Rancang Bangun Model Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi.

i

RANCANG BANGUN MODEL MANAJEMEN RISIKO
RANTAI PASOK GULA RAFINASI

MARIA ULFAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Rancang Bangun
Model Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016
Maria Ulfah
NIM F361100141

1

RINGKASAN
MARIA ULFAH. Rancang Bangun Model Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula
Rafinasi. Dibimbing oleh MOHAMAD SYAMSUL MAARIF, SUKARDI, dan
SAPTA RAHARJA.
Studi risiko rantai pasok komoditi dalam produk pergulaan semakin
mendapat perhatian masyarakat dewasa ini. Hal ini terkait semakin banyaknya
risiko yang dihadapi dalam dunia bisnis dan industri. Saat ini, keluhan konsumen

gula rafinasi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai risiko yang
terjadi dalam rantai pasok gula rafinasi antara lain terjadinya loss contain/
kehilangan isi (timbangan produk berkurang), terjadinya kontaminasi pada
kemasan produk gula rafinasi, hasil produksi turun karena terganggunya pasokan
batubara dan pasokan listrik, terjadi kerusakan mekanis, bencana alam dan masih
banyak berbagai risiko lain yang menyebabkan gangguan pasokan sampai ke
konsumen akhir menjadi terlambat sehingga merugikan konsumen (industri
makanan, minuman dan pabrik farmasi).
Berdasarkan risiko-risiko yang terjadi tersebut maka kondisi kinerja rantai
pasok gula rafinasi saat ini masih kurang dari yang diharapkan. Berkaitan dengan
adanya risiko dalam rantai pasok maka manajemen risiko berperan penting untuk
menjaga agar sistem rantai pasok tidak terganggu. Manajemen risiko adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses yang berjalan terus menerus
untuk meminimasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang.
Proses manajemen risiko ini dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian
risiko, mitigasi, monitoring dan kemudian evaluasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun model manajemen
risiko rantai pasok gula rafinasi. Tahapannya adalah mengukur dan menganalisis
kinerja rantai pasok gula rafinasi yang dapat memuaskan konsumen, menganalisis
risiko atau gangguan yang berpeluang timbul, menghitung dan menganalisis nilai

indeks prioritas risiko terhadap penyebab risiko-risiko, dan merancang bangun
model manajemen risiko rantai pasok yang diwujudkan dalam framework
kegiatan rantai pasok gula rafinasi.
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik untuk merancang bangun
model. Pengukuran kinerja rantai pasok dikaji berdasarkan keinginan konsumen
gula rafinasi menggunakan model Kano. Sampel konsumen gula rafinasi yang
dijadikan responden adalah industri makanan, industri minuman dan industri
farmasi. Proses manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi terdiri dari empat
proses yaitu mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan memitigasi risiko.
Model manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi dalam penelitan ini
menggunakan model House of Risk (HOR) yang terdiri dari HOR 1 dan HOR 2.
HOR 1 digunakan untuk proses identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko
sedangkan HOR 2 digunakan untuk penanganan risiko atau mitigasi risiko.
Identifikasi risiko dan sumber risiko berdasarkan model Supply Chain Operations
Reference (SCOR) yang terdiri dari lima dimensi yaitu plan, source, make, deliver
dan return. Analisis risiko menggunakan metode Failure Mode and Effects of
Analysis (FMEA).
Skala yang digunakan dalam menentukan dampak tingkat suatu risiko
(severity) menggunakan tingkat skala 1 - 10 (tidak ada efek gangguan – pasti


iii

terjadi efek gangguan) sedangkan skala yang digunakan dalam penentuan peluang
kemunculan suatu sumber risiko (occurence) menggunakan tingkat skala 1-10
(tidak pernah terjadi - sering terjadi), serta korelasi (R) antara kejadian risiko (risk
event) dan sumber risiko (risk agent) dengan skala 0, 1, 3, 9 dimana 0
menunjukkan tidak ada korelasi dan 1, 3, 9 menunjukkan berturut-turut rendah,
sedang dan korelasi tinggi. Dari model HOR 1 diperoleh nilai Aggregate Risk
Potentials (ARP) untuk masing-masing sumber risiko yang merupakan hasil dari
perkalian severity, occurence dan korelasi. Hasil dari model HOR 1 diperoleh
prioritas sumber risiko yang akan ditangani. Model HOR 2 ini menghasilkan aksi
mitigasi risiko dari sumber risiko yang ditangani.
Berdasarkan hasil verifikasi, model ini dapat mengidentifikasi risiko dan
sumber risiko rantai pasok. Model ini juga dapat memberikan solusi tindakan
penanganan/pengendalian yang harus lakukan untuk memitigasi risiko. Dengan
menggunakan model ini strategi aksi mitigasi yang memberikan tingkat sumber
daya yang efektif dan efisien dapat direalisasikan. Risiko yang mempunyai nilai
risiko sedang dan tinggi perlu penanganan dan antisipasi pengendalian. Kemudian
hasil validasi model dengan menggunakan metode face validation diperoleh
bahwa model dapat diterapkan sebagai sarana untuk memanage risiko dengan

merancang framework aksi mitigasi berdasarkan prioritas yang memberikan
sumber daya yang efektif dan efisien.
Hasil pengukuran dan analisis kinerja rantai pasok gula rafinasi masih
terdapat kategori must be dan one dimensional pada bisnis proses rantai pasok
gula rafinasi menurut pemetaan konsumen, sementara menurut pihak industri
pengelola semua dimensi SCOR dari bisnis proses rantai pasok gula rafinasi
terkategori one dimensional. Hasil identifikasi risiko didapatkan 47 risk event dan
47 risk agent. Berdasarkan analisis perhitungan aggregate risk potentials dan
diagram Pareto diperoleh 24 sumber risiko yang akan ditangani dengan nilai ARP
tertinggi (ARP=3320) yaitu sumber risiko terjadinya trouble/kerusakan mendadak
(A6) dan penanganan/pengendalian sumber risiko tersebut dengan merencanakan
& melaksanakan maintenance rutin (PA1).
Berdasarkan klasifikasi tingkat risiko terdapat 11 sumber risiko yang
terkategori risiko tingkat tinggi, sedangkan hasil aksi mitigasi yang akan
dilakukan untuk menangani 24 sumber risiko diperoleh 22 aksi mitigasi.
Kemudian hasil modifikasi model dengan menambahkan komponen atap dari
model HOR diperoleh 14 aksi mitigasi yang lebih efektif untuk direalisasikan.
Aksi mitigasi yang diprioritaskan untuk direalisasikan yaitu merencanakan dan
melaksanakan maintenance rutin, kontrak dengan customer dalam jangka waktu 1
tahun, sosialisasi nomor telpon PIC transportir, menyiapkan buffer stock, training

