logam beracun yang digunakan secara luas, telah menyebabkan masalah pencemaran lingkungan dan kesehatan yang luas di berbagai belahan dunia. Timbal adalah racun kumulatif yang mempengaruhi sistem tubuh, termasuk saraf, hematologi, gastrointestinal, kardiovaskular dan sistem ginjal (WHO, 2010).
Pemakaian timbal umumnya ditemukan pada pipa, lembaran logam, pembungkus, amunisi, pigmen, solder, sebagai additif anti-knock dalam bahan bakar minyak seperti bensin (Harrington, 2003).
Kadar timbal dalam darah dipengaruhi oleh praktek kerja dan durasi paparan timbal. Selain itu kebiasaan makan pada saat bekerja dan kurangnya kesadaran tentang efek buruk timbal terhadap kesehatan memberikan konstribusi terhadap mudahnya timbal masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan peningkatan kadar timbal dalam darah (Adela, 2012) .
(24)
7
Kebersihan diri yang kurang dan perlindungan diri terhadap paparan timbal (pemakaian APD) yang tidak memadai meningkatkan resiko terhadap paparan timbal (Dongre, 2012). Umur dan jenis kelamin mempengaruhi kandungan Pb dalam jaringan tubuh seseorang. Semakin tua umur seseorang akan semakin tinggi pula konsentrasi Pb yang terakumulasi pada jaringan tubuhnya (Palar, 2008).
Dengan bertambahnya usia seseorang maka terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ tubuh termasuk fungsi organ paru-paru. Penurunan fungsi organ paru akan mempermudah timbal yang masuk melalui sistem saluran pernapasan sehingga dapat masuk ke dalam jaringan paru-paru selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah (Pratiwi, 2012).
Dalam studi kerja, di mana para pekerja yang terpapar timbal tingkat tinggi, gejala seperti kehilangan nafsu makan, malaise, lesu, sakit kepala, pelupa dan pusing telah dilaporkan. Pada kadar timbal yang lebih rendah, penurunan waktu reaksi, defisit dalam koordinasi tangan-mata dan penurunan saraf kecepatan konduksi semuanya telah dilaporkan. Pada, keracunan timbal yang paling parah dapat menyebabkan encephalopathy (WHO, 2010).
(25)
8
Gambar 1. Kerangka Teori Gas buang asap kendaraan bermotor
Konsentrasi timbal di udara
Timbal di dalam darah Faktor kerja:
- Lama Kerja
- Masa Kerja
- Penggunaan APD Faktor individu: - Usia - Riwayat penyakit dahulu - Kebiasaan merokok
- Personal hygine
Akumulasi timbal: - Gigi - Tulang - Rambut Eskresi timbal: - Feses - Urin Gangguan kesehatan:
- Gangguan sistem saraf
- Gangguan sistem kardiovaskular
- Gangguan sistem hematologi
- Gangguan sistem renal
- Gangguan sistem reproduksi
(26)
9
1.5.2 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Antara Variabel.
1.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diturunkan suatu hipotesis: Terdapat hubungan antara paparan asap kendaraan bermotor dengan kadar timbal (Pb) dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung.
Faktor kerja:
- Lama Kerja
- Masa Kerja
- Penggunaan APD
Faktor individu: - Usia
- Riwayat penyakit - Kebiasaan merokok Paparan asap kendaraan
bermotor
Kadar timbal dalam darah
Variabel bebas Variabel
penggangu
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkanya zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia (Kemenkes, 2002). Sedangkan suatu pencemar atau polutan adalah setiap benda, zat maupun organisme hidup yang masuk ke dalam suatu tatanan alami dan kemudian mendatangkan perubahan-perubahan yang bersifat negatif terhadap tatanan yang dimasukinya (Palar, 2008).
Polutan udara dapat menimbulkan beberapa efek yang perlu mendapatkan perhatian yaitu iritasi, bau yang menggangu, dan efek kesehatan jangka panjang dan jangka pendek (termasuk efek karsinogenik). WHO mengembangkan Air Quality Guidelines (AQG) yang akan menjadi landasan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari efek buruk yang ditimbulkan pencemaran udara. Contoh nilai acuan mutu udara terlihat dalam Tabel 1 (WHO, 2005).
(28)
11
Tabel 1. Angka Acuan Untuk Substansi Tunggal Di Dalam Udara Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan Selain Kanker Atau Bau/Gangguan
Substansi Angka acuan Durasi pemaparan yang diperbolehkan Karbon
Monoksida
100 mg/m3 60 mg/m3 30 mg/m3 10 mg/m3
15 menit 30 menit 1 jam 8 jam
Timbal 0,5 – 1,0 µg/m3 1 tahun
Nitrat dioksida 400 µg/m3 150 µg/m3
1 jam 24 jam Ozon 150 – 200 µg/m3
100 – 120 µg/m3
1 jam 8 jam Sulfur dioksida 500 µg/m3
350 µg/m3
10 menit 1 jam Sumber: WHO (2005)
Paparan asap kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Bahan pencemar yang terutama di dalam gas buang kendaran bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hidrokarbon, berbagai oksida nitrogen (Nox) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbal (Arifin, 2009).
a. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa karbon. Karbon monoksida memiliki sifat gas yang tidak berwarna, tidak berbau, terbakar dalam nyala biru dan memiliki berat molekul (BM) 28.0. Karbon monoksida merupa hasil samping dari pertambangan, pengecoran, proses petrokimia, dan banyak proses menyangkut pembakaran (Arifin, 2009).
