Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi dan DPK terhadap NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2013-2015
1
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2015.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
NADYA HUWAYDA
NIM 1112046100146
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M.
(2)
(3)
(4)
(5)
iv
NADYA HUWAYDA, NIM: 1112046100146, Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi dan DPK terhadap NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2013-2015. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat likuiditas yang diproksikan dengan FDR, BOPO dan tingkat profitabilitas yang diproksikan dengan NOM , ROA, serta tingkat inflasi dan DPK terhadap NPF yang memproksikan manajemen pembiayaan atas pembiayaan bermasalah pada bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah dan unit usaha syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Data penelitian merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari Laporan Keuangan gabungan bulanan periode 2013-2015 pada Statistik Perbankan Syariah OJK. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) serta menggunakan bantuan program Eviews 8.0. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel FDR, NOM, dan ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pembiayaan, BOPO dan DPK berpengaruh positif sedangkan inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap NPF . Secara simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.
Kata Kunci : Manajemen Pembiayaan, NPF, Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi, dan DPK.
Pembimbing : Edi Setiadi, SE., MM. Daftar Pustaka : Tahun 2006 s.d. Tahun 2016
(6)
v
Alhamdulillahirobbil‟alamin, Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan anugerah dan nikmat-Nya pada diri ini sehingga dalam menjalankan aktivitas dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang mungkin perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan tema yang sama. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih yang teramat sangat kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
1. Bapak Dr. Asep Saepuddin, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, MA.selaku Wakil Dekan bidang Akademik Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Dr. Abdurrouf, Lc. MA. selaku Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(7)
vi
membimbing penulis dengan sabar dan memberikan ilmunya hingga penelitian ini selesai dengan baik.
6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikan dan ilmu yang telah diberikan mendapat balasan di sisi Allah SWT.
7. Seluruh Staff TU, staff Perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama, atas kemudahan dalam pembuatan surat dan juga peminjaman buku.
8. Kedua orang tua, Bapak Ahmad Iman dan Mamah Sulistiawati yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Tiada kata yang dapat menggambarkan segala budi yang telah mereka lakukan demi keberhasilan penulis hanya do‟a yang tak akan pernah putus agar mereka selalu berada dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.
9. Kepada Kakakku Lia Indriana, A.Md. yang telah memberikan semangat baik moril maupun materil kepada penulis sampai skripsi ini terselesaikan.
10. Kepada Keponakan-keponakanku Zaskia Adzra Alivia, Refan Sirojuddin Akram, Lakeisha Dhirnda Alfarisiy, dan Abyan Mirza Alfarisiy yang telah menghibur dan membangkitkan semangat penulis dikala penulis merasa lelah dalam proses penyelesaian skripsi ini.
(8)
vii
memberikan semangat satu sama lain serta teman-teman tercinta Perbankan Syariah angkatan 2012 khususnya teman-teman sekelasku PS-D atas dukungan dan doanya.
12. Untuk teman-teman KKN PITAGORAS 2015 yang telah menjadi keluarga baru selama satu bulan mengabdi di Desa Kutruk Tangerang, terimakasih atas dukungan dan doanya.
13. Untuk Narwin yang dengan sabar selalu memberikan semangat, doa, kasih sayang dan pengertiannya kepada penulis dari awal perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai terselesaikannya skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna penyempurnaan penulisan lainnya di masa mendatang.
Tangerang Selatan, Oktober 2016
(9)
viii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Perumusan Masalah ... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah (BUS dan UUS) ... 13
B. Pembiayaan ... 15
1. Manajemen Pembiayaan ... 18
2. NPF ... 21
C. Rasio Likuiditas ... 23
D. Rasio Profitabilitas ... 26
E. Inflasi ... 29
F. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 30
G. Review Studi Terdahulu ... 31
H. Kerangka Pemikiran ... 37
(10)
ix
B. Metode Pengumpulan Data ... 45
C. Operasional Variabel Penelitian ... 46
D. Teknik Analisis Data ... 46
E. Metode Estimasi Model regresi Linier Berganda ... 48
F. Pengujian Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54
B. Analisis Deskriptif ... 56
C. Estimasi Model Regresi Linier Berganda ... 60
1. Uji Asumsi Klasik ... 60
a. Uji Normalitas ... 60
b. Uji Multikolinearitas ... 61
c. Uji Heteroskedastisitas ... 63
d. Uji Autokorelasi ... 63
D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 64
a. Model Penelitian ... 64
b. Uji t... 66
c. Uji F ... 68
d. Uji Koefisien Determinasi ... 69
E. Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian ... 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
(11)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Rasio NPF (Non Performing Financing) ... 22
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Rasio LDR atau FDR ... 24
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Rasio BOPO ... 25
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Rasio NOM ... 27
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Rasio ROA ... 28
Tabel 4.1 Daftar Nama BUS dan UUS di Indonesia ... 55
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 57
Tabel 4.3 Data Olahan Uji Multikolinearitas ... 62
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
Tabel 4.6 Hasil Hasil Regresi Metode OLS ... 64
Tabel 4.7 Hasil Uji t ... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji F ... 68
(12)
xi
Gambar 1.2 Persentase NPF pada Perbankan Syariah Periode 2013-2015 ... 7
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 40
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ... 43
Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah BUS dan UUS di Indonesia ... 55
(13)
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia sangatlah tergantung pada adanya pertumbuhan di berbagai sektor yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhinya. Perbankan Indonesia merupakan salah satu sektor yang menunjang pelaksanaan perekonomian dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional1. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi antara surplus unit dengan defisit unit.
Kondisi perekonomian yang masih belum sebaik kondisi pada tahun sebelumnya menimbulkan adanya sedikit ketidakpastian/uncertainty dalam berbisnis yang turut mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah, karena industri perbankan syariah adalah real sector driven dimana penurunan kinerja sektor riil akan berdampak secara langsung kepada kinerja dan pertumbuhan perbankan syariah, termasuk berpengaruh terhadap pertumbuhan aset dan pembiayaan perbankan syariah.2
1 Septian Fika Widyaningrum, “
Analisis Efektifitas Pengelolaan Kredit dalam Upaya Peningkatan Tingkat Likuiditas Pada PT. BPR Grogol Joyo,” (Skripsi S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010)
2
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-perbankan-
indonesia/Documents/Pages/-Booklet-Perbankan-Indonesia-2015/Booklet%20Perbankan%20Indonesia%202015.pdf diakses Pada Rabu, 28 September 2016 pukul 15.25 WIB.
(14)
Pembiayaan atau financing merupakan bagian terbesar dari aktivas bank karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli yang merupakan instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan sumber pendapatan yang dominan.3 Pengelolaan pembiayaan sangat penting bagi lembaga keuangan terkait dengan pengelolaan dana yaitu mulai dari kredit disalurkan sampai dengan kredit tersebut lunas sehingga apabila pengelolaan dilakukan dengan maksimal maka resiko pembiayaan macet dapat dihindarkan sehingga likuiditas dan profitabilitas bank meningkat.