mengenai maintenance, meningkatkan koordinasi antar bagian, koordinasi dengan
pihak transportir, briefing setiap hari, koordinasi dengan lingkungan sekitar,
menggunakan bahan kimia seperlunya, training personal bagian penerimaan
bahan baku, meningkatkan kontur operasional proses, koordinasi dengan user
untuk senantiasa sesuai spesifikasi, dan update peralatan dengan model terbaru.
Kata kunci: Risiko, manajemen risiko, risk event, risk agent, aksi mitigasi

iv

SUMMARY
MARIA UFAH. A Design of Risk Management Model of Refined Sugar Supply
Chain. Supervised by MOHAMAD SYAMSUL MAARIF, SUKARDI, and
SAPTA RAHARJA.
Study on risk in supply chain has become an important topic due to
increasing variety and level of risk faced by the supply chain. Consumer complain
related to this issue is increasing through the years. Risks in refined sugar supply
chain may be in the form of loss contain, contamination in the product packaging,
decrease of production supply due to disturbance in coal and electricity supply,
mechanical breakdown, natural disasters, and other risks that gives negative
impact to the consumer (food and beverages industries, and pharmaceutical

industries).
The mentioned risks hindered the performance of refine sugar supply
chain. Risk management plays an important role to ensure that supply chain is not
disturbed. Risk management is an integrated part of continuous process
management to minimize the losses while increasing the opportunities. Risk
management process starts from risk identification process, risk assesment,
mitigation, monitoring, and evaluation.
The aim of this research is to design the risk management of refine sugar
supply chain, by measurement and analysis of supply chain performance to satisfy
consumer needs, analysis of risk or disturbance, calculating and analysis the value
of risk priority index to risk cause, and to design risk management model of
supply chain in the framework of refine sugar activities.
This research utilised several technics for designing the model.
Measurement of supply chain performance evaluated based on consumer need
using Kano model. Consumer samples as respondent were food industries,
beverages industries, and pharmaceutical industries, while refine sugar industry
was used as reference in Kano cathegory mapping. Risk management process
consist of four stages, namely identification, analysis, evaluation, and mitigation
of risk.
Risk management model of refine sugar supply chain in this research use

House of Risk (HOR) model, consist of HOR 1 and HOR 2. Identification,
analysis, and risk evaluation was using HOR 1, while risk treatment or mitigation
action was using HOR 2. Risk identification and risk cause was based on Suply
Chain Operations Reference (SCOR) which consist of five dimension namely plan,
source, make, deliver, and return. Risk analysis was using Failure Mode and
Effects Analysis (FMEA).
Scale used in determination of risk severity is 1-10 (no effect – inevitable
effect), for occurence the scale was 1-10 (never happen – frequently happen), and
the correlation (R) between risk event and risk agent was in the scale of 0, 1, 3, 9
where 0 is no correlation and 1, 3, 9 shows low, medium, and high correlation
respectively. From HOR 1 Aggregate Risk Potential (ARP) value was obtained
for each risk agent from the multiplication of severity, occurence, and correlation.
Result from HOR 1 model shows priority of risk agent to be handled. HOR 2
model resulting in risk mitigation action.

v

Based on the results verification, This model can identify risks and risk
agent of supply chain. This model give action handling/controlling that to be done
to mitigate the risks. By using this model, mitigation action strategies that provide

a level of resources effectively and efficiently can be realized. Risks that have a
medium risk value and high value need handling and anticipation control. Then
the results of model validation using face validation method showed that the
model can be applied as a means to manage risk by designing mitigation actions
framework based on priority that give resources capacity effectly and efficiently.
Measurement result and performance analysis of refine sugar shows must
be and one dimensional cathegory on supply chain business process, based on
consumer mapping. While from industry management, all SCOR dimension from
supply chain is one dimensional. Risk identification gives 47 risk event and 47
risk agents. Based on aggregate risk potential calculation and Pareto chart 24 risk
agent will be handled and highest ARP value (ARP=3320) is for risk agent of
suddent breakdown (A6) and to be handled mitigation action of risk agent with
planning routine maintenance (PA1).
Based on risk classification 11 risk agents were cathegorized as high risk,
while from mitigation action plan for 24 risk agents, 22 mitigation actions were
obtained. Modification model result with adding to the roof component of model
HOR is obtained 14 mitigation action more effective for realization. Mitigation
action priority for realization is planning routine maintenance, 1 year customer
contract, socialization of transporter PIC contact number, preparation of stock
buffer, maintenance training, increasing coordination between departments,

coordination with transporter, daily briefing, coordination with local surroundings,
utilization of required chemicals, personnel training in raw material receiving,
increasing operational process contour, coordination with user related to
specification, update of equipment to latest model.

