Pengaruh Spin Off Unit Usaha Syariah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah

PENGARUH SPIN OFF UNIT USAHA SYARIAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK SYARIAH

SRI SUBAKTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Spin Off Unit
Usaha Syariah terhadap Profitabilitas Bank Syariah adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015
Sri Subakti
NIM H54110002

ABSTRAK
SRI SUBAKTI. Pengaruh Spin Off Unit Usaha Syariah terhadap Profitabilitas Bank
Syariah. Dibimbing oleh IDQAN FAHMI dan SALAHUDDIN EL AYYUBI.
Prospek industri perbankan syariah yang cerah dan menjanjikan mendorong Bank
Indonesia untuk melakukan percepatan pertumbuhan perbankan syariah, salah satunya
dengan melakukan spin off. Namun, kebijakan tersebut masih menjadi pro dan kontra
diantara beberapa kalangan peneliti dan pengamat ekonomi. Pasalnya, pembentukan
bank syariah melalui spin off akan memengaruhi profitabilitas bank syariah ke
depannya, semakin meningkat atau justru sebaliknya. Tujuan dari penelitian ini yaitu
menganalisis pengaruh spin off UUS dan faktor-faktor lain yang memengaruhi
profitabilitas bank syariah yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Bank syariah
yang menjadi sampel penelitian, yaitu Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, dan Bank
Syariah Bukopin pada periode 2005-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Data Panel. Hasil estimasi menunjukkan bahwa tabungan mudharabah,
FDR, dummy spin off berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA. Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

ROA.
Kata kunci: Panel Data, ROA, Spin Off, Unit Usaha Syariah.
ABSTRACT
SRI SUBAKTI. The Effect of Islamic Business Unit Spin Off on Islamic Banks
Profitability. Supervised by IDQAN FAHMI and SALAHUDDIN EL AYYUBI.

The promising of Islamic banking outlook is encourages central bank to accelerate
its growth. One of the way to do it is by doing a spin off. However, that policy has pro
and contra among several researchers. The spin off which formed by Islamic bank
would effect future profitability of Islamic banking, either increases or the other way
around. The purposes of this study is to analyze the effect of UUS spin off and other
factors that could effect the profitability of Islamic banks measured by Return on Asset
(ROA). The Islamic banks used as samples for this study were BRI Islamic bank,
Bukopin Islamic bank, and BNI Islamic bank in the period of 2005-20014. The method
used in this study were Panel Data method. The result shows that mudharabah saving,
FDR, and dummy spin off had positive effect on ROA, BOPO had negative effect on
ROA. Inflation had no significant effect on ROA.
Keywords: Islamic Business Unit, Panel Data, ROA, Spin Off

PENGARUH SPIN OFF UNIT USAHA SYARIAH TERHADAP

PROFITABILITAS BANK SYARIAH

SRI SUBAKTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah perbankan, dengan judul Pengaruh Spin Off

Unit Usaha Syariah terhadap Profitabilitas Bank Syariah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec.
selaku dosen pembimbing I dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc., M.A. selaku
dosen pembimbing II, Bapak Dr. Jaenal Effendi, S.Ag., M.A. selaku dosen
penguji, dan Bapak Khalifah Muhammad Ali, S.Hut., M.Si. selaku dosen komisi
pendidikan yang telah memberikan ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis agar
skripsi ini dapat lebih baik lagi. Para civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
yang telah memberi ilmu dan membantu dalam skripsi ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu saya, Ibu Susi, dan kakak-kakak
saya, Mbak Ika, Mas Doni, Mbak Linda, dan Mas Zulkifli, atas segala doa,
dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan IPB 48, khususnya kepada Farah, Muti, Gina, Ulfa, Ditta, Syifa,
Yulya, Dina, Khodijah, Aulia, Siska, Dian, Tika, dan Zulva atas doa, dukungan
dan masukannya. Terima kasih kepada teman satu bimbingan, Dhia, Ira, Ari,
Rosy, Kati, dan Kak Gibran. Terakhir saya ucapkan kepada Duriati, Mbak Erma,
dan Mas Fahmi atas bantuan, dukungan dan doanya dalam penyelesaian skripsi
ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

Sri Subakti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA


5

Perbankan Syariah

5

Penghimpunan Dana Perbankan Syariah

6

Pengertian Spin Off

6

Profitabilitas

7

Kajian Penelitian Terdahulu


9

Kerangka Pemikiran

10

Hipotesis

10

METODOLOGI PENELITIAN

11

Jenis dan Sumber Data

11

Metode Analisis Data


12

HASIL DAN PEMBAHASAN

16

Perkembangan Profitabilitas dan Kinerja Bank Syariah yang Melakukan
Spin Off

16

Pengaruh Spin Off UUS terhadap Profitabilitas Bank Syariah

18

SIMPULAN DAN SARAN

21


Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

30


DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data
2 Hasil estimasi model pengaruh spin off UUS terhadap profitabilitas bank
syariah
3 Hasil cross section effect

11
20
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Financing to Deposit Ratio (FDR) bank syariah
Non Performing Ratio (NPF) bank syariah
ROA Bank BRI Syariah, Syariah Bukopin, dan BNI Syariah
Kerangka pemikiran
ROA tiga bank syariah
FDR tiga bank syariah
BOPO tiga bank syariah
Tabungan mudharabah tiga bank syariah

