Analisis pembangunan ekonomi wilayah dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja hasil pembangunan pasca pemekaran daerah di kota Banjar, Jawa Barat

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DAN
TINGKAT KEPUASAN MAS~ARAKATTERHADAP KUYEMA HASIL

PEMBANGUNAN PASCA PEMEKARAN DAERAH
DI KOTA BANJAR, JAWA BARAT

OLEH
KRISTANTO
A14303038

PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

KRISTANTO. Analisis Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Tingkat
Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Hasil Pembangunaa Puca
Pemekaran Daerab di Kota Banjar, Jawa Barat. (Di Bawah Bimbingan AD1
HADIANTO)
Pemberlakuan Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerin&Daerah telah rnemberikan kesempatan kepada suatu daerah untuk mengatur dan
mengurus urusannya sendiri (otonomi daerah). Kesempatan ini digunakan oleh

daerah-daerah di Indonesia untuk rnelakukan pembentukan daerah yang bempa
penggabungan, pemekaran, maupun penghapusan daerah. Upaya pernbentukm
daerah tersebut adalah untuk meningkatkan pelayanan publik yang tujuan
utamanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyamkat, serta
rnengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam agar bisa lebih dinikmati
masyarakat di daerah tersebut.
Tingginya tuntutan otonomi daerah yang ditandai dengan meningkatnya

intensitas pernekaran wilayah akhir-akhir ini terlihat kurang didasarkan pada
kebijakan pemekaran wilayah. Faktor politik disinyalir rnenjadi faktor dominan
dalarn pemekaran wilayah. Pemekarsln wilayah seharusnya dilakukan untuk
rnernenuhi kebutuhan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masydcaf.
Akibanya, daerah-daerah hasil pemekaran tidak semakin sejahtera kondisi
masyarakatnya tetapi justru semakin rnenderita. Hal ini bertentangan dengan
tujuan utama adanya pemekaran wilayah yaitu meningkatkan kesejahtefaan
masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini antara lain : Pertama, mengadisis
pembangunan ekonomi Kota Banjar sebagai salah satu daerah hasil p e r n e b
wilayah dari Kabupaten Ciamis. Kedua, menganalisis tingkat kepuasan
masyardcat terhadap kinerja hasil pembangunan pasca pemekaran wilayah di Kota

Banjar berdasarkan persepsi masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Banjar yang sejak tahun 2003
memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi dilakukan secara
scngaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah Banjar yang sudah 5
tahun rnemisahkan diri dari Kabupaten Ciamis sudah cukup Iayak untuk
dievaiuasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Maret
2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adaIah data sekunder clan data
primer. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjar,
Pemerintah Kota Banjar, dan Bappeda Kota Banjar. Sedangkan data primer
diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan di 4 (empat) kecamatan
di Kota Banjar yaitu Kecarnatan Pataruman, Purwaharja, Langensari, dm Banjar.
Responden dalam penelitian ini adaiah masyarakat di Kota Banjar yang
ada di 4 (empat) kecamatan. Kemudian diambil samplingframe sebanyak 160
responden dengan teknik stratified random sampling b e r k k a n j enis pekerjaan
yang meliputi jenis pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, dan

buruhltani.
Kuesioner dibagikan kepada responden di 4 (empat) kecamaiaa tersebut
untuk mengumpulkan persepsi maiyarakat. Persepsi masyarakat yang diuji &an
mencakup 4'(empat) aspek- Aspek pertama rneliputi bidang ekonomi setelah


pemekaran. Aspek kedua berkaitan dengan kemudahan akses pelayanan
pemerintah. Aspek ketiga berkaitan dengan kesempatan untuk ikut berpartisipasi
dalam pembangunan. Dan aspek keempat rnengenai tingkat ketersediaan dan
kondisi fasilitas umum
Penelitian ini rnenggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui
perkembangan PDRB setelah pernekaran wilayah. Sedangkan untuk mengetahui
tingkat kepuasan masyarakat digunakan metode lndeks Kepuasan Masyarakat
berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No :
KEP/251M.PAN/2/2004 tentang Pedoman umurn penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)unit pelayanan instansi pemerintah. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan alat bantu sofmare komputer microsoft ofice excel 2003.
Hasil analisis deskriptif dari data PDRB menunjukkan bahwa
perkembangan PDRB Kota Banjar tabun 2003-2006 mengalarni p e r t u m b h
positif rneskipun masih berada di bawah perkernbangan ekonomi Propinsi Jawa
Barat. Dernikian pula, perkembangan PDRB sektora1 Kota Banjar mengalmi
pertumbuhan positif. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Banjar menurut lapangan
usaha terlihat bahwa sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Listrik, Gas
dan Air Bersih; d m sektor Jasa mengatami pertumbuhan di atas laju pertumbuhan
ekonomi Jawa Barat- Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi dari sektor Industri

Pengolahan; Bangunan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dm
Komunikasi; dan Keuangan, Persewaan, dm Jasa Perusahaan tumbuh di bawah
laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Sementara itu, PDRB per kapita Kota
Banjar terus mengalarni peningkatan meskipun masih jauh di bawah pendapatan
per kapita Propinsi Jawa Barat.
Perkembangan penerimaan daerah Kota Banjar mengalami pertumbuhan
yang positif setelah pemekaran wilayah. Penerimaan daerah masih didominasi
dari dana perimbangan yaitu dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencgpai 75
persen dari seluruh penerimaan daerah Kota Banjar. Pemerintah Kota Banjar
hams bekerja keras agar rnampu menciptakan kemandirian daerah sehiigga
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan terhadap Pemerintah pusat. OIeh
karena itu, Pemerintah kota Banjar sedapat mungkin meningkatkan Pendapatan
Asli Daerahnya dalam rangka menuju kemandirian daerah.
Persentase penyerapan tenaga kerja tahun 2006 didominasi oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran
penyerapan tenaga kerja dari sektor permian ke sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sektor pertanian selalu menyerap tenaga kerja terbanyak sebelum tahun

2006.


