Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Buah Pepaya Callina dan buah Naga

MANAJEMEN RISIKO BERKELANJUTAN PADA RANTAI
PASOK BUAH PEPAYA CALLINA DAN BUAH NAGA

NADYA MEGAWATI RACHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Risiko
Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Pepaya Callina dan Buah Naga adalah benar
hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka dibagian akhir dari skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Nadya Megawati Rachman
NIM H24100053

ABSTRAK
NADYA MEGAWATI RACHMAN. Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada
Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN
SLAMET dan ABDUL BASITH.
Pepaya Callina dan buah Naga merupakan dua jenis buah tropika yang
mempunyai prospek gemilang untuk dikembangkan di Indonesia. Namun
tingginya tingkat impor, serta jaminan kontinuitas pasokan yang belum stabil
mengindikasikan terdapat risiko dalam setiap anggota rantai pasokan pada
masing-masing komoditas buah. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menguraikan
jenis risiko pada rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga. 2) Mengukur risiko
pada setiap anggota rantai pasok dengan dalam manajemen rantai pasok Pepaya
Calina, dan dibandingkan dengan tingkat risiko dalam rantai pasok buah Naga 3)
Merumuskan konsep pengendalian risiko pada rantai pasok dengan pendekatan
Sustainable Risk Management. Data primer diperoleh dari hasil pengisian

kuisioner ANP dan FMEA oleh pakar. Hasil Penelitian menunjukan bahwa risiko
yang teridentifikasi pada kedua rantai pasok adalah risiko kualitas, produksi,
harga, pasokan, transportasi dan lingkungan. Berdasarkan hasil ANP, hasil
penilaian prioritas dari aktor kedua rantai pasok, petani merupakan aktor yang
memiliki bobot paling tinggi. Risiko yang memiliki prioritas terbesar adalah risiko
produksi pada Pepaya Callina, sedangkan pada buah Naga adalah risiko pasokan.
Kata Kunci : ANP, FMEA, Risiko, Manajemen Rantai Pasok.
ABSTRACT
NADYA MEGAWATI RACHMAN. Sustainable Risk Management in Papaya
Callina and Dragon Fruit Supply Chain. Supervised by ALIM SETIAWAN
SLAMET and ABDUL BASITH.
Papaya Callina and Dragon fruit are two kinds of tropical fruit which
have a bright prospect in Indonesia. High rate of fruit import in Indonesia and
unstable supply continuity assurance, indicate that there is a risk in each fruit
supply chain member. The purpose of this research are 1) Elaborate the kinds of
risk in Papaya Calina and Dragon Fruit Supply Chain. 2) Measure the risk of each
supply chain member in Papaya Callina and compare it with the risk rate in the
Dragon Fruit’s Supply Chain. 3) Applied Sustainable Risk Management Approach
for Tropical Fruit Supply Chain. Primary data were obtained from the results of
ANP and FMEA questionnaire by experts. The result of the research, shows risk

which has been identified are quality, production, price, supply, transportation and
environment risks. Based on Analytical Network Process, in both fruit chain,
farmers are the actor of supply chain who has highest score on priority assesment.
The highest priority risk is production risk in Papaya Callina, and supply risk in
Dragon Fruit’s Supply Chain.
Keywords : ANP, FMEA, Supply Chain Management.

MANAJEMEN RISIKO BERKELANJUTAN PADA RANTAI
PASOK BUAH PEPAYA CALLINA DAN BUAH NAGA

NADYA MEGAWATI RACHMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok Buah
Pepaya Callina dan buah Naga
Nama
: Nadya Megawati Rachman
NIM
: H24100053

Disetujui oleh

Alim Setiawan S. S.TP, MSi
Pembimbing I

Dr. Ir. Abdul Basith, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr. Mukhammad Najib, S.TP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah risiko rantai pasok pada buah tropika di
Indonesia, dengan judul Manajemen Risiko Berkelanjutan Pada Rantai Pasok
Buah Pepaya Callina dan buah Naga.
Terima kasih penulis ucapkan serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Bapak Alim Setiawan, S.TP, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Abdul Basith,
MS.atas bimbingannya yang telah banyak memberikan inspirasi dan pencerahan
dalam setiap diskusi singkat namun melekat. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen penguji Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. atas
masukan yang diberikan, sehingga menjadi suatu pembelajaran yang berharga
bagi penulis. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Gunung
Soetopo dan Ibu Elly Mulyati beserta seluruh keluarga di Sabila Farm (Josseph,

Aji, Dhannes, Dian, Sessilia, Asiah, Ririn dan teman-teman) - Yogyakarta, Prof.
Sobir, PhD. Bapak Naekman Naibaho, SP. MSi. dan Bapak Hudori, SP. beserta
seluruh staff di Pusat Kajian Hortikultura IPB, serta semua pihak yang telah
membantu penulis pada saat pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah Abdul Rohmat dan Ibu Heni Heryati tercinta, dan juga
adik-adik tersayang Widya Riski Febrianti dan Fathya Zahra Aulia atas keajaiban
serta doa dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada saudara Uzman Hilvan
Mahani beserta keluarga atas berjuta semangat, canda tawa, serta dukungan yang
diberikan kepada penulis dalam masa studi dan menyelesaikan tugas akhir.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan dalam
menempuh program Fast Track di Departemen Manajemen, Sonia Pratiwi Lubis
beserta seluruh keluarga Pasca Sarjana Ilmu Manajemen. Juga, penulis
berterimakasih kepada sahabat yang luar biasa Siti Chaakimah yang memberikan
burning desire kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir, kepada keenam
sahabat tersayang “Genggong” (Dimas, Rian, Ivan, Puji, Nofrida dan Fitriah)
yang memberikan warna lika-liku kehidupan, sebuah cerita cinta, cita-cita dan
persahabatan yang menjadi suatu kenangan yang akan di rindukan,kisah suka dan
duka dalam berjuang menyelesaikan studi.
Semoga karya Ilmiah ini bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan.
Bogor, 27 Juni 2014