Akibat yang ditimbulkan diantaranya adalah akan bercampur dengan Hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi Carbon Oxyda
(29)
12
Hemogloben (COHb). Dengan bertambahnya COHb, fungsi pengaliran oksigen dalam darah akan terhalang. Bila terdapat COHb 5% (dalam udara CO 40 ppm) akan menimbulkan keracunan dalam darah (Arifin, 2009).
Efek karbon monoksida terhadap kesehatan dapat bersifat akut dan kronik. Efek akut karbon monoksida antara lain onset perlahan-lahan rasa gamang, nyeri kepala, berat di dada, mual, hilang kesadaran terjadi cepat setelah konsentrasi mencapai lebih dari 3500 p.p.m dan tidak terjadi sianosis. Sedangkan efek kronik dari karbon monoksida adalah nyeri kepala dan kerusakann jaringan otak bila asfiksia berlarut-larut (Harrington, 2003).
b. Hidro karbon
Hidro karbon merupakan ikatan kimia dari karbon (C) dan Hidrogen (H). Bentuk kimianya dibagi menjadi Parafine, Naftaline, Olefine dan Aromatic N2O karena tidak aktif, tidak menjadi persoalan. Hidrokarbon yang dihasilkan manusia hanya sebesar 15%, yang termasuk sumber hidrokarbon hasil manusia adalah proses perindustrian, penguapan pelarut organik, dan pembakaran sampah (Arifin, 2009).
Akibat yang ditimbulkan bila kepekatan hidrokarbonnya bertambah tinggi akan merusak sistim pernapasan manusia (tenggorokan)
(30)
13
terutama yang beracun adalah benzene dan Tourene. Dari jenis Aromatic ada juga yang menyebabkan timbulnya kanker (Arifin, 2009).
c. Oksida Nitrogen (Nox)
Oksida nitrogen adalah gas iritan yaitu tidak dapat dihirup pada saat pernapasan tanpa menggangu dan merupakan gas yang mempunyai kelarutan yang rendah. Terutama berbentuk NO, NO2, dan N2O, NOx merupakan zat gas yang tidak berwarna, tidak berbau, sukar larut dalam air, dan terdapat didalam udara. Sumber timbulnya adalah gas buang dari mobil, gas-gas yang timbul dari pabrik kimia serta gas las yang timbul dari bermacam-macam alat-alat pembakaran. Sumber pencemaram nitrogen oksida berasal dari kendaraan bermotor 39%, sedangkan dari pabrik, generator dan penyulingan minyak 61% (Arifin, 2009).
Efek oksida nitrogen berdasarkan onsetnya dapat dibedakan menjadi akut dan kronis. Secara akut oksida nitrogen perlahan-lahan tersembunyi , karena progresi iritasi lambat pada saluran pernapasan sekitar 8-24 jam setelah pemajanan. Pemajanan berat dapat menyebabkan kematian karena edema paru dalam waktu 48 jam. Sedangkan secara kronik dapat menyebabkan gigi berwarna coklat dan pada foto dada, akan terlihat bercak opak sementara (Harrington, 2003).
(31)
14
d. Sulfur (Sox)
Sulfur ialah gas iritan tidak berwarna dengan bau menyengat dan mempunyai kerapatan dua kali udara. Umumnya dihasilkan dari pemakaian industri kimia dan kertas, pemutih, fumigasi, pendingin, pengawet dan merupakan hasil sampingan dari peleburan biji sulfida. Polutan ini sangat korosif terhadap metal, karena menyebabkan hujan asam. Sumber penyebab diantaranya kendaraan bermotor (diesel) 1%, pabrik, generator, pemanas 99% (Harrington, 2003).
Secara akut sulfur oksida dapat menyebabkan iritan membran mukosa akut, iritasi saluran pernapasan sedemikian berat sehingga orang harus segera menjauh dari gas tersebut. Kegagalan menjauh dengan segera dapat menyebabkan edema paru dan kematian, selain itu dapat menyebabkan tukak dan parut kornea. Sedangkan secara kronis dapat menyebabkan penurunan daya sensasi kecap dan penghidu, bronkitis kronik dan katarak (Harrington, 2003).
e. Timbal (Pb)
Merupakan bahan kimia anorganik yang terutama ditemukan dalam bentuk sulfida (PbS), bersama-sama dengan logam sulfat lainnya. Timbal memiliki sifat antara lain, logam lunak, berwrna kelabu kebiruan, berat, mudah ditempa. Timbal dapat terkandung di dalam air, makanan, dan udara. Timbal di atmosfer berasal dari senyawa hasil pembakaran bensin reguler dan premium yang tidak sempurna.
