Perancangan Informasi Tradisi Pesta Tahunan Merdang Merdem Suku Karo
(2)
(3)
(4)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Isa Angela Br Sinurat Tempat,tanggal lahir : Kacararibu, 13 Juli 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 Tahun
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Belum kawin
Alamat : Jl. Cibarengkok no. 159/182c Kel.Sukabungah Kec.Sukajadi
Telp : 085720386750
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
2000-2006 :SD Negeri 1 Sarinembah Kab. Karo 2006-2009 : SMP Negeri 2 Munte Kab. Karo 2009-2012 : SMK Negeri 1 Kabanjahe Kab. Karo 2012-2016 : Universitas Komputer Indonesia
(5)
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN INFORMASI TRADISI PESTA TAHUNAN
MERDANG MERDEM SUKU KARO
DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016
oleh:
Isa Angela Br Sinurat NIM. 51912208
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan perancangan tugas akhir dengan judul “ PERANCANGAN INFORMASI TRADISI PESTA TAHUNAN MERDANG MERDEM SUKU KARO” yang di ajukan untuk salah satu tugas guna memenuhi persyaratan yang telah di tentukan oleh Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua penulis yang telah merestui dan mendukung serta mendoakan penulis. Kepada pembimbing dan ketua jurusan Desain Komunikasi Visual, M. Syahril Iskandar, S.Sn., M.Ds. Beserta pihak-pihak terkait laporan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Karena keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman dan kesempatan yang ada, penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh darikata sempurna. Oleh karena itu penulis menerima dengan senang hati segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan laporan penelitian ini lebih lanjut.
Bandung, 08 Agustus 2016
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 3
I.3 Rumusan Masalah ... 4
I.4 Batasan Masalah ... 4
I.5 Tujuan Dan Manfaat Perancangan ... 4
I.5.1 Tujuan ... 4
I.5.2 Manfaat ... 5
BAB II PERANCANGAN INFORMASI TRADISI PESTA TAHUNAN MERDANG MERDEM SUKU KARO... 6
II.1 Suku Karo ... 6
II.1.1 Letak Wilayah ... 7
II.1.2 Mata Pencaharian ... 7
II.2 Kegiatan Budaya Karo ... 8
II.2.1 Pengertian dan Tujuan Pesta Tahunan ( Kerja Tahun) ... 8
II.2.2 Latar Belakang Munculnya Budaya Pesta Tahunan Dalam Masyarakat ... 9
II.2.3 Jenis dan Prosesi Pelaksanaan Pesta Tahunan... 10
II.2.4 Gendang Guro Guro Aron ... 13
II.3.1 Tanggapan Masyarakat Tentang Pesta Tahunan Merdang Merdem ... 28
II.3.2 Tanggapan Para Pengetua Adat Setempat Tentang Pelaksanaan Pesta Tahunan Merdang Merdem dan Gendang Guro-guro Aron ... 28
(8)
II.4 Sejauh Apa Pengetahuan Masyarakat Muda Karo Tentang Pesta Tahuna dan
Acara Guro-guro Aron ... 28
II.5 Analisa ... 29
II.6 Media Informasi ... 30
II.6.1 Definisi Media Informasi ... 30
II.6.2 Jenis-Jenis Media Informasi ... 31
II.6.3 Multimedia ... 32
II.6.4 Multimedia Interaktif... 33
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 35
III.1 Strategi Perancangan ... 35
III.1.1 Khalayak Sasaran ... 35
III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 36
III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 36
III.1.4 Materi Pesan ... 37
III.I.5 Gaya Bahasa ... 38
III.1.6 Pemberi Mandat ... 38
III.1.7 Strategi Kreatif ... 39
III.1.8 Strategi Media ... 39
III.1.9 Strategi Distribusi... 41
III.2 Konsep Visual ... 42
III.2.1 Format Desain ... 42
III.2.2 Tata Letak... 42
III.2.3 Huruf ... 43
III.2.4 Ilustrasi ... 44
III.2.5 Warna ... 47
BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 48
IV.1 Media utama... 48
IV.2 Media Promosi Pendukung ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Binanto, Iwan (2002). Multimedia Digital Dasar Teori Dan Pengembangannya.: Penerbit Andi.
Cangara, Hafied H, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Cenadi, Christine Suharto. 1999, Elemen-Elemen Dalam Desain Komunikasi Visual, Jakarta.
Ginting Sada Kata (2014). Ranan Adat. Terjemahan. Medan : Yayasan Merga Silima
Nugroho, Eko. 1994. Pengenalan Teori Warna.2008.Jakarta.
Sempa Sitepu, B. Sitepu, A.G. Sitepu. Pilar Budaya Karo. Terjemahan. Medan : Forum Komunikasi Masyarakat Karo (FKMK) Su.
Sitepu, Sempa. Sejarah-Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia. Terjemahan. Medan : Forum Komunikasi Masyarakat Karo (FKMK) Su.
