Model Persamaan Alometrik Penduga Biomassa dan Masa Karbon Pohon Di Hutan Alam Tropika Basah (Studi Kasus Di ArealIUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemanasan global merupakan akibat dari fenomena efek rumah kaca yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, antara lain: karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan sulfur heksafluorida (SF6) yang mengakibatkan naiknya suhu udara di bumi. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka fenomena tersebut akan mengancam kehidupan semua mahkluk hidup di bumi.

Berkaitan dengan fenomena tersebut para pemerhati lingkungan mulai mengkhawatirkan kondisi yang akan terjadi di bumi apabila pemanasan global terus berlanjut. Oleh karena itu perlu adanya usaha penurunan emisi gas rumah kaca. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melestarikan hutan/mengkonservasi vegetasi di muka bumi ini karena vegetasi mampu mengendalikan gas rumah kaca dengan jalan menyerap CO2 melalui proses fotosintesis.

Tumbuhan secara alami diberi kemampuan untuk dapat mengikat karbondioksida di atmosfer melalui proses fotosintesisnya. Hasil fotosintesis ini disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai vegetasi tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Secara umum hutan dengan pohon-pohon yang sedang berada pada fase pertumbuhan mampu menyerap lebih banyak CO2, sedangkan hutan dewasa dengan pertumbuhan yang kecil hanya menyimpan stok karbon tetapi tidak dapat menyerap CO2 berlebih/ekstra.

Karbon yang diserap oleh hutan tersimpan di atas dan di bawah permukaan tanah. Karbon di atas permukaan tanah disimpan dalam tegakan berdiri, tumbuhan bawah, serasah, dan tegakan yang telah mati, sedangkan karbon di bawah permukaan tanah tersimpan dalam akar, tanah, dan biota tanah. Ekosistem alam dapat menyerap karbon dengan baik dan secara signifikan dapat meningkat jika dilakukan pengelolaannya dengan baik. Hutan sebagai salah satu


(2)

ekosistem yang didominasi oleh vegetasi pepohonan dapat menyerap karbon di udara yang diubah menjadi biomasa pohon dalam jumlah besar.

Kadar karbon dalam setiap lokasi dan jenis berbeda-beda, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan sifat fisik dan kualitas tempat tumbuhnya. Dengan demikian untuk mengetahui kadar karbon disuatu tempat perlu diadakan penelitian untuk menghitung stok karbon yang terdapat pada pohon yang tumbuh di tempat tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan persamaan alometrik biomassa pohon dan mendapatkan persamaan alometrik massa karbon di hutan alam tropika basah di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur


(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah

Di dalam Undang–Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Ekosistem hutan di Indonesia dikelompokkan kedalam dua formasi, yaitu: formasi klimatis dan formasi edafis. Formasi klimatis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, seperti: temperatur, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan angin. Formasi edafis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah, seperti: sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Indriyanto 2005).

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) Indonesia memiliki berbagai tipe hutan yaitu Hutan Hujan Tropika, Hutan Musim, Hutan Gambut, Hutan Rawa, Hutan Payau, Hutan Kerangas, dan Hutan Pantai. Hutan tropika merupakan hutan yang paling subur, hutan jenis ini terdapat diwilayah tropika atau berada didekat garis equator yang terletak pada 10ºLU dan 10º LS. Hutan hujan tropika merupakan habitat yang paling kaya dan kompleks. Hutan ini terdapat di wilayah tropika dengan suhu relatif tinggi 25ºC-26ºC, serta curah hujan yang berkelimpahan sekitar 2000 mm–4000 mm dan dengan kelembaban rata–rata sekitar 80%.

Tegakan hutan hujan tropis didominsi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada dihutan hujan tropis sangat tinggi. Hutan hujan tropis di Kalimantan memiliki lebih dari 40,000 spesies tumbuhan, dan merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di dunia. Tajuk hutan hujan tropis sangat rapat, terdapat tumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon.

Hutan Tropika Dataran Rendah merupakan salah satu tipe hutan di Indonesia yang diklasifikasikan berdasarkan iklim dan ketinggian tempat. Hutan


(4)

Tropika Dataran Rendah biasanya memiliki ketinggian 0 sampai 1000 mdpl. Penyebaran tipe ekosistem Hutan Tropika Dataran Rendah meliputi pulau–pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi dan beberapa pulau Maluku. Di Hutan Tropika Dataran Rendah banyak terdapat spesies pohon anggota family Dipterocarpaceae, terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops dan Cotylelobium. Hutan Tropika Dataran Rendah disebut juga dengan hutan Dipterocarps (Indriyanto 2005)

2.2 Biomassa

Menurut Suhendang (2002) biomassa didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik hidup yang terdapat dalam tegakan yang dinyatakan dalam berat kering oven dalam ton per unit area. Jumlah biomassa dalam hutan merupakan selisih antara produksi melalui fotosintesis dan konsumsi melalui respirasi.

Menurut Brown (1997) biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang dan atau dibakar. Sebaliknya, melalui penaksiran dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat diikat dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida dari udara dan mengubah zat tertentu menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis.

Biomassa dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu: biomassa di atas permukaan tanah atau above ground biomass dan biomassa di bawah permukaan tanah atau below ground biomass. Biomassa di atas permukaan tanah adalah semua materi hidup di atas permukaan, seperti: batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji, dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata tumbuhan bawah di lantai hutan, sedangkan biomassa di bawah permukaan tanah adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup (Sutaryo 2009).

Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). Biomassa hutan berperan penting dalam siklus karbon. Hutan mengabsorpsi CO2 selama


(5)

proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan (Rused 2009).

Biomassa di hutan terdiri atas biomassa bahan hidup, biomassa bahan mati, tanah dan produk kayu. Dari biomassa tersebut menurut Brown (1997) umumnya karbon menyusun 40-50% bahan kering (biomassa) dari tanaman.

2.3 Metode Penghitungan Biomassa

Menurut Sutaryo (2009) terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa, sebagai berikut :

1. Sampling dengan pemanenan (Destructive sampling)

Metode ini dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk akarnya, mengeringkannya, dan menimbang berat biomassanya. Aplikasi metode ini untuk mengukur biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang beberapa area cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan menggunakan persamaan alometrik.

2. Sampling tanpa pemanenan (Non-destructive sampling)

Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengukuran tanpa melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi atau diameter pohon dan menggunakan persamaan alometrik untuk mengeksplorasi biomassa.

3. Pendugaan melalui penginderaan jauh

Hasil penginderaan jauh dengan resolusi sedang sangat bermanfaat untuk membagi area menjadi kelas-kelas vegetasi relatif homogen. Hasil pembagian kelas ini menjadi panduan untuk proses survey dan pengambilan data lapangan. Untuk mendapatkan estimasi biomassa dengan tingkat keakuratan yang baik memerlukan hasil pengindaraan jauh dengan resolusi yang tinggi, tetapi hal ini akan menjadi metode alternatif dengan biaya yang besar.


(6)

4. Pembuatan model

Model digunakan untuk menghitung estimasi biomassa dengan frekuensi dan intensitas pengamatan insitu atau penginderaan jauh yang terbatas. Umumnya, model empiris ini didasarkan pada jaringan dari sampel plot yang diukur berulang, yang mempunyai estimasi biomassa yang sudah menyatu atau melalui persamaan alometrik yang mengkonversi volume menjadi biomassa.

2.4 Karbon

Karbon adalah unsur kimia dengan nomor atom 6 dan massa atom 12,011115, bukan merupakan unsur logam yang dalam bentuk arang, berwarna hitam, dalam bentuk grafit, berwarna abu-abu, dan dalam bentuk intan murni tidak berwarna atau bening (Anonim 2007). Karbon merupakan salah satu bahan organik terbesar yang menyusun kayu yaitu sebesar 49 %. Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen.

Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), jumlah C (karbon) tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan C suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah, BOT).

Hutan alami merupakan penyimpan karbon tertinggi karena keragaman jenis vegetasi yang tinggi, tumbuhan bawah dan serasah di permukaan tanah yang banyak. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam biomasa berupa daun, batang, ranting, cabang, bunga, dan buah (Hairiah & Rahayu 2007)


(7)

Menurut Dury et al. (2002) diacu dalam Balinda (2008) menyebutkan bahwa dalam tegakan hutan lokasi keberadaan karbon adalah sebagai berikut : a. Pepohonan dan akar: Biomassa hidup, baik yang terdapat di atas permukaan

dan di bawah permukaan dari berbagai jenis pohon, termasuk batang, daun dan cabang, serta akar.

b. Vegetasi lain: Vegetasi bukan pohon (semak, belukar, herba, dan rerumputan) c. Sampah hutan: Biomassa mati di atas lantai hutan termasuk sisa pemanenan d. Tanah: Karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun dalam

bentuk mineral karbonat. Karbon dalam tanah mungkin mengalami peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya dan sekarang serta kondisi pengolahan tanah.

Hutan tropika merupakan salah satu penyedia karbon yang memiliki potensi yang besar. Menurut Junaedi (2007) hutan tropis dataran rendah areal bekas tebangan menyimpan massa karbon di atas permukaan tanah sebesar 57.68–107.71 ton C/ha dan di hutan primer sebesar 229.33 ton C/ha.

2.5 Kadar Air dan Berat Jenis Kayu

Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kayu bebas air atau kering tanur (BKT). Air di dalam tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu: air bebas dan air terikat. Air bebas merupakan air yang berada pada rongga sel dan relatif mudah untuk dikeluarkan dan merupakan air yang pertama hilang dalam proses pengeringan sedangkan air terikat adalah air yang berada di dalam dinding sel dan terikat lebih kuat karena adsorbsi permukaan dalam struktur kayu (Haygreen & Bowyer 1989).

Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan volume pada kadar air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada 4ºC (Haygreen & Bowyer 1989). Berat jenis kayu merupakan satu sifat fisik kayu yang paling penting. Berat jenis kayu biasanya dipengaruhi oleh umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang, kecepatan tumbuh dan kadar air yang terkandung di dalam kayu tersebut. Berat jenis suatu kayu akan naik jika kandungan air yang menjadi dasarnya berkurang dibawah titik jenuh serat (TJS) (Haygreen & Bowyer 1989).


(8)

2.6 Kadar Abu dan Zat Terbang

Menurut Achmadi (1990), diacu dalam Purwitasari (2011) kadar abu adalah jumlah oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi. Abu tersusun dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Komponen utama abu dalam kayu tropis ialah kalium, kalsium, magnesium dan silika. Galat dalam penetapan kadar abu dapat disebabkan oleh hilangnya klorida logam alkali dan garam-garam amonia serta oksidasi tidak sempurna pada karbonat dari logam alkali tanah . Kadar zat terbang adalah persen kandungan zat-zat yang mudah menguap yang hilang pada pemanasan 950°C yang terkandung pada arang terhadap berat kering bahan bebas air. Secara kimia zat terbang terbagi menjadi tiga sub golongan, yaitu senyawa alifatik, terpena dan senyawa fenolik. Zat-zat yang menguap ini akan menutupi pori-pori kayu dari arang (Haygreen & Bowyer 1989).

2.7 Alometrik

Metode alometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol 1999, diacu dalam Mugiono 2009). Persamaan alometrik merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas yang diduga oleh satu atau lebih peubah bebas. Contohnya adalah hubungan antara volume pohon, biomassa atau massa karbon dengan diameter dan tinggi pohon.

Penelitian mengenai persamaan alometrik untuk menduga biomassa dan karbon telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Brown (1997) mengembangkan model persamaan alometrik untuk menduga biomassa di hutan tropika yang dikelompokkan berdasarkan curah hujan. Persamaan alometrik ini menggunakan parameter diameter setinggi dada dan tinggi total pohon. Persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.


