Penggunaan Pot Organik Untuk Pembibitan Mindi (Melia Azedarach L.) Di Rumah Kaca
PENGGUNAAN POT ORGANIK UNTUK PEMBIBITAN
SEMAI MINDI (Melia azedarach L.) DI RUMAH KACA
BAETI ROHMAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Pot
Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia azedarach L.) di Rumah Kaca adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Baeti Rohmah
NIM E44110034
ABSTRAK
BAETI ROHMAH. Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia
azedarach L.) di Rumah Kaca. Dibimbing oleh SRI WILARSO BUDI R.
Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih
menggunakan polybag, namun polybag masih memiliki beberapa kekurangan
yaitu berbahan dasar plastik yang bersifat tidak mudah hancur atau terdegradasi.
Solusi alternatifnya adalah polybag dapat diganti dengan penggunaan pot organik
yang ramah lingkungan (pot organik). Pot organik memiliki beberapa keunggulan
yaitu waktu untuk terdekomposisi lebih cepat dibandingkan dengan polybag.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan bahan baku pot
organik terhadap pertumbuhan semai Mindi (M. azedarach L.). Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu
faktor, yaitu komposisi bahan baku dalam pembuatan pot organik. Parameter yang
diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi, diameter dan biomassa. Pengamatan
yang dilakukan selama 16 minggu menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
komposisi bahan baku berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi dan diameter
pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan dengan komposisi bahan baku yang
mengandung kompos yaitu P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
menghasilkan pertumbuhan terbaik untuk semai mindi.
Kata kunci: Kompos, Melia azedarach, polybag, pot organik
ABSTRACT
BAETI ROHMAH. The Use of Organic Container Seedling for Mindi (Melia
azedarach Linn) Seedling Production in the Greenhouse. Guided by SRI
WILARSO BUDI R.
A forest trees seedling production nowadays had used a polybag, however
its have some disadvantage due to its difficult to decompose. An alternative
solution is a replaced polybag with a sustainable polybag made from organic
matter called organic container seedling. Organic container seedling have an
advantage namely its can decomposed rapidly and environmentally friendly than
polybag. The objective of this study was to analysis the effect of raw material
treatment of organic container seedling to the growth of Mindi (Melia azedarach
L.). This study used completely Randomized Experimental design with one factor
experiment, namely raw material composition in organic container seedling. The
observed variables were height, diameter and biomass. Observation was
conducted in 16 weeks, showed that raw material composition have an impact in
height and diameter variable with sampling error 95%. Treatment using compost
in P4 (pulp + compost fertilizer + cocopeat) resulted the best Mindi growth than
others.
Keywords : compost, Melia azedarach, organic pot, polybag
PENGGUNAAN POT ORGANIK UNTUK PEMBIBITAN
SEMAI MINDI (Melia azedarach L.) DI RUMAH KACA
BAETI ROHMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Penggunaan Pot Organik untuk
azedarach L.) di Rumah Kaca
Nama
: Baeti Rohmah
NIM
: E44110034
Pembibitan
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS
Pembimbing
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6 E 20 5
Mindi
(Melia
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah pot
organik, dengan judul Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia
azedarach L.) di Rumah Kaca
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS
selaku pembimbing. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, adik
serta kakak atas kasih sayang, dukungan dan doa selama ini.
Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah
memberikan bantuan biaya pendidikan Beasiswa Bidikmisi kepada penulis, rekan
peneliti di Laboratorium Silvikultur (Siti Sadida Hafsyah, Yhan Prasetia Harfati
dan Fatimah Nur Istiqomah) serta rekan-rekan Silvikultur 48 yang telah
membantu dan memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang baik bagi seluruh
pihak.
Bogor, September 2015
Baeti Rohmah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Analisis Kimia Pot Organik
6
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Tinggi dan Diameter
Semai Mindi
7
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Berat Kering Total
Semai Mindi
11
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Nisbah Pucuk Akar
Semai Mindi
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL
1 Komposisi perlakuan
2 Hasil analisis kimia pada pot organik
3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot
organik terhadap pertumbuhan semai mindi
4 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan tinggi mindi
5 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan diameter mindi
5
6
7
8
9
DAFTAR GAMBAR
1 Alat Pencetak pot organik (a) dan Pot organik (b)
2 Berat kering total (BKT) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik
3 Nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik
3
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi semai mindi
2 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan diameter semai mindi
15
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia
setelah Brazil dan Zaire (Jatna 2008). Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012
mencapai 130.61 juta ha. Kawasan tersebut diklasifikasi sesuai dengan fungsinya
menjadi kawasan konservasi (21.17 juta ha), kawasan lindung (32.06 juta ha),
kawasan produksi terbatas (22.82 juta ha), kawasan produksi (33.68 juta ha) dan
kawasan produksi yang dapat dikonversi (20.88 juta ha). Namun, kondisi hutan
alam tropis Indonesia sangat mengkhawatirkan yang disebabkan oleh adanya laju
kerusakan yang tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, laju deforestasi dan degradasi
hutan pada kurun waktu 1998-2002 mencapai 3.5 juta hektar per tahun. Tahun
2003-2006 mengalami penurunan menjadi 1.125 juta hektar per tahun. Periode
selanjutnya 2009-2011 laju deforestasi dan degradasi menurun hingga 450 ribu
hektar per tahun, maka rata-rata penurunan deforestasi pada tahun 2003-2006 ke
tahun 2009-2011 seluas 0.675 juta hektar per tahun (Kemenhut 2014). Hal ini
mendukung perlunya upaya rehabilitasi hutan.
Luas lahan yang harus direhabilitasi dari tahun ke tahun semakin
meningkat sehingga membutuhkan bibit yang semakin banyak. Tahun 2014
pemerintah mencanangkan kembali program penanaman 1 miliar pohon dengan
motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia”. Kegiatan penanaman setiap
tahun selalu mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir sejak 2010 yaitu
sebanyak 1.3 milyar pohon tahun 2010, 1.5 milyar pohon tahun 2011, 1.6 pada
tahun 2012 dan yang terakhir pada tahun 2013 telah mencapai 1.8 milyar
(Kementrian Kehutanan 2014). Untuk memproduksi bibit sebanyak itu diperlukan
polybag sekitar 2 juta kilogram atau 2000 ton.
Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih
menggunakan polybag karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu
harga yang relatif murah, mudah dalam perawatan, dan pemeliharaan tanaman
lebih terkontrol (Budi et al. 2012). Polybag memiliki beberapa kekurangan yaitu
berbahan dasar plastik yang bersifat tidak mudah hancur atau terdegradasi
sehingga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sebagai alternatif dalam
mengatasi masalah tersebut, polybag dapat diganti dengan penggunaan pot
organik berbahan dasar organik yang ramah lingkungan (pot organik). Pot organik
terbuat dari kertas koran bekas yang dicampur dengan kompos atau campuran
lainnya. Pot organik memiliki beberapa keunggulan yaitu waktu untuk
terdekomposisi dengan alam lebih cepat dibandingkan dengan polybag. Pot
organik juga dapat langsung ditanam ke dalam tanah tanpa harus membuka
wadahnya sehingga tidak menyebabkan kerusakan perakaran saat bibit
dipindahkan ke lapangan.
Penelitian mengenai pot organik berbahan dasar organik telah dilakukan
oleh Budi et al. (2012) yang dinamakan pot pupuk praktis. Hasil penelitian
menyatakan bahwa pot pupuk praktis dengan bahan baku kombinasi antara kertas
koran dan kompos (50:50 v/v) serta perekat tanin merupakan komposisi bahan
baku pot yang terbaik untuk pertumbuhan Gmelina arborea. Penelitian
sebelumnya menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian kembali
2
mengenai pot organik dengan menggunakan bibit tanaman kehutanan lainnya.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pot organik dalam pembibitan mindi (Melia azedarach L.) di rumah kaca.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan bahan baku
pot organik terhadap pertumbuhan semai Mindi (M. azedarach L.).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk
menggantikan kegunaan polybag dengan pot organik ramah lingkungan sebagai
media tumbuh semai sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Bagian Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB Darmaga selama tujuh bulan dari bulan November 2014 sampai
dengan Mei 2015. Analisis kandungan unsur hara pada pot organik dilakukan di
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak kontainer,
saringan (ayakan) pasir dan tanah, penggaris, cangkul, kompor, ember, drum
berukuran besar, alat penyiram, straples, gunting, caliper, alat tulis, kalkulator,
kamera digital, label, rak policup, oven, neraca Ohauss, software Ms. Word, Ms.
Excel, tallysheet, dan seperangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semai Mindi (M. azedarach L.) berumur ± 5 minggu, koran
bekas, kompos, tanah topsoil, cocopeat, dan arang sekam.
Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian ini terdapat beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan
wadah semai berbahan dasar organik (pot organik), persiapan media sapih,
penyapihan semai, pemeliharaan, pemanenan bibit, pengamatan pertumbuhan,
rancangan percobaan dan analisis data (Farhan 2011).
3
Persiapan pot organik
Penyiapan bubur kertas dan bahan baku pencampur
Kertas koran dipotong berukuran kecil kemudian direndam dalam drum
besar berisi air selama 5-6 hari dan dilakukan pengadukan serta pergantian air.
Setelah kertas koran menjadi bubur kemudian diambil untuk dilakukan
penyaringan yang berguna untuk mengurangi kadar air. Pengurangan kadar air
bisa juga dilakukan dengan melakukan peremasan pada bubur kertas koran. Bahan
baku pencampur bubur kertas yang digunakan adalah kompos dan sabut kelapa
(cocopeat) yang dijual di pasaran.
Pencampuran bahan baku
Pencampuran antara bubur kertas dengan bahan pencampur lain dengan
perbandingan sebagai berikut :
1. Bubur Kertas Koran 100% (kontrol)
2. Bubur Kertas Koran + Pupuk Kompos (50:50)
3. Bubur Kertas Koran + Cocopeat (70:30)
4. Bubur Kertas Koran + Pupuk Kompos + Cocopeat (60:20:20)
Pencetakan
Pencetakan dilakukan secara manual dengan alat pencetak pot organik.
Alat pencetak terdiri dari 6 lubang cetakan berbentuk kerucut dan terdapat
penumbuk untuk membentuk wadahnya. Setelah selesai pencetakan, pot dapat
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4 hari dan dilakukan perapihan pada
bagian bawah pot. Pot organik berbentuk kerucut dengan diameter bagian atas 4.5
cm meruncing ke bawah dengan panjang 15 cm. Alat pencetak pot organik dan
pot organik disajikan pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1 Alat Pencetak pot organik (a) dan Pot organik (b)
Persiapan media sapih
Media sapih yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi antara
tanah topsoil yang berasal dari tegakan karet Cikabayan dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1.
4
Penyapihan semai
Penyapihan adalah proses pemindahan semai mindi (M. azedarach) ke
dalam pot organik. Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi
terjadinya penguapan pada semai. Penyapihan ke dalam pot organik dilakukan
dengan melubangi media sapih kemudian semai ditanam dalam lubang tersebut
hingga bagian akar terbenam dan dilakukan penyiraman secara hati-hati agar
semai tidak roboh.
Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap semai mindi (M. azedarach) yang telah disapih
dilakukan dengan penyiraman 2 kali sehari yaitu setiap pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi media tanam yang ada
di dalam pot organik. Jika media masih basah maka banyaknya air yang
disiramkan ke dalam pot disesuaikan dengan kebutuhan.
Pembersihan gulma yang tumbuh pada media tanam juga perlu dilakukan
agar tidak mengganggu pertumbuhan semai mindi (M. azedarach). Pemupukan
dilakukan setiap 1 minggu sekali dimulai ketika semai berumur 3 BSP (bulan
setelah penyapihan). Pupuk yang digunakan berupa pupuk NPK mutiara 16-16-16
dan pupuk daun (gandasil-D).
Pemanenan semai Mindi (M. azedarach L.)
Pemanenan dilakukan dengan menghancurkan pot organik kemudian
memisahkan tanaman dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar akar
tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dari tanah. Setelah itu bagian pucuk
dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau cutter kemudian masing-masing
pucuk dan akar ditimbang.
Pengamatan dan pengambilan data
Variabel yang diamati dalam pengukuran semai sebagai berikut:
Tinggi Semai. Pengukuran tinggi dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 4
bulan penelitian. Pengukuran dilakukan dimulai dari pangkal batang hingga titik
tumbuh pucuk semai dengan menggunakan penggaris.
Diameter Semai. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan
penelitian, pengukuran dilakukan menggunakan caliper pada bagian batang yang
telah ditandai (±2 cm di atas permukaan media).
Berat Kering Total. Berat kering total diukur setelah bagian tanaman yang terdiri
dari bagian akar dan pucuk dioven pada suhu 80⁰C selama 24 jam, kemudian hasil
dari pengovenan tersebut ditimbang menggunakan timbangan digital. Berat kering
total diperoleh dari penjumlahan berat kering akar dengan berat kering pucuk.
Nisbah Pucuk Akar (NPA). NPA dihitung berdasarkan perbandingan nilai berat
kering total pucuk dengan nilai berat kering total akar.
Analisis Unsur Hara. Analisis unsur hara yang terkandung pada pot organik
dilakukan pada akhir pengamatan dengan empat sampel. Analisis unsur hara
5
dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian IPB.
Rancangan percobaan
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan
gambaran yang diinginkan. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif
berdasarkan tabulasi dan gambar serta pengujian dengan rancangan percobaan.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 4 perlakuan. Setiap
perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2
unit sehingga dalam percobaan dibutuhkan 80 pot organik dan semai mindi (M.
azedarach L.). Perlakuan terdiri atas perbedaan bahan baku, yaitu sebagai berikut:
P1
: Bubur kertas koran 100 % (kontrol)
P2
: Bubur kertas koran + pupuk kompos (50:50)
P3
: Bubur kertas koran + cocopeat (70:30)
P4
: Bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat (60:20:20)
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi Perlakuan
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perlakuan
P1
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
P1U6
P1U7
P1U8
P1U9
P1U10
P2
P2U1
P2U2
P2U3
P2U4
P2U5
P2U6
P2U7
P2U8
P2U9
P2U10
P3
P3U1
P3U2
P3U3
P3U4
P3U5
P3U6
P3U7
P3U8
P3U9
P3U10
P4
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5
P4U6
P4U7
P4U8
P4U9
P4U10
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan
dalam model linear (Mattjik dan Sumertajaya 2006) sebagai berikut:
Yij = μ + Ʈi + εij
Keterangan:
Yij : Pengamatan komposisi bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
μ : Rataan umum
Ʈi : Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku ke-i
εij : Pengaruh acak komposisi bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
6
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan
analisis sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.00,
jika:
a. Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi dan diameter.
b. Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi dan diameter, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kimia Pot Organik
Analisis kimia pot organik dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil
analisis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis kimia pada pot organik
Jenis Perlakuan
P1
P2
P3
P4
N
0.21
1.31
0.30
0.94
P
(%)
0.02
0.37
0.21
1.13
K
0.08
1.93
0.99
1.52
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 2) dapat diketahui bahwa kandungan
unsur hara makro N tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) sebesar 1.31%, unsur hara makro P tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) sebesar 1.13%,
dan unsur hara makro K tertinggi yaitu pada perlakuan P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) sebesar 1.93%. Perlakuan yang memiliki kandungan unsur hara N,
P, dan K terendah terdapat pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) atau kontrol.
P1 memiliki kandungan hara terendah karena komposisi bahan baku pada P1
hanya terdiri dari bubur kertas koran saja tanpa adanya penambahan bahan baku
seperti kompos, sehingga unsur hara makro dalam pot organik masih belum
mencukupi. Hasil analisis unsur hara makro N, P, dan K tertinggi dari keseluruhan
perlakuan terdapat pada perlakuan yang mengandung bahan baku kompos. Hal ini
karena bahan baku kompos memiliki unsur hara makro NPK lebih banyak
dibandingkan perlakuan dengan komposisi lain. Berdasarkan SNI: 19-7030-2004
tentang spesikasi kompos dari sampah organik, standar kualitas kompos untuk
jumlah minimal kandungan unsur hara N, P, K yaitu N 0.40%, P 0.10%, dan K
0.20%. Perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) dan P4 (bubur kertas
7
koran + pupuk kompos + cocopeat) yang mengadung bahan baku kompos
memiliki nilai di atas jumlah minimal yang sudah distandarisasikan.
Peranan kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
karena kandungan kompos didominasi oleh bahan organik, walaupun
kandungannya relatif sedikit namun kompos memiliki jumlah unsur hara yang
paling lengkap (Novizan 2002). Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara
dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung lebih baik
kualitasnya.
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Tinggi dan
Diameter Semai Mindi
Pertumbuhan merupakan pertambahan volume atau massa tanaman.
Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan dengan mengukur perbesaran ke
satu atau dua arah, seperti panjang (tinggi batang) dan diameter (diameter batang).
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman atau
bagian yang diinginkan, dan menimbangnya (Salisbury dan Ross 1995b).
Indikator pertambahan massa dalam pertumbuhan tanaman adalah berat basah
total dan berat kering total. Nisbah pucuk akar merupakan indikator dalam
pertumbuhan tanaman yang menggambarkan perbandingan antara kemampuan
penyerapan air dan mineral terhadap proses fotosintesis dari tanaman.
Hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan semai mindi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot
organik terhadap pertumbuhan semai mindi
Parameter
Tinggi
Diameter
Perlakuan
Komposisi bahan baku
*
*
* = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) <
0.05 (α)
Hasil sidik ragam diketahui bahwa pengaruh komposisi bahan baku pot
organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan diameter pada
selang kepercayaan 95%.
Hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengaruh
komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi. Oleh karena itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui
perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik. Hasil uji Duncan
pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
8
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan tinggi mindi
Perlakuan
P4
P2
P3
P1
Rata-rata pertumbuhan
tinggi (cm)
5.44a
5.08a
3.37b
2.75c
% Peningkatan terhadap
kontrol
97.82
84.73
22.55
0.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%
Uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap tinggi
semai mindi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan P4 (bubur kertas koran
+ pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan tinggi terbaik
yaitu dengan rata-rata tinggi 5.44 cm atau persentase peningkatan terhadap kontrol
sebesar 97.82%. Hal ini didukung oleh hasil analisis kimia pada pot organik
(Tabel 2) yang menunjukkan bahwa perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk
kompos + cocopeat) memiliki kandungan unsur hara N 0.94%, P 1.13%, dan K
1.52%. Perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) menghasilkan nilai
rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 5.08 cm atau persentase peningkatan
terhadap kontrol sebesar 84.73%. Perlakuan P3 (bubur kertas koran + cocopeat)
menghasilkan respon pertumbuhan tinggi dengan rata-rata tinggi sebesar 3.37 cm
atau persentase peningkatan sebesar 22.55%. Perlakuan P1 (bubur kertas koran)
atau kontrol menghasilkan respon pertumbuhan tinggi terendah dibandingkan
dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 2.75 cm. Berdasarkan hasil analisis
kimia pot organik pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N, P,
dan K pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) menunjukkan nilai yang rendah
yaitu N 0.21%, P 0.02%, dan K 0.08%. Kebutuhan hara pada perlakuan P1 (bubur
kertas koran) menjadi tidak tercukupi, sehingga pertumbuhannya menjadi kurang
baik.
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik
sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan
atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno 1995). Berdasarkan hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa pengaruh komposisi pot organik memberikan
pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan diameter, namun dalam segi peningkatan
tinggi selama 4 bulan penelitian semai mindi menunjukkan pertumbuhan yang
lambat. Mindi termasuk jenis pohon yang cepat tumbuh dan memiliki adaptasi
yang tinggi. Pertumbuhan mindi yang tidak sempurna kemungkinan disebabkan
oleh beberapa hal yaitu volume pot organik yang terlalu kecil sehingga media
yang masuk terlalu sedikit dan pot organik terlalu porous sehingga tidak dapat
menahan air. Pot organik yang terlalu porous menyebabkan air cepat hilang dari
media sehingga frekuensi penyiraman harus diperbanyak, namun kondisi
penyiraman yang terlalu sering juga akan menyebabkan pot organik menjadi
lembab sehingga menimbulkan tumbuhnya jamur maupun lumut yang
kemungkinan dapat berkembangnya penyakit (Budi et al. 2004).
9
Hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengaruh
komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan diameter. Oleh karena itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui
perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik. Hasil uji Duncan
pertumbuhan diameter dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan diameter mindi
Perlakuan
P2
P4
P3
P1
Rata-rata pertumbuhan
diameter (mm)
1.00a
0.95a
0.66b
0.65b
% Peningkatan terhadap
kontrol
53.85
46.15
1.54
0.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%
Uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap diameter
semai mindi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P2 (bubur kertas koran
+ pupuk kompos) menghasilkan respon pertumbuhan diameter terbaik yaitu
dengan rata-rata diameter 1.00 mm atau persentase peningkatan terhadap kontrol
sebesar 53.85%. Perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
menghasilkan nilai rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 0.95 mm atau
persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 46.15%. Perlakuan P3 (bubur
kertas koran + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan rata-rata diameter
sebesar 0.66 mm atau persentase peningkatan sebesar 1.54%. Pada perlakuan P1
(bubur kertas koran) menghasilkan respon pertumbuhan rata-rata diameter
terendah yaitu sebesar 0.65 mm, namun respon pertumbuhan diameter pada
perlakuan P1 dan P3 memiliki rata-rata diameter yang nilainya tidak jauh berbeda.
Pertumbuhan diameter semai merupakan pertumbuhan sekunder yang
pertumbuhannya jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tinggi semai.
Pertumbuhan sekunder dipengaruhi oleh aktifitas kambium yang salah satunya
dipengaruhi oleh adanya zat auksin dimana konsentrasi terbanyak pada bagian
tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan berkembang (Pandit dan Ramdan 2002).
Pertumbuhan dinding primer sel muda di dalam tanaman mengikuti arah satu
porosnya. Pertumbuhan menjadi lebih mudah terjadi ke arah yang tegak lurus
terhadap poros tersebut seperti pada akar, batang, dan tangkai daun yang sedang
memanjang (Salisbury dan Ross 1995b).
Penggunaan cocopeat sebagai bahan baku dari pot organik menunjukkan
pertumbuhan tinggi dan diameter yang kurang baik. Hal ini dapat didukung
berdasarkan karakteristik cocopeat sebagai media sapih adalah mampu mengikat
dan menyimpan air dengan kuat. Menurut Hasriani (2013), media sapih cocopeat
memiliki kadar air dan daya simpan air masing-masing sebesar 119% dan 695.4%.
Media sapih cocopeat memiliki pori mikro yang mampu menghambat gerakan air
lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi (Istomo dan
Valentino 2012). Pada saat tertentu, kondisi pada media ini menyebabkan
pertukaran gas pada media mengalami hambatan karena media mulai jenuh oleh
10
air karena ruang pori makro yang seharusnya terisi oleh udara ikut terisi oleh air
sehingga akar mengalami hambatan dalam pernapasan. Air ditahan dalam poripori media sapih dengan daya ikat yang berbeda-beda tergantung dari jumlah air
yang ada dalam pori-pori tersebut. Pori-pori dalam media sapih terdiri atas pori
makro dan pori mikro. Pori makro akan diisi oleh udara, sedangkan pori mikro
akan diisi oleh air. Namun apabila keadaan air terlalu berlimpah maka pori-pori
makro akan diisi oleh air. Oleh karena itu, udara dalam media sapih akan semakin
berkurang dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik karena respirasi akan
menjadi terhambat (Soepardi 1983).
Salah satu kekurangan media sapih cocopeat adalah banyak mengandung
zat tanin. Zat tanin merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Cara menghilangkan zat tanin yang berlebihan dapat dilakukan dengan merendam
cocopeat di dalam air bersih. Proses perendaman yang kurang sempurna dapat
menyebabkan zat tanin belum hilang seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan semai mindi (Zaki 2013).
Berdasarkan hasil uji Duncan pada keempat perlakuan komposisi bahan
baku pot organik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter, perlakuan yang
memiliki komposisi bahan baku pupuk kompos yaitu P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) dan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
menghasilkan nilai rata-rata tinggi dan diameter tertinggi selama 16 minggu
pengamatan. Pada kompos terdapat unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
tumbuh. Suatu tanaman akan tumbuh subur apabila segala unsur yang dibutuhkan
tersedia dan terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanam (Farhan
2011).
Menurut Budi et al. (2012), bibit Gmelina arborea yang ditanam pada pot
organik berbahan dasar kertas koran dan kompos memiliki pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan pot organik dengan kombinasi lain. Di dalam pot organik
berbahan dasar kertas koran dan kompos sudah tersedia unsur hara yang siap
diserap oleh akar tanaman dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Kompos
juga dapat digunakan sebagai bahan dasar campuran pot organik yang akan
berkontribusi terhadap penambahan hara dan pertumbuhan tanaman (Budi et al.
2012).
Nitrogen (N) yang ada di dalam tanaman mempunyai fungsi sebagai
komponen utama protein, hormon, vitamin, klorofil, dan enzim-enzim esensial
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Munawar 2011). Gejala
kekurangan N pada umumnya dapat dilihat dari daun yang kuning dan gugur serta
pertumbuhan tanaman kerdil dan pertumbuhan akar terbatas. Kelebihan N pada
tanaman dapat menyebabkan batang lemah dan mudah roboh serta kematangan
tanaman berjalan lambat (Hardjowigeno 2007).
Menurut Salisbury dan Ross (1995a), pada banyak spesies terdapat
hubungan yang erat antara fosfor dan nitrogen dalam proses pematangan.