Tarigan, Sarjani (2008). Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisasi. Medan : Balai Adat Budaya Karo Indonesia .
Internet
Pariwisata Karo. 2009 (26 Januari). Uis Karo. Tersedia di: http://pariwisatakaro.blogspot.co.id/search/label/UIS%20KARO
(10)
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pesta merupakan suatu acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan, dengan perjamuan makan dan minum dengan suasana yang sangat meriah. Baik yang bertujuan untuk merayakan atau memperingati suatu hal ataupun hanya sebagai bentuk hiburan semata. Suatu pesta tidak selalu berupa acara perayaan dengan sajian makanan dan minuman, namun bisa saja dengan acara perayaan yang melibatkan banyak orang. Pesta dapat bersifat keagamaan atau berkaitan dengan musim, pada tingkat yang lebih terbatas, berkaitan dengan acara pribadi atau juga memperingati atau merayakan suatu peristiwa khusus.
Masyarakat Indonesia identik dengan upacara maupun pesta tradisional, salah satunya adalah pesta perayaan yang bersangkutan dengan tumbuhan khususnya padi, dimana hampir setiap wilayah memiliki tradisi pesta tanam dan panen padi yang berbeda-beda. Seperti pesta panen padi Mappadendang pada suku bugis, Seren Taun pada suku Sunda, Aruh Baharian pada suku Dayak, Ngerires pada suku Karo dan sebagainya. Begitu juga dengan pesta tanam padi di Dayak Busang, Kalimantan Timur dinamakan Lomplai, tradisi Ngarot di Indramayu, Jawa Barat, Barapan Kebo di Sumbawa dan Merdang Merdem pada suku Karo di Sumatera Utara.Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia.
Nama suku ini dijadikan menjadi nama kabupaten, yakni kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Karo atau cakap Karo namun memiliki dialek yang berbeda disetiap tempat.
Sebagai masyarakat agraris, Suku Karo memiliki banyak perayaan salah satunya pesta tahunan, pesta tahunan ini perayaan khusus untuk padi mulai dari saat padi belum di tanam hingga panen selesai. Pesta tahunan sendiri terdiri dari 4 (empat) jenis sesuai dengan tempat dan waktu pelaksaannya yaitu, pesta tahunan
(11)
merdangn merdem, pesta tahunan nimpa bunga benih, pesta tahunan mahpah, pesta tahunan ngerires.
Merdang merdem berasal dari bahasa Karo yang berarti menanam, jadi pesta tahunan merdang merdem adalah pesta yang dilakukan setelah penanaman padi selesai, pesta ini bermaksud agar padi bisa tumbuh dengan baik bebas dari gangguan hama sehingga menghasilkan panen yang melimpah.
Pesta yang dilakukan oleh warga sekampung ini juga bertujuan sebagai media silaturahmi dan mempererat tali kekeluargaan. Karena pada saat pesta tahunan keluarga yang berada di luar kampung juga turut hadir. Dan secara tidak langsung acara tersebut berperan untuk mempertemukan golongan muda-mudi untuk saling berkenalan bahkan pada akhirnya dapat terjadi pernikahan.
Pesta tahunan merdang-merdem tersebut dilakukan pada bulan Juli dan untuk tanggal ditentukan berdasarkan oleh kalender suku Karo yaitu pada hari beras pati medem. Beras pati medem adalah salah satu nama hari di antara tigapuluh nama hari di setiap bulan.
Pesta tahunan ini berlangsung selama 6 (enam) hari dengan agenda yang berbeda, dimana hari pertama hingga hingga hari ketiga beragenda mencari bahan makanan. Hari keempat adalah puncak acara, pada puncak acara tersebut para tamu akan saling berkunjung dari satu rumah kerumah yang lain, dan bila bertamu ke suatu rumah diwajibkan untuk makan.
Di hari keempat siang hingga malam hari para muda-mudi juga melakukan pagelaran tari yang disebut gendang guro-guro aron, diiringi dengan alat musik khas suku Karo yang disebut gendang lima sendalanen yang terdiri dari kulcapi, keteng-keteng, baluat, baluat gendek, surdam. Para muda-mudi yang mengikuti acara tersebut harus menggunakan pakaian adat untuk laki-laki yaitu Sarung pelekat (ersampan kampoh), Erbulang ( untuk penutup kepala), Cengkok-cengkok ( kain ulos untuk laki-laki), Emas-emas (hiasan di kepala,gelang tangan,dan kalung). Sementara untuk wanita seperti Ertudung kelam-kelam, Rabit (dasar sarung pelekat), Erjujungen, Bunga empalas sebagai simbol kepemimpinan, Emas-emas (kalung,gelang,anting berupa emas imitasi).
(12)
Pada hari kelima para tamu akan pulang ke tempat masing-masing. Dan pada hari keenam adalah hari istirahat, dimana tidak seorangpun yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan.
