Peran Serikat Pekerja Terhadap Pola Komunikasi Organisasi dan Komitmen Karyawan di PT. PCI

i

PERAN SERIKAT PEKERJA TERHADAP POLA KOMUNIKASI
ORGANISASI DAN KOMITMEN KARYAWAN DI PT. PCI

DEDEN SUPRIATNA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Serikat Pekerja

Terhadap Pola Komunikasi Organisasi dan Komitmen Karyawan di PT. PCI
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Deden Supriatna
NIM H24124032

iv

v

ABSTRAK
DEDEN SUPRIATNA. Peran Serikat Pekerja terhadap Pola Komunikasi
Organisasi dan Komitmen Karyawan di PT. PCI. Dibimbing oleh Dr. Ir

ANGGRAINI SUKMAWATI, MM.
PT. PCI merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi berbagai
minuman ringan dalam kemasan. Tujuan penelitian ini adalah (1)
mengidentifikasi peran serikat pekerja di PT. PCI, (2) mengidentifikasi pola
komunikasi organisasi di PT. PCI, (3) mengidentifikasi komitmen karyawan di
PT. PCI, (4) Menganalisis pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap pola
komunikasi dan komitmen karyawan di PT. PCI. Metode analisis data yang
digunakan adalah metode deskriptif dan analisis Structural Equation Modelling
(SEM) dengan metode Partial Least Score (PLS). Berdasarkan hasil uji dari PLS
didapatkan bahwa peran serikat pekerja dengan indikator perlindungan dan
kondisi kerja paling berpengaruh terhadap pembentukan pola komunikasi
organisasi dengan indikator pola komunikasi dari atasan ke bawahan. Hali ini juga
berpengaruh terhadap pembentukan komitmen karyawan dengan indikator
komitmen berkelanjutan. Peran serikat pekerja memiliki pengaruh positif secara
signifikan terhadap pola komunikasi dan komitmen karyawan.
Kata kunci: komitmen karyawan, pola komunikasi, serikat pekerja.
ABSTRACT
DEDEN SUPRIATNA. Role of Labours Unions of the Communication Patterns of
Organization and Employee Commitment in PT. PCI. Supervised by Dr. Ir
ANGGRAINI SUKMAWATI, MM.

PT. PCI is one company that produces some varieties of soft drinks. The
Objectives of this research were (1) identify the role of labour unions in PT. PCI,
(2) to identify patterns of communication of employees at PT. PCI, (3) to identify
the commitment of employees at PT. PCI, (4) to analyze the role of labour unions
of the communication patterns of organization and employee commitment in PT.
PCI. This research was used descriptive analysis method and Structural Equation
Modellingl (SEM) with Partial Least Square (PLS). According to the test results
of the PLS was found that, the role of trade union with indicator of protection and
working conditions of the most influence on the formation of organizational
communication patterns which has indicator horizontal communication patterns.
Communication patterns also affect the formation to the formation employee
commitment to the normative commitment indicator. The role of labour unions
have a significantly positive effect on pattern of communication and employee
commitment in PT. PCI
Key Word: commitment, communication patterns,labours unions.

vi

vii


viii

ix

Judul Skripsi : Peran Serikat Pekerja Terhadap Pola Komunikasi Organisasi dan
Komitmen Karyawan di PT. PCI.
Nama
NIM

: Deden Supriatna
: H24124032

Disetujui oleh

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhammad Najib, STP, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah
Sumberdaya manusia, dengan judul Peran Serikat Pekerja Terhadap Pola
Komunikasi Organisasi dan Komitmen Karyawan di PT. PCI.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir Anggraini
Sukmawati, MM selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Mbak Iis dari pihak HRD
dan Pak dodied selaku ketua Serikat Pekerja PT. PCI yang telah banyak
membantu selama pengumpulan data. Serta kepada seluruh karyawan PT.PCI
yang telah berpartisipasi dalam pengisian data kuesioner. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada papa, mama, dan adik-adikku tercinta, ayas, serta
seluruh keluarga atas segala doa, dorongan semangat dan kasih sayangnya. Serta
tidak lupa juga terima kasih disampaikan untuk teman seperjuangan, teman-teman
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen 10 atas suka duka selama 2 tahun ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Deden Supriatna

xii

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Peran Serikat Pekerja

4


Penelitian Terdahulu

5

METODE PENELITIAN

6

Kerangka Pemikiran

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Sifat Penelitian

7


Pengumpulan Data dan Sumber Data

7

Metode Pengambilan Sampel

7

Metode Pengumpulan Data

8

Perumusan Hipotesis

9

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

11

13

Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan

13

Karakteristik Responden

13

Analisis Deskriptif

15

Analisis Peran Serikat Pekerja terhadap Pola Komunikasi Organisasi dan
Komitmen Karyawan

20

Implikasi Manajerial

24

SIMPULAN DAN SARAN

25

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

38

vi

vii

DAFTAR TABEL
1 Jumlah tenaga kerja Industri Besar dan Sedang menurut Sub Sektor di Indonesia
tahun 2009-2012 menurut Badan Pusat Statistik
1
2 Penelitian terdahulu
5
3 Jumlah dan proporsi sampel pada PT. PCI
8
4 Rentang skala interpretasi hasil jawaban kuesioner
9
5 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach's
11
6 Respon karyawan terhadap peran serikat pekerja
16
7 Respon karyawan terhadap pola komunikasi organisasi
17
8 Respon karyawan terhadap komitmen karyawan
19
9 Hipotesis penelitian
23
10 Nilai direct, indirect dan total effect
23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran
2 Desain model SEM PLS peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi
organisasi dan komitmen karyawan
3 Karakteristik responden
4 Koefisien lintas model
5 Nilai signifikansi test (uji-t) model

6
12
14
20
21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian
2 Struktur organisasi KSPSI PT. PCI periode 2013 – 2016
3 Uji validitas
4 Uji reliabilitas variabel peran serikat pekerja
5 Hasil uji partial least square

