Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI

KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN

ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI

KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN

ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Robby K. Saputra


(4)

ii

ABSTRACT

ROBBY K. SAPUTRA. Regional Development Strategy in Metro City Lampung Base on Evaluation of Land Capability and Suitability. Under direction of SETIA HADI and YAYAT SUPRIYATNA

The Development of Metro City has the implication on the need of setlement and maintains agricultural area. The changes of agricultural area function will affect regional development strategy. The objectives of this research are: (1) identify land resources with land capability and land suitability analysis for agricultural and setlement area, (2) identify regional hierarchy, (3) identify projection of population with minimum service standar (SPM), (4) identify potential sectors in regional development, (5) to build regional development strategy in Metro City Lampung base on evaluation of land capability and suitability. This study employed another analyses such as: scalogram analysis, Location Quotient analysis (LQ) Shift Share analysis (SSA), Input-Output (I-O) analysis, Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) analysis, and Quantitatif Strategic Planning Matrix analysis (QSPM). The results showed that Metro City that most parts of Metro area (73%) are agricultural intensive, 91% area are suitable for setlement land. Industrial sector was a potential sector had high the multiplier effects and backward forward linkages. There are two villages on the first regional hierarchy, nine villages on the second regional hierarchy and eleven villages on the third regional hierarchy. There are six strategies of the regional development strategy in Metro City base on evaluation of land capability and suitability. First strategy is use potential of land to road development for growth potential sectors, second strategy is use the empty land with land use policy, third strategy is to maximize land use for public utilities with joint around of area, fourth strategy is to optimize potential of empty land for drive potential sectors growth, fifth strategy is use potential of setlement land with GIS technology and sixth strategy is to take GIS technology on agricultural and road land.

Keywords: land resources evaluation, potential sectors, regional development strategy


(5)

iii

RINGKASAN

ROBBY K. SAPUTRA. Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Dibimbing oleh SETIA HADI dan YAYAT SUPRIYATNA.

Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat wilayah tersebut. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial, ekonomi dan fisik suatu daerah itu sendiri. Demikian juga Kota Metro terus mengupayakan terjadinya perubahan atau dinamika yang ada dalam masyarakat melalui kegiatan pembangunan. Pembangunan ini dilakukan pada berbagai sektor seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri dan sebagainya. Dalam penyelenggaraan pembangunan tentunya diperlukan konsep dan strategi perencanaan untuk menjadi acuan bagi pelaksana pembangunan. Disamping itu diperlukan juga arah dan tujuan menuju terwujudnya sasaran yang akan dicapai oleh masyarakat di Kota Metro.

Secara garis besar pertumbuhan dan kemajuan di Kota Metro terbentuk dari empat sektor ekonomi, masing-masing adalah pertanian, perdagangan, jasa dan industri (RTRW Kota Metro 2001). Sebagai kota yang terbentuk dari lahan permukiman transmigrasi, sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi pertama yang menjadi mata pencarian masyarakat. Kemudian kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa tumbuh dari perkembangan kota pada fase berikutnya. Keberadaan kegiatan perdagangan dan jasa semakin pesat seiring perubahan status administrasi Metro menjadi kota, sebelumnya sebagai ibukota pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah. Karakteristik urban yang dominan dengan kegiatan jasa dan perdagangan tersebut tersebar di kelurahan-kelurahan yang terletak di sekitar pusat kota, sementara itu pada daerah yang berada di pinggir kota umumnya masih berbasis pertanian dan beberapa kelurahan lainnya didukung oleh kegiatan perindustrian.

Berdasarkan RTRW Kota Metro 2001 secara garis besar, penggunaan lahan di Kota Metro dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan terbangun adalah kawasan perumahan, sebaran fasilitas umum dan sebaran fasilitas perdagangan. Sedangkan kawasan pertanian seperti sawah, ladang dan penggunaan lain-lain merupakan kelompok penggunaan lahan tidak terbangun.

Salah satu konsep yang dapat dilakukan dalam strategi pengembangan wilayah dengan aspek sumberdaya lahan adalah melakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan evaluasi kelas kesesuaian lahan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain. Setelah dilakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan maka akan didapat lokasi-lokasi tertentu yang sesuai untuk pengembangan pertanian, kawasan permukiman, pembangunan jalan, jembatan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Perkembangan pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat Kota Metro mempunyai dampak yang luas dan mencakup berbagai dimensi kehidupan perkotaan. Dalam dokumen RTRW Kota Metro 2001-2010


(6)

iv

dinyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan-kegiatan fungsional perkotaan di Kota Metro, mengakibatkan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, sarana-prasarana dan fasilitas-fasilitas pelayanan kebutuhan hidup lainnya. Oleh sebab itu perkembangan dan kemajuan suatu kota, apabila tidak dikendalikan dan diarahkan dalam sebuah model strategi pengembangan wilayah berdasarkan sumberdaya lahan maka akan menimbulkan ketidaksesuaian lahan yang dipergunakan untuk membangun pusat-pusat pelayanan masyarakat. Salah satu tahapan perencanaan dan pengembangan wilayah adalah Identifikasi aspek ekonomi. Dimana suatu wilayah harus dapat mengidentifikasi potensi ekonominya secara tepat melalui sektor unggulan.

Berdasarkan hasil pembuatan kelas kemampuan lahan di Kota Metro didapat bahwa sebagian besar lahan di Kota Metro berada pada Kelas II dengan luas 5.160 Ha (73%), Kelas I seluas 1.101 Ha (15,5%), Kelas IV dengan luas 815 Ha (11,5%) dan Kelas III hampir tidak ada atau luasnya sangat kecil 0,029 Ha. Pada lahan Kelas II yang menjadi faktor pembatas adalah lereng (i1) dan tekstur (t1) sesuai dengan kondisi di Kota Metro didominasi kelerangan (3–8% = landai/berombak) dan tekstur tanah liat berdebu.

Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kota Metro diasumsikan pada tingkat pengelolaan sedang, lahan yang ada secara umum berada pada kelas S (sesuai). Terdapat lahan seluas 133 Ha (2%) sangat sesuai

(kelas S1) untuk tanaman padi tanpa faktor pembatas. Lahan seluas 815,5 Ha (12%) cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas kelerengan, sedangkan lahan

seluas 6.128,5 Ha (87%) sesuai marjinal (S3nr) dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran/drainase tanah.

Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di daerah penelitian masih didominasi kelas kesesuaian lahan S3nr (Sesuai marjinal) sekitar 85,06% atau 6.019 Ha dengan faktor pembatas retensi hara. Lahan dengan kelas S1 (Sesuai) seluas 133,08 Ha atau 2,21% dari luas wilayah. Selanjutnya

lahan kelas S2 (cukup sesuai) untuk tanaman jagung seluas 924,4 Ha atau 13,06% dengan faktor pembatas kelerengan.

Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk permukiman di Kota Metro didapatkan bahwa terdapat seluas 6.461 Ha atau 91,3% dari luas wilayah berada pada kelas Baik. Lahan yang berada pada kelas Baik tidak mempunyai karakteristik lahan yang dapat menjadi faktor pembatas untuk pengembangan kawasan permukiman sama seperti kelas S1 pada kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu. Lahan yang berada pada kelas Sedang seluas 566,6 Ha atau 8,01% dengan faktor pembatas kelas kelerengan (8–15%) dan lahan yang berada pada kelas buruk untuk pengembangan permukiman hanya seluas 49,4 Ha atau 0,7% dari luas wilayah dengan faktor pembatas area banjir masuk dalam kategori (jarang – sering).

Hasil analisis skalogram menunjukkan terdapat 2 (dua) kelurahan yang berada pada hirarki I, 9 (sembilan) kelurahan berada pada hirarki II dan 11 (sebelas) kelurahan pada hirarki III. Kelurahan yang termasuk pada hirarki I mempunyai potensi yang lebih besar dikembangkan sebagai inti yang merupakan pusat pertumbuhan atau pusat aktivitas pelayanan di Kota Metro karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas pendukung perkembangan wilayah yang lebih lengkap baik secara kualitas dan kuantitas.


(7)

v

Dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk maka dibuatlah suatu proyeksi jumlah penduduk untuk 5 (lima) tahun kedepan. Mengacu pada RTRW (2001), rumus yang digunakan yakni Pn = Po * (1 + r/100)n dengan r = 1,71% dan Po adalah data jumlah penduduk Kota Metro per kecamatan Tahun 2006 sebagai tahun dasar maka dibuat suatu proyeksi jumlah penduduk Kota Metro per kecamatan sampai Tahun 2020. Berdasarkan perhitungan didapat bahwa pada Tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk Kota Metro mencapai 165.271 jiwa dengan luas wilayah 6.874 Ha maka tingkat kepadatan penduduk 24 jiwa/Ha dan termasuk dalam Kriteria Sedang.

Untuk mengetahui pengaruh suatu sektor dalam perekonomian antara lain dilihat dari besarnya angka pengganda yang dapat menunjukkan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Sektor industri pengolahan (5) memiliki angka pengganda tertinggi yakni 3,458 kemudian sektor restoran (10) dengan angka pengganda 1,747 selebihnya sektor-sektor yang lain mempunyai angka pengganda nilai tambah yang relatih sama atau merata. Sektor yang memiliki daya penyebaran tertinggi di Kota Metro adalah sektor industri pengolahan (5) dan sektor restoran (10), hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks masing-masing 1,368 dan 1,290. Dapat diartikan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan mengakibatkan kenaikan output sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 1,368 unit untuk sektor industri pengolahan dan kenaikan 1,290 unit untuk sektor restoran.