(9)

Tabel 1 Model alometrik penduga biomassa pohon menurut perbedaan curah hujan

Tempat tumbuh

(curah hujan mm/th) Persamaan alometrik

Selang diameter Pohon contoh

(cm)

Jumlah Pohon contoh

R2

Kering ( < 1500) Y= 0.139D2.32 5-40 28 0.89

Lembab (1500-4000) Y= 42.6 –12.8D+1.242D2 Y= 0.118D2.53

Y= 0.092D2.60

5-148 5-148 5-148

170 170 170

0.84 0.97 - Basah (>4000) Y= 21.3 –6.95D+0.74D2

Y= 0.037D1.89H

5-112 5-112

169 169

0.92 090 Sumber : Brown (1997)

Keterangan : Y : Biomassa pohon (kg/pohon) D : Diameter setinggi dada (cm) H : Tinggi pohon (m) (-) : Tidak ada keterangan


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka

Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 bulan

yang terdiri dari 2 tahap, yaitu; tahap pengambilan data di lapangan pada Juli 2011 dan tahap pengujian contoh uji laboratorium untuk menganalisis sampel bagian pohon, yaitu: daun, ranting, cabang, batang utama, dan akar yang dilakukan pada Agustus–September 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pohon–pohon dominan yang terdapat di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur sebanyak 40 pohon yang terdiri dari kisaran diameter 5 sampai lebih dari 60 sentimeter yang dibagi kedalam sembilan kelas. Dari masing-masing pohon diambil 3 contoh uji tiap-tiap bagian pohon mulai dari daun, ranting, cabang, batang utama, dan akar

Alat yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu alat yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan, meliputi: buldozer, chainsaw, meteran, pita keliling, kompas, tongkat sepanjang 1.3 m, timbangan, parang, tambang, terpal, kantong plastik, sikat, kuas, katrol, tally sheet dan alat tulis. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk pengujian contoh uji di laboratorium, meliputi: timbangan, oven tanur listrik, desikator, cawan porselen, alat penggiling (willey mill), dan alat saring (mesh screen) ukuran 40-60 mesh.

3.3 Metode Pengumpulan Data di Lapangan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan, yaitu: meliputi data diameter dan panjang setiap batang utama dan cabang serta berat basah dari daun, ranting, akar, dan tunggak.


(11)

Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari IUPHHK PT Suka Jaya

Makmur, sebagai berikut :

1. Peta lokasi penelitian

2. Keadaan lapangan yang meliputi topografi, tanah, geologi dan iklim 3. Keadaan hutan yang meliputi tipe hutan dan potensi hutan

4. Data ITSP (Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan) tahun 2011.

3.4Metode Pengambilan Data Primer 3.4.1 Metode Pemilihan Pohon Sampel

Jumlah sampel pohon yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 40 pohon dari jenis dominan yang akan dipilih dari kelas-kelas diameter pohon yang terdapat di lapangan dan ditebang dari IUPHHK PT Suka Jaya Makmur. Pohon yang dijadikan sampel merupakan pohon yang sehat dan normal yang diambil secara

purposive sampling.

Tiap-tiap pohon sampel diukur diameternya pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah dan diberi nomor pohon mulai dari nomor 1 sampai dengan 40. Kemudian pohon-pohon tersebut ditebang dan diukur volume batang utama dan cabangnya, serta berat basah ranting, daun, akar dan tunggak.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data Pohon Sampel

Metode pengumpulan data pohon sampel melalui tahap sebagai berikut (Elias 2010):

1. Persiapan Sebelum Penebangan Pohon Sampel

Persiapan sebelum penebangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan peralatan berupa chainsaw untuk pemangkasan cabang,

penebangan dan pemotongan batang utama. Parang untuk pemangkasan ranting dan daun. Bulldozer dan cangkul dipergunakan untuk menggali tunggak dan akar kemudian dibersihkan dengan menggunakan kuas tembaga.

b. Menyiapkan wadah dari terpal di atas permukaan tanah di sekitar pohon sampel


(12)

c. Menyiapkan pita keliling untuk pengukuran diameter batang utama dan cabang serta timbangan untuk menimbang berat basah cabang, ranting, daun, akar dan tunggak

d. Menyiapkan tali tambang dan katrol untuk menahan cabang pohon yang dipangkas agar tidak terjatuh langsung ke atas tanah, sehingga tidak terjadi kerusakan dan kehilangan bagian-bagian pohon sampel.

2. Pengukuran Diameter Pohon Sampel.

Pengukuran diameter pohon sampel yang telah diberi nomor dilakukan pada ketinggian setinggi dada dengan menggunakan pita keliling dan tongkat sepanjang 1.30 m. Hasil pengukuran dicantumkan dalam tally sheet yang telah disediakan sesuai dengan nomor pohonnya.

3. Pemangkasan Cabang

Sebelum perebahan batang utama pohon (penebangan) terlebih dahulu dilakukan pemangkasan cabang-cabang pohon. Tujuan pemangkasan cabang pohon berdiri yaitu mengumpulkan bagian daun, ranting dan cabang sampel dengan saksama. Pemangkasan cabang dilakukan dengan cara memanjat pohon sampel dan dilakukan pemotongan cabang-cabang di atas pohon. Cabang yang telah dipotong diturunkan secara berhati-hati ke atas permukaan tanah dengan menggunakan penahan tali tambang yang telah disiapkan sebelumnya. Cabang, ranting dan daun-daun hasil pemangkasan dikumpulkan dan disimpan di atas wadah terpal yang telah disiapkan. Untuk kondisi tertentu, yaitu jika pohon sampel terdapat dipinggir jalan maka pemangkasan cabang tidak perlu dilakukan karena penebangan dapat diarahkan langsung ke badan jalan sehingga bagian daun, ranting dan cabang pun dapat dikumpulkan dengan saksama.

4. Penebangan Batang Utama

Penebangan batang utama pohon sampel dilakukan setelah pemangkasan cabang selesai. Perebahan pohon kecil dilakukan dengan memotong bagian tunggak yang dekat permukaan tanah secara langsung sedangkan untuk perebahan batang utama pohon sampel yang berdiameter besar (>30 cm) dilakukan dengan membuat takik rebah dan takik balas pada tunggak pohon yang diusahakan sedekat mungkin dengan permukaan tanah.


(13)

Bagian batang dari tunggak yang berada di atas permukaan tanah dipotong setelah penggalian tunggak dan akar, dan bagian batang tersebut disatukan dengan batang utama pohon.

5. Penggalian Tunggak dan Akar Pohon Sampel

Penggalian tunggak dan akar pohon harus dilakukan dengan hati-hati agar semua bagian-bagian akar dapat digali dari dalam tanah. Bagian tunggak dan akar yang masih terdapat tanah dibersihkan dengan parang, sikat dan kuas hingga bersih dari kotoran dan tanah.

6. Pemisahan Bagian–Bagian Pohon

Bagian–bagian pohon dipisahkan kedalam kelompok masing-masing yaitu:

a. Kelompok batang utama, yaitu batang mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai ujung batang utama berdiameter 10 cm

b. Kelompok cabang, yaitu bagian batang cabang berdiameter 10 cm ke atas c. Kelompok ranting, terdiri dari bagian cabang dan ranting berdiameter

≤10 cm

d. Kelompok akar, terdiri dari bagian akar tunjang dan akar lainnya

e. Kelompok daun, terdiri dari bagian tangkai daun, daun – daun, bunga dan buah.

7. Pengukuran Tinggi Pohon

Tinggi pohon diukur dalam keadaan batang utama sudah rebah di atas permukaan tanah. Tinggi yang diukur adalah tinggi pohon bebas cabang pertama dan tinggi pohon total. Alat yang digunakan adalah meteran.

8. Pengukuran Volume Batang Utama dan Cabang

Pengukuran volume batang utama dan batang cabang dilakukan secara terpisah. Batang utama dan batang cabang diberi tanda dengan interval panjang ±2 m. Parameter yang diukur adalah panjang (m) dan keliling (cm) pada ujung–ujung tiap sekmen batang dari batang utama dan cabang.

9. Penimbangan Berat Basah Ranting, Daun, dan Akar

Penimbangan berat basah ranting, daun, dan akar dilakukan secara terpisah. Akar–akar halus dan daun–daun yang akan ditimbang masing– masing dimasukkan ke dalam karung plastik yang telah diketahui beratnya,


(14)

kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kilogram, untuk ranting,dan akar berdiameter besar masing–masing diikat dengan tali plastik, dan ditimbang berat basahnya.

3.4.3 Metode Pengambilan Bahan Uji Laboratorium di Lapangan

Sampel bahan uji di laboratorium diambil dari bagian-bagian pohon masing-masing sampel pohon, yakni dari bagian batang utama, batang cabang, ranting, daun, dan akar. Sampel yang diambil dari masing-masing bagian pohon sampel adalah sebanyak 3 kali ulangan. Sehingga jumlah sampel bahan uji di laboratorium sama dengan 40x5x3 buah atau berjumlah 600 sampel, sebagai berikut :

1. 120 buah sampel batang utama 2. 120 buah sampel batang cabang 3. 120 buah sampel ranting

4. 120 buah sampel daun 5. 120 buah sampel akar.

Cara pengambilan sampel bahan uji di lapangan adalah sebagai berikut (Elias 2010)

1. Sampel batang utama (Bt U), diambil dari ujung (U), pangkal (P) dan bagian tengah (T) batang utama dengan membuat potongan melintang batang setebal ± 5 cm

2. Sampel batang cabang (Bt C) diambil dari cabang yang besar (B), sedang (S) dan kecil (K) yang diameternya >10 cm. Sampel diambil dengan cara membuat potongan melintang batang cabang setebal ±5 cm

3. Sampel ranting (R), diambil dari ranting-ranting besar (B), ranting sedang (S) dan ranting kecil (K) yang panjangnya dipotong-potong menjadi bagian ranting-ranting sepanjang ±20-30 cm. Setiap sampel beratnya ±1 kg

4. Sampel daun (D) diambil dari daun-daun yang telah dicampur sebanyak ±1 kg sebagai sampel

5. Sampel akar (A) diambil dari akar tunjang (T), akar besar (B) yang

diameternya >5 cm dan akar kecil (K) yang diameternya <5 cm. Setiap sampel beratnya ± 1 kg.


(15)

Sampel kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik, diberi kode sampel dan diikat ujung kantong plastiknya. Contoh kode sampel pohon adalah sebagai berikut :

Batang utama : Bt U1, P (Pohon ke-1-Batang utama-Pangkal) Bt U1, T (Pohon ke-1-Batang utama-Tengah) Bt U1, U (Pohon ke-1-Batang utama-Ujung)

Cabang : Bt C1, B (Pohon ke-1-Cabang-Besar)

Bt C1, S (Pohon ke-1-Cabang-Sedang) Bt C1, K (Pohon ke-1-Cabang-Kecil)

Ranting : R 1, B (Pohon ke-1-Ranting-Besar)

R 1, S (Pohon ke-1-Ranting- Sedang) R 1, K (Pohon ke-1-Ranting-Kecil)

Daun : D 1, I w(Pohon ke-1-Daun)

Akar dan tunggak : A 1, B (Pohon ke-1-Akar-Besar) A 1, S (Pohon ke-1-Akar-Kecil) A 1, T (Pohon ke-1-Akar Tunjang)

3.4.4 Metode Pengujian Bahan Uji Laboratorium

1. Berat Jenis Kayu

Contoh uji berat jenis kayu berukuran 2cmx2cmx2cm. Pengukuran berat jenis kayu dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut :

a. Menimbang contoh uji dalam keadaan basah untuk mendapatkan berat awal

b. Mengukur volume contoh uji : contoh uji dicelupkan dalam parafin, lalu dimasukkan kedalam tabung erlenmayer yang berisi air sampai contoh uji berada di bawah permukaan air. Berdasarkan hukum Archimedes volume sampel adalah besarnya volume air yang dipindahkan oleh contoh uji c. Contoh uji lalu dikeringkan pada suhu kamar sampai mencapai kadar air

kering udara (kira-kira 15%)

d. Kemudian contoh uji dikeringkan dalam tanur selama 24 jam dengan suhu 103±2°C dan ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya.