Keyword: Risk, risk management, risk event, risk agent, mitigation action

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

1


RANCANG BANGUN MODEL MANAJEMEN RISIKO
RANTAI PASOK GULA RAFINASI

MARIA ULFAH

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
Pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

2

Penguji pada Ujian Tertutup:
Komisi Pembimbing
Ketua
: Prof Dr Ir Mohamad Syamsul Maarif, M.Eng
Anggota
: Prof Dr Ir Sukardi, MM
Anggota
: Dr Ir Sapta Raharja, DEA
Penguji Luar Komisi
1. Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSc
2. Dr Ir Yandra Arkeman,M.Eng

Penguji pada Sidang Promosi:
Komisi Pembimbing
Ketua
: Prof Dr Ir Mohamad Syamsul Maarif, M.Eng
Anggota
: Prof Dr Ir Sukardi, MM
Anggota
: Dr Ir Sapta Raharja, DEA
Penguji Luar Komisi
1. Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSc
2. Dr Ir Agung Primanto, M.Agr

3

Judul Disertasi
Nama Mahasiswa
NIM

: Rancang Bangun Model Manajemen Risiko Rantai Pasok
Gula Rafinasi
: Maria Ulfah
: F361100141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Mohamad Syamsul Maarif, M.Eng
Ketua

Prof Dr Ir Sukardi, MM
Anggota

Dr Ir Sapta Raharja, DEA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dr Ir Dahrul Syah,MScAgr

Tanggal Ujian Tertutup : 18-11-2015
Tanggal Ujian Promosi : 11-12-2015

Tanggal Lulus :

4

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian adalah Rancang Bangun Model Manajemen Risiko Rantai
Pasok Gula Rafinasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Mohamad Syamsul
Maarif, MEng, Prof Dr Ir Sukardi, MM dan Dr Ir Sapta Raharja, DEA selaku
pembimbing, yang telah banyak memberi pengarahan dan saran. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Drs Natsir dari bagian HRD, Ibu Ir
Iin Sumantri dari bagian Quality Assurance (QA), Bapak Ir Ari bagian produksi,
Bapak Dedi dari bagian gudang beserta staf pabrik gula rafinasi serta HRD
industri makanan, minuman dan farmasi, yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami dan
anak tercinta, Almarhumah Ibu, Almarhum Bapak, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Maria Ulfah

5

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Manajemen Risiko Rantai Pasok
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)
Metrik pada Model SCOR
Quality Function Deployment (QFD)
House of Quality (HOQ)
Langkah-langkah pembuatan House of Quality
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
House of Risk (HOR)
Model Kano
Tabel Evaluasi Kano
Gula
Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Pengangkutan dan Penyimpanan Raw Sugar
Proses Pembuatan Gula Kasar (Raw Sugar)
Proses Produksi Gula Rafinasi
Standar Mutu
Struktur Industri Gula
Posisi dan Kebaruan Penelitian
3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Tahapan Penelitian
Tahap Produksi Gula Kristal Rafinasi (GKR)
Tahap Pengukuran Kinerja
Tahap Perancangan Model House of Risk
Tahap Penanganan Risiko
Tahap Rancang Bangun Model Manajemen Risiko
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengumpulan Data, Informasi dan Pengetahuan
Metode yang Digunakan dan Analisis
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Industri GKR
Pengukuran Kinerja Industri GKR
Atribut Pada Dimensi SCOR
Preferensi Pengguna Gula Rafinasi
Pemetaan Preferensi Industri Pengguna (Konsumen)

1
1
3
3
3
4
4
5
8
10
11
12
13
14
16
17
18
20
21
23
23
25
28
29
33
39
39
40
41
42
44
48
49
50
50
51
52
52
54
54
58
60

6

Preferensi Industri Pengelola Dengan Model Kano Berdimensi SCOR
63
Pemetaan Responden Industri Pengguna (Konsumen) dan Responden
Industri pengelola
64
Strategi Perbaikan Berdasarkan Keterkaitan Prioritas Mitigasi Risiko dengan
Preferensi Konsumen
66
Hasil Identifikasi Risiko
66
Hasil Identifikasi Risiko Pada Rantai Pasok Gula Rafinasi
67
Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok
68
Aksi Mitigasi
68
House of Risk 1 (Tahap Identifikasi Risiko)
68
House of Risk 2 (Tahap Penanganan Risiko)
70
Hasil Identifikasi Kemungkinan Terjadinya Risiko (risk event)
71
Identifikasi Sumber Risiko (Risk Agent)
72
Analisis Identifikasi Risiko dan Sumber Risiko
73
Karakteristik Risiko raw sugar dan Produk Gula Rafinasi
74
Korelasi Antar Kejadian Risiko Dengan Sumber Risiko
76
Perhitungan Aggregate Risk Potentials (ARP)
77
Analisis Aggregate Risk Potentials (ARP)
78
Hasil Identifikasi Potentials Impact
81
House of Risk
83
Analisis House of Risk 1 (HOR-1)
84
Tahap Analisis Penanganan Risiko
89
Korelasi Antara Sumber Risiko yang Ditangani dengan Aksi Mitigasi
89
House of Risk 2 (HOR-2)
92
Hasil Pemetaan Kejadian Risiko yang Mungkin Timbul
97
Risk Response (Diagram Cartesian)
98
Hubungan Antar Sumber Risiko
100
Hubungan Antar Aksi Mitigasi Risiko
101
Hasil Rancang Model Manajemen Risiko
105
Model House of Risk
105
Hasil Verifikasi Model
108
Hasil Validasi Model
111
Uji Coba Model
114
Keunggulan dan Keterbatasan Model
117
5 SIMPULAN DAN SARAN
118
Kesimpulan
118
Saran
119
DAFTAR PUSTAKA
120
LAMPIRAN
126
RIWAYAT HIDUP
152

7

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Metrik strategi (Supply-Chain Council, 2008)
Tabel evaluasi Kano
Spesifikasi produk teknis gula berdasarkan teknologi proses
Spesifikasi produk berdasarkan teknologi proses
Standar mutu gula rafinasi menurut SNI 01-3140.2-2006
Jumlah impor raw sugar untuk pabrik gula rafinasi
Perkembangan produksi gula rafinasi Tahun 2004 – 2009
Impor gula rafinasi
Kelebihan dan kekurangan penelitian terdahulu
Tabel evaluasi Kano
Tahapan aktivitas penelitian
Nilai uji validitas
Perbandingan pemetaan industri pengelola dan industri pengguna
berdasarkan dimensi SCOR kedalam kategori model
Frekwensi kemungkinan terjadinya sumber risiko
Syarat mutu raw sugar
Syarat mutu gula kristal mentah menurut SNI
Spesifikasi gula rafinasi
Prioritas nilai ARP untuk sumber risiko
Klasifikasi sumber risiko
Potentials impact
Peringkat aksi mitigasi
Sumber risiko dan kejadian risiko yang terjadi
Reduksi aksi mitigasi
Hasil verifikasi model Kano
Hasil verifikasi model HOR 1
Hasil verifikasi model HOR 2
Hasil validasi model Kano
Hasil validasi model HOR 1
Risiko aktual yang terjadi
Hasil validasi model HOR 2
Jumlah risiko yang terjadi
Sumber risiko dan PIC

