Kebijakan Bursa Komoditi Dan Derivatif Indonesia Terhadap Ekspor Timah

KEBIJAKAN BURSA KOMODITI DAN DERIVATIF
INDONESIA TERHADAP EKSPOR TIMAH

R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia terhadap Ekspor Timah (2009-2013)
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
R. Ayu Anindhia Puspha Sari
NIM H14110020

ABSTRAK
R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI. Kebijakan Bursa Komoditi dan Derivatif
Indonesia terhadap Ekspor Timah. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.
Indonesia merupakan produsen timah terbesar ke-2 di dunia setelah Cina
dan menguasai 26 persen dari jumlah produksi timah dunia. Komoditi timah
diperdagangkan di bursa berupa dokumen kontrak dengan mengacu pada harga
timah internasional seperti London Metal Exchange (LME). Akan tetapi, harga
acuan di LME sering mengalami fluktuasi harga yang besar. Pemerintah
kemudian memberlakukan Permendag nomor 32/M-DAG/PER/6/2013 tentang
kewajiban ekspor timah melalui bursa fisik sejak 30 Agustus 2013. Sesuai
kebijakan baru tersebut dibentuklah Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia
(BKDI) yang bertujuan agar Indonesia dapat menjadi acuan harga komoditi dunia
terutama timah sehingga tidak harus bergantung pada harga timah di LME. Oleh
sebab itu, perlu dianalisis bagaimanakah hubungan antara harga timah BKDI dan
LME dengan metode Granger Causality dan uji kointegrasi. Terdapat hubungan

dua arah yang signifikan dan hubungan jangka panjang antara harga timah LME
dan BKDI. Berdasarkan hasil analisis dengan Gravity Model diperoleh bahwa
kebijakan BKDI, volume ekspor, GDP negara tujuan, nilai tukar, dan populasi
berpengaruh terhadap nilai ekpor timah.
Kata kunci: BKDI, Ekspor timah, Granger Causality, Gravity Model

ABSTRACT
R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI. Indonesia Commodity and Derivatives
Exchange’s Policy on Tin Exports. Supervised by SRI MULATSIH
Indonesia is the second largest tin producer in the world after China and
controls 26 percent of total global output. Tin commodity traded on the exchange
floor in the form of contract documents by reference to the international tin prices
such as the London Metal Exchange (LME). However, prices in the LME
benchmark often experience large price fluctuations. The government then
enforces Regulation No.32/M-DAG/PER/6/2013 concerning the tin export
obligation through physical exchanges since August 30, 2013. Under the new
policy, Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) aims to make
Indonesia to become a world commodity reference price, so it does not have to
depend on the LME’s tin price. Therefore, it should be analyzed how the
relationship between price and LME tin ICDX with Granger Causality model and

Cointegration Test. There are significant two-way relationships and long-term
relationship between LME tin prices and ICDX. The analysis of Gravity Model
showed that the ICDX policy, exports volume, destination country’s GDP, the
exchange rate, and population affect the value of tin exports.
Keywords: ICDX, Granger Causality, Gravity Model, tin exports

KEBIJAKAN BURSA KOMODITI DAN DERIVATIF
INDONESIA TERHADAP EKSPOR TIMAH

R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah
perdagangan, dengan judul Kebijakan Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia
terhadap Ekspor Timah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik, antara lain kepada:
1. Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian
skripsi ini.
2. Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si. selaku dosen penguji utama yang telah
memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Muhammad Findi Alexandi, SE, M.E. selaku Komisi Pendidikan yang
telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi
ini.

4. Para dosen, staff, dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB
yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani
studi.
5. Orang tua penulis (R. Hotmir dan Risnasari) serta adik (Anggun Novia
Dwijayanti) atas doa, motivasi, dan dukungan moril maupun materiil
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman satu bimbingan Lita Rudoturahman, Mas Ayu Faradiah,
Siska Nurwulan, dan Marsella atas kerjasama, motivasi dan doa selama
proses penyelesaian skripsi.
7. Sahabat-sahabat penulis (Pristi Sukmasetya, Khairunnisa, Claudia, Sami,
Maya, Rabbani, Putu Gayatri, Cahyaning Rosy, Pristi Panggabean, Widya,
Hirza, dan Husnal) serta teman-teman ESP 48 atas kebersamaan, semangat,
bantuan dan motivasi selama menjalankan studi.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
R. Ayu Anindhia Puspha Sari


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

5


METODE PENELITIAN

21

Uji kointegrasi Johansen

22

Granger Causality Test

23

Metode Data Panel

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

27


Ekspor Timah Indonesia

27

Hubungan Jangka Panjang dan Kausalitas antara Harga Timah Bursa
Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal
Exchange (LME)

31

Analisis Pengaruh Kebijakan Ekspor Timah Melalui Bursa Komoditi dan
Derivatif Indonesia (BKDI) terhadap Ekspor Timah

34

SIMPULAN DAN SARAN

38


Simpulan

38

Saran

39

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

43

RIWAYAT HIDUP

57


DAFTAR TABEL
1 Kerangka identifikasi autokorelasi
2 Rata-rata produksi timah murni dunia per dekade (000 ton)
3 Hasil Unit Root Test
4 Hasil Uji kointegrasi Johansen
5 Hasil estimasi Granger Causality antara harga LME dan ICDX
6 Hasil estimasi Gravity Model nilai ekspor timah Indonesia

27
27
34
35
35
36

DAFTAR GAMBAR
1 Volume produksi timah batangan Indonesia periode 2008-2014
2 Perbandingan volume ekspor dan impor timah Indonesia ke dunia

periode 2004-2013
3 Kurva perdagangan internasional
4 Kerangka pikir konseptual

5 Rata-rata ekspor negara eksportir timah (HS 800110) ke dunia tahun
2009-2013
6 Ekspor timah (HS 800110) Indonesia ke dunia tahun 2004-2013
7 Ekspor timah (HS 800120) Indonesia ke dunia tahun 2004-2012
8 Ekspor timah (HS 800300) Indonesia ke dunia tahun 2004-2013
9 Rata-rata ekspor timah Indonesia (HS 800110) ke 6 negara importir
utama tahun 2008-2013
10 Rata-rata harga timah London Metal Exchange (LME) sebelum
Kebijakan BKDI diterapkan
11 Perbandingan harga timah sebelum dan sesudah Kebijakan BKDI
dilaksanakan

