Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya Makmur
PEMODELAN SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN ALAM DI
PT SUKA JAYA MAKMUR KALIMANTAN BARAT
ADISTHI FEBRIANTY
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Pemodelan
Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya Makmur adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Adisthi Febrianty
NIM E14100083
ABSTRAK
ADISTHI FEBRIANTY. Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di
PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Dibimbing oleh BUDI KUNCAHYO.
Hasil hutan terdiri dari hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, dan jasa
lingkungan. Saat ini, pemanfaatan sumber daya hutan di PT Suka Jaya Makmur hanya
terfokus pada pemanfaatan kayu, padahal hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu
hasil hutan yang berpotensial dalam meningkatkan pendapatan perusahaan maupun
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Tujuan penelitian ini adalah membuat model
simulasi pengelolaan hasil hutan kayu dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
untuk memprediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat dengan berbagai
skenario pengelolaan hasil hutan. Pemodelan simulasi dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan pemodelan sistem. Pemodelan sistem menggunakan
komponen yang kompleks dari dunia nyata kemudian disederhanakan, sehingga dapat
dimodelkan untuk tujuan tertentu. Berdasarkan hasil simulasi, skenario pemodelan
terbaik yaitu skenario 3 karena menghasilkan pendapatan yang paling besar. Skenario
3 perusahaan mengelola hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu serta masyarakat
sebagai pekerja. Pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan sampai akhir masa
konsesi pada tahun 2054, jika mengelola hasil hutan kayu dan bukan kayu sebesar Rp
447 614 560 712 sedangkan pendapatan masyarakat sebesar Rp 180 852 937 dengan
pendapatan rata-rata/ KK sebesar Rp 10 114 117/tahun.
Kata kunci: hasil hutan bukan kayu, model simulasi, pendapatan
ABSTRACT
ADISTHI FEBRIANTY. Simulation Modeling of Natural Forest Management in
PT Suka Jaya Makmur West Kalimantan. Supervised by BUDI KUNCAHYO.
Forest product is consists of timber, non-timber forest products and
environmental services. Currently, utilization of forest resources in the PT Suka
Jaya Makmur is only focusing on timber utilization, while the non-timber forest
products is one of potential forest product that increase company's revenue and the
welfare of community around forest. The purpose of this research is to make
simulation model of timber product management and non-timber forest product
utilization is not the time to predict the revenue of company and community with a
variety of forest management scenarios. Simulation modeling in this study is using
system modeling approach. System modeling is using complex component from the
real world and it is simplified so that it can be modeled for a particular purpose.
Based on the simulation results, the best scenario is scenario modeling 3 because it
produces the greatest revenue. Scenario 3 about the company is managing timber
and non-timber forest products as well as a community as worker. Income is earned
by the company until the end of the concession period in 2054 if managing timber
and non-timber is Rp 447 614 560 712 while the community revenue is Rp 180 852
937 with the average income/family is Rp 10 114 117/year.
Keywords: non-timber forest products, simulation models, revenue
PEMODELAN SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN ALAM DI
PT SUKA JAYA MAKMUR KALIMANTAN BARAT
ADISTHI FEBRIANTY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya
Makmur
Nama
: Adisthi Febrianty
NIM
: E14100083
Disetujui oleh
Dr Ir Budi Kuncahyo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya
Makmur. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budi Kuncahyo, MS selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama
pembuatan Skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT Suka
Jaya Makmur yang berkenan memberikan izin dan bantuannya kepada penulis
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada
orang tua dan keluarga atas dukungan dan kasih sayangnya. Selain itu,
ungkapkan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Manajemen
Hutan 47 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Skripsi ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.
Bogor, November 2014
Adisthi Febrianty
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Hasil Hutan Bukan Kayu
2
Model Simulasi
2
METODE
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Alat dan Bahan
4
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Presentasi Model Konseptual
7
Evaluasi Model
14
Penggunaan Model
17
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL
1 Jumlah pohon per ha pada awal pengukuran kelompok
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae
2 Perbandingan struktur tegakan hasil proyeksi dengan
3 kondisi sebenarnya di lapangan
4 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan
skenario 1
5 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan
skenario 2
6 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan
skenario 3
8
15
17
17
18
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Konseptualisasi submodel alokasi lahan
Konseptualisasi submodel dinamika struktur tegakan
Konseptualisasi submodel dinamika tegakan total
Konseptualisasi submodel rotan
Konseptualisasi submodel getah karet
Konseptualisasi submodel tengkawang
Konseptualisasi submodel madu hutan
Konseptualisasi submodel pendapatan
Dinamika tegakan 50 cm jika ingrowth bernilai nol
Dinamika tegakan 50 cm jika upgrowth bernilai nol
Dinamika tegakan 50 cm jika mortality bernilai nol
7
9
9
10
11
12
13
14
16
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Konseptualisasi model
2 Persamaan model
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang harus dikelola
dan dimanfaatkan secara optimal. Pada saat ini pemanfaatan sumber daya hutan
masih terkesan tunggal karena hanya terfokus pada pemanfaatan kayu, sedangkan
hasil hutan bukan kayu (HHBK) terbuang percuma pada saat eksploitasi kayu
(Wollenberg 1998).
Potensi HHBK yang ada di hutan sangat melimpah tetapi kondisi ini tidak
dimanfaatkan dengan optimal. HHBK merupakan salah satu hasil hutan yang
memiliki keunggulan komperatif karena bersinggungan langsung dengan
masyarakat, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat
karena dapat meningkatkan pendapatannya. Pemanfaatan hasil hutan secara optimal
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dan
perusahaan itu sendiri tanpa melupakan kelestarian ekologi dan sosialnya.
Pengelolaan hutan tidak hanya berkaitan dengan penebangan saja tetapi
berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sehingga perlu disusun
skenario yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut. Salah satunya dengan
mengembangkan potensi HHBK yang ada di dalam hutan. Oleh karena itu pada
penelitian ini dilakukan pemodelan sistem untuk simulasi pengelolaan hutan di PT
Suka Jaya Makmur dengan menggunakan beberapa skenario pengelolaan hutan
yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Perumusan Masalah
Masyarakat desa di sekitar hutan PT Suka Jaya Makmur merupakan
masyarakat yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Letak desa yang berbatasan langsung dengan hutan mendorong masyarakat desa
sekitar hutan untuk memanfaatkan sumber daya hutan berupa HHBK dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemanfaatan HHBK yang dilakukan oleh
masyarakat desa sekitar hutan ini diharapkan memberikan dampak yang baik untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan perusahaan secara optimal dengan
berbagai skenario pengelolaan hutan yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membuat model simulasi pengelolaan hutan alam
untuk memprediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat dengan berbagai
skenario pengelolaan hasil hutan.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam
pengelolaan hutan sehingga pengelolaan hutan dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial agar pengelolaan hutan
dilakukan dengan optimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Bukan Kayu
Berdasarkan Peraturan Menteri No. P35/Menhut-II/2007 hasil hutan bukan
kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk
turunan dan budi daya sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu)
yang dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibandingkan dengan
hasil hutan kayu yaitu tidak menimbulkan kerusakan besar terhadap hutan
dibandingkan dengan pemanfaatan kayu karena tidak dilakukan dengan menebang
pohon melainkan dengan cara yang ramah lingkungan yaitu penyadapan, pemetikan,
dan pemungutan. Teknologi yang digunakan sangat sederhana dan usaha
pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat, sehingga
HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya (Dephut 2009).
Selama ini paradigma yang berkembang bahwa HHBK tidak memiliki
prospek ekonomi yang besar dan munculnya jenis komoditi ini dalam perdagangan
juga tidak konsisten. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
kelangkaan sumber bahan baku, pola tata niaga komoditi yang sangat lemah dan
kurangnya pembinaan dari pemerintah sehingga terlambat mengantisipasi
perkembangan pengusahaan hutan karena hanya berorientasi pada kayu saja
(Sofyan 2000).
Model Simulasi
Model merupakan penyederhanaan dari dunia nyata yang mampu
menggambarkan struktur, interaksi elemen dan perilaku sesuai dengan sudut
pandang dan tujuan yang diinginkan (Purnomo 2012).
Soerianegara (1978) mengemukakan bahwa simulasi adalah eksperimentasi
yang menggunakan model dari suatu sistem. Simulasi dalam analisis sistem
meliputi tiga kegiatan sebagai berikut:
1. Membuat model yang menggambarkan keadaan sistem dan proses-proses
yang terjadi di dalamnya.
2. Eksperimentasi dengan melakukan percobaan-percobaan terhadap model
tersebut yang akan menghasilkan data eksperimen.
3
3. Menggunakan model dan data untuk menjawab pertanyaan atau
memecahkan persoalan mengenai sistem sebenarnya yang diteliti.
Menurut Purnomo (2012) pemodelan sistem terdiri dari beberapa tahapan,
sebagai berikut:
1. Identifikasi isu, tujuan dan batasan
2. Konseptual model
Pada tahap ini pemahaman terhadap sistem yang akan dimodelkan
dituangkan dalam sebuah konsep untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh tentang model yang akan dibuat. Tahap ini terdiri dari tiga
langkah, sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi semua komponen yang terlibat dalam pemodelan.
b. Pengelompokan komponen-komponen dalam beberapa kategori.
c. Mencari interelasinya antar komponen-komponen menggunakan ragam
metode seperti diagram kotak dan panah, sebab akibat, stok dan aliran,
case, kelas dan sekuens.
3. Spesifikasi model
Pada tahap ini dilakukan perumusan makna sebenarnya dari setiap
relasi yang ada dalam model konseptual. Jika pada model konseptual
hubungan dua komponen digambarkan dengan anak panah, maka pada
tahap spesifikasi model anak panah berupa persamaan numerik dengan
satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dipakai dalam keseluruhan
model juga harus ditetapkan.
4. Evaluasi model
Pada tahap ini dilakukan pengamatan kelogisan dengan dunia nyata.
Tahapan evaluasi model adalah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi kelogisan model.
b. Mengamati apakah perilaku model sesuai dengan harapan yang
digambarkan pada fase konseptualisasi model.
c. Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari
sistem atau dunia nyata. Uji sensitivitas bisa dilakukan untuk memahami
seberapa sensitif peubah mempengaruhi keluaran dari model. Uji
sensitivitas dilakukan dengan mengubah besaran peubah, kemudian
diamati dampaknya pada keluaran model.
