Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
JASA SEKTOR KEUANGAN

HERU HAMONANGAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014

Heru Hamonangan
NIM H24100157

ABSTRAK
HERU HAMONANGAN. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan. Dibimbing oleh FARIDA
RATNA DEWI dan R. DIKKY INDRAWAN.
Struktur modal merupakan bauran hutang, saham biasa, maupun saham
preferen dari suatu perusahaan. Sektor keuangan sangat erat kaitannya dengan
perekonomian suatu negara karena dapat memberikan kontribusi besar bagi
perkembangan ekonomi negara. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan
juga menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang diperoleh dari data sekunder
perusahaan jasa sektor keuangan pada tahun 2012 dan dianalisis dengan
menggunakan Structural Equation Modeling. Hasil analisis menunjukkan bahwa
variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

struktur modal. Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan
pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan
jasa sektor keuangan.
Kata Kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan
Penjualan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Aktiva

ABSTRACT
HERU HAMONANGAN. An Analysis of Factors that Affect Capital Structure of
Financial Sector Services Company. Supervised by FARIDA RATNA DEWI and
R. DIKKY INDRAWAN.
Capital structure are the mix of debt, common stock, or preferred stock of
a company. The financial sector is very closely related to a nation’s economy
because it can make a major contribution to the economic development of the
country. In Indonesia, the financial sector services company is one of the sectors
that affect economic growth. This research uses financial report derived from
secondary data of financial sector services company in 2012 and analyzed using
Structural Equation Modeling. The result showed that the variable size of the
company has a positive and significant effect on the capital structure. Profitability
has a negative and not significant effect on the capital structure. Meanwhile the

sales growth, business risk, and asset growth does not affect the capital structure
of the financial sector services company.
Keyword: Capital Structure, Firm Size, Profitability, Sales Growth, Business
Risk, Asset Growth

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
JASA SEKTOR KEUANGAN

HERU HAMONANGAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
Nama
: Heru Hamonangan
NIM
: H24100157

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing I

R. Dikky Indrawan, SP, MM
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah struktur
modal, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM dan
Bapak R. Dikky Indrawan SP, MM selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Heru Hamonangan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Struktur Modal
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Dependen
Variabel Independen
Analisis Partial Least Square (PLS)
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Populasi dan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap
Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
Evaluasi Model SEM
Model Pengukuran (Outer Model)
Discriminant Validity
Uji Reliabilitas
Model Struktural (Inner Model)

Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

1
1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
5
6
7

7
7
8
8
9
9
14
14
14
18
19
19
21
21
21
22
22

LAMPIRAN


24

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL
1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah
2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal tertinggi dan terendah
3 Nilai Loading Factor Awal
4 Nilai Loading Factor Akhir
5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)
6 Nilai AVE masing-masing konstruk
7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk
8 Hasil R-Square
9 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values)

10
11
15
16

17
19
19
19
20

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Model Structural Equation
3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara
langsung terhadap struktur modal
4 Model Akhir SEM

5
9
15
16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar sampel Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang
listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2012
2 Komposisi Obligasi, Saham Biasa, dan Saham Preferen
Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan

24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Struktur modal merupakan bauran hutang jangka panjang, hutang jangka
pendek, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Struktur
modal berkaitan dengan jumlah hutang dengan modal sendiri yang digunakan
untuk membiayai perusahaan. Struktur modal diperlukan perusahaan untuk
menjalankan kegiatan operasional dan pertumbuhan perusahaan dengan
menggunakan sumber-sumber keuangan yang berbeda. Hutang diperoleh dari
obligasi ataupun pembayaran jangka panjang sedangkan modal dibagi menjadi
saham biasa, saham preferen maupun laba ditahan. Manajer keuangan harus
menentukan proporsi dari struktur modal perusahaan sehingga memaksimalkan
nilai perusahaan ataupun struktur modal optimal. Struktur modal yang optimal
dapat menciptakan kondisi keuangan yang kuat dan stabil.
Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan
untuk aktivitas operasional perusahaan. Pecking Order Theory mengatakan bahwa
perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal
daripada eksternal perusahaan. Perusahaan lebih menyukai penggunaan
pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba
ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu
pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan
equity (modal sendiri) (Saidi, 2004).
Keputusan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap besarnya
risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian
atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001). Banyak
faktor-faktor yang digunakan manajer keuangan untuk menentukan struktur modal
perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengemukakan faktor-faktor struktur
aktiva, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, pengendalian, ukuran
perusahaan, risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme
merupakan faktor-faktor yang menentukan struktur modal perusahaan. Sedangkan
menurut Flydenberg dalam Kartini dan Arianto (2008) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal adalah aktiva tetap, profitabilitas, risiko,
ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan, dan pertumbuhan.
Kebijakan mengenai struktur modal berhubungan dengan risiko yang
dihadapi dan tingkat pengembalian (keuntungan) suatu perusahaan. Apabila
menggunakan hutang yang banyak akan berisiko tinggi terhadap aliran kas, tetapi
tingkat proporsi hutang yang besar pada umumnya menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi pula. Tingkat pengembalian yang tinggi akan menarik
minat para investor sehingga harga saham akan tinggi pula. Sektor jasa keuangan
merupakan suatu istilah yang dipakai oleh industri keuangan. Jasa keuangan
terdiri dari industri perbankan, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan,
perusahaan efek, bank investasi, maupun perusahaan kartu kredit. Selama tahun
2012, sektor keuangan di Indonesia mengalami kestabilan dan fungsi intermediasi
kuat dalam mendukung perekonomian negara (BI, 2013). Hal ini dapat dilihat
dimana industri ini mampu menyumbang sekitar 5,3% dari total keseluruhan PDB