Berbeda dengan zaman sekarang tradisi pesta tahunansudah mengalami perubahan yang cukup banyak, perubahan tersebut dikarenakan berkembangnya ilmu pengetahuan, pendidikan, kepercayaan dan cara fikir yang modern. Perubahan dari pesta tahunan ini terlihat jelas dari pelaksanaan yang dilakukan yang durasinya hanya dua hari saja, pagelaran tari yang diikuti oleh muda-mudi saat ini tidak lagi menggunakan pakaian adat separti zaman dulu, begitupun dengan alat musik yang digunakan sudah menggunakan alat musik modern.
Dengan adanya perubahan tersebut maka tradisi pesta tahunan merdang merdem yang sebenarnya tidak diketahui oleh anak-anak suku karo pada saat ini. Anak-anak suku karo hanya mengetahui pelaksanaan pesta tahunan merdang merdem yang ada pada saat ini yang hanya dilakukan selama dua hari saja, begitupun dengan pakaian adat dan juga alat musik yang digunakan. Padahal sebenarnya pesta tahunan tersebut dilakukan selama enam hari dengan agenda yang berbeda-beda, begitupun dengan penggunaan pakaian adat dan alat musik zaman dulu yang khas taradisional suku karo. Tradisi pesta tahunan merdang merdem pada zaman dulu haruslah dikenalkan kepada anak-anak suku karo agar anak-anak suku karo mengetahui pelaksanaan pesta tahunan merdang merdem yang sebenarnya.
Dengan banyaknya teknologi dan media informasi yang ada pada saat ini, bisa dimanfaatkan sebagai medium untuk menyampaikan informasi terkait pesta tahunan merdang merdem tersebut terutama kepada anak-anak, media yang digunakan haruslah tepat dan sesuai dengan porsi anak-anak agar informasi yang disampaikan dapat difahami.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalahnya sebagai berikut :
(13)
Adanya perubahan prosesi pelaksanaan pesta tahunan merdang merdem pada suku Karo.
Adanya perubahan pakaian adat dan alat musik yang digunakan suku Karo pada pesta tahunan merdang merdem.
Kurangnya pengetahuan anak-anak suku karo akan pelaksanaan pesta tahunan merdang merdem yang sebenarnya
Kurangnya pengetahuan anak-anak suku karo terhadap penggunaan pakaian adat dan alat musik yang digunakan pada zaman dulu.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalahnya yaitu, bagaimana memberikan informasi mengenai tradisi pesta tahunan merdang merdem suku Karo zaman dahulu kepada masyarakat pada umumnya dan kepada anak-anak karo pada khususnya.
I.4 Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka masalah yang dibahas dibatasi pada agenda dan durasi pesta tahunan zaman dahulu beserta pakaian adat dan alat musik yang digunakan pada pesta tahunan zaman dahulu.
I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan Tujuan
Memberikan informasi prosesi pelaksanaan pesta tahunan merdang merdem zaman dahulu kepada masyarakat khususnya kepada anak-anak suku karo sehingga dapat menjadi acuan dimasa sekarang.
Memberikan informasi tentang pakaian adat yang digunakan pada zaman dahulu saat pesta tahunan.
(14)
Memberikan informasi alat musik tradisional suku Karo zaman dahulu yang digunakan saat pesta tahunan.
Menyampaikan makna tradisi pesta tahunan.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini bagi penulis diharapkan dapat menambah ilmu serta wawasan tentang tradisi pesta tahunan merdang merdem tersebut. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi penulis pada khusunya dan bagi masyarakatt pada umumnya.
(15)
BAB II. PERANCANGAN INFORMASI TRADISI PESTA TAHUNAN
MERDANG MERDEM SUKU KARO
II.1 Suku Karo
Etnosentris/etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,biasanya berdasarkan garis keturunan yang di anggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis.
Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Sejarah asal usul terjadinya suku Karo hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa penulis dalam buku yang berbeda juga memberikan pendapat yang berbeda namun tidak disertai dengan fakta yang konkrit melainkan hanya berdasarkan penuturan atau cerita dari masyarakat atau leluhurnya.
Gambar II.1 orang Karo jaman dulu
Sumber : karobukanbatak.wordpress.com (10 oktober 2015)
Seperti yang dituturkan oleh Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku “Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia”, cerita yang diperoleh secara turun
(16)
temurun hingga sampai pada beliau sekitar tahun 1839 bahwa leluhur suku Karo berasal dari India Selatan yang berbatasan dengan Mianmar.
II.1.1 Letak Wilayah
Bentuk dataran tinggi kabupaten Tanah Karo menyerupai sebuah kuali yang sangat besar karena dikelilingi oleh pegunungan dengan ketinggian 140 s/d 1400 m diatas permukaan laut, terhampar di punggung Bukit Barisan serta terletak pada kordinat 2º50ºL.S,3º19ºL.S,97º55º-98º38ºB.T diantara gunung-gunungnya yang terkenal adalah sebelah utara adalah gunung Barus, Pinto, Sibayak, Simole, Sinabung, disebelah selatan terdapat gunung Sibuaten. Dan dari semua gunung tersebut terdapat dua gunung yang masih aktif yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.