(16)

2. Kadar Air Kayu

Contoh uji kadar air dari batang utama, cabang dan akar yang berdiameter >5 cm dibuat dengan ukuran 2cmx2cmx2cm. Sedangkan contoh uji dari bagian daun, ranting dan akar kecil (berdiameter <5 cm) masing-masing ±300 gram.

Cara pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut : a. Contoh uji ditimbang berat basahnya

b. Contoh uji dikeringkan dalam tanur 103±2°C sampai tercapai berat konstan, kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang berat keringnya

c. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur ialah kadar air contoh uji.

3. Kadar Zat Terbang

Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Sampel dari tiap bagian pohon berkayu dipotong menjadi bagian-bagian kecil sebesar batang korek api, sedangkan sampel bagian daun dicincang b. Sampel kemudian dioven pada suhu 105°C selama 48 jam

c. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill)

d. Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran 40-60 mesh

e. Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ±2 gr, dimasukkan kedalam cawan porselen, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya dan ditimbang dengan alat timbang

f. Contoh uji dimasukkan kedalam tanur listrik bersuhu 950°C selama 2 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang g. Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap

berat kering contoh uji merupakan kadar zat terbang.

Pengukuran persen zat terbang terhadap sampel dari tiap bagian pohon dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.


(17)

4. Kadar Abu

Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam

tanur listrik bersuhu 750°C selama 6 jam

b. Selanjutnya didinginkan di dalam desikator dan kemudian ditimbang untuk mencari berat akhirnya

c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur contoh uji merupakan kadar abu contoh uji.

Pengukuran kadar abu terhadap sampel dari tiap bagian pohon dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

5. Kadar Karbon

Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana kadar karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang dan kadar abu.

3.5 Metode Pengolahan Data

1. Volume batang kayu menggunakan rumus Smalian :

V 4π Dp Du x L

Keterangan: V :Volume (cm3)

π : 3.14 (konstanta)

Dp : Diameter Pangkal (cm) Du : Diameter Ujung (cm) L : Panjang (cm)

2. Berat Jenis, rumus yang digunakan : BJ = K


(18)

Keterangan :

BJ : Berat Jenis

Kerapatan kayu (gr/cm3) : Berat kering tanur (gr)/volume(cm3)

Kerapatan air : 1 gr/cm3

3. Persen Kadar Air, rumus yang digunakan :

% KA BBc BKcBKc x % … … Haygreen & Bowyer

Keterangan : BBc : Berat Basah Contoh (gr) BKc : Berat Kering Contoh (gr) % KA : Persen Kadar Air

4. Berat Kering, rumus yang digunakan :

BK BB%K … … … Haygreen & Bowyer

Keterangan : BK : Berat Kering (gr)

BB : Berat Basah (gr) % KA : Persen Kadar Air

5. Penentuan Kadar Zat Terbang

Kadar zat terbang dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut :

K Z K %…… M

6. Penentuan Kadar Abu

Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut : %…… 7. Penentuan Kadar Karbon

Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut :

Kadar Karbon = 100% - Kadar Zat Terbang – Kadar Abu

8. Model hubungan antara biomassa atau massa karbon dan diameter pohon. Fungsi hubungan ini dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Dimana dari model tersebut akan diketahui tingkat keeratan hubungan antara biomassa atau massa karbon pohon dengan diameter pohon.


(19)

Pembuatan model menggunakan program minitab 14. Data yang digunakan untuk membangun persamaan biomassa dan massa karbon total pohon dan bagian-bagian pohon (daun, ranting, cabang, batang, dan akar) adalah biomassa atau massa karbon pohon (kg/pohon), diameter (sentimeter) dan tinggi pohon (meter).

Model persamaan yang digunakan adalah :

1. Model penduga biomassa dari satu peubah bebas : B = aDb

2. Model penduga biomassa dari dua peubah bebas : B = aDbTbcc

B = aDbTtotc

3. Model penduga massa karbon dari satu peubah bebas : C = aDb

4. Model penduga massa karbon dari dua peubah bebas : C = aDbTbcc

B = aDbTtotc Keterangan :

B : Biomassa (kg/pohon)

C : Massa Karbon (kg/pohon)

D : Diameter Pohon (cm)

Tbc : Tinggi Bebas Cabang (m)

Ttot : Tinggi Total (m)

a,b,c : Konstanta

Persamaan alometrik terbaik dipilih berdasarkan nilai simpangan baku (s) dan nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2 adjiusted). Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang menghasilkan nilai simpangan baku terkecil dan nilai koefisien determinasi terkoreksi yang terbesar.

1. Perhitungan simpangan baku (s)

Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap nilai aktual (sebenarnya). Dalam uji statistik dibadingkan beberapa persamaan sehingga diperoleh nilai s yang terkecil yang menunjukan bahwa nilai dugaan berdasarkan persamaan yang disusun mendekati nilai aktual, dengan kata lain, semakin kecil nilai s maka


(20)

semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai s ditentukan dengan rumus:

∑ ²

… (Drapper & Smith 1992) Keterangan :

S : Simpangan baku

Ya : Nilai Sesungguhnya

Yi : Nilai Dugaan

(n-p) : Derajat bebas sisaan

2. Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi (R2 adjusted)

Koefisien determinasi terkoreksi adalah nilai koefisien determinasi yang disesuaikan terhadap derajat bebas jumlah kuadrat sisa (JKS) dan jumlah kuadrat total terkoreksi (JKTT). Semakin tinggi nilai R2 adjusted, maka seakin tinggi pula keeratan hubungan antar peubah tak bebas (Y) dan peubah bebas (X). nilai R2 adjusted ditentukan dengan rumus:

R … (Drapper & Smith 1992)

Keterangan : R2(adj) : R2 adjusted

JKS : Jumlah kuadrat sisa

JKTT : Jumlah kuadrat total terkoreksi (n-p) : Derajat bebas sisa

(n-1) : Derajat bebas total

3.6 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif dan penyajian dalam bentuk gambar (histogram, diagram batang dan lain-lain).

2. Analisis perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon dilakukan analisis statistik dengan uji beda nilai tengah menggunakan uji t-student. Adapun parameter yang diuji, sebagai berikut:

a. Perbedaan kadar karbon rata-rata setiap bagian pohon yaitu pada bagian akar, batang, cabang, ranting dan daun.

b. Perbedaan kadar karbon berdasarkan kelas diameter setinggi dada (Ø 1.3 m).


(21)

c. Perbedaan kadar karbon berdasarkan jenis pohon. Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan formulasi hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh X terhadap Y H1 : Ada pengaruh X terhadap Y 2. Menentukan taraf nyata dan t tabel

i. Taraf nyata yang digunakan 5% (0,05)

ii. Nilai t tabel memiliki derajat bebas (db) = n-2 tα; n-2 = 2,015

3. Menentukan kriteria pengujian

Ho diterima (H1 ditolak) apabila t-hit ≤ t tabel Ho ditolak (H1 diterima) apabila t-hit > t tabel 4. Menentukan nilai uji statistik (nilai t-hit)

Rumus yang digunakan adalah (Walpole 1993) :

T hitung =

(

)

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − 2 2 2 1 2 1 0 2 1 n s n s d x x Keterangan :

t hitung : Beda nilai tengah

x1 : Rataan kadar karbon bagian pohon ke-1 x2 : Rataan kadar karbon bagian pohon ke-2 d0 : Selisih nilai beda tengah populasi = 0 S21 : Ragam bagian pohon ke-1

S22 : Ragam bagian pohon ke-2

n1 : Jumlah contoh bagian pohon ke-1 n2 : Jumlah contoh bagian pohon ke-2

5. Membuat kesimpulan


(22)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Areal

PT Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000. Luas areal berdasarkan SK Menhut No. 106/KPTS-II/2000 adalah seluas 171,340 ha, dimana luas Hutan Produksi Terbatas seluas 158.340 ha dan Hutan Produksi Tetap seluas 13,000 ha. Letak areal penelitian (RKT 2011) dalam areal kerja PT Suka Jaya Makmur dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Areal kerja PT Suka Jaya Makmur.

Menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur meliputi Kecamatan Tumbang Titi, Nanga Tayap, Sandai, Matan Hilir Selatan dan Sokan, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan berdasarkan pembagian kesatuan wilayah Daerah


(23)

Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah DAS Pawan sub DAS Pesaguan (sub-sub DAS Pending, sub-sub DAS Burung), sub DAS Kerabai, sub DAS Tayapdan sub DAS Pinoh.

Secara geografis, areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur merupakan areal kompak yang terletak diantara 110˚20’ BT - 111˚20’ BT dan 01˚20’ LS-01˚55’ LS. Selain batas geografis , terdapat juga batas-batas persekutuan sebagai berikut :

Utara : IUPHHK PT Duaja II dan PT Wanasokan Hasilindo Timur : Hutan Lindung dan Hutan Negara

Selatan : IUPHHK PT Wanakayu Batuputih dan Hutan Negara Barat : HPT PT Triekasari, PT Kawedar, dan Hutan Negara

4.2 Topografi

Topografi areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur umumnya bergelombang, datar dan landai hingga agak curam dengan persentase kemiringan lapangan seperti yang disajikan padaTabel 2. Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 300 m dpl dan maksimum 700 m dpl, dengan rata-rata ketinggian 500 m dpl.

Tabel 2.Luas areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur berdasarkan kelas lereng Klasifikasi Kelerengan (%) Luas (ha) Persentase (%)

Datar 0 – 8 35,726.02 20.85

Landai 8 – 15 26,883.34 15.69

Bergelombang 15 – 25 65,744.38 38.72

Curam 25 – 40 35,529.57 20.74

Sangat Curam >40 7,456.69 4.00

Jumlah 171,340 100

Sumber : Peta topografi PT Suka Jaya Makmur

4.3 GeologidanJenis Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi PT Suka Jaya Makmur adalah basal bunga, batuan gunung api kerabai, granit laur, granit sangiang dan granit suka dana. Formasi-formasi tersebut mengandung sedikit kadar magnetik yang merupakan peleburan dari sisa-sisa letusan gunung api. Pada areal hutan produksi ini tidak terdapat tambang


(24)

Sesuai dengan peta tanah Provinsi Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat pada areal pengusahaan hutan PT Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya terdiri atas tanah podsolik merah kuning. Sebagian besar jenis tanah di PT Suka Jaya Makmur adalah Podsolik merah, latosol, litosol dengan batuan induknya adalah batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf.

4.4 Hidrologi

Areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur pada dasarnya masuk dalam Kesatuan DAS Pawan, Sub DAS Pesaguan (Sub-sub DAS Pending, Sub-sub DAS Burung), Sub DAS Kerabai, Sub DAS Tayapdan Sub DAS Pinoh. Sungai utama adalah sungai Pawan dengan lebar 150–300 m dengan kedalaman 5–15 m dan sungai Pesaguan dengan lebar 60–150 m dengan kedalaman 4–10 m dimana kedua sungai tersebut bermuara kelaut Cina Selatan.