2
Indonesia pada tahun 2012 (BPS, 2013). Selain itu selama periode ini, terjadi
pertumbuhan yang sangat pesat pada sektor ini khususnya pada sub sektor
perbankan dimana membuat persaingan yang semakin ketat diantara para pelaku
usaha (BI, 2013). Kestabilan sektor keuangan sangatlah penting untuk dilakukan.
Ketidakstabilan sektor keuangan dapat menimbulkan dampak yang buruk seperti
hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan suatu negara.
Berdasarkan uraian di atas penentuan keputusan menggunakan struktur
modal yang efektif dan efisien perlu dilakukan terutama pada perusahaan jasa
sektor keuangan, maka penelitian penting dilakukan terutama tentang ukuran
perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan
aktiva.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan?
2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan,
risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan
sektor jasa keuangan?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan.
2. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan
penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada
perusahaan sektor jasa keuangan.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengevaluasi kinerja keuangan di masa yang akan datang
bagi perusahaan. Bagi peneliti lain dan akademisi diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai referensi dan landasan untuk lebih memperdalam
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan ketika seorang investor
ingin menanamkan modalnya pada perusahaan dengan melihat struktur modal
perusahaan tersebut.

3
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan sektor jasa keuangan ini merupakan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 dan memiliki
laporan keuangan yang lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan
penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva. Perusahaan jasa sektor keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari beberapa subsektor yaitu
subsektor perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi, dan
subsektor keuangan lainnya. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012 ada sebanyak 67 perusahaan. Namun
dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan yang tidak lengkap dan masih
banyaknya perusahaan yang belum menerbitkan laporan keuangannya pada
periode 2012 sehingga penelitian ini tidak mengambil seluruh perusahaan jasa
keuangan dan diperoleh sampel sebanyak 44 perusahaan sektor jasa keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1).

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Struktur Modal
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007), struktur modal merupakan
pendanaan permanen jangka panjang yang diwakili oleh hutang, saham preferen,
dan ekuitas saham biasa.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ukuran Perusahaan
Menurut Kartini dan Tulus Arianto (2008) ukuran perusahaan merupakan
salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar kebijakan
keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset
perusahaan. Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditujukan pada total aktiva dan jumlah penjualan (Bambang Riyanto, 2001).
Penelitian yang dilakukan Imam Ghozali dan Hendrajaya (2000) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap struktur
modal perusahaan.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
memperoleh
laba
melalui operasional perusahaannya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki
oleh perusahaan. Pengertian lainnya yaitu bahwa profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat
efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya
(Mas’ud, 2008).