Gambar II.2 Peta wilayah suku Karo Sumber :www.gobatak.com (10 oktober 2015)
II.1.2 Mata Pencaharian
Sebelum kedatangan Belanda sebagai pemerintah kolonial, ciri utama ekonomi Karo bersifat selfsufficient atau subsistensi ( untuk kebutuhan sendiri), sebagai contoh masyarakat karo menanam padi hanya untuk kebutuhan sehari hari saja tidak untuk diperjual belikan, dan dari situlah muncul tradisi kerja tahun. Namun
(17)
dewasa ini tidak lagi bersifat subtensi melainkan sudah dikelola secara optimal untuk memenuhi kebutuhan dasar dan perdagangan, dan investasi.
II.2 Kegiatan Budaya Karo
Budaya suatu bangsa adalah gambaran cara hidup masyarakat dari bangsa yang bersangkutan. Tinggi rendahnya budaya suatu bangsa tercermin dari materi-materi budaya yang ada pada bangsa itu. Begitu pula dengan suku Karo, sejak masa lampau telah memiliki kegiatan kebudayaan yang sangat bernilai makna dan tujuannya. Salah satunya adalah tradisi pesta tahunan, tradisi pesta tahunan ini juga terdiri dari beberapa bentuk tergantung dari moment pelaksanaannya.
II.2.1 Pengertian dan Tujuan Pesta Tahunan ( Kerja Tahun)
Dalam bahasa daerah setempat pesta tahunan disebut dengan kerja tahun. Kerja tahun berasal dari dua kata yaitu kerja dan tahun. Kerja berarti suatu upacara peradatan pada umumnya yang menunjukkan ada sesuatu yang akan dikerjakan, Sedangkan tahun berarti lebih sering dalam pengertian waktu, mulai dari awal menanam padi sampai pada masa panen. Kerja tahun biasanya diadakan didaerah yang memang penghasilannya adalah bertani. Kebudayaan ini dapat dikatakan akibat pengaruh kebudayaan Hindu pada saat itu, ini dapat dilihat dari praktek kerja tahun tersebut. Dalam melaksanakan kerja tahun ini berbeda-beda disetiap daerah. Ada yang merayakannya di masa awal penanaman, ada yang di masa tengah pertumbuhan tanaman, dan ada yang di masa sesudah panen.
Pesta tahunan di tengah-tengah masyarakat Karo merupakan suatu alat perekat “nesesitas hidup” orang Karo dalam sistem kekerabatan karena setiap tahun orang Karo datang ke kampung bersangkutan untuk melakukan pesta tahunan. Pesta tahunan merupakan kesempatan bagi orang yang diperantauan untuk pulang ke kampung halaman.
(18)
Namun makna dan tujuan pelaksanaan pesta tahunan yang sebenarnya adalah media penghormatan kepada leluhur yang masih hidup. Dimana sebelum acara berlangsung, setiap keluarga harus terlebih dahulu mengantar makanan yang dibuat secara khusus untuk orang tua masing-masing. Biasanya hal itu dilakukan pada pagi hari, sebelum melakukan hal tersebut seluruh anggota keluarga ataupun tamu yang datang belum diperbolehkan untuk makan. Dan setelah orang tua memakan makanan yang telah dibuat tersebut maka seluruh anggota keluarga dan para tamu boleh makan. Oleh sebab itu disebutkan bahwa tujuan utama dari pesta tahunan ini adalah penghormatan kepada para orang tua.
II.2.2 Latar Belakang Munculnya Budaya Pesta Tahunan Dalam Masyarakat Pada masa dahulu kala suku Karo belum menggunakan padi sebagai bahan pangan. Melainkan mengandalkan buah kayu sebagai makanan utama untuk kelangsungan hidup. Maka suku Karo pada masa itu hidup di hutan yang rimba yang banyak menghasilkan buah kayu, dan jika buah kayu sudah habis maka berpindah ke hutan bagian lain begitu seterusnya. Karena itu seringkali terjadi perkelahian dan pembunuhan antara sesama untuk memperebutkan buah kayu untuk bahan makanan.
Berdasarkan cerita masyarakat Karo, munculah seorang dewi padi yang disebut beru dayang. Kedatangan dewi padi tersebut adalah memberikan bibit padi dan mengolah tanaman padi hingga bisa dikonsumsi. Sejak saat itu masyarakat Karo mulai memanfaatkan padi sebagai sumber makanan dan masalah kelaparanpun terselesaikan. Dan sebagai ucapan syukur kepada dewi padi karena telah memberi rezeki, masyarakat Karo melakukan perayaan persembahan kepada dewi padi. Namun seiring perkembangan zaman dan adanya agama kepercayaan, jadi setiap kali acara pesta tahunandiadakan maka dimaknai sebagai ucapan syukur kepada sang Pencipta atas rezeki dan kelimpahan yang di berikan kepada suku Karo yang di berikan melalui tanaman padi.