30
34
35
36
37

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komponen dari sebuah hubungan industrial di sebuah negara terdiri dari
pemerintah, perusahaan dan pekerja. Ketiganya adalah suatu kesatuan yang
terpisah dan mempunyai motivasi yang berbeda. Dalam perkembangannya
hubungan industrial antar pelaku industrial semakin diperhatikan mengingat
sangat buruknya dampak yang diakibatkan apabila terjadi perselisihan antara
pihak pekerja yang diwakilkan oleh Serikat Pekerja dengan perusahaan. Hal ini
akan mengakibatkan terganggunya alur operasional perusahaan dan dapat
mengakibatkan tujuan yang telah direncakan oleh perusahaan akan mengalamai
gangguan. Selain itu masing-masing pihak juga akan mengalami kerugian atas
situasi seperti ini. Melihat hubungan ketiganya, berikut ini adalah tabel
perkembangan jumlah tenaga kerja di Indonesia berdasarkan bidang industrinya
dari tahun 2009-2012.
Tabel 1 Jumlah tenaga kerja industri besar dan sedang menurut sub sektor di
Indonesia Tahun 2009-2012
No

Subsektor

2009

2010

2011

2012

1

Makanan dan minuman

714.824

715.648

781.581

832.830

2

Tembakau

331.590

327.865

304.243

281.571

3

Tekstil

498.005

525.470

534.952

478.205

4

Pakaian jadi

464.777

481.470

502.930

387.831

5

Kulit dan barang dari kulit

219.071

225.481

247.426

215.324

6

Kayu, barang dari kayu, dan anyaman

212.478

219.641

211.226

222.149

7

Kertas dan barang dari kertas

120.001

126.379

131.250

104.091

8

Penerbitan, percetakan, dan reproduksi

60.980

44.915

46.006

46.238

9

Batu bara, minyak gas bumi, dan nuklir

6.711

6.964

5.865

8.700

10

Kimia dan barang-barang dari bahan kimia

211.667

216.433

233.544

227.394

11

Karet dan barang-barang dari plastik

338.505

363.490

358.790

367.156

12

Barang galian bukan logam

175.127

171.313

174.811

169.248

13

Logam dasar

60.632

64.643

64.657

63.320

14

Mesin dan perlengkapannya

71.276

74.751

66.059

90.907

15

Peralatan kantor, dan pengolahan data

2.892

2.908

5.474

1.137

16

Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya

80.529

80.611

89.979

67.082

17

Radio, televisi, dan peralatan komunikasi

130.173

134.414

151.203

130.768

4.341.869

4.501.145

4.629.369

4.334.975

Jumlah

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat terlihat trend jumlah pekerja di
Indonesia yang setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan, terutama dibidang
industri makanan dan minuman. Jumlah pegawainya dari tahun 2009 -2012
berturut-turut terus bertumbuh dari 714.824 menjadi 715.648 dan terakhir 832.830
orang. Bertambahnya jumlah pekerja dibidang industri tersebut, secara tidak

2

langsung menjadi tanggung jawab serikat pekerja sebagai pelindung dan wakil
aspirasi pekerja dalam memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan pekerja
anggotanya baik untuk di masa sekarang maupun untuk di masa depan.
Menurut Undang-undang No. 21 tahun 2000 Pasal 1 ayat 1, serikat pekerja
adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja baik di perusahaan
maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Peran sumber daya manusia dari sebuah perusahaan adalah mampu
berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan yang ingin
dicapai oleh perusahaan, salah satunya yaitu sebuah sistem dan pola komunikasi.
Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting dan tak terpisahkan dengan yang
lainnya di dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka informasi
bagi organisasi menjadi tidak ada, sehingga koordinasi dapat terganggu dan
akhirnya akan menghambat tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pelaku usaha
sangat sadar akan nilai investasi dari sumberdaya manusia mengingat manusia
sangat berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan di sebuah perusahaan untuk
mencapai sebuah tujuan. Salah satu faktor yang menentukan naik maupun
turunnya tingkat penjualan produk adalah faktor SDM. Dengan keberadaaan
karyawan yang memiliki komitmen tinggi, maka karyawan akan termotivasi untuk
mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Maka dari itu sumberdaya
manusia perlu mendapat perhatian yang lebih dan perlu dibuat suatu proses
perencanaan dan pola komunikasi yang efektif dan efisien guna meningkatkan
komitmen karyawan di perusahaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi organisasi
dan komitmen karyawan di PT. PCI.

Perumusan Masalah
Banyaknya perusahaan baru yang bergerak di sektor industri makanan dan
minuman membuat PT. PCI harus mampu melakukan terobosan baru, baik dari
segi pengelolaan sumberdaya manusia yang handal maupun melakukan inovasi
produk.
Tindakan yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempertahankan
karyawan yang berkualitas salah satunya dengan menciptakan komunikasi yang
kondusif melalui perantara Serikat Pekerja di PT. PCI. Pace dan Faules (2006)
menyatakan bahwa iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan
mendukung komitmen pada organisasi dan iklim komunikasi yang kuat sering kali
menghasilkan praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih
mendukung. Sedangkan iklim yang negatif dapat benar-benar merusak persepsi
anggotanya mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk
organisasi.
Penurunan tingkat penjualan yang sempat terjadi di PT. PCI dapat
disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya dari rendahnya komitmen dan pola
komunikasi. Masalah yang ada harus segera diselesaikan, salah satunya melalui
peran serikat pekerja.