4
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan adalah ukuran mengenai besarnya pendapatan per
saham perusahaan yang diperbesar oleh leverage (Weston dan Copeland, 1997:35).
Menurut Yuniningsih (2002) bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan selain
membuat kebijakan dividen perusahaan juga dituntut untuk tumbuh. Bagi
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi
kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya
rendah (Mayangsari, 2001).
Risiko Bisnis
Risiko bisnis merupakan risiko dimana perusahaan tidak mampu menutup
biaya operasionalnya (Sunjaja & Barlian, 2003:287). Semakin besar pengaruh
operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko
bisnisnya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai
struktur modal yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko
bisnis yang rendah. Risiko bisnis dalam penelitian ini diukur dengan risiko operasi.
Berkaitan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung
risiko, yang disebut risiko bisnis.
Pertumbuhan Aktiva
Aktiva biasanya dibedakan menjadi dua komponen yaitu aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, piutang maupun investasi jangka
pendek sedangkan aktiva tidak lancar terdiri dari aktiva tetap dan aktiva berwujud.
Pertumbuhan aktiva menggambarkan kenaikan atau penurunan aktiva setiap tahun.
Pertumbuhan total aktiva biasanya menggambarkan pertumbuhan perusahaan
tersebut. Oleh karena itu pertumbuhan total aktiva cenderung berdampak positif
terhadap struktur modal perusahaan

METODE
Kerangka Pemikiran
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ini
dilakukan pada perusahaan jasa sektor keuangan dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan menganalisis laporan keuangannya. Faktor-faktor yang dipilih
yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan
pertumbuhan aktiva serta dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling
(SEM) sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Selanjutnya, hasil dari penelitian dapat menjadi suatu referensi dan manfaat baik
bagi industri keuangan maupun investor.
Berdasarkan landasan teori, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang
dikemukakan sebelumnya, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis,
berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian
pada Gambar 1.

5

Perusahaan Sektor
Keuangan

Investor

Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Laporan Keuangan Perusahaan
Jasa Sektor Keuangan
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Pertumbuhan Penjualan

Struktur
Modal

Risiko Bisnis
Pertumbuhan Aktiva
Structural Equation Modeling
(SEM)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung oleh
variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
struktur modal yang dapat dilihat dari obligasi, saham biasa maupun saham
preferen yang dimiliki perusahaan tersebut.

6
Variabel Independen
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dari total aktiva dan total penjualan dari perusahaan tersebut (Bambang
Riyanto, 2001).
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan
(Brigham dan Houston, 2001). Pada umumnya perusahaan lebih suka
pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam
pembayaran untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak
mencukupi, maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan
hutang. Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan beberapa cara
antara lain yaitu profit margin, ROA, dan ROE.
ROA (Return On Asset) =

EAT

x 100%

Total Aktiva
EAT

ROE (Return On Equity) =

Modal Sendiri
EAT

NPM (Net Profit Margin) =

Net Sales

x 100%

x 100%

Keterangan:
EAT (Earning After Tax) adalah selisih antara jumlah keseluruhan pendapatan
setelah dikurangi beban dan jumlah pajak yang dikenakan dalam jangka waktu
tertentu.
Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan
penjualan dan retur penjualan.
3. Pertumbuhan penjualan
Pertumbuhan penjualan diukur berdasarkan perbandingan antara net sales
periode sekarang (�� ���� t ) dikurangi periode sebelumnya (�� ���� t−1 )
terhadap net sales periode sebelumnya (�� ���� t−1 ).
�� ���� t − �� ���� t−1
Pertumbuhan Penjualan =
�� ���� t−1
4. Risiko bisnis
Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis merupakan tingkat volatilitas
pendapatan yang tinggi dari perusahaan yang akan mempunyai profitabilitas
kebangkrutan yang tinggi. Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan
penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Risiko bisnis
dalam penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Indriyo (2002)
yaitu dengan rumus DOL (Degree of Operating Leverage) dan diberi lambang
BRISK.
Risiko bisnis (BRISK) =

Pertumbuhan EBIT
Pertumbuhan �� ����

Keterangan:
DOL dalam penelitian ini dilambangkan dengan BRISK.
EBIT (Earning Before Interest and Tax) adalah pendapatan suatu perusahaan
sebelum dikurangi beban dan jumlah pajak pada periode tahun tertentu.
Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan
penjualan dan retur penjualan.

