Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir

18 masyarakat sebagai langkah awal sebelum penerapan suatu bentuk pengelolaan yang melibatkan masyarakat setempat. Berhubungan dalam rangka memacu peran sektor perikanan di masa yang akan datang, maka pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan telah menetapkan empat misi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, yaitu: 1 peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, perikanan dan kelautan khususnya nelayan dan petani ikan kecil, 2 peningkatan peran sektor perikanan dan kelautan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, 3 pemeliharaan dan peningkatan daya dukung serta kualitas lingkungan perairan, serta 4 terciptanya stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa Dahuri 2000. Harapan-harapan tersebut bukan merupakan hal yang mudah dalam proses pencapaiannya dengan berbagai macam permasalahan mendasar yang masih tersimpan, namun dengan keyakinan dan kekuatan yang digalang dari semua pihak, maka sumberdaya perikanan Indonesia dengan keanekaragaman diversity yang melimpah dengan jumlah stok yang sangat besar akan tetap memberi harapan dan peluang yang terbuka lebar untuk mewujudkan misi tersebut. Sesuai dengan pendapat Yahya 2005 bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan yang dilakukan melalui kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan oleh masyarakat dapat dilakukan secara lestari dan berkelanjutan sustainable resource exploitation apabila didukung dengan kebijakan pengelolaan yang baik pada semua lapisan.

