“KEKERASAN TERHADAP HEWAN DALAM FILM” (Analisis Isi Unsur Kekerasan Terhadap Hewan Dalam Rise of The Planet of The Apes Karya Rupert Wyatt)

(1)

“KEKERASAN

TERHADAP HEWAN

DALAM FILM”

(Analisis Isi Unsur Kekerasan Terhadap Hewan Dalam Rise of

The Planet of The Apes Karya Rupert Wyatt)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaraktan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh : FADLY AZHARI

NIM : 07220311

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi MOTTO

-“Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan”- (Q.S Al Insyirah : 5)


(7)

vii

ABSTRAKSI

Fadly Azhari, 07220311

KEKERASAN TERHADAP HEWAN DALAM FILM

(Analisis Isi Unsur Kekerasan Terhadap Hewan Dalam Rise of The Planet of The Apes Karya Rupert Wyatt)

Pembimbing: Joko Susilo, S.Sos, M.Si, dan Drs. Farid Rusman, M.Si (xix + 74+ 8 tabel + 5 lampiran)

Bibliografi; 13 buku, 9 website.

Kata Kunci: Kekerasan terhadap hewan, analisis isi film Rise of The Planet of The Apes.

Salah satu produk seni dan budaya yang dapat mengkomunikasikan kejadian dan fenomena lingkungan dimana ia dibuat adalah film. Film merupakan salah satu media elektronik yang menggambarkan potret dari masyarakat, kemudian diproyeksikan di atas layar. Film yang diproduksi memiliki pesan-pesan di dalam ceritanya yang dikemas sedemikian rupa dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menghibur dan memberi informasi, namun ada pula yang mencoba memasukkan pesan tertentu yang bisa secara perlahan mengajak kepada penontonnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Berapa durasi kemunculan Kekerasan Terhadap Hewan dalam film science-fiction Rise of The Planet of The Apes? Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui frekuensi kemunculan kekerasan terhadap hewan dalam film Rise of The Planet of The Apes.

Seiring berjalannya waktu, kekerasan terhadap hewan semakin berkembang dengan berbagai contoh kasus yang semakin banyak. Banyak yang tidak menyadari bahwa barang yang selama ini dikonsumsi manusia sebenarnya diperoleh dengan proses kekejaman. Banyak hiburan yang melibatkan hewan. Berbagai macam produk kosmetik dan produk kebersihan diuji kemanannya

dengan menggunakan hewan sebagai bahan percobaannya. Banyak bentuk

kekerasan pada hewan dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat. Bentuk tersebut bisa fisik ataupun psikis hewan. Contoh bentuk fisik antara lain Sengaja memukul atau menyakiti jasmani hewan tersebut, Membiarkan hewan peliharaan kelaparan dan kehausan, Tidak pernah merawat hewan tersebut sehingga timbul penyakit kulit, atau penyakit dalam, Selalu mengikat hewan tersebut, Membiarkan hewan di luar tanpa menyediakan tempat berteduh dari hujan dan panas. Sedangkan Kekerasan psikis pada hewan antara lain Tidak memberikan kasih sayang sehingga hewan menjadi agresif, Sering mengabaikan kebutuhan dan kesehatan hewan, Mengurung dan mengikat hewan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan perangkat statistik deskriptif . Tujuan dari analisis isi adalah merepresentasikan kerangka pesan secara akurat. Penelitian ini menggunakan unit analisis adegan sebagai bagian penting dari sebuah film, dengan struktur kategori kekerasan terhadap hewan. Dan penelitian menunjukkan bahwa durasi Kekerasan baik Fisik maupun Psikis yang muncul dalam film Rise of The Planet of The Apes 915 detik dari 6371 detik atau sebesar 14,3%. Untuk muatan Kekerasan fisik, muncul sepanjang 161 detik atau sebesar 2,5% sedangkan


(8)

viii

dengan kategori Memukul muncul sepanjang 38 detik 0,59% dari total durasi yang ada pada film, kategori menyetrum muncul sepanjang 8 detik atau 0,13%, kategori menembak muncul sepanjang 66 detik atau1,03%, Kategori menyemprot muncul sepanjang 10 detik atau 0,15%, kategori menarik leher dengan paksa sepanjang 14 detik atau 0,22%, kategori tidak memberi makan yang memadai muncul sepanjang 15 detik atau 0,23%. sedangkan kategori membiarkan hewan kedinginan muncul sepanjang 10 detik atau 0,15%. Dan untuk kategori Kekerasan Psikis yaitu sepanjang 754 detik atau 11,8% dari total durasi yang ada pada film, kategori mengurung muncul 539 detik atau 8,46%, kategori mengikat 174 detik atau 2,73%, kategori menakuti hewan dengan senjata muncul sepanjang detik 29 atau 0,45%, dan kategori membangunkan hewan dengan kasar muncul sepanjang 12 detik atau 0,19%. Dari hasil uji realibilitas antara peneliti dengan kedua koder diperoleh angka lebih dari 0,75, sehingga data dinyatakan reliabel pada kedua kategori.

Kesimpulan dari penelitian menunjukkan kekerasan dengan kategori Psikis terhadap Hewan lebih ditonjolkan, kemudian disusul dengan kekerasan Fisik. Hasil ini diperoleh melalui jumlah kemunculan setiap kategori dalam film. Dari hasil penelitian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa realitas kekerasan terhadap hewan memang tidak mungkin dihindarkan dari kehidupan sehari-hari. Baik itu disadari atau tidak. Untuk menghilangkannya atau bahkan menghapuskannya lewat berbagai kampanye anti kekerasan terhadap hewan, adalah usaha yang tidak cukup efektif. Apalagi menghadapi fenomena kekerasan terhadap hewan yang marak saat ini telah berubah menjadi budaya yang mengakar karena edukasi mengenai hak hewan itu sendiri sangat minim. Tugas ini selain kesadaran dari individu tentunya dapat diemban oleh keluarga, sekolah, masyarakat maupun pengelola media massa.

Malang, 12 April 2012 Peneliti

Fadly Azhari

Pembimbing I

Joko Susilo. S.Sos.Msi

Menyetujui,

Pembimbing II


(9)

ix

ABSTRAC

Fadly Azhari, 07220311

VIOLENCE AGAINST ANIMALS IN FILM

(Analysis Content Element Of Violence Againts Animals In Rise Of The Planet Of The Apes by Rupert Wyatt)

Supervisor : Joko Susilo, S.Sos, M.Si. and Drs. Farid Rusman, M.Si (xix + 76 pages + 8 tabels + 5 enclosures)

Bibliography; 13 book, 9 website.

One of the arts and cultural products that can communicate the event and phenomena is the environment in which it made. Film is one of the electronic media depicting portraits of people, and then projected on the screen. The film have the messages in the story in such a way that is packed with different purposes, there is an entertaining and informing, but some are trying to put certain messages that can slowly bring to the audience. Formulation of the problem in this study is how the duration of the emergence of violence against animals in science-fiction movie Rise of The Planet of The Apes? With the aim of research to determine the frequency of occurrence of violence against animals in the film Rise of The Planet of The Apes.

Over time, the growing violence against animals with various examples of the growing number of cases. Many do not realize that the goods have been consumed by humans is actually obtained by the atrocities. Lots of entertainment that involves animals. A wide range of cosmetic and hygiene products kemanannya tested using animals as experimental material. Many forms of violence in animals due to lack of public awareness. Forms can be physically or psychologically animal. Examples of physical forms such as deliberately hit or physically harm the animal, Allowing pets hunger and thirst, never caring for the animal is causing a skin disease, or disease, the animal is always binding, Leaving animals outside without providing shelter from rain and heat. While the psychic violence to animals, among others, is to give love to the animals become aggressive, often ignoring the needs and animal health, animal Locking and binding.

