Penggunaan Pot Organik Praktis Untuk Pembibitan Suren (Toona Sinensis Roem.) Di Rumah Kaca
PENGGUNAAN POT ORGANIK PRAKTIS UNTUK
PEMBIBITAN SUREN (Toona sinensis Roem.)
DI RUMAH KACA
SITI SADIDA HAFSYAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Pot
Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Siti Sadida Hafsyah
NIM E44110019
ABSTRAK
SITI SADIDA HAFSYAH. Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan
Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca. Dibimbing oleh SRI WILARSO
BUDI R.
Pot organik praktis adalah wadah media semai berbahan dasar organik yang
dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan penggunaan polybag, yaitu
salah satunya dapat menjadi limbah yang sulit terurai setelah digunakan. Selain
sebagai pengganti fungsi polybag, penelitian mengenai pot pupuk organik praktis
dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai komposisi bahan baku
pot organik praktis terhadap pertumbuhan tanaman Toona sinensis. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu komposisi bahan
baku dalam pembuatan pot organik praktis (koran, kompos, dan guano). Hasil
penelitian menunjukan bahwa komposisi bahan baku pot organik praktis
berpengaruh terhadap pertumbuhan semai T. sinensis di persemaian. Bahan baku
berupa koran, kompos dan guano memberikan pertumbuhan terbaik dilihat dari
semua parameter pertumbuhan yang diamati, serta meningkatkan tinggi dan
diameter tanaman sebesar 295.1% dan 125% dibanding kontrol (bahan baku
koran), dan biomassa tertinggi yang dihasilkan sebesar 0.469 g pada umur 14
minggu setelah tanam.
Kata kunci: Toona sinensis, wadah semai, pot pupuk organik praktis, komposisi
bahan baku, bahan organik
ABSTRACT
SITI SADIDA HAFSYAH. The Use of Practical Organic Pot for Suren (Toona
sinensis Roem.) Seedling Production in the Greenhouse. Supervised by SRI
WILARSO BUDI R.
The practical organic pot is a seedling media container made from organic
matter that can be used for replacing the polybags, the disadvantage of polybag is
difficult to decompose. This research aims to examine the effect of various basic
raw material compositions of practical organic pots to the growh of Toona
sinensis. This research used Completely Randomized Design with one factor, that
is basic raw material composition of practical organic pot (newspaper, compost,
and guano). The results showed that basic raw material composition of practical
organic pots effect on the growth of T. sinensis seedlings in the nursery. The row
material from newspaper, compost, and guano showed the best growth of all the
growth parameters observed, and showed increase the height and diameter by
295.1% and 125% compared to control (newspaper the material), and the highest
biomass value of 0.469 g after 14 weeks of planting.
Keyword: Toona sinensis, seedling container, practical compost organic pot, basic
raw material composition, organic matter
PENGGUNAAN POT ORGANIK PRAKTIS UNTUK
PEMBIBITAN SUREN (Toona sinensis Roem.)
DI RUMAH KACA
SITI SADIDA HAFSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan. Skripsi yang disusun
berdasarkan penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini berjudul
Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.)
di Rumah Kaca.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Atang dan Bapak Udin sebagai teknisi persemaian, serta rekan-rekan mahasiswa
yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan pada skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran
bersifat membangun untuk penyusunan selanjutnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, September 2015
Siti Sadida Hafsyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Tempat dan Waktu
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Rancangan Penelitian
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
6
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL
1 Komposisi Perlakuan
2 Hasil analisis kimia pot organik praktis semai suren
3 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan tinggi semai suren
4 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan diameter semai suren
5
6
7
10
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik pertumbuhan tinggi semai suren selama 14 minggu
2 Perkembangan akar T. sinensis yang ditanam pada pot organik praktis
berbahan baku (A) koran, kompos, dan guano, dan (B) koran
3 Grafik pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu
4 Pertumbuhan semai T. sinensis pada pot organik praktis berbahan baku
(A) koran, kompo, dan guano, (B) koran dan guano, (C) koran dan
kompos), dan (D) koran
5 Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap
Berat Kering Total (BKT) semai suren umur 14 MST
6 Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap
Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai suren umur 14 MST
7
9
11
11
12
13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai suren umur 14 MST di
rumah kaca
2 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai suren umur 14 MST di
rumah kaca
16
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan, baik manfaat ekologi,
sosial budaya maupun ekonomi. Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu
sistem penyangga kehidupan, hutan telah memberikan manfaat yang besar bagi
umat manusia, oleh karena itu harus dijaga kelestariannya (Sjarief 2010). Namun
hutan telah banyak mengalami kerusakan baik disebabkan oleh bencana alam
maupun ulah manusia.
Upaya yang dilakukan untuk memulihkan kerusakan hutan misalnya dapat
berupa pembangunan hutan tanaman industri (HTI), rehabilitasi hutan dan lahan,
atau reklamasi hutan (Sjarief 2010). Penanaman pohon merupakan kegiatan utama
yang dilaksanakan pada ketiga kegiatan ini. Penanaman di lokasi kegiatan diawali
dengan penanaman bibit tanaman kehutanan yang umumnya menggunakan
polybag sebagai wadah media tumbuhnya. Dengan kata lain, kebutuhan polybag
pun meningkat.
Polybag umumnya berbahan dasar polietilen (PE) yang memiliki berbagai
keunggulan dan kelemahan. Keunggulan penggunaan polybag antara lain murah,
mudah diperoleh, memerlukan ruang sedikit untuk penyimpanannya, ukuran dari
kecil sampai besar, dan tidak memerlukan pendukung tambahan. Kelemahan
penggunaan polybag yaitu digunakan untuk sekali pakai, membutuhkan media
lebih banyak, waktu dan tenaga diperlukan untuk pengisian media lebih banyak,
pertumbuhan akar kurang baik, dan setelah digunakan polybag akan menjadi
limbah yang sulit diurai (Kurniaty dan Danu 2012). Wadah semai berbahan dasar
organik merupakan salah satu solusi dari permasalahan dalam penggunaan
polybag.
Penelitian mengenai wadah semai berbahan dasar organik telah dilakukan
oleh Syaputra (2011) dan Budi et al. (2012) yang dinamakan pot pupuk praktis.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pot pupuk praktis dengan bahan baku
kombinasi antara kertas koran dan kompos (50:50 v/v) serta perekat tannin
merupakan komposisi bahan baku pot yang terbaik untuk pertumbuhan Gmelina
arborea. Namun belum diketahui pertumbuhan bibit tanaman kehutanan lainnya
dengan kandungan bahan organik berbeda dalam pot. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan
organik dalam penggunaan pot pupuk praktis terhadap pertumbuhan bibit suren
(Toona sinensis Roem.). Penelitian ini menggunakan pupuk kompos dan pupuk
guano sebagai bahan baku organik dalam pot pupuk praktis sekaligus sebagai
bahan organik bagi tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan baku
pot organik praktis terhadap pertumbuhan tanaman suren.
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan informasi komposisi bahan organik
sebagai bahan baku pot praktis yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman suren, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
rekomendasi pembuatan pot pupuk praktis alternatif penggunaan polybag di
persemaian.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca bagian Silvikultur dan Laboratorium
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Waktu Penelitian dimulai dari bulan
November 2014 sampai dengan April 2015. Analisis kandungan unsur hara pada
pot pupuk organik praktis dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain pencetak kontainer, kain
saringan, blender, ember, drum ukuran besar, alat tulis, kalkulator, oven, bak
kecambah, alat penyiram, caliper, neraca Ohauss, cangkul, rak policup, gunting,
pisau cutter, kamera digital, kertas label, seperangkat komputer, software
Microsoft excel, Microsoft word, dan SAS 9.0 portable. Bahan yang digunakan
untuk penelitian antara lain benih suren (T. sinensis) sebanyak 300 benih (berasal
dari persemaian permanen), koran bekas, pupuk kompos, pupuk guano, pupuk
NPK majemuk (15-15-15) media pasir, media tanah, arang sekam, dan minyak
goreng.
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri atas enam tahap, yaitu tahap persiapan wadah
semai organik, perkecambahan benih suren, penyapihan semai, pemeliharaan
setelah penyapihan, pemanenan semai suren, serta pengamatan dan pengambilan
data.
1. Persiapan wadah semai organik (pot organik praktis)
a. Penyiapan bubur kertas
Kertas koran bekas dipotong hingga ukurannya menjadi kecil, kemudian
potongan koran tersebut dicampurkan dengan air. Hasil pencampuran kertas koran
dan air tersebut disimpan dalam drum selama 5-6 hari. Setelah kertas koran
menjadi bubur kertas, dilakukan penyaringan yang berguna untuk mengurangi
kadar air, dengan cara meremas bubur kertas koran menggunakan kain saringan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menghilangkan tinta cetak dan melunakan kertas
koran agar mudah dibentuk.
3
b. Penyiapan bahan baku pencampur bubur kertas
Bahan baku pencampur bubur kertas yang digunakan adalah pupuk kompos
dan pupuk guano yang dijual di pasaran. Pupuk guano berbentuk granul, sehingga
perlu dihaluskan terlebih dahulu dengan blender sebelum dicampurkan dengan
bubur kertas.
c. Pencampuran bahan baku pot
Pencampuran antara bubur kertas koran (pulp) dengan bahan pencampur
lainnya dengan empat perbandingan, yaitu (1) bubur kertas koran 100%; (2) bubur
kertas koran dan pupuk kompos (1:1); (3) bubur kertas koran dan pupuk guano
(1:1); serta (4) bubur kertas koran, pupuk kompos, dan pupuk guano (2:1:1).
d. Pencetakan pot
Pencetakan pot organik praktis dilakukan secara manual menggunakan alat
pencetak wadah semai khusus. Kontainer (wadah semai atau pot yang sudah
terbentuk) dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari. Kontainer yang
sudah dikeringkan, dirapihkan dengan dilakukan pemotongan bagian bawah
kontainer tersebut agar kontainer dapat berdiri dengan tegak.
