Enam Dikotomi tentang Bahasa 1 Sinkronik-Diakronik

8 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I d dikotomi langue dan Parole, e dikotomi individu dan sosial, dan f hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Ferdinand de Saussure mengistilahkan bahasa-bahasa sebagai fakta- fakta sosial. Fakta sosial adalah istilah dari pendiri sosiologi, untuk mengacu pada fenomena gagasan- gagasan ‗minda kolektif‘ dalam suatu masyarakat, yaitu yang berada di luar fenomena psikologis maupun fisikal. Fakta sosial bisa berupa konvensi atau aturan-aturan. Contoh fakta sosial yang konvensional adalah kecenderungan orang Amerika mengambil jarak fisik dengan lawan bicara. Contoh fakta sosial yang berupa aturan- aturan adalah sistem hukum suatu masyarakat. Bahasa bisa disetarakan dengan sistem hukum atau struktur konvensi. Datanya berupa fenomena- fenomena fisikal atau parole, sedangkan sistem umumnya adalah langue atau ‗bahasa‘. Data konkret parole diproduksi oleh pengujar-pengujar secara indivual. Hal ini dikarenakan penguasaan bahasa setiap orang berbeda-beda, artinya suatu bahasa tidak pernah lengkap pada diri seseorang tetapi lengkap dan secara sempurna bahasa hanya di dalam kolektivitas. Jadi, fakta sosial menurut Saussure bukan berupa minda kolektif maupun gagasan kolektif seperti yang diterangkan oleh Durkheim. Akibat perbedaan tersebut, muncul dua pendekatan, yaitu pendekatan ‘individualisme metodologis’ yang berseberangan dengan pendekatan Durkheim ‘kolektivisme metodologis’.

c. Enam Dikotomi tentang Bahasa 1 Sinkronik-Diakronik

Gagasan Ferdinad de Saussure dapat digunakan sebagai acuan baru dalam studi bahasa, bahwa kajian linguistik hendaknya dilakukan secara diakronik dan sinkronik. Hal ini dilakukan agar dapat memotret pada suatu waktu tertentu diperlukan pemahaman tentang bahasa itu untuk satu rentangan waktu. Sebagai pemakai, bahasa dapat ditelaah dari ―keberadaan‖ bahasa itu sendiri tanpa terikat oleh rentangan waktu yang berbeda. Kajian diakronik dianggap terlalu sederhana karena Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 9 hanya mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah, sedangkan kajian sinkronik dipandang lebih rumit karena harus mendeskripsikan bahasa itu sendiri. a Sinkronik Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktumasa. Dengan demikian, linguistik sinkronis mempelajari bahasa sezaman. Fakta dan data bahasa adalah rekaman yang diujarkan oleh pembicara, atau bersifat horisontal. Linguistik sinkronis mempelajari bahasa pada suatu kurun waktu tertentu, misalnya mempelajari bahasa Indonesia di masa reformasi saja. Saussure mengemukakan bahwa kajian bahasa secara sinkronis amat perlu, meskipun beliau banyak berkecimpung dalam kajian diakronis. Baginya, kajian sinkronis bahasa mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak. Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit. Sistem keadaan bahasa ‗sinkronik‘ seperti sistem permainan catur. Setiap buah catur setara dengan suatu unit bahasa memiliki tempat tersendiri dan memiliki keterkaitan tertentu dengan buah catur lain, dan kekuatan serta pola gerakjalan tersendiri. b Diakronik Kata diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia yang berarti melalui, dan khronosyang berarti waktu, masa. Linguistik diakronis adalah linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa. Linguistik diakronis adalah semua yang memiliki ciri evolusi. Ada berbagai contoh untuk melukiskan dualisme intern sinkronis dan diakronis. Jika seseorang hanya melihat sisi diakronis bahasa, maka yang ia lihat bukan lagi langue, melainkan sederet ―peristiwa‖ dan merupakan parole. Linguistik