ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENADAHAN KENDARAAN BERMOTOR HASIL PENCURIAN (Studi di Polresta Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN

PENADAHAN KENDARAAN BERMOTOR HASIL PENCURIAN

(Studi di Polresta Bandar Lampung)

Oleh: Sisca Apriana

Perekonomian yang semakin berkembang maka kebutuhan hidup masyarakat

terus meningkat, sedangkan pendidikan dan lapangan pekerjaan sedikit. sehingga

mendorong tindak kriminalitas di masyarakat. Dalam hal ini tindak kriminalitas

yang dimaksud ialah kejahatan penadahan kendaraan bermotor, Adapun

permasalahan yang dibahas dalam penelitian adalah apakah faktor-faktor

penyebab kejahatan penadahan kendaraan bermotor hasil pencurian dan

bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan penadahan kendaraan bermotor

hasil pencurian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris

dengan menggunakan data primer dan sekunder. Adapun jenis dan sumber data

primer diperoleh melalui studi lapangan berupa hasil wawancara dengan

narapidana, petugas kepolisian dan dosen Fakultas Hukum Unila, sedangkan data

sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Analisa yang digunakan adalah analisis

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab kejahatan penadahan

kendaraan bermotor

hasil pencurian dapat dianalisa dengan menggunakan dua

pendekatan yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah latar belakang

pendidikan yang rendah baik dari pendidikan formal maupun keterampilan yang

tidak memadai atau kurang, sedangkan faktor ekstern terdiri dari dua hal yaitu

faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan pergaulan terdapat pelaku kejahatan

sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk melakukan

tindak kejahatan, kemudian faktor ekonomi yaitu minimnya lapangan pekerjaan

dan tingginya tingkat kebutuhan hidup hal ini yang dapat mempengaruhinya


(2)

terjadinya tindak kejahatan. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan dalam

mengatasi kejahatan penadahan kendaraan bermotor dilakukan melalui upaya

penal yaitu dengan bersifat

represif

(penindakan) yaitu penyelidikan dan

penyidikan sedangkan upaya non penal dapat dilakukan dengan menggunakan

cara

preventif

(pencegahan) yaitu memberikan himbauan kepada masyakat akan

pentingnya saling menjaga dan melindungi antar warga masyarakat.

Saran penulis dalam skripsi ini adalah pemerintah harus bisa memberikan

pendidikan dan lapangan pekerjaan dan masyarakat sebagai pemilik kendaraan

bermotor perlu melakukan peningkatan kewaspadaannya, menjaga keamanan

kendaraan dengan mengunci kendaraan pada saat diparkirkan.serta bagi aparat

penegak hukum khususnya polisi harus selalu melakukan razia dan patroli-patroli

ke daerah-daerah yang rawan kejahatan serta memberi penyuluhan kepada

masyarakat


(3)

(4)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENADAHAN

KENDARAAN BERMOTOR HASIL PENCURIAN

(Studi di Polresta Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

SISCA APRIANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D.

Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E.

Sistematika Penulisan ... 15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengertian Kriminologi ... 17

B.

Pengertian Tindak Pidana dan Jenis-jenis Tindak Pidana... 18

C.

Pengertian Tindak Pidana Pencurian dan

Tindak Pidana Penadahan (Heling)

………...

... 22

D.

Faktor-Penyebab Kejahatan ... 30

E.

Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan .

………

... 31

III.

METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan Masalah... 34

B.

Sumber dan Jenis Data ... 35


(6)

D.

Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 37

E.

Analisis Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Karakteristik Responden... 39

B.

Faktor-faktor Penyebab Kejahatan Penadahan Kendaraan Bermotor

hasil Pencurian Studi di Bandar Lampung ... 41

C.

Upaya Penanggulangan Kejahatan Penadahan Kendaraan Bermotor Hasil

Pencuriann

………..

... 47

V. PENUTUP

A.

Simpulan ... 57

B.

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Tindak Penadahan Kendaraan Bermotor di Bandar Lampung.. 6

2.

Tingkat pendidikan para pelaku kejahatan penadahan... 43


(8)

(9)

(10)

MOTO

Sesungguhnya ilmu pengetahuan

menempatkan orangnya kepada kedudukan terhormat dan mulia (tinggi).

Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhrat .

(H.R.Ar-Rabii)

Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan.

Peluh keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah pewarnanya.

Doamu dan doa orang-orang disekitarmu adalah bara api yang mematangkannya.

Kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya. maka dari itu, bersabarlah! Allah

selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju

keberhasilan.

Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana

cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan


(11)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Dengan menyebut nama Allah SWT

Kupersembahkan karya karya sederhana ini kepada:

Kepada kedua orang tua ku Papa dan Mama yang telah membesarkan, mendidik,

menyemangati dan mendoakanku serta berjuang untuk membahagiakan

anak-anaknya. Mohon maaf selama ini ananda telah membuat Papa dan Mama kecewa

semoga kelak ananda dapat membahagiakan Papa dan Mama dan membuat Papa

dan mama Bangga

Kakakku tersayang Brigpol Agus Setiawan dan Kedua Adikku M Rizky Aditia dan

Siti Nurhaliza yang selalu memberikan semangat , motivasi , doa dan dukungan


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 1 April

1988. Penulis merupakan anak kedua dari 4 (empat)

bersaudara dari pasangan Bapak Hasan Azhari,S.Pd dan

Ibu Lismawati.

Penulis mengawali Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita 2

Penengahan Kalianda yang diselesaikan pada tahun 1994. Sekolah Dasar di SD

Negeri 6 Penengahan Bandar lampung yang diselesaikan pada tahun 2000.

Sekolah Menengah Pertama di SMP N 22 Bandar Lampung yang diselesaikan

pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas Arjuna Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan Program

Profesi Satu Tahun Jurusan Bahasa Inggris LBBP LIA Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar Sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung dan telah melakukan Studi Banding di

Malang-Bali-Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 03 Juli sampai dengan 11 Juli 2010.


(13)

SANWACANA

Assalam’mualaikum Wr,Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesesaikan skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Universitas

Lampung. Skripsi ini berjudul :

“ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP

KEJAHATAN

PENADAHAN

KENDARAAN

BERMOTOR

HASIL

PENCURIAN ( Studi di Polresta Bandar Lampung)”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini antara lain :

1.

Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2.

Ibu Diah Gustiniati M, S.H.,M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan

Ibu Hj. Firganefi, S.H.,M.H. selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(14)

3.

Bapak Dr. Heni Siswanto, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis.

4.

Ibu Diah Gustiniati M, S.H.,M.H. selaku Pembimbing I yang telah memberi

masukan, semangat dan bimbingan yang membantu penulis hingga

terselesaikan skripsi ini.

5.

Ibu Hj. Firganefi, S.H.,M.H. selaku Pembimbing II yang juga telah memberi

masukan, semangat dan bimbingan yang membantu penulis hingga

terselesaikan skripsi ini.

6.

Bapak Eko Raharjo, S.H.,M.H. selaku pembahas I atas saran dan

bimbingannya.

7.

Bapak Tri Andrisman,S.H.,M.H. selaku pembahas II atas saran dan kritikan

yang telah diberikan diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

8.

Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

9.

Seluruh Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

10.

untuk Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan semangat,

mendoakan dan mendukung serta support materinya untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini, Kakakku Laki satu-satunya atas bantuannya

beserta istrinya juga kedua ponakan ayuk azhel kiting,adek icha ichul ndut,

serta kedua adikku kak kiki juga adek siti ,yang selalu mendukung agar

menyelesaikan skripsi ini.

11.

Untuk nyai dan nenek untuk doa-doa dan dukungan nya, wak cak, wak ngah,

wak cik ngah,wo dan wak cik, kakak, wak, mamang dan bibi semua,kakak,

ayuk, ayuk tia, adek sepupu yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.


(15)

12.

Untuk Sahabatku di Smp Yanti dan Tika yang selalu siap sedia jika dimintai

bantuannya baik pikiran dan menemani untuk pergi kemanapun, selama

penulisan skripsi ini, alm ipit , mami sherly juga Pitri Serta sahabat di SMA

windi si wenpao terimakasih dukungan kalian.

13.

Untuk sahabatku sekaligus teman seperjuangan mbak Uwie atas bantuannya

selama dan kak Dian atas bantuannya.

14.

Untuk sahabat di kampus Fakultas Hukum : afriska, adek Tiwi, ses Renti,

Serly, ahi Indra, abang Haris, juga kak Sony ,imam kalian selalu

menyemangati, mendoakan dan mendukung.

