Kandungan Nitrat dan Timbal pada Tanah dan Kangkung yang Diberi Pelakuan Air Limbah

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN
KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH

OLEH:
FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN
A 24104090

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

SUMMARY
FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN. Level of Nitrate and Lead in Soil
and Kangkung (Kind of Leafy Vegetables Growing in Water) with Wastewater
Treatment (under supervision of SURIA DARMA TARIGAN and DWI
PUTRO TEJO BASKORO)
Bare land is usually utilized by farmer staying in cities for growing
horticulture. Generally they use river and ditch water as an irrigation source. The
use of contaminated river and ditch water to irrigate plants causes the
contaminative agent to be absorbed by plants and it can endanger human body if

human consumes the plants.
To know the contamination level, a measurement of lead and nitrate
substances contained in water, soil and plants were carried out. However,
consentration of lead in the water (including Municipal Water Company, river and
ditch water) was unmeasured. It was because lead substances which came from
vehicles fumes was not soluble in water. It was found that the nitrate level in
water was about 0.60-1.98 ppm. That level was still below the standard level of
water quality determined by The Ministry of Environmental Affairs (2001) which
is 10 ppm for the 1st and 2nd class, and 20 ppm for the 3rd and 4th class. The lead
level was found at about 6.90-56.56 ppm, whereas the safe lead contained in soil
is about 20 ppm (Davies, 1995). Nitrate contained in soil is found at the level
point of 1721.67-3347.85 ppm. The nitrate level in soil is not only influenced by
the watering activities but also fertilizing activities. The lead level contained in
plants was found at about 2.39-5.34 ppm, while the safe level of leads is 0.5-3
(Suhendrayatna). Nitrate level which was found in kangkung (kind of leafy
vegetables growing in water) was found at 39492.45-54922.95 ppm. The cause of
the high amount of nitrate in kangkung is that kangkung is included in
Angiospermae and Spinacia plant which have an ability to accumulate a large
number of nitrate in their body.
Based on the measurement of lead level in water, it is concluded that water

is not a contaminative agent of lead toward plants. Lead contained by soil and
plants came from lead particles of vehicles fumes which fall on the surface of soil
and leaves. Lead that directly falls down on the surface of leaves is mostly
absorbed and enter the leaves tissues. It is as the consequences of the large size of
stomata compare to the lead particles. The high level of nitrate in many vegetables
causes the high amount of nitrate that flows in human body. According to Joel
Petterson research, 60% of nitrate in human body will be secreted by urine.

RINGKASAN
FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN. Kandungan Nitrat dan Timbal
pada Tanah dan Kangkung yang Diberi Pelakuan Air Limbah (di bawah
bimbingan SURIA DARMA TARIGAN dan DWI PUTRO TEJO BASKORO)
Pemanfaatan lahan kosong untuk menanam tanaman hortikultura banyak
dilakukan oleh petani yang menetap di daerah perkotaan, mereka umumnya
menggunakan air sungai dan air selokan untuk air irigasinya. Penggunaan air
sungai dan air selokan yang tercemar sebagai sumber irigasi menyebabkan zat
pencemar masuk ke dalam tanaman dan menyebabkan tanaman berbahaya jika
dikonsumsi.
Untuk mengetahui tingkat pencemaran maka dilakukan pengukuran,
terutama terhadap unsur timbal dan nitrat pada sampel air, tanah dan tanaman.

Hasil pengukuran timbal pada air PAM, air sungai dan air selokan, menunjukkan
bahwa kadar timbal tidak terukur, karena timbal yang berasal dari asap kendaraan
bermotor mempunyai sifat tidak larut dalam air. Kadar nitrat dalam air ditemukan
pada kisaran 0.60-1.98 ppm. Nilai tersebut masih berada di bawah standar baku
mutu air yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup ( 2001) sebesar 10
ppm untuk kelas I dan II dan 20 ppm untuk kelas III dan IV. Kadar timbal pada
tanah ditemukan dengan kisaran 6.90-56.56 ppm, sedangkan kisaran yang aman
untuk timbal sekitar 20 ppm (Davies, 1995). Kadar nitrat pada tanah ditemukan
sebesar 1721.67-3347.85 ppm. Selain disebabkan oleh penyiraman, kadar nitrat
dalam tanah juga disebabkan oleh kegiatan pemupukan. Kadar timbal pada
tanaman ditemukan sekitar 2.39-5.34 ppm, sedangkan kisaran aman untuk timbal
sekitar 0.5-3 ppm (Suhendrayatna). Kadar nitrat yang ditemukan pada kangkung
sebesar 39492.45-54922.95 ppm. Besarnya jumlah nitrat dikarenakan kangkung
merupakan tanaman Angiospermae dan spinasia yang dapat mengakumulasikan
nitrat dalam jumlah besar.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar timbal pada air, dapat disebutkan
bahwa air bukan sumber pencemar timbal pada tanaman. Timbal pada tanah dan
tanaman berasal dari partikel timbal dari asap kendaraan bermotor yang langsung
jatuh di permukaan tanah dan daun. Pada daun, timbal yang jatuh sebagian besar
masuk ke dalam jaringan daun akibat ukuran stomata lebih besar dari ukuran

partikel timbal. Tingginya jumlah nitrat yang terdapat dalam tanaman
menyebabkan nitrat yang masuk ke dalam tubuh juga tinggi. Berdasarkan
penelitian Joel Petterson nitrat yang masuk ke dalam tubuh 60% nya akan
disekresikan melalui urin.