Nadya Megawati Rachman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

METODOLOGI PENELITIAN

4

Lokasi dan Waktu Penelitian


6

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

6

Metode Pengambilan Sampel

6

Pengolahan dan Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sabila Farm

9
9


Manajemen Risiko Rantai Pasok

11

Identifikasi Risiko Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga

12

Analisis Risiko Rantai Pasok

21

Evaluasi Risiko Rantai Pasok

24

Pengendalian Risiko dengan pendekatan Sustainable Risk Management

25


SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

32

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13

Komoditas Buah Dengan Nilai Impor Tertinggi di Indonesia
Nilai intensitas kepentingan dalam perbandingan berpasangan
Kategori Risiko berdasarkan WRPN
Ketentuan kelas buah
Ketentuan toleransi mutu buah
Perbandingan margin harga pada rantai pasok Pepaya Callina
Perbandingan margin harga pada rantai pasok buah Naga
FMEA Rantai pasok Pepaya Callina hasil penilaian pakar
Hasil perhitungan ANP dan WRPN pada Pepaya Callina
FMEA Rantai pasok buahNaga hasil penilaian pakar
Hasil perhitungan ANP dan WRPN pada buah Naga
Hasil Evaluasi Risiko Rantai Pasok
Rekomendasi langkah-langkah strategis

2
7
9
13
13
16
16
21
22
23
24
24
29

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Data Konsumsi Buah Per Kapita Kg/Tahun (SUSENAS-PKHT
2013)
Gambar 2. Tren Nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia (Dirjen
Hortikultura, 2014)
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
Gambar 4. Supermatrix (Saaty, 2005)
Gambar 5. Buah dan Pohon Pepaya Callina (IPB-9) (Sabila Farm, 2014)
Gambar 6. buah Naga dan keempat jenisnya (Sabila Farm, 2014)
Gambar 7. Rantai Pasok Produk Pepaya Callina dan buah Naga (Sabila
Farm, 2014)
Gambar 8. Struktur ANP diolah dari Saaty, 2005
Gambar 9. Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor Buah Pepaya Indonesia
(Dirjen Holtikultura 2014)
Gambar 10.Data Produksi Buah Pepaya Nasional (Kementrian Pertanian
2014)
Gambar 11.Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor buah Naga Indonesia
(Dirjen Holtikultura 2014)
Gambar 12. Hasil Perbandingan bobot risiko antar aktor pada anggota rantai
pasokan Pepaya
Gambar 13. Hasil perbandingan bobot risiko antar aktor yang terlibat dalam
rantai pasokbuah Naga
Gambar 14.Hasil Perbandingan berpasangan berpasangan antar aktor pada
anggota rantai pasokan Pepaya Callina (a) dan buah Naga (b)
Gambar 15. Contoh Model Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasok
(PKHT, 2013)

1
3
5
7
10
10
11
12
14
15
15
20
20
21
28

DAFTAR LAMPIRAN
Kuisioner ANP
Kuisioner FMEA

35
47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa, dikaruniai
iklim tropis. Berdasarkan data Pusat Kajian Hortikultura Tropika (2013),
Indonesia mempunyai 3000 jenis buah-buahan yang tersebar di seluruh Nusantara.
Rata-rata konsumsi buah di Indonesia periode tahun 2005-2011 mencapai 28.71
kg/kapita/tahun dengan kisaran 23.56 hingga 31.93 kg/kapita/tahun. Salah satu
buah tropika yang sejak dahulu hingga kini banyak diminati konsumen, hingga
terkenal dengan istilah buah meja adalah Pepaya. Pepaya juga sering dinamakan
sebagai the health fruit of angels, karena rasanya dikatakan sebagai rasa surga dan
sangat bermanfaat untuk kesehatan (Sobir 2010). Data Konsumsi Buah Per Kapita
disajikan dalam Gambar 1.
10
9
8
7
6
5

2005

4

2008

3

2011

2

Rata-Rata

1
0

Gambar 1Data Konsumsi Buah Per Kapita Kg/Tahun (SUSENAS-PKHT 2013)

Berdasarkan data tersebut, Pepaya merupakan buah yang paling sering
dikonsumsi setelah pisang, dengan nilai rata-rata konsumsi 2.52 Kg per kapita
setiap tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Pepaya merupakan salah satu
buah yang sering dicari oleh konsumen. Seiring dengan berjalannya waktu,
penelitian terus dilakukan untuk menghasilkan varietas unggul dari Pepaya. IPB-9
yang dikenal dengan nama Pepaya Callina merupakan salah satu jenis pepaya
varietas unggul yang ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. dari
Intitut Pertanian Bogor melalui Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
Buah.

2
Selain pepaya, buah yang dianggap profitable dan mempunyai prospek
yang baik untuk dibudidayakan, yang tergolong new comers di Indonesia adalah
buah Naga (Hylocereus sp.) buah Naga mempunyai prospek yang cukup baik di
Indonesia, karena buah Naga yang dijual di pasaran didominasi buah Naga impor.
Iklim Indonesia yang tropis dan mempunyai intensitas cahaya matahari yang
cukup baik memungkinkan buah Naga dapat berbuah sepanjang tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata buah ini banyak memiliki khasiat seperti
menguatkan fungsi ginjal, meningkatkan ketajaman mata, menstabilkan kadar
gula darah, menguraikan kolesterol, keputihan dan sebagai anti oksidan (Paull
2002). Pada umumnya, buah Nagapembudidayaannya dilakukan dengan cara stek
atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous
(tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu
antara 38-40°C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada
umur 11-17 bulan (Jaya 2010).
Buah yang kaya manfaat kesehatan ini, pada tahun 2013 telah diimpor
Indonesia sebanyak 13 192 Ton dengan nilai 10 850 973.00 US$, atau menempati
urutan ketujuh nilai impor tertinggi dari keseluruhan komoditas buah yang
diimpor. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam situs Kementrian Pertanian,
Luas kebun buah Naga Indonesia yang kini dimiliki oleh Indonesia, hanya
mencapai 300 ha. Negara pemasok utama buah Naga hingga saat ini adalah
Vietnam yang memiliki luas lahan kebun buah Naga 12 000 ha yang mampu
menghasilkan 220 000 ton buah Naga setiap tahunnya (New Zealand Government
2013), kini Vietnam telah berekspansi hingga ke Pasar Cina, Pasar Eropa hingga
ke Timur Tengah dengan keuntungan 50-70 juta VND/ha atau sekitar 25-35 Juta
Rupiah/ha. Data mengenai komoditas buah dengan nilai impor tertinggi tersedia
pada Tabel 1.
Tabel 1 Komoditas Buah Dengan Nilai Impor Tertinggi di Indonesia
Peringkat

Buah

1
2
3
4
5
6
7
8

Apel
Jeruk
Anggur
Pir
Lengkeng
Kurma
Buah Naga
Kiwi

9
10

Durian
Rasberry

Nilai Impor (US$)
179 118 885.00
142 628 743.00
111 795 992.00
109 262 327.00
67 152 234.00
37 494 830.00
10 850 973.00
9 116 772.00
7 272 665.00
2 344 572.00

Sumber : Data Ekspor Impor BPS yang diolah Dirjen Holtikultura 2014

Berdasarkan data yang disajikan diatas terlihat bahwa buah Naga termasuk
kedalam sepuluh besar jenis komoditas buah dengan nilai impor tertinggi. Ini
menggambarkan bahwa tingkat permintaan buah Naga yang tinggi tidak
diimbangi dengan produksi dalam negeri yang mampu memenuhi tingkat
permintaan tersebut.