(32)
15
(Harrington.2003). Kandungan timah hitam (Pb) dalam debu di udara umumnya merupakan hasil pembakaran bahan bakar minyak yang mengandung Tetra Ethyl Lead (TEL) yang ditambahkan guna meningkatkan nilai oktan bahan bakar (Arifin, 2009). Nilai ambang batas timbal yang diperkenankan di udara dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Standar Atau Rekomendasi Udara Ambien Dalam Mikrogram Timbal per Meter Kubik Udara (µg/m3)
Negara Nilai ambang batas timbal
dalam udara (µg/m3)
Canada 5,0
South Africa 4,0
Uni Eropa
Belgia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Spanyol
2,0
Australia, Nambia, Amerika 1,5
Selandia Baru, Swiss 1,0
Republik Ceko, Israel 0,5
Denmark 0,4
Federasi Rusia 0,3
Sumber: UNEP (2000)
Sebagian besar timbal yang terhirup pada saat bernafas akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru yang kemudian akan terserap dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Lebih dari 90% logam Pb yang terserap oleh darah akan berikatan dengan sel-sel darah merah. Meskipun jumlah timbal yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya dengan sifatnya yang kumulatif di dalam tubuh. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 2008).
(33)
16
2.2. Jalur Pemaparan Polutan
Polutan dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk hidup lainnya melalui berbagi jenis cara. Ada tiga jalur pokok pemaparan: penetrasi melalui kulit (absorpsi kulit/dermal), absorpsi melalui saluran pernapasan (inhalasi), absorpsi melalui saluran pencernaan (ingesti).
a. Jalur Pemaparan Dermal
Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat, tetapi untungnya, kulit merupakan barier yang efektif terhadap berbagai jenis zat kimia. Jika zat kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya akan bergantung pada derajat absorpsi yang berlangsung. Semaikin besar absorpsinya, semakin besar kemungkinan zat tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya, zat kima lebih banyak diabsorpsi melalui kulit yang rusak atau tergores daripada melalui kulit yang utuh (WHO, 2005).
b. Jalur Pemaparan Inhalasi
Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti kulit, jaringan paru buka merupakan barier yang sangat protektif terhadap paparan zat kimia. Fungsi utama paru adalah pertukaran udara ke dalam darah dengan karbon dioksida dari darah ke udara. Akibatnya, jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung bukan saja oksigen tetapi berbagia jenis zat kimia lain ke dalam darah (WHO, 2005).
(34)
17
c. Jalur pemaparan Ingesti
Ingesti merupakan jalur utama masuknya senyawa yang terkandung dalam makanan dan minuman. Zat kimia yang ditelan masuk ke dalam tubuh melalui absorpsi di saluran gastrointestinal. Jika tidak diabsorpsi, zat kimia itu tidak dapat menimbulkan kerusakan sistemik (WHO, 2005).
Timbal memiliki 3 jalur pemaparan utama yang mempengaruhi kadarnya di dalam darah, yaitu melalui air, udara dan debu, serta makanan. Mekanisme jalur pemaparan timbal dapat dilihat pada gambar 1.
(35)
18
2.3 Timbal (Plumbum/Pb)
Timbal (Pb) yang dikenal juga dengan timah hitam merupakan neurotoxin atau racun syaraf yang dapat mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan dan kemampuan otak pada anak-anak, sementara pada orang dewasa dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, anemia, mengurangi fungsi reproduksi dan kematian (Palar, 2008). Diperkirakan bahwa paparan timbal bertanggung jawab, pada tahun 2004, untuk 143.000 kematian dan 0,6% dari penyakit global, dengan mempertimbangkan kejadian keterbelakangan mental ringan dan kardiovaskular yang disebabkan oleh paparan timbal. Timbal ini akan berakumulasi di dalam gigi dan tulang, dan terus menumpuk dari waktu ke waktu. Paparan timbal pada manusia dapat dinilai secara langsung melalui pengukuran timbal dalam darah, gigi atau tulang (WHO, 2010).
Emisi Pb ke dalam lapisan atmosfir bumi dapat berbentuk gas, terutama berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Bahan aditive yang biasa dimasukkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari 62% tetraetil-Pb, 18% etilenkhlorida, 18% etilendibromida dan sekitar 2% campuran tambahan dari bahan-bahan yang lain. Jumlah senyawa Pb yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa lain dan tidak terbakar sempurna dalam proses pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi (Palar, 2008).
(36)
19
Karakteristik timbal (Pb): a. Sifat fisik dan kimiawi Pb
Timbal atau lebih dikenal sebagai timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan plumbum dan merupakan unsur golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Timbal memiliki nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 merupakan suatu logam berat berwarna kelabu kebiru-biruan dan lunak dengan titik leleh 327oC dan titik didih 1.620oC. Pada suhu 550oC – 660oC Pb menguap dan membentuk oksigen dalam udara yang kemudian membentuk timbal oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam timah hitam dapt larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2008).
b. Pemakaian timbal
Penggunaan timbal dapat ditemukan pada pipa, lembaran logam, pembungkus, amunisi, pigmen, solder, additif anti-knock dalam bahan bakar minyak (Harrington, 2003).