10
18
21
28
29
30
31
32
35
44
51
59
65
72
74
75
76
77
80
81
95
97
104
109
110
110
112
112
113
114
116
116

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Model SCM (Mentzer, 2001)
Proses manajemen risiko
Rumah kualitas
Konsumen gula rafinasi
Jalur distribusi gula kristal putih dan gula rafinasi
Posisi strategis penelitian
Kerangka pemikiran kajian
Peta jalan penyelesaian masalah
Tahapan penelitian model manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi

5
8
12
31
32
38
39
40
41

8

10 Tahap pengukuran kinerja rantai pasok tahap identifikasi risiko
11 Ilustrasi model HOR 1
12 Ilustrasi model HOR 2
13 Komposisi produksi gua rafinasi
14 Rantai pasok gula rafinasi
15 Penggolongan preferensi konsumen menurut metode Kano
16 Risk Identification (Identifikasi Risiko)
17 Risk treatment (Penanganan risiko)
18 Diagram pareto dari ARP untuk risk agent
19 Diagram Pareto dari ETD untuk aksi mitigasi
20 Kwadran aksi mitigasi
21 Jumlah keluhan konsumen

43
47
48
53
54
60
69
71
79
96
99
115

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Perbandingan penelitian yang telah dilakukan
Kuesioner kategori pertanyaan function
Kuesioner kategori pertanyaan disfunction
Identifikasi atribut SCOR dalam bentuk function
5 Identifikasi atribut SCOR dalam bentuk disfunction
6 Hasil tabulasi data function
7 Hasil tabulasi data disfunction
8 Hasil tabulasi data function tiga pakar gula rafinasi
9 Hasil tabulasi data disfunction tiga pakar gula rafinasi
10 Distribusi jawaban responden industri pengguna gula rafinasi
11 Klasifikasi atribut kedalam model Kano (berdasarkan responden
dari sisi industri pengguna)
12 Distribusi jawaban responden industri pengelola gula rafinasi
kedalam kriteria-kriteria model Kano
13 Klasifikasi atribut kedalam model Kano (berdasarkan responden
dari sisi industri pengelola)
14 Perbandingan pemetaan industri pengelola dan industri pengguna
(konsumen) untuk setiap dimensi SCOR kedalam model Kano
15 Strategi perbaikan tiap atribut berdasarkan kategori Kano
16 Perbaikan atribut kinerja rantai pasok berdasarkan dimensi SCOR
17 Gambar taksonomi risiko
18 Kemungkinan terjadinya risiko
19 Korelasi antara risk event dan risk agent
20 Gambar model HOR 1
21 Gambar model HOR 2
22 Pemetaan kejadian risiko yang mungkin timbul akibat sumber risiko
23 Korelasi antara sumber risiko yang ditangani dengan aksi mitigasi

126
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
146
147
148
149
150

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak perusahaan melakukan pengkajian risiko dalam
aktivitas
bisnisnya untuk mencegah terganggunya kinerja perusahaan. Salah satu risiko
bisnis yang sering terjadi adalah rantai pasok. Risiko rantai pasok adalah suatu
kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh suatu kejadian dalam suatu
perusahaan dalam rantai pasok atau lingkungannya yang menimbulkan pengaruh
negatif terhadap proses bisnis pada beberapa perusahaan dalam rantai pasok
(Kersten et al. 2006).
Salah satu risiko bisnis rantai pasok yang sering terjadi gangguan dalam
pasokannya adalah industri gula rafinasi. Gula rafinasi merupakan
komponen/bahan baku utama bagi industri makanan, industri minuman dan
industri farmasi. Kebutuhan gula rafinasi setiap tahunnya semakin melonjak
seiring dengan semakin membaiknya sektor pariwisata nasional. Menggeliatnya
sektor pariwisata membuat kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman
semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya industri makanan dan
minuman ini kebutuhan gula rafinasi diprediksi melonjak diatas 20%, akan tetapi
masalah distribusi adalah kendala utama bagi industri-industri tersebut untuk
memperoleh bahan baku utama industrinya secara tepat waktu.
Berdasarkan data keluhan konsumen dari salah satu industri gula rafinasi
menunjukkan setiap tahun semakin meningkat, berdasarkan dokumen dari salah
satu industri gula rafinasi tersebut menunjukkan peningkatan jumlah keluhan yang
signifikan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2012 terdapat
10 keluhan, tahun 2013 terdapat 30 keluhan dan tahun 2014 terdapat 39 keluhan
konsumen. Data selama 3 tahun dari salah satu sumber data industri gula rafinasi
tersebut menunjukkan peningkatan jumlah keluhan yang sangat signifikan dengan
jenis keluhan konsumen bermacam-macam yang berkaitan dengan rantai pasok
gula rafinasi.
Dalam rantai pasok gula rafinasi tersebut ditemui berbagai risiko yang
dapat mempengaruhi rantai pasok tidak dapat berjalan lancar. Risiko yang terjadi
pada rantai pasok gula rafinasi (refined sugar) saat ini yaitu masih terjadinya
gangguan pasokan gula kristal rafinasi (GKR) sehingga dikeluhkan industri
makanan, minuman dan farmasi sebagai konsumen gula rafinasi. Berbagai risiko
yang terjadi dalam rantai pasok gula rafinasi tersebut antara lain terjadinya loss
contain / kehilangan isi (timbangan produk menjadi berkurang), terjadinya
kontaminasi pada kemasan produk gula rafinasi, hasil produksi turun karena
terganggunya pasokan batubara dan pasokan listrik, terjadi kerusakan mekanis,
bencana alam dan masih banyak berbagai risiko lain yang menyebabkan gangguan
pasokan sampai ke konsumen akhir menjadi terlambat sehingga merugikan
konsumen (industri makanan, minuman dan industri farmasi). Bahkan akibat
keterlambatan pasokan gula rafinasi tersebut beberapa pabrik makanan dan
minuman menggunakan gula tebu yang kualitasnya dibawah gula rafinasi
sehingga dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Berdasarkan risiko-risiko yang terjadi tersebut maka kondisi kinerja rantai
pasok gula rafinasi saat ini masih kurang dari yang diharapkan, hal ini juga dapat
diketahui dari adanya keluhan pihak konsumen terkait dengan kinerja rantai