diakronis akan menelaah hubungan- 10 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I hubungan di antara unsur-unsur yang berturutan dan tidak dilihat oleh kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu menggantikan yang lain tanpa membentuk sistem di antara mereka. Sebaliknya, linguistik sinkronis akan mengurusi hubungan-hubungan logis dan psikologis yang menghubungkan unsur-unsur yang hadir bersama dan membentuk sistem, seperti dilihat dalam kesadaran kolektif yang sama. 2 Bentuk-Substansi Dikotomi antara bentuk dengan substansi menekankan bahwa kajian linguistik harus ditinjau dari segi bentuk dan substansi. Bagi Saussure, substansi penting, namun bentuk lebih penting. Oleh karena itu, dalam kajian bahasa, nilai suatu unsur langsung atau tidak langsung sangat bergantung pada nilai unsur lain. 3 Signifie-Signifiant Bahasa adalah alat komunikasi di dalam masyarakat yang menggunakan sistem tanda yang maknanya dipahami secara konvensional oleh anggota masyarakat bahasa tersebut. Tanda bahasa terdiri atas dua unsur yang tak terpisahkan yaitu unsur citra akustik signifiantpetanda dan unsur konsep signifiepenanda. Hubungan kedua unsur ini didasari konvensi dalam kehidupan sosial. Kedua unsur ini terdapat di dalam pikiran atau kognisi pemakai bahasa. Saussure berpendapat bahwa bahasa meliputi suatu himpunan tanda satu lambang yang berupa menyatunya signifiant bunyi ujaran dengan signifie makna. Kedua bagian itu tidak dapat dipisahkan karena ujaran dan makna ditentukan oleh adanya kontras terhadap lambang-lambang lain dari sistem itu. Bahasa tanpa suatu sistem tidak akan ada dasar yang dapat dipergunakan untuk membedakan bunyi-bunyi yang ada ataupun konsep-konsep yang ada. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 11 a Signifie Signifie adalah makna suatu bahasa. Signifie penanda merupakan pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Setiap tanda tidak dapat dipisahkan dari tanda yang lain baik lafal maupun maknanya.Dari segi mental, bahasa merupakan suatu totalitas pikiran dalam jiwa manusia. Dari segi fisik, bahasa adalah getaran udara yang lewat suatu tabung dalam alat bicara manusia. Jadi, bahasa merupakan pertemuan antara totalitas pikiran dalam jiwa dan getaran yang dibuat manusia melalui alat-alat bicaranya. Misalnya gambar meja dilambangkan dengan meja Indonesia, table Inggris.Apabila ada orang berujar meja dan kita mendengar rentetan bunyi m, e, j, a itulah yang disebut signifiant, sedangkan bayangan kita terhadap sebuah meja disebut signifienya, yaitu sebuah prabot rumah tanggakantor berkaki, permukaannya datar, bisa berbentuk bundar, atau bersegi, dan deskripsi lainnya tentang meja. b Signifiant Bahasa adalah sistem lambang dan lambang itu sendiri adalah kombinasi antara bentuk signifiant dan arti signifie. Signifiant merupakan bentuk bahasa yang terkandung dalam sekumpulan fonem. Signifiant juga sebagai perwujudan akustik suatu bahasa atau wujud dasar sistem fonologi suatu bahasa. Jadi, signifiant penanda merupakan citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. 4 Individu-Sosial Dikotomi antara individu dan sosial, Saussure mengatakan bahwa perilaku berbahasa anggota masyarakat sangat ditentukan oleh kelompoknya, meskipun ciri perilaku berbahasa masing-masing anggota berbeda antara satu dan lainnya. Perbedaan perilaku individu tidak akan menyimpang dari perilaku kolektif yang ada pada kelompok. 