1
1
3
10
17
17
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Variabel-variabel dalam model pengaruh spin off UUS terhadap
profitabilitas bank syariah
2 Hasil estimasi model FEM data panel
3 Hasil uji chow
4 Korelasi antar variabel
5 Hasil uji normalitas
6 Hasil cross section effect (estimasi keragaman individu)

25
28
28
29
29
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

FDR (%)

Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2008 secara kumulatif masih tumbuh
kondusif, walaupun melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2007. Pertumbuhan
tahun 2008 mencapai 6.06% dipengaruhi kinerja ekonomi yang semakin meningkat
(Indonesia Economic Outlook 2010). Hal ini mendorong potensi dan performa
perbankan syariah pada saat itu dapat tumbuh dengan pesat. Kinerja perbankan syariah
berjalan dengan baik, dapat dilihat dari sisi internal, yakni komitmen terhadap
pembiayaan sektor riil seperti pembiayaan terhadap deposit atau Financing to Deposit
Ratio (FDR).
120
100
80
60
40
20
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Periode
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)

Gambar 1 Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah
Data Statistik Perbankan Syariah pada Gambar 1 menunjukkan bahwa FDR dari
tahun 2005 hingga 2014 berada dikisaran 100%, artinya hampir seluruh dana pihak
ketiga yang dihimpun oleh bank syariah sepenuhnya disalurkan pada pembiayaan sektor
riil. Hal tersebut menandakan bahwa kinerja bank syariah cukup bagus, khususnya
dalam membangkitkan sektor riil (Muhammad 2005). Selain itu, jika dilihat dari sisi
indikator Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan macet rata-rata masih
berada di bawah 5%.

NPF (%)

6
4
2
0
2005

2006

2007

2008

2009 2010
Periode

2011

2012

2013

2014

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 (diolah)

Gambar 2 Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah
Berdasarkan Gambar 2 terlihat NPF berfluktuatif dan terjadi kenaikan di tahun
2014 sebesar 1.71%, namun NPF masih berada dalam kondisi aman, yakni di bawah 5%.

2

Sesuai dengan aturan PBI No 11/10/PBI/2009 yang menyatakan bahwa NPF yang baik
berada di bawah 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas penyaluran pembiayaan
yang dilakukan bank syariah berada kondisi sehat.
Sisi eksternal yang menunjukkan perkembangan perbankan syariah antara lain
dilihat dari terbentuknya regulasi baru, yaitu Undang-Undang Pajak Penambahan Nilai
(UU PPN) pada bulan September 2009 dan Undang-Undang No 21 Tahun 2008. Tujuan
dikeluarkannya UU No 21 Tahun 2008 ini memberikan insentif terutama terkait dengan
aturan-aturan untuk memudahkan pendirian Bank Umum Syariah (BUS) maupun
pengonversian Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi BUS. Implementasi pembentukan
BUS dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yakni: pertama, Bank Umum
Konvensional (BUK) yang telah memiliki UUS mengakuisisi bank yang relatif kecil
kemudian mengonversinya menjadi syariah dan melepaskan serta menggabungkan UUSnya dengan bank yang baru dikonversi tersebut. Kedua, BUK yang belum memiliki
UUS, mengakuisisi bank yang relatif kecil dan mengonversinya menjadi bank syariah.
Ketiga, BUK melakukan pemisahan (spin off) dan dijadikan BUS (Anshori 2010).
Undang-undang perbankan syariah pada ketentuan peralihan pasal 68 UU
Perbankan Syariah mewajibkan BUK yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk
melakukan pemisahan UUS. Ketentuan pasal 68 UU No 21 Tahun 2008 menyatakan
bahwa dalam hal BUK yang memiliki UUS yang nilai asetnya telah mencapai paling
sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya undangundang ini, maka BUK yang dimaksud wajib melakukan pemisahan (spin off).
Potensi pasar perbankan syariah yang sangat luas dan prospek industri perbankan
syariah ke depan yang cerah dan menjanjikan, mengingat mayoritas penduduk Indonesia
menganut agama Islam serta dikeluarkannya Fatwa DSN MUI No 1 Tahun 2004 yang
mengatakan bahwa bunga bank termasuk riba yang diharamkan. Hal ini mendorong
Bank Indonesia untuk melakukan percepatan pertumbuhan perbankan syariah, salah
satunya dengan melakukan spin off. Pemisahan ini bertujuan agar pengelolaan unit usaha
bersifat independen, sehingga semakin mudah berkompetisi dan fleksibel dalam
mengambil keputusan-keputusan bisnis ke depannya, serta memberikan pembatasan
yang jelas antara UUS dengan BUK, sehingga tidak tercampur dengan usaha yang tidak
sesuai dengan syariah. Namun, pembentukan BUS melalui spin off juga masih memiliki
kendala, yaitu BUK yang memiliki UUS harus menyisihkan sebagian modalnya untuk
UUS. Hal ini menjadi beban baru bagi BUK, khususnya BUK yang tidak memiliki aset
yang besar, sehingga dibutuhkan usaha lebih besar agar modal UUS dapat tercukupi
(Umam 2010).
Penerapan kebijakan spin off turut memengaruhi kinerja perbankan syariah ke
depannya. Penilaian kinerja bank dapat dilihat dari profitabilitasnya yang diukur dengan
Return on Asset (ROA). Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya secara
efisien. Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba (Stiawan 2009), sehingga dapat dilihat dengan adanya
penerapan kebijakan spin off ini kinerja perbankan syariah menjadi lebih baik atau
sebaliknya.
Perumusan Masalah
Penerapan spin off dari UUS menjadi BUS merupakan suatu bentuk upaya untuk
mengembangkan dan memperkenalkan perbankan syariah pada masyarakat. Bentuk
dukungan pemerintah dalam hal ini, yaitu dengan dibentuknya regulasi yang dapat

3

ROA (%)

4.5
3.75
3
2.25
1.5
0.75
0
-0.75
-1.5
-2.25
-3
-3.75
-4.5
-5.25
-6
-6.75
-7.5
-8.25
-9
-9.75
-10.5
-11.25
-12
-12.75
-13.5

2005/3
2005/9
2006/3
2006/9
2007/3
2007/9
2008/3
2008/9
2009/3
2009/9
2010/3
2010/9
2011/3
2011/9
2012/3
2012/9
2013/3
2013/9
2014/3
2014/9

mendorong akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, seperti UU No 21
Tahun 2008, regulasi ini diberikan terkait dengan aturan-aturan untuk memudahkan
pendirian BUS maupun pemisahan (spin off) UUS menjadi BUS.
Kemudahan dalam melakukan spin off, pasalnya masih terjadi pro dan kontra
diantara kalangan peneliti dan pengamat ekonomi. Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah,
Amin dan pengamat ekonomi syariah, Aviliani (2011) mengatakan bahwa kebijakan
spin off perbankan syariah dari UUS menjadi BUS terkesan dipaksakan, hal ini akan
membuat manajemen bank syariah baru sulit untuk mengembangkan diri. Selain itu, spin
off akan mempersulit bank baru untuk mengembangkan diri karena modal yang dimiliki
masih sedikit, dan adanya tuntutan dari pihak pemegang saham bahwa bank harus profit
dan efisien.
Di sisi lain, menurut Umam (2010), perlunya adanya spin off karena banyak yang
meragukan prinsip syariah dalam operasional UUS. Operasional perbankan syariah
dalam kerangka UUS dianggap tidak murni sesuai dengan prinsip syariah karena
perusahaan induk mengendalikan semua pelaksanaan perbendaharaan yang ada pada
UUS. Selain itu, kebijakan spin off diperlukan karena spin off akan mendorong
berjalannya praktik-praktik terbaik dan tata kelola perusahaan yang baik, semakin
mudah berkompetisi, lincah dan fleksibel dalam mengambil keputusan, mengelola unit
usaha lebih bersifat independen dan strategis (Insani 2011).
Pembentukan BUS melalui spin off ini terkait dengan prospek kinerja BUS ke
depannya. Indikator yang merefleksikan tingkat kinerja atau profitabilitas perbankan
salah satunya, yaitu ROA. Berdasarkan tiga bank syariah yang telah melakukan spin off,
yakni Bank BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank BNI Syariah, perkembangan
ROA baik sebelum maupun sesudah melakukan spin off mengalami fluktuasi.

BNIS
BRIS
BUKOPINS

Periode

Sumber: website Bank Indonesia dan Bank Syariah terkait 2014 (diolah)

Gambar 3 ROA ketiga bank syariah

4

Data statistik Return on Asset (ROA) UUS dan BUS BNI Syariah, BRI Syariah,
dan Syariah Bukopin pada Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata titik terendah dari
ROA terjadi setelah terjadinya spin off. Bank BNI Syariah mengalami penurunan yang
tajam hingga mencapai -12.02%. Hal ini terjadi pada triwulan II tahun 2010 setelah
terjadinya spin off. ROA Bank BRI Syariah berada di titik terendah hingga -2.52%
terjadi pada triwulan IV tahun 2008 setelah melakukan spin off. ROA Bank Syariah
Bukopin berada di titik terendah hingga -2.98% terjadi pada triwulan II tahun 2009.
Meskipun terjadi penurunaan yang cukup tajam, tiga BUS tersebut sempat mengalami
kenaikan, tetapi kembali mengalami tren penurunan di selang tahun 2013 hingga 2014.
Di sisi lain, penurunan ROA yang sangat tajam ini merupakan hal yang wajar. Pasalnya
pendirian BUS tidak serta merta mendorong industri perbankan syariah, setidaknya
membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun untuk menyiapkan infrastruktur,
operasional, dan SDM untuk melakukan akselerasi usaha (Outlook Perbankan Syariah
Indonesia 2011).
Jika ditinjau dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan Nuzuliah (2014)
mengenai spin off bank syariah, kinerja bank syariah yang diukur dengan ROA
beberapa bank syariah mengalami peningkatan, seperti Bank BNI Syariah dan Bank BRI
Syariah, sedangkan Bank Syariah Bukopin mengalami penurunan setelah melakukan
spin off. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebijakan spin off tidak sepenuhnya
memberikan dampak positif pada masing-masing bank syariah. Namun, terdapat
kemungkinan dalam penelitian Nuzuliah ini tidak semua bank syariah menunjukkan
perubahan kinerja semakin baik disebabkan periode penelitian yang diambil hanya 3
tahun baik sebelum maupun sesudah spin off sehingga belum menunjukkan
perubahannya. Oleh karena itu, perlu dikaji kembali adanya pembentukan BUS melalui
spin off ini dengan mengambil periode penelitian lebih dari 3 tahun dan menggunakan
pendekatan yang berbeda. Adapun permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagaimana perkembangan profitabilitas dan kinerja bank syariah yang melakukan
spin off?
2. Apakah penerapan spin off berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah?
3. Apakah faktor-faktor internal dan eksternal bank berpengaruh terhadap profitabilitas
bank syariah?