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN
KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH

Oleh :
Fitria Aries Anggraeni Rachman
A 24104090

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL

: KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL
PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG
DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH

NAMA MAHASISWA

: Fitria Aries Anggraeni Rachman

NOMOR POKOK

: A 24104090

Menyetujui,
Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc

NIP. 131 667 783

NIP. 131 667 782

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandi, M. Agr
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1987. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Abdul Rachman dan Ibu Trias
Murdiana.
Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Bumi Bekasi
Baru V, Bekasi dan lulus tahun 1998, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Bekasi, lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Umum Negeri 31 Jakarta, lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis mendapatkan kesempatan
menjadi asistem praktikum mata kuliah Kartografi pada tahun ajaran 2006/2007,
asisten praktikum mata kuliah Fisika Tanah dan SIG pada tahun ajaran
2006/2007.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................

x


DAFTAR GAMBAR ........................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................

1

Hipotesis Penelitian......................................................................

2

Tujuan Penelitian .........................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung .....................................................................................


4

Timbal ..........................................................................................

5

Nitrat ............................................................................................

8

METODOLOGI
Lokasi dan Tempat Penelitian ......................................................

11

Bahan dan Alat .............................................................................

11

Metode

Tahap Persiapan .....................................................................

11

Tahap Percobaan ....................................................................

12

Analisis ...................................................................................

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Timbal dalam Air .........................................................................

14

Timbal dalam Tanah ....................................................................

15


Timbal dalam Tanaman ...............................................................

17

Timbal Menurut Baku Mutu ........................................................

19

Nitrat dalam Air ...........................................................................

21

Nitrat dalam Tanah.......................................................................

23

Nitrat dalam Tanaman ..................................................................

26

Nitrat Menurut Baku Mutu .........................................................

28

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................

31

Saran.............................................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

33

LAMPIRAN ......................................................................................

35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1. ............................................................................................. Komposisi
Zat Gizi Kangkung per 100 gram............................................

5

2. ............................................................................................. Metode
Analisis Tekstur, pH, Timbal dan Nitrat .................................

13

3. ............................................................................................. Kadar
Timbal dalam Air ....................................................................

14

4. ............................................................................................. Kadar
Timbal dalam Tanah ...............................................................

15

5. ............................................................................................. Pengaruh
Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun
Terhadap Konsentrasi Timbal dalam Tanah ...........................
16
6. ............................................................................................. Kadar
Timbal dalam Tanaman ..........................................................

18

7. ............................................................................................. Kadar
Nitrat dalam Air ......................................................................

22

8. ............................................................................................. Kadar
Nitrat dalam Tanah..................................................................

23

9. ............................................................................................. Pengaruh
Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun
Terhadap Konsentrasi Nitrat dalam Tanah .............................
24
10. ........................................................................................... Kadar
Nitrat dalam Tanaman .............................................................

26

Lampiran
1. ............................................................................................. Kisaran pH
...............................................................................................

36

2. ............................................................................................. Tekstur
Tanah .....................................................................................

36

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN
KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH

OLEH:
FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN
A 24104090

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

SUMMARY
FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN. Level of Nitrate and Lead in Soil
and Kangkung (Kind of Leafy Vegetables Growing in Water) with Wastewater
Treatment (under supervision of SURIA DARMA TARIGAN and DWI
PUTRO TEJO BASKORO)
Bare land is usually utilized by farmer staying in cities for growing
horticulture. Generally they use river and ditch water as an irrigation source. The
use of contaminated river and ditch water to irrigate plants causes the
contaminative agent to be absorbed by plants and it can endanger human body if
human consumes the plants.
To know the contamination level, a measurement of lead and nitrate
substances contained in water, soil and plants were carried out. However,
consentration of lead in the water (including Municipal Water Company, river and
ditch water) was unmeasured. It was because lead substances which came from
vehicles fumes was not soluble in water. It was found that the nitrate level in
water was about 0.60-1.98 ppm. That level was still below the standard level of
water quality determined by The Ministry of Environmental Affairs (2001) which
is 10 ppm for the 1st and 2nd class, and 20 ppm for the 3rd and 4th class. The lead
level was found at about 6.90-56.56 ppm, whereas the safe lead contained in soil
is about 20 ppm (Davies, 1995). Nitrate contained in soil is found at the level
point of 1721.67-3347.85 ppm. The nitrate level in soil is not only influenced by
the watering activities but also fertilizing activities. The lead level contained in
plants was found at about 2.39-5.34 ppm, while the safe level of leads is 0.5-3
(Suhendrayatna). Nitrate level which was found in kangkung (kind of leafy
vegetables growing in water) was found at 39492.45-54922.95 ppm. The cause of
the high amount of nitrate in kangkung is that kangkung is included in
Angiospermae and Spinacia plant which have an ability to accumulate a large
number of nitrate in their body.
Based on the measurement of lead level in water, it is concluded that water
is not a contaminative agent of lead toward plants. Lead contained by soil and
plants came from lead particles of vehicles fumes which fall on the surface of soil
and leaves. Lead that directly falls down on the surface of leaves is mostly
absorbed and enter the leaves tissues. It is as the consequences of the large size of
stomata compare to the lead particles. The high level of nitrate in many vegetables
causes the high amount of nitrate that flows in human body. According to Joel
Petterson research, 60% of nitrate in human body will be secreted by urine.