This study uses content analysis method with the descriptive statistics. The purpose of content analysis is to accurately represent the framework of the message. This study analyzes the scene using the unit as an essential part of a film, the structure of the category of violence against animals. And research shows that the duration of both physical and psychic violence that appears in the film Rise of The Planet of the Apes 915 seconds of 6371 seconds or 14.3%. To the charge of physical violence, appears throughout the 161 seconds or 2.5%, while the hitting categories appear along with 38 seconds 0.59% of total length existing in the film, came along the shock category 8 seconds, or 0.13%, category


(10)

x shot up long as 66 seconds atau1, 03%, Category spray appeared during the 10 seconds, or 0.15%, the category of attractive force along the neck with 14 seconds, or 0.22%, the category did not appear sufficient to feed all of 15 seconds, or 0.23%. while the cold category appears to let the animal during the 10 seconds, or 0.15%. Psychic Violence and the category that is along the 754 seconds or 11.8% of the total duration of which is in the movie, the category locked up 8.46% or 539 seconds, 174 seconds or a binding category 2.73%, the category of animals with guns scare came along 29 seconds, or 0.45%, and the category with the coarse animal woke up the 12 seconds or 0.19%. Reliability of test results between the investigators obtained a second coder rate of more than 0.75, so the data is expressed reliably in both categories.

Conclusions from the study indicate the category of psychic violence against animals more highlighted, followed by physical violence. These results were obtained through a number of occurrences of each category in the film. From the above results, it can be said that the reality of violence against animals is unavoidable from everyday life. Whether it's conscious or not. To eliminate or even eliminate it through the various campaigns against violence to animals, is a business that is not effective enough. Let alone deal with the phenomenon of violence against animals are rampant today has turned into a deep-rooted culture for education about the rights of the animal itself was minimal. This task in addition to the awareness of individuals must be borne by the family, school, community and media managers.

Malang, 12th April 2012 Researcher,

Fadly Azhari

Supervisor 1

Joko Susilo. S.Sos.Msi

Agreed by,

Supervisor II


(11)

xi KATA PENGANTAR

Puji syukur keharibaan illahirabbi Allah SWT, yang telah menganugerahi segalanya dalam kehidupan kita, sehingga kita bisa beraktivitas seperti yang kita inginkan. Sholawat dan salam terhatur tulus untuk Rasul kita Muhammad SAW, yang telah mencerahkan alam fana ini dengan ilmu pengetahuan dan keteladanan yang sempurna.

“Akhirnya SELESAI juga” kata yang terucap ketika skripsi ini rampung. Setelah melakukan proses yang cukup panjang akhirnya saya memantapkan hati untuk tugas akhir perkuliahan, dengan memilih judul “Kekerasan Terhadap Hewan dalam

Film” (Analisis Isi Unsur Kekerasan Terhadap Hewan Dalam Rise of The Planet of The Apes Karya Rupert Wyatt) sebagai skripsi.

Pemilihan judul atau tema ini didasari dari Menyadari pentingnya memilah-milah sebuah tontonan yang dilihat, maka pada penelitian ini peneliti menghitung jumlah adegan kekerasan fisik pada sebuah filmyang berjudul Rise of The Planet of The Apes, yaitu film bergenre fiksi ilmiah tapi memiliki frekuensi kekerasan terhadap hewan. Meningat pada banyak kasus kekerasan terhadap hewan, saya tertarik untuk meneliti berapa banyak kandungan kekerasan terhadap hewan yang ada pada film ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa keterlibatan banyak pihak, terutama dukungan dari kedua orang tua dan seorang perempuan yang saya anggap istimewa. Mereka menjadi inspirator sekaligus lokomotif yang selalu menggiring peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Selain keluarga, dosen dan teman-teman juga banyak yang memberikan konstribusi pemikiran dalam penyelesaian skripsi ini. Tanpa mereka, penyelesaian skripsi ini akan jauh lebih membutuhkan tenaga dan pikiran yang ekstra besar.


(12)

xii Dengan ketulusan hati, peneliti ucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. DR. Muhadjir Effendy, M. AP., selaku rektor UMM. 2. Wahyudi, DR, M.Si., selaku Dekan FISIP, UMM.

3. Nurudin, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, UMM

4. Joko Susilo S.Sos, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan motivasi menyusun skripsi ini. 5. Drs. Farid Rusman, M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberi bimbingan dan masukan untuk skripsi ini. 6. Para dosen pada Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah mentransfer ilmu

pengetahuan pada peneliti.

7. KELUARGAKU, Abah H.M.Hanafi dan Mama Hj.Zairina tercinta, Terimakasih buat kalian yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa yang mengalir dalam setiap sujudmu.

8. Untuk yang terkasih Meky Anitha Nasution, Terimakasih untuk selalu ada disampingku, Pahit manis kita yang rasa.

9. Untuk keluarga besar Kelas D angkatan 2007 , Anomali Picture, Fantashit Film, UMM Radio, Himakom, AV Club, Terimakasih banyak atas pengalaman suka duka yang kita jalani untuk jadi kuat.

Tentu saja hasil penelitian ini masih mengalami kekurangan di sana-sini, untuk itu masih memerlukan pengkajian secara mendalam lagi dimasa datang. Terima kasih, semoga segala kebaikan, bantuan dan dorongan yang di berikan pada saya selaku peneliti mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya mujibassailin ….

Malang, 2012


(13)

xiii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iii

PERNYATAAN ORISINALITAS………. iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ………. v

MOTTO ……… vi ABSTRAKSI ……… vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… ...……… 1

B. Rumusan Masalah ……….………... 5

C. Tujuan Penelitian …...………... 5

D. Manfaat Penelitian ………... 6

D.1. Manfaat Akademik ………... 6

D.2. Manfaat Praktis ……….………... 6

E . Tinjauan Pustaka .……….. 7

E.1. Komunikasi Massa ………... 7

E.2. Media Massa ……… 8 E.1.1 Karekterisik Media Massa ……….

E.1.2 Fungsi Media Massa ……….………. E.3. Media Elektronik ………..

8 10 13


(14)

xiv

E.4 Film ………..……… 15

F.1. F.2. Kekerasan ………... Kekerasan Terhadap Hewan …...……… 16 18 F.2.1 Hewan Sebagai Alat Percobaan ………. 19

F.2.1.1 Percobaan Psikologi ………. 20

F.2.1.2. Percobaan Racun ………. F.2.2 Kekerasan Terhadap Hewan Dalam Film 21 22 G Metode Penelitian ……… 25

G.1. Ruang Lingkup Obyek Penelitian ……….. 25

G.2. Unit Analisis ……… 26

G.3. Satuan Ukur ……… 26

G.4. Struktur Kategori ……… 26

G.5. Metode, Sifat dan Tipe Penelitian .. ……… 29

G.6. Sumber Data ..……… 30

G.7. Teknik Pengumpulan Dan Analisa Data ..……… 30

G.8. Uji Realibilitas ..……… 34

BAB II GAMBARAN UMUM FILM RISE OF THE PLANET OF THE APES A. Sinopsis Film Rise of the Planet of the Apes ……………… 36

B. Biografi Rupert Wyatt ………. 39

C. Para Pemain Film Rise of the Planet of the Apes ……… 40

D. Tim Produksi Film Rise of the Planet of the Apes ……….. 41


(15)

xv BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. 73

B. Kelemahan Penelitian ……… 75

C. Saran BAB III KEKERASAN TERHADAP HEWAN DALAM FILM RISE OF THE PLANET OF THE APES A. Kekerasan Fisik Terhadap Hewan 47 A.1 Kekerasan Fisik Memukul ……… 47