12 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 5 Langue-Parole Dikotomi antara langue dan parole sebagai bukti bahwa bahasa merupakan realitas sosial. Sebagai realitas sosial bahasa sangat terikat oleh collective mind bukan individual mind.Sebagai collective mind, bahasa merupakan perpaduan antara parole dan langue.Parole mengacu pada tindak ujar dalam situasi yang sesungguhnya oleh masing masing individu.Langue ialah sistem bahasa yang dipakai secara bersama-sama oleh masyarakat penuturnya. Gagasan Saussure tentang fakta sosial, langue, dan parole, menjadi pilar-pilar konsepnya mengenai struktur gagasan yang amat kontroversial.Para bahasawan tertarik berkomentar.Pendekatan Saussure kembali mengemuka ketika dihadapkan pada pandangan Noam Chomsky.Pandangan Chomsky 1964 yang amat berpengaruh adalah yang membedakan kompetensi dari performance.Pembedaan tersebut tampak ada kemiripan dengan pembedaan langue dan parole oleh Saussure.Bahkan, Chomsky sendiri menyamakan konsep Linguistic Competence yang diperkenalkannya dengan konsep langue.Namun, sesungguhnya kedua konsep tersebut berbeda. Langue mengacu pada sistem bahasa yang abstrak.Sistem ini mendasari semua ujaran dari setiap individu.Langue bukanlah suatu ujaran yang terdengar, tulisan yang terbaca, melainkan suatu sistem peraturan yang umum dan mendasari semua ujaran nyata.Langue merupakan totalitas dari sekumpulan fakta bahasa yang disimpulkan dari ingatan pemakai bahasa dan merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam otak setiap individu. Langue merupakan keseluruhan kebiasaan kata yang diperoleh secara pasif yang diajarkan dalam masyarakat bahasa dan memungkinkan para penutur saling memahami dan menghasilkan unsur-unsur yang dipahami penutur dan masyarakat sertabersenyawa dengan kehidupan masyarakat secara alami. Eksistensi langue memungkinkan adanya parole merujuk Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 13 pada cara pembicara menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dirinya. Jadi, masyarakat merupakan pihak pelestari langue. Langue tidak bisa dipisahkan antara bunyi dan gerak mulut.Langue juga dapat berupa lambang-lambang bahasa konkret; tulisan-tulisan yang terindera dan teraba terutama bagi tuna rungu.Langue adalah suatu sistem tanda yang mengungkapkan gagasan. Contoh: Pergi Dalam kata ini, gagasan kita adalah ingin mengusir, menyuruh. Nah, kata pergi dapat juga kita ungkapkan kepada tuna runggu dengan abjad tuna rungu, atau dengan simbol atau dengan tanda-tanda militer. Langue seperti permainan catur, apabila buah caturnya dikurangi akan berubah dan bahkan permainan akan kacau, demikian halnya dalam langue. Jika struktur sistem kita ubah, maka akan menimbulkan makna yang lain. Misalnya: saya makan nasi, jika kalimat ini diubah menjadi: nasi makan saya, maka akan menjadi rancu. Langue perlu agar parole dapat saling dipahami; dan parole perlu agar langue terbentuk. Dengan kata lain, secara historis, fakta parole selalu mendahului langue. Bunyi kata: ―pergi‖ adalah parole, tetapi ia juga termasuk langue karena sistem tanda ada di sana dan maknanya pun ada. Langue hadir secara utuh dalam bentuk sejumlah guratan yang tersimpan di dalam setiap otak; kira-kira seperti kamus yang eksemplarnya identik fotocopy, yang akan terbagi di kalangan individu. Jadi, langue adalah sesuatu yang ada pada setiap individu. Langue bersifat kolektif: bersifat homogen, bahasan konvensional. Rumusnya: 1 + 1 + 1 + 1….