4.5 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1952), kondisi iklim

di areal PT Suka Jaya Makmur termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1500-3000 mm/thn. Hasil pengukuran curah

hujan dan hari hujan rata-rata di stasiun pengamatan cuaca terdekat dengan areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur (stasiun pengamatan cuaca TumbangTiti) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di areal IUPHHK PT Suka JayaMakmur

Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 203 212 232 248 237 189 147 156 219 314 315 289 11.5 8.9 9.4 10.4 9.2 6.4 5.1 5.7 6.9 9.5 10.9 12.4

Jumlah 2,761 184.1

Rata-rata 230 8.7


(25)

4.6 Kondisi Vegetasi Hutan

Kawasan hutan pada areal kerja PT Suka Jaya Makmur termasuk tipe hutan hujan tropika basah yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae antara lain meranti kuning, meranti merah, melapi, keruing, medang, sawang, benuang, kempas, mersawa, dan jenis-jenis komersil lainnya.

Berdasarkan peta paduserasi (RTRWP & TGHK) Provinsi Kalimantan Barat dan peta penunjukan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat areal PT Suka Jaya Makmur seluas 171,430 ha terdiri dari Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 153,185 ha dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 18,175 ha. Dari hasil pengukuran luas secara planimetris pada foto citra landsat liputan tahun 2009 skala 1: 100,000 luas areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur 171,340 ha, dengan kondisi penutupan lahan (vegetasi) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi penutupan vegetasi dan fungsi hutan areal IUPHHK. PT Suka Jaya Makmur

No Penutupan Lahan Fungsi Hutan (ha) Buffer Zone HL

jumlah Persen (%)

HPT HP

1 Hutan Primer 2,474 25,320 3,180 31,174 18.19 2 Hutan Bekas Tebangan 13,826 105,746 6,807 126,379 73.76

3 Non Hutan 1,475 2,950 - 4,425 2.58

4 Tertutup Awan 1,569 7,420 373 9,362 5.47

Jumlah 19,344 141,436 10,360 171,340 100.00

Sumber : PT Suka Jaya Makmur

Potensi tegakan hutan berdasarkan hasil ITSP (Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan) pada RKT (Rencana Kerja Tahunan) tahun 2011 di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur disajikan pada Tabel 5.


(26)

Tabel 5.Rekapitulasi hasil ITSP di areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur tahun 2011

No Kelompok Jenis

Kelas Diameter

20-29 cm 30-39 cm 40-49 cm 50-59 cm 60 cm up 20 cm up

N (individu

/Ha)

Vol (m3/Ha)

N (individu

/Ha)

Vol (m3/Ha)

N (individu

/Ha)

Vol (m3/Ha)

N (individu

/Ha)

Vol (m3/Ha)

N (individu

/Ha)

Vol (m3/Ha)

N (individu

/Ha)

Vol (m3/Ha)

1 Kelompok

Meranti 1.58 0.60 2.38 1.96 2.58 3.99 2.09 5.03 5.83 32.84 14.45 44.43

2 Rimba

Campuran 3.36 1.24 3.82 3.02 2.62 3.86 1.01 2.35 1.12 5.14 11.94 15.62

3 Kayu Indah 0.30 0.10 0.47 0.35 0.39 0.50 0.23 0.45 0.29 1.14 1.67 2.53

Jumlah 5.23 1.95 6.67 5.33 5.59 8.35 3.33 7.82 7.24 39.13 28.06 62.58


(27)

4.7 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Penduduk desa yang berada disekitar IUPHHK PT Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya merupakan Etnis Dayak dan sisanya merupakan Suku Melayu, Tionghoa, dan Jawa. Etnis Dayak yang berdomisili di wilayah IUPHHK PT Suka Jaya Makmur adalah Dayak Kapus, Dayak Laman Tawa, Dayak Laman Tuha, dan Dayak Keluas. Mayoritas Agama yang dipeluk oleh penduduka dalah agama Katolik. Kedua terbesar adalah agama Kristen Protestan, sisanya pemeluk agama Islam, dan agama lainnya.

Pada umumnya mata pencaharian penduduk desa di sekitar IUPHHK PT Suka Jaya Makmur adalah petani tradisional yang lebih dikenal sebagai peladang berpindah. Selain berladang sebagian penduduk desa juga mempunyai aktifitas di kebun karet, sawah, dan mengumpulkan biji tengkawang pada musim buah.

4.8 Aksesibilitas

Areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur memiliki tingkat aksesiblitas yang cukup tinggi. Untuk menuju base camp IUPHHK PT Suka Jaya Makmur secara umum melalui kota Ketapang. Dari kota Ketapang ke base camp, dapat melalui 2 macam jalan ,yaitu : (a) Jalan darat yang melalui ruas jalan Ketapang–Siduk (60 km), Siduk–DesaSei Kelly (61 km) dan Desa Sei Kelly–base camp (37 km), (b) jalan air melalui sungai Pawan antara Ketapang–log pond di desa Sei Kelly (± 3 jam ) dan jalan darat antara log pond–base camp (38 km). Sebagian besar jalan darat tersebut dapat dilalui kendaraan pada musim kemarau.

Untuk mencapai lokasi setiap blok tebangan dapat melalui jalan darat yang berupa jalan pengerasan yang keadaanya baik. Sedangkan di dalam blok, banyak terdapat jalan tanah yang dalam rencana akan dikembangkan menjadi jalan cabang maupun jalan induk.

Lapangan udara Rahadi Oesman di Ketapang adalah lapangan udara yang terdekat dengan areal IUPHHKPT Suka Jaya Makmur. Lapangan udara tersebut untuk pendaratan pesawat jenis Twin Otter dari Pontianak maupun dari Jakarta. Hubungan antara Ketapang dan Pontianak dilaksanakan oleh perusahaan penerbanagan Merpati Air Lines (MNA) dan Dirgantara Air Service (DAS) dengan


(28)

frekwensi 3 kali sehari. Sedangkan dari Jakarta hanya dilayani oleh MNA dengan frekwensi 3 kali seminggu. Pelabuhan laut juga terdapat di Ketapang yang dapat di singgahi oleh jenis kapal untuk pelayaran samudra nusantara, local rakyat dan khusus. Hubungan pos dan telekomunikasi yang terdapat di Ketapang berupa telepon sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) sedangkan hubungan antara kampong dengan kampung lain atau kampong dengan kecamatan dan sebaliknya dilaksanakan dengan sistem kurir.


(29)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pohon Sampel

Kusuma (2009) menyebutkan terdapat 40 jenis pohon dominan di lokasi penelitian. Berdasarkan data dominansi jenis-jenis tersebut dalam penelitian ini dipilih jenis-jenis yang paling dominan, yang: menghasilkan 14 jenis pohon sampel. Empat belas jenis pohon tersebut yaitu meranti merah (Shorea pinanga), kumpang (Knema comferta), ubar (Sizigium junghuhnii), ulin (Eusideroxylon zwageri), nyatoh (Palaquium innophylum), sawang, keruing (Dipterocarpus creenitus), mayau (Shorea johorensis), meranti kuning (Shorea accuminattisima), lengkuham (Letcea letocarpa), rambutan (Nephylium indum), keranji (Dialium cuspidatum), medang (Dahasia cahesea), dan kempas (Kempasia excelsa). Jenis-jenis pohon sampel dan jumlahnya dalam kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis dan jumlah pohon sampel dalam tingkat kelas diameter Kelas Diameter

(cm) Jenis Pohon Jumlah Pohon Total

5‐10

Meranti merah 1

10 Kumpang 2 Ubar 2 Ulin 1 Nyatoh 1 Sawang 1 keruing 2

10‐15

Meranti merah 1

8 Mayau 2

Meranti Kuning 1

Lengkuham 2 Rambutan 1 keranji 1

15‐20

Kumpang 1 7 Mayau 1

Meranti merah 2

Medang 1 Sawang 2

20‐25

Kumpang 1 6

Meranti merah 2

Medang 1

Ubar 1

Lengkuham 1 25‐30

Meranti merah 1

3 Mayau 1 Kumpang 1


(30)

Tabel 6 Jenis dan jumlah pohon sampel dalam tingkat kelas diameter (lanjutan) Kelas Diameter

(cm) Jenis Pohon Jumlah Pohon Total

30‐40

Meranti merah 1

3 Mayau 1 Nyatoh 1

40‐50 Kempas 1 1

50‐60 Meranti merah 1 1

60 up Mayau 1 1

5.2 Sifat Fisik dan Kimia Bagian Pohon 5.2.1 Kadar air

Air merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh semua mahluk hidup untuk melakukan metabolisme tidak terkecuali pohon. Pada pohon air diserap oleh xilem bersama unsur hara yang dibutuhkan. Air dalam kayu diekspresikan dalam bentuk kadar air. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau produk kayu, biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT). Berdasarkan hasil analisis laboratorium terdapat perbedaan kadar air pada bagian-bagian pohon maupun pada kelas dimeter pohon yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rata-rata kadar air berdasarkan kelas diameter dan bagian-bagian pohon

Kelas Diameter

(cm)

Kadar Air (%) Akar Batang

Utama Cabang Ranting Daun

5-10 54.67 59.45 - 54.83 29.06

10-15 62.19 61.47 - 49.94 23.56

15-20 70.20 71.66 - 63.34 31.03

20-25 66.92 63.85 - 48.62 30.93

25-30 80.90 75.30 - 53.68 35.05

30-40 51.21 58.43 56.44 48.81 36.44

40-50 38.45 53.29 51.28 44.70 16.94

50-60 107.15 81.17 77.61 56.87 27.10

>60 59.35 67.18 53.61 43.87 20.56

Rata-rata 65.67 65.76 59.73 51.63 27.85

Keterangan : (-) tidak ada sampel

Kadar air pada bagian batang 65.76% merupakan kadar air paling tinggi setelah akar 65.67%, cabang 59.73%, ranting 51.63% dan daun 27.85%. Kadar air


(31)

tertinggi pada bagian batang dapat disebabkan oleh faktor anatomi kayu dimana pada bagian batang biasanya memiliki dinding sel yang lebih tebal sehingga dapat menampung air lebih banyak (Kusuma 2009). Daun yang memiliki luas permukaan yang besar dan stomata/mulut daun akan sangat mudah menguapkan air yang disimpan sehingga pada hasil pengukuran kadar air didapatkan nilai yang paling kecil yaitu 27.85% karena terjadi penguapan alami selama pengambilan contoh uji sampai pengujian di laboratorium. Hasil ini selaras dengan hasil penelitian Rahayuningsih (2011), bahwa kadar air batang utama memiliki nilai rata-rata 82.65 % yang lebih besar bila dibandingkan dengan bagian pohon yang lain.

Terdapat keragaman kadar air yang bervariasi pada setiap bagian pohon. Keragaman kadar air dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama jenis pohon, kondisi tempat tumbuh yang berkaitan dengan kesuburan tanah, persaingan dan iklim. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), pohon yang tumbuh di tanah yang subur dengan tingkat persaingan yang rendah dan iklim yang cocok akan menghasilkan nilai kadar air pada suatu pohon yang lebih tinggi karena jumlah lumen dan rongga sel yang lebih banyak.

5.2.2 Berat Jenis

Berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomali air (4ºC), dimana kerapatan air pada kondisi tersebut besarnya adalah 1 g/cm3 (Simpson et al 1999, diacu dalam Iswanto 2008). Berat jenis biasanya dipengaruhi oleh umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh, selain itu berat jenis juga dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam kayu tersebut. Tabel 8 dibawah ini merupakan hasil pengukuran berat jenis pada semua bagian pohon yang diteliti.