3

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi
masalah penelitian ini yaitu:
1 Bagaimana peran serikat pekerja di PT. PCI?
2 Bagaimana komitmen karyawan yang terjadi di PT. PCI?
3 Bagaimana keberlangsungan komunikasi organisasi di PT. PCI?
4 Bagaimana pengaruh peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi
organisasi dan komitmen karyawan yang terjadi pada PT. PCI?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1 Mengidentifikasi peran serikat pekerja pada di PT. PCI,
2 Mengidentifikasi pola komunikasi organisasi pada PT. PCI,
3 Mengidentifikasi komitmen karyawan pada PT. PCI,
4 Menganalisis pengaruh peran Serikat Pekerja terhadap pola komunikasi dan
komitmen karyawan di PT. PCI.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak terkait, seperti:
1 Bagi PT. PCI, diharapkan menjadi masukan dalam meningkatkan peran
serikat pekerja, pola komunikasi organisasi dan komitmen para karyawannya,
2 Bagi dunia akademik, diharapkan dapat memperkaya literatur khasanah
keilmuan manajemen dan bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang akan membatasi permasalahan
sehingga fokus terhadap tujuan yang ingin dicapai:
1 Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. PCI,
2 Penelitian ini menganalisis mengenai peran Serikat Pekerja terhadap pola
komunikasi organisasi dan komitmen karyawan PT. PCI,
3 Indikator peran Serikat Pekerja dalam penelitian ini adalah perlindungan dan
kondisi kerja, perjanjian kerja bersama, penyelesaian perselisihan, suara
pekerja, dan kerja sama dan hubungan industrial,
4 Indikator dari pola komunikasi organisasi adalah komunikasi dari atas ke
bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi
diagonal.
5 Indikator dari komitmen adalah komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan
komitmen normatif.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Peran Serikat Pekerja
Menurut Budiarti (2008), Serikat pekerja adalah organisasi demokratis
yang berkesinambungan dan permanen dibentuk secara sukarela dari, oleh dan
untuk pekerja sebagai maksud untuk:
1 Perlindungan dan kondisi kerja
2 Perjanjian kerja bersama
3 Penyelesaian perselisihan
4 Suara pekerja
5 Kerja sama dan hubungan industrial
Peran dan Fungsi Serikat Pekerja dijabarkan menjadi lima variabel
didasarkan pada tulisan dari Budiarti disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di
lapangan.
Komitmen
Menurut Meyer dan Allen (1997) komitmen organisasi terdiri dari tiga
komponen, yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen
normatif.
1 Komitmen afektif yaitu komitmen sebagai keterikatan afektif / psikologis
karyawan terhadap pekerjaannya, komitmen ini menyebabkan karyawan
bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka menginginkannya.
2 Komitmen berkelanjutan mengarah pada perhitungan untung-rugi dalam diri
karyawan sehubungan dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan atau
meninggalkan pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan
pada suatu pekerjaan karena mereka membutuhkannya.
3 Komitmen normatif merupakan komitmen sebagai kewajiban untuk bertahan
dalam pekerjaan yang menyebabkan karyawan bertahan karena mereka
merasa wajib untuk melakukannya serta didasari pada adanya keyakinan
tentang apa yang benar dan berkaitan dengan masalah moral.
Pola Komunikasi
Secara umum pola komunikasi organisasi dapat dibedakan ke dalam
saluran komunikasi formal dan nonformal. Menurut Purwanto (2003) Komunikasi
formal dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu komunikasi dari atas ke bawah,
komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.
1 Komunikasi dari atas ke bawah yaitu pola komunikasi yang berasal dari
pimpinan tertinggi ditunjukkan kepada pimpinan menengah terus mengalir
melewati tingkat manajemen untuk kemudian disampaikan kepada bawahan.
2 Komunikasi dari bawah ke atas yaitu pola komunikasi yang menunjukkan
bahwa arus informasi mengalir dari bawahan menuju ke atasan.
3 Komunikasi horizontal yaitu terjadi antara orang-orang yang menduduki
jabatan yang setingkat dalam struktur organisasi.

5

4

Komunikasi diagonal yaitu pola komunikasi yang melibatkan dua pihak yang
tingkatan organisasinya berbeda.

Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada beberapa contoh penelitian
terdahulu. Pada penelitian terdahulu peneliti melihat aspek apa saja yang harus
diperhatikan dan menjadikan bahan rujukan pada penelitian ini, yang dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Penelitian terdahulu
No
1

Judul
Ramdhana (2013)
Pengaruh Peran dan
Fungsi Serikat
Pekerja Terhadap
Keputusan Human
Resources Division
(HRD) pada PT.
Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi
Bogasari

Alat Analisis
1 Analisis
Deskriptif
2 Regresi Berganda

2

Utami (2013)
Pengaruh Penerapan
Faktor-Faktor
Quality of Work
Life Terhadap
Komitmen
Organisasi pada
Kantor Penjualan
PT. Sinar Sosro
Bogor
Saleh (2009)
Hubungan Gaya
Kepemimpinan dan
Pola Komunikasi
Organisasi dengan
Pembentukan Modal
Sosial

1 Analisis
Deskriptif
2 Regresi Berganda

3

1 Analisis
Deskriptif
2 Kendall’s Tau B

Kesimpulan
Peran dan fungsi Serikat Pekerja yang paling
berpengaruh adalah penyelesaian perselisihan
dan suara pekerja. Keputusan Human
Resources Division PT Indofood Sukses
Makmur yang berkaitan dengan kesejahteraan
pekerja adalah peningkatan fasilitas, cuti,
jaminan sosial, program (K3), penyelesaian
keluh kesah dan kedisiplinan. Peran dan
fungsi Serikat Pekerja terbukti secara
bersama-sama mempengaruhi
keputusan
(HRD) PT Indofood Sukses Makmur.
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda,
seluruh variabel faktor QWL berpengaruh
baik secara bersama-sama maupun parsial,
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
komitmen organisasi. Namun faktor yang
paling berpengaruh terhadap komitmen
organisasi adalah faktor lingkungan yang
aman dan nyaman.

Gaya kepemimpinan yang sering diterapkan
oleh pemimpin BEM IPB adalah gaya
kepemimpinan
konsultatif.
Gaya
kepemimpinan konsultatif diterapkan oleh
pimpinan BEM IPB dengan cara memberikan
pengarahan
kepada
anggota
melalui
pertemuan ataupun dengan media telepon dan
sms. Pola komunikasi organisasi yang sering
diterapkan adalah pola komunikasi dari atas
ke bawah untuk memberikan arahan, instruksi
dan pesan. Komponen modal sosial yang
paling dominan dalam BEM IPB adalah
kepercayaan.

6

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran diperlukan untuk memperjelas penalaran sehingga
sampai pada jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Penelitian
ini memfokuskan pada peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi organisasi
dan komitmen karyawan. Upaya mendukung visi dan misi PT. PCI diperlukan
beberapa rencana strategis diantaranya yaitu strategi pengembangan sumber daya
manusia sehingga perusahaan akan selalu mengedepankan pengembangan
kompetensi dan kesejahteraan pekerja.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada tulisan
dari Budiarti (2008) mengenai peran Serikat Pekerja yang disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi di lapangan terdiri dari 5 indikator yaitu perlindungan dan
kondisi kerja, perjanjian kerja bersama, penyelesaian perselisihan, suara pekerja,
kerja sama dan hubungan industrial. Indikator komitmen dalam penelitian ini
menurut Meyer & Allen (1997) mengenai komitmen terdiri dari 3 indikator yaitu
komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif . Sedangkan
pola komunikasi organisasi menurut Purwanto (2003) terdiri dari 4 indikator yaitu
komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi
horizontal dan komunikasi diagonal. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
PT. PCI
Visi dan Misi PT. PCI
Tujuan Serikat Pekerja PT. PCI
Peran Serikat Pekerja:
1. Perlindungan dan kondisi
kerja
2. Perjanjian Kerja Bersama
3. Penyelesaian perselisihan
4. Suara Pekerja
5. Kerja sama dan hubungan
industrial