2

pasok gula rafinasi. Selain itu ketidakpuasan konsumen terutama dalam hal
keterlambatan pengiriman pasokan yang menyebabkan konsumen merasa merugi
karena mengakibatkan produksi tidak lancar, kapasitas pasokan yang tidak sesuai
dengan permintaan, masalah kualitas dan lain sebagainya. Faktor ketidakpuasan
konsumen tersebut tidak terlepas dari risiko-risiko yang terjadi dalam alur
pasokan mulai dari bahan baku sampai ke konsumen. Oleh karena itu fungsi
manajemen rantai pasok diperlukan untuk menciptakan keunggulan bersaing suatu
perusahaan yang dicirikan dengan pemenuhan kepuasan konsumen dalam hal
kualitas, kuantitas dan time delivery (Vorst 2004).
Berkaitan dengan adanya risiko dalam manajemen rantai pasok maka
manajemen risiko berperan penting untuk menjaga agar sistem rantai pasok tidak
terganggu. Dalam sistem rantai pasok, manajemen risiko memegang peranan
sangat penting karena tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses
yang berjalan terus menerus untuk meminimasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Proses manajemen risiko ini dimulai dari proses
identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi, monitoring dan kemudian evaluasi.
Selain terjadinya beberapa risiko tersebut masalah faktual pada rantai
pasok gula rafinasi saat ini adalah tersendatnya pasokan gula rafinasi sampai ke
konsumen karena beberapa faktor risiko yang terjadi baik yang disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal perusahaan sehingga berdampak buruk dan
mempengaruhi pencapaian target/kinerja perusahaan. Risiko-risiko tersebut
timbul/terjadi pada jaringan rantai pasok mulai dari hulu sampai ke hilir
(konsumen). Bila diamati risiko yang sering terjadi dalam rantai pasok gula
rafinasi adalah faktor risiko operasional. Oleh karena itu kajian dalam penelitian
ini difokuskan pada jenis faktor risiko operasional.
Faktor risiko operasional/teknologi ini mencakup diantaranya kesalahan
perencanaan, kekurangan bahan baku, kendala kapasitas, masalah kualitas,
kegagalan mesin atau down time, kegagalan sistem software, hasil yang tidak
sempurna, inefisiensi, perubahan proses, kerugian harta benda karena
kecelakaan/bencana, risiko transportasi (keterlambatan, kerusakan selama
perjalanan), risiko gudang (tidak sempurnanya order pelanggan, tidak cukup
tempat penyimpanan dan lain-lain), pengeluaran anggaran, munculnya gangguan
teknologi, syarat perjanjian (batas minimum dan maksimum permintaan
pelanggan) dan gangguan komunikasi atau sistem informasi (Deleris dan Erhun,
2007). Risiko operasional juga merupakan salah satu jenis risiko yang memiliki
tingkat kesulitan tinggi dalam manajemennya, oleh karena itu dibutuhkan suatu
framework dari aksi mitigasi dalam manajemen risiko gula rafinasi tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu tindakan/usaha untuk
mengurangi dan mengatasi berbagai risiko yang terjadi dalam rantai pasok. Selain
itu perlu dilakukan upaya perbaikan kinerja rantai pasok secara bertahap dan
dilakukan terus menerus untuk mengatasi dan mencegah terjadinya berbagai risiko
yang mungkin muncul. Pengukuran kinerja pasokan akan bermanfaat apabila hasil
pengukuran tersebut dijadikan dasar dalam melakukan perbaikan. Oleh karena itu,
dalam pendekatan proses dilakukan pemetaan (mapping) proses saat ini dan
penentuan proses yang ideal atau yang diinginkan. Salah satu model sistem
pengukuran kinerja rantai pasok adalah berdasarkan Supply Chain Operations
Reference (SCOR). Model ini mengintegrasikan business process reengineering,

3

benchmarking dan process measurement.
Upaya merancang model manajemen risiko rantai pasok ini tidak terlepas
dari risiko-risiko yang terjadi dalam alur dari hulu sampai hilir, dalam hal ini
mencakup risiko-risiko yang terjadi pada kegiatan input - proses - output dari
rantai pasok gula rafinasi. Upaya untuk mengatasi permasalahan industri
pengelola gula rafinasi ini adalah mengurangi risiko yang terjadi dalam rantai
pasok gula rafinasi. Hal ini dapat dilakukan melalui rancang bangun model
manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi.
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah merancang bangun model
manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi. Tujuan khusus penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengukur dan menganalisis kinerja rantai pasok gula rafinasi yang dapat
memuaskan konsumennya dan diwujudkan dalam peta kategori Kano
2. Menganalisis risiko atau gangguan yang berpeluang timbul pada kegiatan
rantai pasok gula rafinasi
3. Menghitung dan menganalisis nilai indeks prioritas risiko terhadap penyebab
risiko-risiko pada kegiatan rantai pasok gula rafinasi
4. Merancang bangun model manajemen risiko rantai pasok yang diwujudkan
dalam framework aksi mitigasi rantai pasok gula rafinasi.
Manfaat Penelitian
Kontribusi/manfaat dari penelitian yang dilakukan terhadap industri gula
rafinasi diharapkan:
1. Model pengukuran kinerja rantai pasok dapat digunakan untuk mengukur
kinerja rantai pasok secara keseluruhan dari aktivitas rantai pasok yang selama
ini berjalan dan dapat mengetahui kebutuhan konsumen akan kepuasan kinerja
rantai pasok
2. Dapat digunakan untuk menangani risiko-risiko dalam rantai pasok gula
rafinasi dan mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkan
3. Dapat mempermudah dalam menangani beberapa risiko yang timbul dan akan
ditinjaklanjuti oleh industri pengelola sehingga manajemen risiko menjadi lebih
efektif dan efisien
4. Strategi dan tindakan penanganan risiko dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif solusi bagi perusahaan dalam penanganan risiko rantai pasok
5. Model manajemen risiko rantai pasok yang dihasilkan dapat digunakan oleh
perusahaan/industri pengelola untuk memberikan solusi mitigasi risiko rantai
pasok.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang merupakan batasan (boundary) dalam
merancang bangun manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi ini meliputi :
1. Kinerja rantai pasok yang diukur dan dikaji merupakan kinerja rantai pasok
industri pengelola dalam hal ini industri gula rafinasi yang selama ini berjalan