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis perkembangan profitabilitas dan kinerja bank syariah yang melakukan
spin off.
2. Menganalisis pengaruh penerapan spin off terhadap profitabilitas bank syariah.
3. Menganalisis pengaruh faktor-faktor internal maupun eksternal bank terhadap
profitabilitas bank syariah.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pihakpihak yang berkepentingan antara lain:

5

1. Bagi pemerintah dan instansi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dalam membuat kebijakan dan menjadi koreksi agar kinerja Bank
Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah menjadi lebih baik.
2. Bagi pembaca penelitian ini, diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran
dan wawasan mengenai kinerja perbankan yang dipengaruhi oleh faktor
makroekonomi maupun karakteristik perbankan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengaruh spin off terhadap
profitabilitas bank syariah. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode purposive sampling, dengan kriteria BUS yang telah melakukan spin off lebih
dari dua tahun dan ketersediaan data untuk diteliti. Bank syariah yang dijadikan sampel,
yaitu Bank BRI Syariah yang melakukan spin off pada bulan Desember 2008, Bank
Syariah Bukopin yang melakukan spin off pada bulan Desember 2008, dan Bank BNI
Syariah yang melakukan spin off pada bulan Juni 2010. Periode waktu yang dianalisis
dalam penelitian ini dari tahun 2005 triwulan I hingga tahun 2014 triwulan IV.
Penelitian ini dibatasi oleh satu variabel dependen, yaitu Return on Asset (ROA) dan
variabel independen, yaitu total tabungan mudharabah (LNTAB), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi (INF) dan
dummy spin off (DSpin).

TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2008 pengertian dari perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Perbankan syariah melakukan fungsinya dengan menyediakan
pembiayaan bagi hasil nasabah berdasarkan prinsip syariah, dan menghindari segala
kegiatan yang berkaitan dengan riba, gharar, dan maysir. Tujuan pelaksanaan
perbankan syariah, yakni menunjang pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat, dengan cara
tetap berpegang pada prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten
(istiqamah) (Burhanudin 2010). Adapun prinsip-prinsip yang dianut oleh perbankan
syariah dalam menjalankan aktivitasnya adalah (Muhammad 2005):
1. Prinsip Keadilan
Sistem operasional profit and loss sharing dalam sistem bagi hasil terkandung
dimensi keadilan dan pemerataan. Kelayakan usaha atau proyek yang akan didanai itu
menjadi jaminannya, sehingga keuntungan dan kerugian ditanggung bersama.
2. Prinsip Kesederajatan
Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah pengguna dana,
maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak,

6

kewajiban, risiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana,
nasabah pengguna dana, maupun bank.
3. Prinsip Ketentraman
Tujuan pendirian bank syariah adalah untuk menciptakan keseimbangan sosialekonomi (material dan spiritual) masyarakat agar mencapai fallah. Oleh karena itu,
produk-produk bank syariah harus terhindar dari unsur riba, terhindar dari aktivitas yang
melibatkan spekulasi (gharar), menerapkan zakat harta, serta tidak memproduksi
produk-produk atau jasa yang bertentangan dengan nilai Islam.

Penghimpunan Dana Perbankan Syariah
Penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank syariah dapat berbentuk giro,
tabungan, dan deposito. Prinsip operasional bank syariah yang ditetapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
1. Prinsip Wadi’ah
Al Wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum yang dapat diambil kapan saja jika pemilik menghendaki. Terdapat
dua jenis wadi’ah antara lain wadi’ah yad al amanah, yaitu harta titipan yang tidak
boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, dan wadi’ah yad adh dhamanah, yaitu titipan
yang boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.
2. Prinsip Mudharabah
Prinsip mudharabah yaitu pembagian hasil usaha dilakukan antara pemilik dana
(shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) berdasarkan kesepakatan antara
kedua belah pihak. Dana tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan murabahah
atau ijarah atau bank dapat melakukan kegiatan mudharabah kedua. Apabila dalam
pengelolaan dana tersebut terjadi kerugian, maka sepenuhnya kerugian ditanggung
oleh bank, dengan syarat tidak terjadi moral hazard yang dilakukan oleh pihak
pengelola dana (mudharib). Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak
penyimpan dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Mudharabah Mutlaqah, pihak yang menyimpan dananya ke bank dan tidak
membatasi bank dalam melakukan pengelolaan dana yang dihimpun.
b. Mudharabah Muqayyadah. Prinsip mudharabah muqayyadah dibagi menjadi
dua, yang pertama, Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet, yakni pemilik
dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam hal
melakukan penyaluran dana. Kedua, Mudharabah Muqayyadah off Balance
Sheet, bank bertindak sebagai perantara untuk melakukan penyaluran dana antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha. Hal ini pemilik dana dapat menetapkan
syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank (Karim 2010).

Pengertian Spin Off
Menurut UU No 40 Tahun 2007, pemisahan (spin off) adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh
aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan atau lebih atau
sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada satu perseroan atau
lebih. Menurut PBI No 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah, pemisahan (spin

7

off) diartikan sebagai pemisahan usaha dari satu BUK (Bank Umum Konvensional)
menjadi dua badan usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pemisahan UUS dari BUK dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu dengan
mendirikan BUS baru atau mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang
telah ada. Pendirian BUS hasil pemisahan hanya dapat dilakukan dengan izin Bank
Indonesia. Pemberian izin pendirian BUS hasil pemisahan dilakukan dalam dua tahap,
yaitu:
a. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian BUS
hasil pemisahan.
b. Izin usaha, yaitu izin yang diberikan setelah BUS hasil pemisahan siap melakukan
kegiatan operasional (Anshori 2010).

Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu aspek dalam menilai kinerja suatu perusahaan
atau perbankan dalam menjalankan usahanya. Profitabilitas dapat digunakan sebagai
evaluasi efisiensi pengelolaan perusahaan, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut. Laba yang diperoleh bank syariah, yakni dalam bentuk bagi hasil (profit
sharing) dengan nasabah atas pembiayaan yang diberikan dan/atau pemberian imbalan
atas dana masyarakat (Afifah 2014).

Return on Asset (ROA)
ROA merupakan rasio yang digunakan mengukur profitabilitas suatu perusahaan,
termasuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset untuk
mendapatkan keuntungan. ROA memberikan informasi mengenai seberapa efisien suatu
bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa
besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar
(Ramadhan 2013).
Pengukuran terhadap kinerja keuangan suatu perbankan menggunakan ROA
karena aset-aset yang ada di perbankan sebagian besar berasal dari dana simpanan
masyarakat. Selain itu, perhitungan menggunakan ROA sangat mudah dihitung dan
dipahami. ROA dapat dihitung dengan membandingkan antara laba sebelum pajak
terhadap total aset yang dimiliki, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya operasional yang
dikeluarkan terhadap pendapatan operasional yang didapatkan. Semakin kecil rasio ini

8

berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Wibowo
2012).
BOPO dapat digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu
perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Hal ini berarti bank berupaya
untuk meminimalkan risiko operasional. Risiko operasional merupakan kerugian bank
akibat dari kegagalan struktur biaya operasional, sehingga menyebabkan penurunan
keuntungan bank. BOPO dapat diukur dengan membandingkan total biaya operasional
terhadap pendapatan operasional, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan
sebagai likuiditasnya. FDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.
Semakin tinggi rasio FDR suatu bank menunjukkan bahwa dana deposan yang
disalurkan oleh bank kepada masyarakat lebih besar daripada dana yang dihimpun oleh
bank. Selain itu, semakin tinggi nilai FDR menunjukkan bahwa bank semakin produktif
dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. FDR dapat diukur dengan
membandingkan total pembiayaan yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga,
berikut rumusnya:

Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Menurut Wibowo (2012), inflasi dapat diartikan sebagai proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu, sedangkan dalam suatu teori yang
diungkapkan oleh Stiawan (2009) apabila jumlah uang yang diminta melebihi jumlah
yang disediakan, hal tersebut dapat mengakibatkan kenaikan harga uang atau tingkat
suku bunga.
Inflasi berdampak pada nilai riil karena kenaikan harga memengaruhi konsumsi
masyarakat. Masyarakat lebih menggunakan hartanya untuk mencukupi biaya
pengeluaran jika dibandingkan menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, inflasi
memberi dampak negatif terhadap kinerja bank.

9

Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang profitabilitas bank syariah telah banyak dilakukan, namun masih
sedikit yang membahas pengaruh spin off bank syariah. Nuzuliah (2014) meneliti
tentang analisis kinerja keuangan bank syariah sebelum dan sesudah spin off pada 3
bank, yaitu Bank BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank BNI Syariah.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dengan uji paired t-test.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitiannya antara lain variabel ROA, FDR,
dan BOPO. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja
keuangan bank syariah yang signifikan pada rasio BOPO dan ROA, sedangkan pada
rasio FDR terdapat perbedaan yang signifikan. Pada Bank BRI Syariah sebelum dan
sesudah spin off terdapat peningkatan kinerja sebesar sebesar 3,94%, Bank Syariah
Bukopin menunjukkan penurunan kinerja sebesar 0,43% sebelum dan sesudah spin off,
dan Bank BNI Syariah sebelum dan sesudah spin off terdapat peningkatan kinerja
sebesar 0,56%.
Stiawan (2009) meneliti tentang pengaruh faktor makroekonomi, pangsa pasar,
karakteristik bank terhadap profitabilitas bank syariah. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, karena lebih mengutamakan nilai
profitabilitas yang dananya sebagian besar dari masyarakat. Variabel independen yang
digunakan, pertumbuhan inflasi dan GDP, pangsa pasar yang diukur dengan pangsa
pasar pembiayaan, CAR, FDR, NPF, BOPO, dan SIZE. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan inflasi dan GDP tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap ROA. Hasil tersebut secara kajian teori maka perbankan syariah di
Indonesia cenderung lebih sesuai dengan Teori Ekonomi Islam murni, yaitu Ekonomi
Islam lebih mengutamakan perputaran uang pada sektor riil sehingga ada kesesuaian
antara money supply dan money demand. Variabel FDR, pangsa pasar, CAR
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan NPF, BOPO,
dan SIZE menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Jika dilihat dari
penelitian tersebut variabel yang dapat diambil untuk dijadikan variabel independen
antara lain FDR dan BOPO mengingat ketersediaan data pada UUS dan variabel tersebut
merupakan variabel yang menggambarkan efektivitas bank syariah dalam melakukan
kegiatan utamanya yakni pembiayaan.
Afifah (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank
umum syariah di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian, yaitu
ROA, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah inflasi, pembiayaan, FDR,
CAR, NOM, dan market share. Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan regresi
data panel, karena bertujuan untuk melihat pengaruh dari variabel eksternal dan internal
bank terhadap ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, FDR, pembiayaan, dan
NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Variabel inflasi dan market
share menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil pada variabel
market share tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan, dimana semakin tinggi market
share suatu bank maka profitabilitasnya semakin menurun. Ketidaksesuaian ini turut
diperkuat dengan adanya kebijakan Kemenkeu (2013) yang membatasi ekspansi
pembiayaan, sehingga dana yang dihimpun tidak dapat disalurkan dengan efektif.
Penelitian Stiawan (2009) dan Afifah (2014) mencantumkan variabel eksternal
untuk menguji pengaruhnya terhadap ROA. Namun, hasil dari penelitian tersebut
variabel eksternal ada yang berpengaruh dan ada yang tidak berpengaruh. Pada kasus