(19)
II.2.3 Jenis dan Prosesi Pelaksanaan Pesta Tahunan a. Jenis Pesta tahunan
Kerja tahun dalam suku Karo dilaksanakan dalam setiap tahun. Pelaksanaan ini dilakukan dengan bermacam – macam jenis sesuai dengan wilayahnya, namun memiliki dasar yang sama yaitu pesta padi, hanya berbeda pada penamaan dan waktu pelaksaannya saja. Menurut Sempa Sitepu dalam buku Pilar Budaya Karo, pesta tahunan terdiri dari empat bentuk yaitu :
1. Pesta tahunan mahpah
Yaitu pesta tahunan yang dilakukan setelah panen padi selesai, biasanya acara ini dilakukan secara besar-besaran.Daerah yang biasa melakukan acara ini adalah daerah Karo Kenjulu (hulu) yaitu daerah kecamatan Barusjahe dan Tigapanah.
2. Pesta tahunan nimpa bunga benih
Yaitu pesta tahunan yang dilakukan setelah menanam padi selesai, namun perayaannya tidak begitu besar karena pada acara ini pada dasarnya hanya memanfaatkan sisa benih padi yang tidak di tanam. Daerah yang biasa melakukan acara ini adalah kecamatan Kabanjahe, Berastagi dan Simpang Empat.
3. Pesta tahunan ngerires
Yaitu pesta tahunan setelah panen padi selesai, pada acara ini makanan utamanya adalah rires (lemang), maka dari itu disebut pesta tahunan ngerires yang berasal dari kata rires.Daerah yang biasa melakukan acara ini adalah wilayah Batukarang dan sekitarnya.
4. Pesta tahunan merdang merdem
Merdang merdem atau kerja tahun adalah sebuah perayaan suku karo di kabupaten Karo.Merdang merdem tersebut merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang biasanya dilaksanakan setelah acara menanam padi selesai.Daerah yang biasa melakukan acara ini adalah wilayah kecamatan Munte, kecamatan Tigabinanga dan sekitarnya.
Momen yang melibatkan seluruh warga kampung tersebut biasanya dimeriahkan dengan “gendang guro-guro aron” yaitu acara tari tradisional karo yang melibatkan muda mudi.
(20)
b. Prosesi Pelaksanaan Pesta Tahunan
Dalam melaksanakan pesta tahunan besar harapan untuk perubahan kehidupan yang lebih baik lagi, terlebih terhadap kehidupan warga sekampung yang melaksanakan kerja tahun tersebut, sesuai dengan penuturan oleh bapak Tia Malem Sinuraya, menyebutkan bahwa untuk mewujudkan harapan tersebut dibuatlah tahapan- tahapan dalam pesta tahunan ,yaitu :
Hari pertama disebut cekurung
Cekurung berasal dari kata kurung yaitu sejenis hewan jadi arti kata cekurung adalah mencari/berburu kurung, pada hari tersebut makanan utamanya adalah kurung, alasan memilih kurung sebagai makanan utama yaitu untuk mengingatkan manusia untuk tidak serakah,saling menjaga dan menopang. Hari kedua disebut ndurung
Ndurung berasal dari kata nurung yaitu ikan, jadi ndurung yaitu menangkap ikan, pada hari itu semua warga kampung menangkap ikan di kolom/payau, kolam tersebut merupakan milik warga sekampung, hal tersebut dilakukan agar semua warga bisa mendapatkan ikan secara merata dan tentunya sangat membantu bagi orang yang tidak memiliki biaya cukup dalam pelaksanaan acara ini.
Hari ketiga disebut motong/mantem
Motong/mantem yaitu menyembelih hewan berkaki empat sebagai makanan pada hari tersebut, biasanya hewan yang disembelih seperti kerbau, sapi, babi ataupun anjing. Dimana tulang hulu (kepala) dari kerbau tersebut diberikan kepada penghulu kampung sebagai bentuk penghormatan.
Hari keempat disebut matana
Matana berarti hari puncak perayaan, pada hari itu semua penduduk baik yang dari luar kampung tersebut mengunjungi kerabatnya dari satu rumah ke rumah yang lain, yang menjadi tamu utama adalah keluarga yang masih sedarah, keunikan dari hari tersebut adalah setiap berkunjung ke satu rumah maka
(21)
diwajibkan untuk untuk makan (makan berat) jadi jika yang dikunjungi sebanyak sepuluh rumah maka akan makan sebanyak 10 kali dalam hari tersebut. Pada hari itu juga para muda mudi melakukan acara yang disebut gendang guro-guro aron, dimana muda mudi yang sudah dihias dengan pakaian adat akan melakukan tarian tradisional, dan acara tersebut sekaligus ajang cari jodoh bagi para muda mudi tersebut.