5. Penggunaan model
Pada tahap ini merumuskan skenario atau alternatif kebijakan yang
lebih baik. Tahapan penggunaan model adalah sebagai berikut:
a. Membuat daftar dari semua skenario yang mungkin dapat dibuat dari
model yang dikembangkan.
b. Menganalisis hasil eksekusi tiap skenario yang dapat dipakai untuk
diterapkan sesuai dengan model yang dikembangkan.
c. Merumuskan skenario tersebut menjadi pilihan kebijakan jika
mempunyai kemampuan untuk itu.
4
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja IUPHHK-HA PT Suka Jaya
Makmur Alas Kusuma Group Kalimantan Barat pada bulan Maret-April 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer untuk mengolah
data yaitu Software Microsoft Office Excel 2010, Microsoft Word 2010, dan Stella
9.0.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa potensi
HHBK yang terdapat di areal kerja perusahaan dan data sekunder kondisi biofisik
hutan, data dinamika tegakan berdasarkan pengukuran pada petak ukur permanen
(PUP) tahun 1996/1997, kegiatan pengusahaan hutan, data laporan tahunan
perusahaan, rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja umum (RKU) tahun 2011,
dan laporan monitoring pembinaan masyarakat desa hutan (PMDH).
Prosedur Analisis Data
Menurut Purnomo (2012) pembuatan model sistem terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:
1.
Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Batasan model yang digunakan yaitu:
a.
Sub model alokasi lahan
1) Lahan produksi adalah sumber lahan yang diperuntukan untuk
keperluan produksi kayu.
2) Lahan ekologi adalah lahan yang diperuntukan untuk fungsi ekologi
seperti kawasan pelestarian plasma nutfah, sempadan sungai,
kawasan konservasi insitu, dan bufferzone.
3) Lahan sosial adalah sumber lahan yang diperuntukan untuk
keperluan sosial kemasyarakatan seperti pemukiman penduduk dan
pembangunan sarana dan prasarana.
b.
Sub model dinamika struktur tegakan
1) Struktur tegakan adalah jumlah pohon per hektar pada setiap kelas
diameter berdasarkan pengukuran berkala PUP.
2) Ingrowth (alih-tumbuh) adalah besarnya tambahan terhadap
banyaknya individu per hektar pada tahap pertumbuhan terendah
yaitu semai selama periode waktu tertentu. Menurut Labetubun
(2004) untuk Dipterocarpaceae persamaan ingrowth I = 11.8 0.275LBDS, sedangkan Non Dipterocarpaceae I = 15.9 –
5
2.
3.
0.324LBDS, dimana LBDS adalah luas bidang dasar tegakan
(m²/ha).
3) Upgrowth (tambah-tumbuh) adalah tambahan jumlah per hektar
pada fase pertumbuhan atau kelas diameter dari fase pertumbuhan
yang lebih rendah selama periode waktu tertentu. Menurut
Labetubun (2004) persamaan upgrowth Dipterocarpaceae b = 0.0184 – 0.000975LBDS + 0.00884D – 0.0002553D² +
0.00000266D², sedangkan Non Dipterocarpaceae b = -0.119 –
0.00054LBDS + 0.0186D – 0.000582D² + 0.000006D³, D adalah
diameter pohon (cm).
4) Mortality adalah banyaknya individu per hektar yang mati pada
setiap fase pertumbuhan atau kelas diameter selama periode waktu
tertentu. Menurut Labetubun (2004) persamaan mortality
Dipterocarpaceae m = -0.06239 + 0.007659D – 0.0002158D² +
0.00000198D³ dan Non Dipterocarpaceae m = -0,04735 +
0.006734D – 0.000211D² + 0.00000222D², D adalah diameter
pohon (cm).
c.
Pemanfaatan HHBK
HHBK adalah hasil hutan selain kayu yang memberikan
kontribusi terhadap pendapatan masyarakat seperti rotan, karet,
tengkawang, karet, dan madu hutan.
d.
Pendapatan
1) Pendapatan perusahaan adalah besarnya pendapatan yang diterima
perusahaan setiap tahunnya yang diperoleh dari kegiatan
pemanenan kayu.
2) Pengeluaran perusahaan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan pemanenan kayu dan kegiatan pengelolaan hutan
lainnya dan bayaran pungutan-pungutan kehutanan seperti dana
reboisai (DR), pembayaran provisi sumber daya hutan (PSDH),
dan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH).
3) Pendapatan masyarakat adalah besarnya pendapatan masyarakat
yang diperoleh dari kegiatan pemungutan HHBK.
Konseptual Model
Model pengelolaan hutan ini disusun oleh beberapa submodel yang
saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dan lainnya.
Konseptualisasi Pemodelan yang akan dibuat terdiri dari beberapa submodel,
sebagai berikut:
a. Submodel alokasi lahan
b. Submodel dinamika struktur tegakan
c. Submodel dinamika tegakan total
d. Submodel pendapatan
e. Submodel rotan
f. Submodel tengkawang
g. Submodel karet
h. Submodel madu hutan
Spesifikasi Model
Spesifikasi model bertujuan untuk membentuk model kuantitatif dari
sistem yang diinginkan. Tahapan yang dilakukan yaitu penentuan basic time
6
4.
unit, identifikasi hubungan fungsional model, dan menjalankan simulasi
model.
Evaluasi Model
Evaluasi model dilakukan dengan menguji kelogisan model yang dibuat
dan membandingkan model dengan sistem nyata dengan menggunakam uji
sensitivitas. Perbandingan antara model dengan kondisi sebenarnya
dilakukan dengan uji Khi-Kuadrat dengan rumus:
x 2 hitung = ∑
(yriil -ymodel )2
ymodel
Hipotesis uji: � : ymodel = yriil
� : ymodel ≠ yriil
5.
Kriteria uji: x2 hitung < x2 tabel : terima �
x2 hitung > x2 tabel : tolak �
Penggunaan model
Model yang telah dibuat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
teridentifikasi pada awal pembuatan model. Beberapa skenario yang akan
dilakukan antara lain:
a. Skenario 1, perusahaan hanya mengelola hasil hutan kayu sedangkan
HHBK dikelola masyarakat.
b. Skenario 2, perusahaan hanya mengelola HHBK sedangkan masyarakat
sebagai pekerja.
c. Skenario 3, perusahaan mengelola kayu dan HHBK sedangkan
masyarakat sebagai pekerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur dilihat secara geografis terletak
diantara 110°20’ BT - 111°20’ BT dan 01°20’ LS - 01°55’ LS yang memiliki luas
areal seluas ±171.340 ha. PT SJM terletak di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten
Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Areal tersebut terletak di ketinggian 300 - 700
mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson kondisi iklim areal PT
SJM termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 1500-3000
mm/tahun, suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 26°C - 28°C dan
kelembaban udara rata-rata 85% - 95%. Kawasan hutan pada areal ini termasuk tipe
hutan hujan tropika basah yang di dominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae
antara lain Meranti Kuning, Meranti Merah, Melapi, Keruing, Medang, Sawang,
Kempas, dan jenis komersil lainnya.
7
Presentasi Model Konseptual
Submodel Alokasi Lahan
Menurut Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/Kpts-II/2000
tanggal 29 Desember 2000, luas areal konsesi PT SJM adalah ±171 340 ha yang
terdiri dari luas Hutan Produksi Terbatas seluas 158 340 ha dan Hutan Produksi
Tetap seluas 13 000 ha. Sumber alokasi lahan produksi tersebut di alokasikan ke
dalam tiga fungsi lahan untuk kepentingan produksi, ekologi, dan sosial. Lahan
produksi adalah lahan hutan yang diperuntukan untuk kegiatan produksi kayu
seluas 152 192.4 ha. Lahan ekologi adalah lahan yang diperuntukan fungsi ekologi
lahan seluas 8 395.49 ha. Lahan sosial adalah lahan yang diperuntukan untuk
kebutuhan masyarakat desa hutan dengan luasan 2 085.88 ha. Berikut
konseptualisasi submodel alokasi lahan pada Gambar 1.
Alokasi Lahan
pembagian sumber lahan
Persen Produksi
Persen Ekologi
Alokasi Ekologi
Sumber Lahan
Alokasi Produksi
Persen Sosial
Alokasi Sosial
Lahan Sosial
Lahan Ekologi
Realokasi Lahan Ekol ogi
Lahan Produksi
Realokasi Lahan Prouksi
Realokasi Lahan Sosial
Gambar 1 Submodel alokasi lahan
Submodel Dinamika Struktur Tegakan
Submodel dinamika tegakan ini menggambarkan perubahan struktur tegakan
kelompok Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae pada setiap kelas diameter
sehingga dapat mengetahui jumlah pohon per hektar setiap tahunnya. Data potensi
tegakan yang digunakan untuk menyusun submodel dinamika struktur tegakan
yaitu data rekapitulasi pengukuran berkala petak ukur permanen pada areal bekas
tebangan RKT tahun 1996/1997 petak 4, 5, dan 6 yang tidak mengalami perlakuan
8
pemeliharaan. Jumlah pohon per ha pada awal pengukuran untuk kelompok
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Jumlah pohon per hektar pada awal pengukuran kelompok
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae
Jumlah Pohon Per Hektar
Kelas Diameter
(cm)
Dipterocarpaceae
Non Dipterocarpaceae
10 - 19
94
61
20 - 29
48
34
30 - 39
21
17
40 - 49
12
8
50Up
20
4
Submodel dinamika struktur tegakan ini dipengaruhi oleh beberapa parameter
yang mempengaruhi dalam pembuatan submodel. Parameter yang diperhatikan
dalam pembuatan submodel terdiri dari upgrowth, ingrowth, dan mortality.
Penentuan nilai ketiga parameter ini dipengaruhi oleh luas bidang dasar tegakan
(LBDS). Pada submodel ini jumlah pohon pada masing-masing kelas diameter
menjadi state variabel dan upgrowth, ingrowth, dan mortality menjadi aliran materi.
Mortality disebabkan oleh mortaliy alam (mort rate) dan mortality yang disebabkan
akibat kegiatan penebangan (efek tebang). Berikut konseptualisasi submodel
dinamika struktur tegakan pada Gambar 2 dan submodel dinamika tegakan total
pada Gambar 3.