Komunikasi Organisasi:
1.Komunikasi dari atas ke
bawah
2.Komunikasi dari bawah ke
atas
3.Komunikasi horizontal
4.Komunikasi diagonal

Komitmen:
1. Afektif
2. Berkelanjutan
3. Normatif

Structural Equation Modelling (SEM)
Pengaruh peran serikat pekerja terhadap komitmen karyawan dan komunikasi organisasi
Implikasi manajerial bagi pimpinan untuk menciptakan karyawan yang memiliki
komitmen dan hubungan komunikasi yang harmonis

Ket :

:

Ruang lingkup penelitian
Gambar 1 Kerangka pemikiran

7

Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. PCI yang berlokasi di Kompleks
Industri Kota Bukit Indah Blok A2 Lot 11-14 Desa Cinangka, Kecamatan
Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei
2014 hingga Agustus 2014.

Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat explanatory research (penjelasan) yang bertujuan
untuk memberikan penjelasan secara sistematis mengenai komitmen karyawan
dan komunikasi organisasi melalui pengaruh peran serikat pekerja pada PT. PCI.

Pengumpulan Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema,
dan gambar, seperti literatur-literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian. Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diberi bobot (scoring).
Sumber data penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan cara observasi atau
survei. Data primer diperoleh dengan cara menyebar kuesioner dan wawancara
pada responden. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung
penelitian, seperti buku, artikel-artikel dari internet yang terkait dengan topik
penelitian.

Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 433 orang, responden yang
dijadikan sampel adalah karyawan PT. PCI. Total sampel yang harus diambil
adalah 81 responden agar bisa mewakili populasi pada perusahaan tersebut dan
untuk melihat kuesioner penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penentuan jumlah sampel yang akan diambil dengan menggunakan rumus Slovin
(Umar, 2003).

=



(1+� 2 )

...................................................................................................... (1)

Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Populasi di PT. PCI
e = Tingkat kesalahan (error) dalam penarikan sampel (10%)
433
=
= 81
(1 + 433 ∗ 0.12 )

8

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportionale Stratified
Random Sampling karena unsur populasi heterogen yang dikelompokkan dalam
beberapa subpopulasi, sehingga setiap kelompok akan memiliki sampel yang
relatif homogen. Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum,
peneliti menentukan secara proposional. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah
unsur populasi dalam stratum tersebut. Jumlah dan proporsi sampel dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah dan proporsi sampel pada PT. PCI
No.

Departemen

1
2
3

Production
Quality Control
Full good (Warhouse, Fleet
and Log)
Technic and Maintenance
Raw Material (Warhouse, Fleet
and Log)
Plan Accounting
Personal and General Affairs
Purchasing / PPIC
Spare part (Warhouse, Fleet
and Log)
Total

4
5
6
7
8
9

Jumlah
Karyawan
256
41

Proporsi
(%)
59.12
9.47

Jumlah

39
37

9.01
8.55

7
7

29
10
9
7

6.70
2.31
2.08
1.62

5
2
2
1

5
433

1.15
100

1
81

48
8

Sumber : PT. PCI (2014)

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
bagian, yaitu:
1 Mengenai karakteristik responden,
2 Mengenai peran serikat pekerja,
3 Mengenai pola komunikasi organisasi dan komitmen karyawan.
Menurut Irianto (2008) Skala ordinal adalah skala yang sudah mempunyai
daya pembeda, tetapi perbedaan antara angka yang satu dengan angka yang
lainnya tidak konstan (tidak mempunyai interval yang tetap). Berikut adalah
model skoring dengan Skala ordinal:

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Keterangan :
Angka 1 = Sangat tidak setuju
Angka 10 = Sangat setuju
Skala ordinal mengukur tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden
terhadap penyataan suatu objek. Dalam penelitian ini angka 1 menyatakan “sangat
tidak setuju” dan semakin kanan semakin positif atau “sangat setuju”. Skala

9

ordinal hanya dapat membuat ranking (Nazir, 2009). Pembobotan yang telah
ditetapkan antara 1 hingga 5 dibuat rentang skala. Rentang skala dapat dibuat
dengan rumus
Rentang skala =

� �



� � �

………………………………….. ……. (2)

Berdasarkan hasil persamaan dan bobot nilai yang digunakan dalam
penelitian ini maka diperoleh rentang skala 1,8. Rentang skala untuk interpretasi
jawaban kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rentang skala interpretasi hasil jawaban kuesioner
Rentang Skala
1,00-2,80
2,90-4,60
4,70-6,40
6,50-8,20
8,30-10,00

Pernyataan Jawaban
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju

Berdasarkan Tabel 4, untuk interpretasi jawaban pertanyaan/pernyataan
dapat dilihat dengan berada dimana rentang skala tersebut.

Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian peran serikat pekerja untuk melihat pengaruhnya
dengan pola komunikasi organisasi dan komitmen karyawan perusahaan, maka
diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:
H01
: tidak terdapat pengaruh peran serikat pekerja terhadap komitmen
karyawan.
H11
: terdapat pengaruh peran serikat pekerja terhadap komitmen karyawan.
H02
: tidak terdapat pengaruh peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi
organisasi.
H12
: terdapat pengaruh peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi
organisasi.
H21
: tidak terdapat pola komunikasi organisasi terhadap komitmen karyawan.
H22
: terdapat pola komunikasi organisasi terhadap komitmen karyawan.

Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir di dalam
suatu pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Setelah kuesioner akhir
terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner.
Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat
pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2005). Di dalam
uji validitas menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai empiris
(indikator), bagaimana suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat
dipercaya. Suatu instumen penelitian dikatakan valid, apabila:

10

a Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3
b Jika koefisien korelasi product moment> r-tabel (α; n-2), n = jumlah sampel
c Nilai sig. ≤ α
Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas menggunakan teknik
korelasi product moment adalah:
r=

n( XY) − ( X)( Y)

X2 )

[ n(

− ( X)2 (n( Y 2 ) −

Y)2 ]

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … (3)

Dimana:
n = Jumlah responden
x = Skor variabel (jawaban responden)
y = Skor total variabel untuk responden n

Hasil uji validitas instrument menggunakan 30 sampel responden terdapat
butir pertanyaan yang tidak valid sebanyak 3 buah pertanyaan lalu dihilangkan
dan setelah itu dilakukan validitas atas total sampel yaitu sebanyak 90 responden.
Semua butir pertanyaan yang dihitung telah memenuhi syarat yaitu product
moment pearson nya melebihi 0,3 dan sig ≤ α dengan alpha/error sebesar 10%
terlampir pada Lampiran 2.
Uji Reliabilitas
Menurut Syofian Siregar (2011), reliabilitas adalah untuk mengetahui
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur
yang sama pula. Uji reliabilitas menyatakan bahwa instrument penelitian adalah
reliable jika nilai hitung alfa (α) lebih besar (>) dari nilai r-tabel. Koefisien alfa
(α) dengan asumsi bila nilai a-cronbach hitung lebih besar dari 0,60 (a-Cronbach
theory) maka kuesioner dapat dikatakan reliable. Uji reliabilitas dilakukan pada
90 karyawan PT. PCI. Pengujian reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s
Alpha pada peran serikat pekerja terhadap pola komunikasi organisasi dan
komitmen karyawan dengan rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
r11 =

k
k−1

1−

σb 2
σt 2

……………………………………………………...……(4)

Dimana:
r11
= Koefisien reliabilitas instrument
k
= Jumlah butir pertanyaan
σt 2
= Varians total
σb 2 = Jumlah varians butir
Untuk mencari varians, digunakan rumus sebagai berikut:
σ =
2

( X )2
n

X2−

n

………………………………………………………………….…(5)

Dimana:
� = Varians
n = Jumlah sampel
x = Nilai skor yang dipilih
Berdasarkan rumus perhitungan reliabilitas diperoleh tingkat reliabilitas
yang dapat dilihat pada Tabel 5 .

11

Tabel 5 Tingkat reliabilitas metode alpha cronbach's
Klasifikasi Nilai Aplha
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
0,81 – 1,00

Tingkat Reliabilitas
Kurang Reliabel
Agak Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel

Berdasarkan Lampiran 3 dapat diketahui bahwa instrument pertanyaan
telah memenuhi kriteria dengan nilai 0,945 (sangat reliabel) untuk peran serikat
pekerja, untuk pola komunikasi organisasi memiliki nilai 0,799 (cukup reliabel)
dan untuk komitmen karyawan memiliki nilai 0,813 (sangat reliabel). Nilai-nilai
tersebut mengacu pada rentang skala uji reliabilitas berdasarkan Tabel 5.

Analisis Data
Metode Deskriptif
Menurut Sugiyono (2012), statistik deskriptif adalah statistik yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Metode Analisis Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan Partial
Least Square (PLS)
Menurut Noor (2014), Persamaan permodelan struktural (SEM) adalah
teknik statistik untuk menguji dan memperkirakan hubungan kausal dengan
menggunakan kombinasi data statistik dan asumsi kausal kualitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Partial Least Square
(PLS). Model persamaan struktur SEM (Structural Equation Modeling) adalah
teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan
variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai
keseluruhan model (Ghozali, 2005). PLS sebagai teknik analisis data dengan
software Smart PLS versi 2.0 M3. Metode PLS mempunyai keunggulan tersendiri
diantaranya data tidak harus berdistribusi normal multivariat dan ukuran sampel
tidak harus besar. PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambarannya,
yaitu:
a Model Indikator Refleksif
Model indikator refleksif sering disebut juga principal factor model
dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh variabel laten atau
mencerminkan variasi dari variabel laten.
b Model Indikator Formatif
Model formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh
konstruk tetapi mengasumsikan semua indikator mempengaruhi single
konstruk tunggal (single construct). Selain itu, terdapat dua evaluasi model,
yaitu model pengukuran/outer model dan model struktural/inner model.
Selain itu, terdapat dua evaluasi model, yaitu model pengukuran/outer
model dan model struktural/inner model.

12

A Model Pengukuran (OuterModel)
Outer model atau Model Pengukuran mendefinisikan bagaimana setiap
blok indikator berhubungan dengan variabel latennya (Noor, 2014).
Perancangan model pengukuran menentukan sifat indikator dari masingmasing variabel laten, apakah refleksif atau formatif, berdasarkan definisi
operasional variabel.
1 Outer model refleksif:
Convergent dan discriminant validity: nilai loading 0,5 sampai 0,6
dianggap cukup, untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar
antara 3 sampai 7. Sedangkan untuk discriminant validity
direkomendasikan nilai (Average Variance Extracted) AVE lebih
besar dari 0,50.
2 Outer model formatif
Composite realibility: nilai batas yang diterima untuk tingkat
reliabilitas komposit adalah ≥ 0,7, walaupun bukan merupakan
standar absolut. Outer model formatif dievaluasi berdasarkan pada
substantive content-nya yaitu dengan melihat signifikansi dari
weight.
B Model Struktural (Inner model)
Inner model atau Model Struktural menggambarkan hubungan antar
variabel laten berdasarkan pada substantive theory (Noor, 2014). Perancangan
model struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan
masalah atau hipotesis penelitian, terdiri dari teori, hasil penelitian empiris,
analogi, normatif dan rasional. Model ini dapat dievaluasi dengan melihat Rsquare, dinyatakan signifikan apabila nilai t-value lebih besar dari t-tabel
untuk tingkat kesalahannya 5% adalah sebesar 1.96 (Ghozali, 2008). Berikut
ini adalah gambar model SEM PLS yang sebelum dilakukan pengolahan oleh
aplikasi olah data PLS.
X1
Z1

X2
X3

Peran Serikat
Pekerja (X)

Komitmen
Karyawan (Z)

Z2
Z3

X4
Pola Komunikasi
Organisasi (Y)
X5

Y1

Y2

Y3

Y4

Gambar 2 Desain model SEM PLS peran serikat pekerja terhadap pola
komunikasi organisasi dan komitmen karyawan
Peran Serikat Pekerja (X)
X1 = perlindungan dan kondisi kerja

13

X2 = perjanjian kerja bersama
X3 = penyelesaian perselisihan
X4 = suara pekerja
X5 = kerjasama dan peningkatan hubungan industrial
Pola Komunikasi Organisasi (Y)
Y1= pola komunikasi dari atas ke bawah
Y2= pola komunikasi dari bawah ke atas
Y3= pola komunikasi horizontal
Y4= pola komunikasi diagonal
Komitmen Karyawan (Z)
Z3= Komitmen afektif
Z3= Komitmen berkelanjutan
Z3= Komitmen normatif