Timbal dapat digunakan sebagai logam murni, dikombinasikan dengan logam lain untuk membentuk campuran, atau dalam bentuk senyawa kimia. Penggunaan utama dari timbal di Amerika adalah untuk penyimpanan baterai timbal-asam pada mobil, jenis baterai listrik isi ulang yang menggunakan campuran timbal hampir murni. Campuran timbal
(37)
20
biasanya ditemukan dalam amunisi, pipa, pembungkus kabel, material, solder, perisai radiasi. Timbal juga digunakan dalam glasir keramik dan sebagai stabilizer dalam plastik. Timbal digunakan secara luas sebagai inhibitor korosi dan pigmen dalam cat. Sebelum pertengahan 1980-an, senyawa timbal organik tetrametil timbal dan tetraetil timbal digunakan sebagai aditif antiknock dan octane booster pada bensin (Burbank, 2014).
c. Metabolisme Pb dalam tubuh
Salah satu jalur pemaparan zat kimia yang paling sering terjadi adalah pemaparan secara inhalasi. Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap paparan zat kimia. Fungsi utama paru adalah pertukaran udara ke dalam darah dengan karbon dioksida dari darah ke udara. Akibatnya, jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung bukan saja oksigen tetapi berbagai jenis zat kimia lain ke dalam darah (WHO, 2005).
Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan yang merupakan jalan pemajanan terbesar dan melalui saluran pencernaan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang baik. Absorbsi Pb udara pada saluran pernapasan ±40% dan pada saluran penceranaan ±5-10%, kemudian Pb didistribusikan ke dalam darah ±95% terikat pada sel darah merah, dan sisanya terikat pada plasma. Sebagian Pb di simpan pada jaringan lunak dan tulang. Ekskresi terutama
(38)
21
melalui ginjal dan saluran penceranan. Proses metabolisme Pb dalam tubuh meliputi 3 tahapan yaitu:
a. Absorbsi
Melalui inhalasi timbal dapat masuk ke dalam saluran pernapasan atas dimana pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di telan. Rata-rata 10-40% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna. Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% Pb yang diabsorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran. Masuknya Pb ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume pernapasan dan variasi faal antar individu.
b. Distribusi
Timbal yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% Pb dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool Pb tubuh lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut dan gigi).
(39)
22
c. Ekskresi
Ekskresi Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urine sebanyak 75-80%, melalui feses 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut dan kuku (Palar, 2008).
2.4 Kadar Timbal Normal pada Tubuh Manusia
Pada umumnya, studi toksikologi mengandalkan kadar timbal dalam darah sebagai alat ukur terhadap paparan timbal. Hal ini menunjukkan bahwa kadar timbal dalam darah yang diukur pada suatu populasi dapat dibandingkan secara langsung dengan penelitian toksisitas. Standar kadar timbal dalam darah berdasarkan populasi terlihat pada tabel 3 (UNEP, 2000).
Tabel 3. Kadar Timbal Dalam Darah Dalam Mikrogram Timbal per Desiliter Darah (µg/dL)
World Health Organization (1980)
Populasi umum Wanita usia subur
40 30
WHO (sejak 1980) Populasi umum 20
Jerman Populasi umum
Anak, wanita usia subur
15 10
Swiss Fetus
Anak-anak
10-15 10
Australia, Kanada Populasi umum 10
Amerika Anak-anak 10
Sumber: UNEP (2000)
Umur dan jenis kelamin mempengaruhi kandungan Pb dalam jaringan tubuh seseorang. Semakin tua umur seseorang akan semakin tinggi pula konsentrasi Pb yang terakumulasi pada jaringan tubuhnya. Jenis jaringan juga turut
(40)
23
mempengaruhi kadar Pb yang dikandung tubuh. Nilai ambang batas kadar timbal pada 9 jaringan tubuh tertera pada tabel 4 (Palar, 2008).
Tabel 4. Kadar Pb dalam 9 Jaringan Tubuh Orang yang Tidak Terpapar Pb Nilai Ambang Batas
Jaringan mg Pb / 100 gr Jaringan Basah
Rambut 0,007 – 1,17
Hati 0,04 – 0,28
Paru-paru 0,03 – 0,09
Ginjal 0,05 – 0,16
Limpa 0,01 – 0,07
Jantung 0,04
Otak 0,01 – 0,09
Gigi 0,28 – 31,4
Tulang 0,67 – 3,59
Sumber: Palar (2008)
2.5 Efek Timbal terhadap Kesehatan
Timbal merupakan toksin yang bersifat kronik dan akumulatif; oleh karena itu, efek samping akut biasanya diamati hanya mengikuti paparan jangka pendek dengan konsentrasi tinggi. Paparan akut timbal dapat menyebabkan gangguan saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, sakit perut), kerusakan hati dan ginjal, hipertensi dan efek neurologis (malaise, mengantuk, ensefalopati) yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian (WHO, 2010).
Paparan timbal kronis sering menyebabkan efek hematologis, seperti anemia, atau gangguan neurologis, termasuk sakit kepala, lekas marah, lesu, kejang, kelemahan otot, ataksia, tremor dan paralysis. Ada beberapa bukti bahwa jangka panjang pajanan timbal dapat berkontribusi pada perkembangan kanker. International Agency for Research on Cancer (IARC) telah
(41)
24
mengklasifikasikan senyawa timbal anorganik mungkin karsinogenik bagi manusia (Grup 2A), yang berarti bahwa ada bukti terbatas untuk karsinogenisitas pada manusia dan bukti yang cukup dari karsinogenisitas pada hewan percobaan. Menurut IARC, senyawa timbal organik tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen kepada manusia (Group 3), yang berarti bahwa bukti tidak memadai untuk karsinogenisitas terhadap manusia. Pada pria, timbal dapat memberikan efek reproduksi, termasuk penurunan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma yang abnormal (WHO, 2010).