9
DINAMIKA TEGAKAN
KD 50up
KD 4049
Vol Tbg Dipt
Pend Vol 50Up
Pend v ol 4049
LBDS Total
V 4049
Vol 50Up
Vol 4049
V 50up
Rotasi
Tbg 50Up
Tbg 4049
VD
Up rate 15
KD 1019
IngrowthD
Mort rate 25
Efek Tbg 50Up
Mort rate 45
Mort rate 35
Efek Tbg 45
Mort rate35
Mort rate25
KD2029
Upgrowth3
Upgrowth2
Mort rate 50up
Efek Tbg 50Up
Mort rate45
KD4049
KD3039
Mort rate50up
Mortality 5
Mortality 4
Mortality 3
Mortality 2
Upgrowth1
KD1019
Mortality 5
Mortality 4
Efek Tbg 35
Efek Tbg 25
Mortality 1
Upgrowth 4
Efek Tbg 45
Mort rate15
IngrowthND
Upgrowth 3
Efek Tbg 35
Mort rate 15
Efek Tbg 15
KD 50up
KD 4049
Mortality 3
Mortality 2
Efek Tbg 25
Efek Tbg 15
Up rate 45
KD 3039
Upgrowth 2
Upgrowth 1
Mortality 1
KD4049
Up rate 35
Up rate 25
KD 2029
Upgrowth4
KD50Up
Up rate45
Tbg50Up
KD50Up
Tbg4049
Up rate35
Up rate25
Up rate15
Vol50Up
Vol4049
LBDS Total
V50up
V4049
Rotasi
V ND
Pend Vol50Up
Pend Vol4049
Vol Tbg ND
Gambar 2 Submodel dinamika struktur tegakan
DINAMIKA TEGAKAN TOTAL
Jumlah phn Non Dipt
Jumlah pohon Dipt
KD 1019
LBDS 1019
KD2029
KD3039
LBDS2029
LBDS3039
KD1019
KD 2029
KD 3039
KD 4049
KD 50up
LBDS 2029
LBDS 3039
LBDS 4049
LBDS 50Up
LBDS1019
KD4049
LBDS4049
LBDS Non Dipt
LBDS Dipt
LBDS Total
Ef ek Tbg 15
Jumlah pohon Dipt
Jumlah phn Non Dipt
Ef ek Tbg 25
Tbg4049
Tbg 4049
Total Jmlh Phn
Total Tbg
Ef ek Tbg 35
Ef ek Tbg 50Up
Ef ek Tbg 45
Tbg50Up
Gambar 3 Submodel dinamika tegakan total
Tbg 50Up
KD50Up
LBDS50Up
10
Submodel Rotan
Rotan adalah tumbuhan melilit pada pohon, berbentuk batang yang berbukubuku, panjang bervariasi dengan diameter 0.5cm – 6cm. Rotan digunakan untuk
berbagai tujuan seperti tali temali, pengikat komponen rumah, alat-alat pertanian,
dan perkakas rumah tangga (Djajapertjunda dan Djamhuri 2013). Rotan merupakan
HHBK yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan termasuk sumber
devisa bagi negara (Maryana 2007)
Kegiatan masyarakat memungut rotan biasanya dilakukan dua minggu sekali.
Besarnya produksi rotan yang dipanen rata-rata/orang sebesar 10 kg. Harga jual
rotan dibagi menjadi dua yaitu rotan basah seharga Rp 1000/kg dan rotan kering
seharga Rp 3000/kg. Besarnya penerimaan masyarakat dari kegiatan pemanenan
rotan dipengaruhi oleh harga rotan, volume panen/tahun dan frekuensi panen rotan.
Panen rata-rata ini dipengaruhi oleh jumlah rotan siap panen yang besarnya
merupakan perkalian jumlah rotan/hektar dengan luas tempat tumbuhnya. Berikut
konseptualisasi submodel rotan pada Gambar 4.
ROTAN
Pndptn kk rotan
pemungut rotan
Harga rotan kering
Pendapatan rotan masy
Harga rotan basah
Upah pemungut rotan
Frek panen rotan
Penerimaan rotan
v ol panen per th
Biay a panen rotan
Pengeluaran rotan
Frek panen rotan
Pendapatan rotan
Volume panen rotan
Rotan siap panen
rotan per ha
Sumber Lahan
Volume panen per org
pemungut rotan
Gambar 4 Submodel rotan
Submodel Getah Karet
Getah karet merupakan HHBK yang berasal dari pohon karet yang ditanam
oleh perusahaan untuk merehabilitasi lahan bekas ladang masyarakat melalui
penanaman kembali untuk mengembalikan produktivitas lahan. Getah karet baru
bisa disadap saat berusia delapan tahun dengan produksi getah satu pohon sebesar
36 kg/tahun. Harga getah saat ini sebesar Rp 9000/kg dan biaya upah sadap sebesar
Rp 750 000/ha/bln. Karet mempunyai manfaat yang banyak bagi manusia. Karet
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sepatu karet, sabuk
penggerak mesin, pembuatan ban kendaraan. Selain itu dapat juga digunakan dalam
11
pembuatan alat-alat rumah tangga seperti sandal, lem perekat barang, kursi dan
selanng air (Boerhendhy dan Kuswanhadi 2006). Berikut konseptualisasi submodel
getah karet pada Gambar 5.
GETAH KARET
Bekas ladang masy
upah sadap per bln
Jmlh karet per ha
rata2 ladang masy
jarak tanam
Jmlh karet per ha
harga bibit
upah sadap per th
biay a bibit
pohon total karet
pendptn per kk
pohon y g disadap
Pengeluaran panen getah
Pendapatan karet masy
produksi getah
v ol panen gth
harga getah
persen peny adap
Pendapatan karet
biay a pemeliharaan
Penerimaan karet
biay a panen per ha per thn
Bekas ladang masy
Gambar 5 Submodel getah karet
Submodel Tengkawang
Biji tengkawang merupakan hasil hutan yang berasal dari pohon
tengkawang (Shorea spp.) yang tergolong suku Dipterocarpaceae dan tumbuh
secara alami di areal hutan PT Suka Jaya Makmur. Biji tengkawang merupakan
salah satu HHBK yang penting sebagai bahan baku lemak nabati dan digunakan
sebagai bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan
obat-obatan (Wahyudi et al. 2010).
Pohon tengkawang berbunga sekitar bulan September-Oktober dan buahnya
akan masak 4-5 bulan kemudian. Secara periodik panen raya biji tegkawang terjadi
sekitar empat tahun sekali dengan produksi buah rata-rata 40 kg/pohon. Besarnya
penerimaan masyarakat dari kegiatan pemanenan tengkawang dipengaruhi oleh
harga tengkawang, volume panen/tahun dan frekuensi panen rotan. Harga
tengkawang sebesar Rp 2000/kg. Berikut konseptualisasi submodel tengkawang
pada Gambar 6.
12
TENGKAWANG
Lahan Ekologi Lahan Sosial
phn tengkawang
Siklus panen
phn per ha
Upah pungut per ha
Lahan tumbuh
siap panen
Volume panen
Produksi buah rata2
Pengeluaran TKW
Pendapatan TKW masy
Siklus panen
Biay a sekali panen
Persen pemungut
Penerimaan TKW
Pendapatan TKW
Harga TKW
kk TKW
Gambar 6 Submodel tengkawang
Submodel Madu Hutan
Saat ini salah satu HHBK yang dimanfaatkan masyarakat untuk menambah
penghasilan mereka adalah memanen madu hutan. Memanen madu hutan umumnya
bersifat musiman karena hanya dilakukan tiga kali panen dalam setahun dan
keberadaan jenis pohon yang dihinggapi mempengaruhi keberadaan lebah madu
dan produksi madu. Panen madu hutan rata-rata dalam sekali musim panen yaitu
sebesar 22.5 kg dan panen madu yang dihasilkan dijual seharga Rp 100 000/botol.
Berikut konseptualisasi submodel madu hutan pada Gambar 7.
13
MADU HUTAN
Pendapatan Madu
Persen Pengumpul Madu
Pengeluaran madu
kk madu
Upah tiap panen
Panen madu rata2
Penerimaan madu
Pendapatan madu masy
Volume panen madu
Lahan tumbuh
Harga madu
Biay a panen madu
siklus panen madu
Gambar 7 Submodel madu hutan
Submodel Pendapatan
Perusahaan mendapatkan penerimaan setiap tahunnya dari kayu yang
dikeluarkan selama proses produksi. Penerimaan tersebut berasal dari volume kayu
yang dipanen dikalikan dengan harga kayu per meter kubiknya. Pengeluaran
perusahaan terdiri dari biaya pemanenan per m² kayu yang dipanen, biaya
operasional tahunan perusahaan dan biaya untuk membayar pajak dan pungutan
kehutanan. Besarnya biaya pemanenan dipengaruhi oleh biaya pemanenan kayu/m³
dan volume kayu yang ditebang. Besarnya biaya PSDH dan DR merupakan
perkalian antara besarnya tarif masing-masing pungutan dengan volume kayu yang
ditebang. Besarnya IHH dipengaruhi oleh tarif dengan luas konsesi. Berikut
konseptualisasi submodel pendapatan pada Gambar 8.
14
PENDAPATAN
Pendapatan TKW masy
Pendapatan Madu
Pendapatan karet masy
Pendapatan karet
Pendapatan madu masy
Pendapatan rotan masy
Pendapatan HHBK
Pendapatan total masy
Pendapatan rotan
Pendapatan TKW
Pendapatan rata2 per kk
Pendapatan total
Biay a peny iapan log
Pendapatan kay u
Biay a peralatan
Harga kay u Dipt
Biay a penebangan
Biay a muat bongkar
Penerimaan kay u
Pengeluaran perusahaan
Biay a pemanenan per m3
operasional
Harga Kay u ND
Biay a peny aradan
IHPH
Prod tbg ND
Biay a pengangkutan
Prod tbg Dipt
DR
Tarif IHPH
Biay a pemanenan total
PSDH
Sumber Lahan
Prod tbg ND
PSDH
Prod tbg ND
DR
Prod tbg Dipt
Tarif PSDH
V ND
Tarif DR
Prod tbg Dipt
~
JPT 2
VD
Gambar 8 Submodel pendapatan
Evaluasi Model
Evaluasi model bertujuan menguji kelogisan model yang di buat dengan
membandingkan data aktual. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil
proyeksi dinamika struktur tegakan berdasarkan kegiatan simulasi dengan data
tegakan sebenarnya yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. Struktur
tegakan hasil simulasi submodel dinamika struktur tegakan dan hasil pengukuran
di lapangan dapat dilihat pada Tabel 2.