A.2 Kekerasan Fisik Menyetrum ………. 48

A.3 Kekerasan Fisik Menembak ……….. 48

A.4 Kekerasan Fisik Menyemprot ……… 49

A.5 Kekerasan Fisik Menarik Leher Dengan Paksa ……… 50

A.6 Kekerasan Fisik Memberi Makan yang Kurang Memadai ... 51

A.7 Kekerasan Fisik Membiarkan Hewan Kedinginan ... 52

B. Kekerasan Psikis Terhadap Hewan 53 B.1. Kekerasan Psikis Mengurung ……... 54

B.2 Kekerasan Psikis Mengikat ……….. 54

B.3. Kekerasan Psikis Mengejar Hewan dengan Senjata ………. 54

B.4. Kekerasan Psikis Membangunkan Hewan dengan Kasar ………. 55

C. Uji Reliabilitas ……….. 61

C.1. Uji Reliabilitas Kekerasan Fisik Terhadap Hewan ……… 62


(16)

xvi

B.1. Akademis ……….. 75

B.2. Praktis ……… 75

DAFTAR PUSTAKA ………


(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penggalan Scene

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Koder 1 Lampiran 3 Lembar Pernyataan Koder 2 Lampiran 4 Lembar Coding dari Koder 1 Lampiran 5 Lembar Coding dari Koder 2


(18)

xviii DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Lembar Coding ……… 31

Tabel 2 : Lembar Distribusi Frekuensi Kekerasan Fisik ……… 32

Tabel 3 : Lembar Distribusi frekuensi Kekerasan Psikis ……… 33

Tabel 4 : Lembar Coding Peneliti ………... 58

Tabel 5 : Lembar Distribusi frekuensi kekerasan terhadap hewan Kategori kekerasan Fisik ………. 60

Tabel 6 : Lembar Distribusi frekuensi kekerasan terhadap hewan Kategori kekerasan Psikis ……… 61

Tabel 7 : Expected Agreement Unit Analisis Kategori Kekerasan Fisik ……. 63


(19)

xix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Memukul ……….. 48

Gambar 2 Menyetrum ………... 49

Gambar 3 Menembak ………... 50

Gambar 4 Menyemprot ………. 50

Gambar 5 Menarik Leher Dengan Paksa ……….. 51

Gambar 6 Memberi Makanan yang Kurang Memadai ... 52

Gambar 7 Membiarkan Hewan Kedinginan ... 53

Gambar 8 Mengurung ……… 54

Gambar 9 Mengikat ……… 55

Gambar 10 Menakuti Hewan dengan Senjata ... 56


(20)

xx DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Ujchana. 2001. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda Karya

Eriyanto, 2011. Analisis Isi : Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Rajawali Pers. Jakarta

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Fajar Interpratama Offset.

Mahardian Putra, Panji, 2002. Kekerasan Dalam Film Rambo, Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Rambo IV: In The Serpents Eye , Universitas Muhammadiyah Malang.

Mc Quail, Dennis, 1996. Teori Komunikasi Massa:Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta

Mulyana, Deddy,Ph.d,M.A,Prof. 2007. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Nurudin, 2007. Pengantar Komunikasi Massa, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung


(21)

xxi Tim KEPPHP BATAN,2011, Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan

Percobaan. Jakarta

Utami, Praychita, 2009. Pertimbangan Etis Dalam Perlakuan Manusia Terhadap Hewan, FIB, Universitas Indonesia.

West, Richard dan Lynn H, 2007. Turner, Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Salemba Humanika, Jakarta

Widagdo, Bayu, 2007, Bikin Film Indie itu Mudah, Andi, Yogyakarta

Wiryanto, 2000. Teori Komunikasi Massa, Bina Cipta, Jakarta

Web Site :

http://ericsasono.blogspot.com. Eri Sasono, “Film sebagai Kritik Sosial, diakses tanggal 10 November 2011 19.07 WIB.

http://nasional.kompas.com, Roy Thaniago, “Menonton hewan di layar kaca”. diakses tangal 1 November 2011 pukul 18.05

http://www.budpar.go.id/filedata/ “Undang – Undang Republik Indonesia

Nomor. 8 tahun 1992 tentang Perfilman” diakses tanggal 1 November

2011 pukul 22.15 WIB

http://www.profauna.org, Tim Profauna, ”Fakta Fauna” diakses tanggal 3 November 2011 pukul 19.15 WIB

http://www.sac-ina.org. Tim SAC, “Apakah Pengikatan Hewan Ternak Diperbolehkan”, diakses tanggal 10 Februari 2012, pukul 14.15 WIB http://majalahannida.multiply.com. Ekky al-Malaky, Menonton: Nggak

Sekedar Cari Hiburan, Powerfullnya Sebuah Film”, diakses tanggal 7 November 2011 pukul 22.07 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Cruelty_to_animals, diakses tanggal 1 November 2011 pukul15.48 WIB


(22)

xxii http://sains.kompas.com/read/2011/06/14/17532325/Yunanto Wiji Utomo & Tri

Wahono, “Edukasi Terhadap Hak Hewan Masih Minim”, diakses

tanggal 2 November 2011, pukul 17.15 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Rupert_Wyatt, diakses tanggal 10 Desember 2012 pukul 20.35 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Rise_Of_The_Planet_Of_The_Apes, diakses tanggal 10 Desember 2012 pukul 19.20 WIB.


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak DW Griffith membuat Intolerance pada tahun 1915, orang melihat

potensi film yang besar untuk menyajikan muatan lebih dari sekadar cerita. Media film kemudian dipenuhi diskusi mengenai hubungan muatan film dengan konteks masyarakat yang menghasilkannya. Uni Soviet pernah menggunakan media film sebagai media propaganda yang sangat efektif dengan pendekatan formalisme mereka. Italia pernah mengenal neo-realisme yang mendekati problem-problem stuktural kemiskinan pasca Perang Dunia Pertama. Perancis misalnya pernah mengenal realisme puitis yang merespon kegelisahan pasca Perang Dunia Kedua. Amerika tahun 1950-an dipenuhi oleh kisah fiksi ilmiah yang menggadang ketakutan

terhadap perang bintang akibat peluncuran Sputnik oleh Uni Soviet1.

Industri film adalah industri yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi.

1


(24)

2

Film merupakan bintangnya media massa, hal tersebut dikarenakan film memiliki tiga karakter pokok di dalamnya, yaitu gambar bergerak (motion picture), suara dan tulisan.. hasil dari film bisa seperti penyambung diri kita sendiri ditempat kejadian tersebut berlangsung, penerimaan informasi tidak hanya di dapat dari

caption (dalam media cetak) maupun suara (dalam media elektronik radio). Pesan yang ingin disampaikan melalui media film, selain bertujuan untuk menghibur dan memberi penerangan kepada masyarakat, ternyata juga bisa digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi pendapat masyarakat luas.

Film bagaikan pengungkapan realitas yang sebenarnya, tanpa ada rekayasa. Padahal dalam prakteknya dunia perfilman tidak jauh dari adanya penggunaan-penggunaan konsep-konsep yang nantinya dapat menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan tayangan tersebut, termasuk di dalamnya pembentukan citra atau pencitraan terhadap sesuatu, hal tersebut dapat kita temukan jika kita mengamati pola pengambilan gambar, angle dan ilustrasi suara yang dipadukan dalam proses penyuntingan dalam tahap pasca produksi sebuah tayangan. Film yang merupakan salah satu produk dari industri perfilman Pada awalnya di produksi untuk mengapresiasikan kreativitas para seniman-seniman yang bertujuan membawa pesan-pesan moril kepada pemirsanya.