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan
PT. PCI merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi berbagai
minuman ringan dalam kemasan. Awal mula sebelum lahirnya PT. PCI yaitu pada
tahun 1975 didirikan sebuah perusahaan bernama PT. JU yang pada tahun 1985
dijual kepemilikan perusahaannya kepada PT. M yang memegang seluruh asset
dan mengelola penuh perusahaan tersebut. Dalam perkembangannya PT. M
memproduksi minuman Teh X dan mimuman bersoda PC setelah terlebih dahulu
mendapatkan lisensi minuman bersoda tersebut dari PC Internasional. Peraturan
Menteri Perdagangan RI No. 17/KP/XII/70 yang menetapkan bahwa perusahaan
Joint Venture tidak diperbolehkan menjual langsung produknya ke konsumen,
maka dalam menjalankan usahanya menjadi dua perusahaan yaitu PT. BD sebagai
Distributor dan PT. XYZ sebagai perusahaan produksi. Di Indonesia PT. XYZ
memiliki dua pabrik yang berada di Ungaran – Jawa Tengah dan Purwakarta –
Jawa Barat yang berdiri pada awal tahun 1995 dan tonggak awal mula
pembentukan Serikat Pekerja PT. PCI yang struktur organisasinya dapat dilihat di
Lampiran 2. Pada bulan November 2013, secara resmi PT. XYZ berubah nama
menjadi PT. PCI dan jalur pendistribusiannya yaitu melalui IASE (Indofood
Asahi Sukses Beverage) lalu menuju Indomarko dan sampai ke tangan konsumen.

Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. PCI, baik yang aktif
maupun tidak dalam keanggotaan Serikat Pekerja yang tersebar di beberapa
departemen. Sampel di ambil dalam penelitian ini sebanyak 90 orang dari total
populasi sebesar 433 orang. Anggota Serikat Pekerja yang menjadi responden
dalam penelitian ini memiliki beberapa karakteristik yaitu jenis kelamin, status
pernikahan, usia, tingkat pendidikan, lama bekerja di perusahaan sekarang, lama

14

pengalaman bekerja di perusahaan sebelumnya dan jabatan/level dalam
pekerjaannya, untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 3
berikut mengenai karakakteristik responden di PT. PCI.
1. Jenis Kelamin
14.1
%

2. Status Pernikahan

Lajang

Laki-laki
85.9
%

Perempuan

48.9
%

3. Usia

Sudah
Menikah

51.1
%

4. Tingkat
Pendidikan

5.4%

2.2%
19.6
%

33.7
%

41.3
%

45

SMP
SMA
D3
S1/D4

22.9
%
11.9
%

63.0
%

6. Jabatan

5. Masa bekerja

1.1%
12.1
30.8 %
%
30.8
25.4
%
%

11 tahun

30.5
%

Staff
58.7
%

Supervisor
Jr Manager

Gambar 3 Karakteristik responden
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing karakteristik responden
berdasarkan Gambar 3.
1 Jenis kelamin
Anggota Serikat Pekerja pada PT. PCI yang menjadi responden dalam
penelitian ini didominasi oleh laki-laki sebanyak 85,9 % sedangkan perempuan
hanya 14,1 %. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Gambar 3. Terlihat perbedaan yang cukup signifikan pada gambar tersebut
terjadi karena lingkungan tempat bekerja dan kondisi di lapangan di perusahaan
lebih memungkinkan laki-laki yang bekerja dibandingkan perempuan.
2 Status pernikahan
Anggota Serikat Pekerja pada PT. PCI yang menjadi responden penelitian
ini sudah menikah dengan persentase yang mencapai 51,1% dan yang masih

15

lajang sebesar 48,9%. Karakteritik responden berdasarkan status pernikahan dapat
dilihat pada Gambar 3.
3 Usia
Usia dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan bekerja dan
tanggung jawab terhadap pekerjaan. Gambar 3 menunjukkan usia karyawan
didominasi oleh karyawan yang berusia 26-35 tahun. Hal ini disebabkan puncak
produktivitas berada pada rentang usia tersebut. Selain itu, karyawan pada rentang
usia 26-35 tahun dapat dinyatakan telah matang baik secara fisik dan mental, juga
telah memiliki pengalaman kerja. Hal inilah yang dibutuhkan perusahaan yaitu
memiliki karyawan yang profesional dan berpengalaman dibidangnya sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
4 Tingkat pendidikan
Mayoritas pekerja yang menjadi responden di PT. PCI adalah lulusan
SMA sebesar 63%. Berdasarkan wawancara dengan bagian HRD walaupun
mayoritas pendidikan terakhirnya SMA/SMK tetapi PT.PCI telah diberikan
pembekalan dan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi pekerja
agar karyawan dapat berjalan beriringan sesuai dengan tujuan perusahaan yang
terus berkembang.
5 Masa bekerja
Responden pada penelitian ini telah bekerja selama 3-5 dan ≤ 11 tahun
memiliki presentase yang sama besar sebanyak 30,8%. Pekerja yang bekerja
kurang dari 2 tahun sebanyak 12,1%, sedangkan pekerja yang telah bekerja
selama 6-10 tahun sebanyak 25,3%. Hasil dari pengelompokkan ini dapat
dikatakan bahwa dalam hal pengalaman bekerja, karyawan telah banyak memiliki
pengalaman, baik di PT.PCI maupun perusahaan sebelumnya. Atas situasi seperti
ini dapat dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar seorang karyawan yang telah
memiliki pengalaman mengadopsi hal yang bermanfaat atas pekerjaan
diperusahaan sebelumnya juga membimbing karyawan lain yang masih kurang
pengalamannya dalam bekerja.
6 Jabatan
Pada Gambar 9 terlihat bahwa mayoritas posisi pekerjaan sebagai
operator/operatif. Hal tersebut sesuai karena sebagian besar responden dalam
penelitian ini yaitu anggota serikat pekerja yang berasal dari level 5 – 15 atau
yang berada di middle management sampai low management. Sedangkan untuk
level 15 keatas adalah level manager dan top management yang biasanya tidak
mengikuti serikat pekerja tetapi sebagai pemberi keputusan atas aspirasi serikat
pekerja. Responden penelitian mayoritas bekerja sebagai Operator dengan
persentase 58.7%. Bekerja sebagai Staff sebesar 41.3%, bekerja sebagai
Supervisor sebanyak sebesar 9,8%, dan Junior Manager sebesar 1,1% .