Setiap bank yang ada dituntut untuk meningkatkan pengelolaan banknya semaksimal mungkin. Salah satu sarana pengelolaan yang dapat digunakan adalah analisis laporan keuangan. Untuk mengadakan interpretasi dan analisis terhadap laporan keuangan, suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan untuk melakukan analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.4
3
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), Cet. 4, hal. 208.
4
Dewi Nur Rahmah Murbani, “Korelasi Antara Loan to Deposit Ratio dan Financing to Deposit Rasio Perbankan Nasional terhadap Produk Domestik Bruto Tahun 2005-2009,” (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , 2010)
(15)
Rasio juga merupakan salah satu pengukur tingkat pembiayaan dan likuiditas suatu bank. Bank-bank termasuk bank syariah memberikan pembiayaan-pembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun. Rasio rentabilitas/profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba, untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi.5
Likuiditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu
bank. Cadangan likuiditas suatu bank pada umumnya merupakan jaminan
atau tindakan berjaga-jaga atas kemungkinan terjadinya kewajiban
membayar akibat peningkatan penarikan dana maupun peningkatan giro
wajib minimum (GWM). Beberapa bank memilih melakukan strategi untuk
memiliki likuiditas yang berlebih sebagai sinyal kepada pasar bahwa bank
tersebut memiliki likuiditas yang kuat. Di lain sisi, kelebihan likuiditas dapat
juga di interpretasikan bahwa bank memiliki pengelolaan likuiditas yang
buruk sehingga tidak optimal dalam mengelola portofolio aset dan liabilitas.6
Persoalan likuiditas adalah persoalan yang penting bagi bank karena tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi menunjukan tingkat efisiensi dan tingkat kesehatan bank tersebut. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan.
5
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 51.
6
Gantiyah Wuryandani, dkk , Jurnal Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan: Bank Indonesia, 2014)
(16)
Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba. Pengelolaan kredit yang baik diharapkan mampu mencapai likuiditas perusahaan dan mampu meningkatkan profitabilitas bank karena profitabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan dalam menghasilkan laba.7
Non Performing Financing adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. NPF menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.8 NPF sangat berpengaruh terhadap pengendalian biaya dan sekaligus juga berpengaruh terhadap kebijakan pembiayaan yang akan dilakukan bank itu sendiri.
Non Performing Finance (NPF) dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan terlebih lagi kalau NPF dalam jumlah besar. Peningkatan jumlah NPF akan meningkatkan jumlah Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) yang perlu dibentuk oleh pihak bank. Jika hal itu berlangsung terus menerus maka akan mengurangi modal bank.9
Salah satu faktor yang “mengganggu‟ pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini adalah faktor inflasi. Dalam menghadapi tingkat inflasi, perbankan syariah menghadapi masalah utama yaitu dari sisi penghimpunan
7
Rahmadewi Kesuma Anggraeni, dkk, Jurnal Analisis Pengelolaan Kredit Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas, (Malang: Universitas Brawijaya, 2014)
8 R. Ade Sasongko Pramudhito, “
Analisis Pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR, dan NCOM, terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia,” (Skripsi S1 Universitas Diponegoro Semarang, 2014)
9
Irman Firmansyah, Determinant of Non Performing Loan : The Case of Islamic Bank in Indonesia (Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan Vol. 17 Nomor 2, Oktober 2014, Bank Indonesia 2014)
(17)
Dana Pihak Ketiga (DPK). Kenaikan tingkat inflasi akan meningkatkan suku bunga deposito. Sehingga suku bunga deposito di perbankan konvensional lebih tinggi dan menarik daripada return dari perbankan syariah. Return yang lebih tinggi di perbankan konvensional akan meningkatkan displacement atau pengalihan dana yang besar dari perbankan syariah ke perbankan konvensional. Biasanya yang melakukan displacement ini adalah nasabah korporasi. Penurunan (pertumbuhan) DPK ini akan mengurangi kemampuan bank syariah dalam mengelola likuiditasnya untuk meningkatkan pendapatan.10
Pembiayaan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah lebih fokus kepada pembiayaan pada sektor menengah dan skala besar sedangkan pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) fokus terhadap pembiayaan usaha kecil dan menengah. Pembiayaan tidak terlepas dari Dana Pihak Ketiga karena besarnya dana pihak ketiga akan mencerminkan seberapa besar pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank tersebut. Jika dilihat pada Gambar 1.1 dari komposisi Dana Pihak Ketiga, persentase komposisi DPK untuk BUS dan UUS meningkat dibanding dengan komposisi DPK untuk BPRS yang cenderung stabil. Oleh karena itu, pada penelitian ini saya memilih Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah sebagai objek penelitian yang akan diteliti.
10
Saekhu, Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Pembiayaan Syariah, Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (Jurnal Economica Vol. IV / Edisi 1 / Mei 2015), hal. 104
(18)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK. data diolah.
Gambar 1.1
Komposisi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Persentase manajemen pembiayaan dalam hal pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah di Indonesia tiap periodenya fluktuatif cenderung naik. Sedangkan bank dapat dikatakan baik dalam hal pembiyaaan apabila tingkat NPF setiap tahunnya menurun sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia. Terjadinya fluktuasi angka pembiayaan bermasalah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu dari faktor internal maupun eksternal.
0 5 10 15 20 25
2013 2014 2015
BUS dan UUS BPRS
(19)
Sumber:Statistik Perbankan Syariah, OJK. data diolah.
Gambar 1.2
Persentase NPF pada Perbankan Syariah Periode 2013-2015
Berdasarkan Gambar 1.2, tingkat NPF dari data gabungan BUS dan UUS dari tahun ke tahun mendekati angka 5%, sedangkan pada BPRS tingkat NPF melebihi angka 5% hal ini menunjukkan bahwa bank belum dapat semaksimal mungkin menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang dihadapi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Firmansyah (2014) “Determinant of Non Performing Loan : The Case of Islamic Bank in Indonesia (Studi Pada BPRS di Indonesia Periode 2010-2012” hasil yang didapat dengan menggunakan dua metode yakni pada analisis regresi linier berganda (OLS) yaitu variabel GDP dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF, sedangkan variabel likuiditas yang diproksikan dengan FDR berpengaruh positif dan Variabel BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap NPF,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2013 2014 2015
BUS dan UUS BPRS
(20)
sedangkan hasil pada analisis jalur variabel likuiditas (FDR) tidak memediasi pengaruh ukuran bank, BOPO, GDP dan Inflasi terhadap NPF.