1
3
12
20
25
26
26
27
27
28
28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Top 10 produsen timah murni 2013-2014
2 Modal saham P.T. Timah (Persero) Tbk
3 Unit root test pada tingkat level
4 Unit root test pada tingkat first difference
5 Hasil uji kointegrasi Johansen
6 Hasil Granger Causality Test
7 Data untuk Gravity Model
8 Hasil uji Hausman
9 Hasil uji Chow
10 Hasil FEM
11 Hasil uji heteroskedastisitas
12 Hasil uji normalitas
13 Hasil uji multikolinearitas
14 Harga timah BKDI dan LME 30 Agustus 2013-31 Maret 2015 (US$)

43
43
43
44
45
45
46
47
47
48
48
49
49
50

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya logam
dan mineral, seperti emas, timah, tembaga, dan nikel. Indonesia juga merupakan
produsen timah terbesar ke-2 di dunia setelah Cina dan menguasai 26 persen dari
jumlah produksi timah dunia dengan cadangan timah yang menduduki peringkat
ke-5 atau sebesar 8.10 persen dari cadangan timah dunia. Produksi timah
Indonesia mencapai 100 000-120 000 ton per tahun dan hampir semuanya
diekspor keluar negeri, sedangkan yang diserap di dalam negeri hanya 5 persen
(Media Penilai 2013). Kebutuhan timah dunia saat ini mencapai 300 000 ton per
tahun dan negara-negara yang paling banyak mengkonsumsi timah adalah Cina,
Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara produsen elektronik. Indonesia pun
menghasilkan laba bersih Rp202.70 milyar pada semester pertama 2014 (P.T.
Timah 2015).
Timah Indonesia diproduksi sebagian besar oleh P.T. Timah yang
merupakan produsen timah terbesar ke-3 di dunia pada tahun 2014 menurut
International Tin Research Institute (ITRI) (Lampiran 1). Produksi timah mentah
Indonesia yang tinggi tidak sebanding dengan produksi timah batangan yang jauh
lebih rendah. Produksi timah batangan terus mengalami penurunan dalam periode
6 tahun seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Produksi timah tahun 2013
hanya mencapai 23 718 ton dan lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar
29 512 ton. Cadangan timah Indonesia pada tahun 2013 sebesar 259 432 ton yang
lebih rendah dari produksi timah tahun 2011 sebesar 387 967 ton.

Volume Produksi (ton)

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Sumber: P.T. Timah 2014
Gambar 1 Volume produksi timah batangan Indonesia periode 2008-2013
Ekspor timah termasuk salah satu komoditi yang berpengaruh besar terhadap
neraca perdagangan Indonesia, sekitar 90 persen produk logam timah diekspor ke
pasar global sehingga Indonesia menjadi salah satu pemasok timah terbesar di
pasar global. Ekspor timah Indonesia dilakukan di bursa timah dunia London
Metal Exchange (LME). Harga yang berlaku di LME sering mengalami fluktuasi
tajam (Gambar 10) dan pernah turun hingga Indonesia sebagai eksportir timah
terbesar melakukan moratorium ekspor pada Oktober 2011.

2
Moratorium tersebut diakukan bertujuan untuk meningkatkan harga timah di
pasar global dari sekitar US$21 000 per ton menjadi US$25 000 per ton berbeda
dengan LME yang menetapkan harga timah untuk 9 Desember 2011 sebesar
US$20 475 per ton atau semakin turun (Putri 2011). Fluktuasi harga timah bisa
mencapai 30 persen karena banyaknya spekulan yang bermain dengan dokumen
kontrak perdagangan timah. Stok timah di LME sering terjadi ketidaksesuaian
dengan data ekspor Kementerian Perdagangan seperti terjadi penurunan stok
timah karena disembunyikan oleh para spekulan.
Pemerintah kemudian menetapkan kebijakan khusus bagi perdagangan
timah, yang dilatarbelakangi oleh faktor timah sebagai sumber daya alam yang
unrenewable sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Sifat timah yang tidak dapat
diperbarui, jika bijihnya terlalu banyak diekspor maka berpengaruh besar terhadap
lingkungan khususnya degradasi lingkungan akibat eksploitasi dan eksplorasi
seperti penambangan ilegal di Bangka dan Belitung. Sepanjang 2006 cadangan
timah yang dimiliki Indonesia sebesar 900 000 ton. Cadangan yang dimiliki saat
ini hanya tersisa untuk 10 sampai 12 tahun ke depan apabila setiap tahunnya
diekspor sebesar 60 000 sampai 90 000 ton, (Solihin et al. 2014). Pemerintah
mengharapkan dapat memaskimalkan nilai ekspor maksimal dengan dampak
lingkungan yang dapat diminimalisasi.
Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 32/M-MDAG/PER/6/2013
tentang kewajiban ekspor timah yang diperdagangkan melalui bursa fisik timah
sejak 30 Agustus 2013 pun diterapkan. Kebijakan ini merupakan perubahan dari
Permendag Nomor 78/M-DAG/PER/2012 tentang Ketentuan Ekspor Timah.
Sesuai kebijakan baru tersebut dibentuklah bursa timah INATIN melalui Bursa
Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau secara global dikenal sebagai
Indonesia Comodity and Derivative Exchange (ICDX) yang bertujuan agar
Indonesia dapat berperan sebagai penentu harga komoditi dunia terutama timah.
Perdagangan timah langsung di bursa tersebut dapat mencegah terjadinya praktik
under invoice, meningkatkan penerimaan royalti, mencegah adanya praktik
perdagangan timah ilegal, serta meningkatkan daya saing timah Indonesia
(Bappebti 2013).
Pembentukan BKDI atau ICDX pada awalnya karena Pemerintah Indonesia
menyadari pentingnya sebuah sarana lindung nilai di Indonesia atas tata kelola
bisnis hasil produksi sumber daya alam sehinga harapan semua lapisan rakyat
Indonesia menjadi tuan di rumahnya sendiri dalam pengelolaan bisnis sumber
daya alam tersebut mejadi nyata. Hal tersebut menyebabkan keberadaan Bursa
Dagang Komoditi Indonesia pun semakin penting. Pada tahapan selanjutnya
Bursa Komoditi Indonesia mulai menawarkan sektor bisnis lainnya yakni, sektor
soft agri seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil), kopi dan coklat,
sektor logam seperti emas dan timah, dan sektor energi seperti batu bara dan
minyak bumi mentah (Agin 2015).
Transaksi perdagangan BKDI bukan hanya menguntungkan pengusaha, tetapi
juga mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan negara.
Pemerintah mendapatkan royalti sebesar 3 persen dari total ekspor timah selama
setahun dan ini sudah diatur dalam Undang-Undang. Sejumlah 3 persen royalti
dibagi lagi 20 persen untuk pusat, 16 persen Pemprov Bangka Belitung, 32 persen
kabupaten penghasil timah dan daerah di luar penghasil timah 32 persen.