Hasil analisis Indeks Kepuasan Masyarakat rnenunjukkan bahwa secara
umurn kondisi Kota Banjar semakin baik setelah adanya pemekaran wilayah yang
ditunjukkan dengan Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 85,05.
Akan tetapi, jika diperhatikan Nilai Rata-rata per atribut rnenunjukkan bahwa
atribut Lowongan Pekerjaan (1,325) dan Pasar Tradisional (1,294) dinilai oleh
responden tidak ada perubahan atau sama saja kondisinya sebelum dm sesudah
pemekaran wilayah. Responden yang berprofesi sebagai PNS (86,50) merupakan
responden yang memiliki tingkat kepuasan terbesar dari pernekaran wilayah.
Responden yang belprofesi sebagai wiraswasta (85,25) mempemleh tingkat
kepuasan terbesar ke dua dan responden yang berprofesi sebagai b d t a n i
(82,45) mempakan responden y=g memiliki tingkat kepuasan terkecil.

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DAN
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KINEMA HASIL
PEMBANGUNAN PASCA P E M E K A W DAERAH
DI KOTA BANJAR, JAWA BARAT

OLEH
KRISTANTO
A 14303038


Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Permian
lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBEMAYA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUTPERTANIAN BOGOR
2008

Judul Skripsi

: ANALISIS

WILAYAH


PEMBANGUNAN

DAN

TTNGKAT

EKONOMI
KEPUASAN

MASYARAKAT TERHADAP KINERJA HASIL

PEMBANGUNAN PASCA PEMEKARAN DAERAH
Dl KOTA BANJAR, JAWA BARAT

Nama

: KRISTANTO

NRP


Menyetujui,
Dosen Pe b

bing Skripsi

~ L - I
NIP. 132 31 1 723

Mengetahui,

NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI WZLAYAH DAN TINGKAT


KEPUASAN

MASYARAKAT

TERHIADAP

KINERJA

HASIL

PEMBANGUNAN PASCA PEMEKARAN DAERAH DI KOTA BANJAR,

JAWA BARAT NI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGT ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN
BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR TIDAK MENGANDUNG B M N BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PI=
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN

DALAM NASKAH.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosobo, I5 Januari 1985 sebagai putra ke dua dari
dua bersaudara pasangan Diyatno dan Sulastri. Penulis memiliki seorang kakak
perempuan bernama Emi Winarsih.

Pada tahun f 991 penulis memulai sekolah di SD Negeri Kapencar ldus
pada tahun 1997. penu1is melanjutkan pendidikan menengah di SLTP 1 Kertek

lulus pada tahun 2000. Kemudian menianjutkan pendidikan di SMU Negeri 1
Wonosobo lulus pada tahun 2003.tahun 2003 diterima di Institut Pertanian Bogor

pada Fakultas Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dm Sumberdaya
Semasa kuliah penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan di

dalarn dan luar kampus. Penulis pernah menjadi staf PSDM BEM Fakultas
Pertanian tahun 2004-2005. Tahun 2005-2006 penulis menjadi Sekertaris
Eksekuti f Forum Komunikasi Rohis Departemen dan Ketua Ikatan Mahasiswa
Wonosobo. Pada tahun 2006-2007 penulis aktif di BEM K M IPB sebagai Menteri


Sosiai dm Lingkungan dan Ketua Pesantren Mahasiswa A1 Inayah.
Penulis juga berusaha berkontribusi dalam bidang Pendidikan dm

Pelatihan. Pada tahun 2007 penulis mendirikan lembaga Pendidikan dan Pelatihan
MATMKS Learning Centre yang berupa Bimbingan Belajar, Pelatihan Motivasi,
dan Out bond. Lembaga ini sedang ddam proses menjadi suatu yayasan.
Penulis berusaha mencukupi kebutuhan hidup secrtra mandiri dengan cara

bekerja di sebuah Lembaga Training PT ABCo Motivatindo sebagai trainer out

bond sejak tahun 2094 sarnpai sekarang. Selain itu, penulis juga berwirausaha
dengan berjualan pulsa elektrik, tempe goreng, makanan ringan, dan bakso sejak

tahun 2005.

KATA PENGANTAR

Senandung puji syukur hanya untuk Allah SWT Tuhan seluruhalarn atas

seluruh nikmat yang diberikm kepada seIuruh manusia. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Karya tutis bejudul Analisis Pernbnngunan Ekonomi Wilayah dan
Tingkat Kepuasaa Masyarakat terhadap Kinerja HasiI Pembangunaa Pasca

Pemekaran Daerah di Kota Banjar, Jawa Barat dibuat dalam rangka
mernenuhi tugas akhir, sebagai syarat dalam memenuhi gelar Sarjaaa Pertanian di
Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumkrdaya.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan karya tulis ini.
Pa&

pembahasan skripsi dinyatakan bahwa pemekaran wilayah

merupakan salah satu cara pemerintah untuk mendekatkan playman kepada

masyarakat sehingga pemerataan pernbangunan dan hasil-hasilnya untuk menuju
rnasyarakat

yang adil dan sejahtera bisa segera terwujud. Penulis menysdari

bahwa penyusunan karya tullis ini masih banyak kekurangan baik dalam isi

maupun tata bahasa. Akhirnya, semoga karya hrlis ini dapat bemadaat bagi

kejayaan dmamater, bangs* dan negara.