Sedangkan oleh Wuryandani dkk. (2014), “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank” dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter dan pasar keuangan seperti GWM, suku bunga PUAB dan FSI (Financial Stability Index) lebih berpengaruh pada likuiditas precautionary bank kecil sedangkan sistem keuangan dan kondisi makroekonomi seperti FSI dan PDB mempengaruhi penetapan likuiditas involuntary bank kecil.
Selanjutnya penelitian oleh Saekhu (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Pembiayaan Syariah, Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia” menyimpulkan bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap semua variabel X. Meskipun demikian, pengaruhnya sangat kecil, tidak signifikan, dan hanya berlangsung dalam jangka pendek saja.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dan mendapatkan hasil penelitian yang berbeda-beda, maka peneliti merasa tertarik untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dengan judul penelitian, ‘Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi, dan DPK terhadap NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2013-2015’.
(21)
B. Identifikasi Masalah
Pengelolaan kredit yang baik dimulai dari perencanaan kredit, organisasi dan manajemen kredit, proses persetujuan kredit, dokumen dan administrasi kredit, pembinaan dan pengawasan kredit, dan penyelesaian kredit bermasalah. Tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Profit/keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan akan tetapi juga digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang.
Inflasi akan menyebabkan tingginya risiko default. Risiko ini akan meningkatkan Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah. Selain itu, pertumbuhan DPK sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank syariah dalam meningkatkan pendapatan yakni dengan cara memberikan pembiayaan kepada nasabah bank syariah.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas, maka pokok masalah akan dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas (FDR dan BOPO) terhadap NPF ?
b. Bagaimana pengaruh tingkat profitabilitas (NOM dan ROA) terhadap NPF ?
(22)
d. Bagaimana pengaruh DPK terhadap NPF ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat likuiditas (FDR dan BOPO) terhadap NPF.
b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat profitabilitas (NOM dan ROA) terhadap NPF.
c. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap NPF. d. Untuk mengetahui pengaruh DPK terhadap NPF.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Sebagai mahasiswa yang tengah melakukan studi muamalat, penulis berharap mendapatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman lebih dalam lagi mengenai segala informasi yang menyangkut manajemen pembiayaan khususnya pada pembiayaan bermasalah pada BUS dan UUS di Indonesia.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai sumber informasi mengenai faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada perusahaannya dan sebagai bahan
(23)
masukan untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembiayaan.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan pembiayaan perbankan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapa dikembangkan lebih lanjut.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan teori terkait Bank Syariah (BUS dan UUS), Pembiayaan, Manajemen Pembiayaan, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Inflasi, DPK, Review Studi Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Hipotesis serta Paradigma Penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Mengenai Ruang Ligkup Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Operasional Variabel Penelitian, Teknik Analisis Data, Estimasi Model regresi Linier Berganda, dan Pengujian
(24)
Hipotesis.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengenai Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian tentang Perbankan Syariah (BUS) di Indonesia , Analisis deskriptif, Estimasi model penelitian, Hasil Pengujian Hipotesis, Analisis dan Interpretasi Penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
(25)
13
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS). BUS memiliki kelembagaan seperti bank umum konvensional, sedangkan BPRS memiliki bentuk kelembagaan seperti bank konvensional. Badan Hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukan merupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu bank umum konvensional11
1. Bank Umum Syariah
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.12 Bank Umum Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan bentuk hukum Perseroan
11
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 753
12
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 2
(26)
Terbatas, Perusahaan Daerah atau koperasi. Seperti halnya bank konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank non devisa.13
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah diantaranya sebagai berikut:14
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi'ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna' atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau kad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sebagainya.
13
Darsono, dkk , Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia „Kelembagaan dan Kebijakan, serta Tantangan ke Depan (Jakarta: Bank Indonesia,2016), hal. 267
14
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-Kelembagaan.aspx diakses pada Selasa, 4 Oktober 2016 pukul 20.08 WIB
(27)
2. Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.15
Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas untuk: 16 a. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah b. Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan
penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah
c. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah
d. Melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah.
B. Pembiayaan
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
15
Ibid.
16
Darsono, dkk, Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia „Kelembagaan dan Kebijakan, serta Tantangan ke Depan (Jakarta: Bank Indonesia,2016), hal. 268
(28)
piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.17
Jenis aktiva produktif yang dibentuk bank syariah adalah aktiva yang ditujukan untuk mencetak keuntungan, adapun bentuk aktiva bank syariah dapat dijalankan dalam bentuk:18
1. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan akad mudhorobah dan/atau musyarakah dan/atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.
a. Mudhorobah
Pembiayaan mudhorobah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
b. Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2. Piutang
Piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan/atau
17
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003.
18
(29)
berdasarkan akad murabahah, salam, ishtisna dan ijaroh. 3. Surat berharga syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan dipasar uang dan/atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
4. Qardh
Qardh adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
5. Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya atau Bank Prekreditan Syariah antara lain dalam bentuk giro, tabungan wadi‟ah, deposito berjangka, tabungan mudhorobah, pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudhorobah Antar Bank (SIMA) dan bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
6. Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah. Sedangkan penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiyaan dan/atau piutang.
(30)
7. Transaksi Rekening Administratif
Transaksi rekening administratif adalah komitmne dan kontinjensi (Off Balance Sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, Letter of Credit (L/C) dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.
8. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadi‟ah.
1. Manajemen Pembiayaan
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.19 Manajemen Pembiayaan Bank Syariah adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya yang dilakukan oleh bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dalam hal pemberian fasilitas keuangan kepada pihak lain berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk mendukung kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah direncanakan. Dalam prinsip pemberian pembiayaan, pemberian kredit kepada nasabah harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C‟s Analysis,
19
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2006), hal. 5
(31)
yaitu sebagai berikut:20 a. Character
Character adalah keadaan watak/sifat debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad/kemauan debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. b. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon debitur menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin memberikan kredit. c. Capacity
Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui/mengukur kemampuan calon ebitur dalam mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.
d. Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis jaminan, lokasi, bukti kepemilikan, dan
20
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 457
(32)
status hukumnya. e. Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi usaha calon debitur dikemudian hari.
f. Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pom bensin yang disekitarnya terdapat banyak bengkel las atau pembakaran batu bara.
Selain menerapkan prinsip 5C, bank juga menerapakan prinsip 5P yang terdiri dari: 21
a. Party (para pihak) yaitu ada kreditur dan calon debitur.
b. Purpose (tujuan) yaitu untuk apa kredit tersebut digunakan dan apabila perlu juga diadakan pengawasan supaya kredit tersebut digunakan untuk tujuan yang telah ada.
c. Payment (pembayaran) yaitu diperhatikan sumber pembayaran kredit dari debitur berapakah mampu mengembalikan kredit atau tidak. d. Profitability (perolehan laba) yaitu kreditur melihat apakah laba yang
akan diperoleh perusahaan lebih besar dari bunga pinjaman dan
21 Septian Fika Widyaningrum, “
Analisis Efektivitas Pengelolaan Kredit dalam Upaya Peningkatan Tingkat Likuiditas BPR. Grogol Joyo,” (Skripsi S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010)
(33)
apakah pendapatan perusahan dapat menutupi pembayaran kembali kredit, cash flow.
e. Protection (perlindungan) yaitu perlindungan terhadap kredit dari perusahaan debitur.