3
Tercatat sampai November 2014, 22 perusahaan timah asal Provinsi Bangka
Belitung telah melakukan perdagangan timah di BKDI. Terdapat lima jenis
kontrak yang diperdagangkan di BKDI antara lain TINPB300, yaitu batas
maksimal unsur pengotor timbal (PB) sebesar 300 part per million (PPM). Selain
itu juga ada TINPB200, TINPB100, TINPB50 dan TIN4NINE dan kandungan
timah batangan yang diperdagangkan di bursa wajib memiliki kualitas dan
spesifikasi standar yang tinggi dengan kandungan stanum (Sn) sebesar 99.99
persen dengan satuan per lot untuk pasar timah ini yaitu 5 mton (Kemendag
2013).
Pembentukan BKDI dapat meningkatkan pendapatan para smelter timah
yang sebelumnya hanya US$19 795 per ton dan setelah adanya BKDI meningkat
sampai US$22 757 per ton (2 962 US$/ton) dan totalnya US$191.12 juta per ton
per 31 Oktober 2014 kemarin. Peningkatan pendapatan negara sebelum
terbentuknya BKDI hanya US$593.85 per ton, setelah ada BKDI kini menjadi
US$682.71 per ton (US$88.86 per ton) dengan total US$5.73 juta per ton
(Reportase Bangka 2014). Oleh sebab itu, dengan dibentuknya BKDI diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan ekspor Indonesia melalui komoditi timah secara
signifikan.

Perumusan Masalah
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 tahun 2014 tentang Ketentuan
Ekspor Timah sebagai revisi dari Permendag Nomor 32/M-DAG/PER/6/2013
berpotensi menimbulkan penyelundupan timah ilegal karena ekspor produk timah
murni bukan batangan, timah solder, serta timah paduan bukan solder harus
memiliki izin eksportir terbatas dan produk timah tidak murni tersebut dapat
diekspor tanpa harus melewati BKDI. Menurut estimasi ITRI, sebanyak 52 000
ton bijih timah yang ditambang dari Indonesia tidak dilaporkan secara resmi
hampir sama banyaknya dengan jumlah logam timah yang diproduksi oleh
Indonesia, yaitu 55 400 ton (P.T. Timah 2011).
180000
160000

Volume (ton)

140000
120000
100000
Volume
Ekspor

80000
60000

Volume
Impor

40000
20000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Sumber: Comtrade 2015
Gambar 2 Perbandingan volume ekspor dan impor timah Indonesia ke dunia tahun
2004-2013

4
Data Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan bahwa ekspor timah pada 2013 sampai 2014 mencapai 1.02 juta ton
sementara data negara pengimpor mencapai 1.33 juta ton. Hal ini berarti bahwa
ada selisih 301 800 ton yang diduga adalah ekspor timah secara ilegal oleh
oknum-oknum tertentu. Jumlah tersebut setara dengan nilai penjualan yang
mencapai US$4 368 miliar atau 50.12 triliun (Harian Ekonomi Neraca 2014).
Gambar 2 menunjukkan volume ekspor timah batangan dengan HS 800110 selalu
lebih rendah dari volume impor timah yang dilaporkan negara pengimpor. Tahun
2013 volume ekspor timah Indonesia ke dunia sebesar 88 441.47 ton sedangkan
data negara pengimpor mencapai 101 414.45 ton.
Masalah yang kemudian terjadi dalam BKDI adalah para pembeli dan
penjual tidak menemui kesepakatan yang sesuai antara harga jual dan beli.
Pergerakan harga timah tersebut tergantung penawaran dan permintaan (Nurtia
2013). Hal tersebut membuat nilai transaksi di bursa timah pada September 2014
turun sebesar 49.28 persen menjadi US$54.55 juta atau Rp656.94 miliar
dibandingkan dengan bulan sebelumnya senilai US$108.72 juta atau Rp1.30
triliun (Rianto 2014). Berdasarkan data BKDI, harga jual timah batangan per awal
Januari 2015 sebesar US$19 320 per ton. Harga ini jauh rendah jika dibandingkan
dengan harga jual timah batangan pada tahun 2014 yang mencapai lebih dari
US$23 000 per ton. Hingga akhir Desember 2014, produksi timah Indonesia
hanya 71 151 ton atau turun 19.10 persen dibandingkan dengan produksi 2013
sebanyak 88 000 ton.
Fluktuasi harga timah yang tajam serta harga timah yang semakin menurun
akibat penyelundupan ilegal membuat Indonesia harus melakukan strategi tertentu
untuk meningkatkan harga timah serta menjadi acuan harga bagi dunia. Kondisi
ini menunjukkan bahwa, analisis mengenai pengaruh kebijakan ekspor timah
melalui BKDI terhadap kinerja ekspor timah perlu dilakukan untuk mengetahui
mampu tidaknya kebijakan tersebut meningkatkan harga timah Indonesia di dunia
meningkatkan pendapatan ekspor timah, dan menekan penyelundupan ilegal.
Berdasarkan uraian masalah sebelumnya muncul beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu
1. Bagaimanakah hubungan kausalitas dan jangka panjang antara harga timah di
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal Exchange
(LME)?
2. Apakah kebijakan ekspor timah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif
Indonesia (BKDI) berpengaruh terhadap nilai ekspor timah?