15.

Seluruh Pihak yang telah memberikan bantuan semangat, dorongan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis mengakui bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dalam penyusunannya,

walau demikian penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,

dan semoga Allah SWT membalas budi bayi yang telah kalian berikan. Amin.

Bandar Lampung, 24 Desember 2014

Penulis


(16)

1

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kemajuan pertumbuhan sosial dimasyarakat ditandai pula dengan tingkat konsumtif

masyarakat yang naik pula, salah satunya adalah dengan banyaknya masyarakat

yang memiliki kendaraan bermotor, kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.

Semakin terjangkaunya harga dari kendaraan bermotor serta banyaknya

lembaga-lembaga pembiayaan yang mudah dalam pelayanannya kepada masyarakat untuk

mendapatkan kendaraan dengan waktu yang cepat menjadi salah satu faktor

penunjang tingginya jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota dan Kabupaten.

Di sisi lain semakin banyaknya kendaraan bermotor menimbulkan masalah sosial

tersendiri di kalangan masyarakat. Dimana kondisi perekonomian Negara kita

yang sulit saat ini, mengakibatkan timbulnya kasus kriminalitas yang terjadi

dalam masyarakat yang dilatarbelakangi karena kebutuhan hidup yang mendesak

yang terjadi setiap hari dan dialami oleh masyarakat sebagai contohnya,

penjambretan, penodongan, pencurian, perampokan, penganiayaan, perkosaan,

pembunuhan, tawuran remaja, atau lebih dikenal dengan

kejahatan jalanan

atau

street crime

menjadi tantangan bagi proses penegakan hukum. Kejahatan tidak

akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus kejahatan semakin sering

terjadi dan yang paling dominan adalah jenis kejahatan terhadap harta

kekayaan, khususnya yang termasuk di dalamnya adalah tindak pidana


(17)

2

penadahan. Kejahatan terhadap harta benda akan tampak meningkat di

Negara-Negara sedang berkembang. Kenaikan ini sejalan dengan perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi. Di setiap Negara tidak terkecuali Negara yang paling

maju sekalipun, pasti akan menghadapi masalah kejahatan yang mengancam dan

mengganggu ketentraman dan kesejahteraan penduduknya. Hal ini menunjukkan

bahwa kejahatan tidak hanya tumbuh subur diNegara miskin dan berkembang,

tetapi juga diNegara-Negara yang sudah maju.

Perkembangan kejahatan seperti diuraikan di atas bahwa hukum menempati

posisi yang penting untuk mengatasi adanya persoalan kejahatan ini. Perangkat

hukum diperlukan untuk menyelesaikan konflik atau kejahatan yang ada dalam

masyarakat. Salah satu usaha pencegahannya dan pengendalian kejahatan itu ialah

dengan menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.

Hukum pidana terbagi atas dua bagian yaitu Hukum Pidana materiil yaitu

mengenai petunjuk da uraian tentang tindak pidana dan Hukum Pidana formil

yaitu cara Negara dengan perantara para pejabatnya menggunakan haknya untuk

memidana. Perbuatan yang melanggar aturan-aturan inilah yang disebut dengan

tindak pidana. Salah satu tindak pidana yang sering muncul dalam masyarakat

Indonesia yaitu pencurian yang diatur pada Pasal 362 KUHPidana, oleh karena

itu Negara merasa perlu melindungi hak warga Negaranya dalam kaitannya

mengenai harta benda.

Perlindungan atas hak milik berupa harta benda dipertegas, dalam

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 4: “Setiap orang berhak mempunyai hak

milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil secara


(18)

sewenang-3

wenang oleh siapa pun”. Keberadaan hukum dimaksudka

n agar tercipta suatu

keadaan yang tenteram dan terciptanya suatu ketertiban di masyarakat.

Terciptanya ketertiban tidak lepas oleh peran serta masyarakat atau boleh

dikatakan lebih dititik beratkan pada kewajiban masyarakat, sedangkan

ketenteraman lebih dititik beratkan pada hak-hak masyarakat.

Oleh karena itu hukum itu sendiri harus bisa mengakomodir dan mencerminkan

perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban masyarakat. Tidak dapat

dipungkiri dalam menjalankan kehidupannya manusia memerlukan kedua hal

tersebut, harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hal tersebut akan

menghindarkan dari sikap yang taotaliter akibat terlalu mengedepankan

kewajiban dan sikap yang cenderung akan membuka jalan menuju anarki akibat

dari sikap yang terlalu mengedapankan hak. Kejahatan dapat diartikan secara

kriminologis dan yuridis. Kejahatan dalam arti kriminologis yaitu perbuatan

manusia yang menodai norma-norma dasar dari masyarakat. Hal ini dimaksudkan

sebagai perbuatan unsur yang menyalahi aturan-aturan yang hidup dan

berkembang di masyarakat.

Kejahatan secara yuridis yaitu perilaku jahat atau perbuatan jahat dalam arti

hukum pidana maksudnya bahwa kejahatan itu dirumuskan di dalam

peraturan-peraturan pidana. Masalah pidana yang paling sering terjadi di dalam masyarakat

adalah tindak pidana terhadap harta kekayaan (tindak pidana materiil), seperti

pencurian, pemerasan, penggelapan, penipuan, pengrusakan, dan penadahan.

Salah satu tindak pidana terhadap harta kekayaan yang masih sering

menimbulkan perdebatan adalah tindak pidana penadahan kendaraan bermotor


(19)

4

yang berasal dari hasil pencurian.

Pencurian kendaraan bermotor semakin marak terjadi di lingkungan masyarakat

baik di kota maupun di daerah. Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa salah

satu penyebab semakin maraknya terjadi tindak pidana pencurian kendaraan

bermotor adalah karena semakin maraknya juga tindak pendahan kendaraan

bermotor hasil pencurian tersebut. Akibatnya pelaku pencurian tidak kesulitan

untuk memasarkan kendaraan hasil bermotor hasil curiannya. Faktor lain yang

mengakibatkan tindak pidana tersebut yang sering dijadikan alasan pihak pelaki

adalah masalah kebutuhan hidup dimana pelaku memang tidak mempunyai mata

pencaharian. Hal itulah yang melatarbelakangi meningkatnya jumlah pencurian

kendaraan bermotor yang kemudian berpotensi kepada meningkatnya jumlah

penadaham kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi yang mempunyai mobilitas

tinggi, maka pelaku kejahatan ini merupakan kejahatan yang memiliki mobilitas

nggi juga dampak negatifnya terhadap masyarakat.

1

Selain itu kejahatan

pencurian kendaraan bermotor sudah merupakan kejahatan terorganisir,

bersindikat, dimana ada pihak-pihak yang dilapangan (pencuri) barang hasil

kejahatan tersebut langsung ditampung didalam kejahatan yang baru atau di

kenal dengan penadahan sehingga para pelaku kejahatan merasa diuntungkan dan

pihak kepolisian lebih sulit dalam hal mengungkapkan kejahatan tersebut.

Tindak pidana penadahan diatur dalam Pasal 480 KUHP, Pasal 481 dan 482

KUHP . Tindak pidana penadahan merupakan tindakan yang dilarang oleh

1

LamintangPAF,.Fenomena Kehidupan Sosial dalam Ruang Lingkup Pidana,Sinar grafika 1990. hlm.193-194.


(20)

5

hukum, karena penadahan di peroleh dari kejahatan, dapat dikatakan menolong

atau mempermudah tindakan kejahatan si pelaku dapat mempersukar pengusutan

kejahatan bersangkutan, dalam mengadilli terdakwa yang melakukan tindak

pidana penadahan karena, harus membuktikan terlebih dahulu apakah terdakwa

tersebut benar-benar melakukan kejahatan dikarenakan barang kejahatan tersebut

didapat dari hasil kejahatan juga dan penadahan disini menjadi pelaku kedua

dalam hal pelaksanaannya, maka pihak berwajib harus membutikan terlebih

dahulu apakah seseorang itu mampu untuk dipertanggung jawabkan dengan kata

lain adanya unsur kesalahan dan kesengajaan.

2

Menurut Muhammad Ali penadahan ialah

tindak pidana atau “

strafbaarfeit

” asal

kata tadah berarti menampung, menadah, penadah, orang yang menerima barang

gelap atau barang curian

3

. Penadahan berarti perbuatan menadah menampung.

Tindak pidana penadahan merupakan delik turunan. Artinya, harus ada delik

pokok yang membuktikan uang atau barang tersebut berasal dari tindak pidana

4

.