4

dan dirasakan oleh konsumen sebagai pengguna gula rafinasi
2. Rantai pasok yang diamati adalah rantai pasok dari industri gula rafinasi lokal
dari mulai bahan baku impor datang sampai ke konsumen akhir (Industri
makanan, minuman dan farmasi)
3. Risiko-risiko yang diamati dalam manajemen risiko dibatasi pada klasifikasi
risiko operasional
4. Objek penelitian dilakukan pada tiga lokasi pabrik gula rafinasi
5. Pengambilan data untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen dilakukan pada
sembilan konsumen gula rafinasi (industri makanan, minuman dan farmasi)
6. Verifikasi dan validasi model yang dihasilkan dalam penelitian ini dilakukan
pada tiga perusahaan gula rafinasi.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Salah satu aspek fundamental dalam manajemen rantai pasok adalah
manajemen kinerja dan perbaikan secara berkesinambungan. Untuk menciptakan
manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu
mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik. Sistem pengukuran kinerja
diperlukan untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan
tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada manajemen rantai pasok, mengetahui
dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan
yang hendak dicapai, dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan
keunggulan dalam bersaing.
Menciptakan sistem pengukuran kinerja rantai pasok bukanlah pekerjaan
yang mudah. Menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor untuk menciptakan
kesesuaian antara strategi rantai pasok dengan metrik pengukuran, setiap berapa
periode pengukuran dilakukan, seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap
yang lain, siapa yang bertanggungjawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah
sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem
pengukuran kinerja rantai pasok. Filosofi manajemen rantai pasok menekankan
perlunya koordinasi dan kolaborasi baik antar fungsi didalam sebuah organisasi
maupun lintas pengukuran kinerja yang terintegrasi, bukan hanya di dalam suatu
organisasi, tetapi juga antar pemain (organisasi) pada suatu rantai pasok. Artinya,
sistem pengukuran kinerja juga harus memiliki alat ukur yang bisa digunakan
untuk memonitor kinerja secara bersama-sama antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya pada sebuah rantai pasok seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 1.

5

Rantai Pasok

Aliran
rantai
pasok

Lingkungan Global
Koordinasi Antar Perusahaan
(Perubahan Fungsi, Ketiga ntar
bagian Pengadaan, Hubungan
Manajemen, Struktur Rantai Pasok)
Hubungan Antar
Fungsi F
(Kepercayaan,
Komitmen, risiko
Ketergantungan,
R
Perlakuan)

Pemasaran
Penjualan
Penelitian dan Pengembangan
Peramalan
Produksi
Logistik
Sistem Informasi
Keuangan
Pelayanan pelanggan
umber

Produk
Layanan
Informasi

Kepuasan
Pelanggan/
Nilai /an/
Keuntungan
/ Persaingan
Keuntungan

Sumber
Biaya
S
Permintaan
Peramalan

Pemasok
PemasokP-pemasok
emasok
Pelanggan -pelanggan

Perusahaan
Pelanggan

Gambar 1 Model Supply Chain Management (Mentzer 2001)

Manajemen Risiko Rantai Pasok
Banyak perusahaan sudah mengkaji bahwa disamping risiko tradisional
yang muncul dalam aktivitas bisnisnya, ada risiko baru yang bersumber dari
kolaborasi yang ketat dalam jaringan rantai pasok (Giunipero dan Eltantawy,
2004). Sebuah kajian empiris oleh March dan Shapira (1987) menunjukkan bahwa
risiko sering menurun pada komponen yang negatif dalam bisnis praktis,
sedangkan deviasi positif dianggap sebagai kesempatan. Hal yang sama risiko
dapat didefinisikan sebagai hasil dari kejadian negatif yang mempunyai
kemungkinan terjadi dan menghasilkan sejumlah kerusakan (March dan Shapira,
1987).
Berkaitan dengan jaringan rantai pasok dan berdasarkan pada definisi
umum dari March dan Shapira, risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai
kerusakan yang disebabkan oleh kejadian dalam rantai pasok atau lingkungannya
yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis rantai pasok pada
lebih dari satu perusahaan (Kersten et al. 2006). Peningkatan tingkat
kebergantungan dan kompleksitas dari jaringan rantai pasok saat ini menjadikan
rantai pasok secara keseluruhan menjadi lebih rentan terhadap gangguan.
Setiap gangguan yang terjadi dalam salah satu pemain rantai pasok dapat
mempengaruhi jaringan rantai pasok secara keseluruhan, seperti berhentinya arus
informasi dan sumber daya dari hulu ke hilir dalam rantai pasok. Hal ini dapat
menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Oleh karena itu,
risiko dalam rantai pasok dapat didefinisikan sebagai terganggunya arus informasi