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1. Menganalisis hubungan kausalitas dan jangka panjang antara harga timah di
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal Exchange
(LME).
2. Menganalisis pengaruh kebijakan ekspor timah melalui Bursa Komoditi dan
Derivatif Indonesia (BKDI) terhadap nilai ekspor timah.

5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang diharapkan dapat membantu
khalayak banyak, diantaranya adalah
1. Penelitian ini sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat menambah wawasan
serta pemahaman tentang perdagangan internasional pada ekspor timah
Indonesia bagi penulis.
2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai
kondisi ekspor timah Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada
pemerintah dalam upaya peningkatan efektivitas kebijakan perdagangan fisik
timah lewat bursa komoditi berjangka.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Cakupan penelitian terbatas pada 10 negara importir timah Indonesia yaitu
Amerika Serikat, Belanda, Cina, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Spanyol,
Thailand, dan Turki. Singapura dan Malaysia juga merupakan negara tujuan
utama eskpor timah Indoensia akan tetapi kedua negara tersebut tidak dimasukkan
dalam penelitian karena merupakan negara trader.Volume ekspor timah dengan
Harmonized System (HS) 800110 (tin not alloyed, unwrought) sesuai dengan
Permendag Nomor 44/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah yang mewajibkan
perdagangan timah dengan kode HS tersebut.
Periode analisis pengaruh kebijakan Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia
(BKDI) terhadap volume ekspor timah Indonesia yaitu dari tahun 2009 sampai
2013. Penggunaan data time series periode 30 Agustus 2013 sampai 31 Maret
2015 untuk harga timah (cash-settlement price) di London Metal Exchange
(LME) dan bursa Indonesia Commodity dan Derivative Exchange (ICDX).
Cakupan data tersebut digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan
jangka panjang antara harga LME dan BKDI.

TINJAUAN PUSTAKA
Profil Timah
Timah menurut Kuala Lumpur Tin Market adalah logam berwarna putih
perak dengan berat jenis 7.29 g/cm3 dan titik leleh 232 °C. Timah berkilau
cemerlang dan jika dipoles memiliki reflektifitas cahaya yang tinggi. Logam
timah tahan terhadap korosi dan dapat terpadu dengan baik dengan logam-logam
lainnya terutama tembaga (perunggu) dan timbal (solder). Timah juga dapat
bertahan dari bermacam kondisi udara dan banyak asam organik, termasuk yang
ditemukan dalam berbagai jenis makanan. Sifat fisik dan kimia timah termasuk
tahan korosi, non-toksisitas, pelumasan, kelenturan, alloyability dengan banyak
logam, titik leleh yang rendah, daktilitas, koefisien gesek yang rendah, solderbility,
tekanan uap yang rendah, kemampuan beradaptasi terhadap peracikan dan

6
pengolahan, pembasahan dan mengikuti potensial dan elektrodeposisi
kompatibilitas.
Timah yang merupakan logam ramah lingkungan biasa digunakan untuk
kaleng makanan dan tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kebanyakan
penggunaan timah putih untuk pelapis atau pelindung, dan paduan logam dengan
logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi timah putih dunia untuk
pelat menyerap sekitar 34 persen untuk solder 31 persen (Bappebti 2013). Mineral
yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit sebagai mineral utama, pirit,
kuarsa, zirkon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, kuprit,
senotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Mineral-mineral ikutan pada
bijih timah akan terpisahkan pada proses pengolahan, sehingga berpotensi
menjadi produk sampingan.

Ketentuan Ekspor Timah
Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) melaporkan, pemberlakuan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah
yang merupakan amandemen dari Permendag Nomor 32/2013. Timah yang diatur
dikelompokkan menjadi
1. Timah Murni Batangan, timah murni dengan kandungan stanum (Sn) paling
rendah 99.9 persen yang merupakan hasil dari kegiatan pengolahan dan
pemurnian bijih timah oleh smelter (Pos tarif/HS 8001.10.00.00).
2. Timah Murni Bukan Batangan, yaitu timah murni dengan kandungan stanum
(Sn) paling rendah 99.93 persen dalam bentuk selain batangan atau dalam
bentuk lainnya yang berbahan baku timah murni batangan (Pos tarif/HS
8001.10.00.00).
3. Timah Solder, yaitu timah paduan dengan kandungan stanum (Sn) paling tinggi
99.7 persen dalam bentuk batangan atau bentuk lainnya yang digunakan untuk
menyolder dan mengelas (Pos tarif/HS 8003.00.10.00, ex.8003.00.90.00,
ex.8311.30.90.10, ex.8311.90.00.00, ex.3810.10.00.00).
4. Timah Paduan Bukan Solder, yaitu timah paduan dengan kandungan stanum
(Sn) paling tinggi 96 persen dalam bentuk batangan atau bentuk lainnya yang
tidak digunakan untuk menyolder dan mengelas (Pos tarif/HS 8001.20.00.00,
8007.00.20.00, 8007.00.99.90).
Perusahaan Timah wajib memperoleh pengakuan sebagai Eksportir
Terdaftar Timah (ET-Timah) yang terdiri dari
1. Eksportir Terdaftar Timah Murni Batangan yang selanjutnya disebut ET-Timah
Murni Batangan adalah perusahaan yang telah mendapat pengakuan untuk
melakukan Ekspor Timah Murni Batangan; dan
2. Eksportir Terdaftar Timah Industri yang selanjutnya disebut ET-Timah Industri
adalah perusahaan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan Ekspor
Timah Murni Bukan Batangan, Timah Solder, dan/atau Timah Paduan Bukan
Solder.
Menurut Permendag Nomor 32/M-MDAG/PER/6/2013 pada pasal 3
menyebutkan bahwa timah batangan dan timah bentuk lainnya dapat diekspor jika