Epidemiologi dan studi eksperimental menunjukkan bahwa paparan kronis mengakibatkan kadar timbal dalam darah (BLL) serendah 10 µg / dL pada orang dewasa berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, tekanan darah tinggi, sistem saraf dan efek neurobehavioral, dan gangguan kognitif di kemudian hari. Wanita hamil harus sangat diperhatikan dengan mengurangi kadar timbal dalam darah karena hal ini dapat memiliki dampak serius pada janin yang sedang berkembang (Burbank, 2014).
Bila manusia terpapar oleh Pb dalam kadar normal atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh Pb tetap akan bekerja dan bila jumlah yang diserap telah mencapai ambang atau bahkan melebihi batas ambang maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb yang lebih banyak menyerang bagian tubuh. Efek timbal berdasarkan kadarnya dalam darah dapat dilihat pada tabel 5 (WHO, 2005).
(42)
25
Tabel 5. Dampak Pb Terhadap Kesehatan Manusia Kadar Pb
(µg/dl)
Dampak Kesehatan
Anak Dewasa
0 s.d 10 Penurunan tingkat kecerdasan
Gangguan pertumbuhan tulang
-
10 s.d 30 Gangguan metabolism vitamin D
Gangguan sistolik tekanan darah
Gangguan Prothoporphyrin eritrosit
30 s.d 50 Gangguan sintesis hemoglobin
Anemia
Gangguan system saraf pusat
Gangguan ginjal Infertilitas (pada pria) Anemia
50 s.d 100 Gangguan ginjal
Gangguan otak dan system saraf pusat
Gangguan sintesis hemoglobin
>100 Kematian Kematian
Sumber: Tong (2000)
Gejala maupun tanda-tanda secara klinis akibat terpapar Pb akan timbul berbeda-beda. Plumbum akan beracun baik dalam bentuk logam maupun dalam bentuk garamnya seperti Pb karbonat, Pb tetra oksida, Pb monoksida, Pb sulfida dan Pb asetat merupakan keracunan Pb yang paling sering terjadi. Pb dapat masuk kedalam tubuh melalui pernafasan 85%, pencernaan 14% dan kulit 1%, setelah seseorang disebut berada dalam udara yang tercemar Pb. Efek yang timbul akibat paparan Pb adalah beberapa gejala berbagai sakit dan penyakit, serta menggangu fungsi ginjal, saluran pencernaan, sistem saraf, menurunkan fertilitas, menurunkan jumlah spermatozoa, dan meningkatkan spermatozoa abnormal serta dapat menyebabkan aborsi spontan. Efek timbal terhadap sistem organ tubuh tertera pada gambar 2 (WHO, 2005).
(43)
26
Gambar 4. Pengaruh Timbal pada Sistem Organ Tubuh (UNEP, 2000) Adanya timbal dalam darah dapat menyebabkan hipertensi. Polisi lalu lintas yang mempunyai kadar Pb dalam darah = 6,27 µg/dL mempunyai risiko untuk menderita hipertensi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan polisi dengan kadar Pb dalam darah <6,27 µg/dL (Pasorong, 2007). Pada pria, kenaikan tekanan darah 1,25 mmHg berhubungan dengan setiap 5 µg/dL kenaikan kadar timbal dalam darah antara 5 – 20 µg/ dL, dan dengan kenaikan tekanan darah 3, 75 mmHg pada kadar timbal dalam darah lebih dari 20 µg/dL. Sedangkan pada wanita peningkatan 0,8 mmHg tekanan darah sistolik berhubungan dengan setiap 5 µg/dL peningkatan kadar timbal antara 5-20 µg/dL, serta dengan peningkatan tekanan 2,4 mmHg pada kadar timbal lebih dari 20 µg/dL dalam darah (WHO, 2003).
(44)
27
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada hewan coba yaitu mencit Balb/c ditemukan adanya perubahan stuktur histopatologi hepar. Perubahan struktur histopatologi hepar semakin meningkat sesuai dengan lama paparan timbal yang diberikan yaitu dengan lama paparan 4 jam, 8 jam, dan 12 jam. Namun, kadar timbal dalam darah mencit tersebut tidak menunjukan hal yang bermakna. Hal ini disebabkan oleh paparan yang diberikan kepada mencit tersebut hanya berlangsung selama 1 bulan, sedangkan timbal memiliki sifat akumulatif dalam darah (Trijayanti, 2010).
Terdapat beberapa gejala non-spesifik dari paparan timbal, diantaranya adalah kelumpuhan nervus radialis (wrist drop), rasa kesemutan dan mati rasa pada jari dan tangan, mual, dan penurunan libido pada pekerja garasi mobil. Diantara gejala yang dinilai, depresi, kelumpuhan nervus radialis (wrist drop), dan penurunan libido umumnya dirasakan individu dengan kadar
timbal dalam darah ≥ 20 µg/dL. Selain itu beberapa pekerja juga mengeluhkan adanya rasa metalik (metallic taste) pada mulut, penglihatan kabur serta bekas luka berwarna putih pada satu atau dua area di kepala pekerja-pekerja tersebut (Adela, 2012).
Pada pekerja pembuatan baterai menunjukkan bahwa penyerapan timbal yang lebih pada pekerja ini memberikan efek samping yang mempengaruhi tekanan darah, mengganggu metabolisme kalsium dan fosfor yang selanjutnya menyebabkan gangguan pada proses mineralisasi tulang sehingga terjadi penuruan kepadatan tulang (Dongre, 2012).