RINGKASAN
FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN. Kandungan Nitrat dan Timbal
pada Tanah dan Kangkung yang Diberi Pelakuan Air Limbah (di bawah
bimbingan SURIA DARMA TARIGAN dan DWI PUTRO TEJO BASKORO)
Pemanfaatan lahan kosong untuk menanam tanaman hortikultura banyak
dilakukan oleh petani yang menetap di daerah perkotaan, mereka umumnya
menggunakan air sungai dan air selokan untuk air irigasinya. Penggunaan air
sungai dan air selokan yang tercemar sebagai sumber irigasi menyebabkan zat
pencemar masuk ke dalam tanaman dan menyebabkan tanaman berbahaya jika
dikonsumsi.
Untuk mengetahui tingkat pencemaran maka dilakukan pengukuran,
terutama terhadap unsur timbal dan nitrat pada sampel air, tanah dan tanaman.
Hasil pengukuran timbal pada air PAM, air sungai dan air selokan, menunjukkan
bahwa kadar timbal tidak terukur, karena timbal yang berasal dari asap kendaraan
bermotor mempunyai sifat tidak larut dalam air. Kadar nitrat dalam air ditemukan
pada kisaran 0.60-1.98 ppm. Nilai tersebut masih berada di bawah standar baku
mutu air yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup ( 2001) sebesar 10
ppm untuk kelas I dan II dan 20 ppm untuk kelas III dan IV. Kadar timbal pada
tanah ditemukan dengan kisaran 6.90-56.56 ppm, sedangkan kisaran yang aman
untuk timbal sekitar 20 ppm (Davies, 1995). Kadar nitrat pada tanah ditemukan
sebesar 1721.67-3347.85 ppm. Selain disebabkan oleh penyiraman, kadar nitrat
dalam tanah juga disebabkan oleh kegiatan pemupukan. Kadar timbal pada
tanaman ditemukan sekitar 2.39-5.34 ppm, sedangkan kisaran aman untuk timbal
sekitar 0.5-3 ppm (Suhendrayatna). Kadar nitrat yang ditemukan pada kangkung
sebesar 39492.45-54922.95 ppm. Besarnya jumlah nitrat dikarenakan kangkung
merupakan tanaman Angiospermae dan spinasia yang dapat mengakumulasikan
nitrat dalam jumlah besar.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar timbal pada air, dapat disebutkan
bahwa air bukan sumber pencemar timbal pada tanaman. Timbal pada tanah dan
tanaman berasal dari partikel timbal dari asap kendaraan bermotor yang langsung
jatuh di permukaan tanah dan daun. Pada daun, timbal yang jatuh sebagian besar
masuk ke dalam jaringan daun akibat ukuran stomata lebih besar dari ukuran
partikel timbal. Tingginya jumlah nitrat yang terdapat dalam tanaman
menyebabkan nitrat yang masuk ke dalam tubuh juga tinggi. Berdasarkan
penelitian Joel Petterson nitrat yang masuk ke dalam tubuh 60% nya akan
disekresikan melalui urin.

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN
KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH

Oleh :
Fitria Aries Anggraeni Rachman
A 24104090

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL

: KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL
PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG
DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH

NAMA MAHASISWA

: Fitria Aries Anggraeni Rachman

NOMOR POKOK

: A 24104090

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc

NIP. 131 667 783

NIP. 131 667 782

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandi, M. Agr
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1987. Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Abdul Rachman dan Ibu Trias
Murdiana.
Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Bumi Bekasi
Baru V, Bekasi dan lulus tahun 1998, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Bekasi, lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Umum Negeri 31 Jakarta, lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis mendapatkan kesempatan
menjadi asistem praktikum mata kuliah Kartografi pada tahun ajaran 2006/2007,
asisten praktikum mata kuliah Fisika Tanah dan SIG pada tahun ajaran
2006/2007.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................

1

Hipotesis Penelitian......................................................................

2

Tujuan Penelitian .........................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung .....................................................................................

4

Timbal ..........................................................................................

5

Nitrat ............................................................................................

8

METODOLOGI
Lokasi dan Tempat Penelitian ......................................................

11

Bahan dan Alat .............................................................................

11

Metode
Tahap Persiapan .....................................................................

11

Tahap Percobaan ....................................................................

12

Analisis ...................................................................................

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Timbal dalam Air .........................................................................

14

Timbal dalam Tanah ....................................................................

15

Timbal dalam Tanaman ...............................................................

17

Timbal Menurut Baku Mutu ........................................................

19

Nitrat dalam Air ...........................................................................

21

Nitrat dalam Tanah.......................................................................

23

Nitrat dalam Tanaman ..................................................................

26

Nitrat Menurut Baku Mutu .........................................................

28

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................

31

Saran.............................................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

33

LAMPIRAN ......................................................................................

35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1. ............................................................................................. Komposisi
Zat Gizi Kangkung per 100 gram............................................

5

2. ............................................................................................. Metode
Analisis Tekstur, pH, Timbal dan Nitrat .................................

13

3. ............................................................................................. Kadar
Timbal dalam Air ....................................................................

14

4. ............................................................................................. Kadar
Timbal dalam Tanah ...............................................................

15

5. ............................................................................................. Pengaruh
Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun
Terhadap Konsentrasi Timbal dalam Tanah ...........................
16
6. ............................................................................................. Kadar
Timbal dalam Tanaman ..........................................................

18

7. ............................................................................................. Kadar
Nitrat dalam Air ......................................................................

22

8. ............................................................................................. Kadar
Nitrat dalam Tanah..................................................................

23

9. ............................................................................................. Pengaruh
Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun
Terhadap Konsentrasi Nitrat dalam Tanah .............................
24
10. ........................................................................................... Kadar
Nitrat dalam Tanaman .............................................................

26

Lampiran
1. ............................................................................................. Kisaran pH
...............................................................................................

36

2. ............................................................................................. Tekstur
Tanah .....................................................................................

36

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1. Petak Perlakuan ...........................................................................

12

Lampiran
1. Denah Lokasi ............................................................................