7
5. Pertumbuhan aktiva
Pertumbuhan aktiva merupakan peningkatan atau penurunan aktiva yang
dimiliki suatu perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai tingkat
perubahan aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004).
Dalam penelitian ini pertumbuhan aktiva dibagi menjadi dua yaitu
pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar.
Pertumbuhan aktiva lancar =
Pertumbuhan aktiva
tidak lancar

=

Aktiva Lancar Tahun t − Aktiva Lancar Tahun t−1
Aktiva Lancar Tahun t−1

Aktiva tdk Lancar Tahun t − Aktiva tdk Lancar Tahun t−1
Aktiva tdk Lancar Tahun t−1

Analisis Partial Least Square (PLS)
Analisis penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM)
yang diolah menggunakan SMART PLS 2.0 M3. Pada penelitian ini terdapat
enam variabel laten. Variabel laten tersebut diantaranya Struktur Modal (Capital
Structure), Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas (Profitability), Pertumbuhan
Penjualan (Sales Growth), Risiko Bisnis (Business Risk), dan Pertumbuhan Aktiva
(Asset Growth). Masing-masing variabel laten tersebut memiliki indikator
(manifest). Variabel laten struktur modal memiliki indikator (manifest) yaitu
obligasi (OB), saham biasa (SB), dan saham preferen (SP). Untuk variabel laten
ukuran perusahaan memiliki indikator (manifest) yaitu total aktiva (TA) dan total
penjualan (TP). Variabel laten profitabilitas memiliki indikator (manifest) yaitu
return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM).
Sementara itu variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masingmasing memiliki satu indikator (manifest) yaitu sales growth (SG) untuk
pertumbuhan penjualan dan business risk (BRISK) untuk risiko bisnis. Sedangkan
variabel laten pertumbuhan aktiva memiliki indikator (manifest) yaitu
pertumbuhan aktiva lancar (AL) dan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan jasa sektor keuangan yang
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) periode tahun
2012. Waktu penelitian yaitu selama lima bulan dari bulan Desember 2013 sampai
April 2014.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan
keuangan perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2012 yang termuat dalam Indonesian Capital Market Directory.

8
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012. Pengambilan sampel
menggunakan pendekatan metode purposive sampling dimana tidak semua
anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian, hanya sebagian saja
berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria pemilihan sampel tersebut sebagai
berikut:
1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten periode tahun 2012.
2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaanperusahaan jasa di sektor keuangan.
3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang lengkap pada tahun 2012.
4. Perusahaan memiliki laba bersih positif pada tahun 2012.
Berdasarkan kriteria di atas, terdapat 44 perusahaan jasa sektor keuangan yang
terpilih sebagai sampel (Lampiran 1).
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Structural Equation Modeling (SEM)
Structural equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang
digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam
bentuk model-model sebab akibat. Penelitian ini menggunakan Partial Least
Square. Menurut Ghozali (2012), Partial Least Square (PLS) merupakan
pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structural Equation
Modeling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh
Wold dalam Ghozali (2012), metode ini merupakan metode yang sangat kuat,
karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan
normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar.
Dua variabel utama dalam penggunaan SEM adalah variabel tidak
terukur/laten (construct variable) dan variabel terukur/manifes (observed
variable). Model dari penelitian ini menggunakan 6 variabel laten (konstruk) yaitu
ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aktiva,
profitabilitas serta struktur modal. Variabel manifes dari ukuran perusahaan
dibatasi pada total aktiva dan total penjualan. Profitabilitas dibatasi pada variabel
manifes ROA, ROE dan NPM. Penelitian untuk pertumbuhan penjualan dan risiko
bisnis dibatasi pada variabel manifes nilai pertumbuhan penjualan dan nilai risiko
bisnis. Pertumbuhan aktiva dibatasi pada manifes pertumbuhan aktiva lancar dan
pertumbuhan aktiva tidak lancar. Sedangkan untuk struktur modal memiliki tiga
variabel manifes yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen.
Model Structural Equation terdiri dari beberapa indikator yaitu Obligasi
(OB), Saham Biasa (SB), Saham Preferen (SP), Total Aktiva (TA), Total
Penjualan (TP), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit
Margin (NPM), Sales Growth (SG), Risiko Bisnis (BRISK), Pertumbuhan Aktiva
Lancar (AL), dan Pertumbuhan Aktiva Tidak Lancar (ATL). Berdasarkan
indikator tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

9
H1
H2
H3
H4
H5

: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal
: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal
: Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal
: Risiko Risnis berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal
: Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