6

dan sumber daya dalam jaringan rantai pasok karena adanya penghentian dan
variasi yang tidak pasti (Juttner et al. 2003).
Manajemen risiko rantai pasok oleh Chapman et al (2002) didefinisikan
sebagai identifikasi dan manajemen risiko dalam rantai pasok dan risiko
eksternalnya melalui pendekatan koordinasi diantara anggota rantai pasok untuk
mengurangi terganggunya rantai pasok secara keseluruhan. Manajemen risiko
rantai pasok berfokus pada bagaimana memahami dan menanggulangi pengaruh
berantai ketika suatu kecelakaan yang besar atau kecil terjadi pada suatu titik
dalam jaringan pasokan. Selanjutnya, hal yang paling penting adalah memastikan
bahwa ketika gangguan terjadi, perusahaan mempunyai kemampuan untuk
kembali kepada keadaan normal dan melanjutkan bisnisnya.
Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok terdiri dari
identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi
risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko
(Hallikas et al. 2004; Norman & Lindroth 2004). Kebanyakan risiko potensial,
tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga antara anggota jaringan pasokan serta
antar jaringan pasokan dan lingkungannya harus diidentifikasi. Risiko yang tidak
teridentifikasi dapat menyebabkan kesalahan arah dalam proses manajemen risiko
rantai pasok (seperti: pembuatan rencana mitigasi risiko), menimbulkan tidak
tepatnya atau tidak sesuainya strategi untuk mengendalikan risiko-risiko ini dan
hal ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Risiko mengandung pengertian sebagai perubahan kehilangan (change of
loss), kemungkinan kehilangan (possibility of loss), ketidakpastian (uncertainty),
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan, atau probabilitas atas hasil
yang berbeda dari yang diharapkan. Risiko adalah situasi dimana terdapat
ketidakpastian hasil atau akibat dari suatu kejadian (Field 2003).
Risiko dapat didefinisikan sebagai pengukuran dari peluang dan keparahan
atas suatu dampak yang tidak diinginkan (Haimes 2009). Risiko merupakan
variasi dari hasil yang muncul selama periode tertentu akibat dari situasi tertentu
(IOSH 2002). Risiko menunjukkan adanya variasi dari hasil, yang dinyatakan
sebagai pengukuran dari tingkat peluang dan keparahan. Peluang dapat dinyatakan
sebagai probability (Lam 2003), frequency, probability of frequency (Haimes
2009), occurence (Mc.Dermott et al. 2009).
Terdapat beberapa definisi risiko yang dikembangkan oleh para peneliti
diantaranya Alijoyo (2006) mendefinisikan risiko berdasarkan dua sudut pandang.
1. Sudut pandang hasil atau output, risiko adalah sebuah hasil atau output yang
tidak dapat diprediksi dengan pasti, yang tidak disukai karena akan menjadi
kontra produktif.
2. Sudut pandang proses, risiko adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan, sehingga terjadi konsekwensi yang tidak diinginkan.
Definisi lain risiko menurut Svensson (2000) adalah deviasi yang menyebabkan
konsekuensi negatif bagi perusahaan yang terlibat didalam rantai pasok.
Sedangkan menurut Australian/Newzealand Standard Risk Management (AS/NZ
Standard), risiko merupakan kemungkinan terjadinya sesuatu hal yang dapat
memberikan dampak negatif atau positif bagi suatu tujuan tertentu.
Risiko diukur berdasarkan kemungkinan terjadinya (likelihood) dan
konsekwensinya (consequences). Setelah mengetahui berbagai definisi
risiko/ketidakpastian, maka perlu diketahui kategori risiko/ketidakpastian,

7

penyebabnya dan jenis risiko/ketidakpastian yang termasuk didalam kategori
tersebut. Pemahaman ini diperlukan agar tidak terjadi kerancuan dan untuk
menyamakan persepsi mengenai kategori jenis risiko. Beberapa peneliti
melakukan pengkategorian risiko dari berbagai sudut pandang.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang
atau tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan . Menurut
Wideman ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Secara
umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Occurence adalah peluang atau frekuensi dimana sebuah kegagalan terjadi.
Keparahan dinyatakan sebagai severity (Mc Dermott et al. 2009; Lam 2003).
Severity merupakan konsekuensi yang timbul sebagai akibat dari suatu kegagalan.
Pada kasus tertentu, risiko dinyatakan juga sebagai fungsi detection. Detection
mengindikasikan peluang atas tidak dapat dideteksinya sebuah kejadian sebelum
terjadi. Pada penelitian ini digunakan istilah occurence untuk menunjukkan
tingkat kejadian, severity untuk tingkat keparahan dampak, dan detection untuk
ketidakmampuan pendeteksian.
Pendekatan sistem dapat membantu proses identifikasi risiko secara
komprehensif (O’Donnel 2005). Analisis risiko dan pengelolaan risiko pada rantai
nilai lebih kompleks daripada individu. Risiko dan kerentanan dianalisis dengan
pendekatan sistem yang memperhitungkan eksposur, potensi kerugian, pilihan
manajemen risiko, serta hubungan dengan pelaku di luar rantai nilai baik secara
individu maupun kelompok (Jaffee et al. 2008).
Pada kerangka manajemen rantai pasok, risiko rantai pasok dibagi menjadi
dua yaitu risiko eksternal dan risiko internal. Risiko eksternal merupakan risiko
yang dihadapi oleh unit usaha berkaitan dengan jalannya sistem rantai pasok, yang
terdiri dari risiko kerja sama, risiko keputusan manajemen, risiko pembagian
infomasi, dan risiko penjadwalan. Risiko internal merupakan risiko yang dihadapi
oleh unit usaha berkaitan dengan operasional unit usaha yang terdiri dari risiko
finansial, risiko proses, dan risiko pasar (Kim et al. 2004).
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan komprehensif
untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian (COSO 2006).
Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang
mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, serta menangani sebab dan akibat
dari ketidakpastian pada sebuah organisasi (Hanafi 2006). Manajemen risiko
adalah suatu proses dengan menggunakan metode-metode tertentu, dimana
dipertimbangkan risiko yang dihadapi dalam setiap kegiatan organisasi dalam
proses mencapai tujuan (Bowe 2006). Secara prosedural, manajemen risiko terdiri
dari kegiatan penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
dan penanganan risiko, yang didalamnya disertai pula kegiatan pengembangan
komunikasi, serta monitoring dan evaluasi pada setiap tahapannya.
Manajemen risiko bertujuan untuk melakukan identifikasi risiko sehingga
dapat diperkirakan dampak jika risiko terjadi, membuat keputusan yang tepat
mengenai dampak yang telah diperkirakan, mengimplementasikan program
penanggulangan risiko tersebut, serta secara berkesinambungan melakukan