(32)

Tabel 8 Rata-rata berat jenis berdasarkan kelas diameter dan bagian-bagian pohon

Kelas Diameter

(cm)

Berat Jenis

Akar Batang

Utama Cabang Ranting

5-10 0.55 0.57 - 0.51

10-15 0.49 0.49 - 0.49

15-20 0.44 0.43 - 0.41

20-25 0.48 0.51 - 0.48

25-30 0.40 0.43 - 0.38

30-40 0.50 0.42 0.37 0.40

40-50 0.87 0.78 0.76 0.78

50-60 0.40 0.41 0.45 0.46

>60 0.63 0.47 0.55 0.55

Rata-rata 0.53 0.50 0.53 0.50

Keterangan : (-) tidak ada sampel

Dari Tabel diatas dapat dilihat nilai berat jenis kayu pada penelitian ini berkisar antara 0.50–0.53. Bagian pohon yang memiliki rata–rata berat jenis tertinggi terdapat pada bagian pohon akar dan cabang sebesar 0.53 yang kemudian disusul oleh batang utama dan ranting yang memiliki berat jenis sebesar 0.50. Berat jenis pada akar dan cabang yang lebih tinggi dapat disebabkan karena akar dan cabang memiliki pertumbuhan yang lambat. Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan bahwa berat jenis bagian cabang lebih besar dari pada bagian pohon lainnya hal ini berkaitan dengan pertumbuhannya yang lambat berbanding lurus terhadap berat jenis. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Kusuma (2009) yang mennyatakan bahwa berat jenis rata-rata tertinggi terdapat pada cabang sebesar 0.606 dibandingkan dengan batang setelah cabang pertama (0.562) dan batang ujung (0.566)

Nilai berat jenis bervariasi pada setiap bagian pohon dan kelas diameter, disebabkan oleh umur pohon, semakin tua umur pohon maka akan semakin tinggi pula nilai berat jenisnya. Selain itu, berat jenis suatu contoh uji akan naik jika air yang menjadi dasarnya berkurang dibawah titik jenuh serat (TJS). Hal ini terjadi karena berat kering tetap konstan sedangkan volumenya berkurang selama pengeringan (Haygreen & Bowyer 1989).


(33)

5.2.3 Kadar Zat Terbang dan Kadar Abu

Zat terbang merupakan zat ekstraktif kayu yang tersusun dari senyawa alifatik, terpena dan fenolik yang mudah menguap pada suhu tinggi. Rata-rata kadar zat terbang hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata-rata kadar zat terbang pada berbagai bagian pohon dan kelas diameter pohon

Kelas Diameter

(cm)

Kadar Zat Terbang (%) Akar Batang

Utama Cabang Ranting

Dau n

5-10 41.93 27.64 - 50.76 60.51

10-15 48.79 32.84 - 52.58 60.31

15-20 53.06 37.16 - 54.03 62.87

20-25 44.64 32.02 - 51.90 61.54

25-30 44.61 33.92 - 57.66 60.41

30-40 44.67 28.80 54.34 53.36 60.88

40-50 23.54 17.70 31.96 51.90 58.56

50-60 35.34 30.91 54.29 57.76 60.84

>60 31.14 31.89 39.85 43.62 63.43

Rata-rata 40.86 30.32 45.11 52.62 61.04

Keterangan : (-) tidak ada sampel

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, nilai rata-rata zat terbang yang paling tinggi adalah pada bagian daun sebesar 61.04%, sedangkan rata-rata kadar zat terbang terkecil terdapat pada bagian batang sebesar 30.32%. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Kusuma (2009) bahwa rata-rata kadar zat terbang tertinggi pada jenis pohon dominan di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur terdapat pada daun sebesar 66.45% dan terkecil pada bagian batang yaitu sebesar 52.06%.

Kadar abu adalah jumlah oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi. Komponen utama dari abu kayu adalah kalsium, kalium, magnesium, natrium, silika, alumunium, mangan, besi dan titanium (Pari & Lestari 1990). Rata-rata kadar abu pada penelitian ini disajikan pada Tabel 10.


(34)

Tabel 10 Rata-rata kadar abu pada berbagai bagian pohon dan kelas diameter pohon

Kelas Diameter

(cm)

Kadar Abu (%) Akar Batang

Utama Cabang Ranting Daun

5-10 2.41 1.09 - 2.51 5.83

10-15 1.76 1.03 - 2.81 6.09

15-20 2.00 0.97 - 3.16 4.42

20-25 2.14 1.37 - 2.59 5.60

25-30 2.61 0.88 - 2.66 6.36

30-40 3.45 0.98 3.60 3.25 5.46

40-50 1.59 1.02 1.46 1.50 4.17

50-60 1.37 0.57 0.66 3.98 5.81

>60 1.01 0.21 0.22 1.10 2.72

Rata-rata 2.04 0.90 1.48 2.62 5.16

Keterangan : (-) tidak ada sampel

Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 10, rata-rata kadar abu tertinggi terdapat pada bagian daun, sebesar 5.16% dan terendah terdapat pada bagian batang utama sebesar 0.90%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Widyasari (2010) yang menyatakan bahwa kadar abu terbesar terdapat pada daun sebesar 5.65% dan terendah terdapat pada bagian batang utama sebesar 0.63%, dan Onrizal (2004) yang menyatakan bahwa kadar abu terbesar terdapat pada bagian daun sebesar 2.8% sedangkan kadar abu terkecil terdapat pada batang sebesar 1.3%. Kusuma (2009) menyebutkan bahwa kadar abu paling tinggi pada daun disebabkan daun sebagai bagian pohon yang melakukan proses fotosintesis dimana dalam prosesnya xilem mengangkut air dan mineral untuk proses fotosintesis. Kadar abu pada penelitian ini berkisar antara 0.90%-5.16%, hampir sama dengan Tsoumis (1991) yang menyatakan bahwa kadar abu pada kayu umumnya berkisar antara 0.1%-5%.

5.2.4 Kadar Karbon

Hasil perhitungan kadar karbon rata-rata pada penelitian ini disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan hasil pengujian kadar karbon rata-rata pada berbagai bagian pohon adalah berkisar antara 33.80% - 68.78%.


(35)

Tabel 11 Rata-rata kadar karbon pada berbagai bagian pohon dan kelas diameter pohon

Kelas Diameter

(cm)

Kadar Karbon (%) Akar Batang

Utama Cabang Ranting Daun

5-10 55.66 71.27 - 46.74 33.66

10-15 49.45 66.13 - 44.61 33.60

15-20 44.94 61.87 - 42.81 32.71

20-25 53.22 66.60 - 45.52 32.86

25-30 52.78 65.19 - 39.69 33.23

30-40 51.88 70.22 42.06 43.39 33.66

40-50 74.87 81.28 66.58 46.60 37.27

50-60 63.28 68.51 45.05 38.26 33.35

>60 67.85 67.90 59.92 55.28 33.85

Rata-rata 57.10 68.78 53.40 44.77 33.80

Keterangan : (-) tidak ada sampel

Kadar karbon rata-rata pada bagian batang 68.78% merupakan kadar karbon paling besar setelah akar 57.10%, cabang 53.40%, ranting 44.77% dan daun 33.80%. Besarnya kadar karbon ditentukan oleh kadar zat terbang dan kadar abu. Kadar zat terbang dan kadar abu pada bagian cabang, ranting, dan daun yang lebih tinggi dari pada batang membuat kadar karbon pada batang menjadi lebih tinggi dari pada bagian pohon yang lain. Semakin tinggi kadar zat terbang dan kadar abu pada suatu bagian pohon maka kadar karbonnya akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fadhli (2009) yang menyebutkan bahwa kadar karbon terbesar terdapat pada batang utama pohon sebesar 49.30% dan terendah terdapat pada daun sebesar 37.73%.

Batang yang memiliki kadar karbon tertinggi merupakan hal yang sangat penting untuk menduga potensi karbon tegakan dan banyak dijadikan sebagai dasar untuk perhitungan pendugaan potensi karbon disuatu tegakan. Hal ini berkaitan erat dengan dimensi pohon yaitu diameter setinggi dada (Dbh) sebagai indikator dalam kegiatan pengukuran.

Terdapat variasi nilai kadar karbon pada tiap bagian pohon, dimana biasanya pada bagian pangkal pohon memiliki kadar karbon yang paling besar dan semakin ke atas kebagian ujung batang, dan bagian pohon lainnya seperti cabang, ranting dan daun, kadar karbonnya semakin kecil. Hal ini dipengaruhi


(36)

Untuk mengetahui hubungan kadar karbon pada setiap bagian pohon, setiap kelas diameter dan jenis pohon yang diteliti, maka dilakukan pengujian beda nyata kadar karbon. Pengujian kadar karbon pada berbagai bagian pohon tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil uji t-student kadar karbon pada berbagai bagian pohon

Batang Utama Cabang dan Ranting Daun

Akar 0.00** 0.25tn 0.00**

Batang Utama 0.00** 0.00**

Cabang dan Ranting 0.00**

Keterangan : ** : Berbeda sangat nyata ( P < 0.01) * : Berbeda Nyata (P 0.01-0.05) tn : Tidak berbeda nyata ( P > 0.05)

Pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa perbedaan kadar karbon sangat nyata terdapat pada bagian batang utama dengan akar, bagian batang utama dengan cabang dan ranting, bagian batang utama dengan daun, bagian cabang dan ranting dengan daun dan bagian akar dengan daun. Perbedaan kadar karbon yang tidak nyata untuk hasil uji t-student setiap bagian pohon terdapat pada bagian akar dengan cabang dan ranting.

Pengujian kadar karbon untuk mengetahui hubungan kadar karbon pada berbagai kelas diameter tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Hasil uji t-student kadar karbon pada berbagai kelas diameter

Kelas Diameter

(cm)

10-15 15-20 20-25 25-30 30-40 40-50 50-60 60 up

5-10 0.11tn 0.07tn 0.08tn 0.07tn 0.68tn 0.18tn 0.34tn 0.33tn

10-15 0.05* 0.33tn 0.70tn 0.18tn 0.14tn 0.22tn 0.26tn

15-20 0.10tn 0.42tn 0.07tn 0.12tn 0.16tn 0.21tn

20-25 0.28tn 0.29tn 0.15tn 0.24tn 0.28tn

25-30 0.28tn 0.16tn 0.25tn 0.28tn

30-40 0.14tn 0.26tn 0.29tn

40-50 0.08tn 0.19tn

50-60 0.32tn

Keterangan : ** : Berbeda sangat nyata ( P < 0.01) * : Berbeda Nyata (P 0.01-0.05) tn : Tidak berbeda nyata ( P > 0.05)

Berdasarkan uji t-student yang dilakukan pada berbagai kelas diameter, menunjukan bahwa kadar karbon pada setiap kelas diameter tidak berbeda nyata dimana nilai P>0.05. Hasil uji yang menunjukan perbedaan yang nyata hanya diketahui berada pada kelas diameter 10-15 cm dengan kelas diameter 15-20 cm.


(37)

Hasil uji t-student kadar karbon berdasarkan jenis pohon pada penelitian ini tersaji pada tabel 14.