Prinsip pemberian kredit selanjutnya yang diterapkan oleh bank disebut 3 R, yang terdiri dari :
a. Returns (Hasil yang Diperoleh)
Hasil yang diperoleh dari kredit yang telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon debitur apakah mampu mengembalikan kredit beserta bunga atau tidak.
b. Repayment (Pembayaran Kembali)
Apakah kemampuan bayar dari pihak debitur macth dengan schedule pembayaran kembali.
c. Risk Bearing Ability (Kemampuan Menanggung Resiko)
Kemampuan debitur dalam menanggung apabila terjadi resiko, misal apabila terjadi kredit macet.
2. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah selalu digunakan oleh bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja bank. NPF adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini semakin menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank
(34)
dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.22
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 Pasal 3 kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi menjadi 4 (empat) golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan Kualitas Piutang dan Qardh ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
Berikut adalah Rumus dari rasio Net Performing Financing:
NPF : Net Performing Financing
Pembiayaan : KL (Kurang Lancar), D (Diragukan), M (Macet)
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Rasio NPF
Peringkat Kriteria Keterangan
1
NPF < 2%
Sangat Baik
2
2% ≤ NPF < 5%
Baik
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik
22 Dwi Nur‟aini Ihsan,
Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Tangerang selatan: UIN Jakarta Press,2013), h.96
(35)
4
8% ≤ NPF < 12%
Buruk
5 NPF ≥ 12% Sangat Buruk
Sumber: Bank Indonesia.
C. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.23 Suatu bank dinyatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul.24
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur rasio likuiditas ialah FDR (Financing to Deposit Ratio).
a) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri. Oleh karena itu, manajemen bank perlu memelihara FDR yang dapat
23
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta:Rajawali Pers, 2014), hal. 129
24 Dwi Nur‟aini Ihsan,
Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 105
(36)
meningkatkan kesehatan bank.25
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Rasio LDR atau FDR
Peringkat Kriteria Keterangan
1 50<Rasio < 75% Rendah
2 75% <Rasio< 85% Cukup
3 85% <Rasio< 100% Sedang
4 100% <Rasio<
120%
Tinggi
5 Rasio > 120% Sangat Tinggi
Sumber: Bank Indonesia.
b) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional., semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien
25
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hal. 344
FDR = Total Pembiayaan x 100%
(37)
dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.26
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan dalam melakukan kegiatan operasinya. 27
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Rasio BOPO
Peringkat Kriteria Keterangan
1 BOPO ≤ 83% Sangat Rendah
2 83% < BOPO ≤ 85% Cukup Rendah
3 85% < BOPO ≤ 87% Rendah
4 87% < BOPO ≤ 89% Cukup Tinggi
5 BOPO > 89% Tinggi
Sumber: Bank Indonesia.
26
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2006), hal.159
27
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hal. 24
BOPO = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional
(38)
D. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan.28
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning berfore tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan.
Semakin tinggi NPF maka semakin buruk kualitas aktiva produktif bank tersebut yang akan mempengaruhi biaya dan permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban dan harus mengeluarkan biaya untuk memenuhi PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produk) yang terbentuk. Bila ini terus menerus terjadi maka modal bank akan tersedot untuk PPAP sehingga menurunkan nilai profitabilitas bank.29
a. Net Operating Margin (NOM)
Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional
28
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal. 196
29 Ahmad Azmy, “
Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan BOPO terhadap ROA Perbankan Syariah di Indonesia,” (Jurnal GICI Vol.4 No.3 ISSN 2088-1312 Tema: Analisis Bisnis Model dalam Kajian Dampak Resiprokal Universitas Tanri Abeng, 2014)
(39)
dengan rata-rata aktiva produktif. 30
NOM = (PO-DBH) – BO x 100%
Rata-rata Aktiva Produktif Keterangan :
PO : Pendapatan operasional adalah pendapatan
operasional setelah distribusi bagi hasil dalam dua belas bulan terakhir.
DBH : Distribusi Bagi Hasil adalah hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer.
BO : Biaya operasional adalah beban operasional
termasuk kekurangan PPAP (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif) yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan dalam dua belas bulan terakhir.
Tabel 2.4
Kriteria Penilaian NOM
Peringkat Kriteria Keterangan
1 NOM > 3% Tinggi
2 2% < NOM ≤ 3% Cukup
3 1,5% < NOM ≤ 2% Rendah
30 Dwi Nur‟aini Ihsan,
Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Tangerang Selatan: UIN JAKARTA PRESS, 2013), hal. 101
(40)
4 1% < NOM ≤ 1,5% Cukup
5 NOM ≤ 1% Sangat
Sumber: Bank Indonesia. b. Return on Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relative dibandingkan dengan total assetnya atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset perusahaan.31
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik pula posisi dari segi penggunaan aset. 32
Tabel 2.5
Kriteria Penilaian Rasio ROA
Peringkat Kriteria Keterangan
1 ROA > 1,5% Sangat Tinggi
2 1,25% < ROA ≤ 1,5% Tinggi
31 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “
Pengaruh Internal Capital Adequency Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia,” (Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 14 No 1 Universitas Airlangga Surabaya, 2016)
32
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hal. 243
ROA = Laba Bersih x 100%
(41)
3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Tinggi
4 0% < ROA ≤ 0,5% Rendah
5 ROA ≤ 0% Sangat Rendah
Sumber : Bank Indonesia.
E. Inflasi
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut:33
Tingkat hargat– tingkat hargat-1 x 100 = Rate of Inflation
Tingkat hargat-1
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
33
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT. Rajawali Press,2015), hal.136
(42)
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah.
d. Mengarahkan inflasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Dampak inflasi lebih lanjut akan menyebabkan tingginya risiko default. Risiko ini akan meningkatkan Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah. Jika pembiayaannya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak debitor mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah (risk sharing). Jika jenis pembiayaannya adalah akad jual beli (murabahah) maka tingginya inflasi dapat membuat produk pembiayaan syariah secara umum menjadi relatif lebih mahal.34
F. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Sumber dana yang ada dapat diperoleh dari sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat luas atau lembaga keuangan lainnya.35 Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas disebabkan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana pihak ketiga ini disamping mudah untuk dicari, persyaratan
34 Saekhu, “
Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Pembiayaan Bank Syariah, Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia” (Jurnal Economica Vol. IV / Edisi 1 / Mei 2015), hal. 105
35
(43)
untuk mencarinya pun tidak sulit. Secara umum, kegiatan penghimpunan dana ini dibagi kedalam tiga jenis, yaitu simpanan giro, tabungan, dan deposit.