(45)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional-analytic yang merupakan penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan paparan asap kendaraan bermotor dengan kadar timbal (Pb) dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Polresta Bandar Lampung pada bulan Oktober-November 2014.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti (Notoadmojo, 2010). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan
(46)
29
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dahlan, 2013).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung sebanyak 143 pekerja (Sat Lantas Polresta Bandar Lampung, 2014).
3.3.2 Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling. Dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Menandatangani informed consent. b. Bekerja di jalan raya
Kriteria eksklusi sebagai berikut: a. Tidak bersedia menjadi responden b. Usia > 40 tahun
c. Memiliki riwayat penyakit paru dan ginjal d. Lingkungan tempat tinggal di pinggir jalan raya e. Bertempat tinggal di area industri
(47)
30
3.4 Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah paparan asap kendaraan bermotor.
2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kadar timbal (PB) dalam darah.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer yang mencakup variabel-variabel yang diteliti diperoleh pada sampel menggunakan instrumen kuisioner sebagai alat untuk wawancara yang terpilih sebagai subjek penelitian, dan pengukuran kadar Pb dalam darah pada subjek penelitian.
(48)
31
3.6 Definisi Operasional
Tabel 6. Definisi Oprasional Penelitian.
3.7 Alat Penelitian dan Cara Pengambilan Data 3.7.1 Alat penelitian
a. Alat tulis
adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil, dan komputer. b. Lembar informed consent
adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian. c. Kuesioner
Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Skala Masa
Kerja
Jumlah hari kerja responden selama menjabat sebagai polisi lalu lintas (Kurniawan, 2008).
Kuesioner Pengisian kuesioner
Numerik (tahun)
Lama kerja
Jumlah jam kerja responden dalam satu hari dengan satuan jam (Kurniawan, 2008).
Kuesioner Pengisian kuesioner Numerik (jam) Kadar timbal (Pb) dalam darah Kadar timbal dalam darah adalah hasil pengukuran jumlah Pb dalam darah polisi lalu lintas dengan metode SSA dengan satuan µg/dL (Kurniawan, 2008). Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah vena dengan metode SSA Numerik (µg/dL)
(49)
32
adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. d. Kamera
adalah alat untuk mendokumentasikan saat observasi. e. Spuit 5 cc
adalah alat untuk mengambil sampel darah vena sebanyak 5 cc untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar timbal dalam darah.
f. Peralatan laboratorium
adalah alat-alat untuk analisa kadar Pb dalam darah dengan menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
3.7.2 Cara pengambilan data
Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :
a. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian b. Pengisian informed consent
c. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian (pengisian kuisioner dan hasil pengukuran kadar timbal dalam darah).
(50)
33
3.8 Alur Penelitian
Gambar 5. Bagan alur penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program
1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal, Perijinan, Koordinasi
2. Tahap pelaksanaan
Pengisian informed consent
Observasi, pengisian kuisioner, dan pengambilan sampel darah
3. Tahap Pengolahan Data
Pencatatan
Analisis dengan program statistik
(51)
34
komputer. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :
a. Koding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
b. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.
c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.
d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
3.9.2 Analisis Data
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program computer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terkait.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik. Langkah pertama adalah melakukan uji normalitas data dengan Kolmogrov-Smirnov untuk melihat distribusi
(52)
35
data. Apabila distribusi data normal, dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson. Apabila distribusi data tidak normal, dilanjutkan dengan uji alternatif yaitu uji korelasi Spearman. Nilai kemaknaan (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalh 0,05 (Dahlan, 2013).
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini telah melewati ethical clearence dan dalam pelaksanaannya melalui informed consent dengan Nomor Surat Etik 1929/UN26/8/DT/2014.
(53)
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara paparan asap kendaraan bermotor terhadap kadar timbal dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung
2. Kadar timbal terrendah pada polisi lalu lintas di Polresta bandar Lampung adalah -0,384 mg/L dan kadar timbal tertinggi adalah 0,162 mg/L
3. Terdapat korelasi sedang antara lama kerja terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung. Sedangkan masa kerja dan kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar lampung memiliki korelasi lemah.
5.2 Saran
Timbal merupakan logam berat yang mempunyai efek samping terhadap kesehatan pada manusia khususnya polisi lalu lintas pada saat bertugas di
(54)
48
jalan raya, maka untuk mengurangi dampak negatif tersebut disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah, sebaiknya memperhatikan resiko-resiko paparan timbal pada individu-individu yang memiliki resiko tinggi terhadap paran timbal dan melakukan pengawasan secara berkala.
2. Bagi Kepolisian, sebaiknya menyediakan APD (masker) yang memadai dan menerapkan penggunaan APD lebih tegas lagi kepada anggota polisi lalu lintas serta menerapkan sistem regulasi anggota polisi lalu lintas yang bertugas dilapangan.
3. Bagi anggota polisi lalu lintas, sebaiknya menggunakan APD secara teratur dan mengurangi kebiasaan merokok terutama pada saat bekerja. 4. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan antara paparan asap kendaran bermotor dengan kadar timbal di dalam darah dengan memperhatikan faktor-faktor luar seperti kadar timbal di udara, kepadatan kendaraan dan kebiasaan merokok agar hasil lebih akurat dan baik lagi.