Analisis Deskriptif
Peran serikat pekerja memiliki lima peran yaitu perlindungan dan kondisi
kerja, perjanjian kerja bersama, penyelesaian perselisihan, suara pekerja dan kerja
sama dan hubungan industrial. Berikut ini adalah Tabel 6 yang telah diolah
mengenai respon karyawan terhadap variabel peran serikat pekerja.

16

Tabel 6 Respon karyawan terhadap peran serikat pekerja
No
1
2
3
4
5

Pernyataan

Modus
Jawaban

Presentase
%

Keterangan

Perlindungan dan Kondisi Kerja
Perjanjian Kerja Bersama
Penyelesaian Perselisihan
Suara Pekerja
Kerja Sama dan Peningkatan
Hubungan Industrial

8
7
8
7
8

32.80
30.28
29.72
28.89
30.17

Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju

Berdasarkan Tabel 6, diperoleh hasil bahwa presentase tertinggi yaitu
perlindungan dan kondisi kerja dengan presentase 32.8%. Untuk penjelasan lebih
jelas tentang indikator-indikator dari peran serikat pekerja dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
1 Perlindungan dan kondisi kerja
Perlindungan dan kondisi kerja bagi karyawan sangatlah penting untuk
diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyediaan dan pengkondisian
syarat-syarat kerja yang harus memenuhi standar dari perundang-undangan
ketenagakerjaan dan keselamatan kerja. Berdasarkan Tabel 6, yang menunjukkan
nilai presentase jawaban 32.80% dengan keterangan setuju artinya peran serikat
pekerja telah melakukan perlindungan dan kondisi dengan baik. Perlindungan
yang dilakukan Serikat Pekerja PT. PCI berupa mensosialisasikan pentingnya
budaya K3, pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3), Pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) dan menginformasikan
jaminan sosial bagi pekerja dari BPJS Ketenagakerjaan.
2 Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Salah satu peran dan fungsi utama serikat pekerja adalah menjamin
kepentingan anggotanya melalui perjanjian tawar menawar antara perusahaan dan
serikat pekerja atas aspirasi anggotanya. PKB memuat mengenai pengakuan
serikat pekerja dan hak-haknya berupa kesediaan PT. PCI menyediakan fasilitas
dan izin terhadap serikat pekerja seperti terkait dengan jam kerja, aturan
perusahaan, hak cuti, jaminan sosial, program K3, pemutusan hubungan kerja dll.
Apabila PKB telah disahkan antara pihak manajemen perusahaan dan Serikat
Pekerja maka tindakan selanjutnya yaitu Serikat Pekerja PT. PCI memantau
keberlangsungan dan kefektivitan PKB tersebut. Begitu banyak manfaat yang
akan dirasakan oleh perusahaan dan karyawan atas perjanjian kerja bersama ini
yaitu pengusaha dan pekerja lebih memahami hak dan kewajibannya masingmasing.

3 Penyelesaian perselisihan
Serikat pekerja di PT. PCI mampu membantu menyelesaikan perselisihan
antara pihak yang berselisih dengan cara seperti, penyelesaian secara damai
melalui perundingan maupun penyelesaian secara hukum. Perselisihan yang
sering terjadi di PT. PCI dilakukan dengan berazaskan kekeluargaan dan lebih

17

mengutamakan musyawarah hingga mencapai mufakat melalui perundingan
bipartit antara perusahaan dan serikat pekerja. Penyelesaian perselisihan ini
dibawah pengawasan Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Serikat Pekerja
di PT. PCI. Selain menyelesaikan perselisihan, Serikat Pekerja di PT. PCI juga
merupakan forum konsultasi ketenagakerjaan bagi para anggota serikat pekerja
yang mengalami masalah. Masalah yang sering terjadi salah satunya yaitu nilai
gaji lembur yang tidak terkalkulasikan oleh bagian Human Resource Departement
/Wedges.
4 Suara pekerja
Peran serikat pekerja selanjutnya yaitu penyampai aspirasi dari anggota
serikat pekerja lalu disampaikan ke pengusaha terkait masalah yang dialami
anggota pekerja. Suara dan aspirasi yang sering disampaikan oleh anggota berupa
permasalahan pekerjaan. Penyampaian aspirasi dari anggota dilakukan dengan
cara pertemuan antar anggota serikat pekerja yang rutin dilaksanakan yaitu dua
kali pertemuan setiap bulan. Aspirasi-aspirasi yang ada di PT. PCI sering kali
dijadikan kajian untuk nantinya disampaikan dan diperjuangkan di Perjanjian
Kerja Bersama (PKB).
5 Kerjasama dan peningkatan hubungan industrial
Hubungan industrial yang harmonis antara pemerintah, pengusaha dan
karyawan bukan hanya usaha dari satu pihak saja. Peran serikat pekerja dalam
pengingkatan hubungan industrial sudah baik dapat dilihat dari prosentase
jawaban yang menyatakan setuju pada Tabel 6. Pernyataan setuju menyatakan
bahwa anggota pekerja telah merasa puas dengan adanya serikat pekerja ini.
Tindakan yang telah dilakukan berupa perlindungan dan kondisi kerja di PT. PCI
sehingga terhindar dari kecelakaan kerja, serikat pekerja telah menyampaikan
aspirasi anggota, membantu dalam menyelesaikan masalah yang dialami oleh
anggota serikat pekerja.
Pola komunikasi organisasi memiliki 4 indikator yaitu pola komunikasi
dari atas ke bawah, pola komunikasi dari bawah ke atas, pola komunikasi
horizontal dan pola komunikasi diagonal. Berikut ini adalah Tabel 7 yang telah
diolah mengenai respon karyawan terhadap variabel pola komunikasi organisasi.
Tabel 7 Respon karyawan terhadap pola komunikasi organisasi
No
1
2
3
4

Pernyataan
Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah
Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas
Pola Komunikasi Horizontal
Pola Komunikasi Diagonal

Modus
Jawaban
7
7
8
8

Presentase
%
22.59
31.00
36.00
33.00

Ket
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju

Berdasarkan Tabel 7, dari 4 indikator diperoleh hasil, bahwa presentase
tertinggi yaitu pola komuikasi horizontal dengan presentase 36%. Untuk
penjelasan lebih jelas tentang indikator-indikator dari pola komunikasi organisasi
dapat dilihat pada penjelasan berikut:
1 Pola komunikasi dari atas ke bawah