7
memiliki kandungan stanum (Sn) dengan standar paling rendah 99.9 persen.
Timah-timah tersebut wajib diperdagangkan melalui Bursa Timah dan harus
berasal dari ET-Timah. Mayoritas timah yang banyak diperjualbelikan di BKDI
yaitu TINPB300 maksudnya adalah batas maksimal unsur pengotor timbal (PB)
300 part per million (PPM). Ketentuan tersebut mulai berlaku sejak 30 Agustus
2013 untuk timah batangan dan timah bentuk lainnya mulai 1 Januari 2015.
P.T. Timah sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 2 Agustus 1976
dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Lampiran 2) yang bergerak
di bidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak
tahun 1995. P.T. Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan
memiliki segmen usaha pertambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan
eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. P.T. Timah sebagai
sebuah perusahaan tambang yang terutama bergerak di pertambangan timah,
secara terus menerus melakukan kegiatan eksplorasi timah baik di darat maupun
dilaut. Luas seluruh Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki oleh P.T.
Timah di darat 331 580 hektar, sedangkan luas IUP di laut 184 400 hektar.
Total sumber daya timah yang dimiliki oleh P.T. Timah per 31 Desember
2013 adalah 699 325 ton Sn (cutoff grade 0.2 kg/m3), yang tersebar di seluruh
wilayah IUP yang dikelolanya dan sebanyak 67 persen dari sumber daya tersebut
terdapat di laut, yakni di perairan Bangka Belitung dan Kundur. Tercatat hingga
31 Desember 2013, total cadangan timah Perusahaan tercatat sebanyak 259 432
ton Sn, naik 4 persen dari cadangan per akhir 2012 sebanyak 250 323 ton Sn dan
lebih dari 92 persen cadangan timah perusahaan berada di laut.
Timah adalah komoditi yang sangat bernilai. Komposisi timah biasanya
diperlukan untuk sektor elektronik seperti solder. Solder diperlukan untuk
menghubungkan komponen-komponen di hampir setiap produk elektronik seperti
handphone, lapisan terluar baterai. Timah juga digunakan dalam bentuk tinplate
atau baja dengan lapisan tipis timah yang digunakan dalam kemasan makanan dan
minuman serta kontainer produk lainnya. Timah disukai karena fungsinya sebagai
salah satu metode pengawetan makan.
Penggunaan terbesar timah adalah sebagai bahan kimia timah organik di
PVC pada produk konstruksi seperti pintu dan jendela yang berguna untuk
menghentikan penyusutan akibat panas dan sinar matahari. Selain itu, bahan kimia
timah anorganik dapat digunakan sebagai katalis untuk berbagai proses industri,
pelapis kaca, fire retardants, serta pada industri keramik dan semen. Timah juga
dapat dipadukan dengan perunggu dan kuningan, logam bantalan, dan bahkan
superkonduktor, yang masing-masing banyak ditemukan dalam produk industri
(ITRI 2012).

Bursa Berjangka Komoditi
Bursa Komoditas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
commodity exchange yaitu pasar komoditas yang diorganisasikan secara teratur,
digunakan untuk transaksi jual beli komoditas atas dasar kontrak dengan
penyerahan seketika atau kemudian. Harga bursa ada dua yaitu harga futures,
forward dan spot luar negeri merupakan harga penutupan atau harga akhir
komoditi satu hari sebelum tanggal publikasi data. Harga spot lokal diperoleh dari

8
hasil formulasi dengan menggunakan harga future atau forward luar negeri
sebagai acuan kecuali untuk beberapa komoditi tertentu (Bappebti 2015).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak
Berjangka dan Opini atas Kontrak Berjangka. Perdagangan kontrak berjangka
komoditi menurut Hafidz (2013) adalah suatu perjanjian untuk menjual atau
membeli suatu komoditi yang dijadikan sebagai subjek kontrak dengan spesifikasi
yang jelas berkaitan dengan jumlah, jenis, dan mutu tertentu untuk penyelesaian
pada waktu tertentu di kemudian hari dengan harga yang telah disepakati di bursa
berjangka. Fungsi dari perdagangan berjangka komoditi yaitu hedging (pelindung
nilai), fungsi investasi serta tempat terbentuknya harga sebuah komoditi yang
transparan.
Perdagangan berjangka dilakukan di bursa berjangka, yang selanjutnya
disebut dengan bursa yang memperdagangkan kontrak berjangka berbagai
komoditi. Tempat kontrak berjangka diperdagangkan disebut pasar berjangka. Hal
ini menyebabkan dalam bursa akan terdapat banyak pasar berjangka sesuai
dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Pembeli dan penjual bertemu
satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual sejumlah
komoditi untuk penyerahan di kemudian hari sesuai isi atau spesifikasi kontrak di
bursa (Bappebti 2015). Harga yang terbentuk di lantai bursa menjadi harga
referensi yang menjadi acuan bagi pelaku pasar. Harga tersebut akan tetapi tidak
mencerminkan tingkat supply dan demand sebenarnya di pasar spot (Hafidz 2013).
Pasar berjangka menurut Samsul (2009) adalah tempat atau sarana kontrak
jual beli produk yang disepakati saat ini tentang harga, kuantitas, kualitas, syarat
pembayaran, dan syarat penyerahan, tetapi pelaksanaan kontrak dilakukan
kemudian hari. Dengan kata lain kontrak jual beli dimuka tetapi pelaksanaannya
dilaksanakan setelahnya bahwa bursa berjangka memiliki beberapa fungsi penting
seperti penimbun, stabilisasi harga, distribusi, spekulasi, lindung nilai (hedging),
dan arbitrase. Bursa timah adalah pasar timah internasional di Indonesia yang
merupakan pasar terorganisir dan merupakan bagian dari bursa berjangka.
Pasar
fisik
komoditi
berjangka
sesuai
dengan
Ketentuan
77/BAPPEBTI/Per/12/2009 pasal 1, yaitu
1. Pasar fisik komoditi berjangka selanjutnya disebut pasar fisik adalah pasar fisik
yang dilaksanakan secara elektronik dan difasilitasi bursa berjangka.
2. Peserta pasar fisik komoditi adalah pihak yang bertindak selaku penjual dan
atau pembeli komoditi bursa berjangka yang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan bursa berjangka.

