Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi ditandai dengan semakin banyaknya industri yang menggunakan teknologi maju dan modern. Penggunaan teknologi yang modern memberikan banyak kemudahan untuk proses produksi dan meningkatkan produktivitas kerja. Akan tetapi perlu disadari juga bahwa penggunaan teknologi tersebut disisi lain juga cenderung menimbulkan risiko bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang lebih besar. Oleh karena itu penggunaan teknologi maju dan modern harus memperhatikan adanya faktor bahaya. Perkembangan industri yang semakin pesat, dapat berakibat meningkatkan potensi bahaya dan penyakit akibat kerja. Potensi bahaya itu bersumber dari : bangunan, peralatan, industri, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan kerja. Syukri Shab, 1996 Faktor kimia, fisik, biologi, fisiologi dan mental psikologi di tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan para tenaga kerja. Kebisingan merupakan salah satu jenis faktor fisik. Kebisingan menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35. Di berbagai industri di Indonesia, angka kebisingan ini berkisar antara 30-50. WHO, 1998 1 xiii Kebisingan atau noise adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Depnakertrans RI, 2007 Efek dari penggunaan mesin-mesin dan peralatan yang berkekuatan tinggi di industri adalah timbulnya kebisingan di tempat kerja. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85-90 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam per hari secara terus menerus selama 3-10 tahun pada frekuensi sedang adalah 1000-3000Hz dan frekuensi tinggi adalah 4000-8000Hz tanpa menggunakan Alat pelindung diri APD dapat menyebabkan seseorang tenaga kerja mengalami kerusakan organ pendengaran. Ketulian akibat bising pabrik atau yang lazim disebut trauma bising atau Noise Induced Hearing Loss NILH, terjadi secara perlahan-lahan dan tidak dirasakan oleh tenaga kerja. Pada saat tenaga kerja merasa ada gangguan pendengaran umumnya sudah ada dalam keadaan permanen yang bersifat irreversible. Sedangkan efek lainnya dapat menyebabkan seseorang mengalami kehilangan pendengaran perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan dan perubahan ambang batas akibat kebisingan; akibat fisiologis rasa tidak nyaman dan stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala dan mudah lelah; gangguan emosional cepat marah dan kebingungan; gangguan gaya hidup gangguan tidur atau istirahat dan hilangnya konsentrasi bekerja; dan gangguan pendengaran berkurang kemampuan mendengarkan TV, radio, komunikasi, telepon yang semua ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kejadian trauma bising dapat dilacak dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan secara audiometris. Ballantyne,1990 xiv Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Cepu Pusdiklat Migas Cepu adalah suatu industri kedinasan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku bagi tenaga kerjadi lingkungannya, terlebih dalam dunia perminyakan dan gas bumi. Selain itu Pusdiklat Migas Cepu berfungsi sebagi tempat pengolahan minyak mentah. Pusdiklat Migas Cepu adalah tempat pengolahan minyak dan gas bumi, yang salah satu unitnya adalah unit Power Plant yaitu suatu unit di Pusdiklat Migas Cepu yang mengatur persediaan tenaga listrik. Unit ini sangatlah penting bagi Pusdiklat Migas Cepu karena merupakan pemasok listrik yang kemudian digunakan pada proses operasi, seperti di kilang, wax plant, water treatment, dan juga untuk perumahan Pusdiklat Migas Cepu. Power plant merupakan salah suatu unit yang memiliki faktor bahaya, yaitu kebisingan. Kebisingan itu sangatlah mengganggu aktivitas tenaga kerja. Sehingga perlu upaya- upaya untuk menanggulangi adanya bahaya kebisingan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan awal di unit power plant, bahwa tingkat kebisingan di unit tersebut sudah melebihi Nilai Ambang Batas NAB yang diperkenankan yaitu 85 dB, tetapi untuk menentukan standar minimum kebisingan di unit power plant tidaklah mudah, karena perlu digunakan suatu metode untuk menentukan NAB kebisingan yang tepat di unit power plant. Metode tersebut dilakukan dengan cara mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan operator dalam suatu pekerjaannya lalu dibandingkan dengan standar beberapa peraturan antara lain : 1. Kepmenaker No. 51 tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas NAB Kebisingan 8 jam kerja adalah 85 dB. xv 2. SNI No. 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas NAB iklim kerja panas, kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja. 3. OSHA tentang maksimum pemajanan kebisingan selama 8 jam rata-rata perhari tidak boleh melebihi batas yang diizinkan yaitu 90 dB. 4. Rekomendasi NIOSH tahun 1998 tentang melakukan revisi standat untuk ekspose kebisingan yang semula 8 jam rata-rata 85 dB. Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul Upaya Pengendalian Faktor Bahaya Kebisingan Pada Unit Power Plant Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Cepu.

B. Rumusan Masalah