3
Sementara itu, komoditas Pepaya, pada tahun 2012 mengalami penurunan
yang signifikan. Berdasarkan Data Ekspor Impor BPS yang diolah Dirjen
Holtikultura 2012, perkembangan ekspor buah pepaya pada tahun 2011 mencapai
nilai 514 670 US$ dan nilai impornya mencapai 147 641 US$, namun pada tahun
2012, nilai ekspor hanya mencapai 22 101 US$ dan nilai impornya lebih tinggi,
yaitu 70 241 US$. Tren nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia, disajikan
dalam bentuk grafik dalam Gambar 2.
$600,000
$500,000
$400,000

$514,670
$394,193

$300,000
$200,000

Nilai Ekspor
$102,951

Nilai Impor

$147,571

$100,000

$70,241
$22,101

$0
2010

2011

2012

Gambar 2 Tren Nilai ekspor-impor Buah Pepaya Indonesia (Dirjen Hortikultura 2014)

Berdasarkan keunggulan dan tingginya tingkat permintaan dari kedua
komoditas tersebut, dapat dikatakan bahwa kedua komoditas ini sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Namun, sayangnya kedua komoditas belum
dapat memberikan jaminan kesinambungan atas kualitas produk, jumlah pasokan
minimum, hingga ketepatan waktu penyampaian. Hal ini berdampak pada
kemampuan daya saing dari komoditas buah unggulan Indonesia yang belum
stabil. Hal tersebut menjadi suatu indikasi bahwa terdapat risiko yang terjadi
dalam setiap anggota rantai pasok pada kedua komoditas buah. Produk pertanian
yang bersifat mudah rusak, proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan yang
tergantung pada iklim,musim dan keterampilan dalam budidaya, serta hasil panen
memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, menyebabkan rantai pasok produk
pertanian bersifat probabilistik, dinamis dan rentan terhadap gangguan.
Keberlanjutan pasokan menjadi hal yang sangat penting, mengingat tingginya
respon pasar terhadap komoditas buah tropika. Risiko Pengendalian terhadap
risiko yang terjadi dalam rantai pasok mutlak diperlukan agar mampu memenuhi
kualitas dan kuantitas yang diharapkan oleh konsumen. Risiko yang terjadi pada
rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga meliputi risiko yang terjadi mulai dari
proses produksi yang dilakukan oleh petani hingga buah tersebut sampai ke
tangan konsumen. Risiko yang terjadi menimbulkan kerugian tersendiri bagi
masing-masing anggota rantai pasok. Secara finansial, biaya investasi dan
pemeliharan yang cukup tinggi dalam membudidayakan kedua komoditas buah
tentu harus diimbangi dengan menghasilkan tingkat pengembalian yang
diharapkan. Risiko yang secara umum terjadi adalah serangan hama dan penyakit
yang menimbulkan gagal panen pada kedua komoditas buah.
Tujuan manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan, ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian, manajemen risiko
dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya

4
tidak akan terjadi (Simanjuntak 2013). Dengan menggabungkan manajemen rantai
pasok dan manajemen risiko yang berkelanjutan, maka diharapkan tantangan
bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat ditangani dengan baik,
dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai pasok, sehingga dapat
menghasilkan rantai pasok yang tangguh.
Perumusan Masalah
Dalam menghasilkan buah yang berkualitas, diperlukan suatu kegiatan
pengendalian yang terintegrasi mulai dari hulu hingga ke hilir. Penelitian ini
berusaha untuk menjawab beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
manajemen risiko pada rantai pasok Pepaya Callina dan risiko rantai pasok buah
Naga sebagai pembanding, yaitu: 1) Risiko-risiko apa saja yang dapat terjadi
pada kegiatan rantai pasok? 2) Pada anggota rantai pasok dan pada komoditas
mana terletak risiko yang memiliki bobot tertinggi? 3) Bagaimana konsep
pengendalian risiko pada rantai pasok dengan pendekatan sustainable risk
management?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi dan menganalisis jenis
risiko pada rantai pasok Pepaya Callina danbuah Naga. 2) Mengukur risiko pada
setiap anggota rantai pasok dengan dalam manajemen rantai pasok Pepaya Calina,
dan dibandingkan dengan tingkat risiko dalam rantai pasok buah Naga 3)
Merumuskan konsep pengendalian risiko pada rantai pasok dengan pendekatan
sustainable risk management.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menangani risiko rantai
pasok, mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya,
mengukur tingkat kejadian risiko dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok
secara keseluruhan, serta sebagai salah satu alternatif solusi bagi setiap
stakeholder dalam penanganan risiko rantai pasok yang berkelanjutan.
Ruang Lingkup Penelitian
Anggota rantai pasok yang dikaji dalam penelitian ini anggota primer yaitu
petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan perusahaan retail yang menjual
pepaya kepada konsumen. Risiko yang dikaji adalah berbagai macam risiko
operasional, karena berhubungan langsung dengan proses rantai pasok Pepaya
Callina dan buah Naga.

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan, dapat
terlihat bahwa permintaan konsumen terhadap komoditas buah belum dapat

5
dipenuhi secara optimal. Hal tersebut diindikasikan dengan tingginya nilai impor
dibandingkan dengan nilai ekspor dari masing-masing komoditas buah. Alat
analisis yang digunakan dalam menilai risiko pada Rantai Pasok Produk buah
Naga dan Pepaya Callina adalah ANP dan FMEA untuk melihat prioritas dari
berbagai macam kemungkinan risiko yang terjadi dan menentukan langkah
mitigasi dengan pendekatan sustainable risk management. Dengan konsep
sustainable risk management diharapkan produsen komoditas buah tropika
diharapkan dapat meningkatkan daya saing komoditas tersebut secara
berkelanjutan, serta berkurangnya nilai impor dari komoditas hortikultura yang
sebenarnya mampu untuk diproduksi dan dikembangkan di Negeri sendiri.
Diagram alir penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
Permintaan konsumen yang tidak terpenuhi secara optimal
terhadap komoditas Buah, dengan indikasi nilai impor buah
yang tinggi.
Identifikasi faktor dan sumber risiko di setiap anggota rantai pasok pada
komoditas buah tropika ( Studi Kasus : Pepaya Callina dan buah Naga)