Pertumbuhan DPK sangat berpengaruh terhadap tingkat likuidasi bank. Apabila terjadi penurunan, maka penurunan (pertumbuhan) DPK ini akan mengurangi kemampuan bank syariah dalam mengelola likuiditasnya untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang tinggi akan lebih memudahkan bank dalam memberikan pembiayaan, namun bila pembiayaan yang diberikan terlalu berlebihan maka lebih memungkinkan tingkat NPF menjadi tinggi.
G. Review Studi Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan NPF, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, tingkat inflasi dan dana pihak ketiga pada perbankan syariah menemukan hasil penelitian yang beragam. Adapun beberapa penelitian yang berhasil penulis dapatkan dalam membahas variabel-variabel penelitian tersebut ialah sebagai berikut :
No Nama Penulis /
Judul / Tahun Substansi
Perbedaan dengan Penulis 1. Rahmat Abdillah,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada
Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit
(44)
Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2008-2015, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
Data yang digunakan yakni data kuartal dari tahun 2008-2015. Objeknya ialah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah.
Hasil yang diperoleh ialah pertama, pada faktor
profitabilitas (ROA). Quick rasio dan BOPO berpengaruh signifikan negatif , sedangkan CAR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. Kedua, pada faktor likuiditas (Quick Rasio). CAR berpengaruh signifikan positif, BOPO berpengaruh signifikan negatif, dan NPF tidak adanya pengaruh terhadap Quick Rasio.
Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}), Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan UUS dari periode 2013- 2015. 2. Irman Firmansyah,
Determinant of Non Performing Loan : The Case of Islamic Bank in Indonesia, Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan Vol. 17 Nomor 2, Oktober 2014,
Bank Indonesia 2014.
Menggunakan dua metode. Pertama, analisis regresi berganda (OLS). Kedua, dengan menggunakan analisis jalur.
Data yang digunakan adalah laporan bulanan periode 2010-2012 BPRS di Indonesia.
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
(45)
Hasil yang didapat pada analisis regresi linier berganda (OLS) yaitu, pertama, variabel GDP dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF,
sedangkan variabel likuiditas yang diproksikan dengan FDR berpengaruh positif dan
Variabel BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap NPF. Sedangkan hasil pada analisis jalur, variabel likuiditas (FDR) tidak memediasi pengaruh ukuran bank, BOPO, GDP, dan Inflasi terhadap NPF.
berganda. Sedangkan untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}), Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan UUS dari periode 2013- 2015.
3. Gantiah
Wuryandani, Ramlan Ginting, dkk., Pengelolaan Dana dan
Likuiditas Bank, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia 2014.
Penelitian ini menganalisa pengaruh perilaku perbankan dalam penghimpunan dan penempatan dana terhadap kondisi likuiditas mereka. Dan juga mengidentifikasi
determinan yang
mempengaruhi likuiditas bank, serta menganalisis keterkaitan kebijakan moneter dengan perilaku pengelolaan likuiditas bank
Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan moneter dan pasar keuangan seperti GWM, suku bunga PUAB, dan FSI
(financial stability index) lebih berpengaruh pada likuiditas precautionary bank kecil.
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}),
(46)
Sedangkan sistem keuangan dan kondisi makroekonomi seperti FSI, dan PDB mempengaruhi penetapan likuiditas involuntary bank kecil.
Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan UUS dari periode 2013- 2015.
4. Kartika Wahyu
Sukarno dan Muhamad Syaichu, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di
Indonesia, Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi Vol. 3, No.2, Juli, Tahun 2006,
http://ejournal.undi p.ac.id/index.php/s mo, Universitas Diponegoro.
Metode yang digunakan analisis regresi berganda.
Data yang digunakan laporan keuangan tahunan periode 2001-2005 bank umum di Indonesia. Bank tersebut terdiri dari 4 Bank persero, 27 Bank swasta nasional devisa, dan 28 bank swasta nasional non devisa.
Diperoleh hasil penelitian bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. NPL
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA, DER berpengaruh negatif tidak signifikan, dan BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}), Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan
(47)
UUS dari periode 2013- 2015. 5. Saekhu, Pengaruh
Inflasi terhadap Kinerja
Pembiayaan Bank Syariah, Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, UIN Walisongo Semarang, Jurnal Economica Vol. IV / Edisi 1 / Mei 2015.
Metode yang digunakan adalah Vector Autoregression (VAR).
Data yang digunakan ialah data bulanan perbankan syariah dari September 2006 hingga
September 2014. Variabel Y ialah Inflasi, sedangkan Variabel X diantaranya FDR, NPF, VPUAS, dan OSWBI.
Hasil yang didapat ialah Inflasi berpengaruh positif terhadap semua variabel X. Meskipun demikian, pengaruhnya sangat kecil, tidak signifikan, dan hanya berlangsung dalam jangka pendek saja.
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}), Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan UUS dari periode 2013- 2015.
6. Ningsukma Hakiim
dan Haqiqi Rafsanjani,
Pengaruh Internal Capital Adequency
Metode yang digunakan OLS analisis regresi linier berganda.
Data yang digunakan adalah
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit
(48)
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia, Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM) Vol. 14/ No.1/ 2016 Terindeks dalam Google Scholar, Sekolah
Pacasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
data bulanan dari tahun 2010-2013.
Hasil yang didapat adalah Variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. FDR
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Variabel ROA.
Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}), Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan UUS dari periode 2013- 2015. 7. Puri Hukmi Lestari,
Pengaruh BOPO, FDR, dan NPF terhadap Net Operating Margin (NOM) Perbankan Syariah di
Indonesia, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Metode yang digunakan ialah Ordinary Least Square (OLS) dengan program Eviews 6.0.
Data digunakan yakni data runtut bulanan perbankan syariah periode 2010-2013.
Hasil yang didapatkan ialah BOPO dan NPF tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif tehadap
Sampel yang digunakan dalam penelitian penulis adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Metode yang digunakan penulis ialah dengan analisis regresi linier
(49)
NOM, sedangkan FDR tidak berpengaruh namun memiliki hubungan positif terhdapa NOM. Pada uji simultan, seluruh variabel X berpengaruh terhadap variabel Y.
untuk variabel Y (NPF) dan Variabel X (Rasio Likuiditas { FDR (X1) , BOPO (X2)}), (Rasio
Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4)}), Inflasi (X5) dan DPK (X6).
Penulis meneliti berdasarkan laporan keuangan bulanan gabungan BUS dan UUS dari periode 2013- 2015.
H.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran memuat hubungan antar variabel berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu.