Gambar 2 Model Structural Equation

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
Perusahaan jasa sektor keuangan merupakan gabungan dari beberapa
perusahaan seperti perbankan, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan,
perusahaan efek, bank investasi, dan perusahaan kartu kredit. Sektor keuangan
sangat erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara karena dapat
memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara. Oleh sebab itu,
suatu negara maju memiliki banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di
sektor keuangan. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan juga menjadi
salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut data BPS
2013, industri sektor keuangan mampu memberikan kontribusi sekitar 5.3% dari
total PDB pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan kontribusi sebesar 8,1%
dibanding periode sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan negara lain,
sektor keuangan di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini tidak terlepas dari
kebijakan dan koordinasi yang kurang baik antara para regulator serta pelaku
usaha sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui bahkan tidak
menggunakan jasa keuangan bila melakukan suatu transaksi. Masyarakat
cenderung menggunakan uang tunai bila melakukan transaksi sehingga semakin
meningkatkan inflasi. Para pelaku usaha juga harus bisa dalam menentukan
keputusan mengenai struktur modal mereka sehingga semakin optimal keputusan
yang dibuat maka semakin baik nilai perusahaannya.

10
Pada periode 2012 terdapat 67 perusahaan jasa sektor keuangan yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia. Ada sebanyak 29 perusahaan di sub
sektor perbankan, 10 perusahaan masing-masing di sub sektor perusahaan
asuransi, perusahaan efek dan lembaga pembiayaan, serta sebanyak 8 perusahaan
di sub sektor keuangan lainnya. Namun selama periode tersebut hanya 44
perusahaan yang digunakan sebagai sampel (Lampiran 1). Hal ini dikarenakan
masih banyaknya laporan keuangan perusahaan yang belum diterbitkan dan
laporan keuangan yang tidak lengkap pada periode 2012. Tabel 1 berikut
menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan struktur modal tertinggi dan
terendah pada perusahaan jasa sektor keuangan (selengkapnya Lampiran 2)
sedangkan pada Tabel 2 menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah.
Tabel 1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah
Komponen
Prosentase (%)
Nama Perusahaan
Tertinggi 93
PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
OB
Terendah 13,5
PT Minna Padi Investama Tbk
Tertinggi 86,4
PT Minna Padi Investama Tbk
SB
Terendah 6,8
PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Tertinggi 31,5
PT Arthavest Tbk
SP
Terendah -0,0094
PT Reliance Securities Tbk
OB: Obligasi, SB: Saham Biasa, SP: Saham Preferen.
Berdasarkan Tabel 1, prosentase komposisi Obligasi (OB) tertinggi yaitu
pada perusahaan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk dengan prosentase
mencapai 93%. PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang
memiliki prosentase komposisi obligasi tertinggi dimana sebagian besar diperoleh
dari penerbitan obligasi subordinasi rupiah. Sedangkan prosentase komposisi
Obligasi (OB) terendah yaitu pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk
dengan prosentase mencapai 13,5% dimana sebagian besar obligasi berasal dari
hutang lembaga kliring dan penjaminan.
Pada Saham Biasa (SB), PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan
yang memiliki prosentase komposisi saham biasa tertinggi sebesar 86,4%
sedangkan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang
memiliki prosentase komposisi saham biasa terendah sebesar 6,8%. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2012 PT Minna Padi Investama Tbk mengambil
kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan dana yang dihimpun
dari saham biasa sehingga komposisi obligasi maupun saham preferen menjadi
rendah. Sebaliknya pada tahun tersebut, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan obligasi
sehingga komposisi saham biasa dan saham preferen menjadi rendah.
Prosentase komposisi Saham Preferen (SP) tertinggi yaitu pada perusahaan
PT Arthavest Tbk dengan prosentase sebesar 31,5%. Namun demikian, jumlah
ekuitas pada PT Arthavest Tbk tidak didominasi oleh saham preferen melainkan
saham biasa yang berkontribusi mencapai 44% dari total ekuitasnya. Sedangkan
saham preferen terendah terjadi pada perusahaan PT Reliance Securities Tbk
sebesar -0,0094%. Saham preferen pada PT Reliance Securities Tbk menjadi
rendah dikarenakan terjadinya penggabungan usaha dengan entitas anak sehingga