Tabel 14 Hasil uji t-student kadar karbon pada berbagai jenis pohon

Mm Krg Uln Ubr Krj Nth Swg Lkm Rbt Myu Mk Mdg Kms

Kpg 0.04* 0.99tn 0.07tn 0.24tn 0.55tn 0.43tn 0.07tn 0.77tn 0.86tn 0.07tn 0.18tn 0.10tn 0.18tn

Mm 0.25tn 0.06tn 0.15tn 0.41tn 0.22tn 0.54tn 0.07tn 0.07tn 0.03* 0.13tn 0.31tn 0.13tn

Krg 0.02* 0.27tn 0.57tn 0.66tn 0.28tn 0.88tn 0.71tn 0.35tn 0.47tn 0.26tn 0.20tn

Uln 0.56tn 0.83tn 0.10tn 0.07tn 0.19n 0.01* 0.07tn 0.09tn 0.09tn 0.34tn

Ubr 0.72tn 0.22tn 0.15tn 0.23tn 0.27tn 0.17tn 0.17tn 0.12tn 0.09tn

Krj 0.49tn 0.39tn 0.54tn 0.58tn 0.44tn 0.44tn 0.35tn 0.11tn

Nth 0.10tn 0.16tn 0.58tn 0.52tn 0.40tn 0.19tn 0.17tn

Swg 0.03* 0.25tn 0.18tn 0.00** 0.42tn 0.13tn

Lkm 0.94tn 0.14tn 0.07tn 0.06tn 0.17tn

Rbt 0.33tn 0.42tn 0.25tn 0.20tn

Myu 0.89tn 0.15tn 0.14tn

Mk 0.11tn 0.14tn

Mdg 0.11tn

Keterangan : Kpg : Kumpang Swg : Sawang

Mm : Meranti merah Lkm : Lengkuham

Krg : Keruing Rbt : Rambutan

Uln : Ulin Myu : Mayau

Ubr : Ubar Mk : Meranti kuning

Krj : Keranji Mdg : Medang

Nth : Nyatoh Kms : Kempas

** : Berbeda sangat nyata ( P < 0.01) * : Berbeda Nyata (P 0.01-0.05) tn : Tidak berbeda nyata ( P > 0.05)

Dapat diketahui dari Tabel 13, bahwa pada sebagian besar jenis pohon memiliki perbedaan yang tidak nyata dimana nilai P>0.05. Hasil uji yang berbeda nyata diketahui terdapat pada uji jenis meranti merah (Shorea pinanga) dengan kumpang (Knema comferta), mayau (Shorea johorensis) dengan meranti merah (Shorea pinanga), keruing (Dipterocarpus creenitus) dengan ulin (Eusideroxylon zwageri), ulin (Eusideroxylon zwageri) dengan rambutan (Nephylium indum), dan sawang dengan lengkuham (Letcea letocarpa), dimana nilai P 0.01-0.05. Hasil uji yang berbeda sangat nyata diketahui hanya pada uji jenis sawang dan meranti kuning (Shorea accuminattisima), yang memiliki nilai P<0.01

5.2.5 Biomassa

Biomassa merupakan berat kering dari suatu individu pohon. Pada penelitian ini biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang utama. Dapat dilihat pada Tabel 15 biomassa tertinggi terdapat pada batang utama sebesar 1029.73 kg atau sekitar 73.28% dari total biomassa, kemudian disusul oleh bagian akar


(38)

sebesar 297.66 kg atau sekitar 21.18%, cabang dan ranting sebesar 49.86 kg atau 3.55% dan terakhir daun sebesar 28.03 kg atau 1.99%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwitasari (2011) yang menyatakan bahwa biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang pohon pada tegakan akasia (Acacia mangium) sebesar

57.83 % .

Tabel 15 Rata-rata biomassa pada berbagai bagian pohon dan kelas diameter pohon

Kelas Diameter

(cm)

Biomassa (Kg)

Akar Batang

Utama

Cabang dan

Ranting Daun Total

5-10 7.02 20.74 7.94 3.46 39.15

10-15 16.65 67.14 19.38 6.94 110.10

15-20 21.71 124.53 21.19 11.97 179.40

20-25 63.99 269.60 63.63 15.82 413.04

25-30 66.35 345.38 48.99 17.59 478.31

30-40 31.234 134.389 26.47 9.351 201.443

40-50 446.74 1301.66 66.21 18.30 1832.91

50-60 540.18 1254.00 52.27 61.05 1907.51

>60 1485.09 5750.16 142.66 107.75 7485.66

Rata-rata 297.66 1029.73 49.86 28.03 1405.28

Pada umumnya peningkatan kelas dimeter (Dbh) juga akan meningkatkan biomassa pada beberapa bagian pohon. Dapat dilihat pada Tabel 15 bahwa pada kelas diameter 5-10 cm biomassa totalnya hanya 39.15 kg dan pada kelas diameter lebih dari 60 cm biomassa totalnya mencapai 7485.66 kg. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi kelas diameternya maka biomassanya juga semakin besar. Hal ini dikarenakan ketika kelas diameter semakin tinggi maka akan diikuti dengan semakin besar batang dan semakin banyak jumlah daun, ranting dan cabang, dan akar pohon tersebut

Proporsi nilai biomassa setiap bagian pohon berbeda-beda. Pada setiap kelas diameter, biomassa pada batang utama selalu memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian pohon yang lain. Begitu pula dengan daun yang selalu memiliki proporsi nilai biomassa terendah untuk setiap kelas diameter.

Proses fotosintesis merupakan proses penting dalam pendistribusian biomassa. Melalui fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan dengan bantuan sinar matahari kemudian diubah menjadi karbohidrat dan didistribusikan


(39)

keseluruh bagian tanaman, yang akan ditimbun dalam bentuk daun, batang, cabang, buah dan bunga (Hairiah & Rahayu 2007). Walaupun proses fotosintesis berlangsung di daun, namun hasil dari proses fotosintesis tertinggi disimpan pada batang utama yang dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman.

Dominansi biomassa yang tinggi pada batang utama dapat disebakan oleh banyaknya konsentrasi zat penyusun kayu (selulosa dan hemiselulosa) pada batang utama dibandingkan dengan bagian pohon yang lain. Zat penyusun kayu tersebut yang banyak mengisi rongga sel dibandingkan dengan air sehingga biomassa yang tersimpan pada batang utama lebih tinggi. Hal tersebut berbanding terbalik pada daun, daun memiliki banyak rongga sel yang kosong sehingga daun kurang padat dan banyak terisi oleh air, sehingga biomassanya lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian pohon yang lain.

5.2.6 Massa Karbon

Karbon dalam tubuh tanaman terikat pada bahan organik yang terdistibusi kedalam selulosa, polisakarida lain dan lignin. Massa karbon yang paling tinggi berada pada selulosa, karena selulosa merupakan molekul gula linear yang berantai panjang yang tersusun atas karbon. Menurut Pari dan Lestari (1990) kadar selulosa tumbuhan berkisar antara 40.93%-57.41%. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kadar selulosa pada suatu tanaman maka massa karbon didalamnya juga semakin tinggi. Lignin juga menyimpan sejumlah karbon, namun massa karbon pada lignin berbeda untuk setiap bagian pohon, inilah yang menyebabkan proporsi karbon untuk tiap komponen pohon berbeda (Fengel 1983, diacu dalam Adiriono 2009). Pada Tabel 16 tersaji kandungan karbon untuk setiap kelas diameter dan setiap bagian pohon.


(40)

Tabel 16 Rata-rata massa karbon pada berbagai bagian pohon dan kelas diameter pohon

Kelas Diameter

(cm)

Karbon (Kg)

Akar Batang

Utama Cabang dan Ranting Daun Total

5-10 4.35 12.48 4.83 2.04 23.70

10-15 9.50 38.17 10.84 3.89 62.40

15-20 11.84 68.69 11.75 6.60 98.88

20-25 39.45 160.38 38.55 9.40 247.77

25-30 38.16 197.78 28.55 10.26 274.75

30-40 155.25 338.03 45.57 14.14 544.88

40-50 342.93 999.18 50.82 14.05 1406.98

50-60 344.53 799.80 33.34 38.94 1216.61

>60 994.51 3850.67 95.53 72.16 5012.87

Rata-rata 215.61 718.35 35.53 19.05 987.65

Sejalan dengan biomassa, maka untuk massa karbon pada tabel di atas yang tertinggi juga diperoleh pada bagian batang sebesar 718.35 kg atau sebesar 72.73 %. Hal ini berarti bahwa sebesar 72.73% massa karbon pada pohon terdapat pada batang utama, kemudian disusul oleh akar sebesar 215.61 kg (21.83%), cabang dan ranting sebesar 35.53 kg (3.60%) dan terakhir daun sebesar 19.05 kg (1.93%). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Purwitasari (2011) untuk jenis tanaman Acacia mangium pada hutan tanaman yang menyatakan bahwa massa karbon terbesar terdapat pada bagian batang sebesar 66.32% dan terkecil terdapat pada bagian daun sebesar 5.49%. Massa karbon pada pohon berbanding lurus dengan biomassa pada pohon tersebut, semakin tinggi biomassa pada suatu pohon maka massa karbonnya juga semakin tinggi.

5.3 Model Persamaan

Model persamaan yang digunakan untuk menduga biomassa dan massa karbon yang ada pada suatu tegakan yaitu model persamaan alometrik berbentuk pangkat (power). Model persamaan dipilih berdasarkan nilai R2-Sq(adj) atau nilai koefisien determinasi terkoreksi yang tertinggi dan nilai simpangan baku yang terkecil. Pada pembuatan model persamaan biomassa dan massa karbon, bagian pohon cabang dan ranting dibuat menjadi satu persamaan, hal ini dikarenakan pada saat penelitian di lapangan pohon yang dijadikan pohon sampel banyak yang tidak memiliki cabang, berkaitan dengan kriteria cabang yang telah ditentukan yaitu cabang merupakan bagian batang cabang berdiameter 10 cm ke atas.


(41)

5.3.1 Model Persamaan Alometrik Biomassa Bagian–Bagian Pohon

Pada penelitian ini pengambilan pohon sampel dilakukan secara destruktif dengan menebang jenis-jenis pohon dominan di areal penelitian pada berbagai kelas diameter. Persamaan yang dihasilkan merupakan hubungan antara biomassa tiap-tiap bagian pohon dengan diameter dan tinggi total ataupun tinggi bebas cabang. Bentuk persamaan yang dibuat adalah persamaan dengan satu peubah adalah B=aDb dan persamaan dengan dua peubah adalah B=aDbTtotc atau B=aDbTbcc, dimana pada persamaan tersebut B merupakan biomassa dalam satuan kilogram (kg), D adalah diameter setinggi dada dalam satuan centimeter (cm), Ttot adalah tinggi total dalam satuan meter (m) dan Tbc adalah tinggi bebas cabang dalam satuan meter (m), sedangkan a, b, dan c merupakan konstanta.

Model persamaan alometrik yang disusun dari hasil penelitian ini di areal IUPHHK PT Suka Jaya Makmur tersaji pada Tabel 17.

Tabel 17 Model persamaa alometrik biomassa bagian-bagian pohon

Bagian Model Persamaan S R2(adj)(%)

Akar B = 0.0162 D2.55 0.2978 82.90%

B =0.0398 D3.39 Ttot-1.24 0.2658 86.40%

B = 0.0263 D3.12 Tbc-0.892 0.2596 87.00%

Batang utama B = 0.1186 D2.39 0.0927 97.80%

B = 0.1156 D2.37 Ttot0.033 0.0939 97.70%

B = 0.1253 D2.46 Tbc-0.107 0.0922 97.80%

Cabang dan Ranting

B = 0.1191 D1.79 0.3217 66.90%

B = 0.2249 D2.038 Ttot-0.877 0.3100 69.30%

B = 0.1652 D12.18 Tbc-0.618 0.3081 69.60%

Daun B = 0.646 D1.67 0.3236 63.50%

B = 0.1167 D2.22 Ttot-0.816 0.3142 65.60%

B = 0.0977 D2.168Ttbc-0.797 0.2977 69.10%

Keterangan: R2(adj) : Koefisien determinasi S : Simpangan baku B : Biomassa (kg)

D : Diameter (cm)

Tbc : Tinggi bebas cabang (m) Ttot : Tinggi total (m)

Pada Tabel di atas persamaan pendugaan biomassa yang dibentuk adalah persamaan pendugaan biomassa akar, batang utama, cabang dan ranting serta daun. Masing-masing bagian pohon memiliki 3 jenis model persamaan yaitu, model hubungan biomassa (kg) dengan diameter setinggi dada (cm), biomassa (kg) dengan diameter setinggi dada (cm) dan tinggi total (m), serta model


(42)

hubungan biomassa (kg) dengan diameter setinggi dada (cm) dan tinggi bebas cabang (m).