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji sepenuhnya hanya untuk Allah SWT atas semua nikmat dan

karunia yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan pada
waktu yang tepat. Selesainya skripsi ini tidak lepad dari banuan dari berbagai

pihak. Pada lernbaran ini penulis ingin menyarnpaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Ayah dan Ibu atas kasih sayang dm keteladanan yang mampu menginspirasi

perjalanan hidupku menjadi manusia yang selalu optimis dalam bekerja,

sederhana dalam bersikap, bersyukur, dan bersabar atas segda ketetapan Allah
SWT. Tidak lupa untuk kakak tercinta Emi W dan Yuwono
2. Adi Hadianto, S.P.sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

arahan, semangat, dan ilmu hingga skripsi ini bisa selesai
3. Ir. Nindyantoro, MSP. sebagai dosen penguji utama dan A. Faroby Falatehan,

M.E.sebagai dosen penguji wakil departemen dalam sirlang skripsi yang teIah
memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini
4. Mbak Pini, Pak Basir, Pak Dayat, Pak Dedi,

Pak Husein atas kesabarannya

dalam membantu kelancaran tugas akhir ini
5 . Mas Teuku, Teh Nurma, Mas Iman, Heru,

Pak Ati yang telah membantu

dalam kelancaran pengambilan data di Kota Banjar

6. Seiuruh masyarakat kota Banjar yang telah bersedia mengisi kuesioner

penelitian ini

7. Murtaqi, Randi, Saeful, Akino, Bambang, dm Rio

atas pinjaman komputer

dan laptopnya sehingga penulis bisa mengerjakan skripsi dengan lebih
nyaman.

8. Teman-teman di Ponpes Mahasiswa A1 Inayah clan A1 'Iffah (Toni, Welly,
Ahmad, Handika, Ginanjar, Oyok, Omen, Eko, Kamal, Rudi, Rangga, Habro,

Anas, Hanif, Yudi, Yose, Faqih, Triyadi, Yaya, Sigit) yang terus mengobarkan
semangat dalam jihad ilmi
9. Teman-ternan BEM

KM IPB Bersatu (Erick, Jayu, Yogo, Redi, Alim,

Maryono, Mi&, Yudha, Ali, Andi, Kopral, Pipit, Linda, Rim, Lala, Rarnlah,
Eva, Dara, dan teman yang laimya) yang terus belajar bersama untuk

bermanfaat bagi bangsa ini. Ingatlah, dari kitalah nasib bangsa ini akan

ditentukan.
10. Spesial buat Srikandi-srikandi SosLing (Yanti, Jihan, Yun, Nda, Hida, Mardia,
maya, mayang, Oca, dan Sesmenku IndY), Komar, Asep, %do, clan Alam
yang te1ah menemani dalam pejuangan. Jadilah Manusia-manusia besar yang
hidup bagi orang lain tidak hanya bagi diri sendiri.

1 1. Teman-ternan PT ABCo Motivatindo (Pak Aris AJ, Pak Zein, Pak Husen, Pak
Jenal, Teh Eka, Wati, Mbak Niken, Mbak Novi) yang terus memompa

semangat hidupku

12. Saudaraku di MATRIX (Akso, Barnbang, Burhan, Ahrnad, Marta, Tatang,
Aswad). Dalam perjuangan, tak ada tangan yang tak bergerak, tak ada kaki
yang talc melangkah, d m talc ada sawah kering yang berada di tepi sungai
yang luas. Kuatkan tekad hingga menjelma menjadi padang yang luas

dm

biarkan kelelahan itu akan lelah mengitari padang luas itu.
13. Sobat-sobat di EPS (Iwan, Harnna, Benny, Andi, Reni, Oka, Adis, Drajat, dll)

yang telah memberikan wama dalam kehidupanku

DAFTAR IS1

Halaman
KATA PENCANTAR..................................................................................

i

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................

11

DAFTAR .IS1...........................................................................

iv

DAFTAR TABEL.....................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR..................................................................

viii

.

.

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................
1.1 Latar Belakang......................................................
1.2 Penunusan Masalah................................................

..

1.3 Tujuan Penehtian...................................................

.

..

I 4 Kegunaan Penel~han................................................
1.5 Ruang Lingkup .....................................................

BAB I1

TINJAUAN PUSTAKA...............................................
2.1 Konsepsi Otonomi Daerah.........................................
2.2 Konsep Pemekaran Daerah........................................

2.3 Landasan Kebijakan Pemekaran Daerah.........................
2.4 fernbangunan Ekonorni W ilayah.................................

2.5 Penelitian Terdahulu................................................

BAB 111

KERANGKA PEMIKIRAN.........................................

..

3.1 Kerangka Teont~s
........................................................

3.1.1 Konsep Kepuasan Masyarakat..............................
3.1.1 Perilaku Konsumen dan Masyarakat......................
3.1.2 Persepsi ........................................................

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional.................................

BAB IV

..

METODE PENELITIAN.............................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penel itian......................................
4.2 Jenis dan Sumber Data.............................................

ix

4.3 Teknik Pengumpulan Data.........................................
4.4 Metode Analisis Data ...............................................
4.4.1 Analisis Deskrptif............................................
4.4.2 Indeks Kepuasan Masyarakat...............................

BAB V

GAMBARAN U M U M WILAYAH PENELITIAN .............
5.1 Scjarah Berdirinya Kota Banjar ...................................
5.2 Keadaan Geografi ...................................................

5.3 Profil Sosiai dan Budaya ...........................................
5.3.1 Kependudukan dan Ketenagakerjaan......................

5.3.2 Kesehatan......................................................

..

5.3.3 Pendidikan.....................................................
5.4 Keadaan Perekonomian.............................................

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................
6.1 Perkernbangan Pembangunan Ekonomi Kota Banjar Pasca

Pemekaran Daerah..................................................

......................................
6.1.2 Perkembangan PDW Sektoral............................
6.1.1 Perkembangan PDR3

6.1.3 PDRB Per Kapita Kota Banjar.............................

6.1.4 Kapasitas Fiskal Daerah.....................................
6.1.5 Penyerapan Tenaga Kerja..................................

6.2 Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Hasil
Pembangunan Pasca Pemekarm Daerah.......................
6.2.1 Bidang Ekonomi Masyarakat.. ............................

6.2.2 Pelayanan Masyarakat......................................

6.2.3 Partisipasi Masyarakat.....................................

6.2.4 Ketersedim dan Kondisi Fasilitas Umum..............
BAB V11

ICESiMPULAN DAN SARAN .......................................
7.1 Kesimpulan..........................................................