11
nilai wajar aset moneter yang diakuisisi diturunkan secara proporsional dan
berdampak terhadap komposisi saham preferennya.
Tabel 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
tertinggi dan terendah
Ukuran Perusahaan (Size)
Komponen
Nilai Komponen
Nama Perusahaan
a
(Rupiah)
Tertinggi
551.336.790.000 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
TA
Terendah
369.987.337 PT Arthavest Tbk
Tertinggi
58.000.153.000 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
TP
Terendah
39.344.539 PT Minna Padi Investama Tbk
Profitabilitas (Profitability)
Komponen
Nilai Komponen
Nama Perusahaan
(%)
Tertinggi 14,43
PT Panin Sekuritas Tbk
ROA
Terendah 0,0139
PT Bank ICB Bumiputera Tbk
Tertinggi 28,8
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
ROE
Terendah 0,1452
PT Bank ICB Bumiputera Tbk
Tertinggi 56,76
PT Minna Padi Investama Tbk
NPM
Terendah 0,1374
PT Bank ICB Bumiputera Tbk
Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Komponen
Nilai Komponen
Nama Perusahaan
Tertinggi
1,68
PT Bank Pundi Indonesia Tbk
SG
Terendah
-0,1559
PT Bank ICB Bumiputera Tbk
Risiko Bisnis (Business Risk)
Komponen
Nilai Komponen
Nama Perusahaan
Tertinggi
65,93
PT Reliance Securities Tbk
BRISK
Terendah
-29,2707
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk
Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth)
Komponen
Nilai Komponen
Nama Perusahaan
Tertinggi
2,65
PT Bank Nationalnobu Tbk
AL
Terendah
-0,2254
PT Kresna Graha Sekurindo Tbk
Tertinggi
2,93
PT Bank Artha Graha Internasional Tbk
ATL
Terendah
-0,2579
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk
a
0 Angka-angka dinyatakan dalam ribuan rupiah
TA: Total Aktiva, TP: Total Penjualan, ROA: Return on Asset, ROE: Return on
Equity, NPM: Net Profit Margin, SG: Sales Growth, BRISK: Risiko Bisnis,
AL: Aktiva Lancar, ATL: Aktiva Tidak Lancar.
Berdasarkan Tabel 2, indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP)
tertinggi terjadi pada perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
masing-masing sebesar Rp 551.336.790.000.000 dan Rp 58.000.153.000.000.
Penyumbang terbesar dari total aktiva PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
berasal dari aktiva produktif yang mana didominasi oleh kredit-kredit yang
diberikan. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Bank Rakyat Indonesia
Agroniaga Tbk diperoleh dari pendapatan bunga dan investasi selama tahun 2012.

12
Sedangkan indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP) terendah terjadi
pada PT Arthavest Tbk dan PT Minna Padi Investama Tbk masing-masing
sebesar Rp 369.987.337.000 dan Rp 39.344.539.000. Rendahnya total aktiva PT
Arthavest Tbk disebabkan terjadinya penurunan pada aset lancar dan aset tidak
lancar di tahun 2012 sebesar 9,06% dan 2,26%. Penurunan tersebut terjadi
dikarenakan turunnya kas atau setara kas, biaya dibayar dimuka, dan menurunnya
uang muka pembelian aset tetap. Sementara itu Total Penjualan (TP) terendah
terjadi pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dari perusahaan keuangan
sub sektor perusahaan efek. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Minna
Padi Investama Tbk diperoleh dari keuntungan atas perdagangan efek yang telah
terealisasi selama tahun 2012.
Return on asset (ROA) tertinggi yaitu pada PT Panin Sekuritas Tbk
sebesar 14,43%. Hal tersebut terjadi karena PT Panin Sekuritas Tbk memiliki
perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap total aktiva
atau total asset yang paling optimal. Selain itu, pada tahun 2012 terjadi
peningkatan ROA sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan laba
bersih setelah pajak PT Panin Sekuritas Tbk yang meningkat. Pada tingkat return
on equity tertinggi terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk dengan
nilai sebesar 28,8%. Hal ini dikarenakan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
Tbk memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT)
terhadap modal (equity) yang optimal. Tingkat ROE perusahaan ini mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun dikarenakan terjadi
peningkatan modal pada PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk yang lebih
tinggi dibandingkan peningkatan laba bersih setelah pajak sehingga
mengakibatkan ROE pada tahun 2012 menjadi lebih rendah dari tahun 2011.
Sedangkan PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net
profit margin tertinggi pada sektor industri keuangan. PT Minna Padi Investama
Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi karena
memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap
penjualan yang optimal. Selain itu, PT Minna Padi Investama Tbk mengalami
peningkatan NPM yang tinggi sebesar 10% pada tahun 2012 dikarenakan laba
bersih setelah pajak yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara
itu, return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM)
terendah yaitu pada perusahaan PT Bank ICB Bumiputera Tbk dari sub sektor
perbankan dengan nilai ROA (0,0139%), ROE (0,1452%), dan NPM (0,1374%).
Hal ini terjadi dikarenakan laba bersih setelah pajak (EAT) PT Bank ICB
Bumiputera Tbk yang paling rendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan
lainnya sementara total aktiva, modal sendiri maupun penjualan (net sales) jauh
lebih tinggi sehingga menghasilkan perbandingan (rasio) yang sangat kecil. Laba
bersih setelah pajak (EAT) pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk menjadi terendah
diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya dikarenakan beban pajak yang
mencapai 82% dari keseluruhan laba sebelum pajak. Namun di tahun 2012 laba
bersih setelah pajak PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami peningkatan
dengan membukukan sebesar Rp 1.036.000.000 setelah di periode sebelumnya
mengalami kerugian mencapai Rp 113.600.000.000. Hal ini dikarenakan beban
bunga dan operasional pada tahun 2012 lebih kecil dibandingkan pendapatannya
sedangkan pada tahun 2011 beban bunga dan operasional lebih besar