2. Perkecambahan benih suren
Media perkecambahkan berupa pasir halus dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1 dipersiapkan dalam bak kecambah. Selanjutnya media sapih
yang digunakan adalah tanah (subsoil) yang dicampur dengan arang sekam
dengan perbandingan 1:1.
Benih suren sebanyak 300 benih yang berasal dari persemaian permanen
IPB disebar secara merata pada bak kecambah berukuran 25 cm x 30 cm untuk
dikecambahkan. Benih ditabur di atas media perkecambahan secara merata dan
dilakukan penutupan benih dengan media. Pemeliharaan selama perkecambahan
yaitu dengan dilakukan penyiraman dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.
3. Penyapihan semai
Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi penguapan
pada semai. Media yang digunakan dalam wadah semai organik berupa campuran
tanah (topsoil) dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Media dimasukan ke
dalam pot organik praktis secukupnya, kemudian disiram sampai jenuh.
Semai yang telah dikecambahkan memiliki 2-3 pasang daun dan tinggi 2-4
cm pada umur 4 minggu. Media perkecambahan disiram sampai basah sebelum
dilakukan pencabutan semai. Tujuannya agar kegiatan pencabutan semai tersebut
lebih mudah dilakukan. Semai dicabut dengan menjaga keutuhan akar sehingga
perlu dilakukan secara hati-hati.
Media dalam pot organik praktis dilubangi sedalam 2.5 cm. Selanjutnya
dilakukan penanaman semai ke dalam lubang tersebut hingga bagian akarnya
terbenam. Penyiraman dilakukan kembali dengan hati-hati agar semai tidak roboh.
Jumlah semai yang ditanam dalam wadah semai organik seluruhnya yaitu 80
semai.
4
4. Pemeliharaan setelah penyapihan
Kegiatan pemeliharaan semai yang dilakukan antara lain penyiraman
tanaman dua kali sehari (pada pagi dan sore hari), pembersihan media dari gulma
dan pemupukan. Banyaknya air yang diberikan pada tanaman saat dilakukan
penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Pemupukan dilakukan satu kali ketika semai berumur 6 MST (minggu setelah
tanam). Pupuk yang digunakan berupa pupuk NPK majemuk dengan dosis 5 butir
per tanaman.
5. Pemanenan semai suren
Pemanenan dilakukan dengan menghancurkan pot organik praktis kemudian
memisahkan bagian tanaman dengan media semai. Kegiatan ini dilakukan dengan
hati-hati agar akar tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dengan media
semai. Setelah itu bagian pucuk dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau
cutter kemudian masing-masing bagian ditimbang.
6. Pengamatan dan pengambilan data
Pengamatan dilakukan selama 14 MST. Variabel yang diamati yaitu tinggi
semai, diameter semai, Berat Basah Pucuk (BBP) dan Berat Basah Akar (BBA),
Berat Kering Total (BKT), Nisbah Pucuk Akar (NPA), dilakukan di Rumah Kaca
dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, serta analisis kandungan
unsur hara (N, P, K) dalam pot yang dilakukan di Laboratorium Analisis Tanah,
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Tinggi semai dari permukaan tanah hingga pucuk semai diukur
menggunakan penggaris setiap satu minggu sekali. Diameter semai di atas
permukaan tanah diukur menggunakan caliper dua minggu sekali selama waktu
pengamatan. Variabel lainnya diamati di akhir pengamatan yaitu setelah
dilakukan kegiatan pemanenan semai. Pot pupuk praktis dihancurkan selanjutnya
dilakukan pemisahan tanaman dan media tanam secara hati-hati agar keutuhan
akar terjaga.
Pengukuran variabel BBP dan BBA perlu dilakukan pemisahan bagian
pucuk dan akar menggunakan pisau cutter. Kemudian berat pucuk dan akar
masing-masing ditimbang menggunakan neraca Ohauss. Pengukuran BKT
dilakukan setelah pengukuran BBP dan BBA selesai dilaksanakan. Bagian pucuk
dan akar yang telah dipisahkan dan diukur beratnya, dioven pada suhu 80°C
selama 24 jam. Setelah dilakukan pengovenan, berat masing-masing bagian
diukur menggunakan neraca Ohauss untuk mendapatkan berat kering pucuk dan
berat kering akar. BKT merupakan hasil penjumlahan berat kering pucuk dan
berat kering akar. NPA adalah nilai perbandingan antara berat kering pucuk
(gram) dengan berat kering akar (gram).
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 4 perlakuan.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2 semai
suren, sehingga jumlah semai yang ditanam sebanyak 80 semai. Adapun
5
komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan diterapkan pada wadah
semai yang berbeda faktor bahan bakunya, yaitu sebagai berikut:
P1 : Bubur kertas koran 100 % (kontrol)
P2 : Bubur kertas koran + pupuk kompos (1:1)
P3 : Bubur kertas koran + pupuk guano (1:1)
P4 : Bubur kertas koran + pupuk kompos + pupuk guano (2:1:1)
Tabel 1 Komposisi perlakuan
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
P1U6
P1U7
P1U8
P1U9
P1U10
Perlakuan
P2
P3
P2U1
P3U1
P2U2
P3U2
P2U3
P3U3
P2U4
P3U4
P2U5
P3U5
P2U6
P3U6
P2U7
P3U7
P2U8
P3U8
P2U9
P3U9
P2U10 P3U10
P4
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5
P4U6
P4U7
P4U8
P4U9
P4U10
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan
dalam model linear sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Yij = μ + Ti + εij
Keterangan:
Yij : Nilai respon pengamatan dari perlakuan bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
μ : Nilai rata-rata umum
Ti : Nilai pengaruh perlakuan bahan baku ke-i
εij : Nilai galat umum (error) pada perlakuan bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan sidik
ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.0 portable, jika:
a. Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diamati.
b. Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diamati, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Hara Pot Organik Praktis
Hasil analisis kimia pot organik praktis yang mengandung beberapa unsur
tambahan yang berasal dari pupuk disajikan pada Tabel 2. Unsur yang dianalisis
adalah unsur N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium).
Tabel 2 Hasil analisis kimia pot organik praktis semai suren
Jenis Perlakuan
Koran 100% (P1)
Koran + Kompos 1:1 (P2)
Koran + Guano 1:1 (P3)
Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4)
N (%)
0.21
1.31
0.09
0.47
P (%)
0.02
0.37
2.91
3.39
K (%)
0.08
1.93
0.07
0.75
Kandungan unsur hara N, P, dan K yang terkandung dalam pot pupuk
organik praktis perlakuan koran, kompos, dan guano memiliki persentase yang
cukup tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan koran, kompos, dan
guano (P4) mengandung unsur hara P tertinggi sebesar 3.29%. Kandungan unsur
hara N dan K pada perlakuan ini sebesar 0.47% dan 0.75% lebih kecil dari
perlakuan koran dan kompos (P2) sebesar 1.31% dan 1.93%. Kandungan unsur
hara N, P, dan K dalam perlakuan 4 berasal dari pupuk kompos dan pupuk guano.
Hal ini menjadi keunggulan pot pupuk organik praktis dengan perlakuan 4
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Karena kandungan unsur P tinggi yang
berasal dari pupuk guano, menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman
karena dilengkapi dengan unsur hara lainnya (terutama N dan K) yang berasal dari
pupuk kompos.
Perlakuan koran dan kompos (P2) unggul dalam kandungan unsur N dan K
yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun kandungan unsur
hara P yang dikandung dalam perlakuan ini cukup rendah yaitu sebesar 0.37%.
Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa unsur fosfor (P) bagi tanaman
berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman
muda. Selain itu fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan
sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasa, serta mempercepat
pembungaan, pemasakan biji, dan buah. Sehingga jika tanaman kekurangan unsur
fosfor maka pertumbuhannya akan terganggu, terutama pertumbuhan akar
tanaman.
Kandungan unsur P pada perlakuan koran dan guano (P3) senilai 2.91%
cukup besar untuk mendukung pertumbuhan tanaman dibandingkan perlakuan
koran (P1) yang memiliki kandungan unsur P terendah sebesar 0.02%. Namun
perlakuan 3 memiliki kandungan unsur N dan K yang terendah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya, secara berturut-turut sebesar 0.09% dan 0.07%.
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen
berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya. Sedangkan fungsi utama kalium (K) ialah
7
membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam
memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur
(Lingga dan Marsono 2008).
Pertumbuhan Tinggi Semai T. sinensis
Variabel tinggi tanaman diamati selama 14 MST. Tabel 3 menunjukan hasil
uji Duncan parameter tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi semai T. sinensis
dipengaruhi secara nyata oleh komposisi bahan baku pot organik praktis pada
selang kepercayaan 95% (Lampiran 1).