Pembobotan dan perbandingan
risiko dalam setiap rantai pasok

Penilaian tingkat keparahan, tingkat
kejadian dan kemampuan untuk
mendeteksi risiko

Analitycal Network
Process (ANP)

Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA)

Integrasi ANP dan
Weighted FMEA

Mengetahui jenis dan letak risiko yang dominan terjadi pada masing-masing rantai pasokan

Melakukan perbandingan tingkat risiko yang terjadi pada komoditas Pepaya Callina dan
buah Naga

Rekomendasi langkah-langkah strategis mitigasi risiko dengan pendekatan
Sustainable Risk Management pada rantai pasok buah Tropika Indonesia

Gambar 3 Diagram Alir Penelitian

6
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Januari – April 2014. Pengambilan data
dilakukan melalui wawancara pakar yang bergerak di bidang Pepaya Callina dan
buah Naga, Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB serta Sabila Farm - Yogyakarta.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder
diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang
relevan serta dari berbagai sumber, seperti Biro Pusat Statistik, Departemen
Pertanian, Pusat Kajian Hortikultura dan Pihak-pihak lain yang relevan.
Sedangkan data primer diperoleh melalui beberapa cara yaitu obeservasi lapangan,
pengisian dua jenis kuisioner, yaitu kuisioner ANP dan FMEA yang terlampir
pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Struktur hierarki yang terdapat dalam kuisioner
dinilai oleh beberapa ahli dalam bidang Pepaya Callina dan Buah Naga
(Akademisi : Seorang Professor yang ahli dalam bidang Hortikultura, Peneliti :
dua orang peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura, dan Praktisi :pemilik usaha
budidaya Pepaya Callina dan buah Naga, Petani Pepaya Callina dan Manajer
Pasokan dari salah satu Wholesaler dan Retail di Kota Bogor).
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling dimana
pengumpulan informasi dan pengetahuan dari pakar menggunakan metode
purposive sampling untuk menentukan pakar yang dilibatkan dalam penelitian.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah
kesesuaian pendidikan pakar, pengalaman pakar dan track record kepakarannya.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang (Aini 2013). Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini, sehingga dapat
diperoleh gambaran karakteristik responden, aspek-aspek yang terkait dengan
risiko operasional yang terjadi pada rantai pasok Pepaya Callina dan dibandingkan
dengan buah Naga.
Analytical Network Process (ANP)
ANP merupakan alat analisis yang mampu merepresentasikan tingkat
kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan hubungan ketergantungan
baik antar kriteria maupun subkriteria (Saaty 2005). Tahapan pertama yang
dilakukan dalam ANP adalah mendefinisikan masalah dan menentukan kriteria
solusi yang diinginkan dan menentukan pembobotan dari sudut pandang

7
manajerial. Kriteria penilaian dalam perbandingan yang dilakukan secara
berpasangan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2Nilai intensitas kepentingan dalam perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
3
5
7
9
2, 4, 6, 8

Penjelasan
Kedua kriteria mempunyai kontribusi yang sama dalam mencapai tujuan
Berdasarkan pengalaman dan penilaian terdapat salah satu faktor yang
sedikit lebih berpengaruh daripada yang lain
Berdasarkan pengalaman dan penilaian terdapat salah satu faktor yang lebih
kuat pengaruh daripada yang lain
Faktor tersebut sangat kuat berpengaruh dan mendominasi dibandingkan
yang lain
Faktor tersebut mutlak mempunyai pengaruh yang paling kuat diantara
faktor yang lain
Digunakan untuk mewakili suatu nilai yang berada diantara prioritas yang
telah dijelaskan diatas

Sumber : Saaty (2005)

Eigen Vector kemudian dihitung dari semua matris perbandingan ang
menggambarkan kontribusi atau pengaruh pada setiap cluster, hingga terbentuk
sebuah cluster matrix. Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat,
maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus persamaan (1) :
�� = � max �............................................. (1)

Unweighted super matriks dibuat dengan cara memasukan semua eigen
vektor yang telah dihitung pada tahap sebelumnya kedalam sebuah supermatriks.
Membuat weighted super matriks dengan cara melakukan perkalian setiap isi
weighted super matriks terhadap matriks perbandingan kriteria (cluster matriks).
Konsep super matriks hampir sama dengan proses rantai markov. Untuk
mendapatkan suatu nilai prioritas, vektor prioritas lokal dimasukan dalam kolom
yang sesuai dari cluster matriks. Setiap matriks merupakan hubungan antara dua
Cluster dalam berkontribusi untuk menjawab pertanyaan yang diinginkan.
(Gorener 2012). Super matriks digambarkan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Supermatrix (Saaty 2005)

8
Dalam memeriksa konsistensi, rasio inconsistensy maksimal adalah 0.1. Jika
lebih dari 0.1 maka data dianggap tidak konsisten, sehingga harus dilaksanakan
revisi pendapat. Cara menghitung Consistensy Index (CI) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2) :

�� =

� max − �
�−1

.....................................................(2)

Dalam penelitian ini, digunakan software Superdecison 2.2.6 sebagai alat
bantu dalam menyelesaikan perhitungan ANP. Angka-angka yang diperoleh dari
hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi
saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster diturunkan
menjadi suatu supermatriks. Dari super matriks tersebut akan didapatkan hasil
akhir yang akan menunjukan elemen mana yang lebih besar kontribusinya
berdasarkan bobot yang telah ditentukan sebelumnya.
Weighted Failure Mode Analysis (WFMEA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah sebuah teknik
menganalisa yang mengkombinasikan antara teknologi dan pengalaman dari
orang dalam mengidentifikasi penyebab kegagalan dari produk atau proses dan
perencanaan untuk penghilangan penyebab kegagalannyan (Huang et al. 2011).
Proses detail melakukan FMEA dapat dibagi menjadi beberapa langkah sebagai
berikut (Badariah 2011):
1. Identifikasi fungsi sistem atau proses dan bentuk sebuah struktur hierarki,
dengan membagi sistem atau proses menjadi beberapa subsistem atau
fungsi proses.
2. menentukan mode kegagalan dari setiap komponen dan dampaknya.
Memberikan nilai tingkat keparahan/severity (S) dari masing-masing mode
kegagalan masing-masing sesuai dengan efek pada sistem.
3. Menentukan penyebab kegagalan dan memperkirakan kemungkinan setiap
kegagalan terjadi. Tentukan tingkat terjadinya/occurence (O) dari masingmasing mode kegagalan sesuai dengan kemungkinan terjadinya.
4. Identifikasi pendekatan untuk mendeteksi kegagalan dan mengevaluasi
kemampuan sistem untuk mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan
terjadi. Tentukan tingkat deteksi/detection (D) dari masing-masing mode
kegagalan.
5. Menurut Chen (2007), penilaian FMEA secara umum dilakukan dengan
menggunakan nomor prioritas risiko/risk priority number (RPN). RPN adalah
hasil perkalian dari peringkat keparahan/severity (S), kejadian/occurrance
(O), dan deteksi/detection (D) yang dihitung dengan persamaan (3).
RPN = S x O x D………………..…………… (3)
6. Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung
pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Nilai
output variabel yaitu WRPN yang dihitung dengan menggunakan Persamaan
4, digunakan untuk mewakili prioritas pada tindakan koreksi, yang
dikategorikan ke dalam lima kelas interval yang digambarkan dalam Tabel 3.