7.2 Saran..................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Nomor Tabel

Teks

Hnhman

1

Aspek. Variabel. dan Sumber Pengumpulan Data...............................

33

2

Daftar Atribut Indeks Kepuasan Masyarakat.....................................

35

3

Luas Wilayah. Jurnlah Desa. RT. dm RW di Kota Banjar Tahun 2006...... 41

4

Jumlah Penduduk. Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Menurut
Kecamatan di Kota Banjar Thun 2006...........................................

5

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha di Kota Banjar Thun 2006..................................

6

41

42

Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan di Kota
Banjar Tahun 2006...................................................................

43

7

Banyaknya Tenaga dan Sarana Kesehatan di Kota Banjar Tahun 2006 ...... 44

8

Jumlah Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan Kota Ban.ar......... 45

9

Rasio Murid terhadap Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan...... 46

1 0 Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjar dan Propinsi Jawa Barat Tahun 20032006 (Persen).........................................................................

49

11 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Dirinci Menurut Lapangan Usaha di

Kota Banjar dm Propinsi Jawa Barat Tahun 2006........................................

50

12 PDPa dan Distribusi Persentase Sektoral Tahun 2006 di Kota Banjar...... 51
13 PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian

T a h 2003.2006
~
14

Kota Banjar

.....................................................................

54

PDRB. Distribusi. dm Laju Perhunbuhan Sektor Penggalian Kota Banjar
Tahun 2003.2006

.....................................................................

56

15 PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Industri dan Pengolahan
Kota Banjar T&un 2003.2006

..............................................

57

16 Tabel PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor List& clan Air
Bersih Kota Banjar Tahun 2003.2006 .............................................

59

17 PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Bangunan Kota Banjar

Tahun 2003.2006

.....................................................................

60

18 PDRB. Distribusi. dm Laju Pertwnbuhan Sektor Perdagangan. Hotel, dm
Restoran Kota Banjar Tahun 2003m2006.......................................... 61

vii

PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi Kota Banjar Tahun 2003.2006 ......................................

63

PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan. Persewaan.

dan Jasa Perusahaan Kota banjar Tahun 2003.2006 .............................

64

PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Kota Banjar Tahun
2003-2006 .......................................................................

65

PDRB Per Kapita Kota Banjar dan Jawa Barat Tahun 2003-2006...........

65

Perkembangan Pendapatan Kota Banjar Tahun 2003-2006 ....................

66

Jumlah Penduduk Pencari Kerja dan Penduduk yang Bekej a Tahun 20032006 di Kota Banjar ..................................................................

74

Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kota

Banjar Tahun 2003.2006 ............................................................

75

Nilai Rata-rata per Atribut Bidang Ekonomi .....................................

78

NiIai Rata-rata per Atribut Bidang Ekonomi Berdasarkan Pekerjaan
Responden.................
.
.
.
..........................................................................

79

Nilai Rata-rata per Atribut Pelayanan Masyarakat .............................. 80

Nilai Rata-rata per Atribut Pelayanan Masyarakat Berdasarkan Pekejaan

Responden......................................................................................

81

Nilai Rata-rata per Atribut Partisipasi Masyarakat..............................

82

Nilai Rata-rata per Atribut Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Pekejaan

Responden.............................................................................

83

Nilai Rata-rata per Atribut Fasilitas Umum .......................................

84

Nilai Rata-rata per Atribut Fasilitas Umum Berdasarkan Pekerjaan

responden..............................................................................

85

Nilai IKM ..............................................................................

86

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

I

Alur Kerangka Pemikiran Operasional....................................

31

2

Peta Administrasi Kota Banjar......................................................

40

3

Perkembangan PDRB Kota Banjar Tahun 2003.2006

...........................

49

4

Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kota Banjar Tahun 2003.2006 ......

54

5

Perkembangan PDRB Sektor Penggalian Kota Banjar Tahun 2003.2006 ... 55

6

Perkembangan PDRB Sektor Industri dan Pengolahan Kota Banjar Tahun
2003.2006

..............................................................................

57

7 Perkembangan PDRB Sektor Listrik dan Air Bersih Kota Banjar Tahun
2003-2006 ..............................................................................

.....

8

Perkembangan PDRB Sektor Bangunan Kota Banjar Tahun 2003.2006

9

Perkembangan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Kota

Banjar Tahun 2003.2006 ............................................................

58

59

61

10 Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kota Banjar

Tahun 2003.2006 .....................................................................
11

Perkembangan PDRB Keuangan, Persewam. dan Jasa Perusaham Kota
Banjar Tahun 2003.2006 ............................................................

12 Perkernbangan PDRB Sektor Jasa Kota Banjar Tahun 2003.2006
13

62

63

............ 64

Perkembangan PAD Kota Banjar tahun 2004.2007 .............................

14 Perkembangan Dana Perimbangan Kota Banjar 2004.2007 ....................

67

68

15 Perkembangan DAU Kota Banjar Tahun 2004-2007.................................70

16 Perkembangan DAK Kota Banjar Tahun 2004.2007

...........................

71

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

I

Teks

Halaman

PDRB Kota Banjar Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2000 Menurut Lapangan Usaha

2

Dab Responden yang Berprofesi PNS

3

Daftar Responden yang Berprofesi Wiraswasta

4

Daftar Responden yang Berprofesi Burumani

5

Indeks Kepuasan Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah

rnelahirkan paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 ini dianggap sebagai salah satu perwujudan
reformasi pemerintahan bahkan dianggap sebagai suatu obat penawar gejoI&
politik. Selarna ini penyelenggaraan pemerintahan di daerah sebagaimana diatur

Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah
mengandung asas dekonsentrasi, desentralisasi, d m pembantuan. Hal ini

mengakibatkan dominasi pusat terhadap daerah sangat besar, sedangkan daerah
dengan segala ketidakberdayaannya hams tunduk dengan keinginan pusat tanpa

memperhatikan aspirasi masyarakat daerah.
Menumt Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi
menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa pemberian
otonomi kepda Daerah Kabupate-ta

didasarkan kepada asas desentralisasi

dalarn wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Undang-undang
otonomi daerah tersebut rnernberikan hak kepada daerah berupa kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Daerah memiliki
kewenangan yang mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahm

kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dm fiskal, dm agama. Kewenangan-kewenangan itu masih
diatur oleh pemerintah pusat.

Ada perbedm perspektif dalarn mendefinisikan desentralisasi, namun

keduanya rnemiliki d a m filosofis yang sama yaitu untuk mendekatkan negara
kepada masyarakat. Demikian juga mengenai tujuan desentralisasi, walaupun

terdapat perbedtian antara perspektif desentralisasi politi k dan desentralisasi

administrasi dalam memberikan tekanan atas tujuan ymg hendak dicapai, namun
secara prinsip terdapat persarnaan antara keduaxlya, yaitu untuk mewujudkan

kernaslahatan bagi masyarakat di daerah dalam bentuk kesejahteraan dan
kemakmum (Susanto ec a!, 2004).

Susanto et ul(2004) mengatakan bahwa tujuan desentralisasi hams dapat

mengakomodasi aspek sosial dan aspek ekonomi yang hen& dicapai. Secara
spesifiknya, berdasarkan kepentingan nasional tujuan utama dari desentralisasi
adalah:
a. mernpertahankan dan memperkuat integrasi bangsa

b. sarana untuk training bagi calon-calonpemimpin nasional
c. mempercepat pencapaian kesejahteraan dm kemakmuran rakyat.

Sedangkan dari sisi kepentingan daerah, tujuan utama dari desentralisasi meliputi,
antara lain :
a. mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal (political equality, local
accountabilir)l,dan local responsiveness)

b. meningkatkan pelayanan publik
c. menciptakan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan

pernbangunan di daerah.

Upaya meningkatkan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah
untuk mencapai tujuan desentralisasi dapat dilakukan melahi pembentukan

daerah baru. Pembentukan daerah yang di rnaksud dapat berupa penggabungan
beberapa daerah menjadi satu daerah baru atau pemekaran dari satu daerah
menjadi beberapa daerah yang baru. Sejatinya, upaya pembentukan daerah adalah

untuk rneningkatkan pelayanan publik yang tujuan utamanya meningkatkan

kesejahteraan rakyat, memperluas ruang bagi pendidikan politik, memberdayakan
masyarakat, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam agar bisa lebih
dinikmati masyarakat di daerah tersebut.

Pernbentukan daerah secara operasional telah diatur dalam pasal 5 dan 6

Undang-undang No 22 Tahun 1999 (atau pasal4 sampai 8 dalam Undang-undang

No 32 Tahun 2004) dan secara teknis diatur dalam Peraturan Pemerintah No 129
Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan fiteria Pemekaran,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut
menyatakan bahwa daerah dapat dibentuk atau dimekarkan jika memenuhi syaratsyarat, antara lain : kernampurn ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial

politik, jumlah penduduk, luas daerah, serta pertimbangan lain yang

memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.

Diberlakukannya Peratwan Pemerintah No.- 129 Tahun 2000 ini
memberikan kesempatan atau peluang kepada setiap daerah untuk melakukan

pemekaran, penghapusan, atau penggabungan daerah. Akan tetapi, sebagian besar
daerah mengusulkan adanya pemekaran wilayah yang tujuan akhirnya adalah
membentuk pernerintahan yang baru. Usuian pemekan ini umumnya datang dari

wilayah-wilayah yang kaya dengan sumberdaya alam. Mereka sangat kecewa

karena sumberdaya alam yang dimiliki telah dimanfaatkan pernerintah pusat
secara tidak adil. Wilayah-wllayah tersebut selama ini ti& diberikan hak untuk

mengelola sumberdayanya sendiri. Akibatnya, surnberdaya yang dimiliki Iebih

banyak dikuasai dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang merniliki otoritas politik
pemerintahan yang lebih tinggi (Lurnbessy, 2005). Sarnpai tahun 2007, sudah

terbentuk 173 daerah otonom yang terdiri dari 7 propinsi, 135 kabupaten, dan 3 1
kota. Selarna periode 2005-2007 itu sendiri yang disetujui DPR bersama
pemerintah ada 3 1 daerah.

'

Daerah Banjar merupakan salah satu daerah. yang rnencoba mengambil
peluang tersebut. Daerah Banjar ditingkatkan statusnya dari Kota Administratif

menjadi Pemerintahan Kota Banjar setelah usulan pernekaran diterima oleh
pemerintah. Daerah Banjar dinilai telah memenuhi semua persyaratan untuk
menjadi daerah baru sesuai dengan pasal 3 Peraturan Pemerintah No 129 Tahun
2000 tentang syarat-syarat pembentukan daemh. Persyaratan-persyaratan tersebut

meliputi persyaratan kemampuan ekonorni, potensi daerah, sosial budaya, sosial
poiitik, jumlah penduduk, dan luas daerah.
Kota Banjar merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Kota

Banjar diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 21 Febmari 2002.
Berdasarkan Undang

- undang No. 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota

Banjar Propinsi Jawa Barat. Kota Banjar terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu

Kecamatan Banjar, Pataruman, Purwahaja, dm Langensari.

Penetapan Banjar sebagai kota membawa konsekuensi adanya tuntutan
peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu, pemekaran juga
diharapkan mampu mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan sehingga proses pembangunan menjadi lebih baik. Hal ini berarti

' Pemekaran tak Terktndi

http://www.kompas.~0.idlkomp~~etaWread.php?cn.kompcek.m1.28.01~23.03
153482&
channel=2&mn=l2&idx=12 [ 8 Februari 2008 ]

masyarakat memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya

prig

dimiliki

sehingga mampu memberikan nilai tambah yang akan meninghtkan f i v i t a s
perekonomian wilayah. Akhirnya, kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh

dan berkesinambungan dapat terwujud.