Tabel 3 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan tinggi semai suren
Perlakuan
Koran + Kompos + Guano 1:1:1
(P4)
Koran + Guano 1:1 (P3)
Koran + Kompos 1:1 (P2)
Koran 100% (P1)
Rata-rata
(cm)
6.44a
Peningkatan terhadap
perlakuan koran (%)
295.1
2.36c
4.78b
1.63c
44.8
193.2
0
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang
berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan P4 (bahan baku pot koran, kompos, dan guano) memberikan
peningkatan pertumbuhan tinggi terbaik dan meningkat sebesar 295.1% dibanding
perlakuan P1 (bahan baku koran). Pertumbuhan tinggi perlakuan P2 (koran dan
kompos) meningkat sebesar 193.2% dibandingkan dengan perlakuan P1. Nilai
rata-rata tinggi perlakuan P2 sebesar 4.78 cm lebih baik dari perlakuan P3 (bahan
baku koran dan guano) sebesar 2.36 cm. Pertumbuhan tinggi perlakuan P3
meningkat sebesar 44.8% dibandingkan dengan perlakuan P1. Pertumbuhan tinggi
tanaman dari perlakuan P1 dan P3 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan di
antara keduanya. Gambar 1 lebih jelas menggambarkan pertumbuhan tinggi semai
T. sinensis selama 14 minggu.
Tinggi tanaman (cm)
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu ke-
Gambar 1 Grafik pertumbuhan tinggi semai suren selama 14 minggu.
P1
(koran),
P2 (koran dan kompos),
P3 (koran dan guano),
8
P4 (koran, kompos, dan guano)
Gambar 1 menunjukan bahwa perlakuan 4 memberikan pengaruh
pertumbuhan tinggi yang terbaik. Jika dikaitkan dengan kandungan N, P, dan K
yang terkandung di dalam pot pupuk organik praktis (Tabel 2), perlakuan 4 paling
unggul dalam hal penyediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan 2 (koran dan kompos)
lebih baik dari perlakuan 1 (koran) dan perlakuan 3 (koran dan guano).
Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan koran serta koran dan guano
relatif sama atau dapat dikatakan perbedaannya tidak signifikan.
Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan
memberikan hara bagi tanaman. Pemberian bahan organik sebagai pupuk
memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman.
Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil
(produksi) yang maksimal (Pahan 2007). Pertumbuhan tanaman tidak akan
optimal jika hanya mengandalkan unsur hara yang berada di dalam media tanam.
Tanpa pemberian pupuk, tanaman akan mengalami defisiensi unsur hara sehingga
kondisinya merana dan mati. Bagi tanaman, unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk dapat memberikan banyak hal, seperti bahan utama metabolisme,
melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara itu dapat diperoleh
dari berbagai sumber bahan, baik yang organik maupun anorganik (Budiana
2007). Penelitian ini berfokus pada komposisi bahan baku pot pupuk organik
praktis yang sekaligus dapat berfungsi sebagai pupuk untuk menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan oleh semai T. sinensis. Dalam penggunaan bahan organik
bubur kertas koran sebagai bahan utama pot pupuk organik praktis untuk
menggantikan fungsi polybag sebagai wadah tanaman, diamati pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman dengan penambahan bahan organik lainnya yaitu
pupuk kompos dan pupuk guano dalam pot tersebut.
Semai suren (T. sinensis) dengan perlakuan 2 (koran dan kompos)
menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang cukup baik. Unsur hara yang
terkandung dalam kompos mendukung pertumbuhan semai T. sinensis. Kompos
mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, walaupun jumlahnya sedikit
(Djuanani et al. 2005). Hasil analisis kimia pot organik praktis (Tabel 2)
menunjukan perlakuan 2 mengandung unsur hara yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan perlakuan 1. Kandungan unsur N, P, dan K dalam pot
organik praktis perlakuan 2 merangsang pertumbuhan tanaman baik batang,
cabang, daun, maupun akar serta membantu pembentukan protein dan karbohidrat
yang dibutuhkan oleh tanaman (Lingga dan Marsono 2008). Perlakuan 2 juga
mendukung kemampuan semai untuk tumbuh misalnya dengan meningkatnya
daya ikat tanah dan pot tersebut terhadap air yang dibutuhkan untuk kelangsungan
proses fotosintesis (Murbandono 2006). Selain berpengaruh terhadap tanah,
kompos juga membentuk rongga-ronga yang baik pada pot pupuk organik praktis
sehingga memudahkan perkembangan akar. Gambar 2 memperlihatkan akar
tumbuh dengan baik menembus pot untuk menyerap unsur hara yang tersedia di
dalam pot pada perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) dibandingkan dengan
perlakuan 1 (koran).
9
Gambar 2 Perkembangan akar T. sinensis yang ditanam pada pot organik praktis
berbahan baku (A) koran, kompos, dan guano, dan (B) koran.
Pupuk lain yang diaplikasikan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah
pupuk guano. Guano digolongkan menjadi dua macam yaitu guano nitrogen dan
guano fosfat. Guano nitrogen atau fresh guano merupakan hasil hancuran iklim
tahap pertama dari timbunan kotoran burung laut atau kotoran kelalawan, guano
fosfat merupakan hasil hancuran iklim tahap keduanya. Karena guano nitrogen
maupun guano fosfat merupakan bahan organik yang telah mengalami kehancuran
iklim, senyawa nitrogen relatif mudah tersedia bagi tanaman dibandingkan dengan
pupuk kandang segar, limbah pertanian, serta sampah rumah tangga (Kotabe 1997
dalam Suwarno dan Idris 2007).
Manfaat pupuk guano adalah sebagai aktivator pembuatan kompos,
mengen-dalikan nematoda yang ada di dalam tanah, kaya unsur makro fosfor (P)
dan nitrogen (N), mengandung mikrobiotik flora dan bakteri yang bermanfaat
untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah, fungisida alami, daya
kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi sehingga tanaman mudah menyerap
unsur hara, mengoptimalkan pertumbuhan daun muda, dapat digunakan pada
semua jenis tanaman yang berada di dalam atau di luar ruangan, produk pupuk
ramah lingkungan, baik digunakan untuk pertumbuhan rumput, rendah kandungan
mercuri dan zat berbahaya lain (Suningsih 2012).
Berdasarkan analisis kimia yang dilakukan (Tabel 2), pupuk guano yang
digunakan termasuk dalam pupuk guano fosfat karena mengandung unsur fosfat
yang lebih tinggi daripada unsur nitrogen. Menurut Lamer (1957) dalam Suwarno
dan Idris (2007), guano nitrogen mengandung nitrogen yang lebih tinggi tetapi
mengandung fosfat yang lebih rendah daripada guano fosfat. Secara visual, pot
pupuk organik praktis dengan perlakuan 3 (koran dan guano) memiliki struktur
yang lebih keras daripada perlakuan lainnya. Hal ini diduga yang menyebakan
pertumbuhan semai T. sinensis dengan perlakuan 3 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 1 (koran) sebagai kontrol.
Pertumbuhan tanaman dalam proses fotosintesis memerlukan unsur hara
makro dan mikro yang cukup agar menghasilkan pertumbuhan yang optimal.
Kandungan fosfat yang cukup tinggi pada perlakuan 3 (koran dan guano) tidak
menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan 2 (koran dan kompos)
maupun perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano), karena unsur hara lainnya tidak
cukup tersedia.
Perlakuan 4 menyediakan unsur hara yang paling baik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, dilihat dari analisis kimia yang dilakukan (Tabel 2). Sutanto
(2002) menyatakan penambahan fosfat meningkatkan kecepatan proses
dekomposisi kompos dan menurunkan kehilangan nitrogen. Atas dasar pernyataan
tersebut, diduga pencampuran pupuk guano dan kompos pada perlakuan 4
10
menjadi salah satu keputusan yang tepat karena guano dan kompos dapat bekerja
sama untuk menyediakan hara yang cukup bagi tanaman serta mempertahankan
kandungan unsur di dalamnya. Pertumbuhan akar tanaman sangat penting
khususnya untuk penyerapan unsur hara yang dibutuhkan dalam proses
fotosintesis. Kandungan unsur P yang tinggi mendukung pertumbuhan akar yang
besar pada perlakuan 4. Unsur N yang terkandung dalam perlakuan 4 juga cukup
tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
khususnya batang, cabang, dan daun. Unsur K yang terkandung dalam pot pada
perlakuan 4 sendiri memperkuat tubuh tanaman sehingga mampu tumbuh jauh
lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pertumbuhan Diameter Semai T. sinensis
Parameter diameter tanaman diamati selama 14 MST. Hasil uji Duncan
parameter diameter tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan diameter
semai T. sinensis dipengaruhi secara nyata oleh komposisi bahan baku pot organik
praktis pada selang kepercayaan 95% (Lampiran 2).
Tabel 4 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan diameter semai suren
Perlakuan
Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4)
Koran + Guano 1:1 (P3)
Koran + Kompos 1:1 (P2)
Koran 100% (P1)
Rata-rata
(mm)
1.26a
0.55b
0.69b
0.56b
Peningkatan terhadap
perlakuan koran (%)
125
-0.357
22.321
0
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang
berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan koran, kompos dan guano (P4) dengan nilai rata-rata diameter
tertinggi yaitu 1.26 mm saling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Peningkatan diameter tanamannya terhadap perlakuan koran cukup signifikan dan
berpengaruh positif sebesar 125%. Perlakuan koran (P1), koran dan kompos (P2),
serta koran dan guano (P3) menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata di
antara ketiganya. Namun peningkatan diameter tanaman perlakuan koran dan
kompos berpengaruh positif sebesar 22.321% sedangkan perlakuan koran dan
guano berpengaruh negatif sebesar 0.357% terhadap perlakuan koran. Perlakuan 3
memiliki kandungan unsur N dan K yang terendah dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, secara berturut-turut sebesar 0.09% dan 0.07% (Tabel 2).
Sehingga pada parameter diameter tanaman menghasilkan pengaruh negatif pada
nilai rata-rata diameter terhadap perlakuan 1. Pertumbuhan diameter semai suren
selama 14 minggu lebih jelas digambarkan pada Gambar 3.