= 1. Artinya, kata yang diucapkan oleh individu, diucapkan secara sama oleh orang banyak, begitu juga dengan maknanya, semua masyarakat bahasa tahu. Menurut Alwasilah langue adalah tata bahasa + kosakata + sistem pengucapan. Langue bersifat stabil dan sistematis. Parole merupakan bahasa tuturan, bahasa sehari-hari, artinya parole merupakan keseluruhan dari apa yang diajarkan orang, termasuk 14 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I konstruksi-konstruksi individu yang muncul dari pilihan penutur dan pengucapan-pengucapan yang diperlukan untuk menghasilkan konstruksi individu berdasarkan pilihan bebas juga. Parole perwujudan langue pada individu. Parole merupakan manifestasi individu dari bahasa. Parole bukan fakta sosial karena seluruhnya merupakan hasil individu yang sadar, termasuk kata apapun yang diucapkan oleh penutur. Parole bersifat heterogen. Unsur-unsur parole dibedakan kedalam beberapa bagian, seperti : 1 kombinasi-kombinasi kode bahasa tanda baca yang dipergunakan penutur untuk mengungkapkan gagasan pribadinya. Misalnya, perang, kataku, perang Kalimat ini jika diucapkan oleh orang yang sama pun, hasilnya akan berbeda dalam penyampaiannya karena pelafalannya pun berbeda, kata perang pertama dilafalkan secara berbeda dengan kata perang kedua; 2 mekanisme psikis-fisik yang memungkinkan seseorang mengungkapkan kombinasi-kombinasi tersebut. Parolelah yang membuat langue berubah. Jadi, antara langue dan parole saling terkait; langue sekaligus alat dan produk parole. Parole dapat dirum uskan: 1‘ + 1‘‘ + 1‘‘‘ + 1‘‘‘‘…... artinya, kata yang sama pun akan dilafalkan secara berbeda, baik orang yang sama maupun oleh banyak orang. 6 Sintakmatik-Paradigmatik Hubungan sintakmatik ialah hubungan dalam rantai ujaran yang ada dan nyata dalam tutur. Hubungan ini paling kurang dua atau lebih unit bahasa. Dalam hubungan ini kata-kata bersatu demi kesinambungan, hubungan didasari pada tuturan yang linier. Perhatikan contoh kalimat berikut Kuda dibeli paman. Kalimat tersebut terbentuk dari unsur-unsur kata. Unsur-unsur itu mempunyai hubungan yang tetap. Kita tidak dapat menempatkan unsur-unsur kata itu semau kita. Kita tidak pernah mendengar orang mengatakan: Kuda dibeli paman Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 15 Paman dibeli kuda Kuda paman dibeli Hubungan yang terdapat antara unsur-unsur kata dalam contoh di atas adalah hubungan yang terdapat dalam tataran kalimat. Hubungan sintakmatik diuji dengan cara permutasi, yaitu perubah an urutan satuan-satuan unsur bahasa. Hubungan sintagmatik dapat terjadi pada setiap tataran analisis bahasa. Hubungan sintagmatik menunjukkan hubungan makna dan fungsi antara satuan bahasa sesuai tataran. a. Hubungan sintagmatik pada tataran fonologi Urutan fonem dalam kata pada umumnya tidak dapat diubah. Di sini ada hubungan sintagmatik tertentu antara fonem dalam setiap kata: ina i n a ana a n a ika i k a eka e k a Urutan fonem pada kata ina, ani, ika, eka tidak bertukar posisi karena akan mengubah makna. Jadi urutan fonem pada kata tersebut harus tetap. b. Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi Contoh hubungan sintakmatik pada tataran morfologi dapat dilihat dari bentuk morfem. Urutan morfem dalam kata pada umumnya tidak dapat diubah, contohnya: meN-panggil tidak dapat diubah urutannya menjadi panggil-meN meN-suruh dak dapat diubah urutannya menjadi suruh-meN meN-kirimtidak dapat diubah urutannya menjadi kirim-meN meN-sampaikan tidak dapat diubah urutannya menjadi sampaikan – meN c. Hubungan sintagmatik pada tataran sintaksis Unsur-unsur kalimat pada pertanyaan diatas mempunyai hubungan yang tetap, polanya tidak bisa diubah. 