Tindak pidana penadahan di Kota Bandar lampung yang sering terjadi dapat

dilihat dari meningkatnya jumlah kasus tindak pidana penadahan yang telah

terjadi sepanjang tahun 2012-2014, pada tahun 2012 tindak pidana penadahan

kendaraan bermotor yang ditangani oleh Polresta Bandar lampung terdapat 5

kasus, pada tahun 2013 terdapat 7 dan pada tahun 2014 terdapat kasus sebanyak

11 kasus, yang ditangani oleh Polresta Bandar lampung lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

2

Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Doule Tracj Sistem dan Implementasinya), PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2004.hlm.71

3

Ali Muhammad, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,2000 4


(21)

6

Tabel 1 Tindak Penadahan Kendaraan Bermotor di Bandar Lampung

No Tahun

Tindak Pidana

Penadahan kendaraan bermotor

Jumlah

TP

Penegakan

hukumnya

1

2012

Penadahan kendaraan bermotor

5

Di Proses sampai

Pengadilan Negeri

2

2013

Penadahan kendaraan bermotor

7

Di Proses sampai

Pengadilan Negeri

3

2014

Penadahan kendaraan bermotor

11

Proses Penyidikan

di Polresta

Jumlah

23

Sumber : Data dari Polresta Bandar Lampung Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui jumlah tindak pidana penadahan

kendaraan bermotor pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan. Dari hasil

prariset di Polresta Bandar Lampung bahwa faktor penyebab Penadahan

Kendaraan Bermotor antara lain disebabkan oleh faktor ekonomi dan mudah

untuk dijual kembali.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut

dengan mengambil judul : Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan Penadahan

Kendaraan Bermotor Hasil Pencurian ( Studi Di Polresta Bandar Lampung).


(22)

7

B.

Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.

Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini

adalah :

a.

Apakah faktor-faktor penyebab kejahatan penadahan kendaraan bermotor hasil

pencurian (Studi di Polresta Bandar Lampung)?

b.

Bagaimanakah upaya Penanggulangan kejahatan penadahan kendaraan

bermotor hasil pencurian (Studi di Polresta Bandar Lampung)?

2.

Ruang Lingkup

Untuk membatasi agar pembahasan tidak terlalu luas, maka ruang lingkup dibatasi

pada kajian hukum pidana, khususnya mengenai penadahan kendaraan bermotor

hasil pencurian dengan ruang lingkup tempat penelitian meliputi wilayah hukum

kepolisian kota besar Bandar Lampung dengan waktu penelitian pada tahun 2013.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :

a.

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kejahatan penadahan kendaraan

bermotor hasil pencurian (Studi di Polresta Bandar Lampung).

b.

Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh para pihak penegak hukum dan

masyarakat untuk menanggulangi nya.


(23)

8

2.

Kegunaan Penelitian

a.

Kegunaan Teoritis, untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan

dalam bidang hukum pidana, khususnya tindak pidana penadahan.

b.

Kegunaan Praktis, yaitu sebagai bahan masukan bagi Penegak hukum,

khususnya berkaitan dengan tindak pidana penadahan kendaraan hasil

pencurian.

D.

Kerangka Teoritis dan Konseptual

1.

Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang ada pada dasarnya untuk

mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan

untuk penelitian

5

. Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa angapan,

pendapat, cara, aturan, asas,keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang

menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian.

Kerangka teoritis bersumber dari undang-undang Karya Tulis bidang ilmu dan

laporan penelitian

6

Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan pertama pada skripsi ini

adalah dengan menggunakan beberapa teori untuk menganalisis permasalahan

berkaitan dengan kejahatan yaitu faktor- faktor penyebab kejahatan dan upaya

penanggulangan kejahatan.

5

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum , Universitas Indonesia, Jakarta,1986 hlm 125 6


(24)

9

a.

Teori-Teori Sebab Kejahatan

Teori-teori sebab kejahatan menurut A.S Alam

7

dikelompokkan sebagai berikut:

1.

Anomie

(ketiadaan norma) atau

strain

(ketegangan).

2.

Cultural Deviance

(penyimpangan budaya).

3.

Social Control

(kontrol sosial).

Teori

anomie

atau Penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada

kekuatan-kekuatan sosial (

social force

) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas

kriminal. Teori ini berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal saling

berhubungan. Pada penganut teori

anomie

beranggapan bahwa seluruh anggota

masyarakat mengikuti seperangkat nilai-nilai budaya, yaitu nilai-nilai budaya

kelas menengah yakni adanya anggapan bahwa nilai budaya terpenting adalah

keberhasilan dalam ekonomi. Karena orang-orang kelas bawah tidak mempunyai

sarana-sarana yang sah (

legitimate means

) untuk mencapai tujuan tersebut seperti

gaji tinggi, bidang usaha yang maju dan lain-lain, mereka menjadi frustasi dan

beralih menggunakan sarana-sarana yang tidak sah (

illegitimate means

).

Cultural Deviance

atau Teori penyimpangan budaya mengklaim bahwa

orang-orang dari kelas bawah memiliki seperangkat nilai-nilai yang berbeda, yang

cenderung konflik dengan nilai-nilai kelas menengah. Sebagai konsekuensinya,

manakalah orang-orang kelas bawah mengikuti sistem nilai mereka sendiri,

mereka mungkin telah melanggar norma-norma konvensional dengan cara

mencuri, merampok dan sebagainya.

Social Control

atau

teori kontrol sosial

merujuk kepada pembahasan

delinquency

dan kejahatan yang dikaitkan dengan

7


(25)

10

variable-variabel yang bersifat sosiologis, antara lain struktur keluarga,

pendidikan dan kelompok domain.

Berdasarkan teori biososiologi dapat dijelaskan bahwa faktor penyebab kejahatan

terbagi menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik.

1)

Faktor intrinsik (intern)

8

Moral dan Pendidikan

Moral disini berarti tingkat kesadaran akan norma-norma yang berlaku di

dalam masyarakat. Semakin tinggi rasa moral yang dimiliki oleh seseorang,

maka kemungkinan orang tersebut yang melanggar norma-norma yang

berlaku akan semakin rendah. Kesadaran hukum seseorang merupakan salah

satu faktor internal yang dapat menentukan apakah pelaku dapat melakukan

perbuatan yang melanggar norma-norma di masyarakat. Apabila seseorang

sadar akan perbuatan yang dapat melanggar norma maka ia tidak akan

melakukan perbuatan tersebut karena takut akan adanya sanksi yang dapat

diterimanya, baik sanksi dari pemerintah maupun sanksi dari masyarakat

sekitar.

2) Faktor Ekstrinsik (ekstern)

a). Faktor Lingkungan atau Pergaulan

sering dilanggar dan tidak ditaati lagi. Selain itu standar pendidikan dan

lingkungan tempat tinggal yang sering melakukan tindak pidana juga menjadi

8


(26)

11

salah satu faktor yang dapat membentuk sesorang atau individu untuk menjadi

seorang pelaku kejahatan.

b). Faktor ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan manusia

dan keadaan ekonomi dari pelaku kejahatan kerap kali muncul yang

melatarbelakangi sesorang melakukan tindak pidana. Para pelaku sering kali

tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan

sama sekali atau seorang penganguran. Karena desakan ekonomi yang

menghimpit sesorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak kejahatan.

Plato menyatakan bahwa :

“Kekayaan dan kemiskinan menjadi bahaya besar bagi jiwa orang, yang

miskin sukar memenuhi kebutuhan hidupnya dan merasa rendah diri dan

timbul hasrat untuk melakukan kejahatan, sebaliknya juga orang kaya

hidup me

wah untuk segala hiburannya”.

9

b.

Teori Penanggulangan Kejahatan

Upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan,

dalam arti ada keterpaduan antara politik kriminal dan politik sosial; ada

keterpaduan

(integral)

antara upaya penanggulangan kejahatan dengan penal dan

non penal. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai segala usaha yang rasional

untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mencakup perlindungan

masyarakat.

9


(27)

12

Menurut G.P. Hoefnagel upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan

cara yaitu :

a.

Penerapan hukum pidana (

criminal law application);

b.

Pencegahan tanpa pidana

(prevention without punishment);

c.

Memengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan

lewat mass media

(influencing views of society on crime and punishment/

mass media).

10

Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat

jalur “penal”(hukum pidana) dan lewat jalur “non penal” (bukan/di luar hukum

pidana). Dalam pembagian G.P. Hoefnagel di atas, upaya-upaya yang disebut

dalam butir (b) dan (c) dapat dimasukkan dalam kelompok upaya “non penal).

Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat

jalur

“penal”

lebih

menitik

beratkan

pada

sifat

repressive

(penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan

jalur “non penal” lebih menitik beratkan pada sifat “preventive”

(pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan

represif

pada

hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas.

11

Upaya

penanggulangan kejahatan lewat jalur “non penal” lebih bersifat tindakan

pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani

faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif

antara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang

10

Barda Nawawi Arief, Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana (Bandung: PT Citra Aditia Bakti: Bandung. 1998) hlm 59

11


(28)

13

secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau

menumbuh-suburkan kejahatan. Dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global,

maka upaya-upaya non penal menduduki posisi kunci dan strategi dari

keseluruhan upaya politik kriminal.

Usaha-usaha non penal misalnya upaya penyantunan dan pendidikan sosial dalam

rangka pengembangan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan

kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama, peningkatan

usaha-usaha kesejahteraan; kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara kontinyu

oleh polisi dan aparat lainnya. Usaha-usaha non penal memperbaiki

kondisi-kondisi sosial tertentu.

12

2.

Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dan arti-arti yang berkaitan

dengan istilah-istilah yang diinginkan atau teliti

a.

Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian itu serta hubungan antar bagian untuk memperoleh

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan;

13

b.

Kriminologis adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala kejahatan

seluas-luasnya.

14

c.

Definisi

Kejahatan

” menurut R.Soesilo

dibedakan pengertian kejahatan

menjadi dua sudut pandang yakni sudut pandang secara yuridis dan sudut

12

ibid

13 http://kbbi.web.id/analisis 14


(29)

14

pandang secara sosiologis.

15

Kejahatan menurut sudut pandang yuridis adalah

suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan

undang-undang.Kejahatan menurut sudut pandang sosiologis adalah perbuatan atau

tingkah laku yang selain merugikan sipenderita, juga sangat merugikan

masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.

d.

Penadahan diatur dalam Pasal 480 KUHP yang berbunyi :

Barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah,

atau menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan,

mengangkut, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu yang diketahui

sepatutnya harus diduga, bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan.

1.

Barang siapa menarik keuntungan dari hasil suatu benda, yang diketahuinya

atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan. Diancam

dengan pidana paling lama empat tahun atau pidana denda

sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah karena penadahan.

2.

Denda sebanyak-banyaknya Sembilan ratus rupiah karena penadahann

16

e.

Pengertian pencurian dalam rumusan Pasal 362 KUHPidana adalah sebagai

berikut:

17

“Barang siapa mengambil suatu barang, yang seluruhnya atau seba

gian

kepunyaan orang lain, dengan maksud memilikinya secara melawan hukum,

diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

15

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl294/definisi-kejahatan-dan-jenis-jenis-kejahatan-internet

16

Hamzah, Andi. . KUHP dan KUHAP. Rineka Cipta. Jakarta 2007 17


(30)

15

f.

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang memakai mesin (motor) untuk

menjalankannya

18

E.

Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan hukum ditujukan untuk lebih memberikan gambaran yang

jelas, komprehensif dan menyeluruh mngenai bahasan dalam penulisan hukum

yang akan disusun, adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

I.

PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahandan ruang lingkup penelitian,

tujuan, dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, dan sistematika

penulisan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori hukum sebagai latar belakang pembuktian

masalah pada umumnya yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas

yang terdiri dari pengertian kriminologi, pengertian tindak pidana, jenis-jenis

tindak pidana, pengertian tentang tindak pidana pencurian dan tindak pidana

penadahan (

Heling

), faktot-faktor penyebab kejahatan, Teori-teori Upaya

Penanggulangan Kejahatan.

18

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, jakarta.1990, Hlm 478


(31)

16

III.

METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang menjelaskan metode yang digunakan untuk memperoleh dan

mengelola data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari

pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan

pengolahan data, cara penentuan populasi dan sampel serta analisa data.

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan

dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang apakah faktor-faktor penyebab

kejahatan penadahan kendaraan hasil pencurian serta bagaimana upaya para pihak

penegak hukum dan masyarakat untuk menanggulangi kejahatan

V.

PENUTUP

Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang merupakan

jawaban terhadap permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta berisikan

saran-saran penulis mengenai apa yang harus kita tingkatkan dari pengembangan

teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan.


(32)

17

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kriminologi

Secara etimologis kriminologi berasal dari kata “

crimen

” yang berarti kejahatan,

dan

logos

yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga

kriminologi adalah ilmu atau pengetahuan tentang kejahatan. Istilah kriminologi

untuk pertama kali digunakan oleh P.Topinard (1830-1911), sementara istilah

banyak yang dipakai sebelumnya adalah antropologi kriminal

19

.

Definisi tentang kriminologi banyak dikemukakan oleh para sarjana,

masing-masing definisi dipengaruhi oleh luas lingkupnya bahan yang dicakup dalam

kriminologi. Beberapa sarjana terkemuka memberikan definisi kriminologi

sebagai berikut

20

a.

Edwin H. Sutherland:

criminology is the body of knowledge regarding

delinquency and crime as social phenomena

(kriminologi adalah kumpulan

pengetahuan yang membahas kenakalan remaja dan kejahatan sebagai gejala

sosial).

b.

J. Constant: kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk

menentukan faktor-faktor yang menjadi sebab-musabab terjadinya kejahatan

dan penjahat.

19

Sue Titus Raid, Crime and Criminology, New York: Holt,Rinehart and inston,seconnded,1979, Hlm.24

20


(33)

18

c.

WME. Noach: kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki

gejala-gejala kejahatan dan tingkah laku yang tidak senonoh, sebab-musabab

serta akibat-akibatnya.

d.

Bonger: kriminologi ialah suatu ilmu yang mempelajari gejala kejahatan

seluas-luasnya.

Keseluruhan ilmu yang membahas hal yang bersangkut-paut dengan kejahatan

satu sama lain yang tadinya merupakan data yang terpisah digabung menjadi suatu

kebulatan yang sistematis disebut kriminologi.

B.

Pengertian Tindak Pidana dan Jenis-jenis Tindak Pidana

a.

Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan masalah sosial yang timbul dikalangan masyarakat

dimana pelaku dan korbannya merupakan anggota masyarakat. Tindak pidana

adalah merupakan hasil interaksi sosial yang dimungkinkan terjadi karena kondisi

kemapanan sosial yang bergeser, karena mekanisme aparatur yang lemah atau

keadaan hukum yang tertinggal oleh kepesatan perubahan sosial.

Menurut Moeljanto Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu

aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat dikatakan bahwa

perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan

diancam pidana. Asal dari pada itu perlu diingat bahwa larangan itu ditujukan

kepada perbuatan (keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang),

ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.


(34)

19

b.

Jenis-jenis Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan suatu

perbuatan yang dapat dipidana, dalam bahasa belanda disebut z

traftbaarfeit

,

istilah lain yang pernah digunakan untuk menggambarkan perbuatan yang dapat

dipidana yaitu :

1) Peristiwa pidana

2) Perbuatan pidana

3) Pelanggaran pidana

4) Perbuatan yang dapat dihukum.

Sedangkan menurut Wirjono Projodikoro tindak pidana adalah suatu perbuatan

yang pelakunya dapat dipidana.

Definisi yang diberikan oleh Wirjono lebih

sederhana jika dibandingkan dengan definisi yang diberikan oleh Prof.Pompe.

Tindak pidana dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu

a.

Tindak pidana formil dan tindak pidana materiil

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang perumusanya dititik beratkan

pada perbuatan yang dilaran misalnya mengenai Pasal 362 KUHP yaitu

mengenai tindak pidana pencurian, sedangkan tindak pidana materiil yaitu

tindak pidana yang perumusanya dititik beratkan pada akibat yang dilarang

conntohnya Pasal 338 KUHP yaitu mengenai tindak pidana pembunuhan. Pada

Pasal 338 tersebut dititik beratkan pada akibatnya yaitu hilangnya nyawa

seseorang .

b.

Tindak pidana

commisionis

, tindak pidana

omissionis,

tindak pidana

commmissionis per omissionem comissa.


(35)

20

tindak pidana tersebut. Suatu tindak pidana itu dapat terdiri dari suatu

pelanggaran terhadap suatu larangan atau dapat juga terdiri dari suatu

pelanggaran terhadap suatu keharusan.