11
Diameter tanaman (mm)
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0
2
4
6
8
Minggu ke-
10
12
14
Gambar 3 Grafik pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu.
P1 (koran),
P2,
P3,
P4.
Semai suren dengan perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) menghasilkan
pertumbuhan diameter yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan
koran (P1), koran dan kompos (P2), serta koran dan guano (P3) relatif sama,
walaupun perlakuan koran dan kompos digambarkan menghasilkan diameter yang
lebih baik dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Berdasarkan persentase
peningkatan nilai rata-rata diameter terhadap kontrol serta grafik pertumbuhan
diameter, perbedaan pertumbuhan diameter T. sinensis pada perlakuan 4 dengan
perlakuan lainnya cukup signifikan. Hal ini diduga berkaitan dengan unsur hara
yang tersedia pada pot pupuk organik praktis berada dalam jumlah yang cukup
sehingga pertumbuhannya optimal. Perbedaan pertumbuhan semai T. sinensis
secara visual juga terlihat pada Gambar 4 di mana perlakuan 4 (koran, kompos,
dan guano) menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Gambar 4 Pertumbuhan semai T. sinensis pada pot organik praktis berbahan baku
(A) koran, kompo, dan guano, (B) koran dan guano, (C) koran dan
kompos), dan (D) koran.
12
Berat Kering Total Semai T. sinensis
Berat Kering Total (BKT)
(gram)
Variabel Berat Kering Total (BKT) disajikan pada Gambar 5.
0.469
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.132
0.071
0.093
0.000
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 5
Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap Berat Kering Total (BKT) semai suren umur 14 MST. P1
(koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano), P4 (koran,
kompos, dan guano).
Gambar 5 menunjukan perlakuan kompos, guano dan koran (P4)
menghasilkan rata-rata BKT yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu
sebesar 0.469 g. Nilai rata-rata berat kering total semai suren dengan perlakuan
koran (P1) sebesar 0.071 g, perlakuan koran dan kompos (P2) sebesar 0.132 g,
serta perlakuan koran dan guano (P3) sebesar 0.093 g menunjukan porsi yang
relatif sama, walaupun perlakuan koran dan kompos menghasilkan rata-rata berat
kering total yang lebih baik dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Hal ini
mendukung perlakuan koran, kompos, dan guano memberikan pengaruh yang
terbaik terhadap pertumbuhan semai T. sinensis yang ditunjukan dalam hasil uji
Duncan parameter tinggi (Tabel 1) dan diameter (Tabel 2). Nilai rata-rata
pertambahan tinggi, pertambahan diameter, dan berat kering total secara berturutturut yaitu 6.44 cm, 1.26 mm, dan 0.469 g pada umur 14 minggu setelah tanam
(MST).
Biomassa tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling
representatif apabila tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan penampilan
keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu (Sitompul dan
Guritno 1995). Penggunaan biomassa total tanaman dalam bentuk bahan kering
tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang
terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Karena itu, parameter ini dapat digunakan
sebagai ukuran global pertumbuhan dengan segala peristiwa yang dialaminya
(Sitompul dan Guritno 1995). BKT dari perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano)
menghasilkan nilai rata-rata yang tertinggi diduga karena mengalami proses
pertumbuhan yang lebih baik daripada perlakuan lainnya jika dikaitkan dengan
pernyataan tersebut. Kandungan unsur hara yang tersedia pada pot pupuk organik
praktis perlakuan 4, mendorong pertumbuhan tanaman yang optimal.
13
Nisbah Pucuk Akar Semai T. sinensis
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
Data berat kering yaitu Berat Kering Pucuk (BKP) dan Berat Kering Akar
(BKA) juga digunakan untuk mendapatkan Nisbah Pucuk Akar (NPA). NPA
merupakan perbandingan dari BKP terhadap BKA. NPA semai suren yang
ditanam selama 14 minggu digambarkan pada Gambar 6.
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
1.528
1.421
0.890
0.849
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 6
Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis
aaterhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai suren umur 14 MST. P1
aa(koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano), P4 (koran,
aakompos, dan guano).
NPA rata-rata tertinggi sebesar 1.528 dihasilkan oleh semai suren dengan
perlakuan koran, kompos, guano (P4). Perlakuan koran dan kompos (P2)
menghasilkan rata-rata NPA lebih baik dibandingkan dengan perlakuan koran
serta perlakuan koran dan guano sebesar 1.421. NPA rata-rata perlakuan koran
(P1) serta perlakuan koran dan guano (P3) secara berturut-turut tidak terlalu
berbeda nilainya yaitu 0.849 dan 0.890. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan
tanaman yang mempunyai NPA yang tinggi dengan produksi biomassa total yang
besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukan bahwa akar yang
relatif sedikit, cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar
dalam penyediaan air dan unsur hara. Semai T. sinensis dengan perlakuan 4
(koran, kompos, dan guano) berkesesuaian dengan kondisi ini. Jika tanaman
berada pada kondisi kekurangan air dan unsur hara, tanaman membentuk akar
lebih banyak, yang mungkin ditunjukan untuk meningkatkan serapan yang
menghasilkan Nisbah Pucuk Akar (NPA) yang rendah. Duryea dan Brown (1984)
menyatakan nilai NPA yang baik berkisar antara 1-3. Oleh karena itu, perlakuan 4
dinilai sebagai perlakuan terbaik karena memiliki nilai rata-rata BKT tertinggi dan
NPA sesuai dengan kriteria. Walaupun perlakuan 2 memiliki nilai NPA yang
dinilai baik, BKT yang dihasilkan kurang mendukung pertumbuhan yang tinggi.
Dalam pernyataan Murbandono (2006) sebelumnya bahwa penggunaan
kompos sebagai pupuk salah satunya bermanfaat meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan yang terbentuk pada
14
perlakuan yang menggunakan kompos (perlakuan 2 dan 4) yaitu cukup lembab
atau tidak mengalami kekeringan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
walaupun banyak jenis tumbuhan hanya mempunyai akar 20 sampai 50% dari
bobot totalnya, pada beberapa tumbuhan (terutama bila berada dalam lingkungan
rawan air atau mineral nitrogen) sampai 90% dari total biomassa tumbuhan berada
di akar. Bentuk keseluruhan sistem akar terutama lebih dikendalikan secara
genetik daripada oleh mekanisme lingkungan. Walaupun morfologi akar
dikendalikan secara genetik, lingkungan tanah mempengaruhinya juga. Misalnya
ketika tanah kering, banyak spesies menumpuk biomassanya lebih besar di akar.
Perlakuan koran (P1) serta koran dan guano (P3) diduga lingkungannya (terutama
tanah dan pot organik praktis) termasuk dalam lingkungan yang kering atau
kemampuan tanah dan pot untuk mengikat air rendah, sehingga mendorong akar
untuk berkembang lebih besar daripada pucuknya untuk menggapai air yang
diperlukan untuk pertumbuhan semai T. sinensis.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Komposisi koran, kompos, dan guano merupakan perlakuan bahan baku pot
pupuk organik praktis terbaik untuk pertumbuhan semai T. sinensis. Komposisi
bahan baku pot pupuk organik praktis berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
semai T. sinensis Roem. di persemaian.
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan yang lebih beragam dari
komposisi bahan baku pot pupuk praktis khususnya koran, kompos, dan guano
perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Budi SW, Sukendro A, Karlinasari L. 2012. Penggunaan pot berbahan dasar
organik untuk pembibitanan Gmelina arborea roxb. di Persemaian. J Agron.
Indonesia. 40(3):239-245.
Budiana NS. 2007. Memupuk Tanaman Hias. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.
Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta
(ID): Agromedia Pustaka.
Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success.
Proceeding of the Physiology Working Technical Session. Boston (US): Dr. W
Junk Publisher.
Lingga P, Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar
Swadya.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Press.
15
Murbandono HS. 2006. Membuat Kompos, Edisi Revisi. Jakarta (ID): Niaga
Swadaya.
Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Sel: Air, Larutan, dan
Permukaan. Jilid ke-1. Lukman DR, Sumarno, penerjemah. Bandung (ID): ITB
Pr. Terjemahan dari: Plant Physiology ed.4.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.
Sjarief R. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Sufa M. 2004. Pengujian kontainer semai berbahan baku kertas koran bekas pada
Acacia Mangium Willd. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suningsih T. 2012. Pengaruh bahan organik chitosan dan pupuk guano terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan
Pengembangan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Suwarno, Idris K. 2007. Potensi dan kemungkinan penggunaan guano secara
langsung sebagai pupuk di Indonesia. Jurnal Tanah dan Lingkungan 9(1):3743
[Internet].
[diunduh
2014
Jul
8].
Tersedia
pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58547/art2007_swn.pdf
?sequence=1.
Syaputra T. 2011. Pembuatan dan pengujian wadah semai berbahan dasar organik
untuk pembiitan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) di Persemaian [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16
Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai suren umur 14 MST di
rumah kaca
Sumber Keragaman
Db
Komposisi bahan baku (P)
Galat
Total
3
36
39
Jumlah
Kuadrat
147.1247500
115.4450000
262.5697500
Kuadrat
tengah
49.0415833
3.2068056
F
P
hitung
15.29*
PEMBIBITAN SUREN (Toona sinensis Roem.)
DI RUMAH KACA
SITI SADIDA HAFSYAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Pot
Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Siti Sadida Hafsyah
NIM E44110019
ABSTRAK
SITI SADIDA HAFSYAH. Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan
Suren (Toona sinensis Roem.) di Rumah Kaca. Dibimbing oleh SRI WILARSO
BUDI R.