8

pengukuran dan memperkirakan apakah program yang telah dijalankan berjalan
efektif atau membutuhkan perbaikan (Olson dan Desheng 2008; Reuvid 2008).
Tahapan manajemen risiko seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Penetapan konteks
Identifikasi risiko
Komunikasi
dan
konsultasi

Analisa risiko

Pengendalian
dan evaluasi

Evaluasi risiko
Perlakuan terhadap risiko
Gambar 2 Proses manajemen risiko
Sumber : GRA (2006)
Teknik dalam identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, brainstorming, patok duga industri (industry benchmarking), analisis
skenario (scenario analysis), risk assesment workshop, investigasi kejadian
(incident investigation), audit dan inspeksi, atau Hazard and Operability Studies
(HAZOP) (Siahaan 2009; Hayes 2004). Teknik evaluasi dan pengukuran risiko
dipilih berdasarkan jenis risiko yang akan diukur. Teknik terdiri dari value at risk
(VaR), stress testing, credit rating, creditmetrik, metode pengukuran jangka
waktu, risk mapping atau frekuensi dan keparahan, analisis skenario (Hanafi
2006; CAS 2003), atau Hirarki Hierarchikol Holographic Modeling (Haimes
2009: Haimes et al. 2002).
Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan cara penghindaran risiko (risk
avoidance), penahanan risiko (risk retention), pengalihan risiko (risk transfer)
dan pengendalian risiko (risk control). Pengalihan risiko dapat dilakukan melalui
asuransi, perlindungan nilai atau pembentukan perseroan terbatas. Risiko yang
tidak dapat dihindari, maka dilakukan pengendalian risiko. Dalam kerangka dua
dimensi, yaitu frekuensi dan tingkat keparahan (severity), maka pengendalian
bertujuan untuk mengurangi peluang munculnya kejadian, mengurangi tingkat
keparahan (severity) atau keduanya (Field 2003).
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) versi 10.0
SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasok. SCOR pada
dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses, model ini
mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process
reengineering, benchmarking dan process measurement kedalam kerangka lintas
fungsi dalam rantai pasok. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut
1. Business process reengineering hakekatnya menangkap proses komplek yang

9

terjadi pada saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be)
2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional
dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan
kinerja best in class yang diperoleh.
3. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan dan
memperbaiki proses-proses rantai pasok.
SCOR membagi proses-proses rantai pasok menjadi 5 proses inti yaitu
plan, source, make, deliver dan return. Kelima proses tersebut berfungsi seperti
yang diuraikan sebagai berikut (Pujawan 2010) :
1. Plan yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk
menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi
dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi,
perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi perencanaan
material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian (alignment)
supply chain plan dengan financial plan.
2. Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
permintaan. Proses yang mencakup termasuk penjadwalan pengiriman dari
pemasok, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk
barang yang dikirim pemasok dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda
tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order
atau engineer-to-order products.
3. Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi
produk yang diinginkan pelanggan. Keinginan make atau produksi bisa
dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas
dasar pesanan (make-to-order) atau engineer-to-order. Proses yang terlibat
disini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi
dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work-inprocess), memelihara fasilitas produksi dan sebagainya.
4. Deliver yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi dan distribusi.
Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan,
memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk
jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.
5. Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena
berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan
melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga merupakan
bagian dari proses return.
SCOR memiliki tiga hirarki proses. Tiga hirarki tersebut menunjukkan
bahwa SCOR melakukan dekomposisi proses dari yang umum ke detail seperti
halnya model Chan & Li yang diuraikan pada bagian sebelumnya (Pujawan
2010).
Tiga level tersebut adalah :
1. Level 1 adalah level tertinggi, yang memberikan definisi umum dari lima
proses di atas (plan, source, make, deliver dan return).
2. Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana rantai pasok
perusahaan bisa di konfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti.
Perusahaan bisa membentuk konfigurasi saat ini (as is) maupun yang di

10

inginkan (to be).
3. Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen
proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta referensi
(benchmark dan best practice).
Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR bisa mengukur
kinerja rantai pasok secara obyektif berdasarkan data-data yang ada serta bisa
mengidentifikasikan dimana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan
keunggulan bersaing. Implementasi SCOR tentu saja membutuhkan usaha yang
tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat ini maupun mendefinisikan
proses yang diinginkan.
Metrik pada Model SCOR
Seperti halnya pada model Chan & Li yang memiliki berbagai dimensi
untuk pengukuran kinerja, SCOR juga menggunakan beberapa dimensi umum
yaitu (Pujawan 2010):
1. Reliability (keandalan)
2. Responsiveness (tanggapan)
3. Flexibility (fleksibilitas)
4. Costs (biaya) dan
5. Asset (kekayaan)
Tabel 1 menunjukkan 13 metrik level 1 yang ada pada model SCOR.
Metrik-metrik tersebut ada yang customer-facing, artinya penting bagi pelanggan,
dan ada juga internal-facing yang berarti penting untuk monitoring internal tetapi
tidak langsung menjadi perhatian pelanggan.
Tabel 1 Metrik strategi (Supply-Chain Council 2008)
Atribut
pencapaian
Kinerja pengiriman
Nilai jenis produk yang
terpenuhi
Pesanan benar-benar
terpenuhi
Lead time pemesan
terpenuhi
Reaksi waktu rantai pasok
Produksi yang fleksibel

Kepentingan pelanggan
Keandalan Tanggapan Fleksibilitas



Kepentingan internal
Biaya
Kekayaan






Biaya manajemen rantai
pasok
Biaya penjualan produk



Nilai tambah produksi
Biaya garansi dan biaya
proses pengembalian
Siklus waktu pembayaran
Persediaan
perhari
pasokan
Perputaran kekayaan




Sumber : SCOR version 10.0 © Supply Chain Council.







11

Sebagai contoh, pelanggan sangat berkepentingan terhadap kinerja
pengiriman. Keterlambatan dan kerusakan sewaktu proses pengiriman menjadi
perhatian penting bagi pelanggan sehingga delivery performance adalah metrik
customer-facing. Sebaliknya, pelanggan tidak perlu repot memoni