21

a.

Tindak pidana commisionis adalah tindak pidana yang berupa

pelanggaran terhadap larangan yaitu dengan jalan melakukan perbuatan

yang dilarang. Contohnya: Tindak pidana penipuan, pembunuhan.

b.

Tindak pidana omissionis adalah tindak pidana berupa pelanggaran

pelanggaran terhadap keharusan-keharusan menurut undang-undang.

Contohnya tidak mengahadap sebagai saksi di muka pengadilan

c.

Tindak pidana commisionis per omissionem commissa yaitu tindak pidana

yang berupa pelanggaran terhadap larangan, tetapi dilakukan dengan cara

tidak berbuat, contohnya seorang ibu yang berniat untuk membunuh

anaknya dengan jalan tidak memberikan air susu kepada anaknya.

d.

Tindak pidana

dolus

dan

culpa/ opzettelijke delicten

dan

culpooze delicten

a.

Pembedaan tindak pidana ini didasarkan pada sikap batin petindak.

Opzettelijke delicten

adalah delik-delik yang oleh pembuat undang-undang

telah disyaratkan bahwa delik-delik tersebut harus dilakukan dengan

”sengaja”.

culpooze delicten adalah delik-delik yang oleh pembentuk

undang- undang telah dinyatakan bahwa delik-delik tersebut cukup terjadi

dengan tidak sengaja agar pelakunya dapat dihukum.

b.

Tindak pidana aduan dan bukan aduan

Dasar pembedaan tindak pidana ini adalah berkaitan dengan dasar

21

P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar HukumPidana Di Indonesia, Sinar Baru. Bandung 1984, hlm 213.


(36)

21

penuntutan. Definisi dari tindak pidana aduan ini adalah tindak pidana

yang baru dilakukan penuntutan apabila terdapat pengaduan dari korban.

Tindak pidana aduan ini dibagi menjadi dua yaitu tindak pidana aduan

absolut dan tindak pidana aduan relatif.

Tindak pidana aduan absolut adalah tindak pidana yang menurut sifatnya

baru dapat dituntut apabila ada pengaduan dari korban, contohnya Pasal

284 KUHP tentang perzinahan.Tindak pidana aduan absolut tidak dapat

dipecah, dalam tindak pidana ini yang dituntut adalah peristiwanya atau

perbuatanya.Tindak pidana aduan relatif yaitu tindak pidana yang pada

dasarnya bukan tindak pidana aduan akan tetapi berubah menjadi tindak

pidana aduan karena ada hubungan khusus antara petindak dengan korban.

Contohnya pencurian dalam lingkungan keluarga yaitu Pasal 367 KUHP.

Adapun definisi mengenai tindak pidana bukan aduan adalah tindak pidana

yang penuntutanya selalu dapat dilaksanakan walaupun tidak ada

pengaduan dari korban.

e. Delik umum dan delik-delik khusus

Delik umum adalah tindak pidana yang dapat dilakukan oleh siapa pun

sedangkan delik khusus adalah tindak pidana yang hanya mungkin

dilakukan oleh mereka yang memenuhi kualifikasi atau memiliki kualitas

tertentu, misalnya pegawai negeri, pelaut, militer.


(37)

22

C.

Pengertian Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana Penadahan

(

Helling

)

a.

Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Istilah tindak pidana adalah salah satu istilah yang digunakan untuk

menterjemahkan istilah dari Bahasa Belanda yaitu

strafbaar feit

. istilah tindak

pidana

strafbaar feit

juga diterjemahkan sebagai perbuatan pidana, peristiwa

pidana, pelanggaran pidana atau kejahatan. Dalam Bahasa Belanda dengan

sebutan

delict

mempunyai makna yang sama dengan

strafbaar feit,

yang dalam

bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan delik.

P.A.F Lamintang mengutip Pendapat Hazewinkel-Suringa tentang suatu rumusan

yang bersifat umum dari

strafbaar feit

”, yaitu sebagai suatu

perilaku manusia

yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup

tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus di tiadakan oleh hukum

pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang

terdapat di dalamnya.

22

Pompe mengemukakan pengertian tindak pidana secara

teoritis sebagaimana dikutip oleh P.A.F Lamintang yaitu: suatu pelanggaran

norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan segaja atau tidak

sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman

terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan

terjaminnya kepentingan umum. Pada dasarnya tindak pidana adalah serangkaian

dari suatu perbuatan yang dapat dipidana karena perbuatan tersebut telah

dirumuskan dalam undang-undang.

22


(38)

23

Adapun perumusan terhadap tindak pidana ini adalah merupakan kebijakan

pemerintah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan harus disesuaikan dengan

perasaan hukum yang hidup di dalam masyarakat, sedangkan ancaman dan

penjatuhan pidana adalah jalan yang utama untuk mencegah dilanggarnya

larangan-larangan yang dimuat dalam ketentuan-ketentuan undang-undang

tersebut.Sebelum terjadinya suatu tindak pidana penadahan kendaraan bermotor

faktor yang mempengaruhi adanya penadahan itu sendiri adalah diawali dengan

adanya tindak pidana pencurian terhadap kendaraan bermotor (curanmor).

Masalah yang kemudian muncul adalah kemana para pelaku curanmor tersebut

menghilangkan atau menjual barang hasil pencuriannya tersebut, yang tertuju

dalam masalah ini adalah pelaku penadahan kendaraan bermotor.

Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam

Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokok yang

berbunyi:

“Barang

siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau

sebagian milik orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara mealawan hukum

diancam dengan pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda

paling banyak Rp. 900,00”.

Apabila diperinci rumusan itu terdiri dari unsur-unsur yakni:

1. Unsur-unsur obyektif, terdiri dari :

a. Perbuatan mengambil

b. Objeknya suatu benda

c. Unsur keadaan yang menyertai atau melekat pada benda, yaitu benda tersebut

atau sepenuhnya milik orang lain


(39)

24

2. Unsur-unsur subyektif, terdiri dari :

a. Adanya maksud

b. Yang ditujukan untuk memiliki

c. Dengan melawan hukum.

23

Suatu perbuatan atau peristiwa, baru dapat dikualifisir sebagai pencurian apabila

terdapat semua unsur-unsur tersebut.

24

1.

Unsur-unsur obyektif :

a. Unsur perbuatan mengambil (

wegnemen

)

Dari adanya unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukkan bahwa

pencurian adalah berupa tindak pidana formil. Mengambil adalah suatu tingkah

laku positif/perbuatan materiil, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan otot yang

disengaja yang pada umumnya dengan menggunakan jari-jari dan tangan

kemudian diarahkan kepada suatu benda, menyentuhnya, memegangnya, dan

mengangkatnya dalam kekuasaannya.

Unsur pokok dari perbuatan mengambil adalah harus ada perbuatan aktif,

ditunjukan pada benda dan berpindahnya kekuasaan benda itu ke dalam

kekuasaannya.

25

Projodikoro menyampaikan bahwa, unsur memiliki benda adalah

kontradiksi dengan unsur melanggar hukum. Karena memiliki benda yang berarti

menjadikan dirinya pemilik adalah harus menurut hukum, maka tidak mungkin

memiliki benda orang lain dengan melanggar hukum itu. Maka yang menjadi

syarat terjadinya pencurian adalah bukan beralihnya hak milik atas sesuatu benda,

23

Adam chazawi,Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2004.Hlm 5. 24

Ibid 25


(40)

25

tetapi sebelum melakukan perbuatan mengambil dalam diri petindak sudah

terkandung suatu kehendak untuk menjadikan benda tersebut sebagai miliknya.

a.

Unsur benda

b.

Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain

2. Unsur-unsur subjektif

a. Maksud untuk memiliki

b. Melawan hukum

Macam-macam tindak pidana pencurian menurut KUHP dalam bab XXII, yaitu :

a. Pencurian biasa

b. Pencurian dengan pemberatan

c. Pencurian ringan

d. Pencurian dengan kekerasan.

b. Tindak Pidana Penadahan (

helling

)

Sebelum menentukan unsur- unsur yang terdapat pada tindak pidana penadahan

(helling), terlebih dahulu mengetahui bahwa rumusan hukum dari setiap tindak

pidana sebagaimana yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP), maka perlu dipahami dulu unsur-unsur yang melekat dalam setiap

pasalnya. Setiap tindak pidana umumnya memiliki dua (2) unsur yang pokok,

yaitu :

a.

Unsur obyektif Pada umumnya ini terdiri atas suatu perbuatan atau suatu akibat

b.