15
Tabel 2 Perbandingan struktur tegakan hasil proyeksi dengan kondisi sebenarnya
di lapangan.
Blok Tebangan
Struktur
Kelompok
Jumlah Pohon Per Hektar
1999
Tegakan
10 - 19
20-29
30-39
40-49
50Up
2001
2003
2005
2007
Tegakan
Aktual
Model
Dipterocarpaceae
94
94
85
97
79
97
86
98
91
99
Non
Dipterocarpaceae
61
61
55
74
73
85
84
94
95
102
Dipterocarpaceae
48
48
47
48
51
48
46
48
52
49
Non
Dipterocarpaceae
34
34
37
33
38
33
36
34
32
35
Dipterocarpaceae
21
21
24
23
23
24
22
26
28
27
Non
Dipterocarpaceae
17
17
16
18
16
19
15
20
21
20
Dipterocarpaceae
12
12
12
12
12
13
11
13
18
14
Non
Dipterocarpaceae
8
8
9
8
9
9
7
9
13
10
Dipterocarpaceae
20
20
21
20
13
21
23
21
30
22
Non
Dipterocarpaceae
4
4
5
4
5
5
5
6
15
6
Model
Aktual
Model
Aktual
Model
Aktual
Model
0
1.5
3.8
3.0
4.6
0
5.4
3.1
3.9
13.0
Terima Hₒ
Terima Hₒ
Terima Hₒ
Terima Hₒ
Terima Hₒ
∑x² hitung
Kriteria
Aktual
x²tabel = 13.27% (taraf nyata 1%)
Berdasarkan uji hipotesis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa hasil proyeksi
dinamika struktur tegakan berdasarkan kegiatan simulasi sama dengan data tegakan
sebenarnya yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, sehingga model
simulasi dapat digunakan untuk menduga dinamika struktur tegakan di areal
pengusahaan hutan PT Suka Jaya Makmur dimasa yang akan datang.
Selain itu juga dilakukan evaluasi sensitivitas model terhadap perubahan nilai
dari parameter-parameter penting antara variabel dan model. Submodel yang akan
dievaluasi dalam hal ini adalah submodel dinamika struktur tegakan. Evaluasi
sensitivitas model yang akan dilakukan dengan merubah parameter ingrowth,
upgrowth, dan mortality. Perubahan parameter ingrowth jika ingrowth = 0 maka
akan terjadi penurunan potensi tegakan pada masa yang akan datang karena
terhentinya input awal dari semai menjadi pancang dan seterusnya sampai menjadi
pohon masak tebang (Gambar 9). Perubahan upgrowth jika upgrowth = 0 maka
menyebabkan penurunan potensi tegakan pada masa yang akan datang karena tidak
ada kenaikan individu ke tingkat yang lebih tinggi (Gambar 10). Perubahan
mortality jika mortality = 0 maka persedian pohon masak tebang akan terakumulasi
sepanjang waktu simulasi (Gambar 11) hal ini disebabkan karena penambahan
individu (ingrowth) yang tidak diimbangi oleh laju pengurangan yaitu mortality.
16
1: KD 50up
1:
40
1:
20
1
1
1:
1
0
1999.00
2012.75
Page 1
1
2026.50
Tahun
2040.25
23:22
2054.00
09 Sep 2014
Gambar 9 Dinamika tegakan 50 cm jika ingrowth bernilai nol
1: KD 50up
1:
40
1:
20
1:
0
1
1999.00
1
2012.75
Page 1
1
2026.50
Tahun
1
2040.25
23:28
2054.00
09 Sep 2014
Gambar 10 Dinamika tegakan 50 cm jika upgrowth bernilai nol
1: KD 50up
1:
60
1:
30
1
1
1
1
0
1:
1999.00
Page 1
2012.75
2026.50
Tahun
2040.25
23:23
2054.00
09 Sep 2014
Gambar 11 Dinamika tegakan 50 cm jika mortality bernilai nol
17
Penggunaan Model
Skenario 1
Pada skenario ini diasumsikan bahwa sumber pendapatan perusahaan berasal
dari pengelolaan kayu yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan masyarakat
berasal dari HHBK yang dikelola oleh masyarakat. Pendapatan perusahaan selama
izin konsesi mencapai Rp 271 903 660 283 sedangkan pendapatan masyarakat
apabila mengelola HHBK mengalami peningkatan sehingga pendapatannya
mencapai Rp 519 588 750.
Tabel 3 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan skenario 1
Tahun
2000
2010
2020
2030
2040
2054
Pendapatan Perusahaan (Rp)
182 040 956 010
119 773 195 224
179 263 758 099
269 748 508 140
322 734 448 990
271 903 660 283
Pendapatan Masyarakat (Rp)
33 588 750
123 588 750
213 588 750
303 588 750
393 588 750
519 588 750
Skenario 2
Pada skenario ini diasumsikan bahwa perusahaan tidak memproduksi kayu
maka hanya HHBK yang dikelola, sedangkan masyarakat hanya sebagai pekerja.
Pendapatan perusahaan dari HHBK sebesar Rp 175 710 900 429dan pendapatan
masyarakat yang berperan sebagai pekerja mendapatkan pendapatan hingga akhir
masa konsesi sebesar Rp 180 852 937
Tabel 4 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan skenario 2
Tahun
2000
2010
2020
2030
2040
2054
Pendapatan Perusahaan (Rp)
26 202 900 429
31 713 567 095
47 304 233 762
72 974 900 429
108 725 567 095
175 710 900 429
Pendapatan Masyarakat (Rp)
25 332 937
54 132 937
82932 937
111 732 937
140 532 937
180 852 937
Skenario 3
Pada skenario ini diasumsikan bahwa sumber pendapatan perusahaan berasal
dari pengelolaan kayu dan HHBK, sedangkan masyarakat sebagai pekerja.
Pendapatan perusahaan meningkat mencapai Rp 447 614 560 712, sedangkan
pendapatan masyarakat sebagai pekerja sebesar Rp 180 852 937 hingga akhir
konsesi. Peningkatan pendapatan perusahaan karena semua sumber daya dikelola
oleh perusahaan.
18
Tabel 5 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan skenario 3
Tahun
2000
2010
2020
2030
2040
2054
Pendapatan Perusahaan (Rp)
208 243 856 439
151 486 762 319
226 567 991 861
342 723 408 569
431 460 016 086
447 614 560 712
Pendapatan Masyarakat (Rp)
25 332 937
54 132 937
82 932 937
111 732 937
140 532 937
180 852 937
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan dari tiga skenario yang
dibuat maka skenario pengelolaan hutan yang terbaik adalah skenario tiga
perusahaan mengelola kayu dan HHBK, sedangkan masyarakat sebagai pekerja.
Pendapatan perusahaan pada skenario tiga mencapai nilai maksimal sebesar Rp 447
614 560 712 sampai akhir konsesi disebabkan semua sumber daya baik kayu
maupun HHBK berupa getah karet, tengkawang, madu hutan, dan rotan dikelola
oleh perusahaan. Pendapatan masyarakat sebagai pekerja sebesar Rp 180 852 937
sampai akhir konsesi dengan pendapatan rata-rata per KK per tahun sebesar Rp 10
114 117.
Saran
Berdasarkan pemodelan simulasi pengelolaan hasil hutan ini diharapkan
dapat digunakan pada areal pengusahaan hutan PT Suka Jaya Makmur. Tetapi
dalam penggunaanya harus selalu dilakukan validasi terhadap parameter-parameter
sistem dan keterkaitan antara parameter untuk menyesuaikan hasil simulasi dengan
keadaan yang sebenarnya di alam.
Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan survei pengelolaan
HHBK pada seluruh desa di sekitar areal perusahaan, sehingga data pengelolaan
HHBK lebih lengkap.
19
DAFTAR PUSTAKA
Boerhendhy I, Kuswanhadi. 2006. Pengaruh Ukuran Polibeg Pada Pertumbuhan Bibit
Berbagai Klon Karet. Buletin Perkebunan Rakyat. 8(2): 95-101.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19
Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta:
Dephut.
Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia Dari Masa Ke
Masa. Bogor (ID): IPB Press.
Labetubun M S. 2004. Metode pengaturan hasil hutan tidak seumur melalui
pendekatan model dinamika sistem [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Maryana I. 2007. Rotan Primadona Hasil Hutan Non Kayu. Majalah Kehutanan
Indonesia. Edisi III.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu. Jakarta
Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber
Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.
Soerinegara I. 1978. Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bagian II. Bahan Kuliah
Pasca Sarjana. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sofyan K. 2000. Strategi Penelitian Teknologi Hasil Hutan untuk Meningkatkan
Peran Hasil Hutan Non Kayu Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wahyudi A, Sandan A & Rombe R. 2010. Sebaran dan Asosiasi Jenis Pohon
Penghasil Tengkawang (Shorea spp.) 01 Kalimantan Barat. Samarinda (ID):
Balai Penelitian dan Pengembangan kehutanan.
Wollenberg E. 1998. Incomes From The Forest: Methods For The Development
and Conservation of Forest Products For Local Communities. Bogor (ID):
CIFOR
20
Lampiran 1 Konseptualisasi model
21
Lampiran 2 Persamaan model
22
Lampiran 2 (Lanjutan)
23
Lampiran 2 (Lanjutan)
24
Lampiran 2 (Lanjutan)
25
Lampiran 2 (Lanjutan)
26
Lampiran 2 (Lanjutan)
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Februari 1992, merupakan anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Maman Kusuma Sumantri dan Cicih
Warnasih. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
Negeri 4 Bogor pada tahun 2007, melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas
di SMA Negeri 5 Bogor sampai tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis di
terima di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor melalui jalur PMDK. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam beberapa
kegiatan kemahasiswaan seperti himpunan profesi Forest Management Students
Club (FMSC) sebagai anggota divisi pengelola sumber daya manusia (2011-2013)
dan Pengurus Cabang Sylva IPB sebagai anggota divisi pengkaderan dan penguatan
organisasi (2011-2012).
Kegiatan praktik yang telah dilakukan penulis dibidang kehutanan yaitu
praktik pengenalan ekosistem hutan (P2EH) di Gunung Ciremai dan Indramayu
pada tahun 2012, praktik pengelolaan hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGP) pada tahun 2013 serta pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Praktik
Kerja Lapang (PKL) di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan
Barat.
Penulis menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pemodelan Simulasi
Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan di bawah bimbingan Dr Ir Budi Kuncahyo,
MS.