42

2. Penanaman Kangkung Konvensional .......................................

42

3. Pertumbuhan Kangkung ............................................................

43

4. Jalan Tol yang Berada di Selatan Lokasi Penelitian .................

43

5. Air Sungai untuk Penyiraman ...................................................

44

6. Air Selokan untuk Penyiraman .................................................

44

7. Lokasi Penanaman ......................................................................

45

8. Lokasi Pengambilan Tanah Awal ...............................................

45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di negara berkembang seperti Indonesia, sempitnya lahan pertanian dan
pertumbuhan penduduk yang pesat, menyulitkan penyediaan hasil pangan.
Terbatasnya lahan pertanian di sebagian wilayah Indonesia karena pembangunan
fisik yang semakin meningkat telah mengakibatkan petani memanfaatkan lahan
kosong yang ada, seperti daerah bantaran kali, pekarangan, lahan tidur milik
warga ataupun pemerintah.
Sayuran merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani
yang memanfaatkan lahan kosong, terutama petani yang menetap di daerah
perkotaan. Hal itu terjadi karena sayuran merupakan salah satu bahan pangan
yang relatif mudah dibudidayakan, tidak memerlukan biaya yang besar dalam
perawatan dan dikonsumsi secara luas. Salah satu sayuran yang ditanam oleh
petani adalah kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).
Kangkung merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang
cukup luas terhadap kondisi iklim dan tanah di daerah tropis, sehingga dapat
ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Kangkung juga merupakan tanaman
yang tidak selektif terhadap unsur hara tertentu, sehingga dapat menyerap semua
unsur yang terkandung di dalam tanah. Selain itu, kangkung banyak disukai oleh
masyarakat karena mempunyai nilai gizi yang baik, mudah diolah dan harganya
relatif murah. Kangkung dapat tumbuh dengan baik pada badan air yang tidak
terlalu dalam atau bantaran sungai, danau, dan selokan.

Sungai sudah selama bertahun-tahun lamanya telah memberi daya dukung
terhadap bidang pertanian, sekaligus menjadi tempat penampungan berbagai
bahan buangan yang berasal dari limbah domestik, pertanian maupun industri.
Kegiatan pertanian yang dilakukan di daerah perkotaan terutama yang dilakukan
di daerah bantaran sungai secara otomatis mendapatkan pengairan yang
menggunakan air sungai yang telah tercemar, maka dengan sendirinya zat-zat
pencemar akan masuk ke dalam tanaman dan tanaman akan mengandung zat-zat
pencemar. Selain sungai, pengairan tanaman juga menggunakan air selokan.
Seperti halnya air sungai, air selokan juga mengandung zat-zat pencemar yang
umumnya berasal dari limbah rumah tangga. Dari semua bahan pencemar yang
terkandung di dalam air sungai dan air selokan, timbal (Pb) dan nitrat (NO3-)
memiliki akibat serius jika masuk ke dalam tubuh manusia.
Nitrat dapat menyebabkan gangguan GI (gastrointestinal), diare
bercampur darah, coma dan bila tidak ditolong dapat mengakibatkan kematian.
Nitrat juga dapat menyebabkan kanker lambung dan methemoglobinemia pada
bayi atau yang dikenal dengan penyakit blue babies. Sedangkan akumulasi timbal
organik yang berasal dari asap kendaraan bermotor menyebabkan encephalophaty,
tekanan Liquor Cerebrospinalis (LCS) tinggi, insomnia diikuti somnolence. Pada
keracunan akut menyebabkan meningitis, diikuti oleh stupor, coma dan kematian.
Tujuan Penelitian
Menganalisis kandungan nitrat dan timbal pada tanaman yang diberi
perlakuan air irigasi dari sungai dan selokan yang tercemar.

Hipotesis Penelitian
Penggunaan air sungai dan air selokan yang berada di dekat jalan raya
yang merupakan tempat pembuangan limbah domestik untuk mengairi sayuran
dapat mencemari sayuran tersebut. Pencemaran terjadi akibat adanya timbal yang
berasal dari kendaraan bermotor dan nitrat yang berasal dari limbah domestik.
Jika sayuran tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka nitrat dan timbal tersebut
akan masuk ke dalam sistem pencernaan dan membahayakan kesehatan manusia.

TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung
Kangkung tergolong sayuran yang sangat popular, karena banyak
peminatnya. Kangkung disebut swamp cabbage, water convovulus, water spinach.
Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, Cina
Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau
Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Papua di Kecamatan Muting Kabupaten
Merauke (Anonim, 2006).
Kangkung

termasuk

suku

Convolvulaceae

(keluarga

kangkung-

kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuhtumbuhan diklasifikasikan ke dalam :
Divisi

: Spermatophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Family

: Convolvulaceae

Genus

: Ipomoea

Spesies

: Ipomoea reptans

Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat yang memberikan hasil
dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih.
Ciri-ciri fisiologis :
Warna bunga

: putih bersih

Batang

: putih kehijau-hijauan

Kebiasaan berbiji

: berbiji banyak

Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan
pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga
memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, vitamin B dan
vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi
pertumbuhan dan kesehatan (Anonim, 2006).
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Kangkung per 100 gram
Zat Gizi
Energi kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Hidrat arang total (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Karoten total (mkg)
Vit. A (S.I)
Vit B1 (mg)
Vit C (mg)
Air (g)
(DepKes RI, 1995)