Kelebihan nitrogen dapat menunda, sedangkan terlalu banyak fosfor mempercepat
pematangan. Jika unsur P diberikan berlebih, pertumbuhan akar sering melebihi
pertumbuhan tajuk. Sebaliknya, apabila tanaman kekurangan unsur P akan
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daun berubah warna menjadi ungu atau
coklat. Gejala ini akan terlihat jelas pada tanaman yang masih muda
(Hardjowigeno 2003).
11
Kalium (K) merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting
untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium mengaktifkan pula enzim yang diperlukan
untuk membentuk pati dan protein. Unsur ini berlimpah jumlahnya sehingga
menjadi penentu utama potensial osmotik sel dan penentu tekanan turgornya
(Salisbury dan Ross 1995a). Unsur K digunakan dalam fotosintesis karena terlibat
didalam sintesis ATP, produksi aktivitas enzim-enzim fotosintesis, dan
penyerapan CO2 melalui mulut daun (Munawar 2011).
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Berat Kering Total
Semai Mindi
Berat kering total merupakan variabel yang paling baik digunakan sebagai
indikator pertumbuhan tanaman. Bahan kering tanaman dipandang sebagai
manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan
tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Berat kering total mencerminkan
akumulasi organik dari hasil sintesis senyawa organik, terutama air dan
karbondioksida (CO2) (Lakitan 1995). Berat kering total didapatkan dari
penjumlahan berat kering pucuk dan berat kering akar setelah dioven (Gambar 1).
BKT (gram)
0.500
0.424
0.400
0.337
0.300
0.200
0.157
0.121
0.100
0.000
P1
Gambar 2
P2
P3
P4
Jenis Perlakuan
Berat kering total (BKT) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik P1 (bubur kertas koran), P2
(bubur kertas koran + pupuk kompos), P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos), P3 (bubur kertas koran + cocopeat), dan P4 (bubur
kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
Gambar 2 menunjukkan bahwa Berat Kering Total (BKT) rata-rata yang
dihasilkan oleh perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
cenderung memiliki nilai tertinggi yaitu 0.424 gram, P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) dan P1 (bubur kertas koran) masing-masing memiliki rata-rata
berat kering total sebesar 0.337 gram dan 0.157 gram. Berat kering total terendah
terdapat pada perlakuan P3 sebesar 0.121 gram. Perlakuan P4 (bubur kertas koran
+ pupuk kompos + cocopeat) cenderung memiliki nilai rata-rata berat kering total
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dapat diduga karena kandungan
unsur hara di dalam P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) dapat
mencukupi kebutuhan hara untuk tanaman, sesuai dengan hasil analisis kimia pot
organik pada Tabel 2. Unsur hara yang telah diserap tanaman oleh akar akan
memberikan kontribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman (Salisbury
12
dan Ross 1995b). Berat kering total menunjukkan kemampuan semai untuk
menyerap unsur hara yang tersedia di dalam media tersebut, bila semai tumbuh
baik maka akan diperoleh berat kering total yang besar. Semakin besarnya berat
kering total tanaman maka kualitas semai akan semakin baik karena hal itu
mencerminkan kemampuan semai tersebut dalam menyerap hara mineral dari
media yang akan diubah menjadi organ tanaman yang baru (Indriani 2002). Hasil
berat kering yang didapatkan menggambarkan keseimbangan antara fotosintesis
dan respirasi. Peningkatan berat kering tanaman disebabkan oleh peningkatan
pengambilan CO2 untuk melakukan fotosintesis (Gardner et al. 1991).
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Nisbah Pucuk Akar
Semai Mindi
Nisbah pucuk akar (NPA) merupakan perbandingan antara berat kering
pucuk dengan berat kering akar. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar
menyerap air dan hara dari tanah untuk mendukung laju fotosintesis dan
transpirasi pada bagian pucuk tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Nilai NPA
juga dapat melihat kemampuan toleransi tanaman terhadap kekeringan. Nisbah
pucuk akar dikendalikan secara genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang kuat. Hasil pengukuran nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi dapat dilihat
pada Gambar 3.
2.000
NPA
1.500
1.743
1.344
1.295
1.030
1.000
0.500
0.000
P1
Gambar 3
P2
P3
Jenis Perlakuan
P4
Nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik P1 (bubur kertas koran), P2
(bubur kertas koran + pupuk kompos), P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos), P3 (bubur kertas koran + cocopeat), dan P4 (bubur
kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan komposisi bahan baku
pot organik menghasilkan nilai nisbah pucuk akar (NPA) rata-rata > 1. Nilai NPA
tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos
+cocopeat) sebesar 1.743. Nilai nisbah pucuk akar yang baik berkisar antara 1-3
(Duryea dan Brown 1984). Besarnya nilai NPA pada P4 karena nilai berat kering
pucuk jauh lebih besar dibanding berat kering akar. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai NPA yang besar bukan berarti tanaman tidak tumbuh seimbang melainkan
13
karena unsur hara yang terkandung sudah mencukupi sehingga perkembangan
akar tidak terlalu banyak, namun akar mampu menyerap unsur hara yang
diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Berdasarkan hasil analisis kimia pot
organik (Tabel 2), perlakuan P4 memiliki kandungan unsur hara N, P, K
terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai NPA tersebut dapat
menggambarkan kondisi hara dan air dalam media yang mempengaruhi
kemampuan akar menyerap air dan hara. NPA yang besar menunjukkan
ketersediaan air dan hara bagi tanaman relatif optimal, akibatnya pertumbuhan
bagian pucuk akan lebih dominan. Sedangkan, NPA yang kecil menunjukkan air
dan unsur hara yang tersedia relatif lebih rendah, akibatnya perkembangan akar
akan menjadi lebih dominan untuk meningkatkan serapan air dan hara oleh
tanaman (Winata 2014).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan dengan komposisi bahan baku yang mengandung kompos yaitu
P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan perlakuan
terbaik untuk pertumbuhan semai mindi. Penggunaan pot organik berpengaruh
terhadap pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach L.) selama 16 minggu
pengamatan pada semua variabel yang diamati dan dapat digunakan sebagai pot
organik di rumah kaca.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh dari
perlakuan wadah komposisi bahan baku yang berbeda dari penelitian ini dan
dilakukan pengujian pot organik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi S, Sukendro A, Karlinasari L. 2004. Produksi media tumbuh dan container
tanaman kehutanan berwawasan lingkungan. [Laporan Akhir]. Bogor (ID): IPB
Budi S, Sukendro A, Karlinasari L. 2012. Penggunaan pot berbahan dasar organik
untuk pembibitan Gmelina arborea roxb. di Persemaian. J Agron. Indonesia.
40(3):239-245.
Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success.
Proceeding of the Physiology Working Technical Session. Boston (US): Dr. W
Junk Publisher.
Farhan FH. 2011. Pembuatan dan pengujian container semai berbahan organik
pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di rumah kaca
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
14
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop
Plants.
Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID):
Akademika Pressindo.
Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hasriani. 2013. Kajian serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media tanam
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Indriani H. 2002. Pertumbuhan semai A. mangium Willd. pada berbagai media
kompos dengan ekstrak kedelai (Glycine max Merr.) [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Istomo, Valentino N. 2012. Pengaruh perlakuan kombinasi media terhadap
pertumbuhan anakan tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser).
Silvikultur Tropika. 3(2):81-84
Jatna S. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor
Indonesia.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan
2013. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.
Lakitan B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta
(ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor (ID): IPB Press.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB
Press.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta (ID): Agro Media
Pustaka.
Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu Sebagai
Bahan Baku. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Salisbury FB, Ross CW. 1995a. Fisiologi Tumbuhan, Jilid ke-1. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant
Phisiology. Ed ke-4.
Salisbury FB, Ross CW. 1995b. Fisiologi Tumbuhan, Jilid ke-3. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant
Phisiology. Ed ke-4.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik
[internet].
[diunduh
2015
Aug
26].
Tersedia
pada:
http://www.healthyrice.com/snikompos.pdf
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Fakultas Pertanian IPB.
Winata B. 2014. Pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba) pada media
bekas tambang pasir dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa.
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk
meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.).
J Silvikultur Tropika. 3(2):137-142.
Zaki IF. 2013. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Surabaya (ID) : Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Surabaya.
15
Lampiran 1 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi semai mindi
Sumber
Keragaman
Komposisi
Galat
Total
Db
JK
KT
F hitung
3
36
39
50.7503
8.6825
59.4328
16.9168
0.2412
70.14
P
SEMAI MINDI (Melia azedarach L.) DI RUMAH KACA
BAETI ROHMAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Pot
Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia azedarach L.) di Rumah Kaca adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Baeti Rohmah
NIM E44110034
ABSTRAK
BAETI ROHMAH. Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia
azedarach L.) di Rumah Kaca. Dibimbing oleh SRI WILARSO BUDI R.
Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih
menggunakan polybag, namun polybag masih memiliki beberapa kekurangan
yaitu berbahan dasar plastik yang bersifat tidak mudah hancur atau terdegradasi.
Solusi alternatifnya adalah polybag dapat diganti dengan penggunaan pot organik
yang ramah lingkungan (pot organik). Pot organik memiliki beberapa keunggulan
yaitu waktu untuk terdekomposisi lebih cepat dibandingkan dengan polybag.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan bahan baku pot
organik terhadap pertumbuhan semai Mindi (M. azedarach L.). Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu
faktor, yaitu komposisi bahan baku dalam pembuatan pot organik. Parameter yang
diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi, diameter dan biomassa. Pengamatan
yang dilakukan selama 16 minggu menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
komposisi bahan baku berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi dan diameter
pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan dengan komposisi bahan baku yang
mengandung kompos yaitu P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
menghasilkan pertumbuhan terbaik untuk semai mindi.
Kata kunci: Kompos, Melia azedarach, polybag, pot organik
ABSTRACT
BAETI ROHMAH. The Use of Organic Container Seedling for Mindi (Melia
azedarach Linn) Seedling Production in the Greenhouse. Guided by SRI
WILARSO BUDI R.
A forest trees seedling production nowadays had used a polybag, however
its have some disadvantage due to its difficult to decompose. An alternative
solution is a replaced polybag with a sustainable polybag made from organic
matter called organic container seedling. Organic container seedling have an
advantage namely its can decomposed rapidly and environmentally friendly than
polybag. The objective of this study was to analysis the effect of raw material
treatment of organic container seedling to the growth of Mindi (Melia azedarach
L.). This study used completely Randomized Experimental design with one factor
experiment, namely raw material composition in organic container seedling. The
observed variables were height, diameter and biomass. Observation was
conducted in 16 weeks, showed that raw material composition have an impact in
height and diameter variable with sampling error 95%. Treatment using compost
in P4 (pulp + compost fertilizer + cocopeat) resulted the best Mindi growth than
others.
Keywords : compost, Melia azedarach, organic pot, polybag
PENGGUNAAN POT ORGANIK UNTUK PEMBIBITAN
SEMAI MINDI (Melia azedarach L.) DI RUMAH KACA
BAETI ROHMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Penggunaan Pot Organik untuk
azedarach L.) di Rumah Kaca
Nama
: Baeti Rohmah
NIM
: E44110034
Pembibitan
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS
Pembimbing
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6 E 20 5
Mindi
(Melia
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah pot
organik, dengan judul Penggunaan Pot Organik untuk Pembibitan Mindi (Melia
azedarach L.) di Rumah Kaca
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS
selaku pembimbing. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, adik
serta kakak atas kasih sayang, dukungan dan doa selama ini.
Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah
memberikan bantuan biaya pendidikan Beasiswa Bidikmisi kepada penulis, rekan
peneliti di Laboratorium Silvikultur (Siti Sadida Hafsyah, Yhan Prasetia Harfati
dan Fatimah Nur Istiqomah) serta rekan-rekan Silvikultur 48 yang telah
membantu dan memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang baik bagi seluruh
pihak.
Bogor, September 2015
Baeti Rohmah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Analisis Kimia Pot Organik
6
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Tinggi dan Diameter
Semai Mindi
7
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Berat Kering Total
Semai Mindi
11
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Nisbah Pucuk Akar
Semai Mindi
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL
1 Komposisi perlakuan
2 Hasil analisis kimia pada pot organik
3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot
organik terhadap pertumbuhan semai mindi
4 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan tinggi mindi
5 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan diameter mindi
5
6
7
8
9
DAFTAR GAMBAR
1 Alat Pencetak pot organik (a) dan Pot organik (b)
2 Berat kering total (BKT) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik
3 Nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik
3
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi semai mindi
2 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan diameter semai mindi
15
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia
setelah Brazil dan Zaire (Jatna 2008). Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012
mencapai 130.61 juta ha. Kawasan tersebut diklasifikasi sesuai dengan fungsinya
menjadi kawasan konservasi (21.17 juta ha), kawasan lindung (32.06 juta ha),
kawasan produksi terbatas (22.82 juta ha), kawasan produksi (33.68 juta ha) dan
kawasan produksi yang dapat dikonversi (20.88 juta ha). Namun, kondisi hutan
alam tropis Indonesia sangat mengkhawatirkan yang disebabkan oleh adanya laju
kerusakan yang tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, laju deforestasi dan degradasi
hutan pada kurun waktu 1998-2002 mencapai 3.5 juta hektar per tahun. Tahun
2003-2006 mengalami penurunan menjadi 1.125 juta hektar per tahun. Periode
selanjutnya 2009-2011 laju deforestasi dan degradasi menurun hingga 450 ribu
hektar per tahun, maka rata-rata penurunan deforestasi pada tahun 2003-2006 ke
tahun 2009-2011 seluas 0.675 juta hektar per tahun (Kemenhut 2014). Hal ini
mendukung perlunya upaya rehabilitasi hutan.
Luas lahan yang harus direhabilitasi dari tahun ke tahun semakin
meningkat sehingga membutuhkan bibit yang semakin banyak. Tahun 2014
pemerintah mencanangkan kembali program penanaman 1 miliar pohon dengan
motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia”. Kegiatan penanaman setiap
tahun selalu mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir sejak 2010 yaitu
sebanyak 1.3 milyar pohon tahun 2010, 1.5 milyar pohon tahun 2011, 1.6 pada
tahun 2012 dan yang terakhir pada tahun 2013 telah mencapai 1.8 milyar
(Kementrian Kehutanan 2014). Untuk memproduksi bibit sebanyak itu diperlukan
polybag sekitar 2 juta kilogram atau 2000 ton.
Kegiatan pembibitan tanaman kehutanan sampai saat ini masih
menggunakan polybag karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu
harga yang relatif murah, mudah dalam perawatan, dan pemeliharaan tanaman
lebih terkontrol (Budi et al. 2012). Polybag memiliki beberapa kekurangan yaitu
berbahan dasar plastik yang bersifat tidak mudah hancur atau terdegradasi
sehingga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sebagai alternatif dalam
mengatasi masalah tersebut, polybag dapat diganti dengan penggunaan pot
organik berbahan dasar organik yang ramah lingkungan (pot organik). Pot organik
terbuat dari kertas koran bekas yang dicampur dengan kompos atau campuran
lainnya. Pot organik memiliki beberapa keunggulan yaitu waktu untuk
terdekomposisi dengan alam lebih cepat dibandingkan dengan polybag. Pot
organik juga dapat langsung ditanam ke dalam tanah tanpa harus membuka
wadahnya sehingga tidak menyebabkan kerusakan perakaran saat bibit
dipindahkan ke lapangan.
Penelitian mengenai pot organik berbahan dasar organik telah dilakukan
oleh Budi et al. (2012) yang dinamakan pot pupuk praktis. Hasil penelitian
menyatakan bahwa pot pupuk praktis dengan bahan baku kombinasi antara kertas
koran dan kompos (50:50 v/v) serta perekat tanin merupakan komposisi bahan
baku pot yang terbaik untuk pertumbuhan Gmelina arborea. Penelitian
sebelumnya menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian kembali
2
mengenai pot organik dengan menggunakan bibit tanaman kehutanan lainnya.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pot organik dalam pembibitan mindi (Melia azedarach L.) di rumah kaca.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan bahan baku
pot organik terhadap pertumbuhan semai Mindi (M. azedarach L.).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk
menggantikan kegunaan polybag dengan pot organik ramah lingkungan sebagai
media tumbuh semai sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Bagian Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB Darmaga selama tujuh bulan dari bulan November 2014 sampai
dengan Mei 2015. Analisis kandungan unsur hara pada pot organik dilakukan di
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak kontainer,
saringan (ayakan) pasir dan tanah, penggaris, cangkul, kompor, ember, drum
berukuran besar, alat penyiram, straples, gunting, caliper, alat tulis, kalkulator,
kamera digital, label, rak policup, oven, neraca Ohauss, software Ms. Word, Ms.
Excel, tallysheet, dan seperangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semai Mindi (M. azedarach L.) berumur ± 5 minggu, koran
bekas, kompos, tanah topsoil, cocopeat, dan arang sekam.
Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian ini terdapat beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan
wadah semai berbahan dasar organik (pot organik), persiapan media sapih,
penyapihan semai, pemeliharaan, pemanenan bibit, pengamatan pertumbuhan,
rancangan percobaan dan analisis data (Farhan 2011).