16 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I Kalimat ‘Ina memanggil Nana’ tidak dapat dipermutasi, yaitu diubah urutan satuan-satuan unsur bahasanya. Tidak bisa menjadi Nana memanggil Ina. Begitu juga pada kalimat Ana menyuruh Eno. Ika mengirim barang. Eka menyampaikan surat. Namun, dapat pula urutan kata dalam kalimat boleh diubah tanpa mengubah arti, bergantung pada adanya hubungan sintagmatik. Lihat contoh berikut: Kemarin dia datang. Dia datangkemarin. Dia kemarin datang. Keterjalinan hubungan pada tataran sintaksis ditentukan oleh letak hubungan antarunsurnya. Dalam kaitan dengan peran dan fungsi gramatikal pada satu pihak dan makna gramatikal pada pihak yang lain, kita dapat mengajukan dua kemungkinan. Pertama, hubungan sintagmatik itu telah menemukan peran dan fungsi gramatikal bentuk-bentuk bahasa itu. Ini berarti perubahan letak hubungan akan membawa perbedaan dalam peran dan fungsi gramatikal. Jadi, letaknya tidak boleh ditukar- tukar. Contoh:Ina memanggil Nana dan Nana memanggil Ina. Perubahan tempat Ina dan Nana sudah membawa peran dan fungsi yang lain. Dan ini membawa pula perbedaan makna. Ini berarti hubungan sintagmatik ini telah baku dan konstan. Ia bersifat tertutup dan tetap. Kedua, hubungan sintagmatik bersifat labil. Ini berarti tempat unsur-unsur itu dapat ditukar-tukar tanpa membawa perbedaan makna yang esensial. Ia hanya membawa perbedaan makna dalam bentuk pementingan atau penekanan atau pengutamaan. Umpamanya kalimat Kemarin dia datang dan Dia datang kemarin biasanya unsur yang dapat ditukar-tukarkan tempatnya itu adalah unsur-unsur yang berada di luar pola dasar. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 17 Di samping hubungan sintakmatik, analisis bahasa dapat dikaji dengan hubungan paradigmatik. Hubungan paradigmatik merupakan hubungan yang menyatakan adanya kemampuan mengganti unsur dalam suatu lingkungan yang sama, sedangkan hubungan sintakmatik horizontal merupakan hubungan yang menyatakan adanya kemampuan mengombinasikan ke dalam konstruksi yang lebih besar.Contoh. Budi menendang bola adalah deretan Budi-menendang-bola. Urutan ketiga kata ini bukan bersifat manasuka tanpa berpatokan pada kaidah langue bahasa Indonesia, tetapi hubungan sintaksis subjek —predikat-objek. Meskipun urutan itu diubah, fungsi gramatikal tetap misalnya Bola-Budi- tendang; Tendang-bola-Budi. Pada kalimat Budi menendang bola terbentuk dari unsur Budi, menendang, bola yang masing-masing menempati ruang kosong yang kemudian disebut gatra. Kaidah langue bahasa Indonesia gatra dapat diisi dengan unsur bahasa tertentu saja. Jadi, gatra adalah ruang kosong yang terdapat sebelum, di tengah, dan sesudah tanda hubung. Pada contoh kalimat di atas, dapat kita sebut gatra [1] - [2] - [3]. Dalam sintaksis [1], [2], [3] disebut fungsi sintaksis dan dalam hal ini setiap fungsi itu dapat diisi oleh kata tertentu sesuai dengan kaidah. Dalam contoh yang sama Budi-menendang-bola, gatra [1] yang diisi Budi bisa diisi Ali, Candra, Damar, Dia, Mereka, Adik, dll. Tetapi kata-kata itu tidak dapat berada di ruang dan waktu yang sama. Kata-kata itu hanya bisa diasosiasikan secara in absentia. Hubungan itu dikatakan hubungan asosiatif atau kata-kata itu berada dalam relasi asosiatif. Kata-kata yang mengisi gatra tergolong kata sejenis atau disebut berada dalam paradigma yang sama. Hal yag sama bisa berlaku untuk kata menendang bisa diisi kata mengambil, melempar, menyembunyikan, membuang; bola bisa isi dengan kata batu, kelapa, piring. Relasi asosiatif ini kemudian disebut relasi paradigmatik. Pada tataran langue setiap penutur bahasa menguasai semacam piranti atau jejaring unsur-unsur bahasa yang tergolong-golong dalam 18 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I paradigma dan unsur-unsur itu saling membedakan. Jejaring inilah yang disebut sebagai sistem bahasa. Berikut ini analisis hubungan paradikmatik. a. Hubungan paradigmatik pada tataran fonologi Fonem i dalam kataina mempunyai hubungan paradigmatik dengan fonem yang dapat menggantikannya, seperti fonem a pada kata ana begitu juga fonem i dalam kata ika