10

bank syariah yang melakukan spin off ini, variabel eksternal seperti inflasi perlu diuji
pengaruhnya terhadap ROA bank syariah.

Kerangka Pemikiran
Industri perbankan syariah yang tumbuh dengan pesat dan memiliki prospek yang
cerah dan menjanjikan, mendorong pemerintah menerapkan kebijakan spin off untuk
mempermudah pembentukan bank syariah baru. Namun kebijakan tersebut masih
menjadi pro dan kontra diantara beberapa kalangan peneliti dan pengamat ekonomi.
Pasalnya pembentukan bank syariah melalui spin off akan memengaruhi profitabilitas
bank syariah ke depannya, semakin meningkat atau justru sebaliknya. Profitabilitas bank
syariah dapat diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). Faktor-faktor yang
memengaruhi profitabilitas bank syariah antara lain inflasi (INF), dummy spin off
(DSpin), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), dan total tabungan mudharabah (LNTAB). Konsep dari kerangka pemikiran
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Kebijakan spin off untuk memudahkan pembentukan bank syariah baru
Pro dan kontra pembentukan bank syariah dengan cara spin off

Apakah spin off memengaruhi profitabilitas (ROA) bank syariah?

INF

DSpin

FDR

BOPO

LNTAB

Faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank syariah

Saran

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Variabel tabungan mudharabah (LNTAB) memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap profitabilitas bank syariah.

11

2. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap profitabilitas bank syariah.
3. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki hubungan
negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank syariah.
4. Variabel dummy spin off memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
profitabilitas bank syariah.
5. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
bank syariah.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang berasal dari
website instansi yang terkait dan beberapa penelitian-penelitian sebelumnya, seperti
website Bank Indonesia, website Bank BRI Syariah, website Bank BNI Syariah, website
Bank Syariah Bukopin, jurnal, internet, buku, artikel, dan penelitian-penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Jenis data yang digunakan adalah data cross section dan time series berupa data
triwulanan dari tahun 2005 triwulan I sampai tahun 2014 triwulan IV yang terdiri dari
data ROA UUS dan BUS, FDR UUS dan BUS, BOPO UUS dan BUS, tabungan
mudharabah UUS dan BUS, dan inflasi. Data sekunder yang diperoleh diuraikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
No
Data
1.
Return on Asset (ROA)
2.
Financing to Deposit Ratio (FDR)
3.
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional (BOPO)
4.
Tabungan Mudharabah (LNTAB)
5.
Inflasi (INF)

Sumber
BI dan bank syariah terkait
BI dan bank syariah terkait
BI dan bank syariah terkait
BI dan bank syariah terkait
BPS

Variabel dan Definisi Operasional
1. Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan mengukur profitabilitas suatu
bank, dengan membandingkan laba sebelum pajak terhadap total aset.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio yang menunjukkan tingkat
kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank
yang bersangkutan.
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah biaya operasional yang
dikeluarkan terhadap pendapatan operasional yang didapatkan.

12

4. Tabungan Mudharabah (LNTAB) adalah total tabungan mudharabah yang dihimpun
oleh bank syariah.
5. Inflasi (INF) adalah persentase dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan
menggunakan harga konstan tahun dasar 2002.

Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan regresi data panel. Hasil dari analisis
digunakan untuk mengetahui pengaruh spin off UUS terhadap profitabilitas bank
syariah. Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan software
Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6.

Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel merupakan suatu analisis yang menggabungkan data
time series dan data cross section. Penelitian ini menggunakan pasangan yit (variabel
terikat) dengan xit (variabel bebas), i menunjukkan individu, t menunjukkan waktu. Ada
tiga macam estimasi data panel, yaitu Pooled Least Square, Fixed Effect Model, dan
Random Effect Model. Pengolahan data panel terdapat kriteria pembobotan yang
berbeda-beda yaitu no weighting (semua observasi diberi bobot sama), cross section
weight (Generalized Least Square [GLS]) dengan menggunakan estimasi varian residual
cross section dan Seemingly Uncorrelated Regression (SUR). Metode ini mengoreksi
baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section (Afifah 2014).
Pooled Least Square
Pendekatan ini adalah menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled),
sehingga terdapat N x T observasi, N menunjukkan jumlah unit cross section dan T
menunjukkan jumlah series yang digunakan. Data gabungan ini kemudian digunakan
untuk mengestimasi model OLS. Kelemahan dari PLS ini karena intersep dan koefisien
slope konstan antar waktu dan cross section (tidak dapat membedakan observasi yang
sama pada periode yang berbeda), sehingga untuk menduga parameter slope akan bias.
Fixed Effect Model
Fixed Effect Model digunakan untuk mengatasi kemungkinan adanya intercept
yang tidak konstan akibat tidak semua variabel-variabel masuk ke dalam persamaan. Hal
ini mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan
perubahan intercept untuk setiap individu dan waktu. Intercept α konstan diuji pada tiap
objek ke-i dan tiap waktu ke-t dapat menggunakan uji F yang sering disebut uji Chow.
Kelebihan metode ini adalah dapat menghasilkan dugaan parameter slope yang tidak
bias dan efisien.
Random Effect Model
Pada Random Effect parameter yang berbeda antar unit cross section maupun antar
waktu dimasukkan ke dalam error. Metode REM digunakan untuk mengatasi masalah
yang terjadi pada Fixed Effect, yaitu menghemat degree of freedom dan tidak