Segar
28
3.4
0.7
3.9
2.0
1.0
67
54
2.3
5542
0
0.07
17.0
91.0

Rebus
22
2.5
0.6
3.1
1.2
0.8
50
51
2.5
4325
0
0.01
13.0
93.0

Kukus
30
3.2
0.7
4.7
1.8
1.0
70
49
4.4
5837
0
0.03
11.0
90.4

Timbal
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai berat jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 yang diketahui akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ tubuh
manusia bila terakumulasi di dalam tubuh, seperti timbal (Pb), cadmium (Cd),
merkuri (Hg), arsen (As) dan sebagainya (Miller, 1986).
Keberadaan zat tersebut ditentukan oleh kekuatan sumber, dispersi udara
dan proses penyerapan. Ketika partikel-partikel Pb jatuh di daerah pertanian atau
lapangan rumput, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan jalan raya,
sebagian parikel-partikel akan terabsorpsi oleh tanaman dan lainnya jatuh di

permukaan tanah, yang akhirnya akan terserap oleh tanaman melalui akar (Miller,
1986).
Di alam timbal sering ditemui terkandung dalam galena (timbal sulfida
(PbS): 87% Pb), diikuti oleh anglesit (timbal sulfat (PbSO4): 68% Pb) dan cerusit
(timbal karbonat (PbCO3): 77% Pb). Di alam timbal memiliki isotop
207

204

Pb, 206Pb,

Pb, 208Pb (Gerhardsson, 2004).
Timbal juga terdapat di atmosfer yang berasal dari hancuran batuan,

hempasan angin pada tanah dan letusan gunung berapi. Faktor-faktor di atas
merupakan faktor-faktor minor jika dibandingkan dengan timbal yang berasal dari
aktifitas manusia (Gerhardsson, 2004).
Timbal termasuk ke dalam golongan IV A dalam Sistem Periodik Berkala.
Timbal mempunyai berat atom 207.19, nomor atom 82, bobot isi 11.34 mg/L, titik
leleh 327.5 oC dan memiliki titik didih 1749 oC. Timbal berwarna perak kebirubiruan dengan bilangan oksidasi 0, +2, +4. Garam–garam timbal (II) berupa
timbal sulfat dan timbal oksida memiliki sifat tidak larut dalam air (Gerhardsson,
2004).
Timbal organik yang paling penting adalah tetraetil timbal dan tetrametil
timbal yang berfungsi sebagai bahan tambahan pada bensin karena mempunyai
kemampuan sebagai “anti knocking agent” (Gerhardsson, 2004).
Tetraetil timbal (TEL) bersifat cair, tidak berwarna, mendidih pada suhu
200 oC. TEL memiliki berat jenis 1.65 g/mL dan tidak larut dalam air (Patnaik,
1999). TEL dibuat dengan mereaksikan etilklorida dengan campuran natruimtimbal.
4NaPb + 4 CH3CH2Cl

(CH3CH2)4Pb + 4 NaCl + 3 Pb

Pada saat (CH3CH2)4Pb terbakar, menghasilkan tidak hanya karbon dioksida dan
air tetapi juga timbal
(CH3CH2)4Pb + 13 O2

CO2 + 10 H2O + Pb

Timbal yang dihasilkan bereaksi lebih lanjut menjadi timbal oksida
2 Pb + O2

2 PbO

Timbal dan timbal oksida mudah terakumulasi dan merusak mesin (Anonim,
2008).
Timbal adalah racun yang sistemik. Keracunan timbal dapat menyebabkan
gejala rasa logam pada mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI
(gastrointestinal), anorexia, ancephalytis, wristdrop. Timbal organik yang berasal
dari asap kendaraan bermotor menyebabkan encephalophaty, tekanan Liqour
Cerebrospinalis (LCS) tinggi, insomnia dan somnolence. Pada keracunan akut
menyebabkan gejala meningitis, diikuti oleh stupor, coma dan kematian (Slamet,
1994).
Menurut Darmono (2001), timbal logam bersifat kumulatif, sehingga
gejala keracunannya dapat dibedakan menjadi beberapa organ, yaitu :
1.

Hemopoletik

: menghambat pembentukan hemoglobin
(anemia)

2.

Saraf pusat dan saraf tepi : encephalophaty dan gangguan saraf perifer

3.

Ginjal

:aminoasiduria,

fosfaturia,

glukosuria,

nefrophaty, aetrophy glomeural
4.

Gastrointestinal

:konstipasi

5.

Cardiovascular

: peningkatan permeabilitas kapiler darah

6.

Reproduksi

: kematian janin waktu melahirkan

7.

Endokrin

: gangguan fungsi tiroid dan adrenal
Nitrat

Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami yang
merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air
menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-tama menjadi
amonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Karena nitrit dapat
dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang
paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di
permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk amonia anhidrat seperti
juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di
dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan
mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. (Utama, 2007).
Menurut siklusnya, bakteri akan mengubah nitrogen menjadi nitrat yang
kemudian digunakan oleh tumbuh-tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuhtumbuhan tersebut kemudian menggunakan nitrat untuk membentuk protein di
dalam tubuh. Nitrat juga diubah menjadi nitrit pada traktus digestivus manusia
dan hewan. Setelah itu, bakteri di lingkungan akan mengubah nitrit menjadi
nitrogen kembali (Utama, 2007).
Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari amonia melalui proses
oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen.
Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat memiliki berat
molekul 62.05, sedangkan nitrit mempunyai berat molekul 46.006. Pada kondisi
normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang stabil, tetapi pada suhu