Hewan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, sebagai sumber makanan, sumber penghasilan (uang) misalnya peternakan, penghasil tenaga misalnya kuda penarik gerobak, sumber penghasil bahan-bahan kerajinan/fashion, sebagai pemangsa hama, bahkan dijadikan peliharaan di rumah untuk dijadikan teman


(25)

3

bagi manusia. Belakangan ini wacana Kesejahteraan Binatang semakin marak di negara-negara dunia ini. Salah satu dampak dari proses modernisasi adalah eksploitasi binatang. Setiap tahun binatang mengalami penderitaan karena eksploitasi dan penganiayaan. Di Indonesia dengan satwanya yang sangat khas (sekitar 17% satwa di seluruh dunia terdapat di Indonesia) ada kekejaman dan eksploitasi terhadap satwa disebabkan adanya perdagangan terlarang yang sering terjadi di Indonesia2. Selain itu, binatang menderita karena mereka tidak diperlakukan dengan baik atau tidak dihiraukan.

Hewan pun juga digunakan sebagai alat percobaan, misalnya kosmetik, dan percobaan obat. Namun berbagai macam penderitaan bahkan sering berakhir dengan kematian akan dialami hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian. Penderitaan yang dialami hewan percobaan dapat berupa ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan (distress), rasa nyeri dan akhirnya kematian. Karena penderitaan yang dialami hewan percobaan adalah untuk kepentingan dan kebaikan manusia dan hewan, maka para peneliti dan pelaksana penelitian wajib menghormati dan memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi3. Hal ini lah yang mendorong Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN membuat pedoman etik Penggunaan Dan Pemeliharaan Hewan Percobaan.

Kemajuan teknologi informasi yang kian berkembang mengakibatkan semakin pesat pula perkembangan intelektualitas masyarakatnya, hal ini bersifat positif dan

2

http://www.profauna.org/content/id/fakta_satwa. 3


(26)

4

meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia, namun jika hal ini berbuntut pada hal-hal yang berbau negatif, seperti film menjadi panduan seseorang untuk melakukan kekerasan terhadap hewan maka hal ini harus segera dihentikan sebelum tindak kekerasan terhadap hewan di Indonesia semakin meningkat pesat. Televisi yang menayangkan film sebagai media yang berdaya jangkau luas dan berdaya bujuk jitu termasuk pihak yang perlu dilibatkan dalam membangun pandangan masyarakat dalam perlakuan terhadap hewan.

Perlakuan kekerasan terhadap hewan memang bukan sesuatu yang asing dan tabu di dunia ini. Kita mengenal banyak kebudayaan di berbagai negara yang melibatkan hewan dalam aktivitasnya. Tradisi banteng di Spanyol, perlombaan menungang hewan seperti di Amerika, atau dalam negeri sendiri seperti karapan sapi di Madura, adu ayam di Bali, dan di banyak tempat lain ada adu anjing dengan babi hutan, pacuan kuda, adu jangkrik, adu cupang, dan lain-lain. Untuk itulah pemerintah dan masyarakat dari berbagai dunia, sedang berusaha tidak hanya dengan jalan kampanye, tapi juga membuat tempat untuk perlindungan hewan, hal itu bisa dilihat dengan banyaknya suaka margasatwa, kebun binatang yang memperlakukan hewan dengan benar. Bahkan ada negara yang sudah melarang pembedahan terhadap hewan untuk penelitian, seperti Irlandia.

Rise of the Planet of the Apes sebuah film yang kisahnya terinspirasi dari novel La Planète des Singes (1963) karya Pierre Boulle serta merupakan reboot dari franchise film Planet of the Apes yang telah dimulai semenjak tahun 1968. Yang menyajikan kisah mengenai bagaimana karakter para kera berusaha untuk mengambil


(27)

5

alih dunia setelah rentetan perlakuan kasar yang sering diterapkan umat manusia pada

mereka4. Dalam film ini terdapat adegan kekerasan terhadap hewan, baik sebagai alat

uji coba penelitian ataupun sebagai hewan liar yang ditempatkan di tempat penampungan hewan. Dan tentunya kekejaman dunia korporasi terhadap hewan percobaan mereka tergambar dengan jelas di film ini.

B. Rumusan Masalah

Dari ulasan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud akan mengangkat permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa besar frekuensi kemunculan kekerasan terhadap hewan dari 6371 detik dalam film Rise of The Planet of The Apes?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Frekuensi kemunculan kekerasan terhadap hewan yang terkandung dari 6371 detik dalam film Rise of The Planet of The Apes .

2. Jenis kekerasan terhadap hewan yang ada di dalam film Rise of The Planet of The Apes.

3. Frekuensi kemunculan kekerasan terhadap hewan yang paling dominan dari film Rise of The Planet of The Apes .

4


(28)

6

D. Manfaat Penelitian D.1. Secara akademis

Hasil penelitian ini di harapkan mampu memotivasi peneliti-peneliti lain untuk lebih mengembangkan dan memperluas berbagai penelitian-penelitian kekerasan terhadap hewan dalam media di masa depan. Serta dapat memberikan sumbangan konsep dan teori terhadap perkembangan ilmu komunikasi.

D.2. Secara praktik

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kekerasan terhadap hewan yang terdapat dalam film, sehingga masyarakat dapat lebih selektif lagi dalam memilih pesan apa yang ingin disampaikan sebuah film, sehingga memberikan kesadaran tentang bagaimana memperlakukan hewan sebagai makhluk hidup.


(29)

7

E. Tinjauan Pustaka E.1. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa dikemukakan oleh Josep A Devito yakni, ” First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual.Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita)5.

5


(30)

8

E.2. Media Massa

Media massa merupakan dari media komunikasi massa (media of mass comunication). Media massa ada sebagai saluran penghubung komunikasi antar massa. Menurut Blumer yang dikutip, massa merupakan sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, dan tidak memiliki kepemimpinan atau organisasi formal. Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media sebagai saluran yang mampu menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing-masing agar diketahui dan dipahami oleh yang lain6. McLuhan mengatakan bahwa media secara umum, bertindak secara langsung untuk membentuk dan mengorganisasikan sebuah budaya. Pemikiran ini dapat kita liha ke dalam 3 asumsi :

1. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat

2. Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman kita.

3. Media menyatukan seluruh dunia7. E.2.1. Karakteristik Media Massa

Menurut Harold D. Lasswell untuk memahami komunikasi massa harus mengerti unsur-unsur tersebut yang kemudian diformulasikan olehnya dalam bentuk pertanyaan, Who Says What In Which Channel To Whom and What Effect?8

6

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (2007) hlm.22

7 Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (2007)

hlm 136-137

8


(31)

9

Secara umum karakterisik media massa sama. Artinya jika memiliki ciri-ciri khas sebagai mana yang “diberikan” kepada media massa, maka bukan media massa. Ciri-ciri khas diberikan setelah manusia menggunakan berbagai media dalam berkomunikasi. Agar tidak sama dengan media lainnya yang telah dan masih digunakan manusia, maka media massa diberi ciri-ciri khusus yang disebut sebagai “karakteristik media massa”.

Secara umum, media massa memiliki karakteristik yang sama, yaitu: 1. Komunikatornya melembaga.

2. Pesannya bersifat umum. 3. Komunikannya heterogen.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah 5. Menimbulkan keserempakan9

Definisi lain dari komunikasi massa menurut Joseph A. DeVito pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Yang pertama yaitu, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau

9


(32)

10

visual. Komunikasi barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film10

Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah mengutamakan isi daripada hubungan. Jika setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan, pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. Namun komunikasi massa mempunyai karakteristik yang lemah yaitu bersifat satu arah. Karena komunikasi ini menggunakan media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Sebagaimana diketahui, media berperan penting dalam menanamkan pesan-pesan yang baik untuk generasi penerus bangsa agar tidak menjadi bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsa. Salah satu media yang mampu berperan adalah film.

E.1.2. Fungsi media massa

Fungsi (function) adalah suatu tugas khusus yang dibebankan pada sesuatu. Fungsi media massa adalah tugas khusus yang dibebankan pada media massa. Tugas itu tidak dibebankan selain pada media massa.