Hari kelima disebut nimpa-nimpa
Nimpa-nimpa berasal dari kata cimpa, cimpa adalah salah satu makanan khas suku Karo yang terbuat dari tepung ketan. Pada hari kelima ini kegiatannya adalah membuat cimpa sebagai oleh-oleh untuk tamu yang dari luar kampung tersebut, biasanya selain cimpa juga ada rires (lemang) dihari itu pula dimaksudkan juga untuk mengingat kembali,siapa saja yang datang bertamu pada hari sebelumnya, dan berfikir kira-kira keluarga mana yang sedang dalam kesusahan dan membutuhkan bantuan, dan mengingat –ingat keluarga siapa yang tidak hadir, apa penyebab ketidak hadirannya,apa karena ada masalah atau sakit penyakit dengan keluarga tersebut, dengan demikian antar keluarga bisa saling menolong satu sama lain.
Hari keenam disebut rebu/rebuna
Rebu/rebuna yaitu tidak berbicara ataupun tidak melakukan aktifitas apapun. Hari keenam adalah hari terakhir dari serangkaian pesta tahunan, pada hari tersebut tidak ada kegiatan yang dilakukan, tamu-tamu sudah kembali pulang ke kampung mereka masing –masing, maka semua penduduk hanya berdiam dirumah tidak diperbolehkan pergi keladang ataupun sawah karena hari ke enam adalah hari penenangan diri setelah enam hari berpesta.
(22)
Pesta tahunan
merdang merdem
Agenda
h1 h2 h3 h4 h5 h6
Dulu Cekurung Mengumpulkan kurung (jangkrik) untuk bahan makanan Ndurung Mencari ikan (nurung) di sawah Mantem Menyembelih sapi, kerbau , babi. Matana Makan-makan, pagelara n tari nimpa-nimpa Memb uat cimpa Rebuna Hari istirahat
Sekarang - - Mantem
Menyembelih sapi, kerbau , babi. Matana Makan-makan, pagelara n tari - -
Tabel II.1 Tabel Agenda Pesta Tahunan
II.2.4 Gendang Guro Guro Aron
a. Pengertian Gendang Guro-Guro Aron
Gendang guro-guro aron adalah bagian dari acara puncak dalam kerja tahun, dimana para muda mudi mengadakan pagelaran tarian tradisional seperti yang di kemukakan oleh Sempa Sitepu dalam buku “Sejarah Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia” menurutnya guro guro aron berasal dari kata “guro-guro” dan “aron”.Guro-guro adalah bermain, pesta, hiburan sedangkan aron artinya kelomok kaum muda mudi yang bekerja sama di ladang. Disebutkan keladang karena pada jaman dahulu pekerjaan suku Karo hanyalah bertani, berbeda dengan jaman sekarang dimana para kaum muda mudi sudah mengenyam pendidikan atau juga merantau ke kota ataupun wilayah lainnya sehingga hanya sebagian kecil muda mudi yang bekerja di ladang di jaman sekarang. Jadi dapat disimpulkan bahwa guro-guro aron adalah pesta yang dibuat atau dibentuk oleh para muda mudi yang ikut dalam kelompok “aron”. Dengan pakaian adat dan musik dari alat
(23)
musik tradisional, dan biasanya dihadiri oleh sepasang biduan (perkolong-kolong) dan biduan tersebut disebut sebagai bintang tamu dalam acara tersebut.
Manfaat dan tujuan diadakannya gendang guro-guro aron adalah:
1. Agar ada hiburan dan menambah kemeriahan bagi warga kampung saat acara kerja tahun tersebut.
2. Agar muda mudi Karo dapat mengerti dan menjaga budaya Karo seperti tata cara pemakaian baju adat dan juga baju kebesaran suku Karo yang lainnya. 3. Agar muda mudi semakin paham tata cara menari sesuai dengan musik
tradisional Karo. Menari dalam suku Karo paling pantang untuk goyang pinggul, gitek dan geol, dan yang terpenting adalah gerakan tubuh yang sopan, jari yang melempir, tatapan mata tidak boleh liar, wajah tersenyum dan gerakan kaki selaras dengan musiknya.
4. Agar muda mudi bisa mendapatkan jodoh setelah melihat dandanan dan tarian antar sesama muda mudi di acara tersebut.
5. Agar muda mudi semakin semangat bekerja di ladang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya acara gendang guro-guro aron tersebut.
6. Berharap agar dimudahkan rezekinya, dijauhkan dari segala sakit penyakit. 7. Agar muda mudi belajar tentang marga (pertuturen), karena sepasang penari
tidak boleh sembarangan memilih pasangan untuk menari karena sudah ada aturan dari marga mana yg boleh dan mana yang tidak boleh.
8. Agar yang menjadi ketua kelomok baik yang wanita dan laki-laki belajar cara kepemimpinan, mengatur agar acara berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.