mempunyai hubungan paradigmatik dengan fonem yang dapat menggantikannya, seperti fonem e pada kata eka. Contoh lain : fonem t padakata tari dapat digantikan oleh fonem seperti fonem d, c, dan j pada kata t tari d dari c cari j jari b. Hubungan paradigmatik pada tataran morfologi memanggil menyuruh mengirim menyampaikan MorfemmeN- dalam kata memanggil mempunyai hubunganparadigmatik dengan morfem men pada kata memanggil, menyuruh, mengirim dan menyampaikan .Contoh lain morfem meN- berelasi paradigmatik dengan morfem di-, ter-, ataupe- pada kata meN- melukis di- dilukis ter- terlukis pe- pelukis c. Hubungan paradigmatik pada tataran sintaksis Ina memanggil Nana Ana menyuruh Eno Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 19 Ika mengirim barang Eka menyampaikan surat Kata ina dalam kalimat di atas mempunyai hubungan paradigmatik dengan kata-kata ina, ana, ika, dan eka. Kata- kata yang lain mempunyai hubungan paradigmatik adalah memanggil dan menyuruh, kata mengirim dan menyampaikan. begitu juga kata Nana dan Eno, kata barang dan surat. Dengan mempelajari hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik antara tiap satuan seperti tersebut di atas, kita dapat menguji distribusi masing-masing satuan tersebut. Dengan kata lain kita dapat memberikan tempat hadirnya masing-masing satuan dalam keseluruhan struktur bahasa yang dianalisis. Tokoh aliran linguistik struktural yang lain adalah Leonard Bloomfield1887- 1949. Bloomfield salah seorang ahli bahasa Amerika yang paling besar sumbangannya dalam menyebarluaskan prinsip-prinsip dan metode-metode yang biasa disebut ―Strukturalisme Amerika‖.Hal baru dalam teori Bloomfiled adalah adanya penekanan filosofis dalam status linguistik sebagai sains.Teori Bloomfiled tentang bahasa sangat berbau behaviorism. Aliran Bloomfield ini berkembang pesat di Amerika pada tahun tiga puluhan sampai akhir tahun lima puluhan. Ada beberapa faktor yang memnyebabkan aliran ini dapat berkembang pesat,yaitu pertama, pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan. Mereka ingin memerikan bahasa-bahasa Indian itu dengan cara baru, yaitu secara sinkronik. Kedua, sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme.Oleh karena itu, dalam memerikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu mendasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokkan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati.Ketiga, diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena 20 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I adanya The Linguistics Society of America, yang menerbitkan majalah Language wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka. Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis. Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu. Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Seorang tokoh linguistik Amerika yang pada awalnya tidak mempunyai perhatian pada bidang linguistik, bercita-cita menjadi seorang akademikus dan mau mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan. Namun setelah bertemu dengan temannya yaitu Prokosch dan berbincang-bincang tentang tata bahasa, lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya dalam bidang linguistik.Dalam analisa bahasa, Bloomfield menekankan bahwa bahasa harus bersifat deskriptif ilmiah.Keilmiahan itu berarti bahwa setiap definisi bahasa yang diberikan harus dalam istilah-istilah fisik yang diambil dari kenyataan yang ada.Selain itu, Bloomfield memperluas bidang linguistik dalam beberapa aspek. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalahtata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 21

d. Keunggulan Aliran Struktural