Unsur subyektif Unsur ini terdiri dari atas suatu kehendak atau tujuan, yang

terdapat dalam jiwa pelaku. Unsur ini dirumusakan dengan istilah sengaja,

niat, atau maksud.


(41)

26

Terdapat dua aliran dalam mengkaji tentang unsur-unsur tindak pidana, yaitu :

1. Aliran Monistis

Suatu aliran yang memandang semua syarat untuk menjatuhkan pidana sebagai

unsur tindak pidana. Aliran ini ridak memisahkan antara unsur yang melekat pada

perbuatan pidana (

criminal act

) dengan pertanggung jawaban hukum pidana

(

criminal responsibility

). Sarjana yang termasuk dalam aliran ini antara lain :

Simon, Hamel Mezger karni, Wirjono Prodjodikoro.

2. Aliran Dualistis

Suatu aliran yang memisahkan antara perbuatan pidana (

criminal act

) dengan

pertanggungjawaban hukum pidana (

criminal responsibility

). Yang menjadi unsur

tindak pidana hanyalah unsur yang melekat pada perbuatan pidana (

criminal act

).

Sarjana yang termasuk dalam kelompok dualistis ini antara lain : HB. Vos, W.P.J.

Pompe, dan Moeljanto.

a.

Penadahan Biasa

Jika dilihat dari kedua aliran tersebut maka apabila dikaji unsur-unsur yang

terdapat dalam Pengertian tindak pidana penadahan yang terdapat pada Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu Pasal 480 yang berbunyi :

Ke-1: karena melakukan penadahan (

helling

) barang siapa membeli, menyewa,

menukari, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, atau dengan maksud

mendapat

untung,

menjual,

menyewakan,

menukarkan,

menggadaikan,

mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan suatu barang, yang diketahuinya

atau pantas disangkanya, bahwa barang itu diperoleh dengan jalan kejahatan ;

Ke-2 : barang siapa mengambil untung dari hasil suatu barang yang diketahuinya


(42)

27

atau pantas harus disangkanya bahwa barang itu diperoleh dengan jalan kejahatan.

Terdapat rumusan penadahan yang mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur-unsur obyektif ;

a. Perbuatan kelompok 1, ialah :

1.

Membeli

2.

Menyewa

3.

Menukar

4.

Menerima gadai

5.

Menerima hadiah, atau

b.

Kelompok 2 Untuk menarik keuntungan ;

a.

Menjual

b.

Menyewakan

c.

Menukarkan

d.

Menggadaikan

e.

Mengangkut

f.

Menyimpan, dan

g.

Menyembunyikan

Objeknya : suatu benda yang diperolehnya dari suatu kejahatan.

2.

Unsur-unsur subyektif :

a.

Yang diketahuinya

b.

Yang sepatutnya dapat diduga bahwa benda itu diperoleh dari kejahatan.

26

Dari rumusan di atas penadahan dapat dibagi menjadi dua:

1.

Bentuk pertama adalah unsur perbuatannya terdiri dari membeli, menyewa,

menukarkan, menerima gadai, dan menerima hadiah.

2.

Bentuk yang kedua adalah unsur perbuatannya terdiri dari menjual,

26


(43)

28

menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, dan

menyembunyikan. Perbedaannya antara bentuk pertama dan kedua adalah

pada bentuk kedua, perbuatannya didorong oleh suatu motif untuk menarik

keuntungan, dan motif ini harus dibuktikan. Sedangkan bentuk pertama

tidak diperlukan motif apapun juga. Pada ayat kedua (2) dirumuskan bahwa

penadahan terdiri dari unsur-unsur:

1. Unsur-unsur obyektif :

a. Perbuatan : menarik keuntungan dari;

b. Objeknya : hasil suatu benda.

c. Yang diperolehnya dari suatu kejahatan.

2. Unsur-unsur subyektif :

a.

Yang diketahuinya, atau

b.

Patut menduga benda itu hasil kejahatan.

27

Dalam hal barang yang diperoleh dari kejahatan terdapat dua jenis yaitu ialah :

1.

Barang sebagai hasil kejahatan terhadap kekayaan, yaitu pencurian, pemerasan,

pengancaman, penggelapan, penipuan dan penadahan

2.

Barang sebagai hasil kejahatan pemalsuan seperti uang palsu, cap palsu, surat

palsu.

28

Perbedaan antara barang ke-1 dan ke-2 adalah bagaimanapun barang ke-2 akan

tetap merupakan barang yang diperoleh dari suatu kejahatan, sedangkan barang

yang ke-1 ada kemungkinan berhenti dapat dinamakan barang yang diperoleh

27

Ibid 28

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2003.Hlm 60


(44)

29

dengan kejahatan, yaitu apabila misalnya barang yang dicuri atau digelapkan

dengan pertolongan polisi sudah kembali ke tangan si korban pencurian atau

penggelapan.

b. Penadahan Sebagai Kebiasaan

Penadahan sebagai kebiasaan dimuat dalam Pasal 481 Kitab Undang-Undang

hukum Pidana (KUHP) yang rumusannya adalah sebagai berikut :

1). Barang siapa menjadikan kebiasaan untuk sengaja membeli, menukar,

menerima gadai, menyimpan, atau menyembunyikan yang diperoleh dari suatu

kejahatan, diancam, dengan penjara paling lama 7 tahun.

2). Yang bersalah dapat dicabut haknya tersebut dalam pasal 35 No. 1- 4 dan

haknya untuk melakukan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Unsur-unsur kejahatan yang dirumuskan tersebut di atas adalah :

1. Unsur obyektif

a. Perbuatan :

1. Membeli ;

2. Menukar ;

3. Menerima gadai ;

4. Menyimpan ;

5. Menyembunyikan ;

b. Objeknya suatu benda.

c. Yang diperoleh dari suatu kejahatan.

d. Menjadikan sebagai kebiasaan.

2. Unsur-unsur subyektif : sengaja.

29

29


(45)

30

D.

Faktor-Penyebab Kejahatan

Defenisi kejahatan dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama dari sudut

pandang hukum yang memandang kejahatan sebagai tingkah laku yang melanggar

hukum pidana. Kedua dari sudut pandang sosiologis yang berpendapat bahwa

kejahatan adalah setiap perbuatan yang melanggar norma-norma yang masih

hidup di dalam masyarakat. Secara sosiologis kejahatan disebabkan karena adanya

disorganisasi sosial. dengan adanya disorganisasi sosial ini mengakibatkan

runtuhnya fungsi para pengontrol dari lembaga atau institusi sosial dan

memberikan kemungkinan pada individu-individu untuk bertingkah laku sesuai

dengan keinginannya tanpa harus ada kendali, control serta tanpa penggunaan

pola susila tertentu.

Dengan hilangnya fungsi kontrol tadi mengakibatkan disorganisasi dalam

masyarakat, dimana norma-norma institusional kehilangan efektifnya. Ditinjau

dari sudut pandang sosiologi, terdapat beberapa pendekatan yang menjelaskan

sebab-sebab terjadinya kejahatan.

a.

Pendekatan pertama menjelaskan bahwa individu yang disosialisir secara

kurang tepat tidak dapat menyerap norma-norma kultural ke dalam

kepribadiannya Karena tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan

kurang pantas menurut peradaban.

b.

Pendektan kedua menjelaskan kejahatan adalah akibat dari ketegangan yang

terjadi antara kebudayaan dan struktur sosial suatu masyarakat.

c.

pendekatan ketiga menjelaskan individu melakukan kegiatan kejahatan karena

belajar dari perbuatan kejahatan sebelumnya.


(46)

31

Faktor-faktor penyebab kejahatan terdapat tiga kelompok pendapat yaitu:

a)

Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di

luar diri pelaku.

b)

Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat

di dalam diri pelaku sendiri.

c)

Pendapat yang menggabungkan, bahwa kriminalitas itu disebabkan baik

karena pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat atau bakat si pelaku.

Klasifikasi kejahatan yang dilakukan oleh ahli-ahli sosiologi, terbagi atas:

a)

Violent personel crime

(kejahatan kekerasan terhadap orang). Contoh:

pembunuhan (

murder

), penganiayaan (

assault

), pemerkosaan (

rape

).

b)

Occasional property crime

(kejahatan harta benda karena kesempatan).

Contoh: pencurian kendaraan bermotor, pencurian di toko-toko besar.

c)

Occupational crime

(kejahatan karena kedudukan/jabatan). Contoh:

white

collar crime, s

eperti korupsi.