Berdasarkan hasil urutan alternatif strategi dengan menggunakan analisis QSPM dapat dirumuskan enam langkah strategi yang merupakan strategi pengembangan wilayan Kota Metro kaitannya dengan aspek evaluasi sumberdaya lahan. Strategi pertama yang dilakukan dalam pengembangan wilayah di Kota Metro yakni dengan memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan. Strategi kedua adalah memanfaatkan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan lahan dalam konteks otonomi daerah. Strategi ketiga adalah memaksimalkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan menjalin kerjasama dengan daerah sekitar. Strategi keempat adalah mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan. Strategi kelima adalah memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG. Strategi keenam adalah mengimplementasikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian lahan pertanian dan jalan.

Kata kunci: evaluasi sumberdaya lahan, sektor unggulan, strategi pengembangan wilayah


(8)

vi

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut

Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


(9)

vii

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG

BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN

DAN KESESUAIAN LAHAN

ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(10)

viii

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan

Nama : Robby Kurniawan Saputra

NRP : A 156070204

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Setia Hadi, MS Ketua

Drs. Yayat Supriyatna, MURP Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S


(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI

KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN

ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI

KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN

ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

i

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Robby K. Saputra


(14)

ii

ABSTRACT

ROBBY K. SAPUTRA. Regional Development Strategy in Metro City Lampung Base on Evaluation of Land Capability and Suitability. Under direction of SETIA HADI and YAYAT SUPRIYATNA

The Development of Metro City has the implication on the need of setlement and maintains agricultural area. The changes of agricultural area function will affect regional development strategy. The objectives of this research are: (1) identify land resources with land capability and land suitability analysis for agricultural and setlement area, (2) identify regional hierarchy, (3) identify projection of population with minimum service standar (SPM), (4) identify potential sectors in regional development, (5) to build regional development strategy in Metro City Lampung base on evaluation of land capability and suitability. This study employed another analyses such as: scalogram analysis, Location Quotient analysis (LQ) Shift Share analysis (SSA), Input-Output (I-O) analysis, Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) analysis, and Quantitatif Strategic Planning Matrix analysis (QSPM). The results showed that Metro City that most parts of Metro area (73%) are agricultural intensive, 91% area are suitable for setlement land. Industrial sector was a potential sector had high the multiplier effects and backward forward linkages. There are two villages on the first regional hierarchy, nine villages on the second regional hierarchy and eleven villages on the third regional hierarchy. There are six strategies of the regional development strategy in Metro City base on evaluation of land capability and suitability. First strategy is use potential of land to road development for growth potential sectors, second strategy is use the empty land with land use policy, third strategy is to maximize land use for public utilities with joint around of area, fourth strategy is to optimize potential of empty land for drive potential sectors growth, fifth strategy is use potential of setlement land with GIS technology and sixth strategy is to take GIS technology on agricultural and road land.

Keywords: land resources evaluation, potential sectors, regional development strategy


(15)

iii

RINGKASAN

ROBBY K. SAPUTRA. Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Dibimbing oleh SETIA HADI dan YAYAT SUPRIYATNA.

Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat wilayah tersebut. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial, ekonomi dan fisik suatu daerah itu sendiri. Demikian juga Kota Metro terus mengupayakan terjadinya perubahan atau dinamika yang ada dalam masyarakat melalui kegiatan pembangunan. Pembangunan ini dilakukan pada berbagai sektor seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri dan sebagainya. Dalam penyelenggaraan pembangunan tentunya diperlukan konsep dan strategi perencanaan untuk menjadi acuan bagi pelaksana pembangunan. Disamping itu diperlukan juga arah dan tujuan menuju terwujudnya sasaran yang akan dicapai oleh masyarakat di Kota Metro.

Secara garis besar pertumbuhan dan kemajuan di Kota Metro terbentuk dari empat sektor ekonomi, masing-masing adalah pertanian, perdagangan, jasa dan industri (RTRW Kota Metro 2001). Sebagai kota yang terbentuk dari lahan permukiman transmigrasi, sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi pertama yang menjadi mata pencarian masyarakat. Kemudian kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa tumbuh dari perkembangan kota pada fase berikutnya. Keberadaan kegiatan perdagangan dan jasa semakin pesat seiring perubahan status administrasi Metro menjadi kota, sebelumnya sebagai ibukota pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah. Karakteristik urban yang dominan dengan kegiatan jasa dan perdagangan tersebut tersebar di kelurahan-kelurahan yang terletak di sekitar pusat kota, sementara itu pada daerah yang berada di pinggir kota umumnya masih berbasis pertanian dan beberapa kelurahan lainnya didukung oleh kegiatan perindustrian.

Berdasarkan RTRW Kota Metro 2001 secara garis besar, penggunaan lahan di Kota Metro dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan terbangun adalah kawasan perumahan, sebaran fasilitas umum dan sebaran fasilitas perdagangan. Sedangkan kawasan pertanian seperti sawah, ladang dan penggunaan lain-lain merupakan kelompok penggunaan lahan tidak terbangun.

Salah satu konsep yang dapat dilakukan dalam strategi pengembangan wilayah dengan aspek sumberdaya lahan adalah melakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan evaluasi kelas kesesuaian lahan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain. Setelah dilakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan maka akan didapat lokasi-lokasi tertentu yang sesuai untuk pengembangan pertanian, kawasan permukiman, pembangunan jalan, jembatan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Perkembangan pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat Kota Metro mempunyai dampak yang luas dan mencakup berbagai dimensi kehidupan perkotaan. Dalam dokumen RTRW Kota Metro 2001-2010


(16)

iv

dinyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan-kegiatan fungsional perkotaan di Kota Metro, mengakibatkan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, sarana-prasarana dan fasilitas-fasilitas pelayanan kebutuhan hidup lainnya. Oleh sebab itu perkembangan dan kemajuan suatu kota, apabila tidak dikendalikan dan diarahkan dalam sebuah model strategi pengembangan wilayah berdasarkan sumberdaya lahan maka akan menimbulkan ketidaksesuaian lahan yang dipergunakan untuk membangun pusat-pusat pelayanan masyarakat. Salah satu tahapan perencanaan dan pengembangan wilayah adalah Identifikasi aspek ekonomi. Dimana suatu wilayah harus dapat mengidentifikasi potensi ekonominya secara tepat melalui sektor unggulan.

Berdasarkan hasil pembuatan kelas kemampuan lahan di Kota Metro didapat bahwa sebagian besar lahan di Kota Metro berada pada Kelas II dengan luas 5.160 Ha (73%), Kelas I seluas 1.101 Ha (15,5%), Kelas IV dengan luas 815 Ha (11,5%) dan Kelas III hampir tidak ada atau luasnya sangat kecil 0,029 Ha. Pada lahan Kelas II yang menjadi faktor pembatas adalah lereng (i1) dan tekstur (t1) sesuai dengan kondisi di Kota Metro didominasi kelerangan (3–8% = landai/berombak) dan tekstur tanah liat berdebu.

Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kota Metro diasumsikan pada tingkat pengelolaan sedang, lahan yang ada secara umum berada pada kelas S (sesuai). Terdapat lahan seluas 133 Ha (2%) sangat sesuai

(kelas S1) untuk tanaman padi tanpa faktor pembatas. Lahan seluas 815,5 Ha (12%) cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas kelerengan, sedangkan lahan

seluas 6.128,5 Ha (87%) sesuai marjinal (S3nr) dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran/drainase tanah.

Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di daerah penelitian masih didominasi kelas kesesuaian lahan S3nr (Sesuai marjinal) sekitar 85,06% atau 6.019 Ha dengan faktor pembatas retensi hara. Lahan dengan kelas S1 (Sesuai) seluas 133,08 Ha atau 2,21% dari luas wilayah. Selanjutnya

lahan kelas S2 (cukup sesuai) untuk tanaman jagung seluas 924,4 Ha atau 13,06% dengan faktor pembatas kelerengan.

Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk permukiman di Kota Metro didapatkan bahwa terdapat seluas 6.461 Ha atau 91,3% dari luas wilayah berada pada kelas Baik. Lahan yang berada pada kelas Baik tidak mempunyai karakteristik lahan yang dapat menjadi faktor pembatas untuk pengembangan kawasan permukiman sama seperti kelas S1 pada kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu. Lahan yang berada pada kelas Sedang seluas 566,6 Ha atau 8,01% dengan faktor pembatas kelas kelerengan (8–15%) dan lahan yang berada pada kelas buruk untuk pengembangan permukiman hanya seluas 49,4 Ha atau 0,7% dari luas wilayah dengan faktor pembatas area banjir masuk dalam kategori (jarang – sering).

Hasil analisis skalogram menunjukkan terdapat 2 (dua) kelurahan yang berada pada hirarki I, 9 (sembilan) kelurahan berada pada hirarki II dan 11 (sebelas) kelurahan pada hirarki III. Kelurahan yang termasuk pada hirarki I mempunyai potensi yang lebih besar dikembangkan sebagai inti yang merupakan pusat pertumbuhan atau pusat aktivitas pelayanan di Kota Metro karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas pendukung perkembangan wilayah yang lebih lengkap baik secara kualitas dan kuantitas.