Tugas muda-mudi (aron) menjelang hari puncak guro-guro aron adalah :
- Mencari dana dengan cara mengumpulkan iuran dari setiap masing-masing aron tersebuut, ada yang sebagian menggunakan tenaganya untuk bekerja dan dibayar tetapi hasil upah tersebut digunakan untuk mendanai acara tersebut, bila masih belum cukup maka dibuat gerakan gotong royong antar muda mudi untuk membersihkan kampung, setelah itu baru para muda mudi meminta bantuan kontribusi dana dari para orangtua. Dalam hal inilah terlihat
(24)
kebersamaan dan tanggung jawab para muda mudi tersebut. Pekerja lainnya adalah
- Para wanita menyiapkan busana (pakain adat), beras untuk bahan makanan dan membuat cimpa, menyediakan tikar, dll
- Para pria menyediakan kembang pinang untuk hiasan tudung para wanita, menyediakan pucuk pohon nira untuk membuat semacam panggung layaknya sebuah acara.
Gambar II.3 Gendang guro-guro aron zaman dulu
Sumber : web.facebook.com/FotoHitamPutihSejarahBudayaSumateraUtaraBukuFoto
Gambar II.4 Gendang Guro-guro aron era sekarang Sumber :dokumentasi pribadi
(25)
Susunan acara gendang guro-guro aron
- Pada pagi hari para muda mudi bersama-sama kesungai untuk membasuh atau membersihkan diri yang dalam bahasa Karo disebut erpangir.
- Setelah selesai makan siang para muda mudi bersiap dan berdandan, begitu juga dengan para pemusik dan biduan.
- Setelah siang semua berkumpul di los (alun-alun) dimulai dengan tarian untuk muda-mudi (aron) para pelakunya adalah ketua kelompok laki-laki (penghulu aron) dan wanita (kemberahan aron) dan untuk penanggung jawab muda-mudi untuk menyambut para muda-mudi (aron) yang lainnya.
- Tari muda-mudi berdasarkan marga yang memang diperbolehkan, tarian tersebut penanda bahwa gendang guro-guro aron telah dimulai.
- Menari keliling kampung ke rumah siwaluh jabu (rumah adat khas Karo) para pemilik rumah akan memberikan bantuan berupa uang ataupun beras.
- Setelah keliling kampung para muda-mudi balik ketempat semula.
- Menjelang sore acara berhenti sejenak dan dilanjut setelah selesai makan malam.
- Keesokan hari sekitar pukul delapan pagi dimulai lagi acara guro-guro aron hingga siang, pada bagian ini yang lebih banyak menari adalah para muda mudi (aron). Saat itulah moment minta maaf antar sesama muda-mudi bila ada salah kata atau sikap saat menari.
b. Tarian dan Alat Musik
Tarian yang gunakan saat gendang guro-guro aron ada beberapa jenis yaitu, tari simalungun rayat sebagai tarian pembuka pelakunya adalah sesepuh desa, pengetua adat, bapa aron, nande aron dan ketua panitia pelaksana. Tari selanjutnya yaitu tari landek sada tan pelakunya yaitu para aron dan bisa juga tamu undangan, tari selanjutnya adalah tari Lima Serangkai tari ini dilakukan oleh hanya lima pasang muda mudi dan hanya sekali di tampilkan pada saat perayaan tersebut.
(26)
Gambar II.5 Tarian Landek Sada Tan Sumber :dokumentasi pribadi
Kata-kata kunci tarian dalam acara “guro-guro aron” dalam memperlihatkan kebolehannya ialah, masing-masing harus menjaga sopan santun dalam semua ritme tarian seturut dengan norma norma adat karo. Hal-hal yang bersifat erotis atau sensual picisan harus dihindari. Orang yang menari antara perempuan dengan laki-laki tidak diperkenankan yang sumbang.
Berikut merupakan makna tarian landek sada tan yang lakukan saat acara gendang guro-guro aron :
Saat hendak naik ke pentas para wanita wajib membentangkan kain uis nipes tepat di depan dada, ini bermaksud menunjukkan kesopanan untuk menutup aurat.
Gambar II.6 Pelaksanan tarian 1
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Setelah dia atas pentas dan sebelum mulai menari kain uis nipes yang tadi di bawa selanjutnya diselempangkan hingga menutupi dada, tujuannya untuk menutup aurat.
(27)
Gambar II.7 Pelaksanan tarian 2
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Kaum wanita mengangkat tangan dan memperlihatkan jari, ini berarti ingin mengatakan bahwa telah dewasa dan jarinya telah cocok untuk di beri cincin(dipinang).
Gambar II.8 Pelaksanan tarian 3
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Arti dari gerakan ini adalah melihatkan telapak tangan (membaca garis tangan) apakah dia berjodoh atau tidak dengan impalnya tersebut.
Gambar II.9 Pelaksanan tarian 4
(28)
Arti dari gerakan ini adalah melihatkan telapak tangan (membaca garis tangan) apakah dia berjodoh atau tidak dengan impalnya tersebut.
Gambar II.10 Pelaksanan tarian 5
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Pihak laki-laki dan wanita saling memperlihatkan garis tangan untuk di ramal. Sebari menari diiringi oleh nyanyian sepasang biduan yang dalam bahasa setempat disebut perkolong-kolong.