Pot organik praktis adalah wadah media semai berbahan dasar organik yang
dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan penggunaan polybag, yaitu
salah satunya dapat menjadi limbah yang sulit terurai setelah digunakan. Selain
sebagai pengganti fungsi polybag, penelitian mengenai pot pupuk organik praktis
dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai komposisi bahan baku
pot organik praktis terhadap pertumbuhan tanaman Toona sinensis. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu komposisi bahan
baku dalam pembuatan pot organik praktis (koran, kompos, dan guano). Hasil
penelitian menunjukan bahwa komposisi bahan baku pot organik praktis
berpengaruh terhadap pertumbuhan semai T. sinensis di persemaian. Bahan baku
berupa koran, kompos dan guano memberikan pertumbuhan terbaik dilihat dari
semua parameter pertumbuhan yang diamati, serta meningkatkan tinggi dan
diameter tanaman sebesar 295.1% dan 125% dibanding kontrol (bahan baku
koran), dan biomassa tertinggi yang dihasilkan sebesar 0.469 g pada umur 14
minggu setelah tanam.
Kata kunci: Toona sinensis, wadah semai, pot pupuk organik praktis, komposisi
bahan baku, bahan organik
ABSTRACT
SITI SADIDA HAFSYAH. The Use of Practical Organic Pot for Suren (Toona
sinensis Roem.) Seedling Production in the Greenhouse. Supervised by SRI
WILARSO BUDI R.
The practical organic pot is a seedling media container made from organic
matter that can be used for replacing the polybags, the disadvantage of polybag is
difficult to decompose. This research aims to examine the effect of various basic
raw material compositions of practical organic pots to the growh of Toona
sinensis. This research used Completely Randomized Design with one factor, that
is basic raw material composition of practical organic pot (newspaper, compost,
and guano). The results showed that basic raw material composition of practical
organic pots effect on the growth of T. sinensis seedlings in the nursery. The row
material from newspaper, compost, and guano showed the best growth of all the
growth parameters observed, and showed increase the height and diameter by
295.1% and 125% compared to control (newspaper the material), and the highest
biomass value of 0.469 g after 14 weeks of planting.
Keyword: Toona sinensis, seedling container, practical compost organic pot, basic
raw material composition, organic matter
PENGGUNAAN POT ORGANIK PRAKTIS UNTUK
PEMBIBITAN SUREN (Toona sinensis Roem.)
DI RUMAH KACA
SITI SADIDA HAFSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan. Skripsi yang disusun
berdasarkan penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini berjudul
Penggunaan Pot Organik Praktis untuk Pembibitan Suren (Toona sinensis Roem.)
di Rumah Kaca.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Atang dan Bapak Udin sebagai teknisi persemaian, serta rekan-rekan mahasiswa
yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan pada skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran
bersifat membangun untuk penyusunan selanjutnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, September 2015
Siti Sadida Hafsyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Tempat dan Waktu
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Rancangan Penelitian
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
6
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL
1 Komposisi Perlakuan
2 Hasil analisis kimia pot organik praktis semai suren
3 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan tinggi semai suren
4 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan diameter semai suren
5
6
7
10
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik pertumbuhan tinggi semai suren selama 14 minggu
2 Perkembangan akar T. sinensis yang ditanam pada pot organik praktis
berbahan baku (A) koran, kompos, dan guano, dan (B) koran
3 Grafik pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu
4 Pertumbuhan semai T. sinensis pada pot organik praktis berbahan baku
(A) koran, kompo, dan guano, (B) koran dan guano, (C) koran dan
kompos), dan (D) koran
5 Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap
Berat Kering Total (BKT) semai suren umur 14 MST
6 Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis terhadap
Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai suren umur 14 MST
7
9
11
11
12
13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai suren umur 14 MST di
rumah kaca
2 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai suren umur 14 MST di
rumah kaca
16
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan, baik manfaat ekologi,
sosial budaya maupun ekonomi. Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu
sistem penyangga kehidupan, hutan telah memberikan manfaat yang besar bagi
umat manusia, oleh karena itu harus dijaga kelestariannya (Sjarief 2010). Namun
hutan telah banyak mengalami kerusakan baik disebabkan oleh bencana alam
maupun ulah manusia.
Upaya yang dilakukan untuk memulihkan kerusakan hutan misalnya dapat
berupa pembangunan hutan tanaman industri (HTI), rehabilitasi hutan dan lahan,
atau reklamasi hutan (Sjarief 2010). Penanaman pohon merupakan kegiatan utama
yang dilaksanakan pada ketiga kegiatan ini. Penanaman di lokasi kegiatan diawali
dengan penanaman bibit tanaman kehutanan yang umumnya menggunakan
polybag sebagai wadah media tumbuhnya. Dengan kata lain, kebutuhan polybag
pun meningkat.
Polybag umumnya berbahan dasar polietilen (PE) yang memiliki berbagai
keunggulan dan kelemahan. Keunggulan penggunaan polybag antara lain murah,
mudah diperoleh, memerlukan ruang sedikit untuk penyimpanannya, ukuran dari
kecil sampai besar, dan tidak memerlukan pendukung tambahan. Kelemahan
penggunaan polybag yaitu digunakan untuk sekali pakai, membutuhkan media
lebih banyak, waktu dan tenaga diperlukan untuk pengisian media lebih banyak,
pertumbuhan akar kurang baik, dan setelah digunakan polybag akan menjadi
limbah yang sulit diurai (Kurniaty dan Danu 2012). Wadah semai berbahan dasar
organik merupakan salah satu solusi dari permasalahan dalam penggunaan
polybag.
Penelitian mengenai wadah semai berbahan dasar organik telah dilakukan
oleh Syaputra (2011) dan Budi et al. (2012) yang dinamakan pot pupuk praktis.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pot pupuk praktis dengan bahan baku
kombinasi antara kertas koran dan kompos (50:50 v/v) serta perekat tannin
merupakan komposisi bahan baku pot yang terbaik untuk pertumbuhan Gmelina
arborea. Namun belum diketahui pertumbuhan bibit tanaman kehutanan lainnya
dengan kandungan bahan organik berbeda dalam pot. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan
organik dalam penggunaan pot pupuk praktis terhadap pertumbuhan bibit suren
(Toona sinensis Roem.). Penelitian ini menggunakan pupuk kompos dan pupuk
guano sebagai bahan baku organik dalam pot pupuk praktis sekaligus sebagai
bahan organik bagi tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan baku
pot organik praktis terhadap pertumbuhan tanaman suren.
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan informasi komposisi bahan organik
sebagai bahan baku pot praktis yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman suren, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
rekomendasi pembuatan pot pupuk praktis alternatif penggunaan polybag di
persemaian.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca bagian Silvikultur dan Laboratorium
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Waktu Penelitian dimulai dari bulan
November 2014 sampai dengan April 2015. Analisis kandungan unsur hara pada
pot pupuk organik praktis dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain pencetak kontainer, kain
saringan, blender, ember, drum ukuran besar, alat tulis, kalkulator, oven, bak
kecambah, alat penyiram, caliper, neraca Ohauss, cangkul, rak policup, gunting,
pisau cutter, kamera digital, kertas label, seperangkat komputer, software
Microsoft excel, Microsoft word, dan SAS 9.0 portable. Bahan yang digunakan
untuk penelitian antara lain benih suren (T. sinensis) sebanyak 300 benih (berasal
dari persemaian permanen), koran bekas, pupuk kompos, pupuk guano, pupuk
NPK majemuk (15-15-15) media pasir, media tanah, arang sekam, dan minyak
goreng.
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri atas enam tahap, yaitu tahap persiapan wadah
semai organik, perkecambahan benih suren, penyapihan semai, pemeliharaan
setelah penyapihan, pemanenan semai suren, serta pengamatan dan pengambilan
data.
1. Persiapan wadah semai organik (pot organik praktis)
a. Penyiapan bubur kertas
Kertas koran bekas dipotong hingga ukurannya menjadi kecil, kemudian
potongan koran tersebut dicampurkan dengan air. Hasil pencampuran kertas koran
dan air tersebut disimpan dalam drum selama 5-6 hari. Setelah kertas koran
menjadi bubur kertas, dilakukan penyaringan yang berguna untuk mengurangi
kadar air, dengan cara meremas bubur kertas koran menggunakan kain saringan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menghilangkan tinta cetak dan melunakan kertas
koran agar mudah dibentuk.
3
b. Penyiapan bahan baku pencampur bubur kertas
Bahan baku pencampur bubur kertas yang digunakan adalah pupuk kompos
dan pupuk guano yang dijual di pasaran. Pupuk guano berbentuk granul, sehingga
perlu dihaluskan terlebih dahulu dengan blender sebelum dicampurkan dengan
bubur kertas.
c. Pencampuran bahan baku pot
Pencampuran antara bubur kertas koran (pulp) dengan bahan pencampur
lainnya dengan empat perbandingan, yaitu (1) bubur kertas koran 100%; (2) bubur
kertas koran dan pupuk kompos (1:1); (3) bubur kertas koran dan pupuk guano
(1:1); serta (4) bubur kertas koran, pupuk kompos, dan pupuk guano (2:1:1).
d. Pencetakan pot
Pencetakan pot organik praktis dilakukan secara manual menggunakan alat
pencetak wadah semai khusus. Kontainer (wadah semai atau pot yang sudah
terbentuk) dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari. Kontainer yang
sudah dikeringkan, dirapihkan dengan dilakukan pemotongan bagian bawah
kontainer tersebut agar kontainer dapat berdiri dengan tegak.