9

WRPNn = Si x Oi x Di x f(Wi) = RPNn x f(Wi) …………… (4)
Tabel 3Kategori Risiko berdasarkan WRPN
Nilai Output

Kategori Resiko

1-50
50-100
100-150
150-200
200-250

Sangat Rendah
Rendah
Menengah
Tinggi
Sangat Tinggi

Pengendalian
resiko
Menerima
Menerima
Menghindari
Mitigasi
Mitigasi

Sumber : The Chatered Quality Institute

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sabila Farm
Sabila Farm merupakan perkebunan yang terletak di kaki Gunung Merapi
di Kaliurang, Yogyakarta dengan ketinggian 500 meter diatas permukaan laut.
Bapak Gunung Soetopo dan istrinya Ibu Elly Mulyati merupakan pemilik dari
Sabila Farm. Keduanya merupakan alumni dari Institut Pertanian Bogor. Sabila
Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi komoditas
hortikultura, khususnya buah. Buah yang di produksi di Sabila Farm diantaranya
adalah Pepaya Calina, buah Naga, Sarikaya, Sirsak, dan Jambu Kristal. buah Naga
dan Pepaya Callina mulai ditanam pada tahun 2005. Jenis buah Naga yang
dibudidayakan adalah buah Naga Merah dan buah Naga Putih. Sabila Farm terdiri
atas 3 kebun, yaitu SF 1 (Sabila Farm 1) yang berlokasi di Dusun Kertodadi
Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang dibangun sejak tahun
2005 dan SF 2 serta SF 3 yang berlokasi di Dusun Wonogiri Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang masing-masing dibangun pada tahun 2010
dan 2012.
Sabila Farm merupakan salah satu perintis dari penanaman komersial buah
Naga di Indonesia. Sabila Farm sering mengikuti ajang kontes dan pameran buah
tropika di tingkat Internasional, serta telah menjalin kerjasama dengan kementrian
pertanian di Yordania. Selain itu, Sabila Farm juga menyediakan jasa pelatihan
tentang pertanian. Tidak hanya belajar dikelas, peserta pelatihan juga
melaksanakan praktik langsung di kebun. Materi yang disampaikan diantaranya
adalah : Bertani secara organik, Budidaya buah Naga, Budidaya Pepaya Callina,
Budidaya Sirsak, Budidaya Sarikaya, Manajemen Pertanian, serta Pemasaran
produk pertanian. Visi dari Sabilla Farm adalah meningkatkan kualitas dan
kuantitas komoditas buah tropika dan meingkatkan pengetahuan masyarakan
mengenai pertanian. Misi dari Sabila Farm adalah memperluas lahan untuk
menanam komoditas buah unggulan, mengaplikasikan teknologi budidaya dan
pasca panen secara tepat dan handal, serta mengadakan pelatihan untuk
masyarakat dan memfasilitasi penelitian untuk berperan serta dalam memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian di Indonesia.

10
Pepaya Callina
Pepaya memiliki berbagai macam keunggulan, diantaranya mampu berbuah
sepanjang tahun, tidak membutuhkan lahan yang luas dan cepat berproduksi.
Pepaya Callina termasuk pepaya favorit konsumen di kelasnya. Selain itu,
keseragaman bentuk dan ukuran buah juga merupakan keunggulan dari varietas
IPB-9. Ketika tinggi pohon Pepaya Callina belum mencapai satu meter, usianya
baru 8 bulan, pohon Pepaya Callina sudah bisa menghasilkan puluhan buah lezat
siap panen dan siap dipasarkan. Daging buah berwarna jingga kemerahan dan
bertekstur renyah dengan rasa yang cukup manis. Pepaya Callina berbunga pada
umur empat bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan, sedangkan buahnya dapat
dipanen pada umur 180 hari setelah berbunga (Sujiprihati et al. 2010). Buah dan
Pohon dari Pepaya Callina dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.Buahdan Pohon Pepaya Callina (IPB-9) (Sabila Farm 2014)
Buah Naga
Buah Naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Tiga spesies buah Naga yang umum terdapat di Indonesia adalah buah Naga
merah dengan daging buah putih (Hylocereus undatus), buah Naga kulit merah
dengan daging buah merah (Hylocereus polyhirzus). Dua spesies lainnya yang
dijumpai dalam jumlah yang relatif sedikit adalah buah Naga kulit merah dengan
daging buah merah keunguan (Hylocereuscostaricencis) dan buah Naga kuning
(Celenicerius megalanthus) yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Hylocereus undatus

Hylocereus polyhirzus

Celenicerius megalanthus
Hylocereus costaricencis
Gambar 6 Buah Naga dan keempat jenisnya (Sabila Farm 2014)

11
Manajemen Risiko Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok (supply chain management) produk pertanian
mewakili pengelolaan keseluruhan proses produksi hingga distribusi produk
sampai ditangan konsumen. Selain lebih kompleks, rantai pasok produk pertanian
juga bersifat probabilistik dan dinamis. Hal ini terjadi karena produk pertanian
bersifat mudah rusak, proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung
musim, hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, dan produk
pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani
(Marimin dan Maghfiroh 2010). Risiko didefinisikan sebagai hasil dari kejadian
yang berpengaruh negatif yang mempunyai kemungkinan terjadi dan menghasilkan
sejumlah kerusakan (March and Shapira 1987). Sedangkan dalam kamus besar bahasa
Indonesia, risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan
perusahaan. Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai: kerusakan yang
mempunyai kemungkinan terjadi yang disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah
perusahaan pada rantai pasok atau lingkungannya sehingga menimbulkan pengaruh
negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok
(Kersten, Hohrath, dan Böger 2007).
Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga
Struktur rantai pasok Pepaya Callina, buah Naga dan produk pertanian
pada umumnya memiliki keunikan karena tidak selalu mengikuti urutan suppliermanufaktur-distributor-retail-pelanggan. Petani dapat langsung menjual hasil
pertaniannya ke pasar selaku retail, sehingga telah memutus rantai pelaku
tengkulak, manufaktur, dan distributor. Manufaktur juga tidak harus memasok
produk lewat distributornya ke retail, tapi bisa langsung ke pelanggan. Pelanggan
di sini biasanya merupakan pelanggan besar, seperti hotel, rumah sakit atau
restoran. Gambaran rantai pasok Pepaya Callina dan buah Naga dapat dilihat pada
Gambar 7.
Pengumpul
Pedagang
Besar