13

menghilangkan jumlahnya. Metode ini memiliki kelebihan, yaitu dapat menghilangkan
heteroskedastisitas pada data. Model ini dapat menganalisis apabila cross section lebih
besar daripada banyaknya peubah bebas.

Pengujian Model
Tujuan dilakukannya pengujian model sebelum model diestimasi untuk
mendapatkan model yang tepat. Pengujian model antara lain dengan menggunakan Uji
Chow untuk memilih antara Pooled Least Square dan Fixed Effect Model serta Uji
Hausman untuk memilih Fixed Effect Model atau Random Effect Model yang tepat
digunakan.
Uji Chow
Uji Chow merupakan pengujian untuk memilih Pooled Least Square atau Fixed
Effect Model yang tepat digunakan dalam model. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square
H1 : Model Fixed Effect
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol adalah dengan menggunakan F-Statistik
seperti yang dirumuskan oleh Chow:

Dimana:
RSS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan PLS
RSS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan FEM
N
= jumlah data cross section
T
= jumlah data time series
K
= jumlah variabel independen
Jika Chow Statistic (F statistik) lebih dari taraf nyata (Fhit F tabel, maka H0 ditolak yang
menunjukkan bahwa variabel-variabel independen secara simultan memengaruhi
variabel dependen, begitu juga sebaliknya. Pengujian juga dapat dilakukan melalui
pengamatan signifikansi F pada tingkat taraf nyata α yang digunakan (menggunakan
taraf nyata α sebesar 0,05). Jika F > 0,05, maka H0 ditolak berarti variabel-variabel
independen secara simultan memengaruhi variabel dependen.
3. Uji Statistik t (Uji Parsial)
Pengujian t statistik bertujuan untuk mengetahui masing-masing variabel
independen yang digunakan dalam penelitian memengaruhi secara signifikan terhadap
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara t-hitung
dengan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak yang menunjukkan bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, begitu juga
sebaliknya. Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan signifikansi t pada
tingkat taraf nyata α yang digunakan (menggunakan taraf nyata α sebesar 0,05). Jika t <
0,05, maka H0 ditolak berarti variabel-variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.

Kriteria Ekonomi
Kriteria ekonomi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian tanda dan nilai
estimator dengan teori ekonomi dan kesesuaian logika untuk menjelaskan variabel
independen yang memengaruhi variabel dependen.

16

Model Pengaruh Spin Off UUS terhadap Profitabilitas Bank Syariah
Beberapa variabel-variabel yang secara konsisten diduga menjadi faktor-faktor
yang memengaruhi profitabilitas bank syariah antara lain, tabungan mudharabah, Biaya
Operasional Pendapatan Operasional, Financing to Deposit Ratio, inflasi, serta
tambahan variabel dummy spin off. Secara matemastis dapat dituliskan sebagai berikut:
ROAit = α + β1FDRit + β2BOPOit + β3LNTABit+ β4INFit + β5DSpinit + εit
Dimana:
ROAit
FDRit
BOPOit
LNTABit
INFit
DSpinit
α
β
εit

= Return on Asset (%)
= Financing to Deposit Ratio (%)
= Biaya Operasional Pendapatan Operasional (%)
= Tabungan Mudharabah (Juta rupiah)
= Inflasi (%)
= Spin off Bank Umum Syariah
D.0 = UUS
D.1 = BUS
= intersep
= koefisien
= error

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Profitabilitas dan Kinerja Bank Syariah yang Melakukan Spin Off
Spin off memberikan peluang bank syariah secara independen untuk meningkatkan
profitabilitasnya melalui fungsi intermediasi yang dilakukannya. Selain itu, dengan
adanya spin off ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan rasio keuangan perbankan pada saat
menjadi UUS hingga menjadi BUS saat ini, terutama pada tiga bank syariah yang
dijadikan sampel penelitian, yaitu Bank BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank
BNI Syariah. Berdasarkan perkembangan ROA ketiga bank syariah pada Gambar 5,
terlihat bahwa sebelum melakukan spin off, terlihat mengalami fluktuasi, dan setelah
melakukan spin off terlihat bahwa rata-rata ROA bank syariah yang melakukan spin off
mengalami penurunan yang drastis hingga menyentuh angka negatif, namun kemudian
mengalami kenaikan kembali dan rata-rata ROA Bank BNI Syariah pada triwulan III
tahun 2011 hingga triwulan IV tahun 2014 lebih tinggi dari kedua bank syariah lainnya,
yakni Bank BRI Syariah dan Bank Syariah Bukopin.