13
dibandingkan pendapatannya sehingga mengakibatkan PT Bank ICB Bumiputera
Tbk mengalami kerugian.
Nilai tertinggi pada indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank
Pundi Indonesia Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar 1,68. PT Bank
Pundi Indonesia Tbk memperoleh nilai pertumbuhan penjualan tertinggi
dikarenakan pendapatannya yang meningkat dari Rp 593.473.000.000 pada tahun
2011 menjadi Rp 1.593.676.000.000 di tahun 2012 dimana pendapatan
terbesarnya berasal dari pendapatan bunga. Sedangkan nilai terendah indikator
Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank ICB Bumiputera Tbk dengan nilai
pertumbuhan penjualan sebesar -0,1559. PT Bank ICB Bumiputera memperoleh
nilai pertumbuhan penjualan terendah dikarenakan pendapatan pada tahun 2012
yang menurun baik pendapatan bunga maupun pendapatan operasional lainnya.
Menurunnya pendapatan PT Bank ICB Bumiputera dikarenakan dampak dari
persaingan yang semakin ketat antara bank-bank umum di industri perbankan
Indonesia yang tumbuh pesat di tahun 2012. Sementara itu, Risiko Bisnis
(BRISK) tertinggi terjadi pada PT Reliance Securities Tbk dengan tingkat risiko
bisnis mencapai 65,93. PT Reliance Securities Tbk memperoleh tingkat risiko
bisnis tertinggi dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak
terhadap pertumbuhan penjualan yang terbesar. Selain itu terjadi peningkatan laba
sebelum pajak (EBIT) yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pendapatannya
sehingga mengakibatkan perbandingan (rasio) antara pertumbuhan EBIT dengan
pertumbuhan pendapatan yang tertinggi. Hal ini juga menandakan bahwa PT
Reliance Securities Tbk memiliki struktur modal yang lebih rendah diantara
perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Sedangkan risiko Bisnis (BRISK)
terendah terjadi pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan tingkat risiko
bisnis mencapai -29,2707. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk memperoleh
tingkat risiko bisnis terendah dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih
sebelum pajak (EBIT) terhadap pertumbuhan pendapatan yang terkecil diantara
perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Risiko bisnis pada PT Wahana
Ottomitra Multiartha Tbk menjadi negatif disebabkan oleh total pendapatan
mereka sepanjang tahun 2012 yang mengalami penurunan sebesar 2,6% walaupun
mereka mencatatkan kenaikan laba bersih sebelum pajak (EBIT).
Pada indikator pertumbuhan aktiva lancar (AL) tertinggi terjadi pada PT
Bank Nationalnobu Tbk sebesar 2,65. Total aktiva lancar pada PT Bank
Nationalnobu Tbk mengalami kenaikan yang tinggi sebesar Rp 878.581.000.000
dari tahun 2011 hingga 2012 sehingga menghasilkan pertumbuhan aktiva lancar
tertinggi dimana penyumbang aktiva lancar terbesarnya berasal dari penempatan
pada Bank Indonesia yang merupakan penanaman dana dalam bentuk Fasilitas
Simpanan Bank Indonesia (FSBI) dan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan maupun piutang. Sedangkan pertumbuhan aktiva lancar (AL) terendah
terjadi pada perusahaan jasa keuangan sub sektor perusahaan efek yaitu PT
Kresna Graha Sekurindo Tbk dengan nilai -0,2254. Hal ini dikarenakan
penurunan total aktiva pada tahun 2012 yang bersumber dari besarnya penurunan
aktiva lancar sebesar 22,5% sementara aktiva tidak lancar perusahaan tersebut
naik sebesar 40,7%. Sementara itu, pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL)
tertinggi terjadi pada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk dengan nilai sebesar
2,93. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk memiliki nilai pertumbuhan aktiva
tidak lancar tertinggi dikarenakan kenaikan total aktiva tidak lancar sebesar Rp