18

Komunikasi dari atas ke bawah berasal dari pimpinan tertinggi yang
ditunjukan kepada pimpinan menengah terus mengalir melewati tingkat
manajemen untuk kemudian disampaikan kepada bawahan. Secara umum
presentase untuk pola komunikasi dari atas ke bawah memiliki nilai 22.59%.
Keterangan setuju ini menurut responden bahwa atasan telah berinteraksi secara
langsung dan tidak langsung kepada bawahan, lalu memberikan instruksi tertulis
kepada bawahan sesuai dengan deskripsi pekerjaan. Interaksi yang dilakukan di
PT. PCI oleh atasan kepada bawahan lebih sering dilakukan melalui morning
meeting, pemberian memo dan melalui pesawat telepon. Bila diurutkan, Morning
meeting merupakan jalur komunikasi yang cukup efektif untuk dijadikan wadah
bagi atasan untuk menyampaikan instruksi mengenai program kerja kepada
bawahannya. Komunikasi selanjutnya yang sering digunakan yaitu jalur
komunikasi melalui telpon dan terakhir memo.
2 Pola komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan bahwa arus informasi
mengalir dari bawahan menuju ke atasan. Komunikasi ke atas di PT. PCI
merupakan proses penyampaian gagasan, ide, saran, bertanya ataupun meminta
pendapat atasan jika menemui kesulitan. Bentuk-bentuk komunikasi yang
digunakan dalam komunikasi ke atas pada PT. PCI meliputi laporan pelaksanaan
pekerjaan, saran-saran, rekomendasi. Seperti hal nya pola komunikasi dari atas ke
bawah, pada pola komunikasi dari bawah ke atas pun tidak jauh berbeda jalur
komunikasinya yaitu melalui melalui morning meeting, telepon dan memo.
3 Pola komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal terjadi antara orang-orang yang menduduki jabatan
yang setingkat dalam struktur organisasi. Tujuan komunikasi horizontal yang
dilakukan oleh PT. PCI antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan
memberikan informasi kepada departemen yang memiliki hubungan sejajar.
Mayoritas responden menjawab setuju dengan presentase 36% artinya tingkat
komunikasi antar karyawan setingkat di PT. PCI cukup sering seperti dalam hal
rapat ataupun obrolan mengenai pekerjaan. Selain bersifat pengkoordinasian,
pertemuan antara rekan kerja setingkat juga bisa saling memberikan saran dan
kritik mengenai tugas mereka atau terhadap pribadi mereka.
4 Pola komunikasi diagonal
Komunikasi ini melibatkan dua pihak yang tingkatan organisasinya
berbeda bagian. Komunikasi ini memiliki beberapa keuntungan di antaranya
adalah penyebaran informasi bisa lebih cepat daripada bentuk komunikasi
tradisional. Selain itu, komunikasi diagonal membantu individu dari berbagai
departemen ikut membantu masalah dalam organisasi. Pada Tabel 7 menunjukkan
bahwa pola komunikasi diagonal menunjukan respon setuju. Artinya para
karyawan melakukan hubungan langsung dengan karyawan yang berbeda divisi
karena adanya ketergantungan antara divisi satu dengan divisi lainnya.
Komunikasi diagonal yang terjadi lebih sering melalui tatap muka contohnya
pelaporan divisi produksi dengan divisi quality control bahwa proses produksi
telah selesai dan perlu dilakukan pengecekan akhir.

19

Komitmen karyawan memiliki 3 indikator yaitu komitmen afektif,
komitmen berkelanjutan dan komitmen normatif. Berikut ini adalah Tabel 8 yang
telah diolah mengenai respon karyawan terhadap variabel komitmen karyawan.
Tabel 8 Respon karyawan terhadap komitmen karyawan
No
1
2
3

Pernyataan

Modus
Jawaban

Komitmen Afektif
Komitmen Berkelanjutan
Komitmen Normatif

7
7
9

Presentase
%
19.00
21.00
28.00

Ket
Kurang Setuju
Kurang Setuju
Setuju

Berdasarkan Tabel 8, dari 3 indikator diperoleh hasil bahwa presentase
tertinggi yaitu komitmen normatif dengan presentase 28%. Untuk penjelasan lebih
jelas tentang indikator-indikator dari komitmen karyawan dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
1 Komitmen afektif
Komitmen afektif berkaitan antara nilai dan tujuan pribadi karyawan
dengan nilai dan tujuan perusahaan. Berdasarkan Tabel 8 diatas, jawaban
responden rata-rata menjawab kurang setuju dikarenakan mereka belum merasa
bangga menjadi bagian PT. PCI. Selanjutnya sebagian responden belum bersedia
melakukan tugas diluar pekerjaannya dan belum merasa bahwa masalah yang ada
di PT. PCI bukan masalahnya. Artinya ada beberapa hal yang harus dibenahi dan
di evaluasi oleh perusahaan agar mampu berkembang salah satunya yaitu,
menumbuhkan nilai-nilai dan tujuan yang ada di PT. PCI sehingga komitmen
afektif karyawan meningkat.
2 Komitmen berkelanjutan
Komitmen berkelanjutan bukan hanya kesetiaan pada PT. PCI, tetapi suatu
proses kesetian yang terus berjalan dengan seiringnya waktu, perubahan dan
dinamika sosial yang terjadi di dalam maupun diluar perusahaan. Hasil pada Tabel
8 menunjukan bahwa karyawan tidak khawatir apabila diberhentikan dari
pekerjaannya, responden merasa tidak rugi jika meninggalkan PT. PCI apabila
dapat tawaran yang lebih baik. Hal ini diartikan bahwa tingkat komitmen
berkelanjutan pada karyawan di PT. PCI masih ren

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Komunikasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Di Pt Askes (Persero) Cabang Karo

2 61 145

Komunikasi dan Komitmen Organisasi Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT Clariant Kujang Catalysts Cikampek

3 19 36

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI PT INTECH ANUGRAH INDONESIA

0 8 145

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAMU AIR MANCUR Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Jamu Air Mancur Wonogiri.

0 4 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. DJITOE Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Di Surakarta.

0 2 15

PENGARUH ASPIRASI DAN PARTISIPASI KARYAWAN DI ORGANISASI SERIKAT PEKERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. SOCFIN INDONESIA.

0 1 19

PERAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN Peran Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Peran Komunikasi organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Rt. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta).

10 30 14

PERAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN Peran Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Peran Komunikasi organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Rt. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta).

0 2 13

Pengaruh Kepuasan Komunikasi Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Di Aircraft Services PT. Dirgantara Indonesia (Persero).

0 1 16

Peran Motivasi Kerja dalam Memoderasi Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero)

0 1 18