10


(33)

11

Dalam berbagai macam wacana tentang fungsi media massa, disebutkan 4 fungsi media massa yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti harus dilaksanakan secara bersama-sama, tidak boleh mengutamakan satu atau dua fungsi tapi mengabaikan fungsi lainnya. Ketika media massa melakukan fungsi penyalur informasi tentu saja dilarang keras meninggalkan fungsi pendidik dan fungsi-fungsi yang lainnya.

Dan fungsi dari komunikasi massa menurut DeVito adalah:

1. Fungsi meyakinkan (to persuade)

Fungsi penting komunikasi massa adalah fungsi meyakinkan atau persuasi. Persuasi bisa datang dalam bentuk:

a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai

seseorang.

b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang

c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu

d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu

Mengukuhkan. Usaha untuk melakukan persuasi, kita pusatkan pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak agar mereka bertindak dengan cara tertentu.


(34)

12

Mengubah. Media akan mengubah orang yang tidak memihak pada suatu masalah.

Menggerakkan. Dilihat dari sudut pengiklan (advertiser) fungsi terpenting media massa adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan.

Menawarkan etika. Fungsi persuasif dari media massa lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan mengungkapkan tentang adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku, media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi.

2. Fungsi menganugrahkan status

Penganugrahan status terjadi apabila berita yang disebar luaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat. Dengan memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat menganugrahkan kepada orang-orang-orang-orang tersebut suatu status public yang tinggi.

3. Fungsi membius (narcotization)

Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya. Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan pasif, seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik.


(35)

13

4. Fungsi menciptakan rasa kebersatuan

Fungsi yang tidak banyak disadari oleh kita semua adalah kemampuannya untuk membuat kita merasa menjadi anggota atau kelompok.

5. Fungsi privatisasi

Privatisasi adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri. Berlimpahnya informasi yang dijejalkan kepada kita telah membuat kita merasa kekurangan dan membuat sebagian orang putus asa sehingga menarik dirinya ke dunianya sendiri.

E.3. Media Elektronik

Media Elektronik adalah salah satu jenis dari media massa. Media elektronik sendiri merupakan media yang menggunakan tenaga elektronik untuk pengguna yang akan mengaksesnya. Contoh media elektronik sendiri adalah televisi, radio, film, dan internet.

Kemajuan teknologi informasi di satu sisi memang membawa dampak perubahan yang berarti bagi kemanusiaan. Namun dampak negatifnya juga harus diantisipasi. Tayangan kekerasan di berbagai media yang dipertontonkan secara terbuka, harus sedini mungkin dicermati sebagai bentuk "pendidikan terselubung" bagaimana cara melakukan tindak kekerasan.


(36)

14

Kekerasan yang ditayangkan film tak hanya muncul dalam film kartun, film lepas, serial dan sinetron. Adegan kekerasan juga tampak pada hampir semua film, Tidak terkecuali dalam film drama. Meskipun dalam bentuk rekayasa, penayangan secara utuh tindak kekerasan pada film, mulai dari awal hingga akhir, langsung atau tidak langsung, memberi contoh kepada penonton bagaimana cara melakukan tindak kekerasan. Memang, mengurai latar belakang kasus ini tak sesederhana itu. Tapi sebagai sebuah pembelajaran, pantas direnungkan apakah tayangan kekerasan terhadap hewan layak ditonton anak-anak dan remaja. Negara sebenarnya memiliki UU No 18 Tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan yang dijadikan pegangan untuk masalah kesejahteraan hewan namun tidak secara eksplisit membahas masalah tersebut.

Beberapa tayangan televisi yang melibatkan hewan dalam materi siarnya adalah Petualangan Panji, Gadis Petualang, dan Deny Manusia Ikan (ketiganya disiarkan Global TV); Dunia Air, Mancing Mania, dan Asal-Usul Fauna (ketiganya disiarkan Trans 7); serta Berburu (Trans TV) dan Mata Pancing (MNC TV). Dari judul-judul tersebutmenurut Roy Thaniago terciri dua pendekatan yang dipakai: (1) tayangan yang melibatkan hewan untuk tujuan pendidikan dan (2) tayangan yang melibatkan hewan sebagai ajang pemuas nafsu sesaat.Pendekatan pertama jelas, dengan lebih mengenal makhluk hidup lain, penonton akan mengalami proses pembelajaran, mulai aspek ilmiah sampai religiositas. Pendekatan kedua pun sama jelasnya lewat aktivitas


(37)

15

mempermainkan nyawa hewan demi kesenangan. Tayangan semacam ini seperti ingin memberi pernyataan bahwa manusia pusat kehidupan ini11.

E.4. Film

Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Unsur tersebut dibuat dengan latar belakang alur cerita yang mengandung pesan yang akan sampaikan oleh sutradara. Kombinasi pesan tersebut disampaikan sutradara melalui gambar, dialog, suara, warna, sudut pengambilan dan musik. Adegan dirangkai satu sama lain berserta lambang – lambang yang di pergunakan, sehingga pesan dapat dipahami oleh khalayak penonton.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 8 tahun 1992 tentang Perfilman, bab 1 pasal 1, menyebutkan bahwa,” Film adalah karya cipta dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan/ atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan/ atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,dan atau lainnya. Sedang Undang-Undang Perfilman penjelasan tentang pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perfilman, menentukan ada 3 (tiga) jenis film yang

11


(38)

16

termasuk dalam film sebagai media komunikasi massa pandang dengar (audio visual). Pertama film tersebut dibuat dari bahan baku pita seluloid melalui proses kimia yang lazim disebut film. Kedua, film yang dibuat dengan bahan pita video atau piringan video melalui proses elektronik, yang lazim disebut rekaman video. Ketiga, film yang dibuat dengan bahan baku atau melalui proses lainnya sebagai hasil perkembangan teknologi, yang dikelompokkan sebagai media komunikasi massa pandang dengar12.

Dalam pandangan Dennis McQuail, film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga13.

F. Kekerasan

Kekerasan adalah suatu perbuatan yang menyebabkan kerusakan atau serugian secara fisik maupun psikis bagi suatu atau orang lain. kekerasan juga dapat di artikan juga sebagai perbuatan yang mendatangkan penderitaan, rasa, haru, dan kesedihan bagi orang yang terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam perbuatan tersebut. Dan menurut Galtung kekerasan lebih banyak ditentukan oleh segi akibat atau pengaruh suatu perbuatan atau keadaan manusia. Galtung mengemukakan enam

12

www.budpar.go.id/.../file/5168_1434-UU33Tahun2009Perfilman.pdf 13


(39)

17

aspek perbedaan, yaitu kekerasan fisik dan verbal, pengaruh positif atau negatif, ada objek disakiti atau tidak,ada subjek pelaku kekerasan atau tidak, disengaja atau tidak,tampak atau tersembunyi14.

Untuk menjawab apakah yang di maksud dengan kekerasan, Galtung terlebih dahulu mencari nagasi dari kekerasan tersebut. Nagasi kekerasan adalah perdamaian. Untuk mencapai rasa damai manusia memiliki empat kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan kelangsungan hidup, kebutuhan kesejateraan, kebutuhan jati diri, dan kebutuhan kebebasan. Kekerasan di anggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari dari kebutuhan dasar manusia.

Menurut Douglas dan Waksler dalam penelitian Werdiningsih yang dikutip Panji Mahardian Putra dalam penelitiannya, istilah kekerasan di gunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) maupun yang tertutup (covert), baik yang menyerang (offensife) atau bertahan (defensife) yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Berdasarkan uraian tersebut, kekerasan dapat di kelompokan menjadi 2 jenis :

(a). Kekerasan terbuka, yaitu kekerasan yang dapat di lihat, misalnya: perkelahian, pembunuhan, perampokan, pemerasan, pencurian, pemukulan, penjambretan,dll.