tinggi dapat berubah menjadi tidak stabil dan dapat meledak pada suhu yang
tinggi dan tekanan yang besar (Utama, 2007).
Menurut Saeni (1989), walaupun orang dewasa memiliki toleransi yang
tinggi untuk ion nitrat dalam air, tetapi ion nitrat toksik untuk bayi dan binatang
memamah biak (binatang yang dibantu oleh bakteri di lambungnya untuk
menghancurkan makanan yang tidak dapat dicerna ke dalam bentuk yang lebih
sederhana). Dalam sistem pencernaan bayi dan binatang memamah biak nitrat
direduksi menjadi nitrit. Nitrit dapat mengikat hemoglobin dalam darah, sehingga
mengurangi kemampuan hemoglobin sebagai pembawa oksigen dalam darah.
Keadaan tersebut dikenal sebagai methemoglobinemia, dimana korban yang
mengalami penyakit ini seperti terkena penyakit jantung. Penyakit ini dikenal
dengan sebutan “penyakit bayi biru” (blue babies).
Apabila nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka
banyaknya zat makanan akan menghambat absopsi kedua zat ini dan baru akan di
absopsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan menyebabkan mikroba
usus mengubah nitrat menjadi nitrit, senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu,
pembentukan nitrit pada intestinum mempunyai arti klinis yang penting terhadap
keracunan. Nitrit mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini
mungkin disebabkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO
atau NO-) yang mengandung molekul yang berperan dalam mengkibatkan
relaksasinya otot-otot polos (Utama, 2007).
Nitrit di dalam rongga perut akan berikatan dengan protein membentuk Nnitroso, komponen ini juga terbentuk bila daging yang mengandung nitrat atau

nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Komponen ini sendiri dikenal sebagai
bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker (Utama, 2007).

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penanaman kangkung dilakukan di Kompleks Perumahan Pekerjaan
Umum Rawa Semut, Bekasi. Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah dan Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit kangkung darat (Ipomoea reptans
Poir), pupuk kandang, urea serta bahan-bahan untuk analisis kimia. Peralatan
yang digunakan berupa peralatan menanam, alat-alat gelas, spektrofotometer,
AAS dan seperangkat komputer.
Metode
Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan observasi di lapang untuk mencari daerah
yang sesuai untuk percobaan. Pengambilan sampel tanah awal merupakan tahapan
selanjutnya. Pengambilan sampel dilakukan pada saat tanah diberakan. Sampel
tanah yang diambil adalah tanah yang biasa digunakan untuk menanam sayuran
dan tanah yang tidak digunakan untuk menanam sayuran. Pengambilan sampel
dilakukan secara komposit untuk kedua jenis tanah tersebut.

Tahap Percobaan Utama
Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan
penanaman kangkung. Sebelum penanaman dilakukan, lahan yang telah tersedia
dibagi sembilan petak untuk setiap perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah
petak yang disiram dengan air PAM (P) dengan tiga ulangan, petak yang disiram
dengan air sungai (X) dengan tiga ulangan dan petak yang disiram dengan air
selokan (S) tiga ulangan. Pembagian petak pertanaman diilustrasikan pada gambar
di bawah ini.

Gambar 1. Gambar Petak Perlakuan (Tidak Berskala)
Penanaman diawali dengan pembalikan tanah yang bertujuan untuk
menggemburkan tanah dan untuk mengatur aerasi tanah agar kembali baik setelah
digunakan pada musim tanam sebelumnya. Biji kangkung ditanam dengan cara
disebar kemudian tanah ditutup dengan pupuk kandang. Penyiraman pertama

dilakukan sesaat setelah penutupan tanah oleh pupuk kandang. Untuk
pemeliharaan dilakukan penyiraman sebanyak dua kali sehari, setiap pagi dan sore
hari ± 5L per petak per penyiraman. Pemberian urea dilakukan pada saat
kangkung telah berusia 10-14 hari. Pemanenan dilakukan pada saat kangkung
telah berusia 21 hari.
Setelah pemanenan dilakukan pengambilan sampel tanah akhir yang
diambil secara acak kemudian dikomposit untuk setiap petak, sampel tanaman
diambil ± 50 tanaman yang diambil secara acak kemudian dikomposit untuk
setiap petak. Sampel air untuk nitrat dan timbal juga diambil setelah pemanenan
selesai. Pengambilan sampel air dilakukan pada pagi hari, kemudian langsung di
bawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Analisis
Dalam penelitian ini dilakukan dua kali analisis. Analisis awal dilakukan
untuk tekstur tanah, pH tanah, kadar timbal dan nitrat pada tanah sebelum diberi
perlakuan. Analisis akhir dilakukan untuk timbal dan nitrat pada tanah setelah
diberi perlakuan, air dan tanaman. Metode dan cara pengukuran tekstur, pH,
timbal dan nitrat ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode Analisis Tekstur, pH, Timbal dan Nitrat
Hal-hal yang dianalisis
Tekstur tanah
pH H2O (1:1) tanah
Timbal dalam air
Timbal dalam tanah
Timbal dalam tanaman
Nitrat di air
Nitrat di tanah
Nitrat di tanaman

Metode
Hidrometer
Aquades
Aqua regia
Pengabuan kering
Brusin-sulfanilat
Phi
Phi

Pengukuran
Gravimetric
pHmeter
AAS
AAS
AAS
Spektrofotometer, λ 410 nm
Spektrofotometer, λ 202 dan 275 nm
Spektrofotometer, λ 202 dan 275 nm

HASIL DAN PEMBAHASAN
Timbal dalam Air
Pencemaran oleh timbal pada tanaman diduga terjadi akibat penggunaan
air sungai dan air selokan yang tercemar timbal digunakan untuk menyiram. Akan
tetapi berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, timbal tidak ditemukan larut
dalam air. Hasil pengukuran tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar Timbal dalam Air
Perlakuan
Air PAM