PT SUKA JAYA MAKMUR KALIMANTAN BARAT
ADISTHI FEBRIANTY
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Pemodelan
Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya Makmur adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Adisthi Febrianty
NIM E14100083
ABSTRAK
ADISTHI FEBRIANTY. Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di
PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Dibimbing oleh BUDI KUNCAHYO.
Hasil hutan terdiri dari hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, dan jasa
lingkungan. Saat ini, pemanfaatan sumber daya hutan di PT Suka Jaya Makmur hanya
terfokus pada pemanfaatan kayu, padahal hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu
hasil hutan yang berpotensial dalam meningkatkan pendapatan perusahaan maupun
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Tujuan penelitian ini adalah membuat model
simulasi pengelolaan hasil hutan kayu dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
untuk memprediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat dengan berbagai
skenario pengelolaan hasil hutan. Pemodelan simulasi dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan pemodelan sistem. Pemodelan sistem menggunakan
komponen yang kompleks dari dunia nyata kemudian disederhanakan, sehingga dapat
dimodelkan untuk tujuan tertentu. Berdasarkan hasil simulasi, skenario pemodelan
terbaik yaitu skenario 3 karena menghasilkan pendapatan yang paling besar. Skenario
3 perusahaan mengelola hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu serta masyarakat
sebagai pekerja. Pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan sampai akhir masa
konsesi pada tahun 2054, jika mengelola hasil hutan kayu dan bukan kayu sebesar Rp
447 614 560 712 sedangkan pendapatan masyarakat sebesar Rp 180 852 937 dengan
pendapatan rata-rata/ KK sebesar Rp 10 114 117/tahun.
Kata kunci: hasil hutan bukan kayu, model simulasi, pendapatan
ABSTRACT
ADISTHI FEBRIANTY. Simulation Modeling of Natural Forest Management in
PT Suka Jaya Makmur West Kalimantan. Supervised by BUDI KUNCAHYO.
Forest product is consists of timber, non-timber forest products and
environmental services. Currently, utilization of forest resources in the PT Suka
Jaya Makmur is only focusing on timber utilization, while the non-timber forest
products is one of potential forest product that increase company's revenue and the
welfare of community around forest. The purpose of this research is to make
simulation model of timber product management and non-timber forest product
utilization is not the time to predict the revenue of company and community with a
variety of forest management scenarios. Simulation modeling in this study is using
system modeling approach. System modeling is using complex component from the
real world and it is simplified so that it can be modeled for a particular purpose.
Based on the simulation results, the best scenario is scenario modeling 3 because it
produces the greatest revenue. Scenario 3 about the company is managing timber
and non-timber forest products as well as a community as worker. Income is earned
by the company until the end of the concession period in 2054 if managing timber
and non-timber is Rp 447 614 560 712 while the community revenue is Rp 180 852
937 with the average income/family is Rp 10 114 117/year.
Keywords: non-timber forest products, simulation models, revenue
PEMODELAN SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN ALAM DI
PT SUKA JAYA MAKMUR KALIMANTAN BARAT
ADISTHI FEBRIANTY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya
Makmur
Nama
: Adisthi Febrianty
NIM
: E14100083
Disetujui oleh
Dr Ir Budi Kuncahyo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Pemodelan Simulasi Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya
Makmur. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budi Kuncahyo, MS selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama
pembuatan Skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT Suka
Jaya Makmur yang berkenan memberikan izin dan bantuannya kepada penulis
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada
orang tua dan keluarga atas dukungan dan kasih sayangnya. Selain itu,
ungkapkan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Manajemen
Hutan 47 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Skripsi ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.
Bogor, November 2014
Adisthi Febrianty
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Hasil Hutan Bukan Kayu
2
Model Simulasi
2
METODE
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Alat dan Bahan
4
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Presentasi Model Konseptual
7
Evaluasi Model
14
Penggunaan Model
17
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL
1 Jumlah pohon per ha pada awal pengukuran kelompok
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae
2 Perbandingan struktur tegakan hasil proyeksi dengan
3 kondisi sebenarnya di lapangan
4 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan
skenario 1
5 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan
skenario 2
6 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan
skenario 3
8
15
17
17
18
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Konseptualisasi submodel alokasi lahan
Konseptualisasi submodel dinamika struktur tegakan
Konseptualisasi submodel dinamika tegakan total
Konseptualisasi submodel rotan
Konseptualisasi submodel getah karet
Konseptualisasi submodel tengkawang
Konseptualisasi submodel madu hutan
Konseptualisasi submodel pendapatan
Dinamika tegakan 50 cm jika ingrowth bernilai nol
Dinamika tegakan 50 cm jika upgrowth bernilai nol
Dinamika tegakan 50 cm jika mortality bernilai nol
7
9
9
10
11
12
13
14
16
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Konseptualisasi model
2 Persamaan model
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang harus dikelola
dan dimanfaatkan secara optimal. Pada saat ini pemanfaatan sumber daya hutan
masih terkesan tunggal karena hanya terfokus pada pemanfaatan kayu, sedangkan
hasil hutan bukan kayu (HHBK) terbuang percuma pada saat eksploitasi kayu
(Wollenberg 1998).
Potensi HHBK yang ada di hutan sangat melimpah tetapi kondisi ini tidak
dimanfaatkan dengan optimal. HHBK merupakan salah satu hasil hutan yang
memiliki keunggulan komperatif karena bersinggungan langsung dengan
masyarakat, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat
karena dapat meningkatkan pendapatannya. Pemanfaatan hasil hutan secara optimal
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dan
perusahaan itu sendiri tanpa melupakan kelestarian ekologi dan sosialnya.
Pengelolaan hutan tidak hanya berkaitan dengan penebangan saja tetapi
berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sehingga perlu disusun
skenario yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut. Salah satunya dengan
mengembangkan potensi HHBK yang ada di dalam hutan. Oleh karena itu pada
penelitian ini dilakukan pemodelan sistem untuk simulasi pengelolaan hutan di PT
Suka Jaya Makmur dengan menggunakan beberapa skenario pengelolaan hutan
yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Perumusan Masalah
Masyarakat desa di sekitar hutan PT Suka Jaya Makmur merupakan
masyarakat yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Letak desa yang berbatasan langsung dengan hutan mendorong masyarakat desa
sekitar hutan untuk memanfaatkan sumber daya hutan berupa HHBK dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemanfaatan HHBK yang dilakukan oleh
masyarakat desa sekitar hutan ini diharapkan memberikan dampak yang baik untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan perusahaan secara optimal dengan
berbagai skenario pengelolaan hutan yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membuat model simulasi pengelolaan hutan alam
untuk memprediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat dengan berbagai
skenario pengelolaan hasil hutan.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam
pengelolaan hutan sehingga pengelolaan hutan dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial agar pengelolaan hutan
dilakukan dengan optimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Bukan Kayu
Berdasarkan Peraturan Menteri No. P35/Menhut-II/2007 hasil hutan bukan
kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk
turunan dan budi daya sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu)
yang dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibandingkan dengan
hasil hutan kayu yaitu tidak menimbulkan kerusakan besar terhadap hutan
dibandingkan dengan pemanfaatan kayu karena tidak dilakukan dengan menebang
pohon melainkan dengan cara yang ramah lingkungan yaitu penyadapan, pemetikan,
dan pemungutan. Teknologi yang digunakan sangat sederhana dan usaha
pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat, sehingga
HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya (Dephut 2009).
Selama ini paradigma yang berkembang bahwa HHBK tidak memiliki
prospek ekonomi yang besar dan munculnya jenis komoditi ini dalam perdagangan
juga tidak konsisten. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
kelangkaan sumber bahan baku, pola tata niaga komoditi yang sangat lemah dan
kurangnya pembinaan dari pemerintah sehingga terlambat mengantisipasi
perkembangan pengusahaan hutan karena hanya berorientasi pada kayu saja
(Sofyan 2000).
Model Simulasi
Model merupakan penyederhanaan dari dunia nyata yang mampu
menggambarkan struktur, interaksi elemen dan perilaku sesuai dengan sudut
pandang dan tujuan yang diinginkan (Purnomo 2012).
Soerianegara (1978) mengemukakan bahwa simulasi adalah eksperimentasi
yang menggunakan model dari suatu sistem. Simulasi dalam analisis sistem
meliputi tiga kegiatan sebagai berikut:
1. Membuat model yang menggambarkan keadaan sistem dan proses-proses
yang terjadi di dalamnya.
2. Eksperimentasi dengan melakukan percobaan-percobaan terhadap model
tersebut yang akan menghasilkan data eksperimen.
3
3. Menggunakan model dan data untuk menjawab pertanyaan atau
memecahkan persoalan mengenai sistem sebenarnya yang diteliti.
Menurut Purnomo (2012) pemodelan sistem terdiri dari beberapa tahapan,
sebagai berikut:
1. Identifikasi isu, tujuan dan batasan
2. Konseptual model
Pada tahap ini pemahaman terhadap sistem yang akan dimodelkan
dituangkan dalam sebuah konsep untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh tentang model yang akan dibuat. Tahap ini terdiri dari tiga
langkah, sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi semua komponen yang terlibat dalam pemodelan.
b. Pengelompokan komponen-komponen dalam beberapa kategori.
c. Mencari interelasinya antar komponen-komponen menggunakan ragam
metode seperti diagram kotak dan panah, sebab akibat, stok dan aliran,
case, kelas dan sekuens.
3. Spesifikasi model
Pada tahap ini dilakukan perumusan makna sebenarnya dari setiap
relasi yang ada dalam model konseptual. Jika pada model konseptual
hubungan dua komponen digambarkan dengan anak panah, maka pada
tahap spesifikasi model anak panah berupa persamaan numerik dengan
satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dipakai dalam keseluruhan
model juga harus ditetapkan.
4. Evaluasi model
Pada tahap ini dilakukan pengamatan kelogisan dengan dunia nyata.
Tahapan evaluasi model adalah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi kelogisan model.
b. Mengamati apakah perilaku model sesuai dengan harapan yang
digambarkan pada fase konseptualisasi model.
c. Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari
sistem atau dunia nyata. Uji sensitivitas bisa dilakukan untuk memahami
seberapa sensitif peubah mempengaruhi keluaran dari model. Uji
sensitivitas dilakukan dengan mengubah besaran peubah, kemudian
diamati dampaknya pada keluaran model.
5. Penggunaan model
Pada tahap ini merumuskan skenario atau alternatif kebijakan yang
lebih baik. Tahapan penggunaan model adalah sebagai berikut:
a. Membuat daftar dari semua skenario yang mungkin dapat dibuat dari
model yang dikembangkan.
b. Menganalisis hasil eksekusi tiap skenario yang dapat dipakai untuk
diterapkan sesuai dengan model yang dikembangkan.
c. Merumuskan skenario tersebut menjadi pilihan kebijakan jika
mempunyai kemampuan untuk itu.
4
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja IUPHHK-HA PT Suka Jaya
Makmur Alas Kusuma Group Kalimantan Barat pada bulan Maret-April 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer untuk mengolah
data yaitu Software Microsoft Office Excel 2010, Microsoft Word 2010, dan Stella
9.0.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa potensi
HHBK yang terdapat di areal kerja perusahaan dan data sekunder kondisi biofisik
hutan, data dinamika tegakan berdasarkan pengukuran pada petak ukur permanen
(PUP) tahun 1996/1997, kegiatan pengusahaan hutan, data laporan tahunan
perusahaan, rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja umum (RKU) tahun 2011,
dan laporan monitoring pembinaan masyarakat desa hutan (PMDH).
Prosedur Analisis Data
Menurut Purnomo (2012) pembuatan model sistem terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:
1.
Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Batasan model yang digunakan yaitu:
a.
Sub model alokasi lahan
1) Lahan produksi adalah sumber lahan yang diperuntukan untuk
keperluan produksi kayu.
2) Lahan ekologi adalah lahan yang diperuntukan untuk fungsi ekologi
seperti kawasan pelestarian plasma nutfah, sempadan sungai,
kawasan konservasi insitu, dan bufferzone.
3) Lahan sosial adalah sumber lahan yang diperuntukan untuk
keperluan sosial kemasyarakatan seperti pemukiman penduduk dan
pembangunan sarana dan prasarana.
b.
Sub model dinamika struktur tegakan
1) Struktur tegakan adalah jumlah pohon per hektar pada setiap kelas
diameter berdasarkan pengukuran berkala PUP.
2) Ingrowth (alih-tumbuh) adalah besarnya tambahan terhadap
banyaknya individu per hektar pada tahap pertumbuhan terendah
yaitu semai selama periode waktu tertentu. Menurut Labetubun
(2004) untuk Dipterocarpaceae persamaan ingrowth I = 11.8 0.275LBDS, sedangkan Non Dipterocarpaceae I = 15.9 –
5
2.
3.
0.324LBDS, dimana LBDS adalah luas bidang dasar tegakan
(m²/ha).
3) Upgrowth (tambah-tumbuh) adalah tambahan jumlah per hektar
pada fase pertumbuhan atau kelas diameter dari fase pertumbuhan
yang lebih rendah selama periode waktu tertentu. Menurut
Labetubun (2004) persamaan upgrowth Dipterocarpaceae b = 0.0184 – 0.000975LBDS + 0.00884D – 0.0002553D² +
0.00000266D², sedangkan Non Dipterocarpaceae b = -0.119 –
0.00054LBDS + 0.0186D – 0.000582D² + 0.000006D³, D adalah
diameter pohon (cm).
4) Mortality adalah banyaknya individu per hektar yang mati pada
setiap fase pertumbuhan atau kelas diameter selama periode waktu
tertentu. Menurut Labetubun (2004) persamaan mortality
Dipterocarpaceae m = -0.06239 + 0.007659D – 0.0002158D² +
0.00000198D³ dan Non Dipterocarpaceae m = -0,04735 +
0.006734D – 0.000211D² + 0.00000222D², D adalah diameter
pohon (cm).
c.
Pemanfaatan HHBK
HHBK adalah hasil hutan selain kayu yang memberikan
kontribusi terhadap pendapatan masyarakat seperti rotan, karet,
tengkawang, karet, dan madu hutan.
d.
Pendapatan
1) Pendapatan perusahaan adalah besarnya pendapatan yang diterima
perusahaan setiap tahunnya yang diperoleh dari kegiatan
pemanenan kayu.
2) Pengeluaran perusahaan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan pemanenan kayu dan kegiatan pengelolaan hutan
lainnya dan bayaran pungutan-pungutan kehutanan seperti dana
reboisai (DR), pembayaran provisi sumber daya hutan (PSDH),
dan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH).
3) Pendapatan masyarakat adalah besarnya pendapatan masyarakat
yang diperoleh dari kegiatan pemungutan HHBK.
Konseptual Model
Model pengelolaan hutan ini disusun oleh beberapa submodel yang
saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dan lainnya.
Konseptualisasi Pemodelan yang akan dibuat terdiri dari beberapa submodel,
sebagai berikut:
a. Submodel alokasi lahan
b. Submodel dinamika struktur tegakan
c. Submodel dinamika tegakan total
d. Submodel pendapatan
e. Submodel rotan
f. Submodel tengkawang
g. Submodel karet
h. Submodel madu hutan
Spesifikasi Model
Spesifikasi model bertujuan untuk membentuk model kuantitatif dari
sistem yang diinginkan. Tahapan yang dilakukan yaitu penentuan basic time
6
4.
unit, identifikasi hubungan fungsional model, dan menjalankan simulasi
model.
Evaluasi Model
Evaluasi model dilakukan dengan menguji kelogisan model yang dibuat
dan membandingkan model dengan sistem nyata dengan menggunakam uji
sensitivitas. Perbandingan antara model dengan kondisi sebenarnya
dilakukan dengan uji Khi-Kuadrat dengan rumus:
x 2 hitung = ∑
(yriil -ymodel )2
ymodel
Hipotesis uji: � : ymodel = yriil
� : ymodel ≠ yriil
5.
Kriteria uji: x2 hitung < x2 tabel : terima �
x2 hitung > x2 tabel : tolak �
Penggunaan model
Model yang telah dibuat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
teridentifikasi pada awal pembuatan model. Beberapa skenario yang akan
dilakukan antara lain:
a. Skenario 1, perusahaan hanya mengelola hasil hutan kayu sedangkan
HHBK dikelola masyarakat.
b. Skenario 2, perusahaan hanya mengelola HHBK sedangkan masyarakat
sebagai pekerja.
c. Skenario 3, perusahaan mengelola kayu dan HHBK sedangkan
masyarakat sebagai pekerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur dilihat secara geografis terletak
diantara 110°20’ BT - 111°20’ BT dan 01°20’ LS - 01°55’ LS yang memiliki luas
areal seluas ±171.340 ha. PT SJM terletak di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten
Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Areal tersebut terletak di ketinggian 300 - 700
mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson kondisi iklim areal PT
SJM termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 1500-3000
mm/tahun, suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 26°C - 28°C dan
kelembaban udara rata-rata 85% - 95%. Kawasan hutan pada areal ini termasuk tipe
hutan hujan tropika basah yang di dominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae
antara lain Meranti Kuning, Meranti Merah, Melapi, Keruing, Medang, Sawang,
Kempas, dan jenis komersil lainnya.
7
Presentasi Model Konseptual
Submodel Alokasi Lahan
Menurut Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/Kpts-II/2000
tanggal 29 Desember 2000, luas areal konsesi PT SJM adalah ±171 340 ha yang
terdiri dari luas Hutan Produksi Terbatas seluas 158 340 ha dan Hutan Produksi
Tetap seluas 13 000 ha. Sumber alokasi lahan produksi tersebut di alokasikan ke
dalam tiga fungsi lahan untuk kepentingan produksi, ekologi, dan sosial. Lahan
produksi adalah lahan hutan yang diperuntukan untuk kegiatan produksi kayu
seluas 152 192.4 ha. Lahan ekologi adalah lahan yang diperuntukan fungsi ekologi
lahan seluas 8 395.49 ha. Lahan sosial adalah lahan yang diperuntukan untuk
kebutuhan masyarakat desa hutan dengan luasan 2 085.88 ha. Berikut
konseptualisasi submodel alokasi lahan pada Gambar 1.
Alokasi Lahan
pembagian sumber lahan
Persen Produksi
Persen Ekologi
Alokasi Ekologi
Sumber Lahan
Alokasi Produksi
Persen Sosial
Alokasi Sosial
Lahan Sosial
Lahan Ekologi
Realokasi Lahan Ekol ogi
Lahan Produksi
Realokasi Lahan Prouksi
Realokasi Lahan Sosial
Gambar 1 Submodel alokasi lahan
Submodel Dinamika Struktur Tegakan
Submodel dinamika tegakan ini menggambarkan perubahan struktur tegakan
kelompok Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae pada setiap kelas diameter
sehingga dapat mengetahui jumlah pohon per hektar setiap tahunnya. Data potensi
tegakan yang digunakan untuk menyusun submodel dinamika struktur tegakan
yaitu data rekapitulasi pengukuran berkala petak ukur permanen pada areal bekas
tebangan RKT tahun 1996/1997 petak 4, 5, dan 6 yang tidak mengalami perlakuan
8
pemeliharaan. Jumlah pohon per ha pada awal pengukuran untuk kelompok
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Jumlah pohon per hektar pada awal pengukuran kelompok
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae
Jumlah Pohon Per Hektar
Kelas Diameter
(cm)
Dipterocarpaceae
Non Dipterocarpaceae
10 - 19
94
61
20 - 29
48
34
30 - 39
21
17
40 - 49
12
8
50Up
20
4
Submodel dinamika struktur tegakan ini dipengaruhi oleh beberapa parameter
yang mempengaruhi dalam pembuatan submodel. Parameter yang diperhatikan
dalam pembuatan submodel terdiri dari upgrowth, ingrowth, dan mortality.
Penentuan nilai ketiga parameter ini dipengaruhi oleh luas bidang dasar tegakan
(LBDS). Pada submodel ini jumlah pohon pada masing-masing kelas diameter
menjadi state variabel dan upgrowth, ingrowth, dan mortality menjadi aliran materi.
Mortality disebabkan oleh mortaliy alam (mort rate) dan mortality yang disebabkan
akibat kegiatan penebangan (efek tebang). Berikut konseptualisasi submodel
dinamika struktur tegakan pada Gambar 2 dan submodel dinamika tegakan total
pada Gambar 3.