2. Perkecambahan benih suren
Media perkecambahkan berupa pasir halus dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1 dipersiapkan dalam bak kecambah. Selanjutnya media sapih
yang digunakan adalah tanah (subsoil) yang dicampur dengan arang sekam
dengan perbandingan 1:1.
Benih suren sebanyak 300 benih yang berasal dari persemaian permanen
IPB disebar secara merata pada bak kecambah berukuran 25 cm x 30 cm untuk
dikecambahkan. Benih ditabur di atas media perkecambahan secara merata dan
dilakukan penutupan benih dengan media. Pemeliharaan selama perkecambahan
yaitu dengan dilakukan penyiraman dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.
3. Penyapihan semai
Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi penguapan
pada semai. Media yang digunakan dalam wadah semai organik berupa campuran
tanah (topsoil) dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Media dimasukan ke
dalam pot organik praktis secukupnya, kemudian disiram sampai jenuh.
Semai yang telah dikecambahkan memiliki 2-3 pasang daun dan tinggi 2-4
cm pada umur 4 minggu. Media perkecambahan disiram sampai basah sebelum
dilakukan pencabutan semai. Tujuannya agar kegiatan pencabutan semai tersebut
lebih mudah dilakukan. Semai dicabut dengan menjaga keutuhan akar sehingga
perlu dilakukan secara hati-hati.
Media dalam pot organik praktis dilubangi sedalam 2.5 cm. Selanjutnya
dilakukan penanaman semai ke dalam lubang tersebut hingga bagian akarnya
terbenam. Penyiraman dilakukan kembali dengan hati-hati agar semai tidak roboh.
Jumlah semai yang ditanam dalam wadah semai organik seluruhnya yaitu 80
semai.
4
4. Pemeliharaan setelah penyapihan
Kegiatan pemeliharaan semai yang dilakukan antara lain penyiraman
tanaman dua kali sehari (pada pagi dan sore hari), pembersihan media dari gulma
dan pemupukan. Banyaknya air yang diberikan pada tanaman saat dilakukan
penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Pemupukan dilakukan satu kali ketika semai berumur 6 MST (minggu setelah
tanam). Pupuk yang digunakan berupa pupuk NPK majemuk dengan dosis 5 butir
per tanaman.
5. Pemanenan semai suren
Pemanenan dilakukan dengan menghancurkan pot organik praktis kemudian
memisahkan bagian tanaman dengan media semai. Kegiatan ini dilakukan dengan
hati-hati agar akar tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dengan media
semai. Setelah itu bagian pucuk dan akar tanaman dipisahkan menggunakan pisau
cutter kemudian masing-masing bagian ditimbang.
6. Pengamatan dan pengambilan data
Pengamatan dilakukan selama 14 MST. Variabel yang diamati yaitu tinggi
semai, diameter semai, Berat Basah Pucuk (BBP) dan Berat Basah Akar (BBA),
Berat Kering Total (BKT), Nisbah Pucuk Akar (NPA), dilakukan di Rumah Kaca
dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, serta analisis kandungan
unsur hara (N, P, K) dalam pot yang dilakukan di Laboratorium Analisis Tanah,
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Tinggi semai dari permukaan tanah hingga pucuk semai diukur
menggunakan penggaris setiap satu minggu sekali. Diameter semai di atas
permukaan tanah diukur menggunakan caliper dua minggu sekali selama waktu
pengamatan. Variabel lainnya diamati di akhir pengamatan yaitu setelah
dilakukan kegiatan pemanenan semai. Pot pupuk praktis dihancurkan selanjutnya
dilakukan pemisahan tanaman dan media tanam secara hati-hati agar keutuhan
akar terjaga.
Pengukuran variabel BBP dan BBA perlu dilakukan pemisahan bagian
pucuk dan akar menggunakan pisau cutter. Kemudian berat pucuk dan akar
masing-masing ditimbang menggunakan neraca Ohauss. Pengukuran BKT
dilakukan setelah pengukuran BBP dan BBA selesai dilaksanakan. Bagian pucuk
dan akar yang telah dipisahkan dan diukur beratnya, dioven pada suhu 80°C
selama 24 jam. Setelah dilakukan pengovenan, berat masing-masing bagian
diukur menggunakan neraca Ohauss untuk mendapatkan berat kering pucuk dan
berat kering akar. BKT merupakan hasil penjumlahan berat kering pucuk dan
berat kering akar. NPA adalah nilai perbandingan antara berat kering pucuk
(gram) dengan berat kering akar (gram).
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 4 perlakuan.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas 2 semai
suren, sehingga jumlah semai yang ditanam sebanyak 80 semai. Adapun
5
komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan diterapkan pada wadah
semai yang berbeda faktor bahan bakunya, yaitu sebagai berikut:
P1 : Bubur kertas koran 100 % (kontrol)
P2 : Bubur kertas koran + pupuk kompos (1:1)
P3 : Bubur kertas koran + pupuk guano (1:1)
P4 : Bubur kertas koran + pupuk kompos + pupuk guano (2:1:1)
Tabel 1 Komposisi perlakuan
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
P1U1
P1U2
P1U3
P1U4
P1U5
P1U6
P1U7
P1U8
P1U9
P1U10
Perlakuan
P2
P3
P2U1
P3U1
P2U2
P3U2
P2U3
P3U3
P2U4
P3U4
P2U5
P3U5
P2U6
P3U6
P2U7
P3U7
P2U8
P3U8
P2U9
P3U9
P2U10 P3U10
P4
P4U1
P4U2
P4U3
P4U4
P4U5
P4U6
P4U7
P4U8
P4U9
P4U10
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan
dalam model linear sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Yij = μ + Ti + εij
Keterangan:
Yij : Nilai respon pengamatan dari perlakuan bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
μ : Nilai rata-rata umum
Ti : Nilai pengaruh perlakuan bahan baku ke-i
εij : Nilai galat umum (error) pada perlakuan bahan baku ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan sidik
ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.0 portable, jika:
a. Nilai P-value > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diamati.
b. Nilai P-value < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diamati, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Hara Pot Organik Praktis
Hasil analisis kimia pot organik praktis yang mengandung beberapa unsur
tambahan yang berasal dari pupuk disajikan pada Tabel 2. Unsur yang dianalisis
adalah unsur N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium).
Tabel 2 Hasil analisis kimia pot organik praktis semai suren
Jenis Perlakuan
Koran 100% (P1)
Koran + Kompos 1:1 (P2)
Koran + Guano 1:1 (P3)
Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4)
N (%)
0.21
1.31
0.09
0.47
P (%)
0.02
0.37
2.91
3.39
K (%)
0.08
1.93
0.07
0.75
Kandungan unsur hara N, P, dan K yang terkandung dalam pot pupuk
organik praktis perlakuan koran, kompos, dan guano memiliki persentase yang
cukup tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan koran, kompos, dan
guano (P4) mengandung unsur hara P tertinggi sebesar 3.29%. Kandungan unsur
hara N dan K pada perlakuan ini sebesar 0.47% dan 0.75% lebih kecil dari
perlakuan koran dan kompos (P2) sebesar 1.31% dan 1.93%. Kandungan unsur
hara N, P, dan K dalam perlakuan 4 berasal dari pupuk kompos dan pupuk guano.
Hal ini menjadi keunggulan pot pupuk organik praktis dengan perlakuan 4
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Karena kandungan unsur P tinggi yang
berasal dari pupuk guano, menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman
karena dilengkapi dengan unsur hara lainnya (terutama N dan K) yang berasal dari
pupuk kompos.
Perlakuan koran dan kompos (P2) unggul dalam kandungan unsur N dan K
yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun kandungan unsur
hara P yang dikandung dalam perlakuan ini cukup rendah yaitu sebesar 0.37%.
Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa unsur fosfor (P) bagi tanaman
berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman
muda. Selain itu fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan
sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasa, serta mempercepat
pembungaan, pemasakan biji, dan buah. Sehingga jika tanaman kekurangan unsur
fosfor maka pertumbuhannya akan terganggu, terutama pertumbuhan akar
tanaman.
Kandungan unsur P pada perlakuan koran dan guano (P3) senilai 2.91%
cukup besar untuk mendukung pertumbuhan tanaman dibandingkan perlakuan
koran (P1) yang memiliki kandungan unsur P terendah sebesar 0.02%. Namun
perlakuan 3 memiliki kandungan unsur N dan K yang terendah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya, secara berturut-turut sebesar 0.09% dan 0.07%.
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen
berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya. Sedangkan fungsi utama kalium (K) ialah
7
membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam
memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur
(Lingga dan Marsono 2008).
Pertumbuhan Tinggi Semai T. sinensis
Variabel tinggi tanaman diamati selama 14 MST. Tabel 3 menunjukan hasil
uji Duncan parameter tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi semai T. sinensis
dipengaruhi secara nyata oleh komposisi bahan baku pot organik praktis pada
selang kepercayaan 95% (Lampiran 1).