Ulangan Kadar Timbal (ppm)*
1
tt
2
tt
3
0.00
Air selokan
1
0.00
2
0.01
3
tt
Air sungai
1
tt
2
0.00
3
0.00
*)Batas Aman Timbal dalam Air untuk Pertanian Sebesar 0.003
ppm
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa timbal tidak ditemukan larut dalam air.
Tidak larutnya timbal dalam air disebabkan oleh partikulat-partikulat timbal yang
berasal dari asap kendaraan bermotor mempunyai sifat tidak larut air.
Timbal dalam air dapat bersumber dari tanah dan batuan yang
mengandung timbal, industri dan bahan bakar bertimbal. Pada penelitian ini
sumber timbal diduga berasal dari asap kendaraan bermotor. Namun, timbal yang
berasal dari asap kendaraan bermotor juga tidak terukur. Partikulat timbal yang
berasal dari asap kendaraan bermotor berada di udara dalam bentuk timbal oksida

(PbO). Timbal oksida merupakan salah satu dari garam timbal (II) yang
mempunyai sifat tidak larut air.
Timbal dalam Tanah
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa pada tanah dengan
perlakuan air selokan mempunyai kadar timbal yang lebih rendah dibandingkan
dua perlakuan lainnya. Hasil pengukuran timbal pada tanah yang mendapat
perlakuan penyiraman dengan air PAM, air sungai dan air selokan ditampilkan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Kadar Timbal dalam Tanah
Perlakuan
Air PAM

Ulangan
Kadar Timbal (ppm)* Rata-rata
1
35.39
2
14.43
34.46a
3
53.57
Air selokan
1
20.87
2
6.90
16.36a
3
21.30
Air sungai
1
21.57
30.47a
2
13.29
3
56.56
*)Batas Aman Timbal dalam Tanah Sebesar 20 ppm.
Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Tukey dengan α ═ 0.05
Berdasarkan hasil pengukuran yang ditampilkan pada Tabel 4, perlakuan
tidak menyebabkan perbedaan yang nyata pada kadar timbal dalam tanah. Tidak
adanya beda nyata menunjukkan bahwa kadar timbal dalam air tidak
mempengaruhi kadar timbal dalam tanah. Akibat tidak ditemukannya pengaruh
kadar timbal dalam air terhadap kadar timbal dalam tanah, diperoleh dugaan
bahwa timbal yang ditemukan di tanah berasal dari udara. Walaupun tidak nyata,
kadar timbal dalam tanah yang disiram dengan air selokan cenderung lebih

rendah. Rendahnya kadar timbal yang ditemukan disebabkan oleh lokasi petak
yang diirigasikan menggunakan air selokan lebih rendah dibandingkan dengan
petak untuk air sungai dan air PAM, terutama pada ulangan kedua (Gambar 1).
Partikulat timbal yang berasal dari asap kendaraan bermotor jatuh ke permukaan
tanah dan diakumulasikan pada bagian atas tanah pada kedalaman 2-5 cm.
Selain dilakukan pengukuran pada tanah yang digunakan untuk lokasi
percobaan setelah penanaman, pengukuran timbal juga dilakukan pada tanah yang
digunakan untuk percobaan sebelum penanaman dilakukan dan pada tanah tidak
digunakan untuk lokasi percobaan, yaitu pada tanah yang selama 10 tahun tidak
digunakan untuk budidaya hortikultura. Pada sampel tanah yang digunakan
selama 10 tahun untuk hortikultura (lokasi percobaan sebelum penanaman)
didapat kadar timbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang tidak
digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura. Hasil pengukuran timbal pada
kedua jenis tanah tersebut ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Lahan untuk Pertanian Selama 10 Tahun Terhadap
Konsentrasi Timbal dalam Tanah
Perlakuan

Ulangan

Tanah yang disiram selama 10 tahun
(digunakan untuk budidaya hortikultura)

1
2
3

Kadar Timbal
(ppm)*
14.66
21.78
36.40

1

17.35

2

23.35

Tanah yang tidak disiram selama 10
tahun
(tidak digunakan untuk budidaya
hortikultura)

Rata-Rata
24.28

16.68

3
9.34
*)Batas Aman Timbal dalam Tanah Sebesar 20ppm.
Tabel 5 menyajikan perbedaan kadar timbal berdasarkan penggunaan
lahan. Pada lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya tanaman

hortikultura memiliki konsentrasi timbal yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya hortikultura.
Kondisi ini terjadi karena pada lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk
budidaya tanaman hortikultura tidak mengalami kegiatan pemberaan tanah
sehingga sebagian partikulat timbal yang jatuh pada area ini tidak langsung jatuh
ke permukaan tanah tetapi tertahan oleh kanopi tumbuhan yang ada.
Pada lahan yang selama 10 tahun digunakan untuk budidaya hortikultura
mengalami kegiatan pemberaan yang menyebabkan partikulat timbal jatuh
langsung ke permukaan tanah. Akibatnya konsentrasi timbal pada lahan yang
selama 10 tahun digunakan untuk budidaya hortikultura jauh lebih besar
dibandingkan dengan lahan yang selama 10 tahun tidak digunakan untuk budidaya
hortikultura.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada sampel air, dapat
disimpulkan bahwa timbal yang terdapat pada lahan yang digunakan untuk
tanaman hortikultura dan lahan yang tidak digunakan untuk tanaman hortikultura
berasal dari asap kendaraan bermotor dan merupakan akumulasi dari tahun-tahun
sebelumnya.
Timbal dalam Tanaman
Pada penelitian ini, kadar timbal pada kangkung yang mendapat perlakuan
air sungai memiliki kadar yang paling rendah diantara dua perlakuan lainnya.
Hasil pengukuran timbal dalam tanaman yang mendapat perlakuan penyiraman
dengan air PAM, air sungai dan air selokan ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kadar Timbal dalam Tanaman
Perlakuan
Air PAM