9
DINAMIKA TEGAKAN
KD 50up
KD 4049
Vol Tbg Dipt
Pend Vol 50Up
Pend v ol 4049
LBDS Total
V 4049
Vol 50Up
Vol 4049
V 50up
Rotasi
Tbg 50Up
Tbg 4049
VD
Up rate 15
KD 1019
IngrowthD
Mort rate 25
Efek Tbg 50Up
Mort rate 45
Mort rate 35
Efek Tbg 45
Mort rate35
Mort rate25
KD2029
Upgrowth3
Upgrowth2
Mort rate 50up
Efek Tbg 50Up
Mort rate45
KD4049
KD3039
Mort rate50up
Mortality 5
Mortality 4
Mortality 3
Mortality 2
Upgrowth1
KD1019
Mortality 5
Mortality 4
Efek Tbg 35
Efek Tbg 25
Mortality 1
Upgrowth 4
Efek Tbg 45
Mort rate15
IngrowthND
Upgrowth 3
Efek Tbg 35
Mort rate 15
Efek Tbg 15
KD 50up
KD 4049
Mortality 3
Mortality 2
Efek Tbg 25
Efek Tbg 15
Up rate 45
KD 3039
Upgrowth 2
Upgrowth 1
Mortality 1
KD4049
Up rate 35
Up rate 25
KD 2029
Upgrowth4
KD50Up
Up rate45
Tbg50Up
KD50Up
Tbg4049
Up rate35
Up rate25
Up rate15
Vol50Up
Vol4049
LBDS Total
V50up
V4049
Rotasi
V ND
Pend Vol50Up
Pend Vol4049
Vol Tbg ND
Gambar 2 Submodel dinamika struktur tegakan
DINAMIKA TEGAKAN TOTAL
Jumlah phn Non Dipt
Jumlah pohon Dipt
KD 1019
LBDS 1019
KD2029
KD3039
LBDS2029
LBDS3039
KD1019
KD 2029
KD 3039
KD 4049
KD 50up
LBDS 2029
LBDS 3039
LBDS 4049
LBDS 50Up
LBDS1019
KD4049
LBDS4049
LBDS Non Dipt
LBDS Dipt
LBDS Total
Ef ek Tbg 15
Jumlah pohon Dipt
Jumlah phn Non Dipt
Ef ek Tbg 25
Tbg4049
Tbg 4049
Total Jmlh Phn
Total Tbg
Ef ek Tbg 35
Ef ek Tbg 50Up
Ef ek Tbg 45
Tbg50Up
Gambar 3 Submodel dinamika tegakan total
Tbg 50Up
KD50Up
LBDS50Up
10
Submodel Rotan
Rotan adalah tumbuhan melilit pada pohon, berbentuk batang yang berbukubuku, panjang bervariasi dengan diameter 0.5cm – 6cm. Rotan digunakan untuk
berbagai tujuan seperti tali temali, pengikat komponen rumah, alat-alat pertanian,
dan perkakas rumah tangga (Djajapertjunda dan Djamhuri 2013). Rotan merupakan
HHBK yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan termasuk sumber
devisa bagi negara (Maryana 2007)
Kegiatan masyarakat memungut rotan biasanya dilakukan dua minggu sekali.
Besarnya produksi rotan yang dipanen rata-rata/orang sebesar 10 kg. Harga jual
rotan dibagi menjadi dua yaitu rotan basah seharga Rp 1000/kg dan rotan kering
seharga Rp 3000/kg. Besarnya penerimaan masyarakat dari kegiatan pemanenan
rotan dipengaruhi oleh harga rotan, volume panen/tahun dan frekuensi panen rotan.
Panen rata-rata ini dipengaruhi oleh jumlah rotan siap panen yang besarnya
merupakan perkalian jumlah rotan/hektar dengan luas tempat tumbuhnya. Berikut
konseptualisasi submodel rotan pada Gambar 4.
ROTAN
Pndptn kk rotan
pemungut rotan
Harga rotan kering
Pendapatan rotan masy
Harga rotan basah
Upah pemungut rotan
Frek panen rotan
Penerimaan rotan
v ol panen per th
Biay a panen rotan
Pengeluaran rotan
Frek panen rotan
Pendapatan rotan
Volume panen rotan
Rotan siap panen
rotan per ha
Sumber Lahan
Volume panen per org
pemungut rotan
Gambar 4 Submodel rotan
Submodel Getah Karet
Getah karet merupakan HHBK yang berasal dari pohon karet yang ditanam
oleh perusahaan untuk merehabilitasi lahan bekas ladang masyarakat melalui
penanaman kembali untuk mengembalikan produktivitas lahan. Getah karet baru
bisa disadap saat berusia delapan tahun dengan produksi getah satu pohon sebesar
36 kg/tahun. Harga getah saat ini sebesar Rp 9000/kg dan biaya upah sadap sebesar
Rp 750 000/ha/bln. Karet mempunyai manfaat yang banyak bagi manusia. Karet
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sepatu karet, sabuk
penggerak mesin, pembuatan ban kendaraan. Selain itu dapat juga digunakan dalam
11
pembuatan alat-alat rumah tangga seperti sandal, lem perekat barang, kursi dan
selanng air (Boerhendhy dan Kuswanhadi 2006). Berikut konseptualisasi submodel
getah karet pada Gambar 5.
GETAH KARET
Bekas ladang masy
upah sadap per bln
Jmlh karet per ha
rata2 ladang masy
jarak tanam
Jmlh karet per ha
harga bibit
upah sadap per th
biay a bibit
pohon total karet
pendptn per kk
pohon y g disadap
Pengeluaran panen getah
Pendapatan karet masy
produksi getah
v ol panen gth
harga getah
persen peny adap
Pendapatan karet
biay a pemeliharaan
Penerimaan karet
biay a panen per ha per thn
Bekas ladang masy
Gambar 5 Submodel getah karet
Submodel Tengkawang
Biji tengkawang merupakan hasil hutan yang berasal dari pohon
tengkawang (Shorea spp.) yang tergolong suku Dipterocarpaceae dan tumbuh
secara alami di areal hutan PT Suka Jaya Makmur. Biji tengkawang merupakan
salah satu HHBK yang penting sebagai bahan baku lemak nabati dan digunakan
sebagai bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan
obat-obatan (Wahyudi et al. 2010).
Pohon tengkawang berbunga sekitar bulan September-Oktober dan buahnya
akan masak 4-5 bulan kemudian. Secara periodik panen raya biji tegkawang terjadi
sekitar empat tahun sekali dengan produksi buah rata-rata 40 kg/pohon. Besarnya
penerimaan masyarakat dari kegiatan pemanenan tengkawang dipengaruhi oleh
harga tengkawang, volume panen/tahun dan frekuensi panen rotan. Harga
tengkawang sebesar Rp 2000/kg. Berikut konseptualisasi submodel tengkawang
pada Gambar 6.
12
TENGKAWANG
Lahan Ekologi Lahan Sosial
phn tengkawang
Siklus panen
phn per ha
Upah pungut per ha
Lahan tumbuh
siap panen
Volume panen
Produksi buah rata2
Pengeluaran TKW
Pendapatan TKW masy
Siklus panen
Biay a sekali panen
Persen pemungut
Penerimaan TKW
Pendapatan TKW
Harga TKW
kk TKW
Gambar 6 Submodel tengkawang
Submodel Madu Hutan
Saat ini salah satu HHBK yang dimanfaatkan masyarakat untuk menambah
penghasilan mereka adalah memanen madu hutan. Memanen madu hutan umumnya
bersifat musiman karena hanya dilakukan tiga kali panen dalam setahun dan
keberadaan jenis pohon yang dihinggapi mempengaruhi keberadaan lebah madu
dan produksi madu. Panen madu hutan rata-rata dalam sekali musim panen yaitu
sebesar 22.5 kg dan panen madu yang dihasilkan dijual seharga Rp 100 000/botol.
Berikut konseptualisasi submodel madu hutan pada Gambar 7.
13
MADU HUTAN
Pendapatan Madu
Persen Pengumpul Madu
Pengeluaran madu
kk madu
Upah tiap panen
Panen madu rata2
Penerimaan madu
Pendapatan madu masy
Volume panen madu
Lahan tumbuh
Harga madu
Biay a panen madu
siklus panen madu
Gambar 7 Submodel madu hutan
Submodel Pendapatan
Perusahaan mendapatkan penerimaan setiap tahunnya dari kayu yang
dikeluarkan selama proses produksi. Penerimaan tersebut berasal dari volume kayu
yang dipanen dikalikan dengan harga kayu per meter kubiknya. Pengeluaran
perusahaan terdiri dari biaya pemanenan per m² kayu yang dipanen, biaya
operasional tahunan perusahaan dan biaya untuk membayar pajak dan pungutan
kehutanan. Besarnya biaya pemanenan dipengaruhi oleh biaya pemanenan kayu/m³
dan volume kayu yang ditebang. Besarnya biaya PSDH dan DR merupakan
perkalian antara besarnya tarif masing-masing pungutan dengan volume kayu yang
ditebang. Besarnya IHH dipengaruhi oleh tarif dengan luas konsesi. Berikut
konseptualisasi submodel pendapatan pada Gambar 8.
14
PENDAPATAN
Pendapatan TKW masy
Pendapatan Madu
Pendapatan karet masy
Pendapatan karet
Pendapatan madu masy
Pendapatan rotan masy
Pendapatan HHBK
Pendapatan total masy
Pendapatan rotan
Pendapatan TKW
Pendapatan rata2 per kk
Pendapatan total
Biay a peny iapan log
Pendapatan kay u
Biay a peralatan
Harga kay u Dipt
Biay a penebangan
Biay a muat bongkar
Penerimaan kay u
Pengeluaran perusahaan
Biay a pemanenan per m3
operasional
Harga Kay u ND
Biay a peny aradan
IHPH
Prod tbg ND
Biay a pengangkutan
Prod tbg Dipt
DR
Tarif IHPH
Biay a pemanenan total
PSDH
Sumber Lahan
Prod tbg ND
PSDH
Prod tbg ND
DR
Prod tbg Dipt
Tarif PSDH
V ND
Tarif DR
Prod tbg Dipt
~
JPT 2
VD
Gambar 8 Submodel pendapatan
Evaluasi Model
Evaluasi model bertujuan menguji kelogisan model yang di buat dengan
membandingkan data aktual. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil
proyeksi dinamika struktur tegakan berdasarkan kegiatan simulasi dengan data
tegakan sebenarnya yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. Struktur
tegakan hasil simulasi submodel dinamika struktur tegakan dan hasil pengukuran
di lapangan dapat dilihat pada Tabel 2.
15
Tabel 2 Perbandingan struktur tegakan hasil proyeksi dengan kondisi sebenarnya
di lapangan.