Tabel 3 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan tinggi semai suren
Perlakuan
Koran + Kompos + Guano 1:1:1
(P4)
Koran + Guano 1:1 (P3)
Koran + Kompos 1:1 (P2)
Koran 100% (P1)
Rata-rata
(cm)
6.44a
Peningkatan terhadap
perlakuan koran (%)
295.1
2.36c
4.78b
1.63c
44.8
193.2
0
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang
berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan P4 (bahan baku pot koran, kompos, dan guano) memberikan
peningkatan pertumbuhan tinggi terbaik dan meningkat sebesar 295.1% dibanding
perlakuan P1 (bahan baku koran). Pertumbuhan tinggi perlakuan P2 (koran dan
kompos) meningkat sebesar 193.2% dibandingkan dengan perlakuan P1. Nilai
rata-rata tinggi perlakuan P2 sebesar 4.78 cm lebih baik dari perlakuan P3 (bahan
baku koran dan guano) sebesar 2.36 cm. Pertumbuhan tinggi perlakuan P3
meningkat sebesar 44.8% dibandingkan dengan perlakuan P1. Pertumbuhan tinggi
tanaman dari perlakuan P1 dan P3 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan di
antara keduanya. Gambar 1 lebih jelas menggambarkan pertumbuhan tinggi semai
T. sinensis selama 14 minggu.
Tinggi tanaman (cm)
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu ke-
Gambar 1 Grafik pertumbuhan tinggi semai suren selama 14 minggu.
P1
(koran),
P2 (koran dan kompos),
P3 (koran dan guano),
8
P4 (koran, kompos, dan guano)
Gambar 1 menunjukan bahwa perlakuan 4 memberikan pengaruh
pertumbuhan tinggi yang terbaik. Jika dikaitkan dengan kandungan N, P, dan K
yang terkandung di dalam pot pupuk organik praktis (Tabel 2), perlakuan 4 paling
unggul dalam hal penyediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan 2 (koran dan kompos)
lebih baik dari perlakuan 1 (koran) dan perlakuan 3 (koran dan guano).
Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan koran serta koran dan guano
relatif sama atau dapat dikatakan perbedaannya tidak signifikan.
Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan
memberikan hara bagi tanaman. Pemberian bahan organik sebagai pupuk
memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman.
Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil
(produksi) yang maksimal (Pahan 2007). Pertumbuhan tanaman tidak akan
optimal jika hanya mengandalkan unsur hara yang berada di dalam media tanam.
Tanpa pemberian pupuk, tanaman akan mengalami defisiensi unsur hara sehingga
kondisinya merana dan mati. Bagi tanaman, unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk dapat memberikan banyak hal, seperti bahan utama metabolisme,
melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara itu dapat diperoleh
dari berbagai sumber bahan, baik yang organik maupun anorganik (Budiana
2007). Penelitian ini berfokus pada komposisi bahan baku pot pupuk organik
praktis yang sekaligus dapat berfungsi sebagai pupuk untuk menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan oleh semai T. sinensis. Dalam penggunaan bahan organik
bubur kertas koran sebagai bahan utama pot pupuk organik praktis untuk
menggantikan fungsi polybag sebagai wadah tanaman, diamati pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman dengan penambahan bahan organik lainnya yaitu
pupuk kompos dan pupuk guano dalam pot tersebut.
Semai suren (T. sinensis) dengan perlakuan 2 (koran dan kompos)
menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang cukup baik. Unsur hara yang
terkandung dalam kompos mendukung pertumbuhan semai T. sinensis. Kompos
mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, walaupun jumlahnya sedikit
(Djuanani et al. 2005). Hasil analisis kimia pot organik praktis (Tabel 2)
menunjukan perlakuan 2 mengandung unsur hara yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan perlakuan 1. Kandungan unsur N, P, dan K dalam pot
organik praktis perlakuan 2 merangsang pertumbuhan tanaman baik batang,
cabang, daun, maupun akar serta membantu pembentukan protein dan karbohidrat
yang dibutuhkan oleh tanaman (Lingga dan Marsono 2008). Perlakuan 2 juga
mendukung kemampuan semai untuk tumbuh misalnya dengan meningkatnya
daya ikat tanah dan pot tersebut terhadap air yang dibutuhkan untuk kelangsungan
proses fotosintesis (Murbandono 2006). Selain berpengaruh terhadap tanah,
kompos juga membentuk rongga-ronga yang baik pada pot pupuk organik praktis
sehingga memudahkan perkembangan akar. Gambar 2 memperlihatkan akar
tumbuh dengan baik menembus pot untuk menyerap unsur hara yang tersedia di
dalam pot pada perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) dibandingkan dengan
perlakuan 1 (koran).
9
Gambar 2 Perkembangan akar T. sinensis yang ditanam pada pot organik praktis
berbahan baku (A) koran, kompos, dan guano, dan (B) koran.
Pupuk lain yang diaplikasikan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah
pupuk guano. Guano digolongkan menjadi dua macam yaitu guano nitrogen dan
guano fosfat. Guano nitrogen atau fresh guano merupakan hasil hancuran iklim
tahap pertama dari timbunan kotoran burung laut atau kotoran kelalawan, guano
fosfat merupakan hasil hancuran iklim tahap keduanya. Karena guano nitrogen
maupun guano fosfat merupakan bahan organik yang telah mengalami kehancuran
iklim, senyawa nitrogen relatif mudah tersedia bagi tanaman dibandingkan dengan
pupuk kandang segar, limbah pertanian, serta sampah rumah tangga (Kotabe 1997
dalam Suwarno dan Idris 2007).
Manfaat pupuk guano adalah sebagai aktivator pembuatan kompos,
mengen-dalikan nematoda yang ada di dalam tanah, kaya unsur makro fosfor (P)
dan nitrogen (N), mengandung mikrobiotik flora dan bakteri yang bermanfaat
untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah, fungisida alami, daya
kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi sehingga tanaman mudah menyerap
unsur hara, mengoptimalkan pertumbuhan daun muda, dapat digunakan pada
semua jenis tanaman yang berada di dalam atau di luar ruangan, produk pupuk
ramah lingkungan, baik digunakan untuk pertumbuhan rumput, rendah kandungan
mercuri dan zat berbahaya lain (Suningsih 2012).
Berdasarkan analisis kimia yang dilakukan (Tabel 2), pupuk guano yang
digunakan termasuk dalam pupuk guano fosfat karena mengandung unsur fosfat
yang lebih tinggi daripada unsur nitrogen. Menurut Lamer (1957) dalam Suwarno
dan Idris (2007), guano nitrogen mengandung nitrogen yang lebih tinggi tetapi
mengandung fosfat yang lebih rendah daripada guano fosfat. Secara visual, pot
pupuk organik praktis dengan perlakuan 3 (koran dan guano) memiliki struktur
yang lebih keras daripada perlakuan lainnya. Hal ini diduga yang menyebakan
pertumbuhan semai T. sinensis dengan perlakuan 3 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 1 (koran) sebagai kontrol.
Pertumbuhan tanaman dalam proses fotosintesis memerlukan unsur hara
makro dan mikro yang cukup agar menghasilkan pertumbuhan yang optimal.
Kandungan fosfat yang cukup tinggi pada perlakuan 3 (koran dan guano) tidak
menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan 2 (koran dan kompos)
maupun perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano), karena unsur hara lainnya tidak
cukup tersedia.
Perlakuan 4 menyediakan unsur hara yang paling baik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, dilihat dari analisis kimia yang dilakukan (Tabel 2). Sutanto
(2002) menyatakan penambahan fosfat meningkatkan kecepatan proses
dekomposisi kompos dan menurunkan kehilangan nitrogen. Atas dasar pernyataan
tersebut, diduga pencampuran pupuk guano dan kompos pada perlakuan 4
10
menjadi salah satu keputusan yang tepat karena guano dan kompos dapat bekerja
sama untuk menyediakan hara yang cukup bagi tanaman serta mempertahankan
kandungan unsur di dalamnya. Pertumbuhan akar tanaman sangat penting
khususnya untuk penyerapan unsur hara yang dibutuhkan dalam proses
fotosintesis. Kandungan unsur P yang tinggi mendukung pertumbuhan akar yang
besar pada perlakuan 4. Unsur N yang terkandung dalam perlakuan 4 juga cukup
tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
khususnya batang, cabang, dan daun. Unsur K yang terkandung dalam pot pada
perlakuan 4 sendiri memperkuat tubuh tanaman sehingga mampu tumbuh jauh
lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pertumbuhan Diameter Semai T. sinensis
Parameter diameter tanaman diamati selama 14 MST. Hasil uji Duncan
parameter diameter tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan diameter
semai T. sinensis dipengaruhi secara nyata oleh komposisi bahan baku pot organik
praktis pada selang kepercayaan 95% (Lampiran 2).
Tabel 4 Uji lanjut Duncan pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap pertumbuhan diameter semai suren
Perlakuan
Koran + Kompos + Guano 1:1:1 (P4)
Koran + Guano 1:1 (P3)
Koran + Kompos 1:1 (P2)
Koran 100% (P1)
Rata-rata
(mm)
1.26a
0.55b
0.69b
0.56b
Peningkatan terhadap
perlakuan koran (%)
125
-0.357
22.321
0
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan pengaruh yang
berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan koran, kompos dan guano (P4) dengan nilai rata-rata diameter
tertinggi yaitu 1.26 mm saling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Peningkatan diameter tanamannya terhadap perlakuan koran cukup signifikan dan
berpengaruh positif sebesar 125%. Perlakuan koran (P1), koran dan kompos (P2),
serta koran dan guano (P3) menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata di
antara ketiganya. Namun peningkatan diameter tanaman perlakuan koran dan
kompos berpengaruh positif sebesar 22.321% sedangkan perlakuan koran dan
guano berpengaruh negatif sebesar 0.357% terhadap perlakuan koran. Perlakuan 3
memiliki kandungan unsur N dan K yang terendah dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, secara berturut-turut sebesar 0.09% dan 0.07% (Tabel 2).