Menurut Saefulhakim (2004), pemekaran wilayah hams didasarkan pada
suatu logika pernbangunan, antara lain :
1. mendekatkan peiayanan kepada masyarakat dan memberikan kewemgan

lebih kepada rnasyarakat lokal untuk mengeIola potensi sumberdaya wilayah
secara ari f
2. partisipasi clan rasa memiliki dari masyarakat meningkat

3. efisiensi, produktivitas, serta perneliharaan kelestariannya

4. aklunulasi nilai tambah secara lokal dan kesejahteraan masyarakat meningkat

5. prinsip keadilan dalarn kesejahteraan dan kesejahteraan yang berkeadilan lebih
tercipta, sehingga ketahanan nasional semakin kuat.

Dengan demikian, maka pemekaran wilayah seharusnya mampu

merealisasikan tujuannya sesuai dengan logika pembangunan tersebut dan sesuai
dengan t u j m dari Undang

- undang No. 27 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kota Banjar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mmgetahui sejauh

rnana hasil dan upaya pencapaian tujuan-tujuan dari ditetapkannya Banjar sebagai
suatu kota hasil pemekaran dari kbupaten Ciamis.

1.2 Perurnusan Masalah

Salah satu tujuan diberlakukannya - otonomi daerah &ah

untuk

meningkatkan partisipasi e y a t dalam pengambilan keputusan tentang berbagai

kebijakan pembmgunan. pemerintah propinsi, kabupatedkota maupun desa, akan

nlemperoleh kewnangan yang lebih besar untuk mengurus pemerintahannya
sendiri. Hal ini bemuan agar lembaga-lembaga tersebut dapat menyusun
berbagai program pembangunan daerah yang disesuaikan dengan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing daerah. Pemerintah di daerah diniiai iebih
mengetahui potensi dan aspirasi yang dimiliki daerahnya, sehingga diharapkan

produk kebijaksanaan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dm aspirasi
rakyat setempat. Adanya kebijakan otonomi daerah tersebut dapat dipahami oleh
seluruh masyarakat bahwa pencapaian tujuan pembangunan nasional merupakan
tanggung jawab bersarna antara pemerintah pusat, propinsi, dm kabupaten/kota.

Akan tetapi, semakin tingginya tuntutan otonomi daerah yang ditandai

dengan semakin meningkatnya intensitas pemekaran wilayah akhir-akfiir ini
terlihat kurang didasarkan pada kebijakan pemekaran wilayah. Padahat, masalah

pemekaran wilayah dan kriterianya sudah ditetapkan melalui Peratwan

Pemerintah No. 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria
Pemekaran, Penghapusan, dm Penggabungan Daerah. Unsur politik disinyalir

menjadi salah satu faktor dominan dalam pemekaran wilayah. Antara lain

motivasi pemekaran wi layah adalah untuk meredam konflik.
Proses pemekaran wilayah juga disinydir bertujuan untuk memperoleh

perimbangan keuangan dari pusat yang lebih besar. Kondisi ini mernberi peluang
terjadinya peningkatan perekonornian di daerah pemekaran bukan h n a

meningkatnya pengelolaan pemerintah, namun Iebih karerfi peningkatan anggaran
dan perimbangan keuangan yang lebih besar dari pernerintah pusat (Agusniar,
2006). Hal ini teriihat jelas pada anggaran dana perimbangan yang diambil dari

APBN yang secara signifikan rnningkat selama periode 2001-2007. Total dana
perirnbangan yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana

alokasi khusus rneningkat drastis dari 84,34 triliun pada tahun 2001 meningkat
menjadi 250,34 triiiun pada tahun 2007.

Menurut Lumbessy (2005), otonomi daerah menjadi suatu komoditas yang
dapat diperdagangkan yaitu untuk mernberikan kekuasaan kepada daerah tertentu

sehingga kaum-kaum elit daerah menjadi pihak yang paling diuntungkan. Adanya
pemekaran rnemicu adanya posisi dan jabatan baru yang dapat dimadaatkan oleh

kaum-kaum elit tersebut. Walaupun pada betierapa kasus pemekaran wilayah
memang menjadi tuntutan masyarakat akan perlunya otonomi.
Dalam laporan Departernen Dalm Negeri per 2006, dari 148 daerah
otonom sejak tahun 1999 yang dievaluasi, lebih dari 80 persen daerah yang telah

dievaluasi masuk kategori bermasalah dm gagal. Pernekaran wilayah pada

hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, kestabiian
pernbangunan, dan pemerataan pernbangunan. Akan tetapi, berdasarkan hasil

evaluasi tersebut pemekaran wilayah cenderung bed alan kurang baik.
Menurut Pantja (2006), tidak semua wilayah siap untuk dirnekarkan, ada
sejumlah kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, suatu daerah yang ingin

dimekarkan harus memiliki sumberdaya a i m dm manusia yang banyak. Tanpa
ketersediaan sumberdaya yang cukup, pemekaran wilayah justru berpotensi

menimbulkan konflik di tengah-tengah m a s y k t . Hal ini bertolak belakang
dengan tujuan dari pemekatan wi layah yai tu memberih pelayanan kepada
masyarakat secara prima, bukan malah membebani masyarakat. Kedua, adanya

indikasi bahwa pelayanan publik di suatu wilayah sudah ti&

Iagi optimal,

sehingga untuk mengoptimalkannya dibutuhkan pembagian volume kerja di

bidang penyeienggaraan pernerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayarian

kernasyarakatan.2
Berdasarkan uraian di atas, Kota Banjar sebagai salah satu dae& hasil

pemekaran perlu dilakukan adanya evaluasi terkait dengan kondisi setelah adanya
pemekaran. OIeh karena itu, penelitian ini mencoba mengetahui kondisi Kota
Banjar pasca pemekaran yang didekati rneldui perkembangan pembangunan

ekonomi clan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja hasil pembangunan
pasca pernekaran wilayah. Adapun tingkat kepuasan masyarakat ddam penelitian

ini didasarkan pada persepsi masyarakat.

f .3 Tujuan Peuditian

Berdasarkan pernasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1 . MenganaIisis pembangunan ekonorni Kota Banjar pasca pemekaran wilayah.

2. Menganalisis tingkat

kepuasan

masyarakat

terhadap

kinerja hasil

pembangunan pasca pemekaran wilayah di Kota Banjar berdasarkan persepsi

masyarakat.

1.4 Kegunaan Penditian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi Pemerintah Kota Banjar dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pasca
pemekaran wilayah dalarn rangka mempercepat pembangunan ekonomi daerah
yang lebih maju untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
P e m e k m Wilsyah, Memekarkan ~ersoalan.

h~p:/lwww.pikiran-rrkyaLcomlcetakn006/102006/02/~eIi~iW~tama0
I .hhn. [ 7 Februari 2008 ]

1.5 Ruang Lingkup

Batasan penelitian ini adalah :
1 . Analisis pembangunan ekonomi dalam penelitian ini didekati melalui analisis

perkembangan PDRBr PDRB perkapita masyarakat, kapasitas Gskal &erah,
dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bmjar pasca pemekaran wilayah yaitu

tahun 2003 -2006
2. Analisis tingkat kepuasan masyarakat dalam penelitian ini didasarkan pada

persepsi masyarakat yang meliputi bidang ekonomi, pelayanan masyarakat,
partisipasi masyarakat, dan ketersediaan dan kondisi infrastruktur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsepsi Otoromi Daerah

Semenjak awal kernerdekaan sampai sekarang telah terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan otonomi daerah.
Undang-undang No. 1 Tahun 1945 menganut sistem otonomi daerah rumah
tangga formil. Undang-undang No. 22 Tahun 1948 memberikan hak otonomi dan
medebewind yang seluas-luasnya kepada daerah. Selanjutnya Undang-mdang No.

1 Tahun 1957 menganut sistem otonorni riil yang seluas-luasnya Kemudian

Undang-undang No. 5 Tahun 1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata

dan bertanggung jawab. Sedangkan saat ini di bawah Undang-undang No. 22
Tahun

1999 dianut prinsip otonomi daerah yang fuas, nyata, dan

bertanggungjawab yang kemudian direvisi dengan Undang-undang No 32 Tabun

Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri dan
nornos yang berarti undmg-undang. Jadi, otonomi berarti perundangan sendiri.
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang P e m e r i n h Daerah,

otonomi daerah dipahmi sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat seternpat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-mdangan.

Sedangkan prinsip otonomi daerah yang digunakan adalah otonomi daerah yang
luas, nyata, dm bertanggung jawab.

Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah untuk

rnenyelengarakan pemerintahan yang mencakup kewenangm semua bidang
pemerintahan kecudi kewenangan di bidang politik luar negeri, perkhanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Otonomi nyata adalah keIeiuasam
d a d mtuk menyeienggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu
yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di

daerah. Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan
pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada

daerah dalam wujud tugas dm kewajiban yang dipikul oleh daerah ddam

mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peninghtan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan
demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah serta antardaerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang terdapat dalam Undang-

undang No. 22 Tahun 1999 adalah :
1. Penyelengaraan otonorni daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi has, nyata, dan

bertangung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dm utuh diletakkan pada Daerah

Kabupaten dm Daerah Kota.

4. Pelaksanaan otonomi daerah hams sesuai dengan konstitusi negara sehingga

tetap terjarnin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah hams lebih meningkatkan kemandirian daerah

otonom dan karenanya dalarn Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada

lagi wilayah administratif.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dm fungsi

badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawas,
maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi &lam
kedudukannya

sebagai

Wilayah

Administratif

untuk

melaksanakan

pemerintafian tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari
Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada
Desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dm prasarana, serta

sumberdaya manusia dengan kewaji ban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkankepada yang rnenugaskannya.

Pemberiakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001,
telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah menjadikan
penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistik birokratis ke arah desentralistik
partisipatoris. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pernerintah Ilaerah

telah meiahirkan paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Perubahan
ini dimaksudkan untuk m e n i n g k a h efektivitas pelayanan masyarakat,
menurnbuhkan semangat demokratisasi dan pelaksanaan pembangunan daerah

secara berkelanjutan. Selain itu, melalui undang-undang ini diharapkan akan

rnenjarnin tercapainya keseimbangan kewenangan dm tanggung jawab antara
pusat dan daerah.

Lahi rnya undang-undang ini j uga akan rnemberikan darnpak positif bagi
dinamika aspirasi masyarakat setempat. Kebijakan daerah tidak lagi bersifat selalu

menerirna dan seragam dari Pemerintah Pusat, tetapi Pemerintah Daerah yang
memiliki kewenangan lebih besar dalam rnerumuskan kebijakan daerah yang
sesuai dengan aspirasi, potensi sosiai, dm budaya masyarakat setempat. Undang-

undang ini juga membuka jalan bagi terseienggaranya pernerintahan yang baik
(good governance) karena adanya otonomi, Pemerintahan KabupatenKota
memiliki kewenangan yang memadai untuk mengembangkan program-program
pernbangunan berbasis masyarakat
Ada lima kemungkinan yang bisa terjadi dari suatu proses transisi

demokrasi melalui pemberian otonomi daerah. Pertama, terbentuknya sistem
otoriter dalarn bentuk baru. Kedua, terjadi revolusi sosial yang disebabkan oleh

menajamnya konflik-konflik kepentingan di tengah masyarakat. Ketiga,

liberalisasi terhadap sistem otoriter, yang dilakukan oleh penguasa pasca masa
transisi, dengan tujuan untuk mendapat dukungan politis dan mengum@ tekanantekanan masyarakat. Keempat, merupakan kebalikan dari yang ketiga, yaitu

penyempitan proses dernobi dari sistem liberal kepada demokrasi limitatif. Dan
kelima, terbentuknya sistem pernerintahan yang demokratis (O'Donneil et al,

1993).