Petani

Pengecer

Konsumen

Keterangan :
Aliran produk
Aliran uang
Aliran informasi

Gambar 7 Rantai Pasok Produk Pepaya Callina dan buah Naga
Peran Petani adalah sebagai produsen dari kedua komoditas buah, aktifitas
yang dilakukan mencakup seluruh kegiatan produksi hingga pasca panen. Petani
harus mempunyai pengetahuan dan menguasai teknik budidaya masing-masing
komoditas buah. Risiko yang sering dialami oleh Petani pada kedua komoditas
buah tersebut adalah serangan hama dan penyakit dari tanaman, atau tidak

12
berbuahnya tanaman karena terdapat suatu penyebab, misalnya kekurangan unsur
hara atau faktor lingkungan seperti kondisi tanah, intensitas cahaya matahari dan
musim yang sedang berlangsung. Risiko yang sering dihadapi oleh pedagang
pengumpul atau kolektor adalah rendahnya mutu buah, atau ketidakseragaman
kualitas dari buah. Dari sisi distributor (pedagang besar dan pengecer) risiko yang
dihadapi adalah turunnya mutu buah karena penyimpanan dan risiko karena
pengangkutan di samping kendala transportasi dan distribusi ke pihak konsumen.
Identifikasi Risiko Rantai Pasok Pepaya Callina dan buah Naga
Berdasarkan hasil studi literatur dan penelitian sebelumnya, serta hasil
diskusi dengan beberapa pakar maka diperoleh kerangka ANP untuk
mengidentifikasi risiko rantai pasok komoditas Pepaya Callina dan buah Naga.
Struktur ANP tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 8.

1.
2.
3.
4.

Masalah
Peningkatan Kualitas
Peningkatan Produktivitas
Jaminan Kontinuitas Pasokan
Peningkatan Pendapatan

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Aktor
Petani
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pengecer

Faktor Risiko
Risiko Kualitas
Risiko Produksi
Risiko Harga
Risiko Pasokan
Risko Transportasi
Risiko Lingkungan

Gambar 8 Struktur ANP diolah dari Saaty (2005)
Struktur ini terdiri dari 3 cluster:
1. Cluster Masalah : Permasalahan manajemen risiko rantai pasok Pepaya
Callina dan Buah Naga yang menjadi perhatian dalam kajian ini adalah:
Peningkatan kualitas, peningkatan produktivitas, jaminan kontinuitas
pasokan, serta peningkatan pendapatan.
2. Cluster Risiko : Alternatif faktor risiko yang teridentifikasi dari hasil
interview mendalam dengan pakar dan hasil studi literaturadalah risiko
kualitas, produksi, harga, pasokan, transportasi dan lingkungan.
3. Cluster Aktor : Aktor yang berperan dalam rantai pasok terdiri dari: Petani,
Pedagang Pengumpul, Pedagang Besar, dan Pengecer
Permasalahan Manajemen Risiko Rantai Pasok Pepaya dan buah Naga
a.

Peningkatan Kualitas
Produsen harus menghasilkan buah yang sesuai dengan standar yang diakui
oleh semua pihak untuk menjamin kepuasan konsumen. Untuk mengukur kualitas
dari buah segar, standar yang dapat digunakan adalah Standar Nasional Indonesia

13
pada tingkat nasional, ASEAN Standard pada tingkat Asia Tenggara, dan CODEX
Alimentarius Standard untuk perdagangan internasional.
Saat ini ketiga standar tersebut telah diharmonisasikan sehingga buah yang
memenuhi kriteria SNI diharapkan sudah memenuhi ASEAN Standard dan
CODEXAlimentarius Standard. Untuk perdagangan buah, standar minimum yang
dituntut sebagai berikut (Sobir 2013) :
1. Buah utuh dengan penampilan buah segar dan padat (firm)
2. Bebas dari aroma dan rasa asing
3. Layak konsumsi
4. Bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak
5. Bebas dari hama dan penyakit dan Bebas dari memar
6. Bebas dari kerusakan akibat kenaikan suhu
7. Bebas dari kelembapan lingkungan yang abnormal
8. Panjang tangkai buah tidak lebih dari 3 cm
Berdasarkan mutunya, buah pepaya yang diperdagangkan segar dibagi
menjadi 3 kelas, yaitu kelas super, kelas A dan kelas B. Pembagian kelas ini
didasarkan pada kualitas buah yang disesuaikan dengan ciri masing-masing
varietas dan banyaknya kerusakan yang terdapat pada buah tersebut. Ketentuan
kelas buah pepaya disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Ketentuan kelas buah
Kelas
Super

A

B

Kriteria Mutu
Buah dengan mutu paling baik, yaitu mencerminkan ciri varietas atau tipe
komersial, bebas dari kerusakan, kecuali kerusakan sangat kecil yang tidak
mempengaruhi mutu dan penampilan buah secara umum.
Buah bermutu baik , yaitu mencerminkan ciri varietas atau tipe komersial
dengan kerusakan kecil yang diperbolehkan sebagai berikut :
-Sedikit penyimpangan dan kerusakan pada bentuk buahseperti memar
akibat benturan, terbakar sinar matahari, atau kena getah.
- Total kerusakan tidak lebih dari 10% dari luas permukaan kulit dan tidak
mempengaruhi daging buah.
Buah bermutu baik, yaitu mencerminkan ciri varietas atau tipe komersial
dengan kerusakan yang diperbolehkan sebagai berikut :
- Penyimpangan pada bentuk dan warna
- Kerusakan di kulit buah, seperti memar akibat benturan, terbakar sinar
matahari dan atau kena getah.
- Sedikit bekas serangan hama dan penyakit.
- Total kerusakan maksimum 15% dari luas permukaan kulit dan tidak
mempengaruhi daging buah.