Pada persamaan dengan satu peubah bebas yaitu B=aDb nilai R2(adj) berkisar antara 63.50%-97.80%, untuk persamaan dengan dua peubah bebas yaitu

diameter dan tinggi total B=aDbTtotc nilai R2(adj) berkisar antara 65.60%-97.70%, sedangkan untuk persamaan dengan dua peubah bebas yaitu

diameter dan tinggi bebas cabang B=aDbTbcc nilai R2(adj)-nya bernilai 69.10%-97.80%. Nilai koefisien determinasi terkoreksi menunjukan bahwa semakin tinggi nilai R2(adj) maka semakin tinggi keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y (biomassa) dan peubah bebas X (diameter setinggi dada, tinggi total dan tinggi bebas cabang).

Pada Tabel 17 terlihat bahwa untuk semua persamaan, akar, batang utama, cabang dan rating dan daun model persamaan terbaik yang didapat adalah persamaan dengan variabel bebas diameter setinggi dada (cm) dan tinggi bebas cabang (m). Hal ini dikarenakan pada masing-masing persamaan nilai simpangan bakunya memiliki nilai yang paling kecil dan untuk nilai koefisien determinasi terkoreksinya memiliki nilai yang paling tinggi.

5.3.2 Model Persamaan Alometrik Massa Karbon Bagian–Bagian Pohon

Seperti halnya dengan persamaan penduga biomassa, untuk model persamaan penduga massa karbon dibuat model hubungan massa karbon (kg) dengan diameter setinggi dada (cm), massa karbon (kg) dengan diameter setinggi dada (cm) dan tinggi total (m) serta model hubungan massa karbon (kg) dengan diameter setinggi dada (cm) dan tinggi bebas cabang (m). Persamaan yang dibuat tidak jauh berbeda dengan persamaan pada penduga biomassa, yaitu persamaan yang memiliki satu peubah adalah C=aDb dan persamaan yang memiliki dua peubah adalah C=aDbTtotc atau C=aDbTbcc.

Pada Tabel 18, penduga massa karbon dengan satu peubah bebas diameter

setinggi dada (cm) C=aDb mememiliki nilai koefisien determinasi 65.20%-97.00% dan nilai simpangan baku 0.1100-0.3212, sedangkan untuk

persamaan dengan dua peubah bebas diameter setinggi dada (cm) dan tinggi total (m) C=aDbTtotc, selang nilai koefisien determinasinya antara 67.90%-96.90% dan nilai simpangan bakunya 0.1114-0.3068, dan untuk persamaan dengan dua


(43)

peubah bebas diameter setinggi dada (cm) dan tinggi bebas cabang (m) C=aDbTbcc, selang nilai koefisien determinasinya berada diantara 70.60%-97.00% dengan nilai simpangan bakunya 0.1091-0.3060.

Tabel 18 Model persamaan alometrik massa karbon bagian-bagian pohon

Bagian Model Persamaan S R2(adj)(%)

Akar C = 0.0089 D2.58 0.3116 81.90%

C = 0.0229 D3.47 Ttot-1.31 0.2775 85.60%

C = 0.0144 D3.17 Tbc-0.919 0.2731 86.10%

Batang utama C =0.0646 D2.42 0.1100 97.00%

C = 0.0661 D2.44 Ttot-0.033 0.1114 96.90%

C = 0.0692 D2.50 Tbc-0.133 0.1091 97.00%

Cabang dan Ranting

C = 0.0646 D1.81 0.3212 67.60%

C = 0.1279 D2.45Ttot-0.943 0.3068 70.50%

C = 0.0912 D2.23 Tbc-0.643 0.3060 70.60%

Daun C = 0.0355 D1.69 0.3163 65.20%

C = 0.0661 D2.29 Ttot-0.877 0.3042 67.90%

C = 0.0537 D2.22 Tbc-0.819 0.2877 71.20%

Keterangan: R2(adj) : Koefisien determinasi S : Simpangan baku

C : Karbon (kg)

D : Diameter (cm)

Tbc : Tinggi bebas cabang (m) Ttot : Tinggi total (m)

Sejalan dengan persamaan terbaik pada persamaan biomassa di sub-bab sebelumnya, persamaan terbaik untuk masing-masing bagian pohon pada pendugaan massa karbon juga terdapat pada persamaan dengan dua peubah bebas yaitu diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang. Hal ini dikarenakan pada persamaan dengan dua peubah bebas, nilai koefisien determinasi terkoreksinya merupakan nilai yang tertinggi dan nilai simpangan bakunya merupakan nilai terkecil.

Persamaan alometrik dengan dua peubah bebas merupakan persamaan terbaik yang dilihat berdasarkan koefisien determinasi terkoreksi dan simpangan baku, hal itu juga didapatkan pada semua bagian pohon. Namun kenyataan di lapangan, jika data tinggi tidak diperoleh maka pendugaan biomassa dan karbon sebaiknya cukup menggunakan variabel bebas diameter pohon saja. Pengukuran diameter di lapangan dapat dilakukan lebih akurat dibandingkan dengan mengukur tinggi pohon.


(44)

5.3.3 Model Alomertik Biomassa dan Massa Karbon Pohon

Model alometrik yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon pohon di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur tersaji pada Tabel 19. Pada Tabel terlihat bahwa untuk biomassa nilai koefisien determinasi terkoreksi yang paling tinggi terdapat pada persamaan dengan dua peubah bebas diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang adalah 96.10% dengan nilai simpangan bakunya 0.1199. Dari kedua nilai tersebut terlihat bahwa pada model alometrik biomassa, persamaan terbaik merupakan model persamaan B=aDbTbcc dengan dua peubah bebas adalah B tot=0.2729 D2.53 Tbc-0.332.

Tabel 19 Model alometrik biomassa dan massa karbon pohon

Bagian Model Persamaan S R2 (adj)(%)

Biomassa

B tot = 0.2291 D2.31 0.1311 95.40%

B tot = 0.2931 D2,55Ttot-0.341 0.1269 95.70%

B tot = 0.2729 D2.53 Tbc-0.332 0.1199 96.10%

Karbon

C tot = 0.1244 D2.34 0.1452 94.50%

C tot = 0.1667 D2.62 Ttot-0.406 0.1395 94.90%

C tot = 0.1503 D2.57 Tbc-0.357 0.1336 95.40%

Keterangan: R2(adj) : Koefisien determinasi S : Simpangan baku B : Biomassa (kg)

C : Karbon (kg)

D : Diameter (cm)

Tbc : Tinggi bebas cabang (m) Ttot : Tinggi total (m)

Sama halnya dengan pemilihan model persamaan terbaik pada biomassa, pada massa karbon pun pemilihan model persamaan terbaik dilihat dari nilai koefisien determinasi terkoreksi yang paling tinggi dan nilai simpangan baku yang paling rendah. Dari kriteria tersebut terlihat bahwa persamaan terbaik untuk massa karbon adalah persamaan dengan dua peubah bebas yaitu diameter dan tinggi bebas cabang C=aDbTbcc, dengan pesamaan C tot=0.1503 D2.57 Tbc-0.357.

5.4 Potensi Biomassa dan Massa Karbon Hutan di IUPHHK PT Suka Jaya Makmur Tahun 2011

Potensi biomassa dan massa karbon tegakan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon total yang telah didapatkan. Data yang diperlukan untuk menduga potensi biomassa dan karbon tegakan yaitu data diameter setinggi dada (cm) dan tinggi bebas cabang


(1)

 

Lampiran 6 Biomassa per pohon

No

Diameter Pohon (cm)

Tinggi Pohon (m)

Tinggi Bebas Cabang (m)

Biomassa Akar (kg)

Biomassa Batang Utama (kg)

Biomassa Ranting dan Cabang (kg)

Biomassa Daun (kg)

Total (kg) 1 6.15 9.6 9.6 1.28 10.62 0.54 0.15 12.59 2 7.32 10.89 8.46 2.14 13.66 2.20 1.65 19.65 3 7.96 8.02 5.77 1.54 11.48 1.04 0.69 14.74 4 7.96 8.59 6.19 8.33 20.69 5.33 3.57 37.91 5 8.31 7.95 5.5 2.36 15.62 5.92 1.29 25.18 6 8.34 9.05 5.35 15.59 25.23 10.69 8.24 59.75 7 9.71 8.04 7.34 5.70 26.29 11.30 4.50 47.79 8 10.51 6.4 4.3 7.07 24.68 6.77 3.83 42.36 9 10.51 8.77 7.14 8.37 28.26 13.35 8.37 58.34 10 10.7 6.38 6.38 17.80 30.84 22.28 2.31 73.23 11 11.72 12.25 12.25 2.63 32.54 7.91 3.24 46.33 12 11.78 7.45 4.83 17.22 48.44 22.58 11.86 100.10 13 13.6 9.01 3.27 32.67 80.12 10.83 6.46 130.08 14 13.69 24.64 20.64 4.41 51.41 6.43 1.96 64.21 15 14.65 11.54 7.12 10.10 71.33 24.12 10.30 115.86 16 14.97 9.99 9.53 26.74 69.05 24.32 9.81 129.93 17 15.29 21.99 19.4 3.97 70.40 7.75 3.63 85.74 18 16.18 12.03 7.71 35.45 113.81 51.05 8.27 208.58 19 16.56 11.06 8.89 21.56 103.92 37.17 13.16 175.80 20 17.52 20.21 14.81 23.86 122.61 16.68 7.35 170.51 21 17.68 13.94 11.8 11.39 86.73 29.50 6.46 134.09 22 18.25 16.8 15 18.51 97.13 12.19 3.10 130.93 23 19.33 14.35 5.44 29.51 163.70 13.16 25.41 231.78 24 19.43 21.8 11.6 27.89 149.75 24.75 19.55 221.94 25 19.59 16.82 16.82 19.23 147.88 14.88 8.76 190.74 26 20.54 11.9 9.9 78.90 194.46 20.94 11.36 305.65 27 21.82 17.52 14.4 154.65 302.66 103.74 24.79 585.84 28 21.97 17.8 15.8 24.95 162.90 27.03 5.17 220.05 29 23.25 18.04 10.19 26.42 299.41 100.60 25.85 452.29 30 24.2 21.9 21.9 30.86 311.81 27.67 20.72 391.06 31 24.25 17.7 7.67 68.18 346.36 101.80 7.02 523.35 32 27.1 22.6 21.76 63.55 394.67 64.54 20.65 543.41 33 29.23 18.71 15.63 63.88 266.23 42.99 17.34 390.45 34 30.89 26.3 20.2 71.62 375.23 39.43 14.79 501.08 35 32.55 16.3 13.4 154.90 433.66 14.94 5.66 609.16 36 38.22 32.49 19.79 541.86 663.91 82.35 23.68 1311.81 37 39.17 23.44 15.6 147.69 651.53 140.47 44.06 983.76 38 49.36 30.05 24.3 446.74 1301.66 66.21 18.30 1832.91 39 52.23 22.4 14.57 540.18 1254.00 52.27 61.05 1907.51 40 91.72 41.96 30.26 1485.09 5750.16 142.66 107.75 7485.66


(2)