(17)

v

Dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk maka dibuatlah suatu proyeksi jumlah penduduk untuk 5 (lima) tahun kedepan. Mengacu pada RTRW (2001), rumus yang digunakan yakni Pn = Po * (1 + r/100)n dengan r = 1,71% dan Po adalah data jumlah penduduk Kota Metro per kecamatan Tahun 2006 sebagai tahun dasar maka dibuat suatu proyeksi jumlah penduduk Kota Metro per kecamatan sampai Tahun 2020. Berdasarkan perhitungan didapat bahwa pada Tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk Kota Metro mencapai 165.271 jiwa dengan luas wilayah 6.874 Ha maka tingkat kepadatan penduduk 24 jiwa/Ha dan termasuk dalam Kriteria Sedang.

Untuk mengetahui pengaruh suatu sektor dalam perekonomian antara lain dilihat dari besarnya angka pengganda yang dapat menunjukkan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Sektor industri pengolahan (5) memiliki angka pengganda tertinggi yakni 3,458 kemudian sektor restoran (10) dengan angka pengganda 1,747 selebihnya sektor-sektor yang lain mempunyai angka pengganda nilai tambah yang relatih sama atau merata. Sektor yang memiliki daya penyebaran tertinggi di Kota Metro adalah sektor industri pengolahan (5) dan sektor restoran (10), hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks masing-masing 1,368 dan 1,290. Dapat diartikan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan mengakibatkan kenaikan output sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 1,368 unit untuk sektor industri pengolahan dan kenaikan 1,290 unit untuk sektor restoran.

Berdasarkan hasil urutan alternatif strategi dengan menggunakan analisis QSPM dapat dirumuskan enam langkah strategi yang merupakan strategi pengembangan wilayan Kota Metro kaitannya dengan aspek evaluasi sumberdaya lahan. Strategi pertama yang dilakukan dalam pengembangan wilayah di Kota Metro yakni dengan memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan. Strategi kedua adalah memanfaatkan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan lahan dalam konteks otonomi daerah. Strategi ketiga adalah memaksimalkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan menjalin kerjasama dengan daerah sekitar. Strategi keempat adalah mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan. Strategi kelima adalah memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG. Strategi keenam adalah mengimplementasikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian lahan pertanian dan jalan.

Kata kunci: evaluasi sumberdaya lahan, sektor unggulan, strategi pengembangan wilayah


(18)

vi

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut

Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


(19)

vii

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG

BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN

DAN KESESUAIAN LAHAN

ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(20)

viii

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan

Nama : Robby Kurniawan Saputra

NRP : A 156070204

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Setia Hadi, MS Ketua

Drs. Yayat Supriyatna, MURP Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S


(21)

ix

Kupersembahkan Karya Ilmiah ini kepada:

Ibunda (Alm) Erma kardinia, Ayahanda Nindyo Sularto, Istri tercinta Suresmiati, kakak dan adik-adik tersayang Erika Nindya Ningrum, Yuyun Trihilalia dan Dedek Solihin

serta kerabat keluarga yang banyak memberikan do,a restu dan saat ini sudah beristirahat tenang di alam baka: Hi. M Kasiro, Hj. Sukarti dan Hi. M. Sucipto.


(22)

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Juni s/d Agustus 2008 ini adalah Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Drs. Yayat Supriyatna, MURP selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing.

2. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku Dosen penguji luar komisi.

3. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr dan Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, beserta segenap staf pengajar dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.

4. Lukman Hakim, SH.,MM dan Djohan SE.,MM selaku Walikota dan Wakil Walikota Metro, Zaini Nurman, SH.,MH selaku Sekretaris Daerah Kota Metro, Pramono, SH selaku Kepala Bappeda Kota Metro periode 2006-2007 dan segenap jajaran Bappeda Kota Metro.

5. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.

6. Rekan-rekan PWL kelas Bappenas angkatan 2007 atas segala do’a, dukungan dan kerjasamanya.

7. Didit Okta Pribadi, SP.,M.Si (P4W IPB), Manijo, Reni dan Ana (Lab. Inderaja IPB) dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Akhirnya ucapan terima kasih yang setinggi-tinginya atas do’a, dukungan dan pengertian dari seluruh keluarga di rumah.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

Robby K. Saputra


(23)

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sekampung Lampung Timur pada Tanggal 29 Nopember 1977 dari ayah Drs. Nindyo Sularto, MM dan ibu (alm) Erma

Kardinia. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Fakultas Pertanian UPN”Veteran” Yogyakarta dan lulus Tahun 2002.

Pada Tahun 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan pada Dinas Pertanian Kota Metro sebagai staf perencanaan dan produksi pada Bidang Tanaman Pangan Hortikultura. Tahun 2006 penulis dialihtugaskan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Metro dan ditempatkan sebagai staf produksi daerah Bidang Ekonomi. Penulis mengikuti Seleksi Beasiswa Bappenas RI Tahun 2007 dan diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB. Saat ini penulis telah berkeluarga dan tinggal di Kota Metro Provinsi Lampung.


(24)

xii


(25)

xii

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GAMBAR ... xvii DAFTAR LAMPIRAN ... xix PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Rumusan Masalah ... 7 Tujuan Penelitian ... 7 Batasan Penelitian ... 8 Manfaat Penelitian ... 8 TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Wilayah ... 9 Evaluasi Sumberdaya Lahan ... 10 Teknologi Sistem Informasi Geografi ... 14 Hirarki Wilayah ... 15 Proyeksi Penduduk dan Standar Pelayanan Minimal ... 16 Sektor Unggulan ... 17 Analisis SWOT ... 18 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran ... 21 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22 Bahan dan Alat ... 22 Pengumpulan Data ... 23 Teknik Analisis Data ... 24 Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan ... 24 Analisis Skalogram ... 26 Analisis Proyeksi Penduduk dan Standar Pelayanan Minimal ... 29 Analisis Locational Quotient (LQ) ... 31 Analisis Shift Share (SSA) ... 32 Metode RAS ... 32 Analisis Tabel Input-Output ... 34 Analisis SWOT ... 35 KEADAAN UMUM WILAYAH KOTA METRO

Kondisi Fisik dan Administrasi Wilayah ... 42 Fisiografi ... 42 Geologi ... 42 Iklim ... 43 Kondisi Demografi ... 45 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 45 Struktur Umur Penduduk ... 46


(26)

xiii

Mata Pencaharian Penduduk ... 46 Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah ... 48 Jaringan Transportasi ... 48 Sarana Pendidikan ... 49 Sarana Kesehatan ... 49 Sarana Peribadatan ... 50 Kondisi Lahan ... 50 Sifat Tanah ... 51 Potensi Pengairan ... 53 Potensi Pertanian ... 54 Sektor Tanaman Pangan ... 54 Sektor Peternakan ... 56 Potensi Industri ... 57 HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Sumberdaya Lahan ... 58 Identifikasi Kelas Kemampuan Lahan ... 58 Identifikasi Kelas Kesesuaian Lahan ... 64 Kesesuaian Lahan Padi Sawah ... 65 Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung ... 68 Kesesuaian Lahan Peternakan/Penggembalaan ... 72 Kesesuaian Lahan Permukiman ... 75 Kelas Kesesuaian Lahan Jalan ... 77 Kawasan Kesesuaian Lahan ... 79 Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan ... 81 Identifikasi Hirarki Wilayah ... 86 Poyeksi Penduduk dan Standar Pelayanan Minimal ... 92 Identifikasi Sektor Unggulan ... 96 Analisis Location Quotient ... 96 Analisis Shift Share ... 98 Analisis Tabel Input-Output ... 102 Struktur Output ... 103 Struktur Permintaan Akhir ... 104 Angka Pengganda ... 105 Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan ... 106 ANALISIS SWOT

Analisis Data Input ... 109 Analisis Faktor Internal ... 111 Analisis Faktor Eksternal ... 112 Pencocokan ... 113 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

Perumusan Strategi ... 117 Penyusunan Visi dan Misi ... 121 Arahan Pengembangan Wilayah ... 122


(27)

xiv

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 127 Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA ... 129


(28)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Penggunaan lahan Kota Metro berdasarkan interprestasi citra

landsat Tahun 2004 ... 3 2 Kondisi eksisting penggunaan lahan di Kota Metro Tahun 2006 ... 5 3 Produk domestik regional bruto Kota Metro atas dasar harga

berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2005 – 2006 ... 6 4 Parameter evaluasi sumberdaya lahan ... 13 5 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ... 24 6 Skema hubungan antara kelas kemampuan lahan dengan

intensitas penggunaan lahan ... 25 7 Ilustrasi skalogram kabupaten x ... 27 8 Skalogram dengan indeks sentralitas ... 28 9 Kriteria standar pelayanan minimal untuk permukiman kota ... 31 10 Ilustrasi tabel input-output 3 sektor ... 34 11 Kerangka analisis SWOT ... 36 12 Matrik TOWS (SWOT) ... 38 13 Matrik tujuan, analisis, data yang dibentuk dan sumber data

dalam penelitian ... 40 14 Banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kota Metro ... 43 15 Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Metro Tahun 2006 ... 45 16 Penduduk Kota Metro Tahun 2006 berdasarkan kelompok umur ... 46 17 Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin di Kota Metro

Tahun 1995 – 2006 ... 47 18 Panjang dan status jalan di Kota Metro ... 48 19 Sarana dan prasarana pendidikan di Kota Metro ... 49 20 Jumlah sarana kesehatan per kecamatan di Kota Metro ... 50 21 Jumlah tempat peribadatan per kecamatan di Kota Metro

Tahun 2007 ... 50 22 Deskripsi satuan lahan Kota Metro ... 51 23 Karakteristik satuan lahan Kota Metro ... 52 24 Sifat fisik dan kimia tanah wilayah Kota Metro ... 53 25 Dimensi saluran irigasi Kota Metro ... 54 26 Panjang sungai di Kota Metro ... 54


(29)

xvi

27 Potensi lahan sawah dan lahan kering di wilayah Kota Metro ... 55 28 Data produksi padi dan palawija Kota Metro Tahun 2006 ... 55 29 Populasi ternak ruminansia besar Kota Metro Tahun 2006 ... 56 30 Populasi ternak ruminansia kecil Kota Metro Tahun 2006 ... 57 31 Keadaan industri kecil, tenaga kerja, nilai investasi dan nilai

produksi di Kota Metro ... 57 32 Kriteria klasifikasi kemampuan lahan ... 59 33 Kelas Kemampuan lahan di Kota Metro ... 62 34 Tingkat kepadatan penduduk dan kelas kemampuan lahan di

Kota Metro ... 63 35 Kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah (Oryza sativa) ... 66 36 Kelas kesesuaian lahan padi di Kota Metro ... 67 37 Penilaian kesesuaian lahan tanaman padi dan jagung ... 68 38 Kriteria kesesuaian lahan untuk jagung (Zea mays) ... 69 39 Kelas kesesuaian lahan jagung di Kota Metro ... 70 40 Produktivitas padi dan jagung di Kota Metro Tahun 2006 ... 71 41 Kelas kesesuaian lahan peternakan/penggembalaan di

Kota Metro... 72 42 Kriteria kesesuaian lahan untuk penggembalaan (Pasture) ... 74 43 Kriteria kesesuaian lahan tempat tinggal/gedung/permukiman ... 75 44 Kelas kesesuaian lahan permukiman di Kota Metro ... 76 45 Kriteria kesesuaian lahan untuk pembangunan jalan ... 77 46 Kelas kesesuaian lahan untuk jalan di Kota Metro ... 78 47 Penilaian kesesuaian lahan peternakan, permukiman dan jalan ... 78 48 Kelas kesesuaian lahan di Kota Metro ... 80 49 Luas penggunaan lahan Kota Metro Tahun 2006 ... 82 50 Hasil overlay peta kesesuaian lahan dengan peta penggunaan

lahan ... 84 51 Hirarki wilayah Kota Metro berdasarkan analisis skalogram ... 89 52 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Metro

Tahun 2002-2006 ... 93 53 Proyeksi penduduk Kota Metro per kecamatan Tahun

2007-2020 ... 94 54 Proyeksi kebutuhan jumlah fasilitas dan Lahan di Kota Metro ... 95 55 PDRB Kota Metro atas dasar harga konstan 2000 menurut


(30)

xvii

56 Nilai perhitungan LQ Kota Metro ... 98 57 Nilai perhitungan LI Kota Metro ... 98 58 PDRB Kota Metro dan Propinsi Lampung Tahun 2002 dan

2006 ... 101 59 Analisis shift-share PDRB Kota Metro dan Provinsi Lampung ... 102 60 Struktur output Tabel I-O Kota Metro Tahun 2005 ... 103 61 Struktur final demand Tabel I-O Kota Metro Tahun 2005 ... 105 62 Struktur angka pengganda Tabel I-O Kota Metro Tahun 2005 ... 106 63 Indeks daya penyebaran dan derajat kepakaan Tabel I-O

Kota Metro Tahun 2005 ... 107 64 Analisis faktor internal pengembangan wilayah Kota Metro ... 112 65 Analisis faktor eksternal pengembangan wilayah Kota Metro ... 113 66 Matrik SWOT strategi pengembangan wilayah Kota Metro ... 115 67 Urutan alternatif strategi sesuai hasil analisis QSPM ... 117 68 Luas arahan pengembangan wilayah Kota Metro ... 123 69 Matrik quantitatif strategic planning matrix (QSPM) strategi

dan model pengembangan wilayah Kota Metro ... 125


(31)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Peta landuse Kota Metro klasifikasi citra landsat Tahun 2004 ... 4 2 Persentase penggunaan lahan di Kota Metro Tahun 2006 ... 7 3 Pendekatan dua tahap dalam evaluasi lahan ... 12 4 Kerangka pemikiran ... 23 5 Kerangka analisis penelitian ... 41 6 Peta administrasi Kota Metro ... 44 7 Persentase jumlah penduduk Kota Metro berdasarkan lapangan

pekerjaan ... 47 8 Peta kelas kemampuan lahan ... 62 9 Peta kesesuaian lahan untuk padi ... 67 10 Peta kesesuaian lahan untuk jagung ... 70 11 Peta kesesuaian lahan untuk peternakan/penggembalaan ... 73 12 Peta kesesuaian lahan untuk permukiman ... 76 13 Peta kesesuaian lahan untuk jalan ... 79 14 Peta kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman dan

kawasan pertanian ... 81 15 Peta penggunaan lahan Kota Metro Tahun 2006 ... 83 16 Peta overlay kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan Kota

Metro Tahun 2006... 85 17 Peta hirarki wilayah Kota Metro ... 91 18 Grafik jumlah penduduk Kota Metro dalam 5 (lima) tahun ... 93 19 Peta arahan pengembangan wilayah Kota Metro ... 124


(32)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Analisis skalogram data podes Kota Metro Tahun 2006 ... 133 2 Tabel I-O Kota Metro hasil RAS I-O Provinsi Lampung

Tahun 2005 ... 142 3 Tabel koefisien I-O Kota Metro Tahun 2005 ... 144 4 Tabel backward linkagesI-O Kota Metro Tahun 2005 ... 146 5 Tabel forward linkages I-O Kota Metro Tahun 2005 ... 147 6 Tabel multipliersI-O Kota Metro Tahun 2005 ... 148


(33)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial, ekonomi dan fisik suatu daerah itu sendiri. Pembangunan juga sering diartikan sebagai suatu perubahan dan merupakan sesuatu yang semestinya terjadi dalam masyarakat, baik masyarakat maju maupun masyarakat yang sedang berkembang. Pembangunan sebagai upaya untuk melakukan perubahan guna mewujudkan kondisi yang lebih baik. Dalam konteks ini, pembangunan memerlukan adanya rangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu sistem kemasyarakatan untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan.

Dari segi ruang, pembangunan daerah akan mencapai arah dan tujuannya bila diimplementasikan kedalam rangkaian perencanaan ruang yang terdapat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Adapun yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang secara hirarki dan struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang; diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan; prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam; diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah di perdesaan dan perkotaan (Revisi RTRW Kota Metro, 2007).

Demikian juga Kota Metro terus mengupayakan terjadinya perubahan atau dinamika yang ada dalam masyarakat melalui kegiatan pembangunan. Pembangunan ini dilakukan pada berbagai sektor seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri dan sebagainya. Dalam penyelenggaraan pembangunan tentunya diperlukan konsep dan strategi perencanaan untuk menjadi


(34)

2

acuan bagi pelaksana pembangunan. Disamping itu diperlukan juga arah dan

tujuan menuju terwujudnya sasaran yang akan dicapai oleh masyarakat Kota Metro.

Secara garis besar pertumbuhan dan kemajuan di Kota Metro terbentuk dari empat sektor ekonomi, masing-masing adalah pertanian, perdagangan, jasa dan industri (RTRW Kota Metro 2001). Sebagai kota yang terbentuk dari lahan permukiman transmigrasi, sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi pertama yang menjadi mata pencarian masyarakat. Kemudian kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa tumbuh dari perkembangan kota pada fase berikutnya. Keberadaan kegiatan perdagangan dan jasa semakin pesat seiring perubahan status administrasi Metro menjadi kota, sebelumnya sebagai ibukota pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah. Karakteristik urban yang dominan dengan kegiatan jasa dan perdagangan tersebut tersebar di kelurahan-kelurahan yang terletak di sekitar pusat kota, sementara itu pada daerah yang berada di pinggir kota umumnya masih berbasis pertanian dan beberapa kelurahan lainnya didukung oleh kegiatan perindustrian.

Kota Metro dengan pusat pemerintahan di Kelurahan Metro dan Kelurahan Imopuro, Kecamatan Metro Pusat, merupakan tempat konsentrasi berbagai macam kegiatan kota dan merupakan orientasi bagi berbagai kegiatan yang dilakukan penduduk kota. Perkembangan Kota Metro kearah urban, terlihat dari semakin bertambahnya kawasan terbangun, seperti kawasan perumahan, perdagangan dan pemerintahan.

Selanjutnya jika dilihat dari sudut komposisi penggunaan lahan kota secara keseluruhan, maka dominasi penggunaan lahan pertanian juga terlihat dominan bila dibandingkan dengan penggunaan lahan yang lain. Strukturnya memperlihatkan bahwa kegiatan pada pusat kota terjadi akumulasi penggunaan lahan terbangun dengan fungsi peruntukan bagi kegiatan perkantoran, perdagangan, jasa serta perumahan, sedangkan menuju kearah kawasan pinggiran kota, kepadatan mulai berkurang dengan akumulasi penggunaan lahan terbangun terjadi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil pemukiman dan diantara kelompok-kelompok tersebut diisi dengan lahan pertanian. Gambaran tersebut


(35)

3

memperlihatkan bahwa pada beberapa kawasan, karakteristik urban telah mewarnai kegiatan ekonomi masyarakat Kota Metro.

Berdasarkan RTRW Kota Metro 2001, secara garis besar penggunaan lahan di Kota Metro dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan terbangun adalah kawasan perumahan, sebaran fasilitas umum dan sebaran fasilitas perdagangan. Sedangkan kawasan pertanian seperti sawah, ladang dan penggunaan lain-lain merupakan kelompok penggunaan lahan tidak terbangun.

Apabila dilihat dari komposisi penggunaan lahan berdasarkan Interprestasi Citra Landsat Tahun 2004 maka didapatkan 68% dari luas Kota Metro merupakan lahan pertanian, 13,9% permukiman, 4,5% lahan terbuka dan sisanya digunakan untuk aktivitas lainnya. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Penutupan lahan di Kota Metro berdasarkan Interprestasi Citra Landsat Tahun 2004

Klasifikasi Lahan Area (Ha) % Luas

Air 68 0,92

Awan 77 1,05

Bayangan awan 18 0,24

Hutan 0 0,01

Kebun campuran 744 10,17

Lahan terbuka 325 4,44

Permukiman 1.021 13,97

Perkebunan 2 0,02

Pertanian lahan kering 3.724 50,92

Sawah 1.323 18,09

No data 12 0,17

Total 7.314 100

Sumber: Lab. Inderaja dan Kartografi Dept. ITSL IPB

Pola penggunaan lahan di Kota Metro menunjukan penggunaan lahan yang tercampur untuk permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan serta lahan pertanian dan industri. Sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan pertanian. Ditinjau dari aspek tata ruang, maka kondisi penggunaan lahan ini kurang efisien, karena letak atau lokasi peruntukan lahan tidak didasarkan pada hubungan fungsional antara tiap peruntukan lahan tersebut (RTRW Kota Metro, 2001)


(36)

4

Sumber: Lab. Inderaja dan Kartografi IPB

Gambar 1 Peta land use Kota Metro klasifikasi Citra Landsat Tahun 2004

Penggunaan lahan di Kota Metro dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Adapun yang termasuk dalam penggunaan lahan terbangun adalah kawasan perumahan, sebaran fasilitas umum dan sebaran fasilitas perdagangan, sedangkan areal persawahan, perladangan dan penggunaan lain-lain merupakan penggunaan lahan tidak terbangun. Penggunaan lahan terbangun antara lain: kawasan perumahan, fasilitas pelayanan umum seperti perkantoran, gedung sekolah, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, bangunan fasilitas olahraga, bangunan fasilitas utilitas dan lain-lain. Sedangkan penggunaan lahan tidak terbangun antara lain terdiri dari: areal persawahan, perladangan dan kawasan penggunaan lahan lain-lain seperti lapangan olahraga, taman dan lahan terbuka lainnya.

Pada Tahun 2006 penggunaan lahan sudah semakin kompleks seiring dengan kemajuan dan perkembangan wilayah secara lebih detil kondisi eksisting dapat dilihat pada Tabel 2.


(37)

5

Tabel 2 Kondisi eksisting penggunaan lahan di Kota Metro Tahun 2006

Jenis Penggunaan (Ha) Metro Pusat Metro Utara Metro Selatan Metro Timur Metro

Barat Jumlah

% dari Total Permukiman

1. Permukiman 673,18 514,87 428,72 283,61 501,06 2.401,44 34,94 2. Olah raga/

Rekreasi 11,60 1,00 7,50 4,68 1,04 25,82 0,38

3. Tempat

Peribadatan 10,65 8,27 4,00 4,00 2,82 29,74 0,43

Sub Total 695,43 524,14 440,22 292,29 504,92 2.456,99 35,74 Jasa

1. Perkantoran 12,00 1,42 2,25 9,35 2,28 27,30 0,23

2. Pendidikan 6,51 5,00 2,00 17,18 4,74 35,43 0,09

3. Kesehatan 2,00 0,25 0,50 0,35 0,75 3,85 0,18

Sub Total 20,51 6,67 4,75 26,88 7,77 66,58 0,97

Perusahaan dan Industri

1. Perdagangan 7,85 2,00 1,48 4,07 0,09 15,49 0,23

2. Hotel,Restoran/

Rumah makan 5,36 0 0 0,05 0 5,86 0,09

3. Aneka industri 4,76 3,50 4,00 0 0 12,26 0,18

Sub Total 17,97 5,50 5,48 4,57 0,09 33,61 0,49

Pertanian 1. Persawahan

a. Sawah Irigasi

teknik 225,96 1.118,24 710,36 447,70 479,89 2.982,15 43,38 b. Sawah non

irigasi 0 0 14,00 18,00 9,50 41,50 0,60

2. Lahan kering

a. Pekarangan 206,38 290,45 227,79 361,22 112,84 1.198,68 17,44

b. Tegalan 4,75 19,00 30,40 27,34 13,00 94,49 1,37

Sub Total 437,09 1.427,69 982,55 854,26 615,23 4.316,82 62,80 Total Luas Lahan 1.171 1. 964 1.433 1.178 1.128 6.874 100,00

Sumber: Bappeda Kota Metro, 2006

Dengan pola sebaran penggunaan lahan diatas dapat dilihat bahwa Kota Metro masih didominasi oleh lahan pertanian sebesar 62,8%, lahan pemukiman 35,4% dan sisanya untuk lahan industri dan jasa. Konsentrasi pemukiman terbesar berturut-turut terdapat di Kecamatan Metro Pusat, Kecamatan Metro Utara, Kecamatan Metro Barat, Kecamatan Metro Selatan dan Kecamatan Metro Timur.

Untuk memberikan gambaran pembangunan ekonomi di Kota Metro diperlukan data statistik yang merupakan ukuran kuantitas. Pada Tabel 3 disajikan data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Metro yang menggambarkan keadaan perekonomian melalui angka pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan struktur ekonomi di Kota Metro. Produk Domestik Regional Brutto merupakan keseluruhan dari nilai tambah (value added) yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi disuatu daerah. Data PDRB tersebut


(38)

6

menggambarkan potensi sekaligus kemampuan suatu daerah untuk mengelola sumberdaya alam yang dimiliki, dalam suatu proses produksi, sehingga besarnya PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumberdaya alam dan faktor produksi yang tersedia. Untuk keperluan berbagai analisa, PDRB selain disajikan atas dasar harga berlaku juga disajikan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku mempunyai kaitan erat dengan pendapatan perkapita sedangkan PDRB atas dasar harga konstan akan dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah (BPS Kota Metro, 2007). Tabel 3 Produk domestik regional bruto Kota Metro atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2005 – 2006

Lapangan Usaha 2 0 0 5 *) (jutaan rupiah) 2 0 0 6 **) (jutaan rupiah)

ADHB 1) ADHK 2) ADHB 1) ADHK 2)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 78. 771 64.699 81.261 66.008

2. Pertambangan dan Penggalian

0 0 0 0

3. Industri Pengolahan 23.794 21.418 25.391 22.408

4. Listrik, Gas dan Air Minum

11.152 4.134 11.610 4.221

5. Konstruksi 32.386 20.121 35.888 20.869

6. Perdagangan 100.697 84.941 106.120 87.774

7. Transportasi dan Komunikasi

60.116 42.420 72.624 46.356

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

117.447 81.364 129.107 90.964

9. Jasa – jasa 156.785 107.802 185.645 113.658

P D R B 581. 148 426. 899 647.646 452.257

Sumber : BPS Kota Metro 2007

Keterangan :

* ) Angka Diperbaiki 1) Atas Dasar Harga Berlaku

** ) Angka Sementara 2) Atas Dasar Harga Konstan 2000

Nilai PDRB Kota Metro atas dasar harga berlaku selama Tahun 2005–2006 mengalami kenaikan cukup signifikan yakni dari 581 milyar pada Tahun 2004 menjadi 647 milyar pada Tahun 2006 atau naik sebesar lebih kurang 66 Milyar (11,4%). Demikian juga dengan nilai PDRB Kota Metro atas dasar harga konstan

2000 selama Tahun 2005–2006, mengalami kenaikan sebesar lebih kurang 25 Milyar (5,9%) yakni dari 426 Milyar pada Tahun 2005 menjadi 452 Milyar


(39)

7

Sumber: Bappeda Kota Metro, 2006

Gambar 2 Persentase penggunaan lahan di Kota Metro Tahun 2006

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kelas kemampuan dan kesesuaian lahan di Kota Metro? 2. Bagaimana hirarki wilayah di Kota Metro?

3. Bagaimana proyeksi penduduk dan standar pelayanan minimal di Kota Metro?

4. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dalam pengembangan wilayah Kota Metro?

5. Bagaimana konsep strategi pengembangan wilayah Kota Metro berbasis evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan?

Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan beberapa rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sumberdaya lahan dengan melakukan analisis kelas kemampuan lahan dan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan permukiman dan pertanian.


(40)

8

3. Mengetahui proyeksi penduduk dan standar pelayanan minimal di Kota Metro.

4. Mengetahui sektor yang berkembang menjadi sektor unggulan dalam pengembangan wilayah di Kota Metro.

5. Menyusun strategi pengembangan wilayah Kota Metro berbasis evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan.

Batasan Penelitian

1. Aspek evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan evaluasi lahan secara fisik.

2. Penelitian dilakukan di Kota Mero Provinsi Lampung yang merupakan wilayah administratif terdiri dari 5 kecamatan dan 22 kelurahan.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kota Metro sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah.

2. Sebagai bahan masukan untuk memperkaya khasanah pemikiran dan proses (learning process) dalam perumusan kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah kota yang ada di Indonesia.


(41)

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Wilayah

Pembangunan merupakan proses alami untuk mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata. Proses alami tersebut harus diciptakan melalui intervensi pemerintah melalui serangkaian kebijaksanaan pembangunan yang akan mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan rakyat berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan. Proses pembangunan yang memihak rakyat merupakan upaya sinergi dalam langkah pemberdayaan masyarakat. Peran pemerintah adalah sebagai katalisator dalam mewujudkan langkah pemberdayaan masyarakat. Dalam kerangka itu pembangunan harus dipandang sebagai suatu rangkaian proses perubahan yang berjalan secara berkesinambungan untuk mewujudkan pencapaian tujuan (Sumodiningrat, 1999 dalam Sari, 2008).

Secara historis kegagalan program-program pembangunan didalam mencapai tujuannya bukanlah semata-mata kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Teori-teori pembangunan selalu berkembang dan mengalami koreksi, sehingga selalu melahirkan pergeseran tentang nilai-nilai yang dianggap benar dan baik dalam proses pembangunan. Pembangunan wilayah bukan hanya fenomena dalam dimensi lokal dan regional, namun merupakan bagian tak terpisahkan dari kepentingan skala nasional bahkan global (Rustiadi et al., 2007).

Pembangunan wilayah, meliputi perkotaan dan perdesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Dari segi pemerintahan, pembangunan daerah merupakan usaha untuk mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah untuk makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Pembangunan daerah di Indonesia memiliki dua aspek yaitu: bertujuan memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial di daerah yang relatif terbelakang, dan untuk lebih memperbaiki dan meningkatkan kemampuan daerah dalam melaksanakan pembangunan melalui kemampuan

menyusun perencanaan sendiri dan pelaksanaan program serta proyek secara efektif (Sari, 2008).


(42)

10

Pembangunan wilayah memandang pentingnya keterpaduan antar sektoral, spasial, serta pelaku pembangunan di dalam maupun antar daerah. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor pembangunan sehingga setiap program pembangunan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah (Rustiadi et al., 2007).

Evaluasi Sumberdaya Lahan

Salah satu konsep yang dapat dilakukan dalam strategi pengembangan wilayah berbasis evaluasi lahan adalah melakukan evaluasi kelas kemampuan dan kesesuaian lahan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) Evaluasi kemampuan lahan merupakan penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain. Setelah dilakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan maka akan didapat lokasi-lokasi tertentu yang sesuai untuk pengembangan pertanian, kawasan permukiman, pembangunan jalan, jembatan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut (Sitorus, 2004).

Manfaat yang mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Kegunaan terperinci dari evaluasi lahan sangat beragam ditinjau dari konteks fisik, ekonomi, sosial dan dari segi intensitas skala dari studi itu sendiri serta tujuannya.

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk satu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya tanaman pangan, kesesuaian untuk pemukiman, jalan dan sebagainya.


(43)

11

Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta-peta yang dapat mengambarkan kondisi biofisik lahan seperti peta tanah, peta topografi, peta geologi, peta iklim dan sebagainya dalam kaitannya dengan kesesuaiannya untuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan.

Berdasarkan FAO (1976) evaluasi lahan dapat dilakukan menurut dua strategi (Gambar 2):

1) Pendekatan dua tahap (two stages approach). Tahapan pertama terutama berkenaan dengan evaluasi lahan yang bersifat kualitatif, yang kemudian

diikuti dengan tahapan kedua yang terdiri dari analisis ekonomi dan sosial.

2) Pendekatan sejajar (parallel approach). Analisis hubungan antara lahan dan penggunaan lahan berjalan secara bersama-sama dengan analisis-analisis ekonomi dan sosial.

Ciri dari proses evaluasi lahan adalah tahapan di mana persyaratan yang dibutuhkan suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kualitas lahan. Sedangkan fungsi dari evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana perbandingan serta alternatif pilihan penggunaan yang diharapkan berhasil (FAO, 1976).

Kualitas lahan merupakan sifat-sifat atribut yang kompleks dari suatu lahan. Sedangkan tipe penggunaan lahan adalah jenis penggunaan lahan yang diuraikan secara lebih detil karena menyangkut pengelolaan, input yang diperlukan dan output yang diharapkan secara spesifik. Persyaratan penggunaan lahan yang meliputi persyaratan tanaman, persyaratan pengelolaan, dan persyaratan konservasi diperlukan masing-masing komoditas mempunyai kisaran batas minimum, optimum, dan maksimum (FAO, 1976). Persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan.


(44)

12

Gambar 3 Pendekatan dua tahap dalam evaluasi lahan (FAO, 1976)

Adapun parameter yang dinilai dalam evaluasi lahan adalah kualitas lahan yang dicerminkan oleh karakteristik lahan yang nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Tabel 4). Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang banyak dipakai adalah berdasarkan sistem yang dikembangkan oleh FAO. Berdasarkan sistem klasifikasi ini, tingkat kesesuaian suatu lahan ditunjukan melalui empat kategori yang merupakan tingkatan yang bersifat menurun yaitu:

1) Ordo: menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Ordo dibagi menjadi dua yaitu ordo S (sesuai) dan N (tidak sesuai);

2) Kelas: menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai marjinal/bersyarat). Sedangkan untuk ordo yang

tidak sesuai ada dua kelas yaitu N1 (tidak sesuai saat ini) dan N2 (tidak sesuai);

3) Sub Kelas: menunjukkan jenis faktor penghambat pada masing-masing kelas. Pada satu sub kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor penghambat dan jika ini terjadi maka faktor penghambat yang paling dominan dituliskan paling depan; dan

TAHAP KEDUA TAHAP PERTAMA

Konsultasi Awal

Klasifikasi Lahan Kualitatif

Survei Dasar Survei Dasar

Pendekatan Dua Tahap

Pendekatan Sejajar

Klasifikasi Lahan Kualitatif dan

Kuantitatif

Klasifikasi Lahan Kuantitatif Analisis Sosial dan

Ekonomi

Analisis Sosial dan Ekonomi

Keputusan-keputusan Perencanaan


(45)

13

4) Unit: menunjukkan kesesuaian lahan dalam tingkat unit yang merupakan pembagian lebih lanjut dari subkelas berdasarkan atas besarnya faktor penghambat.

Tabel 4 Parameter evaluasi sumberdaya lahan

Kualitas Lahan Karakteristik Lahan

Persyaratan Tumbuh Tanaman/Ekologi

Regim radiasi Panjang/lama penyinaran

Regim suhu Suhu rata-rata tahunan

Suhu rata-rata bulanan

Suhu rata-rata max./min. bulanan

Kelembaban udara Kelembaban nisbi

Ketersediaan air Curah hujan tahunan

Curah hujan bulanan

Bulan kering (Curah hujan < 60 mm)

Media perakaran Drainase

Tekstur

Kedalaman efektif

Gambut (kedalaman, kematangan, kadar abu)

Retensi hara KTK

pH C-Organik

Ketersediaan hara N total

P2O5 tersedia

Bahaya banjir Periode

Frekuensi

Kegaraman Daya hantar listrik (DHL)

Toksisitas Kejenuhan Al

Bahan sulfidik

Persyaratan Pengelolaan

Kemudahan pengelolaan Tekstur tanah/bahan kasar

Kelas kemudahan pengelolaan

Potensi mekanisasi Kemiringan lahan

Batuan di permukaan Singkapan batuan

Persyaratan Erosi

Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi

Indek bahaya erosi

Sumber: Puslitbangtanak, 2003

Dalam proses evaluasi lahan, kesesuaian lahan aktual (merupakan kesesuaian lahan yang diperoleh saat penelitian) dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan yang lebih tinggi atau disebut dengan kesesuaian lahan potensial (kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan atau input yang diperlukan). Namun demikian tidak semua kualitas atau karakteristik lahan dapat diperbaiki dengan teknologi yang ada saat ini atau diperlukan tingkat pengelolaan yang tinggi untuk melakukan perbaikan.


(46)

14

Teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu cara baru yang berkembang saat ini dalam menyajikan dan melakukan analisis data spasial dengan komputer. Selain mempercepat proses analisis, SIG juga bisa membuat model yang dengan manual sulit dilakukan (Barus & Wiradisastra, 2000).

Konsep dasar SIG merupakan suatu sistem yang terpadu yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data yang selanjutnya dapat menggunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek spasial. Elemen dasar SIG yang beroperasi pada sistem yang terpadu tersebut meliputi hardware, software, pemasukan data, serta sumberdaya manusia yang bertanggung jawab terhadap masalah desain, implementasi, dan penggunaan dari SIG. Keluaran yang dihasilkan dari keempat elemen tersebut berupa informasi keruangan yang jelas dalam bentuk peta, grafik, tabel ataupun laporan ilmiah.

SIG dapat mendukung fungsi sebagai berikut: (1) menyediakan struktur

basis data untuk penyimpanan dan pengaturan data dalam area yang luas; (2) mampu mengumpulkan atau memisahkan data regional, landsekap, dan skala

plot; (3) mampu membantu dalam pengalokasian plot studi dan atau secara ekologi area yang sensitif; (4) meningkatkan kemampuan ekstraksi informasi penginderaan jauh; (5) mendukung analisis statistik spasial pada distribusi ekologi; dan (6) menyediakan input data/parameter untuk permodelan ekosistem (Dai et al, 2001).

Aronoff 1993 dalam Sari 2008 menguraikan SIG atas beberapa sub sistem yang saling terkait yaitu: (1) data input, yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data ke dalam format yang digunakan oleh SIG; (2) data output, sebagai sub sistem yang menampilkan atau menghasilkan sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy

seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain; (3) data manajemen, yang mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah di-update dan diedit; dan (4) data manipulasi dan analisis, sebagai sub sistem yang menentukan informasi-informasi yang


(47)

15

dihasilkan oleh SIG. Selain itu juga melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Penyajian data spasial dari fenomena geografis di dalam komputer dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu raster (grid cell) dan vektor. Bentuk raster adalah penyajian obyek dalam bentuk rangkaian elemen gambar (pixel) yang menampilkan semua obyek dalam bentuk sel-sel. Sedangkan vektor disajikan dalam bentuk titik atau segmen garis karena model data vektor lebih banyak berkaitan dengan bentuk obyek pada peta. Aplikasi SIG dalam pengambilan keputusan berkriteria ganda sangat besar peranannya dalam pengelolaan basis data, analisis berbasis spasial, penampilan luaran hasil analisis, dan fungsi-fungsi SIG lainnya (Baja, 2002).

Hirarki Wilayah

Hirarki suatu wilayah sangat terkait dengan hirearki fasilitas kepentingan umum dimasing-masing wilayah. Hirarki wilayah dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing wilayah. Fasilitas kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas itu mungkin harus ada di seluruh wilayah, tetapi kapasitas dan kualitas palayanannya harus berbeda. Makin maju suatu wilayah, semakin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya (Tarigan, 2005)

Pusat wilayah memiliki hirarki yang ditentukan oleh jumlah penduduk yang bermukim pada pusat, jumlah fasilitas pelayanan umum yang tersedia, dan jumlah jenis fasilitas pelayanan umum yang ada. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin jumlah penduduk dan semakin banyak jumlah fasilitas serta jumlah jenis fasilitas pada suatu pusat maka akan semakin tinggi hirarki yang dimilikinya (Hastuti, 2001)

Fasilitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari sistem suatu daerah yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan didaerah tersebut. Fasilitas pelayanan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota. Fasilitas pelayanan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.


(48)

16

Menurut Tarigan (2005) pusat-pusat aktivitas suatu wilayah sangat terkait dengan hirarki wilayah. Hirarki wilayah dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun dimasing-masing wilayah. Fasilitas kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas itu mungkin harus ada di seluruh wilayah, tetapi kapasitas dan kualitas pelayanannya harus berbeda. Makin maju suatu wilayah, semakin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya. Pada umumnya daerah dengan fasilitas pelayanan yang tinggi menjadi pusat aktivitas baik sebagai pusat pelayanan maupun pusat pertumbuhan suatu wilayah. Penggunaan fasilitas pada suatu pusat pelayanan merupakan fungsi dari aksesbilitas atau kemudahan dari titik permintaan ke titik penyediaan pelayanan.

Proyeksi Penduduk dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Analisis ini bertujuan untuk menghitung jumlah penduduk suatu daerah dalam jangka waktu kedepan. Dengan memprediksi jumlah penduduk maka dapat diperkirakan kebutuhan lahan potensial yang tersedia untuk pengembangan kota dimasa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya menjadi faktor utama untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk. Dengan memprediksi jumlah penduduk maka tingkat kepadatan suatu daerah dapat ditentukan sehingga perencanaan pembangunan fasilitas publik atau standar pelayanan minimal yang tersedia pada suatu daerah dapat diidentifikasi.

Kuantitas penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan tidak terlepas dari kualitas penduduk, selain menjadi modal pengembangan wilayah di satu sisi, dapat juga menjadi beban pembangunan karena menyebabkan meningkatnya pelayanan dan penyediaan sumber-sumber ekonomi, baik berupa kebutuhan-kebutuhan dasar maupun fasilitas-fasilitas sosial ekonomi. Selanjutnya semua rencana pembangunan kota menyangkut keadaan jumlah penduduk dan karakteristiknya pada masa mendatang yang dianggap sebgai persyaratan suatu proses perencanaan pembangunan kota adalah penyediaan lahan perkotaan,

penyediaan lapangan kerja dan penyediaan fasilitas lainnya (RTRW Kota Metro, 2001).


(49)

17

Sektor Unggulan

Pada konsep pembangunan daerah yang berbasis pada sektor unggulan ada beberapa kriteria sektor sebagai motor penggerak pembangunan suatu daerah, antara lain: mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran, mempunyai keterkaitan ke depan dan belakang (forward dan backward linkage) yang kuat, mampu bersaing

(competitiveness), memiliki keterkaitan dengan daerah lain, mampu menyerap

tenaga kerja, bertahan dalam jangka waktu tertentu, berorientasi pada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan serta tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

Pendekatan strategi pembangunan dengan menentukan sektor unggulan yang memiliki keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian atau kontribusi berbagai sektor dalam perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana dikemukakan Arief (1993) dalam Kusumawati (2005) bahwa suatu sektor dikatakan sebagai sektor kunci atau sektor unggulan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi; (2) Menghasilkan output brutto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula; (3) Mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi; dan (4) Mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Setelah berlakunya otonomi daerah, setiap daerah memiliki independensi dalam menetapkan sektor atau komoditi yang akan menjadi prioritas pengembangan. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan ataupun kelemahan diwilayahnya menjadi penting. Sektor yang memiliki keunggulan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat menjadi push factor bagi sektor-sektor lain untuk berkembang (Tarigan, 2005).

Akibat keterbatasan sumberdaya yang tersedia, maka dalam suatu perencanaan pembangunan diperlukan adanya skala prioritas pembangunan. Dari sudut dimensi sektor pembangunan, suatu skala prioritas didasarkan atas pemahaman bahwa: (1) setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan


(1)

142

Lampiran 2 Tabel I-O Kota Metro Hasil RAS I-O Provinsi Lampung Tahun 2005

No

ko

d

e

T

a

n

a

ma

n

Ba

h

a

n

Ma

ka

n

a

n

L

a

in

n

ya

T

a

n

a

ma

n

Pe

rke

b

u

n

a

n

L

a

in

n

ya

Pe

te

rn

a

ka

n

d

a

n

h

a

si

l-h

a

si

ln

ya

Pe

ri

ka

n

a

n

In

d

u

st

ri

pengolah

an

L

ist

ri

k,

g

a

s

d

a

n

a

ir

mi

n

u

m

1 2 3 4 5 6

1 Tanaman Bahan Makanan 1 414,43 0,02 151,53 38,20 38.624,55 0,00

2 Tanaman Perkebunan Lainnya 2 0,00 41,77 17,63 0,00 37,23 0,00

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 3 64,80 2,77 15,15 0,28 7.735,73 0,00

4 Perikanan 4 0,00 0,00 0,00 22,79 1.129,62 0,00

5 Industri pengolahan 5 0,00 0,00 408,17 86,45 864,45 0,00

6 Listrik, gas dan air minum 6 0,00 0,14 32,63 0,64 83,84 398,21

7 Bangunan 7 12,88 5,46 56,22 26,85 91,57 123,48

8 Perdagangan 8 559,13 7,20 593,95 54,14 9.798,26 520,92

9 Hotel 9 46,03 0,34 15,98 11,33 90,22 14,04

10 Restoran 10 0,00 0,00 0,00 0,73 13,20 3,85

11 Pengangkutan dan Komunikasi 11 142,61 1,87 136,04 14,94 1.790,54 79,72

12 Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan 12 60,19 4,50 50,65 28,28 995,60 430,89

13 Jasa-Jasa 13 0,00 0,30 14,74 4,16 159,80 21,70

PDRB 30.496,51 1.673,08 31.300,33 1.229,50 21.418,02 4.134,01

Impor 8.275 115,95 0,00 208,89 17.585,66 0,00


(2)

143

Lampiran 2 (Lanjutan)

Ba

n

g

u

n

a

n

Pe

rd

a

g

a

n

g

a

n

H

o

te

l

R

e

st

o

ran

Pe

n

g

a

n

g

ku

ta

n

dan

Ko

mu

n

ika

si

Ke

u

a

n

g

a

n

,

Pe

rse

w

a

a

n

d

a

n

Ja

sa

Pe

ru

sa

h

a

a

n

Ja

sa

-Ja

sa

T

O

T

AL

PER

MI

N

T

AAN

AKH

IR

T

O

T

AL

O

U

T

PU

T

7 8 9 10 11 12 13 O

0,00 0,00 12,06 667,88 0,00 0,00 162,91 1.743,95 40.071,57

0,00 0,00 0,97 11,84 0,00 0,00 0,00 21.972,77 1.853,38

0,00 0,00 76,95 1.799,94 0,00 0,00 1.124,63 0,00 32.793,02

0,00 0,00 6,10 474,63 0,00 0,00 94,07 94.777,93 1.727,21

0,00 0,00 45,66 2.890,37 0,00 0,00 1.345,25 3.142,07 100.418,29

5,70 269,03 1,97 1.270,29 76,45 247,74 198,12 65.660,74 5.726,81

44,06 97,10 1,68 783,08 702,97 5.878,65 786,52 49.543,69 74.271,24

1.912,20 242,71 48,28 4.022,12 712,21 499,87 2.649,23 0,00 71.163,91

20,16 65,16 0,18 56,55 181,96 350,94 159,55 35.621,02 1.012,43

17,64 252,76 0,18 27,43 56,09 552,83 73,96 37.779,36 36.619,69

190,30 3.002,14 5,30 1.518,85 1.245,78 867,93 504,95 80.155,18 47.280,33

954,66 1.936,07 7,83 2.552,50 1.639,40 8.082,98 1.554,11 114.174,93 98.452,86

54,05 592,30 1,36 579,01 245,46 607,76 882,17 0,00 117.337,74

20.121,02 64.706,64 269,15 19.965,22 42.420,02 81.364,17 107.802,27 0,00 426.899,94

50.951,44 0,00 534,77 0,00 0,00 0,00 0,00 77.323,41 154.995,11

74.271,24 71.163,91 1.012,43 36.619,69 47.280,33 98.452,86 117.337,74 581.895,05 1.210.623,52


(3)

144

Lampiran 3 Tabel koefisien I-O Kota Metro Tahun 2005

ko

d

e

T

a

n

a

ma

n

Ba

h

a

n

Ma

ka

n

a

n

L

a

in

n

ya

T

a

n

a

ma

n

Pe

rke

b

u

n

a

n

L

a

in

n

ya

Pe

te

rn

a

ka

n

d

a

n

h

a

si

l-h

a

si

ln

ya

Pe

ri

ka

n

a

n

In

d

u

st

ri

pengolah

an

L

ist

ri

k,

g

a

s

d

a

n

a

ir

mi

n

u

m

1 2 3 4 5 6

Tanaman Bahan Makanan 1 0,0103 0,0000 0,0046 0,0221 0,3846 0,0000

Tanaman Perkebunan Lainnya 2 0,0000 0,0225 0,0005 0,0000 0,0004 0,0000

Peternakan dan hasil-hasilnya 3 0,0016 0,0015 0,0005 0,0002 0,0770 0,0000

Perikanan 4 0,0000 0,0000 0,0000 0,0132 0,0112 0,0000

Industri pengolahan 5 0,0000 0,0000 0,0124 0,0501 0,0086 0,0000

Listrik, gas dan air minum 6 0,0000 0,0001 0,0010 0,0004 0,0008 0,0695

Bangunan 7 0,0003 0,0029 0,0017 0,0155 0,0009 0,0216

Perdagangan 8 0,0140 0,0039 0,0181 0,0313 0,0976 0,0910

Hotel 9 0,0011 0,0002 0,0005 0,0066 0,0009 0,0025

Restoran 10 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0001 0,0007

Pengangkutan dan Komunikasi 11 0,0036 0,0010 0,0041 0,0086 0,0178 0,0139

Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan 12 0,0015 0,0024 0,0015 0,0164 0,0099 0,0752

Jasa-Jasa 13 0,0000 0,0002 0,0004 0,0024 0,0016 0,0038

PDRB 0,7611 0,9027 0,9545 0,7118 0,2133 0,7219

Impor 0,2065 0,0626 0,0000 0,1209 0,1751 0,0000

Total Input 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000


(4)

145

Lampiran 3 (Lanjutan)

Ba

n

g

u

n

a

n

Pe

rd

a

g

a

n

g

a

n

H

o

te

l

R

e

st

o

ra

n

Pe

n

g

a

n

g

ku

ta

n

d

a

n

Ko

mu

n

ika

si

Ke

u

a

n

g

a

n

,

Pe

rse

w

a

a

n

d

a

n

Ja

sa

Pe

ru

sa

h

a

a

n

Ja

sa

-Ja

sa

T

o

ta

l

Pe

rmi

n

ta

a

n

Akh

ir

T

o

ta

l

O

u

tp

u

t

7 8 9 10 11 12 13 F O

0,0000 0,0000 0,0119 0,0182 0,0000 0,0000 0,0014 0,0030 0,0331

0,0000 0,0000 0,0010 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0378 0,0015

0,0000 0,0000 0,0760 0,0492 0,0000 0,0000 0,0096 0,0000 0,0271

0,0000 0,0000 0,0060 0,0130 0,0000 0,0000 0,0008 0,1629 0,0014

0,0000 0,0000 0,0451 0,0789 0,0000 0,0000 0,0115 0,0054 0,0829

0,0001 0,0038 0,0019 0,0347 0,0016 0,0025 0,0017 0,1128 0,0047

0,0006 0,0014 0,0017 0,0214 0,0149 0,0597 0,0067 0,0851 0,0613

0,0257 0,0034 0,0477 0,1098 0,0151 0,0051 0,0226 0,0000 0,0588

0,0003 0,0009 0,0002 0,0015 0,0038 0,0036 0,0014 0,0612 0,0008

0,0002 0,0036 0,0002 0,0007 0,0012 0,0056 0,0006 0,0649 0,0302

0,0026 0,0422 0,0052 0,0415 0,0263 0,0088 0,0043 0,1377 0,0391

0,0129 0,0272 0,0077 0,0697 0,0347 0,0821 0,0132 0,1962 0,0813

0,0007 0,0083 0,0013 0,0158 0,0052 0,0062 0,0075 0,0000 0,0969

0,2709 0,9093 0,2658 0,5452 0,8972 0,8264 0,9187 0,0000 0,3526

0,6860 0,0000 0,5282 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1329 0,1280

1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000


(5)

146

Lampiran 4 Tabel backward linkages I-O Kota Metro Tahun 2005

Ta

na

ma

n

B

ah

an

Ma

ka

na

n

La

in

ny

a

Ta

na

ma

n

P

er

ke

bu

na

n

La

in

ny

a

P

et

er

na

ka

n

da

n

ha

sil

-h

as

iln

ya

P

er

ik

an

an

In

du

st

ri

pe

ng

ola

ha

n

Lis

tr

ik

, g

as

d

an

a

ir

mi

nu

m

B

an

gu

nan

P

er

da

ga

ng

an

H

ot

el

R

es

to

ra

n

P

en

ga

ng

ku

ta

n

da

n

K

omu

ni

ka

si

K

eu

an

ga

n,

P

er

se

w

aa

n

da

n

Ja

sa

P

er

us

ah

aa

n

Ja

sa

-J

as

a

TO

TA

L

R

at

a-ra

ta

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Direct Backward Linkage DBL 0,032 0,035 0,046 0,167 0,612 0,278 0,043 0,091 0,206 0,455 0,103 0,174 0,081 2,322 0,179

Direct & Indirect Backward Linkage DIBL 1,035 1,037 1,057 1,214 1,653 1,330 1,049 1,106 1,250 1,558 1,118 1,200 1,097 15,704 1,208

Standardized DBL SDBL 0,182 0,194 0,255 0,936 3,424 1,557 0,241 0,508 1,153 2,546 0,576 0,972 0,455 13,000 1,000


(6)

147

Lampiran 5 Tabel forward linkages I-O Kota Metro Tahun 2005

D

ire

ct

For

ew

ar

d

Link

ag

e

D

ire

ct

&

In

dir

ec

t

For

ew

ar

d

Link

ag

e

S

ta

nd

ar

diz

ed

D

ire

ct

For

ew

ar

d

Link

ag

e

S

ta

nd

ar

diz

ed

D

ire

ct

&

In

dir

ec

t

For

ew

ar

d

Link

ag

e

DFL

DIFL

SDFL

SDIFL

Tanaman Bahan Makanan

1 0,453

1,545

2,538

1,279

Tanaman Perkebunan Lainnya

2 0,025

1,026

0,138

0,849

Peternakan dan hasil-hasilnya

3 0,216

1,237

1,207

1,024

Perikanan

4 0,044

1,048

0,248

0,867

Industri pengolahan

5 0,207

1,217

1,157

1,008

Listrik, gas dan air minum

6 0,118

1,132

0,661

0,937

Bangunan

7 0,149

1,185

0,836

0,981

Perdagangan

8 0,485

1,549

2,717

1,282

Hotel

9 0,023

1,028

0,131

0,851

Restoran

10 0,013

1,018

0,075

0,843

Pengangkutan dan Komunikasi

11 0,180

1,224

1,008

1,013

Keuangan Persewaan dan Jasa

perusahaan

12 0,355

1,431

1,985

1,185

Jasa-Jasa

13 0,053

1,064

0,300

0,881

TOTAL

2,322

15,704

13,000

13,000