14 Panji Mahardian Putra, 2002.

Kekerasan Dalam Film Rambo, Analisis Isi Kekerasan Dalam Film Rambo IV: In The Serpents Eye , hlm.17


(40)

18

(b). Kekerasan tertutup, yaitu kekerasan yang tersembunyi yang tidak menampakan aksi secara fisik, tetapi dapat mengakibatkan penderitaan atau kerugian kepada orang lain, misalnya perilaku mengancam,memperolok, memfitnah,membohongi, dll. Adapun berdasarkan tujuan pelakunya, kekerasan dapat di bedakan menjadi 2 jenis:(a). Kekerasan agresif, yaitu kekerasan yang di lakukan untuk mendapatkan sesuatu, dan (b).kekerasan defensif yaitu kekerasan yang di lakukan sebagai upaya dalam perlindungan diri. Baik kekerasan agresif maupun kekerasan difensif dapat bersifat terbuka atau tertutup, sehingga bentuk perilaku kekerasan defensif tidak berbeda dengan perilaku dalam kekerasan agresif. Di samping itu, kekerasan dapat bersifat kolektif atau individual15.

F.1. Kekerasan Terhadap Hewan

Ketika masyarakat memperlakukan hewan bukan sebagai objek,

maka freedom atau kebebasan hewan tersebut akan terpenuhi. Kebebasan

mencakup bebas dari rasa takut, bebas dari rasa lapar, kesehatan dan sebagainya. Kenyataan di lapangan masih banyak praktek yang kurang menghargai hewan. Pramudya Harzani dari Jakarta Animal Aid mencontohkan, masih ada anjing yang disiksa atau lumba-lumba yang dipelihara di dalam kolam16.

15

Ibid hlm.18 16


(41)

19

Sudah begitu lamanya hewan dipandang sebagai makhluk inferior dan ada hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia saja. Hal ini mengakibatkan manusia menjajah hewan dan mengeksploitasi mereka. Berbagai anggapan muncul atas perlakuan manusia ini, seperti misalnya hewan yang tidak mempunyai kapasitas mental yang sama dengan manusia, hewan itu tidak mampu merasakan sakit dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, kekerasan terhadap hewan semakin berkembang dengan berbagai contoh kasus yang semakin banyak. Banyak yang tidak menyadari bahwa barang yang selama ini dikonsumsi manusia sebenarnya diperoleh dengan proses kekejaman. Banyak hiburan yang melibatkan hewan. Berbagai macam produk kosmetik dan produk kebersihan diuji kemanannya

dengan menggunakan hewan sebagai bahan percobaannya17.

F.1.1. Hewan Sebagai Alat Percobaan

Dari zaman dulu manusia sudah sering melakukan percobaan dengan menjadikan hewan sebagai objek percobaannya. Mulai dari zaman yunani kuno dimana Aristoteles (384-322 BCE) dan Erasistratus (304-258 BCE) termasuk orang-orang yang pertama yang melakukan percobaan terhadap hewan. Dari vivisection yang merupakan praktek pembedahan hewan secara hidup-hidup ingga percobaan psikologis seperti yang dilakukan dalam behaviorisme. Percobaan – percobaan ini dilakukan dengan alasan penemuan medis sekaligus untuk menambah

17


(42)

20

ilmu biologis. Apabila ditelusuri lebih lanjut, percobaan – percobaan ini seringnya dilakukan demi keuntungan manusia sendiri. Akan tetapi, praktek ini seringkali dilakukan tanpa memikirkan kesakitan yang dirasakan hewan-hewan yang dilibatkan. Berikut ini adalah contoh percobaan yang dilakukan terhadap hewan.

F.1.1.1 Percobaan Psikologi

Percobaan yang cukup mengerikan banyak dijumpai di dalam pengembangan psikologi. Seorang professor bernama harry F. Harlow yang sebelum meninggal bekerja di Primate Research Center di Madison, Winsconsin melakukan percobaan yang hendak memberikan rangsangan patologi psikologis pada kera yang masih bayi. Ia mencoba untuk membuat agar kera-kera yang telah diasingkan sejak lahir tersebut, menjadi depresi dengan cara membiarkan mereka melekat pada induk buatan yang dibuat dari bahan kain. Ketika kera yang masih bayi itu melekat dengan ”induknya” itu, pada jadwal yang sudah ditetapkan, angin kencang akanakan dihembuskan dari induk buatannya itu sampai kera yang masih bayi terlempar. Namun percobaan ini tidak berhasil karena kera bayi tersebut semakin melekat pada induk buatannya.

Kemudian, Harlow mencoba usaha baru dengan mengunakan kera betina sungguhan. Tetapi, sama seperti kera bayi


(43)

21

yang disebutkan sebelumnya, kera betina ini juga diasingkan sejak lahir. Namun, karena kera betina tersebut belum pernah bersosialisasi, ia dibuat hamil secara paksa. Ketika bayinya lahir harlow mulai menobservasi dan ia menemukan bahwa sebagian dari kera betina tersebut hanya mengabaikan bayinya. Tetapi banyak juga yang menjadi sangat brutal dengan menggit kepala bayinya atau membanting-banting bayinya ke lantai. Harlow menyimpulkan bahwa kepasrahan dalam jiwa seseorang bisa mengakibatkan ketakutan dan terorisme18.

F.1.1.2. Percobaan Racun

Lahan percobaan besar lainnya adalah di bidang bahan kimia yang melibatkan praktek yan meracuni hewan-hewan percobaannya. Berbagai macam kosmetika dan zat lainnya diuji coba pada mata hewan, contohnya kelinci.

Hasil percobaan tersebut seringkali berakibat sangat serius seperti kehilangannya karakteristik-karakteristik pada mata seperti iris pupil dan kornea mulai terinfeksi. Kebutaan juga seringkali terjadi akibat kerusakan pada kornea atau kerusakan pada struktur internal mata. Peneliti pada saat ini tidak diwajibkan untuk menggunakan bius pada kelincinya, tetapi terkadang diberi bius

18


(44)

22

dalam jumlah kecil. Meskipun demikian, hal ini tetap tidak mencegah kesakitan yang dapat dirasa setelah proses percobaan19. F.2. Kekerasan Terhadap Hewan dalam Film

Bentuk-bentuk kekerasan dalam media massa khususnya film dapat dibagi dua yaitu kekerasan fisik dan kekerasan simbolik. Kekerasan fisik yaitu kekerasan yang dibeberkan dalam kisah fisik yang biasanya meski jauh dari realitas, namun masih memiliki pijakan atau analogi dengan dunia nyata. Oleh karena itu, kekerasan fiksi menjadi berbahaya ketika justru memberi kemungkinan baru yang tidak ada dalam dunia riil. Sedangkan kekerasan simbolik adalah kekerasan yang paling sulit diatasi karena dampak yang biasa dilihat dalam kekerasan fisik tidak tampak. Tidak tampak adanya luka, tidak ada akibat traumatis, tidak ada ketakutan atau kegelisahan, bahkan korban tidak merasa telah didominasi atau dimanipulasi.

Kekerasan terhadap hewan telah lama menjadi masalah dalam seni pembuatan film, bahkan beberapa diantaranya film beranggaran besar milik Hollywood, karena diduga mengabaikan dan kadang-kadang membahayakan hewan selama produksi. Salah satu contoh kekerasan terhadap hewan paling terkenal dalam film adalah film Heaven’s Gate karya Michael Cimino. Di film ini banyak hewan yang disiksa bahkan

19


(45)

23

dibunuh selama produksi. Cimino diduga membunuh ayam dan kuda untuk diambil darahnya yang digunakan sebagai efek pada aktornya, dan menggunakan kuda untuk diledakkan dengan dinamit dalam scene

pertempuran20.

Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Jurnalisme mungkin mengacu kerjanya pada realitas, tetapi jurnalisme dikendalikan oleh prinsip kelayakan berita yang memenggal realitas itu dalam satuan-satuan kelayakan berita tersebut. Sedangkan film nyaris tak terbatasi oleh hukum-hukum ekstrinsik macam itu. Ketika pembuat film memilih sebuah tema, maka yang membatasinya adalah hukum-hukum intrinsik film itu sendiri. Dengan pilihan yang nyaris sama luasnya dengan kehidupan itu sendiri, film punya kemungkinan yang tak terbatas. Salah satu kemungkinan itu adalah menangkap semangat hidup yang ada di masyarakat tempat sang pembuat film itu hidup dan menurunkannya dengan cara bercerita.

Film sebagaimana media lain, punya peluang menyumbangkan sesuatu bagi masyarakatnya. Hal ini tanpa bermaksud untuk membebani proses produksi film yang sudah sedemikian rumit dan mahal, tetapi tanggungjawab film sebagai media dan wahana pengungkapan ekspresi

20


(46)

24

tetap ada. Pesan yang disampaikan dengan baik tetap bisa menghibur. Dalam konteks produksi yang mahal, tanggung jawab film menjadi lebih nyaring lagi. Jika media film digunakan semata-mata untuk bersenang-senang dan tak mampu menangkap sedikit banyak hal yang menjadi semangat hidup di masyarakat, tentu hal ini merupakan pemborosan.

Masyarakat pada umumnya tidak sadar mereka sedang menyakiti hewan tersebut, karena hewan itu hanya dianggap sebagai barang bukan sebagai makhluk hidup yang setelah rusak atau sakit dapat dibuang atau dibeli lagi. Mereka hanya membeli hewan tersebut karena dari fisiknya yang lucu dan menggemaskan tanpa mempertimbangan perawatan dan kebutuhannya.

Banyak bentuk kekerasan pada hewan karena kurangnya kesadaran masyarakat. Bentuk tersebut bisa fisik ataupun psikis hewan. Contoh bentuk fisik antara lain:

1. Sengaja memukul atau menyakiti jasmani hewan tersebut

2. Membiarkan hewan peliharaan kelaparan dan kehausan

3. Tidak pernah merawat hewan tersebut sehingga timbul penyakit kulit, atau penyakit dalam


(47)

25

4. Membiarkan hewan di luar tanpa menyediakan tempat berteduh dari hujan dan panas

Kekerasan psikis pada hewan antara lain:

1. Tidak memberikan kasih sayang sehingga hewan menjadi agresif 2. Sering mengabaikan kebutuhan dan kesehatan hewan

3. Mengurung dan mengikat hewan tersebut21

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. tujuan dari analisis isi adalah mempresentasikan kerangka pesan secara akurat. Untuk itu kuantifikasi menjadi penting dalam memperoleh obyektifitas yang dimaksud. kuantifikasi juga mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan dan laporan secara ringkas,menarik dan akurat. Menurut Eriyanto dalam bukunya, definisi analisis isi menurut Barelson (1952:18) adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis, dan deskrifsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak22.

G.1. Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah adegan kekerasan terhadap hewan dalam film Rise of The Planet of The Apes karya Rupert Wyatt yang memiliki total durasi 106 menit.

21 http://en.wikipedia.org/wiki/Cruelty_to_animals, diakses tanggal 1 November 2011 jam 15.48 WIB 22


(48)

26

G.2. Unit Analisis

Unit pencatatan adalah unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Karena berkaitan dengan setiap tindakan yang mengandung kekerasan terhadap hewan yang nantinya akan dicatat, dihitung, dan di analisis. Selanjutnya tindakan kekerasan terhadap hewan dalam film ini dipergunakan sebagai unit analisis dalam penelitian. Unit analisis tindak kekerasan terhadap hewan dalam film adalah aktivitas yang dilakukan oleh tokoh yang mengandung muatan kekerasan terhadap hewan.

G.3. Satuan Ukur

Satuan ukur merupakan ukuran fisik dari suatu teks yang ada pada media massa. Untuk Televisi biasanya berupa waktu (durasi). Sementara untuk media cetak, ukuran fisik umumnyayan dipakai adalah luas/panjang berita.23Satuan ukur dalam penelitian ini adalah durasi detik kemunculan tindakan di setiap scene dalam film Rise of The Planet of The Apes yang mengandung unsur kekerasan terhadap hewan.

G.4. Struktur Kategori

Penelitian yang menggunakan metode analisis isi, validitas serta hasil – hasilnya sangat bergantung pada kategori – kategorinya. Di dalam penelitian ini, kekerasan didefinisikan sebagai opini oleh seseorang atau sekelompok

23


(49)

27

masyarakat tentang fenomena atau realitas sosial yang terjadi di mayarakat pada waktu tertentu.

Kategori dibuat dimaksudkan untuk memberi batasan-batasan yang jelas mengenai kekerasan terhadap hewan yang terkandung dalam film Rise of The Planet of The Apes yang diteliti. Adapun kategori aspek kekerasan adalah:

a) Kekerasan Fisik

Adalah tindakan atau perbuatan yang melukai secara fisik seperti memukul, menendang, mengigit, menusuk dan sebagainya. Adapun indikator yang akan digunakan sebagai adanya sebuah tindak kekerasan secara fisik pada hewan adalah sebagai berikut

1. Memukul

Perilaku atau tindakan menyakiti makhluk lain baik secara fisik dengan melakukan penganiayaan dan pemukulan dengan atau tanpa menggunakan suatu alat dengan maksud menyengsarakan

2. Menyetrum

Perilaku atau tindakan menyakiti makhluk lain baik secara fisik dengan mengunakan alat yang mengandung tegangan listrik

3. Menembak,

Perilaku melukai atau menyakiti makhluk lain dengan menggunakan senjata seperti pistol, senapan, dan sebagainya.


(50)

28

4. Menyemprot,

Perilaku atau tindakan menyiksa makhluk lain dengan mengunakan alat yang mengeluarkan air biasanya air yang dikeluarkan memiliki tekanan yang tinggi sehingga menyengsarakan makhluk lain.

5. Menarik Leher Dengan Paksa,

Perilaku atau tindakan menggunakan kekerasan kepada makhluk lain dengan maksud mendesak atau menekan biasanya dengan suatu alat 6. Membiarkan Hewan Kedinginan,

Perilaku mengabaikan kesehatan makhluk lain yang menyebabkan timbulnya penyakit

7. Memberikan Makan yang kurang memadai

Perilaku perilaku atau tindakan yang bertujuan untuk membuat makhluk lain menderita kelaparan karena kurangnya atau tidak adanya makanan, tidak memadai dalam hal ini adalah mengenai kurangnya kandungan gizi makanan yang diberikan

b) Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat. Pada hewan kekerasan ini menyebabkan agresifitas hewan tersebut. Indikatornya adalah


(51)

29

1. Mengurung,

Adalah perbuatan memasukkan ke dalam tempat kurungan, sehingga yang dikurung tidak bisa bersosialisasi dengan sesamanya

2. Mengikat,

Adalah perbuatan menjerat leher yang dilakukan kepada makhluk lain dengan tujuan membatasi ruang geraknya. biasanya hewan menjadi neurotik, tidak bahagia, cemas, dan seringkali agresif apabila dia dirantai atau di kandangi terus-menerus.

3. Menakuti Hewan dengan Senjata,

Adalah perilaku atau tindakan menakut-nakuti hewan dengan maksud mengintimidasi sehingga menyebabkan hewan ketakutan.

4. Membangunkan hewan dengan kasar24.

Perilaku atau tindakan menggunakan kekerasan untuk membangunkan tidur makhluk lain dengan maksud menganggu atau mendesak.