Sehingga pada parameter diameter tanaman menghasilkan pengaruh negatif pada
nilai rata-rata diameter terhadap perlakuan 1. Pertumbuhan diameter semai suren
selama 14 minggu lebih jelas digambarkan pada Gambar 3.
11
Diameter tanaman (mm)
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0
2
4
6
8
Minggu ke-
10
12
14
Gambar 3 Grafik pertumbuhan diameter semai suren selama 14 minggu.
P1 (koran),
P2,
P3,
P4.
Semai suren dengan perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano) menghasilkan
pertumbuhan diameter yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan
koran (P1), koran dan kompos (P2), serta koran dan guano (P3) relatif sama,
walaupun perlakuan koran dan kompos digambarkan menghasilkan diameter yang
lebih baik dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Berdasarkan persentase
peningkatan nilai rata-rata diameter terhadap kontrol serta grafik pertumbuhan
diameter, perbedaan pertumbuhan diameter T. sinensis pada perlakuan 4 dengan
perlakuan lainnya cukup signifikan. Hal ini diduga berkaitan dengan unsur hara
yang tersedia pada pot pupuk organik praktis berada dalam jumlah yang cukup
sehingga pertumbuhannya optimal. Perbedaan pertumbuhan semai T. sinensis
secara visual juga terlihat pada Gambar 4 di mana perlakuan 4 (koran, kompos,
dan guano) menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Gambar 4 Pertumbuhan semai T. sinensis pada pot organik praktis berbahan baku
(A) koran, kompo, dan guano, (B) koran dan guano, (C) koran dan
kompos), dan (D) koran.
12
Berat Kering Total Semai T. sinensis
Berat Kering Total (BKT)
(gram)
Variabel Berat Kering Total (BKT) disajikan pada Gambar 5.
0.469
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.132
0.071
0.093
0.000
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 5
Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap Berat Kering Total (BKT) semai suren umur 14 MST. P1
(koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano), P4 (koran,
kompos, dan guano).
Gambar 5 menunjukan perlakuan kompos, guano dan koran (P4)
menghasilkan rata-rata BKT yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu
sebesar 0.469 g. Nilai rata-rata berat kering total semai suren dengan perlakuan
koran (P1) sebesar 0.071 g, perlakuan koran dan kompos (P2) sebesar 0.132 g,
serta perlakuan koran dan guano (P3) sebesar 0.093 g menunjukan porsi yang
relatif sama, walaupun perlakuan koran dan kompos menghasilkan rata-rata berat
kering total yang lebih baik dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Hal ini
mendukung perlakuan koran, kompos, dan guano memberikan pengaruh yang
terbaik terhadap pertumbuhan semai T. sinensis yang ditunjukan dalam hasil uji
Duncan parameter tinggi (Tabel 1) dan diameter (Tabel 2). Nilai rata-rata
pertambahan tinggi, pertambahan diameter, dan berat kering total secara berturutturut yaitu 6.44 cm, 1.26 mm, dan 0.469 g pada umur 14 minggu setelah tanam
(MST).
Biomassa tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling
representatif apabila tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan penampilan
keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu (Sitompul dan
Guritno 1995). Penggunaan biomassa total tanaman dalam bentuk bahan kering
tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang
terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Karena itu, parameter ini dapat digunakan
sebagai ukuran global pertumbuhan dengan segala peristiwa yang dialaminya
(Sitompul dan Guritno 1995). BKT dari perlakuan 4 (koran, kompos, dan guano)
menghasilkan nilai rata-rata yang tertinggi diduga karena mengalami proses
pertumbuhan yang lebih baik daripada perlakuan lainnya jika dikaitkan dengan
pernyataan tersebut. Kandungan unsur hara yang tersedia pada pot pupuk organik
praktis perlakuan 4, mendorong pertumbuhan tanaman yang optimal.
13
Nisbah Pucuk Akar Semai T. sinensis
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
Data berat kering yaitu Berat Kering Pucuk (BKP) dan Berat Kering Akar
(BKA) juga digunakan untuk mendapatkan Nisbah Pucuk Akar (NPA). NPA
merupakan perbandingan dari BKP terhadap BKA. NPA semai suren yang
ditanam selama 14 minggu digambarkan pada Gambar 6.
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
1.528
1.421
0.890
0.849
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 6
Pengaruh perlakuan komposisi bahan baku pot organik praktis
aaterhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) semai suren umur 14 MST. P1
aa(koran), P2 (koran dan kompos), P3 (koran dan guano), P4 (koran,
aakompos, dan guano).
NPA rata-rata tertinggi sebesar 1.528 dihasilkan oleh semai suren dengan
perlakuan koran, kompos, guano (P4). Perlakuan koran dan kompos (P2)
menghasilkan rata-rata NPA lebih baik dibandingkan dengan perlakuan koran
serta perlakuan koran dan guano sebesar 1.421. NPA rata-rata perlakuan koran
(P1) serta perlakuan koran dan guano (P3) secara berturut-turut tidak terlalu
berbeda nilainya yaitu 0.849 dan 0.890. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan
tanaman yang mempunyai NPA yang tinggi dengan produksi biomassa total yang
besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukan bahwa akar yang
relatif sedikit, cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar
dalam penyediaan air dan unsur hara. Semai T. sinensis dengan perlakuan 4
(koran, kompos, dan guano) berkesesuaian dengan kondisi ini. Jika tanaman
berada pada kondisi kekurangan air dan unsur hara, tanaman membentuk akar
lebih banyak, yang mungkin ditunjukan untuk meningkatkan serapan yang
menghasilkan Nisbah Pucuk Akar (NPA) yang rendah. Duryea dan Brown (1984)
menyatakan nilai NPA yang baik berkisar antara 1-3. Oleh karena itu, perlakuan 4
dinilai sebagai perlakuan terbaik karena memiliki nilai rata-rata BKT tertinggi dan
NPA sesuai dengan kriteria. Walaupun perlakuan 2 memiliki nilai NPA yang
dinilai baik, BKT yang dihasilkan kurang mendukung pertumbuhan yang tinggi.
Dalam pernyataan Murbandono (2006) sebelumnya bahwa penggunaan
kompos sebagai pupuk salah satunya bermanfaat meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan yang terbentuk pada
14
perlakuan yang menggunakan kompos (perlakuan 2 dan 4) yaitu cukup lembab
atau tidak mengalami kekeringan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
walaupun banyak jenis tumbuhan hanya mempunyai akar 20 sampai 50% dari
bobot totalnya, pada beberapa tumbuhan (terutama bila berada dalam lingkungan
rawan air atau mineral nitrogen) sampai 90% dari total biomassa tumbuhan berada
di akar. Bentuk keseluruhan sistem akar terutama lebih dikendalikan secara
genetik daripada oleh mekanisme lingkungan. Walaupun morfologi akar
dikendalikan secara genetik, lingkungan tanah mempengaruhinya juga. Misalnya
ketika tanah kering, banyak spesies menumpuk biomassanya lebih besar di akar.
Perlakuan koran (P1) serta koran dan guano (P3) diduga lingkungannya (terutama
tanah dan pot organik praktis) termasuk dalam lingkungan yang kering atau
kemampuan tanah dan pot untuk mengikat air rendah, sehingga mendorong akar
untuk berkembang lebih besar daripada pucuknya untuk menggapai air yang
diperlukan untuk pertumbuhan semai T. sinensis.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Komposisi koran, kompos, dan guano merupakan perlakuan bahan baku pot
pupuk organik praktis terbaik untuk pertumbuhan semai T. sinensis. Komposisi
bahan baku pot pupuk organik praktis berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
semai T. sinensis Roem. di persemaian.
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan yang lebih beragam dari
komposisi bahan baku pot pupuk praktis khususnya koran, kompos, dan guano
perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Budi SW, Sukendro A, Karlinasari L. 2012. Penggunaan pot berbahan dasar
organik untuk pembibitanan Gmelina arborea roxb. di Persemaian. J Agron.
Indonesia. 40(3):239-245.
Budiana NS. 2007. Memupuk Tanaman Hias. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.
Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta
(ID): Agromedia Pustaka.
Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success.
Proceeding of the Physiology Working Technical Session. Boston (US): Dr. W
Junk Publisher.
Lingga P, Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar
Swadya.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Press.
15
Murbandono HS. 2006. Membuat Kompos, Edisi Revisi. Jakarta (ID): Niaga
Swadaya.
Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Sel: Air, Larutan, dan
Permukaan. Jilid ke-1. Lukman DR, Sumarno, penerjemah. Bandung (ID): ITB
Pr. Terjemahan dari: Plant Physiology ed.4.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.
Sjarief R. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Sufa M. 2004. Pengujian kontainer semai berbahan baku kertas koran bekas pada
Acacia Mangium Willd. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suningsih T. 2012. Pengaruh bahan organik chitosan dan pupuk guano terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan
Pengembangan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Suwarno, Idris K. 2007. Potensi dan kemungkinan penggunaan guano secara
langsung sebagai pupuk di Indonesia. Jurnal Tanah dan Lingkungan 9(1):3743
[Internet].
[diunduh
2014
Jul
8].
Tersedia
pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58547/art2007_swn.pdf
?sequence=1.
Syaputra T. 2011. Pembuatan dan pengujian wadah semai berbahan dasar organik
untuk pembiitan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) di Persemaian [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16
Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh komposisi bahan baku pot organik praktis
terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai suren umur 14 MST di
rumah kaca
Sumber Keragaman
Db
Komposisi bahan baku (P)
Galat
Total
3
36
39
Jumlah
Kuadrat
147.1247500
115.4450000
262.5697500
Kuadrat
tengah
49.0415833
3.2068056
F
P
hitung
15.29*