2.2 Konsep Pemekaran Daerah

Menurut Rasyid dalam Agusniar (2006),ada tiga pola dalarn pembentukan

wilayah pemerintah di daerah selama ini, yaitu :
1. Pembentukan wilayah-wilayah pemerintahan yang sekaligus menjadi daerah

otonom (propinsi. kabupatenkota) dengan persyaratan yang cukup objektif

seperti jumlah penduduk dan potensi ekonomi (temtarna terlihat di Jawa dan

Sumatra)
2. Pembentukan wilayah-wilayah administratif dan daerah otonom berdasarkan
pertimbangan poli tik dengan jumiah penduduk relatif kecil tetapi memiIiki
potensi ekonomi yang besar (seperti Papua) serta potensi ekonomi dan

penduduk yang sedikit tetapi secara historis dipandang khas.

3. Pembentukan wilayah administratif pemerintah tanpa disertai pembentukan
daerah otonom seperti lazim terjadi untuk pembentukan wilayah.

Pemekaran wilayah dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah. Terutama dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Rasyid dalarn Agusniar (2006)

menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan jangkauan pelayanan kepada

masyarakat, pemekaran wilayah hams didasarkan pada :

1. Pengembangan wilayah pemerintahan atau pemekaran daerah harus selaras
dan sesuai, sehingza efektivitas penyelenggaraan pemerintahan tetap dengan
konsep lingkungan kerja yang ideal, dengan ukuran organisasi dan jumlah
instansi tejamin.

2. Pengembangan wilayah pernerintahan atau pemekaran daerah bertolak dari
pertimbangan atas prospek pengembangan ekonomi yang layak dilakukan

berdasarkan kewenangan yang akan diletakkan pada pemerintahan yang baru.

3. Kebijakan pengembangan wilayah harus menjamin bahwa aparatur
pemerintahan di daerah yang dibentuk memiliki kemampuan yang cukup
untuk fungsi pemerintahan dm mendorong Iahirnya kebijakan yang konsisten

mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah P a d 5
sebagai revisi dari Undang-undang No 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

pembentukan daerah harus memenuhi syarat adrninistrasi, teknis, dan fisik

kewilayahan. Syarat administrasi untuk pernbentukan Kabupatenkta meliputi
adanya persetujuan DPRD kabupatedkota dan bupatilwalikota yang bersmgkutan,

persetujuan DPRD propinsi dan gubernur seria rekomendasi Menteri Dalam
Negeri .

Syarat teknis meIiputi faktor kernmpuan ekonomi, potensi daerah, sosial
budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, kearnanan, dm

faktor lain yang mernungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sedangkan

syarat fisik meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupatenkota untuk pernbenpropinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan

4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sasana dan

prasarana pemerintahan.

2.3 Landasan Kebijakan Pemekaran Daerah
Menurut Perrtturan Pemerintah No 129 Tentang Persyaratan Pembentukan
dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah dijelaskan pada
pasal 1 bahwa :
1. Otonomi Daerah addah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat seternpat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
2. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, yang berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.
3. Pembentukan Daerah adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai

Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota.
4. Pemekaran Daerah adalah pemecahan Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten,

dm Daerah Kota menjadi lebih dari satu daerah.
5. Penghapusan Daerah adalah pencabutan status sebagai Daerah Propinsi,

Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota.
6. Penggabungan Daerah adalah penyatuan daerah yang dihapus kepada daerah

lain.

7. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah adalah forum konsultasi Otonomi
Daerah di tingkat Pusat yang bertanggungjawab kepada Presiden.

Dalam Pemerintah Pemerintah No. 129 rahm 2000 pasal 2 duelaskan
pula bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan d

d

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat dengan melalui :
a. peningkatan pelayanan kepada masyarakat

b. percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi
c. percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah

d. percepatan pengelolaan potensi daerah

e. peningkatan kearnanan dm ketertiban
f. peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
Selanjutnya pembentukan daerah baru sesuai p a l 3 didasarkan pada
syarat-syarat sebagai berikut :
a. kemampuan ekonomi

b. potensi daerah
c. sosiai budaya

d. sosial politik
e. jumlah penduduk

f. luas daerah
g. pertimbangan lain ymg memungkinkan terselenggaranya Otonomi D a d

Kemarnpuan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam PasaI 3 h

d a

merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung di
suatu Daerah Propinsi, KabupatenlKota yang dapat diukur dari :

a. produk domestik regional bruto (PDIIB)

b. penerimaan daerah sendiri

Potensi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, merupakan
cerminan tersedianya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan
sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraanmasyarakat yang dapat
diukur dari :

a. lembaga keuangan
b. sarana ekonomi

c. sarana pendidikan
d. sarana kesehatan
e.

sarana transportasi dan komunikasi

f. sarana pariwisata
g. ketenagakerjaan

Sosial budaya sebagaimana dirnaksud dalam Pasd 3 huruf c merupakan

cerminan yang berkaitan dengan struktur sosiaI dan pola budaya masyarakat,

kondisi sosiaI budaya masyarakat yang dapat diukur dari :
a. tempat peribadatan

b. tempatkegiatan institusi sosial dan budaya

c. sarana olah raga
Sosial politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, merupakan
cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari :
a. partisipasi myarakaf dalam berpolitik

b. organisi kemasyarakatan
Sementara itu jumlah penduduk sebagairnana dimaksud dalam Pasal 3

huruf e, merupakan jumlah tertentu penduduk suatu Daerah. Sedangkan luas
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 humf f, merupakan luas tertentu

suatu daerah. Pertimbangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g,

merupakan pertimbangan untuk terselenggaranya Otonomi Daerah yang dapat
diukur dari :
a.

Keamanan dm ketertiban

b. Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan
c. Rentang kendali

d. Propinsi yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan
atau Kota
e. Kabupaten yang &an dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan
f. Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri daFi 3 (tiga) Kecarnatan

2.4 Pembangunan Ekonomi Wilaylrh

Menurut Hasan dalam Agusniar (2006), pernbangunan ekonorni adalah

sera