14
587.553.000.000 dari tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana penyumbang aktiva
tidak lancar terbesarnya berasal dari aset tetap (fixed assets). Sedangkan
pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) terendah terjadi pada perusahaan jasa
keuangan sub sektor lembaga pembiayaan yaitu PT Wahana Ottomitra Multiartha
Tbk dengan nilai -0,2579. Rendahnya pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) PT
Wahana Ottomitra Multiartha Tbk disebabkan karena perseroan tersebut
mengalami penurunan total aset dibandingkan tahun 2011 sebesar 14,3% yang
sebagian besarnya berasal dari penurunan aktiva tidak lancarnya sebesar 25,8%.
Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap Struktur Modal
Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
Evaluasi Model SEM (Structural Equation Modeling)
Partial Least Square (PLS) tidak memiliki syarat adanya asumsi distribusi
tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji atau
mengevaluasi signifikansi tidak diperlukan (Chin 1998; Chin dan Newsted 1999).
Oleh karena itu, evaluasi model PLS berdasarkan pada orientasi prediksi yang
mempunyai sifat non-parametrik sehingga model evaluasi PLS dilakukan dengan
evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner
model).
Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai
validitas dan reliabilitas model dengan menganalisis hubungan antara setiap
indikator terhadap variabel latennya (konstruk) (Ghozali 2012). Pada penelitian
ini menggunakan indikator reflektif sehingga uji validitas convergentnya dapat
dilihat dari nilai loading factor untuk tiap indikator konstruk. Rule of thumb yang
biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor
harus lebih dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai loading
factor antara 0,6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory. Namun demikian
untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading
faktor 0,5-0,6 masih dianggap cukup (Chin 1998). Pada Gambar 3 dapat dilihat
bahwa adanya perubahan model awal SEM (Gambar 2) dikarenakan variabel laten
pertumbuhan penjualan (sales growth) dan risiko bisnis (business risk) masingmasing hanya memiliki satu indikator (manifest) sehingga indikator sales growth
(SG) dan business risk (BRISK) langsung direflektifkan secara langsung ke
variabel laten struktur modal.

15

Gambar 3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara
langsung terhadap struktur modal
Pada penelitian ini, indikator dibawah 0,5 dihapus atau dropping. Indikator
yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,5 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai Loading Factor Awal
Konstruk

Struktur Modal

Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Pertumbuhan Aktiva

Indikator
Obligasi
Saham Biasa
Saham Preferen
Sales Growth
Business Risk
Total Aktiva
Total Penjualan
Return on Asset
Return on Equity
Net Profit Margin
Aktiva Lancar
Aktiva tidak Lancar

Perusahaan Jasa SektorKeuangan
Nilai
0,963
0,978
0,122
-0,389
0,228
0,969
0,966
-0,025
0,880
0,705
1,000
0,092

Proses dropping akan terus dilakukan hingga nilai loading factor setiap
indikator di atas 0,5 sehingga diperoleh model akhir SEM seperti pada Gambar 4.

16

Gambar 4 Model akhir SEM
Tabel 4 berikut ini merupakan tabel dimana nilai loading factor untuk setiap
indikator sudah di atas 0,5 yang menunjukkan masing-masing indikator
mereflektifkan variabel latennya (konstruk).
Tabel 4 Nilai Loading Factor Akhir
Konstruk
Struktur Modal
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas

OB
SB
TA

Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
Nilai
0,984
0,984
0,969

TP
ROE

0,965
0,875

NPM

0,883

Indikator

Untuk melihat hubungan antara indikator ke konstruk yaitu dengan melihat
nilai signifikansi T statistics. Indikator dinyatakan berpengaruh nyata jika T
statistics > 1.96. Tabel 5 menunjukkan bahwa masing-masing indikator memiliki
nilai T statistics > 1.96

17
Tabel 5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)
Original
Sample (O)
NPM

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG LISTED DI BEI

0 15 18

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 9 108

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1 4 15

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR MANUFAKTUR

0 1 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG PUBLIK YOHANES

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI 2010-2013

0 0 17