Pendahuluan T1 712008024 Full text

1. Pendahuluan

Masyarakat Indonesia yang majemuk memang memiliki potensi untuk munculnya konflik horizontal misalnya antar suku atau agama. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, ia pasti membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, interaksi antar individu, terlebih hubungan antar lapisan masyarakat yang saling bertoleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakan Indonesia yang damai dan jauh dari konflik yang bisa membuat Indonesia terpecah belah.Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencerdaskan masyarakat dan sekaligus mengembangkan karakter dari masyarakat Indonesia.Menurut Martinus Handokomantan Rektor Unika Soegijapranata, Perbedaan yang melekat pada setiap individu tidak bisa dihilangkan dan dihindari.Jika bangsa ini menginginkan tumbuhnya masyarakat yang demokratis satu- satunya caranya adalah pengembangan pendidikan yang majemuk di sekolah. 1 Salah satu keunikan masyarakat Indonesia adalah keterikatannya pada simbol- simbol agama dan pada keyakinannya akan fungsi sosial agama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan eksistensial dan memberi rasa aman oleh kepastian dalam membuat pemaknaan atas peristiwa-peristiwa kehidupan bagi pemeluknya secara eksklusif. Keunikan ini sangat kentara ketika selalu ada kelompok dalam masyarakat yang senantiasa memberikan posisi bagi agama dalam ruang publik yang seharusnya dikonstruksi menjamin keleluasaan yang terbuka bagi semua ekspresi dan pemaknaannya. Pendidikan agama yang masuk dalam ruang sekolah adalah salah satu contoh kuatnya agama dalam mengambil posisi dalam ruang publik masyarakat Indonesia. Secara umum pendidikan berarti suatu proses transformasi yang dilakukan seseorang atau masyarakat ke generasi berikutnya, serta dilaksanakan secara sengaja, teratur, terstruktur dan dapat diukur atau diketahui hasilnya. Generasi berikut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik. Di Indonesia pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang diwajibkan di pendidikan dasar dan menengah, dan matakuliah wajib di Perguruan Tinggi. Hal ini telah diatur oleh dalam UU Sisdiknas 2003 bahkan dalam peraturan pemerintah dan UU Sisdiknas sebelumnya, dimana kedudukan agama di sekolah semakin penting 1 Suara Merdeka edisi minggu;,Mendesak, Kurikulum Kemajemukan Semarang; minggu 12 Juni2005 melalui : http:www.suaramerdeka.comharian050612kot10.htm diunggah pada tanggal 12 Januari 2013 saja dan pemerintah begitu terlibat di dalamnya. 2 Di sekolah-sekolah peserta didik, dididik menurut agamanya tersebut dan diajari oleh guru yang seagama dengannya. 3 Tujuannya adalah agar peserta didik dapat menghayati dan mengembangkan imannya, serta menerapkan penghayatan imannya untuk membangun diri dan masyarakatnya, dan inilah yang menjadi dasar pendidikan agama di sekolah-sekolah. Hubungan antara iman, pendidikan, perubahan sosial: Iman merupakan dasar dan sumber idealisme dalam kehidupan, pendidikan merupakan sumber instrumen untuk melaksanakan idealisme tersebut. Sedangkan perubahan sosial merupakan tujuan atau hasil dari proses penggabungan idealisme dan instrumen. Dengan demikian pendidikan ditujukan demi menciptakan manusia- manusia yang mau melakukan perubahan masyarakat kearah yang lebih baik. 4 Menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 5 Jadi dalam pendidikan di Indonesia, beranjak dari UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, pendidikan yang mencakup dimensi ketuhanan akan menjadikan agama sebagai landasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia mewajibkan setiap naradidik mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh guru yang seagamna dengannya. Berdasarkan ketentuan UU tersebut, seharusnya sekolah-sekolah yang diselenggarakan berdasarkan agama seperti sekolah-sekolah Kristen pun wajib melaksanakan pendidikan agama seperti ketentuan di atas, artinya pemeluk agama lain perlu diberi pendidikan agama yang sesuai dengan agama siswawi serta diajar oleh guru yang seagama dengannya, selain PAK. Namun hal ini tak terjadi, karena di sekolah-sekolah Kristen pada umumnya PAKlah yang disajikan kepada seluruh peserta didik, padahalnya ada juga nara didik yang tidak beragama Kristen. Penulis dalam tugas akhir ini ingin membangun argumentasi bahwa bilamana hal ideal di atas tak terlaksana, setidak-setidaknya pendekatan pendidikan Religiositasadalah alternatif yang lebih baik. Karena itu berturut-turut 2 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Bandung: Jurnal Info Media, 2007 Hal 79. 3 Ibid., 103 4 Tim Redaksi Kanisius, Paradigma Pedagogi Reflekstif. Yogyakarta: Kanisius, 2008,hal 7 5 Depertemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasinal Jakarta; 2003 hal 12. dalam tulisan ini akan dibahas: bagaimana penyelenggaraan Pendidik Agama di sekolah-sekolah Kristen dan apa landasan atau alasannya, apa saja masalah dan kelemahannya, apakah yang dimaksudkan dengan pendidikan religiositas,serta hal- hal positif apa saja yang dihasilkannya.

2. Gambaran Umum Mengenai Penyelenggaraan Pendidikan Agama di sekolah- Sekolah Kristen.