1. Pengaruh FDR terhadap NPF.
Firmansyah (2014) menemukan bahwa FDR berpengaruh positif terhadap NPF. Dalam dunia perbankan syariah likuiditas diukur dengan Finance to Deposit Ratio sedangkan pada perbankan konvensional yaitu Loan to Deposit Ratio. FDR merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah yang mana dalam penyaluran pembiayaan tersebut dana yang digunakan ialah dari dana yang
(50)
dihimpun oleh bank terutama dari dana pihak ketiga atau dana dari masyarakat luas. FDR yang melampaui standar ketentuan BI akan mengindikasikan bahwa bank tersebut belum bisa menghimpun dana pihak ketiga yang cukup untuk menyalurkan pembiayaan. Jika kondisi bank syariah lebih likuid maka cenderung bank syariah lebih fleksibel dalam menyalurkan pembiayaan meskipun tingkat kemacetan sedang meningkat. Biasanya bank syariah lebih giat menangani pembiayaan bermasalah jika kondisi likuiditas sedang kurang baik.
2. Pengaruh BOPO terhadap NPF.
BOPO merupakan rasio biaya operasional yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan Operasional pada suatu bank. Apabila rasio BOPO terlalu tinggi atau sama dengan pendapatan operasional maka bank tersebut tidak akan mendapatkan keuntungan. Dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah hal yang perlu dilakukan oleh bank ialah dengan meningkatkan pendapatan daripada biaya yang dikeluarkan. Rasio BOPO yang rendah dan tingkat NPF yang rendah pula maka akan mengindikasikan bahwa manajemen pembiayaan bank syariah mampu bekerja secara optimal.
3. Pengaruh NOM terhadap NPF.
Lestari (2013) menemukan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap NOM. NOM ditentukan oleh banyaknya pendapatan operasional dari pembiayaan dikurangi dana bagi hasil. Jika pembiayaan disuatu bank banyak yang bermasalah, hal tersebut
(51)
menyebabkan cicilan margin maupun bagi hasil yang diterima bank akan berkurang sehingga menyebabkan pendapatan operasional terhambat dan pada akhirnya memperkecil NOM.
4. Pengaruh ROA terhadap NPF.
Semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA, yang menunjukan kinerja keuangan bank yang menurun. ROA yang turun akan mengindikasikan bahwa manajemen pembiayaan bank tersebut tidak secara optimal dalam mengelola pembiayaan yang mengakibatkan pengembalian atas aset bank yang digunakan untuk pembiayaan menurun.
5. Pengaruh Inflasi terhadap NPF.
Dampak inflasi menyebabkan tingginya risiko default. Saekhu (2015) menemukan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajemen pembiayaan bank syariah dalam hal ini FDR dan NPF. Jika pembiayaannya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak debitur mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah (risk sharing). Jika jenis pembiayaannya adalah akad jual beli (murabahah) maka tingginya inflasi dapat membuat produk pembiayaan syariah secara umum menjadi relatif lebih mahal. b. Pengaruh DPK terhadap NPF.
Dana pihak ketiga merupakan salah satu sumber dana untuk pembiayaan di bank. Dari dana pihak ketiga tersebut, bank dapat mengelolanya hingga memperoleh pendapatan. DPK yang tinggi akan
(52)
lebih memudahkan bank dalam memberikan pembiayaan, namun bila pembiayaan yang diberikan terlalu berlebihan maka lebih memungkinkan tingkat NPF menjadi tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, hubungan antar variabel yang telah dijelaskan dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran dibawah ini :
H1 H2 H3 H4 H5 H6
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
I. Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji, untuk itu fungsi hipotesis sebagai cara untuk menguji kebenaran. Jika
X1 : Financing to Deposit Ratio (FDR)
X1 : Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO Net Performing Financing
(NPF) Y
X3 : Net Operating Margin (NOM)
X4 : Return On Asset (ROA)
X5 : Inflasi
(53)
hipotesis sudah dilakukan pengujian dan terbukti kebenarannya, maka hipotesis tersebut menjadi sebuah teori.36
Oleh karena hipotesis itu merupakan suatu anggapan sementara yang masih harus diuji kebenarannya, maka penulis membuat hipotesisnya seperti di bawah ini:
Hipotesis 1
H0 : FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
H1 : FDR berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
Hipotesis 2
H0 : BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
H1 : BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
Hipotesis 3
H0 : NOM tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
H1 :NOM berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS
36
Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), Edisi Revisi, hal. 31.
(54)
di Indonesia. Hipotesis 4
H0 : ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
H1 : ROA berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
Hipotesis 5
H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
H1 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
Hipotesis 6
H0 : DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
H1 : DPK berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di Indonesia.
(55)
J.
Paradigma Penelitian
Gambar 2.2
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi, dan DPK
terhadap NPF
Variabel Y NPF (Y)
Variabel X
Rasio Likuiditas { FDR (X1), BOPO (X2) }
Rasio Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4) }
Inflasi (X5)
DPK (X6)
Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinearitas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi
Uji Signifikansi
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) b. Uji F
c. Uji t
Interpretasi Model dan Hipotesis
(56)
44
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jika ingin melakukan sebuah penelitian menggunakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yang umum. Data penelitian yang akan diolah menggunakan ilmu tersebut membutuhkan cara-cara atau metode- metode yang disebut metode penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data variabel NPF, serta data variabel likuiditas, profitabilitas, inflasi dan DPK bank syariah yang bersumber dari laporan keuangan bank umum syariah dan unit usaha syariah pada Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi data yang dapat disimpulkan. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan data tersebut dapat menghasilkan sebuah informasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-
(57)
variabel penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistika dan permodalan matematis.37
Penelitian ini memakai pendekatan statistik inferensial parametrik, artinya didasarkan pada asumsi bahwa data yang diambil mempunyai distribusi normal dan jenis data yang digunakan interval atau rasio.38
B. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series. Serangkaian kegiatan untuk memperoleh data sekunder untuk kelengkapan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu pengumpulan data yang bersumber pada literatur seperti dari buku- buku, jurnal, dan sumber informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dan dapat menunjang materi agar relevan dengan penelitian ini.
2. Penelitian Internet (Internet Research) yaitu pengumpulan data yang bersumber dari Laporan Keuangan Bulanan Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dipublikasikan oleh OJK pada Statistik Perbankan Syariah yang dapat diakses di www.ojk.go.id dan data inflasi pada www.bi.go.id . Data penelitian yang digunakan adalah data bulanan dengan rentang waktu yang dijadikan analisis adalah Periode 2013-2015. Data tersebut ialah NPF, FDR, BOPO,
37
Efferin Sujoko, dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan Praktis (Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004), hal.34.
38
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hal. 4.
(58)
NOM, ROA, DPK, dan Inflasi.
C. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini yaitu besarnya rasio pembiayaan bermasalah dengan menggunakan data NPF (Non Performing Financing).
b. Variabel Independen
Variabel bebas atau variabel independen pada penelitian ini adalah :
X1 (Rasio Likuiditas) : FDR X2 (Rasio Likuiditas) : BOPO X3 (Rasio Profitabilitas) : NOM X4 (Rasio Profitabilitas) : ROA
X5 : Inflasi
X6 : DPK
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program Eviews 8.0. Analisa data yang
(59)
digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Apabila dinyatakan dalam persamaan matematika, model regresi linier berganda untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + ℮ Keterangan :
Y = Non Performing Financing (NPF) X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR)
X2 = Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) X3 = Net Operating Margin (NOM)
X4 = Return on Asset (ROA) X5 = Inflasi
X6 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
℮ = error
Regresi linier berganda harus memenuhi asumsi-asumsi yang ditetapkan agar menghasilkan nilai-nilai koefisien sebagai penduga yang tidak bias. Pelanggaran asumsi-asumsi tersebut dapat dideteksi dengan cara melakukan uji asumsi klasik.
(60)
E. Metode Estimasi Model Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil regresi yang bisa dipertanggungjawabkan , mempunyai hasil yang tidak bias atau disebut Best Linier Unbiassed Estimator (BLUE). a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model , variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk uji normalitas penulis menggunakan metode Jarque-Bera menggunakan software Eviews 8.0. Model dianggap berdistribusi normal bila probabilitas Jarque-Bera hitung lebih besar dari 0,05.39 b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolinearitas ialah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolonieritas antara variabel bebas dalam regresi.
39
Suherman dkk., “Pengaruh Kinerja Perusahaan, Kepemilikan Institusi, dan Komisaris Independen terhadap Total Kompensasi: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 Tahun 2009–2012” (Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 13 No 3, 2015 Terindeks dalam Google Scholar: TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241)
(61)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas ialah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, uji statistik yang dapat digunakan ialah Uji Glejser, Uji Park, atau Uji White. Pada penelitian ini, penulis
menguji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi model regresi linier berganda dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson
(DW). Nilai statistik DW akan bernilai 2 jika tidak terdapat
autokolerasi, bernilai 0 jika terdapat autokolerasi positif, dan
bernilai 4 jika terdapat autokolerasi negatif. Keputusan ada
tidaknya autokolerasi dilakukan dengan menetapkan nilai batas
bawah (dL) dan batas atas (dU), kemudian mengikuti ketentuan sebagai berikut:40
a) Bila DW < dL, maka terdapat autokolerasi positif;
40 Raden David Febrimanato, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
(62)
b) Bila dL< DW < dU, maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokolerasi atau tidak;
c) Bila dU< DW <(4-dU), maka tidak terdapat autokolerasi;
d) Bila (4-dU) < DW < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokolerasi atau tidak; dan
e) Bila DW > (4-dL), maka terdapat autokolerasi negatif.
Selain uji Durbin Watson, dapat dilakukan juga dengan uji Breusch Godfrey LM. Pada uji ini, apabila nilai probabilitas lebih besar dari nilai α = 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Namun jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut terkena gejala autokorelasi.41 Pada penelitian ini penulis menggunakan uji Breusch Godfrey LM untuk mendeteksi gejala autokorelasi.
F. Pengujian Hipotesis
a. Uji t (Uji Signifikansi Parameter Individual)
Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel (nilai kritis) sesuai dengan signifikan yang digunakan.
41
Dedi Rosadi, Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews (Yogyakarta: Andi Offset, 2012), hal. 71
(63)
a. t hitung < t table : variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadapa variabel dependen. b. t hitung > t table : variabel independen secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.
b. Uji F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji F bertujuan untuk menguji semua variabel-variabel secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas (dependent variable). Uji keseluruhan koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut42:
1) Menentukan Hipotesis
H0 : β = 0, Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
H1 : β ≠ 0, Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Menentukan tingkat signifikan
Tingkat signifikan pada pengujian ini adalah 5% artinya resiko kesalahan mengambil keputusan 5%.
42 Sherty Junita, “
Pengaruh KAP, BOPO, dan FDR terhadap NOM Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014” (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)
(64)
3) Pengambilan keputusan
Uji F statistik ini menentukan model linier berganda dapat digunakan atau tidak sebagai model analisis. Dengan menggunakan kriteria ini, jika H0 ditolak maka model dapat digunakan karena, baik besaran maupun tanda (+/-) koefisien regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan variabel terikat akibat perubahan variabel bebas. Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan berikut.
a. F hitung < F table : variable independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variable dependen. b. F hitung > F table : variable independen secara simultan
berpengaruh terhadap variable dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji R2 merupakan koefisien yang menjelaskan seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
secara bersama-sama. Nilai R
2
terletak antara 0 dan 1, sehingga semakin besar nilai R2 menunjukkan bahwa semakin baik model dapat menjelaskan variabel dependen.43
43 Raden David Febrimanato, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
(1)
(2)
LAMPIRAN
Lampiran 1
: Data Bulanan NPF, FDR, BOPO, ROA, INFLASI, DPK dan NOM
pada BUS dan UUS di Indonesia Periode 2013-2015.