Tata cara perdagangan melalui Automated Trading Platform (ATP) di Bursa
Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI)

Automated Trading Platform (ATP) adalah sistem perdagangan elektronik
yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak serta aplikasi, yang disediakan
oleh bursa untuk menerima amanat jual dan amanat beli secara online dalam
rangka pelaksanaan transaksi nasabah.
Jenis pelaksanaan amanat yang dimasukkan ke dalam ATP, terdiri dari

9
1. Market order, yaitu amanat untuk membeli atau menjual kontrak berjangka
yang dilaksanakan pada harga pasar.
2. Pending order, yaitu amanat untuk membeli atau menjual kontrak yang
dilaksanakan jika harga pasar telah mencapai level amanat tersebut.
Jenis pending order yang disediakan oleh ATP adalah
a. Limit Order
(i) Limit Order Beli yaitu suatu amanat untuk membeli kontrak berjangka pada
harga tertentu, yang akan menjadi market order jika harga pasar berada
pada posisi yang sama atau lebih rendah dari harga tertentu dimaksud.
(ii) Limit Order Jual yaitu suatu amanat untuk menjual kontrak berjangka pada
harga tertentu, yang akan menjadi market order jika harga pasar berada
pada posisi yang sama atau lebih tinggi dari harga tertentu dimaksud.
b. Stop Order
(i) Stop Order Beli yaitu suatu amanat untuk membeli kontrak berjangka pada
harga tertentu, yang akan menjadi market order jika harga pasar berada
pada posisi yang sama atau lebih tinggi dari harga tertentu dimaksud.
(ii) Stop Order Jual yaitu suatu amanat untuk menjual kontrak berjangka pada
harga tertentu yang akan menjadi market order jika harga pasar berada
pada posisi yang sama atau lebih rendah dari harga tertentu dimaksud.
Prioritas pelaksanaan amanat
1. Market order diberikan prioritas lebih tinggi dari pada pending order.
2. Semua market order ditentukan berdasarkan urutan waktu masuknya amanat.
3. Semua pending order ditentukan berdasarkan persyaratan masing-masing
amanat.
4. Proses mempertemukan antara amanat jual dan beli (matching) dalam ATP
yang ditetapkan berdasarkan prioritas harga (price priority) dan prioritas waktu
(time priority). Prioritas harga (price priority) mendapatkan prioritas yang lebih
tinggi dari pada prioritas waktu (time priority).
Periode pembukaan perdagangan
1. Periode pembukaan perdagangan dilaksanakan pada jam perdagangan sesuai
dengan ketentuan pada masing-masing kontrak berjangka. Periode pembukaan
perdagangan disediakan selama 5 menit atau selama periode waktu yang
ditentukan oleh direksi, sebelum periode perdagangan dibuka.
2. Selama periode pembukaan perdagangan, jenis amanat pending order dapat
diteruskan ke dalam Daftar Amanat Elektronis, tetapi tidak dapat dilakukan
penyepadanan (matching) sampai pada saat dibukanya Periode Perdagangan.
3. Amanat penawaran beli dan jual yang telah diteruskan ke ATP pada periode
pembukaan perdagangan dapat diubah atau dibatalkan sebelum dilakukan
proses penyepadanan (matching).
4. Lima detik sebelum dibukanya periode perdagangan, ATP akan melaksanakan
proses penyepadanan (matching) terhadap amanat yang ada pada Daftar
Amanat Elektronis dengan prosedur sebagai berikut
a. Current price dihitung berdasarkan ekuilibrium antara seluruh harga
permintaan dan harga penawaran yang menghasilkan volume transaksi
terbanyak, dan mengacu pada referensi harga pasar bursa dunia lainnya
untuk produk-produk yang bersifat global.

10
b. Semua penawaran beli lebih dari atau sama dengan current price, dan
semua penawaran jual kurang dari atau sama dengan current price akan
dialokasikan berdasarkan prioritas.
Periode selama sesi perdagangan
1. Selama periode perdagangan berlangsung, terhadap semua amanat beli dan jual
akan terjadi
a. proses validasi yang meliputi penelitian terhadap kode akses (User ID &
Password) nasabah dan kecukupan margin;
b. penyepadanan semua amanat sesuai dengan aturan urutan prioritas harga dan
waktu;
c. hasil penyepadanan tersebut ditampilkan dan dikonfirmasikan kepada
nasabah.
2. Pialang bertanggung jawab untuk meneliti uraian transaksi yang terjadi dan
wajib melaporkan ke petugas bursa apabila terjadi kesalahan selambatlambatnya sebelum sesi perdagangan pada hari berikutnya dibuka.
Periode penutupan perdagangan
1. Semua amanat beli dan jual yang tidak sepadan (unmatched) pada akhir hari
perdagangan diperlakukan sesuai dengan validitas amanat seperti yang dipilih
pengguna. Validitas amanat dapat berlangsung satu hari perdagangan, atau
sampai hari Jumat minggu berjalan, atau sampai amanat terpenuhi.
2. ATP akan mencetak daftar semua amanat yang dihapus tersebut.
3. Harga penutupan (Closing Price) akan ditetapkan berdasarkan harga transaksi
terakhir (Last Done Price).

Teori Klasik Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah
produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Menurut Smith suatu
negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada
negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak alam produksi barang
tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit
dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan
negara-negara lain.
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran atau variabel riil
bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory)
perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan
perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan
banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin
banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut
(Labor Theory of value).

11
Teori Modern David Ricardo
David Ricardo seorang tokoh aliran klasik menyatakan bahwa nilai
penukaran ada jika barang tersebut memiliki nilai kegunaan. Suatu barang dapat
ditukarkan apabila barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat
suatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang.
David Ricardo beranggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya
berlaku antara dua negara yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta
kedua negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum
pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan
teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan
absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan
bagi kedua negara yang melakukan perdagangan.
David Ricardo juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat
dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang
sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama,
barang kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan
sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya
sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon
pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai
dengan keinginan maka nilai penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang
diperlukan.

Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Perdagangan internasional menurut Teori Heckscher-Ohlin yang
menyatakan bahwa suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
karena negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan tersbut
berasal dari teknologi dan keunggulan faktor produksi. Masing-masing negara
akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif banyak dan murah
untuk memproduksinya.
Indonesia dalam hal ini merupakan tiga besar produsen dan eksportir timah
di dunia dengan spesialisai produksi timah khususnya di daerah Bangka dan
Belitung. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor Barang-barang
tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan
mahal untuk memproduksinya. Singapura sebagai importir timah utama Indonesia
tidak memiliki faktor produksi yang memadai dengan lahan sempit dan padat
sehingga tidak memungkinkan untuk produksi maksimal.

Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan antar dua negara atau lebih
dan merupakan kesepakatan bersama. Perdagangan internasional yang tercermin
dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran suatu negara.

12
Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan
PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti 2009). Teori perdagangan
internasional dalam aspek ilmu makroekonomi membahas tentang mekanisme
penyesuaian dalam ketidaksesuaian neraca pembayaran (defisit dan surplus).
Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain
merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang
disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari
negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan
kelebihan permintaan (excess demand). Ekspor dipengaruhi oleh faktor-faktor
pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri, permintaan, dan penawaran
domestik, jumlah komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar
internasional serta hal-hal yang dapat memengaruhi harga baik secara langsung
maupun tidak langsung (Salvatore 1997).
DA

SA
DB

ES

A

SB

PB

X

P*
M
PA

B

ED
0

QA

0

Q*

0

QB

Sumber: Salvatore 1997
Gambar 3 Kurva perdagangan internasional
Keterangan:
PA
: harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan
internasional
0QA : jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A
(pengekspor) tanpa perdagangan internasional
A
: kelebihan penawaran (excess supply) di negara A (pengekspor) tanpa
perdagangan internasional
X
: jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A
PB
: harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdangangan
internasional
0QB : jumlah produk domestrik yang diperdagangkan di negara B
(pengimpor) tanpa perdagangan internasional
B
: kelebihan permintaan (excess demand) di negara B (pengimpor tanpa
perdagangan internasional
M
: jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B
P*
: harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdangangan
internasional
0Q* : keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara; jumlah
yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M)

13
Kurva pada Gambar 3 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan
internasional harga di negara A sebesar PA, sedangkan di negara B sebesar PB.
Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi
dari PA sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga
internasional lebih rendah dari PB. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan
PA maka negara B akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga
internasional sama dengan PB maka di negara A akan terjadi excess supply sebesar
A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga yang
terjadi di pasar internasional sebesar P dan dengan perdagangan tersebut, maka
negara A akan mengekspor komoditi sebesar X. Kesimbangan harga yang terjadi
di pasar dunia adalah sebesar P* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan
jumlah yang diimpor Q* dengan asumsi perdagangan hanya antar 2 negara.

Konsep Kointegrasi
Pendekatan kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap
kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabelvariabel ekonomi seperti yang disyaratkan oleh teori ekonomi. Uji kointegrasi
bertujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel yang tidak stasioner
terkointegrasi atau tidak. Konsep kointegrasi dipopulerkan oleh Engle dan
Granger (1987) sebagai kombinasi linear dari dua atau lebih variabel yang tidak
stasioner akan menghasilkan variabel yang stasioner. Kombinasi liner ini dikenal
dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai
hubungan keseimbangan jagka panjang di antara variabel (Firdaus 2011).
Terdapat 3 cara untuk menguji kointegrasi yaitu (1) Uji kointegrasi EngleGranger, (2) Uji Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW), dan (3) Uji
kointegrasi Johansen (Firdaus 2011). Pendekatan yang digunakan untuk menguji
kointegrasi dalam penelitian ini adalah metode yang dikembangkan oleh Johansen.
Uji kointegrasi Johansen menggunakan analisis trace statistic dan nilai kritis pada
tingkat kepercayaan = 5 persen. Hipotesis nolnya apabila nilai trace statistic
lebih besar dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan = 5 persen atau nilai
probabilitas (p-value) lebih kecil dari = 5 persen maka terindikasi kointegrasi
(Saputra et. al 2012).
Unit Root Test (Uji Akar-Akar Unit)
Sebelum melakukan uji kointegrasi maka data yang akan dianalisis harus
diperiksa kestasionerannya. Uji stasioneritas ini dilakukan untuk menghindari
model yang lancung atau bias (tidak efisien). Uji Stasioner penelitian ini adalah
uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).
Nachrowi dan Usman (2006) menyebutkan formulasinya sebagai berikut


Keterangan: m adalah panjang lag yang digunakan.
Berdasarkan model tersebut kita dapat memilih 3 model yang akan digunakan
untuk melakukan uji ADF, yaitu
1. Model dengan intersep (
dan tren (β2), sebagaimana model di atas

14
2. Model yang hanya instersep saja (

, yaitu



3. Model tanpa intersep dan tren (slope), yaitu

Metode Granger Causality
Metode Granger Causality dapat mengindikasikan apakah suatu variabel
mempunyai hubungan 2 arah atau hanya 1 arah saja. Pada Granger Test yang
dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang
digunakan adalah data time series (Nachrowi dan Usman 2006). Menurut Granger
(1969), Granger Causality dikembangkan untuk memeriksa apakah
dimasukkannya nilai-nilai dari variabel masa lalu dapat membantu atau tidak
dalam prediksi nilai sekarang dari variabel. Jika kejadian A terjadi sebelum B,
maka ada kemungkinan bahwa A menyebabkan B. Namun, tidak mungkin B
menyebabkan A. Hal ini berarti bahwa peristiwa di masa lalu dapat menyebabkan
peristiwa hari ini sedangkan kejadian di masa depan tidak bisa (Ranjan dan Chintu
2013).
Inovasi dari perhitungan dengan Granger Causality adalah bahwa metode
tersebut dapat diterapkan di semua periodisitas (misalnya dalam jangka pendek,
selama frekuensi siklus bisnis, dan dalam jangka panjang) (Tiwari 2012). Berikut
ini merupakan metode yang digunakan untuk dalam Granger Causality Test
dalam Badikenita (2004)








Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear sebelumnya
akan menghasilkan kemunginan-kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien
regresi sebagai berikut
1. Jika ∑
dan ∑
Maka terdapat kausalitas 1 arah dari Y ke X.
dan ∑
2. Jika ∑
Maka terdapat kausalitas 1 arah dari X ke Y.
dan ∑
3. Jika ∑
Maka Y dan X bebas antara satu dengan yang lainnya.
dan ∑
4. Jika ∑
Maka terdapat kausalitas 2 arah antara X dan Y.

