1. Pendahuluan
Masyarakat Indonesia yang majemuk memang memiliki potensi untuk munculnya konflik horizontal misalnya antar suku atau agama. Akan tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, ia pasti membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, interaksi antar individu, terlebih
hubungan antar lapisan masyarakat yang saling bertoleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakan Indonesia yang damai dan jauh dari konflik yang bisa membuat
Indonesia terpecah belah.Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencerdaskan masyarakat
dan sekaligus
mengembangkan karakter
dari masyarakat
Indonesia.Menurut Martinus Handokomantan Rektor Unika Soegijapranata, Perbedaan yang melekat pada setiap individu tidak bisa dihilangkan dan
dihindari.Jika bangsa ini menginginkan tumbuhnya masyarakat yang demokratis satu- satunya caranya adalah pengembangan pendidikan yang majemuk di sekolah.
1
Salah satu keunikan masyarakat Indonesia adalah keterikatannya pada simbol- simbol agama dan pada keyakinannya akan fungsi sosial agama dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan eksistensial dan memberi rasa aman oleh kepastian dalam membuat pemaknaan atas peristiwa-peristiwa kehidupan bagi pemeluknya secara
eksklusif. Keunikan ini sangat kentara ketika selalu ada kelompok dalam masyarakat yang senantiasa memberikan posisi bagi agama dalam ruang publik yang seharusnya
dikonstruksi menjamin keleluasaan yang terbuka bagi semua ekspresi dan pemaknaannya. Pendidikan agama yang masuk dalam ruang sekolah adalah salah satu
contoh kuatnya agama dalam mengambil posisi dalam ruang publik masyarakat Indonesia.
Secara umum pendidikan berarti suatu proses transformasi yang dilakukan seseorang atau masyarakat ke generasi berikutnya, serta dilaksanakan secara sengaja,
teratur, terstruktur dan dapat diukur atau diketahui hasilnya. Generasi berikut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara
intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik. Di Indonesia pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang diwajibkan di
pendidikan dasar dan menengah, dan matakuliah wajib di Perguruan Tinggi. Hal ini telah diatur oleh dalam UU Sisdiknas 2003 bahkan dalam peraturan pemerintah dan
UU Sisdiknas sebelumnya, dimana kedudukan agama di sekolah semakin penting
1
Suara Merdeka edisi minggu;,Mendesak, Kurikulum Kemajemukan Semarang; minggu 12 Juni2005 melalui :
http:www.suaramerdeka.comharian050612kot10.htm diunggah pada tanggal 12 Januari
2013
saja dan pemerintah begitu terlibat di dalamnya.
2
Di sekolah-sekolah peserta didik, dididik menurut agamanya tersebut dan diajari oleh guru yang seagama
dengannya.
3
Tujuannya adalah agar peserta didik dapat menghayati dan mengembangkan imannya, serta menerapkan penghayatan imannya untuk
membangun diri dan masyarakatnya, dan inilah yang menjadi dasar pendidikan agama di sekolah-sekolah. Hubungan antara iman, pendidikan, perubahan sosial: Iman
merupakan dasar dan sumber idealisme dalam kehidupan, pendidikan merupakan sumber instrumen untuk melaksanakan idealisme tersebut. Sedangkan perubahan
sosial merupakan tujuan atau hasil dari proses penggabungan idealisme dan instrumen. Dengan demikian pendidikan ditujukan demi menciptakan manusia-
manusia yang mau melakukan perubahan masyarakat kearah yang lebih baik.
4
Menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
5
Jadi dalam pendidikan di Indonesia, beranjak dari UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, pendidikan
yang mencakup dimensi ketuhanan akan menjadikan agama sebagai landasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia mewajibkan setiap
naradidik mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh guru yang seagamna dengannya. Berdasarkan ketentuan UU tersebut,
seharusnya sekolah-sekolah yang diselenggarakan berdasarkan agama seperti sekolah-sekolah Kristen pun wajib melaksanakan pendidikan agama seperti ketentuan
di atas, artinya pemeluk agama lain perlu diberi pendidikan agama yang sesuai dengan agama siswawi serta diajar oleh guru yang seagama dengannya, selain PAK.
Namun hal ini tak terjadi, karena di sekolah-sekolah Kristen pada umumnya PAKlah yang disajikan kepada seluruh peserta didik, padahalnya ada juga nara didik yang
tidak beragama Kristen. Penulis dalam tugas akhir ini ingin membangun argumentasi bahwa bilamana hal ideal di atas tak terlaksana, setidak-setidaknya pendekatan
pendidikan Religiositasadalah alternatif yang lebih baik. Karena itu berturut-turut
2
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Bandung: Jurnal Info Media, 2007 Hal 79.
3
Ibid., 103
4
Tim Redaksi Kanisius, Paradigma Pedagogi Reflekstif. Yogyakarta: Kanisius, 2008,hal 7
5
Depertemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasinal Jakarta; 2003 hal 12.
dalam tulisan ini akan dibahas: bagaimana penyelenggaraan Pendidik Agama di sekolah-sekolah Kristen dan apa landasan atau alasannya, apa saja masalah dan
kelemahannya, apakah yang dimaksudkan dengan pendidikan religiositas,serta hal- hal positif apa saja yang dihasilkannya.
2. Gambaran Umum Mengenai Penyelenggaraan Pendidikan Agama di sekolah- Sekolah Kristen.