Ulangan
Kadar timbal (ppm)*
Rata-rata
1
5.34
2
2.59
4.02a
3
4.13
Air selokan
1
2.63
4.20a
2
4.79
3
5.16
Air sungai
1
3.75
3.55a
2
3.22
3
3.70
*)Batas Aman Timbal pada Tanaman Sebesar 3 ppm
Angka Rata-Rata yang Diikuti Huruf yang Sama Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Tukey dengan α ═ 0.05
Pada Tabel 6 menyajikan hasil uji statistik yang tidak berbeda nyata. Tidak
adanya beda nyata menunjukkan bahwa kadar timbal dalam air tidak
mempengaruhi kadar timbal dalam tanaman. Walaupun tidak nyata, pada tanaman
yang mendapat perlakuan air sungai mempunyai kadar timbal yang lebih rendah
dibandingkan dua perlakuan yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
letaknya yang sedikit lebih jauh dari jalan tol dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (Gambar 1). Di samping itu penyerapan timbal oleh tanaman melalui akar
hanya terjadi sekitar 0.003% sampai 0.005% dari seluruh total timbal yang ada di
tanah (NRCC (1978) dalam Gehardsson (2004)). Hanya sedikit dari timbal yang
diserap dapat ditranslokasikan ke bagian atas tanaman. Penyerapan timbal oleh
tanaman melalui akar hanya terjadi apabila timbal yang terdapat di dalam tanah
berbentuk senyawa yang larut air.
Penyerapan timbal oleh tanaman melalui daun terjadi melalui stomata.
Melalui stomata sebagian dari partikulat timbal tersebut masuk ke dalam jaringan
daun kangkung, sebagian lainnya tetap berada di permukaan daun. Stomata
memiliki lebar celah antara 2-4 µm, sedangkan partikulat timbal memiliki

diameter rata-rata 0.2 µm. Karena ukuran partikulat timbal jauh lebih kecil dari
ukuran lebar celah stomata menyebabkan partikulat timbal dapat dengan mudah
masuk ke dalam jaringan daun melalui stomata. Di dalam jaringan daun timbal
diakumulasikan diantara jaringan tiang dan jaringan bunga karang (spons).
Penyerapan timbal melalui stomata bukan karena adanya kebutuhan
tanaman untuk menyerap timbal tetapi karena adanya perbedaan ukuran antara
partikulat timbal dengan stomata. Karena partikulat timbal yang berasal dari asap
kendaraan bermotor bersifat tidak larut air, maka penyerapan timbal yang terjadi
melalui daun.
Timbal Menurut Baku Mutu
Kangkung merupakan sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani
yang menetap di daerah perkotaan seperti Bekasi. Penurunan luas lahan pertanian
menyebabkan petani menggunakan lahan kosong yang ada untuk melakukan
kegiatan bercocok tanam. Penanaman kangkung yang dilakukan di daerah
bantaran kali memungkinkan terjadinya pencemaran oleh timbal yang berasal dari
asap kendaraan bemotor.
Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh penulis pada pukul
06.30 - 07.00 WIB dan pukul 17.00 - 17.30 WIB selama dua hari, jumlah
kendaraan bermotor yang melalui daerah pertanaman hortikultura sebanyak 6165
dan 5226. Kendaraan yang dihitung adalah kendaraan bermotor yang melalui jalan
di sekitar daerah pertanaman yang memiliki jarak antara lahan pertanaman dengan
jalan raya lebih kurang 30 m.
Menurut hasil pengukuran yang dilakukan pada sampel air menunjukkan
bahwa konsentrasi timbal pada air tidak terukur, sehingga penggunaan air selokan

dan air sungai untuk menyiram kangkung tidak menjadi masalah. Padatnya
kendaraan bermotor yang lewat di sekitar daerah pertanaman merupakan
penyebab pencemaran timbal yang mungkin terjadi.
Berdasarkan

lampiran

PP

NO.

82

TAHUN

2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN
AIR disebutkan kadar timbal dalam air untuk kelas I, II, III sebesar 0.003 ppm,
sedangkan kelas IV sebesar 1 ppm. Bagi pengolahan air minum secara
konvensional, kadar timbal ≤ 0.1 ppm.
Studi diet total oleh Food Drug and Administration (FDA) (dalam
Kristiono, 1999) (termasuk air minum tetapi tidak termasuk kerang) menyarankan
agar rata-rata asupan timbal setiap hari oleh masyarakat adalah sekitar 5-10
µg/orang/hari. Pada orang dewasa menyerap 5-15%, sedangkan pada anak-anak
menyerap sekitar 50% dari timbal yang masuk lewat saluran pencernaan.
Diusulkan timbal asupan timbal untuk anak-anak di bawah 10 tahun sebesar 6
µg/hari, untuk anak-anak berusia 7 tahun sebesar 15 µg/hari, untuk wanita hamil
sebesar 25 µg/hari dan untuk orang dewasa sebesar 75 µg/hari. Waktu paruh
timbal di dalam darah sekitar 35 hari, sedangkan di tulang dapat bertahan 5 tahun
sampai beberapa tahun.
Jika seseorang mengkonsumsi sebanyak 50 g kangkung dan di dalamnya
terkandung timbal sebesar 5 ppm, maka timbal yang masuk ke dalam tubuh
sebesar 0.005 g. Jika yang terserap sekitar 15 %, yang terserap ke dalam darah
sekitar 0.00075 g atau sebesar 0.75 mg atau sebesar 750 µg. Diusulkan timbal
yang diserap oleh orang dewasa sekitar 75 µg/hari. Jika kangkung dikonsumsi
pada tanggal 11 Januari, sebaiknya orang tersebut mengkonsumsi kangkung

kembali pada tanggal 21 Januari atau 10 hari kemudian. Berdasarkan hasil