E.

Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan

Upaya penanggulangan kejahatan terus dilakukan oleh pemerintah maupun

masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus-menerus

mencari cara yang paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Upaya yang dilakukan harus bertumpu pada upaya merubah sikap manusia

disamping terus merubah pula lingkungan dimana manusia tersebut hidup dan

bermasyarakat dengan manusia lainnya. Hal ini disebabkan karena kultur dan

respon dari masyarakat pada dasarnya adalah adaptasi dari lingkungannya.


(47)

32

Menurut A.S Alam

30

penanggulangan kejahatan empirik terdiri atas tiga bagian

pokok, yaitu:

1.

Pre-Emtif

Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif di sini adalah upaya-upaya awal

yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak

pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan

secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik

sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.

Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran/kejahatan tapi

tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi

kejahatan. Jadi dalam usaha pre

-

emtif, faktor niat menjadi hilang

meskipun ada kesempatan.

Cara pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu : niat + kesempatan

terjadilah kejahatan. Contohnya, di tengah malam pada saat lampu merah

lalu lintas menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi

aturan lalu lintas tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang

berjaga. Hal ini selalu terjadi di banyak negara seperti Singapura, Sydney

dan kota besar lainnya di dunia. Jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat

tidak terjadi.

2.

Preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya

pre-emtifyang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan.

30


(48)

33

Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan

kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Contoh ada orang ingin

mencuri motor tapi kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang

ada ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan

menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif

kesempatan ditutup.

3.

Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang

tindakannya berupa penegakan hukum (

law enforcement

) dengan

menjatuhkan hukuman.


(49)

34

III. METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pendekatan

secara yuridis normatif dan pendekatan secara yuridis empiris. Pendekatan secara

yuridis normatif dilakukan dengan jalan mempelajari, menelaah norma-norma

atau kaidah-kaidah hukum yang berlaku dan berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Pendekatan yuridis normatif ini dilakukan dengan cara melihat, menelaah

hukum serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, sejarah

hukum, perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah

yang dibahas yang berkaitan dengan penadahan kendaraan bermotor hasil

pencurian

Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara melihat kenyataan langsung

yang ada dilapangan baik berupa data informasi yang di dapat secara obyektif dan

penulis mengadakani, wawancara dengan Aparat Kepolisian Polresta Bandar

Lampung, Dosen Fakultas Hukum Unila dan Tokoh Masyarakat Pelaku

penadahan yang terkait dengan permasalahan yang penulis angkat dalam

penelitian ini dan meneliti tentang hal-hal yang berhubungan, berkaitan dengan

penadahan kendaraan bermotor hasil pencurian.


(50)

35

B.

Sumber dan Jenis Data

Jenis data dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh

langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka, data

tersebut yaitu:

1.

Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan wawancara

atau kuesioner dengan masyarakat dan instansi terkait. Adapun sumber data

yang penulis peroleh adalah penulis akan mengkaji dan meneliti sumber data

yang diperoleh dari hasil wawancara penyidik Kepolisian Kota Besar Bandar

Lampung , Dosen Fakultas Hukum Unila, Tersangka dan Tokoh Masyarakat

2.

Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui

penelitian kepustakaan dan teknik pengumpulan dan inventarisasi buku-buku,

karya ilmiah, artikel-artikel dan juga dari internet serta yang ada hubungannya

dengan masalah pencurian kendaraan bermotor, serta data yang diperoleh dari

instansi atau lembaga

a.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

tetap mengikat,yaitu: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

b.

Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang digunakan untuk

mendukung bahan hukum primer, diantaranya yang berasal dari karya para

sarjana, jurnal, data yang diperoleh dari instansi, serta buku-buku


(51)

36

kepustakaan yang dapat dijadikan referensi yang dapat menunjang

penelitian ini. Berupa peraturan pelaksana dan peraturan teknis,

keputusan-keputusan Menteri, atau peraturan-peraturan pemerintah.

c.

Bahan Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang berguna untuk memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder berupa pendapat para sarjana, literatur hukum dan hasil seminar,

dokumentasi, kamus hukum, jurnal ilmiah dan artikel-artikel yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan dibahas dan diteliti dalam skripsi ini.

C.

Cara Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah aparat penegak hukum yang berada di

wilayah Kepolisian Kota Besar Bandar Lampung. Sampel adalah himpunan

bagian atau sebagian dari populasi

31

. Dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling yaitu penarikan sampel bertujuan dilakukan dengan cara

mengambil subyek didasarkan pada tujuan tertentu

Responden dalam penelitian ini sebanyak 7 (orang), yakni :

1.

Aparat Kpolisian Kota Besar Bandar Lampung = 2 Orang

2.

Akademisi

= 2 Orang

3.

Tokoh Masyarakat

= 2 Orang

4.

Pelaku

= 1 Orang

31


(52)

37

7 Orang

D.

Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1.

Prosedur Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu :

a.

Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, yang dilakukan

dengan membaca, mempelajari, menelaah dan mengutip data dari berbagai

buku literature dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

mempunyai hubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

b.

Studi lapangan

Studi lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer,

dengan cara melakukan observasi dan wawancara langsung dengan narasumber

serta pihak-pihak terkait dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan

memberikan pertanyaan secara tertulis yang telah disiapkan sebelumnya, yang

disusun secara sistematis, berantai sehingga berkembang pada saat penelitian

berlangsung sehingga mengarah pada terjawabnya permasalahan ini penelitian

ini.

2.

Prosedur Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul langkah-langkah selanjutnya adalah melakukan

pengolahan data yaitu dengan merapikanserta menganalisa data tersebut :

a. Editing, yaitu memeriksa data yang diperoleh untuk segera mengetahui apakah

data yang diperoleh itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Selanjutnya apabila


(53)

38

ada data yang salah akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang

lengkap akan dilakukan penambahan.

b.

Klasifikasi data yaitu pengelompokkan jawaban para narasumber menurut

jenisnya. Klasifikasi ini dilakukan dengan kode tertentu agar memudahkan

dalam menganalisa data.

c.

Sistematika data adalah penyusunan data dengan cara menyusun dan

menempatkan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga

mempermudah pembahasan.

E.

Analisis Data

Setelah data terkumpul,data yang yang telah diolah kemudian dianalisa secara

kualitatif, yaitu dilakukan dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan dalam

bentuk penjelasan atau uraian kalimat secara sistematis. Dari data tersebut

selanjutnya menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu suatu cara berpikir yang

didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum yang kemudian ditarik menjadi

duatu kesimpulan secara khusus yang merupakan permasalahan berdasarkan hasil

penelitian.


(54)

57

V. PENUTUP

A.

Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Kejahatan Penadahan Kendaraan

bermotor disebabkan faktor intern yang terdiri dari faktor Pendidikan yang

rendah dan keterampilan kurang sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak. Sedangkan faktor ekstern yang dapat mempengaruhinya yakni

faktor lingkungan disebabkan Karena lingkungan pergaulan dan tempat

mereka terdapat pelaku kejahatan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang untuk melakukan tindak kejahatan. Selain itu ada faktor

ekonomi dikarenakan perkembangan jaman yang menyebabkan kebutuhan

semakin banyak tetapi tidak diimbangi dengan pendapatan yang cukup.

2.

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan dalam mengatasi kejahatan

penadahan kendaraan bermotor dapat dilakukan melalui Upaya penal yaitu

dengan bersifat represif (penindakan) yaitu dengan inventarisasi dan analisa

data awal oleh penyelidik, penyelidikan lapangan serta perumusan hasil

penyelidikan untuk dikoordinasikan dalam rangka peningkatan.Penindakan

dalam rangka penangkapan para pelaku dan pengungkapan jaringan, operasi


(55)

58

di daerah rawan dalam rangka penghadangan atau menangkap tangan para

pelaku, pemeriksaan hasil-hasil penindakan dalam rangka proses penyelesaian

perkara, penyelidikan lanjutan sebagai pengembangan dari hasil penindakan,

pengejaran para tersangka di luar daerah. Melanjutkan proses penyelesaian

perkara hasil penindakan, publikasi atau penerangan kepada masyarakat

tentang kejahatan mupun melalui media cetak dan media eletronik, analisa

dan evaluasi keseluruhan pelaksanaan operasi, serta penyiapan bahan-bahan

laporan akhir tugas. sedangkan upaya non penal dapat dilakukan dengan

menggunakan yang bersifat preventif (pencegahan) Memberikan himbauan

kepada masyarakat akan pentingnya saling menjaga dan saling melindungi

antar warga. Meningkatkan langkah-langkah praktis dalam pengamanan diri

dari hal-hal yang dapat menimbulkan kejahatan tindak penadahan kendaraan

bermotor. Memberikan penerangan kepada masyarakat apabila terjadi tindak

pidana penadahan di lingkungan mereka.