58  

Lampiran 7 Massa karbon per pohon

No Diameter Pohon (cm) Tinggi Pohon (m) Tinggi Bebas Cabang (m) Massa Karbon Akar (kg) Massa Karbon Batang Utama (kg) Massa Karbon Ranting dan Cabang (kg) Massa Karbon

Daun (kg) Total (kg)

1 6.15 9.6 9.6 0.82 6.85 0.35 0.10 8.13

2 7.32 10.89 8.46 1.30 8.30 1.33 1.00 11.94

3 7.96 8.02 5.77 0.90 6.72 0.61 0.40 8.63

4 7.96 8.59 6.19 5.35 13.29 3.42 2.29 24.35

5 8.31 7.95 5.5 1.36 9.02 3.42 0.74 14.55

6 8.34 9.05 5.35 10.11 16.36 6.93 5.34 38.74

7 9.71 8.04 7.34 3.28 15.13 6.50 2.59 27.50

8 10.51 6.4 4.3 4.01 13.99 3.84 2.17 24.01

9 10.51 8.77 7.14 4.12 13.92 6.57 4.12 28.74

10 10.7 6.38 6.38 12.25 21.22 15.33 1.59 50.38

11 11.72 12.25 12.25 1.47 18.23 4.43 1.82 25.95 12 11.78 7.45 4.83 9.41 26.48 12.34 6.48 54.71

13 13.6 9.01 3.27 20.85 51.14 6.91 4.12 83.02

14 13.69 24.64 20.64 2.52 29.42 3.68 1.12 36.74 15 14.65 11.54 7.12 5.64 39.84 13.47 5.75 64.71 16 14.97 9.99 9.53 13.71 35.42 12.48 5.03 66.64 17 15.29 21.99 19.4 2.26 40.12 4.42 2.07 48.87 18 16.18 12.03 7.71 20.15 64.70 29.02 4.70 118.57 19 16.56 11.06 8.89 11.38 54.88 19.63 6.95 92.84 20 17.52 20.21 14.81 12.56 64.55 8.78 3.87 89.77 21 17.68 13.94 11.8 7.11 54.13 18.41 4.03 83.69

22 18.25 16.8 15 8.99 47.20 5.92 1.51 63.62

23 19.33 14.35 5.44 16.31 90.46 7.27 14.04 128.09 24 19.43 21.8 11.6 14.94 80.22 13.26 10.47 118.89 25 19.59 16.82 16.82 11.62 89.36 8.99 5.29 115.27 26 20.54 11.9 9.9 45.09 111.13 11.97 6.49 174.68 27 21.82 17.52 14.4 103.09 201.75 69.15 16.53 390.52 28 21.97 17.8 15.8 13.57 88.61 14.70 2.81 119.69 29 23.25 18.04 10.19 14.72 166.74 56.02 14.39 251.87 30 24.2 21.9 21.9 17.54 177.19 15.72 11.77 222.23 31 24.25 17.7 7.67 42.68 216.85 63.73 4.39 327.66 32 27.1 22.6 21.76 38.00 235.99 38.59 12.35 324.92 33 29.23 18.71 15.63 40.44 168.54 27.22 10.98 247.18 34 30.89 26.3 20.2 36.04 188.81 19.84 7.44 252.14 35 32.55 16.3 13.4 100.53 281.45 9.70 3.67 395.34 36 38.22 32.49 19.79 275.74 337.84 41.91 12.05 667.54 37 39.17 23.44 15.6 89.50 394.80 85.12 26.70 596.11 38 49.36 30.05 24.3 342.93 999.18 50.82 14.05 1406.98 39 52.23 22.4 14.57 344.53 799.80 33.34 38.94 1216.61 40 91.72 41.96 30.26 994.51 3850.67 95.53 72.16 5012.87


(3)

 

Lampiran 8 Dugaan potensi biomassa dan massa karbon di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur

tahun 2011

No No petak

luas perpetak (ha)

Biomassa per petak (ton)

Karbon per petak (ton)

Biomassa (ton/ha)

Karbon (ton/ha)

1 I58 25.315 72.57 43.57 2.87 1.72

2 I59 33.180 1106.10 667.61 33.34 20.12 3 I60 33.178 1773.91 1075.22 53.47 32.41 4 I61 33.178 1526.04 922.02 46.00 27.79 5 I62 33.178 1253.87 759.25 37.79 22.88 6 I63 33.178 2498.77 1523.28 75.31 45.91 7 J58 61.262 491.99 298.51 8.03 4.87 8 J59 100.000 3217.53 1939.96 32.18 19.40 9 J60 100.000 3916.99 2368.39 39.17 23.68 10 J61 100.000 5713.51 3465.18 57.14 34.65 11 J62 83.132 4808.38 2912.82 57.84 35.04 12 J63 47.098 3634.45 2199.28 77.17 46.70 13 J64 100.000 1236.07 748.34 12.36 7.48 14 K58 37.805 1290.38 778.12 34.13 20.58 15 K59 100.000 4471.22 2696.77 44.71 26.97 16 K60 100.000 5741.71 3481.61 57.42 34.82 17 K61 95.223 5160.40 3227.69 54.19 33.90 18 K62 15.891 644.85 389.57 40.58 24.52 19 K65 27.725 1944.22 1178.20 70.13 42.50 20 K66 100.000 6863.18 4155.75 68.63 41.56 21 K67 100.000 7168.30 4347.29 71.68 43.47 22 L59 99.101 5540.53 3362.33 55.91 33.93 23 L58 12.654 550.03 485.87 43.47 38.40 24 L60 68.313 4093.53 2491.84 59.92 36.48 25 L61 45.184 1236.53 749.85 27.37 16.60 26 L65 36.725 2561.20 1549.26 69.74 42.19 27 L66 100.000 7283.48 4415.35 72.83 44.15 28 L67 100.000 11127.24 6995.92 111.27 69.96 29 L68 100.000 4533.40 2733.60 45.33 27.34 30 M58 1.441 72.57 43.57 50.36 30.24 31 M59 92.718 4957.99 3008.28 53.47 32.45 32 M65 34.612 3581.29 2171.00 103.47 62.72 33 M66 99.966 9433.22 5714.75 94.36 57.17 34 M67 100.000 9919.71 6025.34 99.20 60.25 35 M68 100.000 7864.46 4752.70 78.64 47.53 36 M69 101.444 4927.83 2982.39 48.58 29.40 37 N59 19.041 505.42 306.12 26.54 16.08 38 N65 17.331 2938.40 1789.26 169.55 103.24 39 N66 100.000 14936.98 9081.82 149.37 90.82


(4)

60  

40 N67 100.000 8055.35 4878.74 80.55 48.79 41 N68 100.000 8702.32 5261.99 87.02 52.62 42 N69 100.000 5481.99 3312.04 54.82 33.12 43 O64 15.314 1729.38 1044.28 112.93 68.19 44 O65 46.486 4090.84 2479.01 88.00 53.33 45 O66 100.820 12333.47 7478.28 122.33 74.17 46 O67 100.000 2635.49 1591.73 26.35 15.92 47 O68 100.000 11482.33 6988.22 114.82 69.88 48 O69 100.000 4959.68 2995.69 49.60 29.96 49 P63 60.587 7147.17 4336.09 117.97 71.57 50 P64 44.591 4394.59 2653.13 98.55 59.50 51 P65 44.616 4603.73 2788.49 103.19 62.50 52 P66 44.640 5647.69 3420.28 126.52 76.62 53 P67 44.652 4073.02 2475.99 91.22 55.45 54 P68 100.000 8573.19 5203.25 85.73 52.03 55 P69 100.000 6924.93 4183.34 69.25 41.83 56 Q68 54.089 3813.08 2320.68 70.50 42.90 57 Q69 54.160 3401.49 2062.20 62.80 38.08


(5)

DIAN WULANSIH S. Model Persamaan Alometrik Penduga Biomassa dan

Masa Karbon Pohon Di Hutan Alam Tropika Basah (Studi Kasus di areal

IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat). Dibimbing oleh

ELIAS

Pemanasan global merupakan fenomena dari efek rumah kaca yang

disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer ,

antara lain: karbon dioksida (CO

2

), metana (CH

4

), dinitrogen oksida (N

2

O),

hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan sulfur heksafluorida (SF

6

).

Hal ini menjadi penyebab naiknya suhu udara di bumi. Hutan dapat menyerap

salah satu GRK yakni CO

2

dengan cara mentransformasi CO

2

dari udara menjadi

simpanan karbon yang tersimpan di dalam pohon. Hutan alam tropika basah

merupakan salah satu tipe hutan yang dapat menyerap CO

2

dengan baik sehingga

memiliki potensi simpanan karbon yang cukup tinggi.

Penelitian ini dilakukan di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur,

Kalimantan Barat. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan persamaan alometrik

biomassa pohon dan mendapatkan persamaan alometrik massa karbon di hutan

alam tropika basah di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur. Pemilihan

sampel dilakukan secara

purposive sampling

. Kemudian dilakukan pengujian

bahan contoh di laboratorium untuk mengetahui kadar karbon pada setiap bagian

pohon. Persamaan terbaik dipilih dengan menggunakan persamaan alometrik

berdasarkan nilai R

2

(adj) tertinggi dan simpangan baku terkecil (s). Pendugaan

massa karbon dilakukan pada bagian pohon, yaitu: akar, batang, cabang, ranting,

dan daun.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kadar karbon yang

sangat nyata pada setiap bagian pohon yang diteliti, yaitu: akar, batang utama,

cabang, ranting, dan daun. Persamaan alometrik terpilih untuk biomassa pohon

adalah Btot=0.2729D

2.53

Tbc

-0.332

dan model persamaan alometrik untuk menduga

potensi massa karbon adalah Ctot=0.1503D

2.57

Tbc

-0.357

. Potensi biomassa dan

massa karbon dilokasi penelitian ini masing-masing adalah 68.35 ton/ha dan

41.69 ton/ha.


(6)

SUMMARY

DIAN WULANSIH S. Allometric Equation Model Of Tree Biomass and

Carbon Mass Estimation Of Tropical Natural Moist Forest (Case Studi in

IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan). Under supervision

by ELIAS

Global warming is one of green house effect phenomena which cause by

increasing the concentrations of greenhouse gases (GHG) emissions in the

atmosphere, such as carbon dioxide (CO

2

), methane (CH

4

), nitrous oxide (N

2

O),

hydrofluorocarbons (HFC), perfluorocarbons (PFC), and sulfur hexafluoride

(SF6). Forests can absorb CO

2

from the air and store in the trees. Tropical natural

moist forest is one of the forest types, which can absorb CO

2

very well so it has

quite high potential carbon stock.

This studies was conducted in IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, West

Kalimantan. The main goal of this study is to get tree biomass and carbon

allometric equations of tropical natural moist forest in IUPHHK- HA PT Suka

Jaya Makmur. Sampling conducted by purposive sampling. Laboratory analysis of

sample materials were done in the Laboratory of wood chemistry, Department of

Forest Product, Faculty of Forestry to determine the carbon content in each part of

the tree. The best equations was selected based on the highest R

2

(adj) and the

smallest standard deviation (s) value. Estimation of biomass and carbon mass

were done on roots, stems, branches, twigs, and leaves of the tree.

 

The results of this study indicate that the carbon content of every part of

the trees (roots, main stems, branches, twigs and leaves) are very significant

difference. Allometric equations for tree biomass was selected

Btot=0.2729D

2.53

Tbc

-0.332

, and model allometric equations to estimate potential

carbon Ctot=0.1503D

2.57

Tbc

-0.357

. The potential of biomass and carbon mass

location of each study is 68.35 ton/ha and 41.69 ton/ha.