17

2014/12

2014/3

2013/6

2012/9

2011/12

2011/3

2010/6

2009/9

2008/12

2008/3

2007/6

2006/9

-5

2005/12

0
2005/3

ROA (%)

5

BNIS
BRIS
BUKOPINS

-10
-15

Periode (Triwulan)

Sumber: website Bank Indonesia dan Bank Syariah terkait 2014 (diolah)

Gambar 5 ROA tiga bank syariah

400
300
200
100
0
2014/12

2014/3

2013/6

2012/9

2011/12

2011/3

2010/6

2009/9

2008/12

2008/3

2007/6

2006/9

2005/12

BNIS
2005/3

FDR (%)

Sisi pembiayaan, terlihat pada Gambar 6, grafik FDR sebelum dan sesudah spin off
pada triwulan I tahun 2005 hingga triwulan I 2014, rata-rata FDR Bank BRI Syariah
menunjukkan rasio paling tinggi jika dibandingkan FDR Bank BNI Syariah dan Bank
Syariah Bukopin. Rasio tersebut menyentuh angka tertinggi lebih dari 300%, artinya
jumlah pembiayaan yang disalurkan melebihi angka penghimpunan dana pihak ketiga.
FDR yang tinggi ini memiliki risiko likuiditas yang tinggi apabila tidak dikelola dengan
baik, dan dapat merugikan pihak bank itu sendiri.

BRIS
BUKOPINS

Periode
Sumber: website Bank Indonesia dan Bank Syariah terkait 2014 (diolah)

Gambar 6 FDR tiga bank syariah
Berdasarkan perkembangan BOPO pada Gambar 7 terlihat bahwa pada periode
sebelum spin off, rasio BOPO lebih rendah jika dibandingkan sesudah spin off. Namun,
pada periode awal melakukan spin off rata-rata BOPO ketiga bank syariah mengalami
kenaikan. Kenaikan tersebut disebabkan biaya operasional yang meningkat terkait
adanya ekspansi jaringan kantor. Sebelum spin off, rata-rata BOPO paling rendah
dicapai oleh Bank Syariah Bukopin, namun sesudah melakukan spin off, terlihat BOPO
paling rendah dicapai oleh Bank BNI Syariah. Hal ini terbukti bahwa profitabilitas Bank
BNI Syariah yang tinggi turut dipengaruhi biaya operasional yang dikeluarkannya
rendah.

400
300
200
100
0
2014/12

2014/3

2013/6

2012/9

2011/12

2011/3

2010/6

2009/9

2008/12

2008/3

2007/6

2006/9

2005/12

BNIS
2005/3

BOPO (%)

18

BRIS
BUKOPINS

Periode
Sumber: website Bank Indonesia dan Bank Syariah terkait 2014 (diolah)

Gambar 7 BOPO tiga bank syariah

20
15
10
5
0

BNIS
2014/12

2014/3

2013/6

2012/9

2011/12

2011/3

2010/6

2009/9

2008/12

2008/3

2007/6

2006/9

2005/12

BRIS
2005/3

Tabungan Mudharabah
(Juta Rupiah)

Salah satu dana murah yang menjadi fokus ketiga bank syariah tersebut, yakni
tabungan mudharabah. Pada Gambar 8 terlihat bahwa Bank BNI Syariah dan BRI
Syariah terjadi kenaikan sebelum dan sesudah spin off. Pada Bank Syariah Bukopin
sebelum spin off, tabungan mudharabah masih bernilai nol dan didominasi oleh deposito
mudharabah. Namun pada tahun 2008 triwulan II, jumlah tabungan mudharabah ketiga
bank syariah mulai menunjukkan peningkatan, dan terlihat jumlah tabungan
mudharabah Bank BNI Syariah lebih tinggi jika dibandingkan kedua bank syariah
tersebut, baik sebelum maupun sesudah melakukan spin off.

BUKOPINS

Periode
Sumber: website Bank Indonesia dan Bank Syariah terkait 2014 (diolah)

Gambar 8 Tabungan Mudharabah tiga bank syariah

Pengaruh Spin Off UUS terhadap Profitabilitas Bank Syariah
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank syariah dalam
penelitian ini digunakan pendekatan regresi data panel. Variabel dependen yang
digunakan adalah Return on Asset (ROA), sedangkan variabel independen yang
digunakan, antara lain Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Financing
to Deposit Ratio (FDR), tabungan mudharabah (LNTAB), inflasi (INF) dan dummy spin
off (DSpin). Sebelum dilakukan regresi data panel, terlebih dahulu dilakukan estimasi
model untuk memilih model yang terbaik dalam penelitian ini, dengan melakukan dua
pendekatan, yaitu Pooled Least Square (PLS) dan Fixed Effect Model (FEM).

19

Pendekatan Random Effect Model (REM) tidak dilakukan dalam penelitian ini karena
jumlah cross section lebih kecil daripada banyaknya variabel independen.
Hasil Uji Chow yang dilakukan untuk memilih pendekatan model terbaik antara
PLS dan FEM menunjukkan nilai probability dari Chow 0.0459< α (5%), sehingga
cukup bukti untuk tolak H0. Hal ini menyatakan bahwa model FEM lebih baik daripada
model PLS, sehingga model yang digunakan adalah model FEM.
Setelah dilakukan uji estimasi model, selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik,
yang pertama melakukan uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas Jarque Bera yang terdapat pada histogram normality test. Nilai probabilitas
Jarque Bera sebesar 36.97132 lebih besar dari daripada taraf nyata 5%. Hal ini
menandakan bahwa tidak cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 dan
mengindikasikan error terms menyebar normal. Selain itu, jumlah sampel yang diambil
lebih dari seratus, yaitu 120 sampel, sudah dianggap normal.
Pengujian heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat nilai sum square
resid pada weighted statistics dan unweighted statistic