G.5. Metode, Sifat dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. Tujuan dari analisis isi adalah merepresentasikan kerangka pesan secara akurat. Untuk itu, kuantifikasi menjadi penting dalam upaya memperoleh obyektifitas

24


(52)

30

yang dimaksud. Kuantifikasi juga mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan dan laporan secara lebih ringkas dan menarik.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

G.6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah film Rise of The Planet of The Apes yang rilis pada 5 Agustus 2011 dan diproduksi oleh 20th Century Fox.

Film ini berformat .mkv yang di download pada tanggal 17 November 2011 dari website www.ganool.com.

G.7. Teknik Pengumpulan Dan Analisa Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Rise of The Planet of The Apes tersebut, untuk memperoleh data berupa adegan yang terdapat pada setiap tindakan yang mengandung kekerasan terhadap hewan. Kemudian data dimasukkan kedalam kategori kekerasan. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar coding per kategori seperti contoh berikut (lihat tabel 1).


(53)

31

Tabel 1: Lembar Coding

Scene Kekerasn

Kekerasan Fisik Kekerasan Psikis

K 1 K 2 K3 K 4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11

Jumlah Keterangan: K1 : Memukul

K2 : Menyetrum

K3 : Menembak

K4 : Menyemprot

K5 : Menarik Leher Dengan Paksa

K6 : Memberi Makan yang Kurang Memadai

K7 : Membiarkan Hewan Kedinginan

K8 : Mengurung

K9 : Mengikat

K10 : Mengejar Hewan dengan Senjata


(54)

32

Kemudian data dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah perhitungan guna mengetahui banyaknya frekuensi kemunculan dari masing-masing kategori. Adapun tabel distribusi frekuensi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2:

Lembar Distribusi Frekuensi

Kategori kekerasan Fisik Terhadap Hewan Kategori kekerasan

Fisik

Frekuensi kemunculan

%

Memukul Menyetrum Menyemprot

Menembak Menarik Leher dengan

Paksa

Membiarkan Hewan Kedinginan Memberi Makan yang

Kurang Memadai Jumlah


(55)

33

Tabel 3 :

Lembar Distribusi frekuensi

Kategori kekerasan Psikis Terhadap Hewan Kategori kekerasan

Psikis

Frekuensi kemunculan

%

Mengurung Mengikat

Mengejar Hewan dengan Senjata

Membangunkan hewan dengan kasar

Jumlah

Selanjutnya lewat tabel distribusi frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif, peneliti melakukan perhitungan persentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai kekerasan terhadap hewan yang terdapat dalam film Rise of The Planet of The Apes


(56)

34

G.8. Uji Reliabilitas

Untuk menghitung kesepakatan (percentage of agreement) dari hasil penilaian para koder, peneliti menggunakan rumus yang oleh Ole R. Holsty (1969) sebagai berikut:

2M

CR =

N1 + N2

Keterangan: CR

M

N1, N2 = = =

Coeficient Reliability

Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding (hakim) dan periset

Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding (hakim) dan periset

Untuk reliabilitas peneliti melibatkan koder, dan untuk menguji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Pi Index Scott (dikembangkan tahun 1955), yaitu:


(57)

35

% Observed Agreement - % Expected Agreement Pi =

1 - % Expected Agreement

Observed Agreement adalah persentasi persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai CR). Expected Agreement

adalah persentase persetujuan yang diharapkan yaitu proporsi dari jumlah pesan yang dikuadratkan. Jika tingkat kesepakatan 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid atau reliable. Namun sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategori operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi25. Disini peneliti dibantu oleh dua orang koder yaitu Andyka Bayu Cahyanto dan Hery Purwana, kedua orang ini dipilih karena ketertarikan terhadap film dan sedang mengadakan penelitian yang berkaitan dengan kekerasan. Andyka Bayu Cahyanto adalah mahasiswa Jurusan Ilmu komunikasi yang pernah menjadi manajer produksi di Anomali Picture, dan Hery Purwana adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang berpengalaman menyutradarai film pendek di Fantashit Film.

25


(1)

kesimpulan dan laporan secara lebih ringkas dan menarik.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

G.6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah film Rise of The Planet of The Apes yang rilis pada 5 Agustus 2011 dan diproduksi oleh 20th Century Fox. Film ini berformat .mkv yang di download pada tanggal 17 November 2011 dari website www.ganool.com.

G.7. Teknik Pengumpulan Dan Analisa Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Rise of The Planet of The Apes tersebut, untuk memperoleh data berupa adegan yang terdapat pada setiap tindakan yang mengandung kekerasan terhadap hewan. Kemudian data dimasukkan kedalam kategori kekerasan. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar coding per kategori seperti contoh berikut (lihat tabel 1).


(2)

Tabel 1: Lembar Coding

Scene Kekerasn

Kekerasan Fisik Kekerasan Psikis

K 1 K 2 K3 K 4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11

Jumlah Keterangan: K1 : Memukul

K2 : Menyetrum

K3 : Menembak

K4 : Menyemprot

K5 : Menarik Leher Dengan Paksa

K6 : Memberi Makan yang Kurang Memadai

K7 : Membiarkan Hewan Kedinginan

K8 : Mengurung

K9 : Mengikat

K10 : Mengejar Hewan dengan Senjata


(3)

mempermudah perhitungan guna mengetahui banyaknya frekuensi kemunculan dari masing-masing kategori. Adapun tabel distribusi frekuensi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2:

Lembar Distribusi Frekuensi

Kategori kekerasan Fisik Terhadap Hewan Kategori kekerasan

Fisik

Frekuensi kemunculan

%

Memukul Menyetrum Menyemprot

Menembak Menarik Leher dengan

Paksa

Membiarkan Hewan Kedinginan Memberi Makan yang

Kurang Memadai Jumlah


(4)

Tabel 3 :

Lembar Distribusi frekuensi

Kategori kekerasan Psikis Terhadap Hewan Kategori kekerasan

Psikis

Frekuensi kemunculan

%

Mengurung Mengikat

Mengejar Hewan dengan Senjata

Membangunkan hewan dengan kasar

Jumlah

Selanjutnya lewat tabel distribusi frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif, peneliti melakukan perhitungan persentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai kekerasan terhadap hewan yang terdapat dalam film Rise of The Planet of The Apes


(5)

Untuk menghitung kesepakatan (percentage of agreement) dari hasil penilaian para koder, peneliti menggunakan rumus yang oleh Ole R. Holsty (1969) sebagai berikut:

2M

CR =

N1 + N2

Keterangan: CR

M

N1, N2 = = =

Coeficient Reliability

Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding (hakim) dan periset

Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding (hakim) dan periset

Untuk reliabilitas peneliti melibatkan koder, dan untuk menguji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Pi Index Scott (dikembangkan tahun 1955), yaitu:


(6)

% Observed Agreement - % Expected Agreement

Pi =

1 - % Expected Agreement

Observed Agreement adalah persentasi persetujuan yang ditemukan dari

pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai CR). Expected Agreement adalah persentase persetujuan yang diharapkan yaitu proporsi dari jumlah pesan yang dikuadratkan. Jika tingkat kesepakatan 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid atau reliable. Namun sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategori operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi25. Disini peneliti dibantu oleh dua orang koder yaitu Andyka Bayu Cahyanto dan Hery Purwana, kedua orang ini dipilih karena ketertarikan terhadap film dan sedang mengadakan penelitian yang berkaitan dengan kekerasan. Andyka Bayu Cahyanto adalah mahasiswa Jurusan Ilmu komunikasi yang pernah menjadi manajer produksi di Anomali Picture, dan Hery Purwana adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang berpengalaman menyutradarai film pendek di Fantashit Film.

25