Blok Tebangan
Struktur
Kelompok
Jumlah Pohon Per Hektar
1999
Tegakan
10 - 19
20-29
30-39
40-49
50Up
2001
2003
2005
2007
Tegakan
Aktual
Model
Dipterocarpaceae
94
94
85
97
79
97
86
98
91
99
Non
Dipterocarpaceae
61
61
55
74
73
85
84
94
95
102
Dipterocarpaceae
48
48
47
48
51
48
46
48
52
49
Non
Dipterocarpaceae
34
34
37
33
38
33
36
34
32
35
Dipterocarpaceae
21
21
24
23
23
24
22
26
28
27
Non
Dipterocarpaceae
17
17
16
18
16
19
15
20
21
20
Dipterocarpaceae
12
12
12
12
12
13
11
13
18
14
Non
Dipterocarpaceae
8
8
9
8
9
9
7
9
13
10
Dipterocarpaceae
20
20
21
20
13
21
23
21
30
22
Non
Dipterocarpaceae
4
4
5
4
5
5
5
6
15
6
Model
Aktual
Model
Aktual
Model
Aktual
Model
0
1.5
3.8
3.0
4.6
0
5.4
3.1
3.9
13.0
Terima Hₒ
Terima Hₒ
Terima Hₒ
Terima Hₒ
Terima Hₒ
∑x² hitung
Kriteria
Aktual
x²tabel = 13.27% (taraf nyata 1%)
Berdasarkan uji hipotesis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa hasil proyeksi
dinamika struktur tegakan berdasarkan kegiatan simulasi sama dengan data tegakan
sebenarnya yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, sehingga model
simulasi dapat digunakan untuk menduga dinamika struktur tegakan di areal
pengusahaan hutan PT Suka Jaya Makmur dimasa yang akan datang.
Selain itu juga dilakukan evaluasi sensitivitas model terhadap perubahan nilai
dari parameter-parameter penting antara variabel dan model. Submodel yang akan
dievaluasi dalam hal ini adalah submodel dinamika struktur tegakan. Evaluasi
sensitivitas model yang akan dilakukan dengan merubah parameter ingrowth,
upgrowth, dan mortality. Perubahan parameter ingrowth jika ingrowth = 0 maka
akan terjadi penurunan potensi tegakan pada masa yang akan datang karena
terhentinya input awal dari semai menjadi pancang dan seterusnya sampai menjadi
pohon masak tebang (Gambar 9). Perubahan upgrowth jika upgrowth = 0 maka
menyebabkan penurunan potensi tegakan pada masa yang akan datang karena tidak
ada kenaikan individu ke tingkat yang lebih tinggi (Gambar 10). Perubahan
mortality jika mortality = 0 maka persedian pohon masak tebang akan terakumulasi
sepanjang waktu simulasi (Gambar 11) hal ini disebabkan karena penambahan
individu (ingrowth) yang tidak diimbangi oleh laju pengurangan yaitu mortality.
16
1: KD 50up
1:
40
1:
20
1
1
1:
1
0
1999.00
2012.75
Page 1
1
2026.50
Tahun
2040.25
23:22
2054.00
09 Sep 2014
Gambar 9 Dinamika tegakan 50 cm jika ingrowth bernilai nol
1: KD 50up
1:
40
1:
20
1:
0
1
1999.00
1
2012.75
Page 1
1
2026.50
Tahun
1
2040.25
23:28
2054.00
09 Sep 2014
Gambar 10 Dinamika tegakan 50 cm jika upgrowth bernilai nol
1: KD 50up
1:
60
1:
30
1
1
1
1
0
1:
1999.00
Page 1
2012.75
2026.50
Tahun
2040.25
23:23
2054.00
09 Sep 2014
Gambar 11 Dinamika tegakan 50 cm jika mortality bernilai nol
17
Penggunaan Model
Skenario 1
Pada skenario ini diasumsikan bahwa sumber pendapatan perusahaan berasal
dari pengelolaan kayu yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan masyarakat
berasal dari HHBK yang dikelola oleh masyarakat. Pendapatan perusahaan selama
izin konsesi mencapai Rp 271 903 660 283 sedangkan pendapatan masyarakat
apabila mengelola HHBK mengalami peningkatan sehingga pendapatannya
mencapai Rp 519 588 750.
Tabel 3 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan skenario 1
Tahun
2000
2010
2020
2030
2040
2054
Pendapatan Perusahaan (Rp)
182 040 956 010
119 773 195 224
179 263 758 099
269 748 508 140
322 734 448 990
271 903 660 283
Pendapatan Masyarakat (Rp)
33 588 750
123 588 750
213 588 750
303 588 750
393 588 750
519 588 750
Skenario 2
Pada skenario ini diasumsikan bahwa perusahaan tidak memproduksi kayu
maka hanya HHBK yang dikelola, sedangkan masyarakat hanya sebagai pekerja.
Pendapatan perusahaan dari HHBK sebesar Rp 175 710 900 429dan pendapatan
masyarakat yang berperan sebagai pekerja mendapatkan pendapatan hingga akhir
masa konsesi sebesar Rp 180 852 937
Tabel 4 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan skenario 2
Tahun
2000
2010
2020
2030
2040
2054
Pendapatan Perusahaan (Rp)
26 202 900 429
31 713 567 095
47 304 233 762
72 974 900 429
108 725 567 095
175 710 900 429
Pendapatan Masyarakat (Rp)
25 332 937
54 132 937
82932 937
111 732 937
140 532 937
180 852 937
Skenario 3
Pada skenario ini diasumsikan bahwa sumber pendapatan perusahaan berasal
dari pengelolaan kayu dan HHBK, sedangkan masyarakat sebagai pekerja.
Pendapatan perusahaan meningkat mencapai Rp 447 614 560 712, sedangkan
pendapatan masyarakat sebagai pekerja sebesar Rp 180 852 937 hingga akhir
konsesi. Peningkatan pendapatan perusahaan karena semua sumber daya dikelola
oleh perusahaan.
18
Tabel 5 Prediksi pendapatan perusahaan dan masyarakat berdasarkan skenario 3
Tahun
2000
2010
2020
2030
2040
2054
Pendapatan Perusahaan (Rp)
208 243 856 439
151 486 762 319
226 567 991 861
342 723 408 569
431 460 016 086
447 614 560 712
Pendapatan Masyarakat (Rp)
25 332 937
54 132 937
82 932 937
111 732 937
140 532 937
180 852 937
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan dari tiga skenario yang
dibuat maka skenario pengelolaan hutan yang terbaik adalah skenario tiga
perusahaan mengelola kayu dan HHBK, sedangkan masyarakat sebagai pekerja.
Pendapatan perusahaan pada skenario tiga mencapai nilai maksimal sebesar Rp 447
614 560 712 sampai akhir konsesi disebabkan semua sumber daya baik kayu
maupun HHBK berupa getah karet, tengkawang, madu hutan, dan rotan dikelola
oleh perusahaan. Pendapatan masyarakat sebagai pekerja sebesar Rp 180 852 937
sampai akhir konsesi dengan pendapatan rata-rata per KK per tahun sebesar Rp 10
114 117.
Saran
Berdasarkan pemodelan simulasi pengelolaan hasil hutan ini diharapkan
dapat digunakan pada areal pengusahaan hutan PT Suka Jaya Makmur. Tetapi
dalam penggunaanya harus selalu dilakukan validasi terhadap parameter-parameter
sistem dan keterkaitan antara parameter untuk menyesuaikan hasil simulasi dengan
keadaan yang sebenarnya di alam.
Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan survei pengelolaan
HHBK pada seluruh desa di sekitar areal perusahaan, sehingga data pengelolaan
HHBK lebih lengkap.
19
DAFTAR PUSTAKA
Boerhendhy I, Kuswanhadi. 2006. Pengaruh Ukuran Polibeg Pada Pertumbuhan Bibit
Berbagai Klon Karet. Buletin Perkebunan Rakyat. 8(2): 95-101.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19
Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta:
Dephut.
Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia Dari Masa Ke
Masa. Bogor (ID): IPB Press.
Labetubun M S. 2004. Metode pengaturan hasil hutan tidak seumur melalui
pendekatan model dinamika sistem [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Maryana I. 2007. Rotan Primadona Hasil Hutan Non Kayu. Majalah Kehutanan
Indonesia. Edisi III.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu. Jakarta
Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber
Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.
Soerinegara I. 1978. Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bagian II. Bahan Kuliah
Pasca Sarjana. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sofyan K. 2000. Strategi Penelitian Teknologi Hasil Hutan untuk Meningkatkan
Peran Hasil Hutan Non Kayu Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wahyudi A, Sandan A & Rombe R. 2010. Sebaran dan Asosiasi Jenis Pohon
Penghasil Tengkawang (Shorea spp.) 01 Kalimantan Barat. Samarinda (ID):
Balai Penelitian dan Pengembangan kehutanan.
Wollenberg E. 1998. Incomes From The Forest: Methods For The Development
and Conservation of Forest Products For Local Communities. Bogor (ID):
CIFOR
20
Lampiran 1 Konseptualisasi model
21
Lampiran 2 Persamaan model
22
Lampiran 2 (Lanjutan)
23
Lampiran 2 (Lanjutan)
24
Lampiran 2 (Lanjutan)
25
Lampiran 2 (Lanjutan)
26
Lampiran 2 (Lanjutan)
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Februari 1992, merupakan anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Maman Kusuma Sumantri dan Cicih
Warnasih. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP
Negeri 4 Bogor pada tahun 2007, melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas
di SMA Negeri 5 Bogor sampai tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis di
terima di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor melalui jalur PMDK. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam beberapa
kegiatan kemahasiswaan seperti himpunan profesi Forest Management Students
Club (FMSC) sebagai anggota divisi pengelola sumber daya manusia (2011-2013)
dan Pengurus Cabang Sylva IPB sebagai anggota divisi pengkaderan dan penguatan
organisasi (2011-2012).
Kegiatan praktik yang telah dilakukan penulis dibidang kehutanan yaitu
praktik pengenalan ekosistem hutan (P2EH) di Gunung Ciremai dan Indramayu
pada tahun 2012, praktik pengelolaan hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGP) pada tahun 2013 serta pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Praktik
Kerja Lapang (PKL) di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan
Barat.
Penulis menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pemodelan Simulasi
Pengelolaan Hutan Alam di PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan di bawah bimbingan Dr Ir Budi Kuncahyo,
MS.