3
Persiapan pot organik
Penyiapan bubur kertas dan bahan baku pencampur
Kertas koran dipotong berukuran kecil kemudian direndam dalam drum
besar berisi air selama 5-6 hari dan dilakukan pengadukan serta pergantian air.
Setelah kertas koran menjadi bubur kemudian diambil untuk dilakukan
penyaringan yang berguna untuk mengurangi kadar air. Pengurangan kadar air
bisa juga dilakukan dengan melakukan peremasan pada bubur kertas koran. Bahan
baku pencampur bubur kertas yang digunakan adalah kompos dan sabut kelapa
(cocopeat) yang dijual di pasaran.
Pencampuran bahan baku
Pencampuran antara bubur kertas dengan bahan pencampur lain dengan
perbandingan sebagai berikut :
1. Bubur Kertas Koran 100% (kontrol)
2. Bubur Kertas Koran + Pupuk Kompos (50:50)
3. Bubur Kertas Koran + Cocopeat (70:30)
4. Bubur Kertas Koran + Pupuk Kompos + Cocopeat (60:20:20)
Pencetakan
Pencetakan dilakukan secara manual dengan alat pencetak pot organik.
Alat pencetak terdiri dari 6 lubang cetakan berbentuk kerucut dan terdapat
penumbuk untuk membentuk wadahnya. Setelah selesai pencetakan, pot dapat
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4 hari dan dilakukan perapihan pada
bagian bawah pot. Pot organik berbentuk kerucut dengan diameter bagian atas 4.5
cm meruncing ke bawah dengan panjang 15 cm. Alat pencetak pot organik dan
pot organik disajikan pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1 Alat Pencetak pot organik (a) dan Pot organik (b)
Persiapan media sapih
Media sapih yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi antara
tanah topsoil yang berasal dari tegakan karet Cikabayan dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1.
4
Penyapihan semai
Penyapihan adalah proses pemindahan semai mindi (M. azedarach) ke
dalam pot organik. Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi
terjadinya penguapan pada semai. Penyapihan ke dalam pot organik dilakukan
dengan melubangi media sapih kemudian semai ditanam dalam lubang tersebut
hingga bagian akar terbenam dan dilakukan penyiraman secara hati-hati agar
semai tidak roboh.
Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap semai mindi (M. azedarach) yang telah disapih
dilakukan dengan penyiraman 2 kali sehari yaitu setiap pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi media tanam yang ada
di dalam pot organik. Jika media masih basah maka banyaknya air yang
disiramkan ke dalam pot disesuaikan dengan kebutuhan.
Pembersihan gulma yang tumbuh pada media tanam juga perlu dilakukan
agar tidak mengganggu pertumbuhan semai mindi (M. azedarach). Pemupukan
dilakukan setiap 1 minggu sekali dimulai ketika semai berumur 3 BSP (bulan
setelah penyapihan). Pupuk yang digunakan berupa pupuk NPK mutiara 16-16-16
dan pupuk daun (gandasil-D).
Pemanenan semai Mindi (M. azedarach L.)
Pemanenan dilakukan dengan menghancurkan pot organik kemudian
memisahkan tanaman dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar akar
tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dari tanah. Setelah itu bagian pucuk
dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau cutter kemudian masing-masing
pucuk dan akar ditimbang.
Pengamatan dan pengambilan data
Variabel yang diamati dalam pengukuran semai sebagai berikut:
Tinggi Semai. Pengukuran tinggi dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 4
bulan penelitian. Pengukuran dilakukan dimulai dari pangkal batang hingga titik
tumbuh pucuk semai dengan menggunakan penggaris.
Diameter Semai. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan
penelitian, pengukuran dilakukan menggunakan caliper pada bagian batang yang
telah ditandai (±2 cm di atas permukaan media).
Berat Kering Total. Berat kering total diukur setelah bagian tanaman yang terdiri
dari bagian akar dan pucuk dioven pada suhu 80⁰C selama 24 jam, kemudian hasil
dari pengovenan tersebut ditimbang menggunakan timbangan digital. Berat kering
total diperoleh dari penjumlahan berat kering akar dengan berat kering pucuk.
Nisbah Pucuk Akar (NPA). NPA dihitung berdasarkan perbandingan nilai berat
kering total pucuk dengan nilai berat kering total akar.
Analisis Unsur Hara. Analisis unsur hara yang terkandung pada pot organik
dilakukan pada akhir pengamatan dengan empat sampel. Analisis unsur hara
5
dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian IPB.
Rancangan percobaan
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan
gambaran yang diinginkan. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif
berdasarkan tabulasi dan gambar serta pengujian dengan rancangan percobaan.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 4 perlakuan. Setiap
perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2
unit sehingga dalam percobaan dibutuhkan 80 pot organik dan semai mindi (M.
azedarach L.). Perlakuan terdiri atas perbedaan bahan baku, yaitu sebagai berikut:
P1
: Bubur kertas koran 100 % (kontrol)
P2
: Bubur kertas koran + pupuk kompos (50:50)
P3
: Bubur kertas koran + cocopeat (70:30)
P4
: Bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat (60:20:20)
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi Perlakuan
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perlakuan
P1
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
P1U6
P1U7
P1U8
P1U9
P1U10
P2
P2U1
P2U2
P2U3
P2U4
P2U5
P2U6
P2U7
P2U8
P2U9
P2U10
P3
P3U1
P3U2
P3U3
P3U4
P3U5
P3U6
P3U7
P3U8
P3U9
P3U10
P4
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5
P4U6
P4U7
P4U8
P4U9
P4U10
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan
dalam model linear (Mattjik dan Sumertajaya 2006) sebagai berikut:
Yij = μ + Ʈi + εij
Keterangan:
Yij : Pengamatan komposisi bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
μ : Rataan umum
Ʈi : Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku ke-i
εij : Pengaruh acak komposisi bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
6
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan
analisis sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.00,
jika:
a. Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi dan diameter.
b. Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi dan diameter, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kimia Pot Organik
Analisis kimia pot organik dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil
analisis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis kimia pada pot organik
Jenis Perlakuan
P1
P2
P3
P4
N
0.21
1.31
0.30
0.94
P
(%)
0.02
0.37
0.21
1.13
K
0.08
1.93
0.99
1.52
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 2) dapat diketahui bahwa kandungan
unsur hara makro N tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) sebesar 1.31%, unsur hara makro P tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) sebesar 1.13%,
dan unsur hara makro K tertinggi yaitu pada perlakuan P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) sebesar 1.93%. Perlakuan yang memiliki kandungan unsur hara N,
P, dan K terendah terdapat pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) atau kontrol.
P1 memiliki kandungan hara terendah karena komposisi bahan baku pada P1
hanya terdiri dari bubur kertas koran saja tanpa adanya penambahan bahan baku
seperti kompos, sehingga unsur hara makro dalam pot organik masih belum
mencukupi. Hasil analisis unsur hara makro N, P, dan K tertinggi dari keseluruhan
perlakuan terdapat pada perlakuan yang mengandung bahan baku kompos. Hal ini
karena bahan baku kompos memiliki unsur hara makro NPK lebih banyak
dibandingkan perlakuan dengan komposisi lain. Berdasarkan SNI: 19-7030-2004
tentang spesikasi kompos dari sampah organik, standar kualitas kompos untuk
jumlah minimal kandungan unsur hara N, P, K yaitu N 0.40%, P 0.10%, dan K
0.20%. Perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) dan P4 (bubur kertas
7
koran + pupuk kompos + cocopeat) yang mengadung bahan baku kompos
memiliki nilai di atas jumlah minimal yang sudah distandarisasikan.
Peranan kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
karena kandungan kompos didominasi oleh bahan organik, walaupun
kandungannya relatif sedikit namun kompos memiliki jumlah unsur hara yang
paling lengkap (Novizan 2002). Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara
dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung lebih baik
kualitasnya.
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Tinggi dan
Diameter Semai Mindi
Pertumbuhan merupakan pertambahan volume atau massa tanaman.
Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan dengan mengukur perbesaran ke
satu atau dua arah, seperti panjang (tinggi batang) dan diameter (diameter batang).
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman atau
bagian yang diinginkan, dan menimbangnya (Salisbury dan Ross 1995b).
Indikator pertambahan massa dalam pertumbuhan tanaman adalah berat basah
total dan berat kering total. Nisbah pucuk akar merupakan indikator dalam
pertumbuhan tanaman yang menggambarkan perbandingan antara kemampuan
penyerapan air dan mineral terhadap proses fotosintesis dari tanaman.
Hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan semai mindi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot
organik terhadap pertumbuhan semai mindi
Parameter
Tinggi
Diameter
Perlakuan
Komposisi bahan baku
*
*
* = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) <
0.05 (α)
Hasil sidik ragam diketahui bahwa pengaruh komposisi bahan baku pot
organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan diameter pada
selang kepercayaan 95%.
Hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengaruh
komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi. Oleh karena itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui
perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik. Hasil uji Duncan
pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
8
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan tinggi mindi
Perlakuan
P4
P2
P3
P1
Rata-rata pertumbuhan
tinggi (cm)
5.44a
5.08a
3.37b
2.75c
% Peningkatan terhadap
kontrol
97.82
84.73
22.55
0.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%
Uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap tinggi
semai mindi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan P4 (bubur kertas koran
+ pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan tinggi terbaik
yaitu dengan rata-rata tinggi 5.44 cm atau persentase peningkatan terhadap kontrol
sebesar 97.82%. Hal ini didukung oleh hasil analisis kimia pada pot organik
(Tabel 2) yang menunjukkan bahwa perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk
kompos + cocopeat) memiliki kandungan unsur hara N 0.94%, P 1.13%, dan K
1.52%. Perlakuan P2 (bubur kertas koran + pupuk kompos) menghasilkan nilai
rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 5.08 cm atau persentase peningkatan
terhadap kontrol sebesar 84.73%. Perlakuan P3 (bubur kertas koran + cocopeat)
menghasilkan respon pertumbuhan tinggi dengan rata-rata tinggi sebesar 3.37 cm
atau persentase peningkatan sebesar 22.55%. Perlakuan P1 (bubur kertas koran)
atau kontrol menghasilkan respon pertumbuhan tinggi terendah dibandingkan
dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 2.75 cm. Berdasarkan hasil analisis
kimia pot organik pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N, P,
dan K pada perlakuan P1 (bubur kertas koran) menunjukkan nilai yang rendah
yaitu N 0.21%, P 0.02%, dan K 0.08%. Kebutuhan hara pada perlakuan P1 (bubur
kertas koran) menjadi tidak tercukupi, sehingga pertumbuhannya menjadi kurang
baik.
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik
sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan
atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno 1995). Berdasarkan hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa pengaruh komposisi pot organik memberikan
pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan diameter, namun dalam segi peningkatan
tinggi selama 4 bulan penelitian semai mindi menunjukkan pertumbuhan yang
lambat. Mindi termasuk jenis pohon yang cepat tumbuh dan memiliki adaptasi
yang tinggi. Pertumbuhan mindi yang tidak sempurna kemungkinan disebabkan
oleh beberapa hal yaitu volume pot organik yang terlalu kecil sehingga media
yang masuk terlalu sedikit dan pot organik terlalu porous sehingga tidak dapat
menahan air. Pot organik yang terlalu porous menyebabkan air cepat hilang dari
media sehingga frekuensi penyiraman harus diperbanyak, namun kondisi
penyiraman yang terlalu sering juga akan menyebabkan pot organik menjadi
lembab sehingga menimbulkan tumbuhnya jamur maupun lumut yang
kemungkinan dapat berkembangnya penyakit (Budi et al. 2004).
9
Hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengaruh
komposisi bahan baku pot organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan diameter. Oleh karena itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui
perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik. Hasil uji Duncan
pertumbuhan diameter dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap
pertumbuhan diameter mindi
Perlakuan
P2
P4
P3
P1
Rata-rata pertumbuhan
diameter (mm)
1.00a
0.95a
0.66b
0.65b
% Peningkatan terhadap
kontrol
53.85
46.15
1.54
0.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%
Uji Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik terhadap diameter
semai mindi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P2 (bubur kertas koran
+ pupuk kompos) menghasilkan respon pertumbuhan diameter terbaik yaitu
dengan rata-rata diameter 1.00 mm atau persentase peningkatan terhadap kontrol
sebesar 53.85%. Perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
menghasilkan nilai rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 0.95 mm atau
persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar 46.15%. Perlakuan P3 (bubur
kertas koran + cocopeat) menghasilkan respon pertumbuhan rata-rata diameter
sebesar 0.66 mm atau persentase peningkatan sebesar 1.54%. Pada perlakuan P1
(bubur kertas koran) menghasilkan respon pertumbuhan rata-rata diameter
terendah yaitu sebesar 0.65 mm, namun respon pertumbuhan diameter pada
perlakuan P1 dan P3 memiliki rata-rata diameter yang nilainya tidak jauh berbeda.
Pertumbuhan diameter semai merupakan pertumbuhan sekunder yang
pertumbuhannya jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tinggi semai.
Pertumbuhan sekunder dipengaruhi oleh aktifitas kambium yang salah satunya
dipengaruhi oleh adanya zat auksin dimana konsentrasi terbanyak pada bagian
tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan berkembang (Pandit dan Ramdan 2002).
Pertumbuhan dinding primer sel muda di dalam tanaman mengikuti arah satu
porosnya. Pertumbuhan menjadi lebih mudah terjadi ke arah yang tegak lurus
terhadap poros tersebut seperti pada akar, batang, dan tangkai daun yang sedang
memanjang (Salisbury dan Ross 1995b).
Penggunaan cocopeat sebagai bahan baku dari pot organik menunjukkan
pertumbuhan tinggi dan diameter yang kurang baik. Hal ini dapat didukung
berdasarkan karakteristik cocopeat sebagai media sapih adalah mampu mengikat
dan menyimpan air dengan kuat. Menurut Hasriani (2013), media sapih cocopeat
memiliki kadar air dan daya simpan air masing-masing sebesar 119% dan 695.4%.
Media sapih cocopeat memiliki pori mikro yang mampu menghambat gerakan air
lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi (Istomo dan
Valentino 2012). Pada saat tertentu, kondisi pada media ini menyebabkan
pertukaran gas pada media mengalami hambatan karena media mulai jenuh oleh
10
air karena ruang pori makro yang seharusnya terisi oleh udara ikut terisi oleh air
sehingga akar mengalami hambatan dalam pernapasan. Air ditahan dalam poripori media sapih dengan daya ikat yang berbeda-beda tergantung dari jumlah air
yang ada dalam pori-pori tersebut. Pori-pori dalam media sapih terdiri atas pori
makro dan pori mikro. Pori makro akan diisi oleh udara, sedangkan pori mikro
akan diisi oleh air. Namun apabila keadaan air terlalu berlimpah maka pori-pori
makro akan diisi oleh air. Oleh karena itu, udara dalam media sapih akan semakin
berkurang dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik karena respirasi akan
menjadi terhambat (Soepardi 1983).
Salah satu kekurangan media sapih cocopeat adalah banyak mengandung
zat tanin. Zat tanin merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Cara menghilangkan zat tanin yang berlebihan dapat dilakukan dengan merendam
cocopeat di dalam air bersih. Proses perendaman yang kurang sempurna dapat
menyebabkan zat tanin belum hilang seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan semai mindi (Zaki 2013).
Berdasarkan hasil uji Duncan pada keempat perlakuan komposisi bahan
baku pot organik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter, perlakuan yang
memiliki komposisi bahan baku pupuk kompos yaitu P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) dan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
menghasilkan nilai rata-rata tinggi dan diameter tertinggi selama 16 minggu
pengamatan. Pada kompos terdapat unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
tumbuh. Suatu tanaman akan tumbuh subur apabila segala unsur yang dibutuhkan
tersedia dan terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanam (Farhan
2011).
Menurut Budi et al. (2012), bibit Gmelina arborea yang ditanam pada pot
organik berbahan dasar kertas koran dan kompos memiliki pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan pot organik dengan kombinasi lain. Di dalam pot organik
berbahan dasar kertas koran dan kompos sudah tersedia unsur hara yang siap
diserap oleh akar tanaman dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Kompos
juga dapat digunakan sebagai bahan dasar campuran pot organik yang akan
berkontribusi terhadap penambahan hara dan pertumbuhan tanaman (Budi et al.
2012).
Nitrogen (N) yang ada di dalam tanaman mempunyai fungsi sebagai
komponen utama protein, hormon, vitamin, klorofil, dan enzim-enzim esensial
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Munawar 2011). Gejala
kekurangan N pada umumnya dapat dilihat dari daun yang kuning dan gugur serta
pertumbuhan tanaman kerdil dan pertumbuhan akar terbatas. Kelebihan N pada
tanaman dapat menyebabkan batang lemah dan mudah roboh serta kematangan
tanaman berjalan lambat (Hardjowigeno 2007).
Menurut Salisbury dan Ross (1995a), pada banyak spesies terdapat
hubungan yang erat antara fosfor dan nitrogen dalam proses pematangan.