(55)
DAFTAR PUSTAKA
Adela Y., Ambelu W. 2012. Ocupational Lead Exposure Among Automotive Garage Workers – a Case Study for Jimma Town, Ethiopia. J of Occup. Med and Tox. 7(15): 1-8
Arifin, Z., 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Afabeta. Yogyakarta. hlm. 32-41.
Burbank, S. 2014. Lead. United States: Safety and Helath Topics. Tersedia pada: https://www.osha.gov/SLTC/lead/ [Diakses tanggal 22 September 2014]
Center for Disease Control and Prevention. 2013. Very High Blood Lead Levels Among Adults – United States 2002-2011. Morbidity and Mortality Weekly Report. United States.
Chahaya S, I. 2005. Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor yang Berhubungan. Maj. Ked. Nusantara. 38(3): 223-9.
Dahlan, M.S., 2013. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Salemba Medika. Jakarta. hlm. 3-5
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Keangka Acuan Uji Petik Kadar Timbal (Pb) pada Spesimen Darah terhadap Kelompok Masyarakat Beresiko Tinggi Pencemaran Timbal. Ditjen PPl dan PL Depkes RI. Jakarta.
Dongre, N.N., Suryakar A.N., Patil A.J., Hundekari I.A., Devarnavadagi B.B. 2012. Biochemical Effects of Lead Exposure on Battery Manufacture Workers with Reference to Blood Pressure, Calcium Metabolism and Bone Mineral Density. J Clin Biochem of India. 28(1): 65-70
(56)
50
Harrington, J.M. 2003. Buku Saku: Kesehatan Kerja. EGC. Jakarta. hlm. 116-52.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Logam Berat. Kemenkes. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1407 Tahun 2002. Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Kurniawan, W. 2008. Hubungan Kadar Pb dalam Darah dengan Profil Darah pada Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Lidarni, N. 2013. Kualitas Udara Di Bandar Lampung Terbaik. Tersedia pada: http://lampost.co/berita/kualitas-udara-di-bandar-lampung-terbaik [Diakses tanggal 5 Januari 2015].
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hlm. 25-6.
Nurmaini. 2004. Hubungan Tekanan Darah dengan Kadar Timbal pada Polisi Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2004. Tersedia pada: http://respiratory.usu.ac.id/handle/123456789/15333 [Diakses tanggal 5 Januari 2015].
Palar, H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Edisi Kelima. Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 74-90.
Parinding, GF., Djajakusli R., Russeng, SS. 2013. Hubungan Antara Kadar Timbal Dalam Darah Dengan Kelelahan Kerja pada Tukang Ojek di Pangkalan Ojek BTP Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2013. J. Ked. Unhas.
Pasorong, M.B. 2007. Hubungan Antara Kadar Plumbum (Pb) dan Hipertensi pada Polisi Lalu Lintas di Kota Manado. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. 23(2): 81-8
Pratiwi, L. 2012. Perbedaan Kadar Haemoglobin Darah pada Kelompok Polisi Lalu Lintas yang Terpapar dan Tidak Terpapar Timbal di Wilayah Polres Jakarta Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2): 738-49
(57)
51
Tong, S., Schirnding, YE., Propamontol, T. 2000. Environmental Lead Exposure, a Public Health Problem of Global Dimension. WHO. Geneva.
Trijayanti, R. 2010. Pengaruh Timbal (Pb) pada Udara Jalan Tol terhadap Gambaran Mikroskopis Hepar dan Kadar Timbal (Pb) dalam Darah Mencit Balb/c Jantan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
United Nations Environment Programme Chemicals. 2000. Global Opportunities for Reducing the Use of Leaded Gasoline. Inter-Organization Programme for the Sound Management of Chemicals (IOMC). Switzerland.
United Nations Environment Programme Chemicals. 2008. Draft final review of scientific information on lead. UNEP. Swizerland.
World Helath Organization. 2000. Hazardous Chemicals in Human and Environmental Helath. WHO. Geneva. Terjemahan Widyastuti. 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Cetakan I. EGC. Jakarta. hlm. 29-111.
World Health Organization. 2003. Lead : assessing the environmental burden of disease at national and local levels. Environmental burden of disease series No. 2. WHO Document Production Service. Geneva.
World Health Organization. 2010. Preventing Disease Through Healthy Environments. WHO Document Production Service. Geneva.
(1)
35
data. Apabila distribusi data normal, dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson. Apabila distribusi data tidak normal, dilanjutkan dengan uji alternatif yaitu uji korelasi Spearman. Nilai kemaknaan (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalh 0,05 (Dahlan, 2013).
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini telah melewati ethical clearence dan dalam pelaksanaannya melalui informed consent dengan Nomor Surat Etik 1929/UN26/8/DT/2014.
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara paparan asap kendaraan bermotor terhadap kadar timbal dalam darah pada polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung
2. Kadar timbal terrendah pada polisi lalu lintas di Polresta bandar Lampung adalah -0,384 mg/L dan kadar timbal tertinggi adalah 0,162 mg/L
3. Terdapat korelasi sedang antara lama kerja terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar Lampung. Sedangkan masa kerja dan kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas di Polresta Bandar lampung memiliki korelasi lemah.