Sumber : Sobir 2013

Berdasarkan Tabel 4, ternyata terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan predikat kelas buah dengan kualitas prima. Terdapat pula batas
toleransi kelas mutu buah yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Ketentuan toleransi mutu buah
Kelas
Super

Kriteria Mutu
Batas toleransi mutu kelas super yang diperkenankan tidak memenuhi
ketentuan mutu , yakni maksimum 5% dari jumlah atau bobot buah tetapi
masih termasuk kedalam kelas A

14
Kelas
A

B

Kriteria Mutu
Batas toleransi mutu kelas A yang diperkenankan tidak memenuhi
ketentuan mutu, yakni maksimum 10% dari jumlah atau bobot buah, tetapi
masih termasuk dalam kelas B.
Batas toleransi mutu kelas B yang diperbolehkan tidak memenuhi
ketentuan mutu, yakni maksimum 10% dari jumlah atau bobot buah, tetapi
masih memenuhi persyaratan minimal.

Sumber : Sobir 2013

Khusus untuk buah Naga, klasifikasi kelas ditambahkan dengan kriteria
bobot buah, yaitu kelas super dengan bobot lebih dari 0.7 kg, kelas A dengan
bobot 0.5 kg – 0.7 kg, dan kelas B 0.35 kg – 0.5 kg dengan kadar gula 10°-11°
brix.
b. Peningkatan Produktivitas
Peluang pasar, baik untuk buah pepaya maupun buah Naga masih terbuka
lebar, mengingat suplainya saat ini terbilang kurang, terutama buah Naga yang
belum banyak dibudidayakan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur untuk kesehatan menjadi salah satu
indikasi bahwa seiring dengan berjalannya waktu permintaan akan terus
bertambah dan bertambah. Lingkungan tropis juga memberikan keuntungan
tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan buah Naga dan Pepaya Calllina.
Saat ini masih terdapat 12.4 juta hektar lahan yang belum dimanfaatkan termasuk
lahan sub optimal (Kementrian Pertanian 2009).
c. Jaminan Kontinuitas Pasokan
Jaminan kontinuitas pasokan dipengaruhi oleh ketersediaan dan waktu
panen dari buah.Pepaya merupakan salah satu dari komoditas yang mulai dari
tahun 2013 dilarang untuk diimpor oleh pemerintah.Kebijakan tersebut tertulis
dalam Peratuan Menteri Pertanian No. 60 Tahun 2012 tentang Rekomendasi
Impor Hortikultura dan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60 tahun
2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Terdapat 6 jenis buah yang
dilarang untuk diimpor ke Indonesia dan salah satunya yaitu buah pepaya.Hal
tersebut perlu diimbangi dengan jaminan kontinuitas pasokan dari sentra-sentra
produksi pepaya dalam negeri, dan menjadi peluang yang sangat besar bagi petani
pepaya untuk terus mengembangkan kualitas serta kuantitas dari Pepaya lokal
untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Data volume dan nilai ekspor-impor
buah pepaya, disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 9.
Ekspor 40,000
30,000
20,000
10,000
0

Impor

2012

2013

Volume (Ton)

25,328

25,836

Nilai (US$)

29,490

33,732

40,000
30,000
20,000
10,000
0

Volume (Ton)

20
12

20
13

25,328

25,836

Gambar 9 Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor Buah Pepaya Indonesia (Departemen Pertanian
2014)

15
Dari Gambar 9, kita dapat melihat bahwa nilai dan Volume Pepaya yang
diimpor pada tahun 2012 masih sangat tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor
dari komoditas Pepaya. Larangan impor pada tahun 2013 direspon positif oleh
Petani Pepaya dengan menunjukan tingkat produksi yang meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data mengenai produksi Pepaya di
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 10.
1,020,000

Produksi (ton)

1,000,000
980,000
960,000
940,000
920,000
900,000
Jumlah Produksi

2011

2012

2013

958,251

942,215

1,006,494

Gambar 10 Data Produksi Buah Pepaya Nasional (Departemen Pertanian 2014)

Peningkatan produksi belum cukup mampu untuk meningkatkan nilai
ekspor secara signifikan antara sebelum dan sesudah kebijakan tersebut berlaku.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas dan kualitas dari
Pepaya Callina ini, agar kontinuitas pasokan tetap terjaga serta menghasilkan
surplus yang lebih banyak untuk meningkatkan jumlah ekspor dari Pepaya.
Berbeda dengan kondisi komoditas buah Naga yang masih tergolong baru
dibudidayakan oleh Petani Indonesia, impor masih mendominasi hingga 60-80%
untuk memasok permintaan konsumen dalam negeri. Walaupun belum memenuhi
kebutuhan dalam negeri, buah Naga juga telah diekspor ke mancanegara,
walaupun masih dengan jumlah yang sangat terbatas. Data mengenai volume serta
nilai ekspor dan impor buah Naga disajikan pada Gambar 11.
Ekspor

15,000
10,000
5,000
0

Volume (Ton)
Nilai (ribu
US$)

Impor

2012

2013

7,820

14,176
7,922

2,867

15,000
10,000
5,000
0

2012

2013

Volume (Ton)

13,921

11,073

Nilai (Juta
US$)

11,790

10,851

Gambar 11 Data Volume dan Nilai Ekspor-Impor buah Naga Indonesia (Departemen
Pertanian 2014)

Dapat dilihat pada Gambar 11, terlihat perbedaan yang sangat signifikan
antara volume dan nilai ekspor dengan volume dan nilai impor. Volume impor
lebih tinggi dibandingan dengan ekspor. Hal tersebut menggambarkan bahwa
produksi buah Naga Indonesia masih sangat minim, jauh dari tingkat permintaan
konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri.

16
d. Peningkatan Pendapatan
Permasalahan peningkatan pendapatan dalam rantai pasok Pepaya Callina
dapat dilihat dari persentasi margin yang didapatkan oleh masing-masing anggota
rantai pasokan. Perbandingan margin harga pada rantai pasok Pepaya Calina
disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan margin harga pada rantai pasok Pepaya Callina (Rupiah).

Buah Pepaya
Callina
Biaya/Kg
Harga Jual/Kg
Margin/Kg
% Margin Total

Petani

Pengumpul

875
2 500
1 625
15.29%

2750
5 000
2 250
21.17%

Pedagang
Besar
5250
7 000
1 750
16.47%

Retail
7000
12000
5000
47.05%

Dapat dilihat dari Tabel 6, pada rantai pasokan Pepaya Callina margin yang
diterima oleh petani hanya sebesar 15.29% dari margin total, sementara yang
diterima oleh retail cukup tinggi yaitu sebesar 47.05%. Hal tersebut
mengindikasikan permasalahan peningkatan pendapatan yang cenderung tidak
merata. Terjadi kesenjangan pendapatan antara pihak retail dan petani sebagai
produsen dari komoditas buah Pepaya.
Sementara itu, perbandingan margin harga pada rantai pasok buah Naga dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Perbandingan margin harga pada rantai pasok buah Naga (Rupiah).