Kelebihan nitrogen dapat menunda, sedangkan terlalu banyak fosfor mempercepat
pematangan. Jika unsur P diberikan berlebih, pertumbuhan akar sering melebihi
pertumbuhan tajuk. Sebaliknya, apabila tanaman kekurangan unsur P akan
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daun berubah warna menjadi ungu atau
coklat. Gejala ini akan terlihat jelas pada tanaman yang masih muda
(Hardjowigeno 2003).
11
Kalium (K) merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting
untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium mengaktifkan pula enzim yang diperlukan
untuk membentuk pati dan protein. Unsur ini berlimpah jumlahnya sehingga
menjadi penentu utama potensial osmotik sel dan penentu tekanan turgornya
(Salisbury dan Ross 1995a). Unsur K digunakan dalam fotosintesis karena terlibat
didalam sintesis ATP, produksi aktivitas enzim-enzim fotosintesis, dan
penyerapan CO2 melalui mulut daun (Munawar 2011).
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Berat Kering Total
Semai Mindi
Berat kering total merupakan variabel yang paling baik digunakan sebagai
indikator pertumbuhan tanaman. Bahan kering tanaman dipandang sebagai
manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan
tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Berat kering total mencerminkan
akumulasi organik dari hasil sintesis senyawa organik, terutama air dan
karbondioksida (CO2) (Lakitan 1995). Berat kering total didapatkan dari
penjumlahan berat kering pucuk dan berat kering akar setelah dioven (Gambar 1).
BKT (gram)
0.500
0.424
0.400
0.337
0.300
0.200
0.157
0.121
0.100
0.000
P1
Gambar 2
P2
P3
P4
Jenis Perlakuan
Berat kering total (BKT) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik P1 (bubur kertas koran), P2
(bubur kertas koran + pupuk kompos), P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos), P3 (bubur kertas koran + cocopeat), dan P4 (bubur
kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
Gambar 2 menunjukkan bahwa Berat Kering Total (BKT) rata-rata yang
dihasilkan oleh perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
cenderung memiliki nilai tertinggi yaitu 0.424 gram, P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos) dan P1 (bubur kertas koran) masing-masing memiliki rata-rata
berat kering total sebesar 0.337 gram dan 0.157 gram. Berat kering total terendah
terdapat pada perlakuan P3 sebesar 0.121 gram. Perlakuan P4 (bubur kertas koran
+ pupuk kompos + cocopeat) cenderung memiliki nilai rata-rata berat kering total
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dapat diduga karena kandungan
unsur hara di dalam P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) dapat
mencukupi kebutuhan hara untuk tanaman, sesuai dengan hasil analisis kimia pot
organik pada Tabel 2. Unsur hara yang telah diserap tanaman oleh akar akan
memberikan kontribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman (Salisbury
12
dan Ross 1995b). Berat kering total menunjukkan kemampuan semai untuk
menyerap unsur hara yang tersedia di dalam media tersebut, bila semai tumbuh
baik maka akan diperoleh berat kering total yang besar. Semakin besarnya berat
kering total tanaman maka kualitas semai akan semakin baik karena hal itu
mencerminkan kemampuan semai tersebut dalam menyerap hara mineral dari
media yang akan diubah menjadi organ tanaman yang baru (Indriani 2002). Hasil
berat kering yang didapatkan menggambarkan keseimbangan antara fotosintesis
dan respirasi. Peningkatan berat kering tanaman disebabkan oleh peningkatan
pengambilan CO2 untuk melakukan fotosintesis (Gardner et al. 1991).
Pengaruh Komposisi Bahan Baku Pot Organik terhadap Nisbah Pucuk Akar
Semai Mindi
Nisbah pucuk akar (NPA) merupakan perbandingan antara berat kering
pucuk dengan berat kering akar. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar
menyerap air dan hara dari tanah untuk mendukung laju fotosintesis dan
transpirasi pada bagian pucuk tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Nilai NPA
juga dapat melihat kemampuan toleransi tanaman terhadap kekeringan. Nisbah
pucuk akar dikendalikan secara genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang kuat. Hasil pengukuran nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi dapat dilihat
pada Gambar 3.
2.000
NPA
1.500
1.743
1.344
1.295
1.030
1.000
0.500
0.000
P1
Gambar 3
P2
P3
Jenis Perlakuan
P4
Nisbah pucuk akar (NPA) semai mindi pada seluruh perlakuan
komposisi bahan baku pot organik P1 (bubur kertas koran), P2
(bubur kertas koran + pupuk kompos), P2 (bubur kertas koran +
pupuk kompos), P3 (bubur kertas koran + cocopeat), dan P4 (bubur
kertas koran + pupuk kompos + cocopeat)
Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan komposisi bahan baku
pot organik menghasilkan nilai nisbah pucuk akar (NPA) rata-rata > 1. Nilai NPA
tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos
+cocopeat) sebesar 1.743. Nilai nisbah pucuk akar yang baik berkisar antara 1-3
(Duryea dan Brown 1984). Besarnya nilai NPA pada P4 karena nilai berat kering
pucuk jauh lebih besar dibanding berat kering akar. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai NPA yang besar bukan berarti tanaman tidak tumbuh seimbang melainkan
13
karena unsur hara yang terkandung sudah mencukupi sehingga perkembangan
akar tidak terlalu banyak, namun akar mampu menyerap unsur hara yang
diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Berdasarkan hasil analisis kimia pot
organik (Tabel 2), perlakuan P4 memiliki kandungan unsur hara N, P, K
terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai NPA tersebut dapat
menggambarkan kondisi hara dan air dalam media yang mempengaruhi
kemampuan akar menyerap air dan hara. NPA yang besar menunjukkan
ketersediaan air dan hara bagi tanaman relatif optimal, akibatnya pertumbuhan
bagian pucuk akan lebih dominan. Sedangkan, NPA yang kecil menunjukkan air
dan unsur hara yang tersedia relatif lebih rendah, akibatnya perkembangan akar
akan menjadi lebih dominan untuk meningkatkan serapan air dan hara oleh
tanaman (Winata 2014).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan dengan komposisi bahan baku yang mengandung kompos yaitu
P4 (bubur kertas koran + pupuk kompos + cocopeat) menghasilkan perlakuan
terbaik untuk pertumbuhan semai mindi. Penggunaan pot organik berpengaruh
terhadap pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach L.) selama 16 minggu
pengamatan pada semua variabel yang diamati dan dapat digunakan sebagai pot
organik di rumah kaca.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh dari
perlakuan wadah komposisi bahan baku yang berbeda dari penelitian ini dan
dilakukan pengujian pot organik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi S, Sukendro A, Karlinasari L. 2004. Produksi media tumbuh dan container
tanaman kehutanan berwawasan lingkungan. [Laporan Akhir]. Bogor (ID): IPB
Budi S, Sukendro A, Karlinasari L. 2012. Penggunaan pot berbahan dasar organik
untuk pembibitan Gmelina arborea roxb. di Persemaian. J Agron. Indonesia.
40(3):239-245.
Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success.
Proceeding of the Physiology Working Technical Session. Boston (US): Dr. W
Junk Publisher.
Farhan FH. 2011. Pembuatan dan pengujian container semai berbahan organik
pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di rumah kaca
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
14
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop
Plants.
Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID):
Akademika Pressindo.
Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hasriani. 2013. Kajian serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media tanam
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Indriani H. 2002. Pertumbuhan semai A. mangium Willd. pada berbagai media
kompos dengan ekstrak kedelai (Glycine max Merr.) [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Istomo, Valentino N. 2012. Pengaruh perlakuan kombinasi media terhadap
pertumbuhan anakan tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser).
Silvikultur Tropika. 3(2):81-84
Jatna S. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor
Indonesia.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan
2013. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.
Lakitan B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta
(ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor (ID): IPB Press.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB
Press.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta (ID): Agro Media
Pustaka.
Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu Sebagai
Bahan Baku. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Salisbury FB, Ross CW. 1995a. Fisiologi Tumbuhan, Jilid ke-1. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant
Phisiology. Ed ke-4.
Salisbury FB, Ross CW. 1995b. Fisiologi Tumbuhan, Jilid ke-3. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant
Phisiology. Ed ke-4.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik
[internet].
[diunduh
2015
Aug
26].
Tersedia
pada:
http://www.healthyrice.com/snikompos.pdf
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Fakultas Pertanian IPB.
Winata B. 2014. Pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba) pada media
bekas tambang pasir dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa.
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk
meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.).
J Silvikultur Tropika. 3(2):137-142.
Zaki IF. 2013. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Surabaya (ID) : Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Surabaya.
15
Lampiran 1 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan tinggi semai mindi
Sumber
Keragaman
Komposisi
Galat
Total
Db
JK
KT
F hitung
3
36
39
50.7503
8.6825
59.4328
16.9168
0.2412
70.14
P