15
Konsep Gravity Model
Analisis faktor penentu perdagangan antar 2 negara dapat menggunakan
sebuah model yang telah digunakan secara luas, yakni gravity model. Model ini
merupakan pendekatan yang sederhana tetapi dapat memperkirakan dengan kuat
aliran perdagangan bilateral pada data cross section atau data panel (Anderson dan
van Wincoop 2003). Model ini mengenalkan 3 faktor penentu yang secara luas
dapat menjelaskan ukuran aliran perdagangan bilateral: permintaan importir,
penawaran eksportir, dan biaya perdagangan internasional, Artinya, model ini
digunakan untuk menjelaskan pola aliran perdagangan bilateral "alami" dengan
faktor ekonomi yang konstan. Bergstrand (1985) merumuskan model ini sebagai
berikut
Keterangan:
Xij
: nilai ekspor dari negara i ke negara j
Yi(j)
: Gross Domestic Product (GDP) negara i ( j )
Ni(j)
: populasi di negara i ( j )
Dij
: jarak antara negara i dan negara j
Rij
: variabel dummy yang membatasi perdagangan antara negara i dan j
uij
: random error term
Kesimpulan dari konsep gravity model ini, terdapat variabel utama berupa
Gross Domestic Product (GDP), jarak ekonomi, populasi negara tujuan, serta
beberapa variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara
pengekspor dan negara pengimpor dengan variabel pendukung seperti variabel
nilai tukar.

Gross Domestic Product (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu variabel utama dalam
analisis aliran perdagangan Gravity Model. GDP adalah ukuran dari jumlah
perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian. GDP dapat
menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara. Semakin besar
GDP yang dihasilkan suatu negara, maka semakin besar kemampuan suatu negara
untuk melakukan perdagangan. Komponen GDP terdiri dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, serta net ekspor. Sesuai dengan persamaan umum GDP
dalam perekonomian dapat ditulis seperti dibawah ini
Y = C + I + G + NX
Keterangan:
C
: konsumsi
I
: investasi
G
: pengeluaran pemerintah
NX
: net ekspor
GDP merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output
barang dan jasa (Mankiw 2007). GDP dibagi menjadi dua, yaitu GDP nominal
dan GDP riil. GDP nominal adalah nilai barang jadi dan jasa yang diukur dengan
harga berlaku. GDP riil adalah nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan
harga konstan. Karena itu, suatu negara dapat dikatakan sebagai pasar potensial

16
untuk suatu komoditi atau produk tertentu apabila pendapatan per kapita negara
tersebut cukup tinggi.

Populasi
Populasi suatu negara yang terus bertambah berpengaruh pada ekspor suatu
komoditi melalui sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi permintaan, Besarnya
jumlah populasi berdampak pada bertambah besarnya permintaan domestik. Pada
sisi penawaran adalah bertambahnya tenaga kerja untuk melakukan produksi
komoditi ekspor (Salvatore 1997). Pengaruh variabel populasi pada arus
perdagangan secara ketat tak menentu. Ukuran populasi dapat meningkatkan
perdagangan dan menghambat perdagangan.
Populasi yang besar dapat menunjukkan kekayaan sumber daya yang besar,
swasembada, dan berkurangnya ketergantungan pada perdagangan internasional.
Jika efek ini mendominasi, maka tanda variabel akan negatif. Kemungkinan lain
bahwa pasar domestik yang besar (populasi) mempromosikan pembagian kerja
dan, dengan demikian, menciptakan peluang untuk perdagangan lebih banyak
jenis barang. Berdasarkan hal tersebut tanda variabel populasi diharapkan positif
(Papazoglou 2007).

Nilai Tukar Riil
Nilai tukar (exchange rate) antara 2 negara adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk dari kedua negara untuk saling melakukan perdagangan.
Nilai tukar rill menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barangbarang disuatu negara untuk barang dari negara lain. Kurs Rill kadang-kadang
disebut juga terms of trade (Mankiw 2007). Menurut Nopirin (1996) nilai tukar
atau kurs adalah pertukaran antara 2 mata uang yang berbeda, maka akan
mendapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
Sedangkan menurut Lipsey (1998), nilai tukar berarti nilai pada tingkat di mana
dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lain.
Nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia (Ginting 2013). Nilai tukar
riil di antara kedua mata uang kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal
dikalikan dengan rasio tingkat harga di kedua negara tersebut. Hubungan nilai
tukar riil dengan nilai tukar nominal itu, dapat diformulasikan sebagai berikut

REER : real effective exchange rate (nilai tukar riil)
ER
: exchange rate nominal yang dapat dinyatakan dalam direct term (dalam
rupiah/1 dolar) maupun indirect term (dolar/1 rupiah)
FP
: foreign price atau Indeks harga mitra dagang (luar negeri)
DP
: domestic price atau indeks harga domestik

17
Jarak Ekonomi
Variabel utama pada konsep Gravity Model adalah jarak. Variabel jarak
sebagai proxy dari biaya transaksi termasuk biaya transportasi. Variabel jarak
geografis mutlak adalah jarak antara ibukota, sebagai proxy untuk pusat ekonomi
suatu negara. Peningkatan jarak antar negara diharapkan dapat meningkatkan
biaya transportasi, sehingga mengurangi perdagangan. Variabel ini dihara