Buah Naga

Petani

Pengumpul

Biaya/Kg
Harga Jual
Margin
% Margin Total

5 150
15000
9 850
30.30%

15250
20 000
4 900
15.07%

Pedagang
Besar
20250
26 000
5 750
17.69%

Retail
26000
38000
12 000
36.92%

Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa pendapatan masingmasing anggota rantai pasok pada buah Naga cenderung lebih merata
dibandingkan dengan Pepaya Callina. Jika dilihat dari harga jual dan permintaan
yang cukup tinggi, komoditas buah Naga memiliki potensi untuk meningkatkan
pendapatan pada masing-masing anggota rantai pasok. Berbagai macam risiko
pada rantai pasokan yang menyebabkan kualitas dan kuantitas buah-buahan di
Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan preferensi konsumen dan jumlahnya
belum dapat memenuhi kebutuhan dari pasar. Sehingga, hal tersebut berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota rantai pasok .
Berdasarkan hasil kuesioner pakar dengan menggunakan Analytic Network
Process (ANP) diperolah perbandingan berpasangan antara masalah dalam rantai
pasok dan akan dilihat yang memiliki pengaruh yang paling besar. Hasil
pengolahan prioritas pada ANP disajikan dalam Gambar 12.

17

Peningkatan Produktivitas
Peningkatan Pendapatan
Buah Naga
Peningkatan Kualitas

Pepaya Callina

Jaminan Kontinuitas
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

Gambar 12 Hasil perbandingan bobot masalah rantai pasok

Hasil pengolahan prioritas pada Gambar 12, menunjukan bahwa peningkatan
pendapatan di setiap anggota rantai pasok merupakan prioritas utama dalam
permasalahan rantai pasok Pepaya Callina, yaitu sebesar 0.371. Sedangkan, pada
rantai pasok buah Naga, permasalahan utama yang menjadi prioritas adalah
jaminan kontinuitas pasokan, dengan nilai bobot prioritas permasalahan sebesar
0.331.
Faktor Risiko dalam Rantai Pasok
Berdasarkan penelitian terdahulu serta melalui observasi dan diskusi
dengan pakar, pada penelitian ini di identifikasi terdapat enam jenis risiko, yaitu :
1. Risiko kualitas, merupakan risiko yang diakibatkan oleh kesalahan atau
kurangnya pengetahuan tentang teknik budi daya serta pemeliharaan
buah, dan penanganan pasca panen yang tidak sesuai prosedur.
2. Risiko produksi, merupakan risiko yang diakibatkan oleh proses
produksi buah, mulai dari pemilihan benih hingga pembudidayaan,
lokasi penanaman (terkait cuaca, iklim, pH, altitude, suhu, angin, curah
hujan dan kelembapan), serangan dari hama dan penyakit, penentuan
waktu tanam dan penyediaan benih yang menyebabkan berkurangnya
jumlah buah yang dihasilkan.
3. Risiko harga, diakibatkan oleh fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh
harga produk pesaing, kondisi pasokan, dan nilai tukar rupiah.
4. Risiko pasokan, diakibatkan oleh keberagaman mutu pasokan, loyalitas
pemasok, waktu panen, dan yang berpengaruh terhadap jumlah
ketersediaan pasokan.
5. Risiko transportasi, risiko yang diakibatkan oleh infrastruktur yang
belum memadai, jarak angkut yang jauh, kondisi dan jenis kemasan,
serta penentuan tata letak penyimpanan buah dalam kendaraan.
6. Risiko lingkungan, yaitu risiko yang diakibatkan oleh bencana alam,
kebijakan pemerintah, kondisi sosial, budaya, dan politik.
Hasil pengolahan data yang didapatkan berdasarkan hasil survei pakar
dengan menggunakan kuisioner ANP untuk mengetahui risiko yang menjadi
prioritas utama pada masing-masing rantai pasok disajikan pada Gambar 12.

18

Risiko Transportasi
Risiko Produksi
Risiko Pasokan
Pepaya Callina
Risiko Lingkungan

Buah Naga

Risiko Kualitas
Risiko Harga
0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

Gambar 13Hasil perbandingan bobot risiko rantai pasok

Hasil pengolahan untuk mengetahui prioritas dan risiko yang paling
berpengaruh secara keseluruhan, pada Pepaya Callina adalah risiko produksi,
dengan nilai prioritas tertinggi yaitu sebesar 0.225, sementara pada rantai pasok
buah Naga, risiko yang memiliki nilai prioritas tertinggi adalah risiko pasokan
dengan nilai 0.200.
Pepaya Callina menuntut penanganan penyakit antraknosa yang lebih
intensif. Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang disebabkan oleh
cendawan (Colletotrichum goleosporoides). Serangan antraknosa menyebabkan
kerusakan berat di buah muda, daun tua, pelepah daun, bahkan batang tanaman.
Akibatnya, pepaya gagal panen bahkan mati. Penyakit tersebut sangat mudah
menular dari satu kebun ke kebun lain, sehingga menyebabkan hasil produksi
turun drastis. Jika produksinya rendah, maka jumlah pasokan akan berkurang dan
jumlah keuntungan yang diterima oleh setiap rantai pasok akan menurun.
Secara umum, buah Naga merupakan salah satu tanaman yang tidak rentan
terhadap serangan hama atau penyakit. Selain kulitnya yang tebal yang mampu
melindungi buah serta tekstur sulur yang berduri, menjadi pertahanan yang cukup
ampuh untuk serangan hama. Namun, karena permintaan terhadap buah Naga
cukup banyak, namun yang membudidayakan masih sedikit, hal tersebut
menjadikan risiko pasokan menjadi prioritas utama. Karena penyebab utama dari
tidak tersedianya jaminan atas kontinuitas pasokan yang stabil adalah jumlah
pasokan yang tidak memadai.
Analisis Risiko Anggota Rantai Pasok
Analisis risiko rantai pasok membantu untuk memahami posisi anggota
pada rantai pasok untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Risiko
diidentifikasi berdasarkan penilaian pada perbandingan berpasangan antara
alternatif risiko terhadap masing-masing anggota rantai pasok.

19
a. Petani
Hasil pengolahan prioritas risiko pada Petani Pepaya Callina dan Petani buah
Naga adalah risiko produksi, dengan nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar
0.323 untuk pepaya Callina dengan nilai CI sebesar 0.06148 (penilaian konsisten,
karena nilai CI < 0.1) dan sebesar 0.290 pada buah Naga (CI=0.0689). Petani
selaku produsen dari Pepaya Callina dan buah Naga memiliki peran yang sangat
signifi