Tahun / Bulan
NPF
FDR
BOPO
ROA
INFLASI
DPK
NOM
2013
Januari
2,49
100,63
70,43
2,52
4,57
14,87
0,14
Februari
2,72
102,17
72,06
2,29
5,31
15,08
0,24
Maret
2,75
102,62
72,95
2,39
5,9
15,69
0,29
April
2,85
103,08
73,95
2,29
5,57
15,85
0,37
Mei
2,92
102,08
76,87
2,07
5,47
16,38
0,49
Juni
2,64
104,43
76,18
2,1
5,9
16,39
0,44
Juli
2,75
104,83
76,13
2,02
8,61
16,64
0,47
Agustus
3,01
102,53
77,87
2,01
8,79
17,02
0,44
September
2,8
103,27
77,98
2,04
8,4
17,17
0,08
Oktober
2,96
103,03
79,06
1,94
8,32
17,4
0,03
November
3,08
102,58
78,59
1,96
8,37
17,63
0,18
Desember
2,62
100,32
78,21
2
8,38
18,35
0,29
2014
Januari
3,01
100,07
80,05
0,08
8,22
17,79
0,09
Februari
3,53
102,03
83,77
0,13
7,75
17,81
0,02
Maret
3,22
102,22
91,9
1,16
7,32
18,09
1,59
April
3,49
95,5
84,5
1,09
7,25
18,55
0,05
Mei
4,02
99,43
76,49
1,13
7,32
19,08
0,45
Juni
3,9
100,8
71,76
1,12
6,7
19,15
0,85
Juli
4,3
99,89
79,8
1,05
4,53
19,43
0,99
Agustus
4,58
98,99
81,2
0,93
3,99
19,59
0,53
September
4,67
99,71
82,39
0,97
4,53
19,71
0,21
Oktober
4,75
98,99
75,61
0,92
4,83
20,71
0,55
November
4,86
94,62
93,5
0,87
6,23
20,96
0,21
Desember
4,33
91,5
79,28
0,8
8,36
21,78
0,05
2015
Januari
4,87
93,6
92,54
1,15
6,96
21,07
0,25
Februari
5,1
93,94
91,65
1,07
6,29
21,02
1,74
Maret
4,81
94,24
92,78
1,13
6,38
21,29
0,6
April
4,62
94,18
93,79
1,08
6,79
21,39
0,56
Mei
4,76
94,69
93,53
1,09
7,15
21,53
0,96
Juni
4,73
96,52
94,22
0,89
7,26
21,37
1,05
Juli
4,73
95,28
81,01
0,52
7,26
21,61
1,24
(3)
September
4,73
95,39
78,87
0,69
6,83
21,93
1,58
Oktober
4,73
95,13
78,49
0,78
6,25
21,95
1,8
November
4,73
95,24
79,41
0,85
4,89
22,06
1,98
Desember
4,73
92,57
80,72
0,78
3,35
21,32
1,94
Lampiran 2
: Hasil
Output
Eviews 8.0
Uji Normalitas
0 2 4 6 8 10
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
Series: Residuals Sample 2013M01 2015M12 Observations 36
Mean 9.38e-16 Median 0.020507 Maximum 0.520813
Minimum -0.627818
Std. Dev. 0.213271 Skewness -0.412052 Kurtosis 4.132990 Jarque-Bera 2.944219 Probability 0.229441
Lampiran 3
: Hasil
Output Eviews 8.0
Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors Date: 07/26/16 Time: 14:09 Sample: 2013M01 2015M12 Included observations: 36
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 9.396606 6162.259 NA
FDR 0.000510 3260.262 4.829999
BOPO 5.25E-05 229.5111 1.658579
NOM 0.007667 4.063738 1.800921
ROA 0.008833 12.11643 2.451539
INFLASI 0.000947 28.23390 1.261170
(4)
Lampiran 4
: Hasil
Output Eviews 8.0
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic 0.876619 Prob. F(6,29) 0.5241
Obs*R-squared 5.526890 Prob. Chi-Square(6) 0.4782
Scaled explained SS 5.569589 Prob. Chi-Square(6) 0.4731
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 07/26/16 Time: 14:12 Sample: 2013M01 2015M12 Included observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.134166 1.901502 1.122358 0.2709
FDR -0.015259 0.014009 -1.089285 0.2850
BOPO -0.000417 0.004495 -0.092843 0.9267
NOM 0.103012 0.054317 1.896500 0.0679
ROA 0.005285 0.058301 0.090645 0.9284
INFLASI 0.032442 0.019092 1.699212 0.1000
DPK -0.038081 0.030743 -1.238677 0.2254
R-squared 0.153525 Mean dependent var 0.155303
Adjusted R-squared -0.021608 S.D. dependent var 0.143792
S.E. of regression 0.145338 Akaike info criterion -0.846849
Sum squared resid 0.612568 Schwarz criterion -0.538943
Log likelihood 22.24328 Hannan-Quinn criter. -0.739381
F-statistic 0.876619 Durbin-Watson stat 1.984080
(5)
Lampiran 5
: Hasil
Output Eviews 8.0
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.447952 Prob. F(6,23) 0.0560
Obs*R-squared 14.02997 Prob. Chi-Square(6) 0.0293
Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/26/16 Time: 14:14 Sample: 2013M01 2015M12 Included observations: 36
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.895709 3.510404 -0.255158 0.8009
FDR 0.004760 0.023675 0.201051 0.8424
BOPO 0.002992 0.006623 0.451729 0.6557
NOM -0.013486 0.088676 -0.152079 0.8805
ROA 0.033094 0.142555 0.232152 0.8185
INFLASI -0.015228 0.034517 -0.441163 0.6632
DPK 0.013308 0.070064 0.189935 0.8510
RESID(-1) 0.557867 0.265955 2.097599 0.0471
RESID(-2) -0.771368 0.283196 -2.723792 0.0121
RESID(-3) 0.562958 0.297606 1.891620 0.0712
RESID(-4) -0.604235 0.289843 -2.084699 0.0484
RESID(-5) 0.249981 0.247882 1.008465 0.3237
RESID(-6) -0.046539 0.236624 -0.196679 0.8458
R-squared 0.389721 Mean dependent var 9.38E-16
Adjusted R-squared 0.071315 S.D. dependent var 0.213271
S.E. of regression 0.205526 Akaike info criterion -0.052295
Sum squared resid 0.971538 Schwarz criterion 0.519531
Log likelihood 13.94131 Hannan-Quinn criter. 0.147288
F-statistic 1.223976 Durbin-Watson stat 2.003639
(6)
Lampiran 6
: Hasil
Output Eviews 8.0
Analisis Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: NPF Method: Least Squares Date: 07/26/16 Time: 14:16 Sample: 2013M01 2015M12 Included observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.817457 3.065388 -1.571565 0.1269
FDR 0.017447 0.022583 0.772585 0.4460
BOPO 0.015660 0.007247 2.160980 0.0391
NOM -0.121415 0.087564 -1.386590 0.1761
ROA -0.073062 0.093986 -0.777370 0.4432
INFLASI -0.173234 0.030779 -5.628422 0.0000
DPK 0.366387 0.049561 7.392619 0.0000
R-squared 0.944644 Mean dependent var 3.875556
Adjusted R-squared 0.933191 S.D. dependent var 0.906461
S.E. of regression 0.234297 Akaike info criterion 0.108212
Sum squared resid 1.591958 Schwarz criterion 0.416118
Log likelihood 5.052189 Hannan-Quinn criter. 0.215679
F-statistic 82.48013 Durbin-Watson stat 1.511505
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 7
: Hasil Analisis Statistik Deskriptif
NPF FDR BOPO NOM ROA INFLASI DPK
Mean 3.875556 98.65917 81.33750 0.670833 1.291667 6.589167 19.14694
Median 4.160000 99.57000 79.34500 0.460000 1.090000 6.810000 19.29000
Maximum 5.100000 104.8300 94.22000 1.980000 2.520000 8.790000 22.06000
Minimum 2.490000 91.50000 70.43000 0.020000 0.080000 3.350000 14.87000
Std. Dev. 0.906461 3.854108 7.037998 0.606952 0.659764 1.445014 2.270758
Skewness -0.206609 -0.145665 0.670479 0.898879 0.311478 -0.364045 -0.289646
Kurtosis 1.310261 1.636566 2.327520 2.495554 2.025337 2.240316 1.733837
Jarque-Bera 4.538952 2.915738 3.375595 5.229601 2.007063 1.660849 2.908123
Probability 0.103366 0.232732 0.184926 0.073182 0.366583 0.435864 0.233620
Sum 139.5200 3551.730 2928.150 24.15000 46.50000 237.2100 689.2900
Sum Sq.
Dev. 28.75849 519.8951 1733.669 12.89368 15.23510 73.08227 180.4720
Observation