2.2 Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir

Menurut Dahuri 1999, perencanaan pembangunan wilayah pesisir dan lautan berkelanjutan mengacu kepada perpaduan antara prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam praktek pembangunan wilayah. Selanjutnya Budiharsono 2003 menyatakan ada sepuluh pilar pokok yang merupakan penopang bagi pembangunan wilayah pesisir berkelanjutan yaitu: 1 pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, 2 perencanaan partisipatif dan penganggaran yang berkelanjutan, 3 pemberdayaan ekonomi rakyat, 4 peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia, 5 pembangunan prasarana dan sarana, 6 perlindungan sosial, 7 pengembangan tata pemerintahan yang baik, 19 8 pengembangan demokrasi substantif inklusif, 9 perdagangan internasional dan antar wilayah, dan 10 pertahanan keamanan. Didalam Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir, menurut Nikijuluw 2002 perlu pelibatan masyarakat pesisir secara aktif mencakup sebagai berikut: 1 memberikan konsepsi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang berkelanjutan, 2 menghidupkan kembali hak ulayat dan hak masyarakat lokal, 3 menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli, 4 membangun kesadaran akan pentingnya nilai strategi sumberdaya bagi generasi kini dan yang akan datang, dan 5 merehabilitasi habitat, dan memperkaya sumberdaya. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan berkelanjutan yang berbasis masyarakat berarti bahwa masyarakat ikut menentukan atau dilibatkan dalam proses perencanaan, pemanfaatan, monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sumberdaya alam atau disebut juga dengan Community-Based Resource Management CBRM. Kemudian juga dinyatakan Nikijuluw 2002, dengan diberlakukannya CBRM diharapkan tujuan-tujuan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan dapat dicapai. Tiga tujuan utama pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas, pemerataan hasil dan kesejahteraan secara proporsional, dan pencapaian keberlanjutan sumberdaya. Ketiga tujuan ini merupakan pilar yang secara bersama dan seimbang mendukung keberadaan suatu sumberdaya alam bagi kepentingan masyarakat. Ketiga tujuan ini harus dicapai secara bersama-sama, mengabaikan salah satu tujuan akan mengakibatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya menjadi tidak sehat yang akhirnya akan merusak sumberdaya itu sendiri serta menyengsarakan kehidupan masyarakat. Menurut Budiharsono 2003, selain pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dilakukan secara berkelanjutan, perlu juga dilakukan perbaikan lingkungan tempat tinggal masyarakat pesisir yang saat ini sebagian besar dalam kondisi kumuh, lingkungan dan prasarana produksi serta meningkatkan peran masyarakat dalam menata dan mengelola lingkungan hidupnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1 meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan hidup, baik tempat tinggal mereka maupun 20 habitat atau kawasan tempat kegiatan ekonomi produktif dijalankan, 2 membangun infrastruktur terutama yang menyangkut dengan kebutuhan- kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan ekonomi, 3 meningkatkan perencanaan dan pembangunan secara spasial dan daya dukung lingkungannya, 4 memperkaya sumberdaya melalui kegiatan pengkayaan stok species dan habitat, koservasi dan rehabilitasi, mitigasi bencana, dan mengendalikan pencemaran. Menurut Dahuri 1999, dalam proses perencanaan pembangunan wilayah pesisir, perlu diwujudkan dengan pengelolaan wilayah pesisir terpadu yang berbasis masyarakat diperlukan beberapa proses pengelolaan yang sesuai dengan tahapan manajemen yaitu mulai dari perencanan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Adapun tahap-tahap pengelolaan wilayah pesisir terpada berbasis masyarakat sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Tahap awal dari proses perencanaan adalah dengan cara mengidentifikasi dan mendefinisikan isu dan permasalahan yang ada, yang menyangkut kerusakan sumber daya alam, konflik penggunaan, pencemaran, dimana perlu dilihat penyebab dan sumber permasalahan tersebut. Selanjutnya juga perlu diperhatikan sumber daya alam dan ekosistem yang ada yang menyangkut potensi, daya dukung, status, tingkat pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi dan budaya setempat seperti jumlah dan kepadatan penduduk, keragaman suku, jenis mata pencaharian masyarakat lokal, sarana dan prasarana ekonomi dan lain-lain. Berdasarkan pendefinisian masalah yang dipadukan dengan informasi tentang sumber daya alam dan ekosistem serta aspirasi masyarakat selanjutnya disusun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berdasarkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai serta melihat peluang dan kendala yang ada selanjutnya mulai dibuat perencanaan berupa kegiatan pembangunan dalam bentuk program dan proyek. Perencanaan yang telah disusun perlu disosialisasikan kembali kepada masyarakat luas untuk mendapat persetujuan, setelah mendapat pesetujuan rencana ini baru dimasukkan dalam agenda pembangunan baik daerah maupun nasional Dahuri, 1999. Selanjutnya menurut Nikijuluw 2002, dalam penyusunan rencana pengelolaan ini, perlu juga diperhatikan bahwa konsep pengelolaan sumber daya 21 pesisir terpadu berbasis masyarakat diharapkan akan mampu untuk 1 meningkatkan kesadaran masyarakat, akan pentingnya SDA dalam menunjang kehidupan mereka 2 meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga mampu berperan serta dalam setiap tahapan pengelolaan dan 3 meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan bentuk-bentuk pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan 2. Tahap Pelaksanaan Implementasi Rencana Pada tahap implementasi perencanaan, diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya, seperti masyarakat itu sendiri, tenaga pendamping lapangan dan pihak lainnya. Selain itu juga diperlukan koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dan ego sektoral. Dalam hal ini diperlukan adanya lembaga pelaksana yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan seperti pemerintah daerah, masyarakat lokal, investorswasta, instansi sektoral, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat LSM. Pada tahap implementasi ini juga diperlukan kesamaan persepsi antara masyarakat lokal dengan lembaga atau orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga masyarakat benar-benar memahami rencana yang akan dilaksanakan. Menurut Zamani dan Darmawan 2000 kegiatan- kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap implementasi ini adalah: 1 integrasi ke dalam masyarakat, dengan melakukan pertemuan dengan masyarakat untuk menjawab seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan konsep dan mengidentifikasi pemimpin potensial yang terdapat di lembaga masyarakat lokal. 2 pendidikan dan pelatihan masyarakat, metoda pendidikan dapat dilakukan secara non formal menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan cara tatap muka sehingga dapat diperoleh informasi dua arah dan pengetahuan masyarakat lokal dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dalam konsep penerapan 3 memfasilitasi arah kebijakan, dalam hal ini segenap kebijakan yang berasal dari masyarakat dan telah disetujui oleh koordinator pelaksana hendaknya dapat didukung oleh pemerintah daerah, sehingga kebijakan bersama tersebut mempunyai kekuatan hukum yang jelas, dan 4 penegakan hukum dan peraturan, 22 yang dimaksudkan agar seluruh pihak yang terlibat akan dapat menyesuaikan tindakannya dengan hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Tahap Monitoring dan Evaluasi Monitoring yang dilakukan sejak dimulainya proses implementasi perencanaan dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas kegiatan, permasalahan yang timbul dalam implementasi kegiatan. Monitoring dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang ada. Setelah monitoring selanjutnya dilakukan evaluasi bersama secara terpadu dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan. Melalui evaluasi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada guna perbaikan untuk pelaksanaan tahap berikutnya. Menurut Dahuri 1999, pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan dalam upaya mengelola sumber daya di wilayah pesisir, yang cukup menjanjikan dalam rangka meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Kemudian beliau juga menyatakan setidaknya ada 4 empat keuntungan yang didapatkan dalam pengelolaan berbasis masyarakat: 1 masyarakat ikut mengontrol sumber daya di sekitar mereka, 2 dukungan yang luas dari masyarakat dalam pengelolaan sumber daya yang ada, 3 ketersediaan data yang dibutuhkan dalam pemanfaatan sumber daya tersebut, 4 pengelolaan sumber daya dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di sekitarnya.

2.3 Co-Fish Project dalam Upaya Peningkatan Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat