Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JERUK (Citrus sp.) DAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KECAMATAN SIEMPAT RUBE

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI Oleh:

GILBERT F. CIBRO 070303030

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JERUK (Citrus sp.) DAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KECAMATAN SIEMPAT RUBE

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI Oleh:

GILBERT F. CIBRO 070303030/ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Judul Penelitian : Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

Nama : Gilbert F. Cibro

Nim : 070303030

Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Purba Marpaung, SU) (Ir. Muklis, MSi) Ketua Anggota

Mengetahui

(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc, Ph.D) Ketua Departemen Agroekoteknologi

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(4)

ABSTRAK

Evaluasi lahan adalah proses pendugaaan performance dan potensi lahan untuk berbagai penggunaan menyangkut penyebaran tanah, kemiringan lereng, vegetasi dan yang berhubungan dengan kesesuaian lahan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian lahan kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat untuk tanaman jeruk (citrus sp) dan kopi arabika (coffea arabica) dengan ketinggian tempat 800-1400 meter dari permukaan laut, dan juga dilakukan analisis di Laboratorium riset dan teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Kegiatan penelitian ini meliputi telaah pustaka, mengevaluasi satuan peta tanah berdasarkan iklim, topografi, tanah dengan metode matching (pencocokan) antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman. Dari hasil penelitian di peroleh 10 SPT di kecamatan Siempat Rube dan diperoleh 3 SPT yang potensial untuk pembudidayaan tanaman jeruk (citrus sp) dan kopi arabika (coffea arabica) seluas 3765,763Ha dengan faktor pembatas ketersediaan air, ketersediaan oksigen dan media perakaran.


(5)

ABSTRACT

Land evaluation is a process to estimate the performance and potency of land. It is about soil’s characteristic, relief, vegetations and everything related to the suitability of land. This study is to evaluate the suitability of land in Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat for citrus (citrus sp.) and Arabica coffee (coffea arabica) with elevation 800-1400 meters about sea level, mean while the analysis is held at Research and Technology Laboratory of Agricultural Faculty of University of North Sumatera, Medan. This study includes literature review, evaluation of soil map unit (SPT) which is based on climate, topography, and soil by using matching method between lands characteristics and growing requirements of plants. From the study, it results 10 SPT in Kecamatan Siempat Rube and 3 SPT is potentially suitable for citrus and arabica coffee cultivation in an area of 3765,763 ha with limiting factors such as availability of water and oxygen, and rooting media.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Gilbert Fernando Cibro dilahirkan di Tarutung pada tanggal 02 Juni 1989. Anak kedua dari lima bersaudara. Putra dari Ayahanda S. H. Cibro dan Ibunda R. Barasa, Amd. SPd.

Riwayat Pendidikan

- SD Negeri 2 Pakkat, lulus pada tahun 2001. - SLTP Negeri 2 Pakkat, lulus pada tahun 2004. - SMA Negeri 1 Salak, lulus pada tahun 2007.

- Tahun 2007 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur

SPMB di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Aktivitas Selama Pendidikan

- Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Peserta Seminar Nasional “Tindak Lanjut Pembangunan Pertanian Pasca Swasembada Beras 2008” pada 8 Agustus 2009 di FP USU Medan.

- Peserta Seminar dan Lokakarya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)” pada 12 Februari 2010 di FP USU Medan.

- Penulis disalah satu jurnal penelitian Bidang Ilmu Pertanian “Hutan

Indonesia dan Pemanasan Global” bersama Ir. Bintang Sitorus, MP, dan Frans Ferdinan S.Hut pada Bulan April 2010.


(7)

- Peserta Seminar Pertanian 2011 “Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional” pada 29 Mei 2011 di FP USU Medan.

- Peserta PERNAS dan MUKERNAS FOKUSHIMITI pada 9 – 15 juni 2010 di Universitas Brawijaya Malang.

- Panitia Pengkaderan Nasional II Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) “Mengoptimalkan Kader yang Mampu Menjadi Barometer Dunia Pertanian di Indonesia” pada 22 – 26 Januari 2011 di FP USU Medan.

- Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi pada bulan Juli tahun 2011.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat”, yang merupakan salah syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan..

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.Purba Marpaung, SU selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.Mukhlis, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan arahan dan masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2012


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... ...iv

DAFTAR ISI ... ... ...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... ... ...x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 6

Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 7

Karakteristik Lahan ... 11

Sifat Fisik Tanah ... ... 13

Drainase Tanah ... 13

Kedalaman Tanah ... 15

Tekstur Tanah ... 16

Bahaya Banjir ... 17

Batuan Permukaan ... 17

Sifat Kimia Tanah ... ... ...18

Kapasitas Tukar Kation (KTK) ... 18

Kejenuhan Basa (KB) ... 18

pH Tanah ... 19

C-organik Tanah ... 19

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) ... 20

Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk (Citrus, sp) ... 23

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 27


(10)

Metode Penelitian ... 27

Karakteristik Kesesuian Lahan Untuk Kopi Arabika (Coffea arabica) ... 29

Karakteristik Kesesuian Lahan Untuk Jeruk (Citrus, sp) ... 30

Pelaksaan Penelitian ... 31

Tahap Persiapan ... 31

Tahap Kegiatan di Lapangan ... 31

Tahap Analisis Laboratorium ... 32

Analisis Kesesuaian Lahan ... 32

Peubah Yang Diukur ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan di Lapangan dan Analisa Laboratorium ... 34

Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan ... 35

Iklim ... 35

Evaluasi Lahan ... 37

Pembahasan ... 57

Temperatur ... 61

Media Perakaran... 62

Tekstur Tanah ... 64

Drainase Tanah ... 65

Retensi Hara ... 66

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 71

Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) ... 29

2. Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Jeruk (Citrus sp.) ... 30 3. Hasil Pengamatan di Lapangan dan Analisa Laboratorium Sampel

Tanah ... 34 4. Data Curah Hujan, Suhu, dan Kelembaban Udara pada Daerah

Penelitian 2001-2010 ... 35

5. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan Peta Tanah (SPT) 1 ... 37

6. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 1 ... 38 7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 2 ... 39 8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 2 ... 40 9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 3 ... 41 10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 3 ... 42 11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 4 ... 43 12. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 4 ... 44 13. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 5 ... 45 14. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 5 ... 46 15. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan


(12)

16. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 6 ... 48 17. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 7 ... 49 18. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 7 ... 50 19. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 8 ... 51 20. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 8 ... 52 21. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 9 ... 53 22. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) 9 ... 54 23. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.) pada Satuan

Peta Tanah (SPT) 10 ... 55 24. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

pada Satuan Peta Tanah (SPT) SPT 10 ... 56 25. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial pada Satuan Peta Tanah

(SPT) 1 sampai dengan Satuan Peta Tanah (SPT) 10 Untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.)…….. ... 57 26. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial pada Satuan Peta Tanah

(SPT) 1 sampai dengan Satuan Peta Tanah (SPT) 10 Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) ... 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal. 1. Deskripsi Profil Tanah 1 Pada Land System Ulu Bandar (UBD) di

Desa siempat Rube I ... 79

2. Deskripsi Profil Tanah 2 Pada Land System Bukit Pandan(BPD) di Desa Traju ... 80

3. Deskripsi Profil Tanah 3 Pada Land System Pakasi (PKS) di Desa Kuta Jungak ... 81

4. Deskripsi Profil Tanah 4 Pada Land System Batang Pelapat (BPP) di Desa Siempat Rube II ... 82

5. Deskripsi Profil Tanah 5 Pada Land System Batu Apung (BTG) di Desa Kuta Jungak ... 83

6. Peta Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat ... 84

7. Peta Land System Kecamatan Siempat Rube ... 85

8. Peta Jenis Tanah Kecamatan Siempat Rube ... 86

9. Peta Kesesuian Lahan Aktual Untuk Tanaman Jeruk (Citrus, sp) ... 87

10. Peta Kesesuian Lahan Potensial Untuk Tanaman Jeruk (Citrus, sp) ... 88

11. Peta Kesesuian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) ... 89

12. Peta Kesesuian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) ... 90


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal. 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Badan

Meteorologi Salak Periode Tahun 2001-2010 ... 76 2. Data Kelembaban Udara (%) Rata-Rata di Stasiun Badan

Meteorologi Salak Tahun 2001-2010 ... 76 3. Data Suhu Udara (o

Periode Tahun 2001-2010 ... 76 C) Rata-Rata di Stasiun Badan Meteorologi Salak


(15)

ABSTRAK

Evaluasi lahan adalah proses pendugaaan performance dan potensi lahan untuk berbagai penggunaan menyangkut penyebaran tanah, kemiringan lereng, vegetasi dan yang berhubungan dengan kesesuaian lahan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian lahan kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat untuk tanaman jeruk (citrus sp) dan kopi arabika (coffea arabica) dengan ketinggian tempat 800-1400 meter dari permukaan laut, dan juga dilakukan analisis di Laboratorium riset dan teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Kegiatan penelitian ini meliputi telaah pustaka, mengevaluasi satuan peta tanah berdasarkan iklim, topografi, tanah dengan metode matching (pencocokan) antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman. Dari hasil penelitian di peroleh 10 SPT di kecamatan Siempat Rube dan diperoleh 3 SPT yang potensial untuk pembudidayaan tanaman jeruk (citrus sp) dan kopi arabika (coffea arabica) seluas 3765,763Ha dengan faktor pembatas ketersediaan air, ketersediaan oksigen dan media perakaran.


(16)

ABSTRACT

Land evaluation is a process to estimate the performance and potency of land. It is about soil’s characteristic, relief, vegetations and everything related to the suitability of land. This study is to evaluate the suitability of land in Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat for citrus (citrus sp.) and Arabica coffee (coffea arabica) with elevation 800-1400 meters about sea level, mean while the analysis is held at Research and Technology Laboratory of Agricultural Faculty of University of North Sumatera, Medan. This study includes literature review, evaluation of soil map unit (SPT) which is based on climate, topography, and soil by using matching method between lands characteristics and growing requirements of plants. From the study, it results 10 SPT in Kecamatan Siempat Rube and 3 SPT is potentially suitable for citrus and arabica coffee cultivation in an area of 3765,763 ha with limiting factors such as availability of water and oxygen, and rooting media.


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan tubuh alam sebagai tempat tumbuh semua makhluk hidup. Tanah dimanfaatkan oleh manusia dengan cara mengelolahnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Tanah dapat bermanfaat dengan baik apabila manusia dapat juga memeliharanya dan memahami keadaan tanah tersebut dengan baik. Namun karena kurangnya kemapuan manusia dalam memelihara dan memahami khususnya kesesuaian lahan tersebut sehingga manusia tidak dapat memperoleh kebutuhan yang cukup bagi kehidupannya (Foth, 1998)

Setiap usaha pertanian menitik beratkan kepada tingginya produksi yang akan dicapai. Hal ini dapat dicapai bila didasari atas pemahaman kondisi lahan dengan komoditi pertanian yang akan dikembangkan. Oleh karena itu suatu lahan perlu dievaluasi sehingga komoditas yang akan dikembangkan dapat memberikan hasil yang optimal.

Kabupaten Pakpak Bharat secara administratif memiliki 8 (delapan) Kecamatan dengan 47 desa. Luas wilayah Kabupaten 1.218,30 km2 (121.830 ha) atau 1,7% dari luas Propinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayah tersebut 63.974 ha (52,51%) di antaranya merupakan lahan yang efektif dan 53.156 ha (43,63%) merupakan lahan yang belum dioptimalkan. Secara geografis Kabupaten Pakpak Bharat terletak di Pantai Barat Sumatera yaitu 2,00 – 3,00 LU 96,00 – 98,30 BT dan berada di ketinggian 250-1400 m di atas permukaan laut. Penduduk kabupaten Pakpak Bharat sekitar 36.972 jiwa, yang terdiri dari 18.216 jiwa


(18)

laki-laki dan 18.756 jiwa perempuan. Pada umumnya mereka tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian utamanya bertani (www.pakpak.kab.go.id, 2007).

Kabupaten Pakpak Bharat dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 pada masa pemerintahan Preside Kabupaten Kegiatan perekonomian terfokus pada kawasan ini beretni Pakpak Bharat bekerja sebagai petani dimana, tamanan kopi dan jeruk merupakan beberapa jenis tanaman yang sekarang lagi dikembangkan disana (www.pakpak.kab.go.id, 2007).

Di daerah Pakpak Bharat khususnya di Kecamatan Siempat Rube merupakan salah satu desa yang cocok dikembang sebagai daerah pertanian baik tanaman hortikultura maupun tanaman tahunan. Penelitian ini belum pernah diteliti, oleh karena itu penulis berkeinginan untuk membuat penelitian tentang tanaman kopi dan juga tanaman jeruk diharapkan agar pengetahuan petani terhadap kedua komoditas ini semakin luas untuk peningkatan taraf hidup petani di Kabupaten Pakpak Bharat umumnya dan di Kecamatan Siempat Rube khususnya.

Sesuai dengan surat perjanjian kerja sama antara pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat dengan mahasiswa dan orang tua mahasiswa yang masuk keperguruan tinggi yang ditanda tangani pada masa kepemimpinan Bapak Bupati Makmur Barasa pada tanggal 17 april 2008. Untuk itu peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian di daerah ini. Dimana, peneliti melakukan penelitian di salah satu kecamatan di Pakpak Bharat tepatnya di Kecamatan Siempat Rube.


(19)

Berdasarkan pewilayahan komoditas unggulan Kabupaten Pakpak Bharat tanaman kopi, sementara tanaman jeruk khususnya merupakan tanaman yang belum masuk dalam kategori komoditas unggulan di Kabupaten Pakpak Bharat untuk itu peneliti berkeinginan unduk mengembangkan kedua komoditi ini untuk dijadikan sebagai komoditas unggulan, yaitu dari sektor non basis menjadi sektor basis di Kabupaten Pakpak Bharat.

Peneliti sangat berkeinginan untuk mengembangkan dan memajukan pertanian di Kecamatan Siempat Rube, dimana tamanam kopi dan jeruk mungkin lebih dikembangkan disana yaitu dalam meningkatkan hasil dari sektor non basis menjadi sektor basis dan juga dalam mengusahakan perbaikannya dan meningkatkan hasil produksi tanaman kopi dan tanaman jeruk di desa tersebut. Tanaman yang di teliti ini merupakan tanaman tahunan yaitu tanaman kopi dan jeruk. Dimana data kesuburan tanah dan iklim pada daerah penelitian akan

dimatchingkan (dicocokkan) dengan persyaratan tumbuh tanaman dan dilihat tanaman yang paling sesuai pada daerah tersebut.

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan para petani di Kecamatan Siempat Rube dapat mengembangkan tanaman tahunan seperti kopi dan jeruk, disamping komoditi tanaman hortikultura dan komoditi tanaman tahunan lainnya pada lahannya yang sesuai dengan potensinya sehingga produksi yang dapat meningkat dan juga akan meningkatkan kesejahtraaan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat khususnya di Kecamatan Siempat Rube.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kesesuaian lahan di desa Traju Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat, untuk tanaman kopi dan jeruk.


(20)

2. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah serta pengelolaan- Pengelolaan yang akan dilakukan untuk memperbaiki lahan lahan pertanian, sehingga menjadi dasar bagi petani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian dari sektor non basis menjadi sektor basis untuk tanaman Kopi (Coffea, sp) dan tanaman Jeruk (Citrus, sp)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan dalam penentuan tanaman yang sesuai di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Sebagai acuan yang dapat dilakukan secara operasional untuk pengembangan budidaya tanaman kopi dan tanaman jeruk dan meningkatkan efisiensi dalam pertanaman sehingga biaya input dapat ditekan secara optimal di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di departemen Ilmu Tanah fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).

Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah


(22)

atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi :

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.

3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim, dkk, 1986).

Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajar-wajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1997).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

"Kesesuaian lahan" menyatakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari


(23)

data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori, yaitu:

1. Order: keadaan kesesuaian secara global

2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order

3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan.

4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya (Soemarno, 2006).

Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras (Wahyuningrum, dkk, 2003).

Daya guna tanah untuk pertanian ditentukan oleh sejumlah faktor, yang terpenting diantaranya adalah kecuraman lereng yang menyangkut bahaya erosi, bahaya banjir, drainase, kelembaban, permeabilitas, kepadatan massa, reaksi kimia, tingkat salinitas, daya tampung air, struktur lapisan permukaan serta kesuburan alamiah tanah tersebut (Toffler, 1986).

Berdasarkan sejumlah faktor tersebut suatu proses pendugaan potensi lahan untuk macam-macam penggunaan yang disebut dengan evaluasi lahan (Dent and


(24)

proyek perencanaan. Alat ini sangat fleksibel, bergantung pada keperluan dan komoditas wilayah yang hendak dievaluasi (Abdullah, 1993).

Sementara itu kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan areal dapat berbeda tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus, 1985).

Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.

4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya


(25)

mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Macam faktor pembatas berupa keadaan fisik lingkungan adalah topografi, erosi, iklim, drainase, bahaya banjir, fisik tanah seperti tekstur dan kedalaman efektif. Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan didalam suatu kelas kesesuaian. Masing-masing kelas dibagi menjadi satu atau lebih subkelas kesesuaian tergantung pada jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas dicerminkan oleh simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara). Untuk kelas S1 tidak ada pembagian subkelas

(Rayes, 2006).

Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan


(26)

perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk, pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang dievaluasi (Djaenudin, dkk, 2003).

Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik,


(27)

salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam o

2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam mm.

C.

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.

5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.

7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.

8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat. 10. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4

11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.


(28)

13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.

14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.

16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.

19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah.

20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

Sifat Fisik Tanah Drainase tanah

Drainase itu suatu proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat mungkin dari profil tanah, terutama dari lapisan permukaan dan subsoil bagian atas. Kalau drainase dari rawa – rawa dan daerah – daerah yang tergenang air


(29)

merupakan suatu hal yang penting, drainase tanah yang sudah diolah kerap kali jauh lebih penting.Boleh dikatakan, bahwa drainase tanah pertanian ialah yang paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).

Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1994).

Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :

1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). 3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah


(30)

demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.

7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan (Djaenudin, dkk, 2003).

Kedalaman tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,


(31)

serta dalamnya akar – akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).

Kedalaman tanah dibedakan menjadi : - Sangat dangkal : < 20 cm

- Dangkal : 20 – 50 cm - Sedang : 50 – 75 cm - Dalam : > 75 cm (Djaenudin, dkk, 2003).

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel – partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel – partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda – beda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Sarief, 1986).

Partikel – partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran 2.00-0.05 mm, debu 2.00-0.05-0.005 mm dan liat 0.005 mm (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah : - Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.


(32)

- Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.

- Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu. - Agak kasar (ak) : lempung berpasir, pasir berlempung.

- Kasar (k) : pasir.

- Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1) (Djaenudin, dkk, 2003).

Bahaya banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak. f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

Batuan permukaan

Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :


(33)

- b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

- b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permukaan tanah tertutup ; pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.

- b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.

- b4 = Sangat banyak : lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup ; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan.

Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).

Sifat Kimia Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK)

Kemampuan tukar kation ialah kapasitas tanah menyerap dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut kapasitas tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut kapasitas tukar anion (KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur menurut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat diserap tanah (Notohardiprawiro, 1998).

Salah satu sifat kimia tanah sawah yang berkaitan erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah


(34)

total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negatif (Noor, 2004).

Kejenuhan basa (KB)

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% (Tan, 1998).

pH tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).

Peranan pH tanah :

a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman

b. Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah

c. Mempengaruhi keterikatan unsur P


(35)

e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus

(Sarief, 1989).

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)

(Arsyad, 1989)

C-organik Tanah

Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menaikkan kondisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1994).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah - Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)


(36)

- Sumber energi bagi mikroorganisme - Menambah kemampuan tanah (Hardjowigeno, 1995).

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi (Coffea, sp).

Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan (Anonimous, 2009)

Kopi Arabika berasal dari Ethiopia dan Albessinia. Golongan ini merupakan yang pertama kali dikenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir abad 19.. Namun kopi jenis ini merupakan kopi dengan cita rasa terbaik. Sebagian kopi yang ada dibuat dari jenis ini.Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis (Najiyati dan Danarti, 1997 )

Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 o

Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi mempunyai sifat yang sangat khusus, karena masing-masing jenis kopi mengkehendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. Umumnya berbuah sekali dalam setahun (Najiyati dan Danarti, 1997 )


(37)

tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah.(Najiyati dan Danarti, 1997 )

Kopi (coffea,sp) merupakan salah satu komoditas ekspor yang memberikan devisa negara cukup tinggi. Budidaya tanaman kopi cukup mudah, tanpa perawatan yang intensif pun tanaman ini telah memberikan hasil. Namun untuk menghasilkan kopi yang bermutu baik dan mendapatkan harga tinggi di pasaran dunia diperlukan pengetahuan mengenai seluk beluk kopi mulai dari jenis-jenis kopi, penyediaan bibit, teknik penanaman, hingga panen dan pasca panen (Dinas pertanian pakpak bharat, 2007)

Iklim besar sekali pengaruhnya terhadap produktifitas tanaman kopi. Pengaruh iklim itu mulai Nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Dan hal ini akan terasa terus pada saat bunga membuka sampai dengan berlangsungnya penyerbukan, pertumbuhan buah muda sampai buah menjadi tua an memasak (AAK, 1988)

Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak , akan tetapi tanaman kopi mengkehendaki sinar matahari yang teratur. Sinar matahari dalam jumlah banyak hanya dikehendaki tanaman kopi pada awal musim kemarau atau akhir musim hujan. Pada saat itu tanaman mulai menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari, biasanya ditanam tanaman pelindung. (Dinas Pertanian Kab. Pakpak Bharat,2007)

Seperti juga tanaman lainnya, maka kopi juga memerlukan tanah yang subur. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kopi yang arealnya itu bekas hutan maka akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan adalah unsur-unsur zat organik/hara yang tersedia dalam tanah. Sedangkan usaha


(38)

lainnya adalah menjaga agar susunan dan struktur tanah tetap baik yaitu dengan pemupukan (Muljana, 2010)

Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi (Anonimous, 2008)

A. Iklim.

Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup pada 1000-1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta dapat hidup pada 500-1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut dengan suhu 20ºC. Pertanaman kopi arabika yang dekat permukaan laut banyak diserang penyakit karat daun, sedang ketinggian lebih dari 2000 m sering diganggu embun upas. Jenis Liberica dapat hidup baik didaratan rendah.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm, optimal 1000-2000-3000 mm sedang di Indonesia curah hujan terletak 1000-2000 - 3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kering dikehendaki maximal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung, untuk mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin.(Sentani, 1991)


(39)

B. Tanah.

Syarat tanah yang dikehendaki adalah: - Mempunyai solum yang cukup dalam

- Gembur dengan bahan organik yang cukup, karenanya sangat cocok ditanam pada tanah bekas hutan.

- Keasaman (pH) tanah 5,5 - 6,5 - Air tanah cukup dalam. (Sentani, 1991)

Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk (Citrus sp.)

Pada umumnya jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur mengandung banyak hawa udara ( oksigen ), bahan organis ( humus ) dan air dalam tanah agak dalam. Tanah yang kurang subur pun dapat ditanami jeruk, asalkan soal pemuukan diperhatikan benar-benar. Tanah yang longgar dan tidak lekas padat, sehingga air berlebihan ( air hujan ) bisa cepat dialirkan/dilarutkan. Jeruk sama sekali tidak tahan terhadap air yang tergenang ( penyakit akar ). Tanah yang banyak mengandung pasir dan air yang tidak dalam lebih dari 1,50 m, baik sekali untuk perkebunan jeruk. Yang baik ialah, jika air dalam tanah waktu musim hujan 50 cm dan di musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah. (Joesoef, 1986 )

Jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (Anonimous, 2010)


(40)

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyak ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. , jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit.Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut (Anonimous,2010).

Tanah yang subur dan gembur merupakan tempat tumbuh yang baik bagi tanaman jeruk. Pada tanah ini banyak mengandung humus pertumbuhan tanaman ini sangat cepat, sedangkan pada tanah yang banyak mengandung garam, tanaman ini pertumbuhannya lambat ( kurus ). Hasil yang baik dengan derajat keasaman ( pH ) 5-6 (Arsyad dkk, 1992).

Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm


(41)

dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10% (Anonimous,2007).

Angin dengan kecepatan 40-48 Km/jam menyebabkan buah jeruk akan tergoncang bahkan dapat rontok. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang intensitas angin yang sangat tinggi diperlukan tanaman penahan angin (lamtoro, cemara, dsb ) yang ditanam kurang lebih dari 2 meter berderet dengan arah tegak lurus datangnya angin (Soelarso, 1996).

Jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyak ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan datarn tinggi. Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas 900 m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh dengan baik di kalimantan pada elevasi 100 m dpl (Dinas Pertanian Kab. Pakpak Bharat,2006).

A.Iklim.

Umumnya tumbuh didaerah subtropik dibawah 600 mdpl. Di daerahkhatulistiwa (tropika) jeruk tumbuh baik pada elevasi di bawah pada elevasi 1830 mdpl. Temperatur berkisar antara 13-39 ºC, yang optimum antara 22-30 ºC. curah hujan sekitar 800 mm/tahun dan toleran terhadap kelembaban tinggi, tetapi jeruk mandarine toleran terhadap kondisi yang lebih basah.

B. Tanah

1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.


(42)

2. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.

3. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.

4. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah

permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.

5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.

Penurunan hasil bias terjadi jika salinitas dengan DHL mencapai > 1,7 dS/m. Penurunan hasil bias mencapai 50 % apabila DHL mencapai 4,8 Ds/m dan atau ESP mencapai 15 % dan tidak mampu berproduksi ( penurunan hasil mencapai 100 % ) apabila DHL mencapai 8 dS/m (Anonimous.2011).


(43)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, USU, Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2011 sampai September 2011.


(44)

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : sampel tanah yang diambil dari setiap Satuan Peta Tanah (SPT), serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: peta land system skala 1 : 50000, Global Position System (GPS), bor tanah, ring sampel, kertas label, kantong plastik, karet gelang, cangkul, parang, kamera, spidol dan alat tulis, serta peralatan analisis tanah di laboratorium.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei, dengan teknik sampling. Sampel tanah diambil dari setiap satuan peta tanah (SPT). Satuan peta tanah (SPT) diperoleh dari hasil overlay peta land system dengan peta topografi Kecamatan Siempat Rube sehingga diperoleh 10 (sepuluh) satuan peta tanah. Contoh tanah diambil dari setiap SPT dengan cara pengeboran tanah, kemudian contoh tanah dimasukkan ke dalam plastik untuk dianalisis di laboratorium.

Metoda evaluasi lahan yang dilakukan adalah: metoda limit yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan (FAO, 1976). Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dan tanaman jeruk di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat, maka data iklim, data hasil pengamatan di lapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan bagi tanaman kopi dan tanaman jeruk oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (Puslitbangtanak, 2003) (pada tabel 1 dan 2) sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas kesesuaian


(45)

lahan potensial untuk tanaman kopi dan tanaman jeruk tersebut di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat.


(46)

Tabel 1. Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Kopi Arabika (Coffeaarabica)

Persyaratan Penggunaan/ Karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) 16 - 22 15 - 16 22 – 24

14 - 15 24 - 26

< 14 > 26 Ketinggian tempat dpl (m) 700 -

1.600

1.600 - 1.750 600 – 700

1.750 - 2.000 100 - 600

> 2.000 < 100 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 1.200 -

1.800

1.000 - 1.200 1.800 -

2.000

2.000 - 3.000 800 - 1.000

> 3.000 < 800

Lamanya masa kering (bln) 1 - 4 < 1; 4 – 5 5 - 6 > 6

Kelembaban (%) 40 - 70 30 – 40 20 - 30 < 20

70 – 80 80 - 90 > 90

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase baik Sedang agak

terhambat, agak cepat terhambat, sangat terhambat, cepat Media perakaran (rc)

Tekstur halus, agak

halus, sedang

- agak kasar kasar, sangat halus

Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 - 60 > 60

Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 - 75 < 50 Gambut:

Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 - 200 > 200

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan

< 140 140 – 200 200 - 400 > 400

Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik

hemik+ fibrik+

Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16

Kejenuhan basa (%) > 50 35 – 50 < 35

pH H2O 5,6 - 6,6 6,6 - 7,3 < 5,5; >7,4

C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) < 0,5 - 0,5 - 2 > 2

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) - - - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) < 8 8 - 16 16-30; 16-50 > 30; > 50

Bahaya erosi sangat

rendah

rendah - sedang

berat sangat berat Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 - - > F0

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40

Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Sumber : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, Bogor (2003)


(47)

Tabel 2. Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Jeruk (Citrus, sp)

Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc) Temp. rata-rata (oC) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

Lamanya masa kering (bln) Kelembaban (%)

Ketersediaan oksigen (oa) Drainase

Media perakaran (rc) Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Retensi hara (nr) KTK (me/100g) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan

Penyiapan lahan (lp) Batuan dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)

19-33 1200-3000 2,5-4 50-90 baik,sedang agak kasar, sedang, agak halus, halus <15 >100 >16 ≥20 5,5-7,6 >0,8 <3 <8 >125 <8 sgt rendah F0 <5 <5 33-36 16-19 1000-1200 3000-3500 4-5 <50., >90 agak terhambat - 15-35 75-!00 ≤16 <20 5,2-5,5 7,6-8,0 ≤0,8 3-4 8-12 100-125 8-16 rendah-sedang - 5-15 5-15 36-39 13-16 800-1000 3000-4000 5-6 - terhambat, agak cepat sangat halus kasar 35-55 50-75 - - <5,2 >8,0 - 4-6 12-15 60-100 16-30 berat - 15-40 15-25 >39 <13 <800 >4000 >6 - sgt terhambat, cepat sangat halus >55 <50 - - - - >6 >15 <60 >30 sgt berat >F0 >40 >25

Sumber : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, Bogor (2003)


(48)

Pelaksanaan Penelitian Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan survey kelapangan dan persiapan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tahap kegiatan di lapangan

• Satuan Peta Tanah (SPT) ditentukan berdasarkan peta land system skala 1 : 50000. Sampel tanah diambil dari tiap-tiap land system, dimana dalam peta land system terdapat kode-kode sistem lahan. Kemudian peta Land system dioverlaykan dengan peta topografi Kecamatan Siempat Rube, sehingga di peroleh 10 titik sampel Satuan Peta Tanah (SPT).

• Pemboran tanah pada setiap SPT didaerah penelitian secara zigzag dan dikompositkan dari beberapa lokasi pada Satuan Peta Tanah (SPT) yang sama maka dimasukkan sampel tanah tersebut ke dalam plastik dengan berat tanah 1,5 kg serta diberi label lapangan.

• Pada kedalam tanah 0-30 cm dan 30-60 cm diambil juga sampel tanah, kemudian dianalisis sifat fisika dan sifat kimia tanahnya di laboratorium meliputi : Tekstur, pH, KTK, C-organik, serta dihitung Kejenuhan basanya.

• Data iklim untuk Kecamatan selama 10 tahun (tahun 2000-2011) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas I Sampali Medan meliputi data : suhu udara rata-rata, curah hujan tahunan, kelembaban udara rata-rata dan lamanya masa bulan kering.


(49)

• Data fisik lingkungan yang dikumpulkan meliputi : struktur tanah, panjang dan kemiringan lereng, drainase tanah, bahan kasar, kedalaman tanah, vegetasi dominan, pengelolaan tanaman, upaya konservasi tanah, bahaya banjir/genangan, batuan permukaan dan singkapan batuan.

Tahap analisis laboratorium

Sampel tanah dari lapangan kemudian diteliti dilaboratorium yang meliputi sifat fisik (Tekstur) dan sifat kimia ( Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah,Kejenuhan Basa , pH tanah,dan C-organik.

Evaluasi kesesuaian lahan

Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dan tanaman jeruk berdasarkan metoda limit yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan berdasarkan FAO (1976).

Peubah Yang Diukur

Berdasarkan karakteristik lahan yang telah disebutkan maka peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah :

• Data lapangan

1. Ketersediaan Oksigen (oa)

• Drainase 2. Media Perakaran (rc)

• Bahan kasar (%)

• Kedalaman tanah (cm) 3. Bahaya Erosi (eh)

4. Temperatur (tc)


(50)

• Ketinggian tempat (m dpl) 5. Ketersediaan Air (wa)

• Curah hujan (mm)

• Lama bulan kering (bln)

• Kelembaban (%) 6. Bahaya Banjir (fh)

• Genangan 7. Penyiapan Lahan (lp)

• Batuan di permukaan (%)

• Singkapan batuan (%)

• Data laboratorium 1. Retensi Hara (nr)

• KTK (me/100g) metode ekstraksi NH4 • pH H2O metode elektrometri (1:2,5)

OAc pH 7

• Kejenuhan basa (%) NH4

• C-organik (%) metode Walkey and Black -asetat 1N pH 7

2. Media Perakaran (rc)


(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian diperoleh data lapangan dan data hasil analisis laboratorium yaitu pada satuan peta tanah (SPT) 1 sampai dengan satuan peta tanah (SPT) 6, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3a. Hasil Pengamatan di Lapangan dan Analisa Laboratorium Sampel Tanah pada SPT 1 dan SPT 6

Parameter SPT 1 SPT 2 SPT 3 SPT 4 SPT 5 SPT 6

Ketinggian Tempat

(mdpl)

992 1050 1127 887 1151 927

Kemiringan

lereng (%) 8-15 8-15 8-15 8-15 8-15 8-15

Drainase Terhambat Baik Baik Baik Baik Baik

Kedalaman

Efektif (cm) 55 75 85 70 85 70

Tekstur Lempung

berpasir

Pasir

berlempung pasir

Lempung

berpasir pasir pasir

pH 5,74 6,33 6,28 5,94 6,22 6,18

C-organik

(%) 1,21 2,50 2,68 1,10 3,75 1,36

KTK

(me/100g) 12,12 22,06 26,68 17,06 29,18 13,75

Kejenuhan

Basa 14,36 7,20 5,44 11,90 5,32 10,25

Dari tabel diatas, dapat kita ketahui pada parameter drainase dimana pada satuan peta tanah (SPT) 1 mempunyai drainase yang terhambat, ini diketahui dari pembukaan profil tanah dimana pada kedalaman > 25 cm terdapat gley sehingga drainasenya dikategorikan sebagai kategori drainase tanahnya adalah terhambat, sedangkan pada SPT 2 samapi SPT 6 mempunyai drainase yang baik. Sedangkan pada kategori tekstur tanah diperoleh yaitu pada SPT 1 dan SPT 4 mempunyai kelas tekstur yaitu lempung berpasir pada SPT 2 mempunyai kelas tekstur pasir berlempung, sedangkan pada SPT 3, SPT 5 dan SPT 6 mempunyai kelas tekstur pasir


(52)

Dari hasil penelitian diperoleh data lapangan dan data hasil analisis laboratorium yaitu pada satuan peta tanah (SPT) 7 sampai dengan satuan peta tanah (SPT) 10, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3b. Hasil Pengamatan di Lapangan dan Analisa Laboratorium Sampel Tanah pada SPT 7 dan SPT 10

Parameter SPT 7 SPT 8 SPT 9 SPT 10

Ketinggian

Tempat (mdpl) 882 872 873 1099

Kemiringan

Lereng (%) 8-15 8-15 8-15 8-15

Drainase Baik Baik Baik Baik

Kedalaman

Efektif (cm) 67 70 80 85

Tekstur Lempung

berpasir Pasir berlempung Pasir berlempung

Pasir berlempung

pH 5,87 5,95 5,85 5,67

C-organik (%) 1,51 2,72 2,06 2,53

KTK (me/100g) 18,37 19,12 18,87 15,93

Kejenuhan Basa 12,03 9,81 9,17 11,58

Dari table dapat kita lihat yaitu pada parameter drainase, dimana drainase pada SPT 7 sampai SPT 10 memiliki drainase yang baik. Kedalaman efektif tanah nya berada < 100 cm, sedangkan pada teketur tanahnya ,dimana pada SPT 7 mempunyai tekstur lempung berpasir, pada SPT 8, SPT 9 dan SPT 10 mempunyai tekstur pasir berlempung


(53)

Kualitas Dan Karakteristik Lahan Iklim

Data iklim selama 10 tahun (2001-2010) diperoleh dari stasiun klimatologi kelas I sampali medan meliputi data: curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara pada pos pengamatan/stasiun terdekat yaitu Salak BM yang dianggap mewakili data iklim di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat.

Adapun data-data iklim yang diperoleh dengan rata-rata sebagai berikut:

• Suhu udara rata-rata tahunan : 20,31˚C

• Curah hujan rata-rata tahunan : 2795,5 mm/thn

• Kelembaban rata-rata tahunan : 83,28 %

• Lamannya bulan kering : 1,4 bulan

Tabel 4. Data curah hujan, suhu, dan kelembaban udara pada daerah penelitian 2001-2010

Tahun Curah hujan (mm/thn) Suhu udara (°C) Kelembaban udara (%)

2001 3126 19,85 82,91

2002 3070 19.85 83,83

2003 3510 20,01 83,25

2004 3502 20,08 84,25

2005 2429 20,05 83,08

2006 3212 20,83 82,91

2007 2056 20,10 83,58

2008 2862 20,20 83,91

2009 1947 20,82 83,16

2010 2241 21,36 81,91

Rataan 2795,5 20,31 83,28


(54)

Karakteristik lahan

Dari hasil pengamatan di lapangan, diperoleh sebanyak 5 land sistem di kecamatan Siempat Rube setelah di overlaykan dengan peta administrasi kemudian didapat 10 pengambilan sampel tanah (SPT) yang kemudian menjadi 10 (sepuluh) daerah kesesuaian lahan.

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Siempat Rube adalah tanah andisol dengan 2 (dua) great grup yaitu : Dystrandepts dan Hydrandepts, tanah inseptisol dengan Great Group Dystropepts dan tanah-tanah tebangun/tersingkap. Secara umum tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai rendah, pH berkisar masam sampai agak masam. Tekstur tanahnya bervariasi, dimulai dari agak kasar sampai halus.


(55)

Evaluasi Lahan

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk (Citrus,SP) pada SPT 1 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus,sp) pada SPT 1 Karakteristik Data Kelas Kesesuaian

Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S1 S1

Kelembaban (%) 83,28 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Terhambat N S3

Media perakaran (rc)

Tekstur Ak S1 S1

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 70 S3 S3

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 12,12 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 14,36 S2 S1

pH H2O 5,74 S1 S1

C-organik (%) 1,21 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual N-oa (ketersediaan oksigen) Usaha Perbaikan -Pengolahan tanah.

-Pembuatan saluran irigasi. -Penambahan bahan organik Kesesuaian Lahan

Potensial

S3-oarc (ketersediaan oksigendan media perakaran) Keterangan : ak (agak kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Berdasarkan tabel 5 diperoleh kesesuaian lahan aktual untuk tanaman jeruk adalah N-oa, dengan faktor pembatas ketersediaan oksigen. Setelah dilakukan perbaikan pada faktor pembatas dan retensi hara, maka kelasnya naik menjadi S3-oarc pada kesesuaian lahan potensial.


(56)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 1 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 1

Karakteristik Data Kelas Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketinggian tempat dpl (m) 992 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S3 S2

Kelembaban (%) 83,28 S3 S2

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Terhambat N S3

Media perakaran (rc)

Tekstur Ak S3 S3

Bahan Kasar (%) - -

Kedalaman tanah (cm) 70 S3 S3

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 12,12 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 14,36 S3 S2

pH H2O 5,74 S1 S1

C-organik (%) 1,21 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual N-oa (ketersediaan oksigen) Usaha Perbaikan -pemberian bahan organik

Kesesuaian Lahan Potensial S3-waoarc (ketersediaan air, ketersediaan oksigen dan media perakaran)

Keterangan : ak (agak kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Dari tabel 6 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah N-oa pada faktor pembatas ketersediaan oksigen, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas dan faktor pembatas retensi hara diperoleh kesesuaian lahan potensialnya yaitu S3-waoarc.


(57)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk (Citrus,sp) pada SPT 2 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus,sp) pada SPT 2 Karakteristik Data Kelas Kesesuaian

Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S1 S1

Kelembaban (%) 83,28 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Ak S3 S3

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 75 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 22.06 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) 7,20 S2 S1

pH H2O 6,33 S1 S1

C-organik (%) 2,50 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual S3-rc (media perakaran) Usaha Perbaikan -Penambahan bahan organik Kesesuaian Lahan

Potensial

S3-rc (media perakaran) Keterangan : k (kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 7 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya yaitu S3-rc dengan faktor pembatas media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas lainnya seperti retensi hara, maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-rc.


(58)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah

dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 2 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 2

Karakteristik Data Kelas Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketinggian tempat dpl (m) 1050 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S3 S2

Kelembaban (%) 83,28 S3 S2

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Ak S3 S3

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 75 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 22.06 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) 7,20 S3 S2

pH H2O 6,33 S1 S1

C-organik (%) 2,50 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual S3-warcnr (ketersediaan air,media perakaran dan retensi hara)

Usaha Perbaikan -Pengolahan tanah.

-Penambahan Bahan Organik Kesesuaian Lahan Potensial S3-rc (media perakaran) Keterangan : k (kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 8 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah N-rc dengan faktor pembatas media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas dan faktor pembatas lainnya seperti retensi hara maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya yaitu S3-rc.


(59)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Jeruk (Citrus,sp) pada SPT 3 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus,sp) pada SPT 3 Karakteristik Data Kelas Kesesuaian

Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S1 S1

Kelembaban (%) 83,28 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur K N N

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 85 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 26,68 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) 5,44 S2 S1

pH H2O 6,28 S2 S1

C-organik (%) 2,68 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual N-rc (media perakaran) Usaha Perbaikan -pengolahan tanah.

-penambahan bahan organik Kesesuaian Lahan

Potensial

N-rc (media perakaran) Keterangan : k (kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 9 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah N-rc dengan faktor pembatas media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas lainnya seperti retensi hara, maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya N-rc.


(60)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah

dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) SPT 3 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 3

Karakteristik Data Kelas Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketinggian tempat dpl (m) 1127 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S3 S2

Kelembaban (%) 83,28 S3 S2

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur K N N

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 85 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 26,68 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) 5,44 S3 S2

pH H2O 6,28 S1 S1

C-organik (%) 2,68 S1 S1

Bahaya banjir (fh) S1

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual N-rc (Media perakaran) Usaha Perbaikan -Pengolahan tanah.

-Pemberian bahan organik Kesesuaian Lahan Potensial N-rc (media perakaran) Keterangan : k (kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 10 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah N-rc dengan faktor pembatas media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas lainnya seperti retensi hara maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya N-rc.


(61)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Jeruk (Citrus, sp) pada SPT 4 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus,sp) pada SPT 4 Karakteristik Data Kelas Kesesuaian

Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S1 S1

Kelembaban (%) 83,28 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Ak S1 S1

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 70 S3 S3

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 17,06 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 11,90 S2 S1

pH H2O 5,94 S1 S1

C-organik (%) 1,10 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual S3-rc (media perakaran) Usaha Perbaikan -Pengolahan tanah

-Penambahan bahan organik Kesesuaian Lahan

Potensial

S3-rc (media perakaran) Keterangan : ak (agak kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 11diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah S3-rc dengan faktor pembatas media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas lainnya seperti retensi hara maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya S3-rc.


(62)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah

dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 4 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 12. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada SPT 4

Karakteristik Data Kelas Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketinggian tempat dpl (m) 887 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S3 S2

Kelembaban (%) 83,28 S3 S2

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Ak S3 S3

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 70 S3 S3

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 17,06 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) 11,90 S3 S2

pH H2O 5,94 S1 S1

C-organik (%) 1,10 S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual S3-warcnr (ketersediaan air, media perakaran dan retensi hara)

Usaha Perbaikan -Penambahan bahan organik Kesesuaian Lahan Potensial S3-rc (media perakaran) Keterangan : ak (agak kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 12 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah S3-tcrc dengan faktor pembatas temperatur dan media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas lainnya seperti retensi hara maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya S3-rc.


(63)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Jeruk (Citrus, sp) pada SPT 5 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 13. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus,sp) pada SPT 5 Karakteristik Data Kelas Kesesuaian

Aktual

Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,31 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2795,5 S1 S1

Kelembaban (%) 83,28 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur K N N

Bahan Kasar (%) - - -

Kedalaman tanah (cm) 85 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 29,18 S1 S1

Kejenuhan Basa (%) 5,32 S2 S1

pH H2O 6,22 S2 S1

C-organik (%) 3,75 S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Kesesuaian Lahan actual N-rc (media perakaran) Usaha Perbaikan -penambahan bahan organik Kesesuaian Lahan

Potensial

N-rc (media perakaran)

Keterangan : k (kasar)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Pada tabel 13 diperoleh kesesuaian lahan aktualnya adalah N-rc dengan faktor pembatas media perakaran, setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor pembatas lainnya seperti retensi hara maka diperoleh kesesuaian lahan potensialnya N-rc.


(1)

Kode Land System : PKS ( Pakasi ) Lokasi profil : Desa Kuta Jungak Ketinggian Tempat : 1099 mdpl

Vegetasi : Ilalang, Semak Belukar

Drainase : Sedang

Kedalaman Efektif : 35 cm

Fisiografi : Bergelombang

Morfologi Tanah

A 0 – 5 cm

Hitam (7,5 YR 2/1), batas lapisan nyata, struktur lepas, konsistensi tidak lekat, perakaran kasar kasar dan banyak, beralih nyata ke lepas

C1 5 – 27 cm

Coklat kemerahan (7,5 YR 5/8), batas laposan baur, tekstur liat, struktur lemah, agak lekat, perakaran kasar sedikit, beralih baur ke berombak

C2

27 – 73 cm

Coklat kekuningan (10 YR 5/8), batas lapisan baur, tekstur pasir, struktur lemah, konsistensi tidak lekat, perakaran halus sedikit, beralih nyata ke tidak beraturan

C3 >73 cm

Coklat kemerahan (10 YR 5/6), batas lapisan baur, tekstur pasir, struktur lepas, agak lekat, dan terdapat batuan yang sudah mulai melapuk, beralih nyata tidak beraturan

A

C1

C2


(2)

Lampiran 7. Deskripsi Profil Tanah

Kode Land System : BPP ( Batang Pelapat )

Lokasi profil : Desa Siempat Rube II / Jambu Mbllang Ketinggian Tempat : 822 mdpl

Vegetasi : Ilalang, Semak Belukar,Padang Rumput

Drainase : Sedang

Kedalaman Efektif : 35 cm

Fisiografi : Bergelombang

Morfologi Tanah

A 0 – 17 cm

Hitam kemerahan (10 YR 3/4), batas lapisan nyata, tekstur lempung, struktur lepas, konsistensi tidak lekat, perakaran halus banyak, beralih nyata ke lepas

B 17 – 35 cm

Coklat kemerahan (10 YR 5/6), batas lapisan nyata, tekstur liat, struktur srdang, konsistensi tidak lekat, perakaran halus, beralih baur ke berombak

C1 35 – 57 cm

Coklat kemerahan (10 YR 5/6), batas lapisan baur, tekstur pasir, struktur sedang, konsistensi tidak lekat, perakaran halus sudang, beralih nyata ke tidak beraturan

C2 >57 cm

Kuning kemerahan (10 YR 5/8), batas lapisan baur, tekstur pasir, struktur lemah, tidak lekat, dan tidak terdapat batuan, beralih nyata tidak beraturan

B

C1

C2

A


(3)

Lampiran 8. Deskripsi Profil Tanah

Kode Land System : BTG (Batu Apung) Lokasi profil : Desa Kuta Jungak Ketinggian Tempat : 992 mdpl

Vegetasi : Ilalang, Semak Belukar

Drainase : Buruk

Kedalaman Efektif : 35 cm

Fisiografi : Bergelombang

Morfologi Tanah

A 0 – 5 cm

Coklat kehitaman (10 YR 2/2), batas lapisan nyata, tekstur liat, struktur sedang, konsistensi lekat, perakaran banyak, beralih nyata ke lepas

E 5 – 27 cm

Coklat kekuningan (10 YR 6/4), batas lapisan nyata, tekstur lempung, struktur sedang, konsistensinya lekat, tidak terdapat karatan, beralih baur ke berombak

Bt1 27 – 58 cm

Coklat kemerahan (10 YR 6/3), batas lapisan baur, tekstur liat, struktur lepas, konsistensi tidak lekat, terdapat karatan, perakaran halus sedikit, beralih nyata ke tidak beraturan

Bt2 58 – 90 cm

Coklat kekuningan (10 YR 6/1), batas lapisan baur, tekstur pasir, struktur sedang, konsistensi lekat, perakaran sedikit halus, beralih nyata tidak beraturan

Ap

E

Bt1


(4)

Lampiran 9. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas/Karakteristik Lahan Aktual Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/Karakteristik Lahan

Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan 1. Rejim Radiasi

- Panjang penyinaran matahari

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

-

2. Rejim Suhu

- Suhu rata-rata tahunan - Suhu rata-rata terdingin - Suhu rata-rata bulan terpanas

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- - -

3. Rejim Kelembaban

- Kelembaban nisbi - Tidak dapat dilakukan Perbaikan

-

4. Ketersediaan Air

- Bulan kering - Curah hujan

- Sistem irigasi pengairan - Sistem irigasi pengairan

- Sedang, tinggi - Sedang, tinggi

5. Media Perakaran

- Drainase - Tekstur

- Kedalaman efektif

- Gambut : kematangan ketebalan

- Perbaikan system drainase spt pembuatan saluran drainase - Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dgn membongkarnya waktu pengolahan

- Pengaturan system drainase untuk mempercepat proses pematangan gambut

- Teknik pemadatan tanah gambut dan teknik penanaman serta pemilihan varietas

- Sedang, tinggi - Tinggi

- Tinggi

- Tinggi

6. Retensi Hara

- KTK - pH

- Pengapuran atau penambahan bahan organik

- Sedang, tinggi

7. Ketersediaan Hara

- N total - P tersedia - K tukar

- Pengapuran - Pemupukan - Pemupukan - Pemupukan

- Rendah, sedang,


(5)

8. Bahaya Banjir

- Periode - Frekwensi

- Pembuatan tanggulpenahan banjir dan pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pembuangan air

- Tinggi - Tinggi

9. Kegaraman

- Salinitas - Reklamasi - Sedang, tinggi

10. Toksisitas

- Kejenuhan Al - Lapisan Pirit

- Pengapuran

- Pengaturan system tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik

- Sedang, tinggi - Sedang, tinggi

11. Kemudahan Pengolahan

- Pengaturan kelembaban tanah utk mempermudah pengolahan tanah

- Sedang, tinggi

12. Terrain/Potensi Mekanisasi

- Tidak dapat dilakukan Perbaikan

- Sedang, tinggi

13. Bahaya Erosi - Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah

- Sedang, tinggi

Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, 1994. Keterangan :

• Tingkat pengelolaan rendah : Pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah.

• Tingkat pengelolaan sedang : Pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat Petani menengah, memerlukan modal menengah dan teknik pertanian yang sedang. • Tingkat pengelolaan tinggi : Pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah ataupun perusahaan besar atau menengah.


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta

1 34 94

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

2 44 64

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika ( Coffea arabica ) di Dusun Paman Similir Desa Telagah Kecamatan Sel Bingei Kabupaten Langkat

1 52 58

Distribusi Pendapatan Dan Tingkat Kemiskinan Petani Kopi Arabika Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

1 48 116

Pengaruh Penjualan Kopi Arabika Dalam Bentuk Buah Panen (Cherry Red) Terhadap Ekonomi Petani Kopi Arabika Desa Tanjung Beringin Di Kabupaten Dairi

31 181 77

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun

2 50 94

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.), dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

0 40 116

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 9

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

0 1 22

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

0 1 14