B.

Saran

1.

Masyarakat sebagai pemilik kendaraan bermotor perlu melakukan peningkatan

kewaspadaannya, menjaga keamanan kendaraan dengan mengunci kendaraan

pada saat diparkirkan.

2.

Masyarakat harus lebih memahami akan pentingnya kewaspadaan apabila

akan membeli sepeda motor bekas dari pihak lain. Bagi masyarakat yang

ingin membeli kendaraan bermotor hendaknya terlebih dahulu melakukan

pengecekan langsung ke bangian DITLANTAS POLDA setempat mengenai

keaslian dan keabsahan surat-suratnya, agar tidak disebut sebagai penadah.


(56)

59

Aparat kepolisian disarankan selalu melakukan razia dan patrol

ditempat-tempat yang rawan terjadinya pencurian serta penadahan secara

berkesinambungan dan memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat

untuk Hindari membeli barang-barang dibawah harga normal atau pasaran.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Adam chazawi. 2004. Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang.

Alam A.S.2010.

Pengantar Kriminologi,

Pustaka Refleksi Books, Makassar.

Ali Muhammad,. 2000

Kamus lengkap Bahasa Indonesia

, Sinar Grafika, Jakarta

Barda Nawawi Arief. 1998.

Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan

Hukum Pidana

. PT Citra Aditia Bakti: Bandung.

Bonger,W.A . 1995.

Pengantar Tentang Kriminologi

, Ghlmia, Jakarta.

Darma Weda, Made. 1996.

Kriminologi Kejahatan dan Penjahat

. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 1990.

Kamus Bahasa Indonesia

, Balai

Pustaka, jakarta.

Hamzah, Andi. 2007.

KUHP dan KUHAP.

Rineka Cipta. Jakarta

Lamintang PAF. 1990.

Fenomena Kehidupan Sosial dalam Ruang Lingkup

Pidana

,Sinar grafika.

Mompang L. Panggabean,

Membangun Paradigma Kriminologi di Indonesia

,

Majalah Hukum Trisakti, Nomor 29, Tahun XXIII, Oktober, 1998

Muhammad Abdulkadir. 2004.

Hukum dan Penelitian Hukum

, Citra Aditya

Bakti, Bandung,

Noach Simanjuntak. 1984.

Kriminologi,

Tarsito, Bandung.

Sholehudin. 2004.

Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Doule Tracj

Sistem dan Implementasinya),

PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Soekanto Soerjono. 1986 .

Pengantar Penelitian Hukum ,

Universitas Indonesia,

Jakarta.


(58)

Sue Titus Raid. 1979. Crime and Criminology, New York: Holt,Rinehart and

inston,seconnded.

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Tindak-tindak Pidana tertentu di Indonesia, Refika

Aditama, Bandung.

http://kbbi.web.id/analisis

http://www.hukumonline.com/klinik/deatail/c1294/definisi-kejahatan-dan-jenis-jenis-kejahatan-internet


(1)

ada data yang salah akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang

lengkap akan dilakukan penambahan.

b. Klasifikasi data yaitu pengelompokkan jawaban para narasumber menurut

jenisnya. Klasifikasi ini dilakukan dengan kode tertentu agar memudahkan

dalam menganalisa data.

c. Sistematika data adalah penyusunan data dengan cara menyusun dan

menempatkan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga

mempermudah pembahasan.

E. Analisis Data

Setelah data terkumpul,data yang yang telah diolah kemudian dianalisa secara

kualitatif, yaitu dilakukan dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan dalam

bentuk penjelasan atau uraian kalimat secara sistematis. Dari data tersebut

selanjutnya menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu suatu cara berpikir yang

didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum yang kemudian ditarik menjadi

duatu kesimpulan secara khusus yang merupakan permasalahan berdasarkan hasil


(2)

57

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Kejahatan Penadahan Kendaraan

bermotor disebabkan faktor intern yang terdiri dari faktor Pendidikan yang

rendah dan keterampilan kurang sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak. Sedangkan faktor ekstern yang dapat mempengaruhinya yakni

faktor lingkungan disebabkan Karena lingkungan pergaulan dan tempat

mereka terdapat pelaku kejahatan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang untuk melakukan tindak kejahatan. Selain itu ada faktor

ekonomi dikarenakan perkembangan jaman yang menyebabkan kebutuhan

semakin banyak tetapi tidak diimbangi dengan pendapatan yang cukup.

2. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan dalam mengatasi kejahatan

penadahan kendaraan bermotor dapat dilakukan melalui Upaya penal yaitu

dengan bersifat represif (penindakan) yaitu dengan inventarisasi dan analisa

data awal oleh penyelidik, penyelidikan lapangan serta perumusan hasil

penyelidikan untuk dikoordinasikan dalam rangka peningkatan.Penindakan


(3)

di daerah rawan dalam rangka penghadangan atau menangkap tangan para

pelaku, pemeriksaan hasil-hasil penindakan dalam rangka proses penyelesaian

perkara, penyelidikan lanjutan sebagai pengembangan dari hasil penindakan,

pengejaran para tersangka di luar daerah. Melanjutkan proses penyelesaian

perkara hasil penindakan, publikasi atau penerangan kepada masyarakat

tentang kejahatan mupun melalui media cetak dan media eletronik, analisa

dan evaluasi keseluruhan pelaksanaan operasi, serta penyiapan bahan-bahan

laporan akhir tugas. sedangkan upaya non penal dapat dilakukan dengan

menggunakan yang bersifat preventif (pencegahan) Memberikan himbauan

kepada masyarakat akan pentingnya saling menjaga dan saling melindungi

antar warga. Meningkatkan langkah-langkah praktis dalam pengamanan diri

dari hal-hal yang dapat menimbulkan kejahatan tindak penadahan kendaraan

bermotor. Memberikan penerangan kepada masyarakat apabila terjadi tindak

pidana penadahan di lingkungan mereka.

B.Saran

1. Masyarakat sebagai pemilik kendaraan bermotor perlu melakukan peningkatan

kewaspadaannya, menjaga keamanan kendaraan dengan mengunci kendaraan

pada saat diparkirkan.

2. Masyarakat harus lebih memahami akan pentingnya kewaspadaan apabila

akan membeli sepeda motor bekas dari pihak lain. Bagi masyarakat yang

ingin membeli kendaraan bermotor hendaknya terlebih dahulu melakukan

pengecekan langsung ke bangian DITLANTAS POLDA setempat mengenai


(4)

59

Aparat kepolisian disarankan selalu melakukan razia dan patrol

ditempat-tempat yang rawan terjadinya pencurian serta penadahan secara

berkesinambungan dan memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adam chazawi. 2004. Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang. Alam A.S.2010. Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Books, Makassar.

Ali Muhammad,. 2000 Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta Barda Nawawi Arief. 1998. Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan

Hukum Pidana . PT Citra Aditia Bakti: Bandung.

Bonger,W.A . 1995.Pengantar Tentang Kriminologi, Ghlmia, Jakarta.

Darma Weda, Made. 1996. Kriminologi Kejahatan dan Penjahat . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 1990.Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, jakarta.

Hamzah, Andi. 2007. KUHP dan KUHAP. Rineka Cipta. Jakarta

Lamintang PAF. 1990. Fenomena Kehidupan Sosial dalam Ruang Lingkup

Pidana,Sinar grafika.

Mompang L. Panggabean, Membangun Paradigma Kriminologi di Indonesia, Majalah Hukum Trisakti, Nomor 29, Tahun XXIII, Oktober, 1998

Muhammad Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,

Noach Simanjuntak. 1984. Kriminologi, Tarsito, Bandung.

Sholehudin. 2004. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Doule Tracj

Sistem dan Implementasinya), PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Soekanto Soerjono. 1986 . Pengantar Penelitian Hukum , Universitas Indonesia, Jakarta.


(6)

Sue Titus Raid. 1979. Crime and Criminology, New York: Holt,Rinehart and inston,seconnded.

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Tindak-tindak Pidana tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung.

http://kbbi.web.id/analisis

http://www.hukumonline.com/klinik/deatail/c1294/definisi-kejahatan-dan-jenis-jenis-kejahatan-internet