5.2 Saran
Timbal merupakan logam berat yang mempunyai efek samping terhadap kesehatan pada manusia khususnya polisi lalu lintas pada saat bertugas di
(3)
48
jalan raya, maka untuk mengurangi dampak negatif tersebut disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah, sebaiknya memperhatikan resiko-resiko paparan timbal pada individu-individu yang memiliki resiko tinggi terhadap paran timbal dan melakukan pengawasan secara berkala.
2. Bagi Kepolisian, sebaiknya menyediakan APD (masker) yang memadai dan menerapkan penggunaan APD lebih tegas lagi kepada anggota polisi lalu lintas serta menerapkan sistem regulasi anggota polisi lalu lintas yang bertugas dilapangan.
3. Bagi anggota polisi lalu lintas, sebaiknya menggunakan APD secara teratur dan mengurangi kebiasaan merokok terutama pada saat bekerja. 4. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan antara paparan asap kendaran bermotor dengan kadar timbal di dalam darah dengan memperhatikan faktor-faktor luar seperti kadar timbal di udara, kepadatan kendaraan dan kebiasaan merokok agar hasil lebih akurat dan baik lagi.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adela Y., Ambelu W. 2012. Ocupational Lead Exposure Among Automotive Garage Workers – a Case Study for Jimma Town, Ethiopia. J of Occup. Med and Tox. 7(15): 1-8
Arifin, Z., 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Afabeta. Yogyakarta. hlm. 32-41.
Burbank, S. 2014. Lead. United States: Safety and Helath Topics. Tersedia pada: https://www.osha.gov/SLTC/lead/ [Diakses tanggal 22 September 2014]
Center for Disease Control and Prevention. 2013. Very High Blood Lead Levels Among Adults – United States 2002-2011. Morbidity and Mortality Weekly Report. United States.
Chahaya S, I. 2005. Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor yang Berhubungan. Maj. Ked. Nusantara. 38(3): 223-9.
Dahlan, M.S., 2013. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Salemba Medika. Jakarta. hlm. 3-5
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Keangka Acuan Uji Petik Kadar Timbal (Pb) pada Spesimen Darah terhadap Kelompok Masyarakat Beresiko Tinggi Pencemaran Timbal. Ditjen PPl dan PL Depkes RI. Jakarta.
Dongre, N.N., Suryakar A.N., Patil A.J., Hundekari I.A., Devarnavadagi B.B. 2012. Biochemical Effects of Lead Exposure on Battery Manufacture Workers with Reference to Blood Pressure, Calcium Metabolism and Bone Mineral Density. J Clin Biochem of India. 28(1): 65-70
(5)
50
Harrington, J.M. 2003. Buku Saku: Kesehatan Kerja. EGC. Jakarta. hlm. 116-52.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Logam Berat. Kemenkes. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1407 Tahun 2002. Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Kurniawan, W. 2008. Hubungan Kadar Pb dalam Darah dengan Profil Darah pada Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Lidarni, N. 2013. Kualitas Udara Di Bandar Lampung Terbaik. Tersedia pada: http://lampost.co/berita/kualitas-udara-di-bandar-lampung-terbaik [Diakses tanggal 5 Januari 2015].
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hlm. 25-6.
Nurmaini. 2004. Hubungan Tekanan Darah dengan Kadar Timbal pada Polisi Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2004. Tersedia pada: http://respiratory.usu.ac.id/handle/123456789/15333 [Diakses tanggal 5 Januari 2015].
Palar, H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Edisi Kelima. Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 74-90.
Parinding, GF., Djajakusli R., Russeng, SS. 2013. Hubungan Antara Kadar Timbal Dalam Darah Dengan Kelelahan Kerja pada Tukang Ojek di Pangkalan Ojek BTP Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2013. J. Ked. Unhas.
Pasorong, M.B. 2007. Hubungan Antara Kadar Plumbum (Pb) dan Hipertensi pada Polisi Lalu Lintas di Kota Manado. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. 23(2): 81-8
Pratiwi, L. 2012. Perbedaan Kadar Haemoglobin Darah pada Kelompok Polisi Lalu Lintas yang Terpapar dan Tidak Terpapar Timbal di Wilayah Polres Jakarta Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2): 738-49
(6)
Tong, S., Schirnding, YE., Propamontol, T. 2000. Environmental Lead Exposure, a Public Health Problem of Global Dimension. WHO. Geneva.
Trijayanti, R. 2010. Pengaruh Timbal (Pb) pada Udara Jalan Tol terhadap Gambaran Mikroskopis Hepar dan Kadar Timbal (Pb) dalam Darah Mencit Balb/c Jantan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
United Nations Environment Programme Chemicals. 2000. Global Opportunities for Reducing the Use of Leaded Gasoline. Inter-Organization Programme for the Sound Management of Chemicals (IOMC). Switzerland.
United Nations Environment Programme Chemicals. 2008. Draft final review of scientific information on lead. UNEP. Swizerland.
World Helath Organization. 2000. Hazardous Chemicals in Human and Environmental Helath. WHO. Geneva. Terjemahan Widyastuti. 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Cetakan I. EGC. Jakarta. hlm. 29-111.
World Health Organization. 2003. Lead : assessing the environmental burden of disease at national and local levels. Environmental burden of disease series No. 2. WHO Document Production Service. Geneva.
World Health Organization. 2010. Preventing Disease Through Healthy Environments. WHO Document Production Service. Geneva.