Gambar II.11 Pelaksanan tarian 6
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Pada gerakan tersebut berarti si laki-laki dan wanita sedang berunding untuk kelanjutan, apakah mereka berjodoh atau tidak.
(29)
Gambar II.12 Pelaksanan tarian 7
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Gerakan tersebut menunjukkan bahwa berunding telah selesai, dan masing-masing akan memutar badan kembali ke posisi masing-masing-masing-masing untuk berfikir.
Gambar II.13 Pelaksanan tarian 8
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Gambar II.14 Pelaksanan tarian 9
Sumber :dokumentasi Bung Pelawi video-Photografi
Suku Karo memiliki beragam alat musik beserta dengan fungsi dan waktu pemakaiannya. Dan salah satunya adalah Gendang Lima sendalanen, yaitu
(30)
Alat musik untuk mengiringi tarian tersebut.Disebut demikian karena terdapat lima jenis alat musik yang digunakan sekaligus yaitu sarune, gendang singanaki, gendang singindungi, penganak, gung/gong. Namun alat musik tersebut sudah sangat jarang ditemui, atau bahkan tidak ada lagi digunakan pada saat pesta tahunan karena sudah digantikan dengan alat musik modern dan praktis yaitu keyboard.
Gambar II.15 Sarune Sumber : sinusuka.com
Gambar II.16 Singanaki Sumber : sinusuka.com
(31)
Gambar II.17 Singindungi Sumber : sinusuka.com
Gambar II.18 Penganak Sumber : sinusuka.com
Gambar II.19 Gung Sumber :sinusuka.com
(32)
c. Pakaian Adat Tradisional saat Gendang Guro-Guro Aron
Para muda mudi yang ikut menari harus menggunakan pakain tradisional, dimana bapa aron (ketua kelompok kaum laki-laki) dan nande aron (ketua kelompok kaum wanita) harus menggunakan pakaian tradisional lengkap yaitu
Untuk laki-laki :
- Sarung pelekat (ersampan kampoh)
Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter kuat dan perkasa. Penggunaan : Sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Kain ini dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.
Gambar II.20 Uis Gatib jongkit Sumber :pariwisatakaro.blogspot.co.id
- Erbulang ( untuk penutup kepala)
Sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai Pria/putra Karo sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan. Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi Mahkota pada saat Pesta Perkawinan, Mengket Rumah (Peresmian Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut)
(33)
Gambar II.21 Beka buluh Sumber :pariwisatakaro.blogspot.co.id - Cengkok-cengkok ( kain ulos untuk laki-laki)
Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok /Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segi tiga.
Gambar II.22 Beka buluh 2 Sumber :pariwisatakaro.blogspot.co.id - Emas-emas (hiasan di kepala,gelang tangan,dan kalung)
Gambar II.23 emas-emas Sumber :tropenmuseum Untuk wanita :
- Ertudung kelam-kelam
Kain ini bukan kain tenun manual, tapi hasil pabrik tekstil yang dicelup warna hitam menggunakan pewarna alami.
(34)
Penggunaan sebagai penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro aron.
Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia (morah-morah)
Gambar II.24 uis kelam-kelam Sumber :pariwisatakaro.blogspot.co.id
- Rabit (dasar sarung pelekat)
Uis Julu diberu Untuk pakaian wanita bagian bawah (sebagai sarung) untuk upacara adat yang diharuskan berpakaian adat lengkap
Gambar II.25 uis julu diberu Sumber :pariwisatakaro.blogspot.co.id - Erjujungen
Kain ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita (tutup tudung) dengan umbai-umbai emas pada bahagian depannya.
(35)
Gambar II.26 uis jujung-jujungen Sumber :pariwisatakaro.blogspot.co.id - Bunga empalas sebagai simbol kepemimpinan
Gambar II.27 hiasan di kepala Sumber :tropenmuseum
- Emas-emas (kalung,gelang,anting berupa emas imitasi)
Gambar II.28 emas-emas 2
Sumber :tropenmuseum
Diatas merupakain pakaian adat dan perlengkapan yang di pakai oleh bapa aron dan nande aron (pemimpin), tapi untuk aron (anggota) sama saja hanya tidak menggunakan emas-emas saja, baik untuk laki-laki dan perempuan.
(36)
Gambar II.29 Pakaian tradisonal Karo Sumber :twimg.commediaB3Mm3esCUAAbNQh
Gambar II.30 Pakaian tradisonal Karo tahun 1938
Sumber : web.facebook.com/FotoHitamPutihSejarahBudayaSumateraUtaraBukuFoto
II.3.1 Tanggapan Masyarakat Tentang Pesta Tahunan Merdang Merdem Pesta Tahunan merdang merdem pada mulanya bertujuan untuk penghormatan kepada sang dewi padi namun seiring dengan perkembangan zaman kepercayaan tersebut pun luntur, dimana pesta tahunan di anggap sebagai waktu untuk bersilaturahmi dan mendekatkan ikatan kekeluargaan dan penghormatan terhadap orang tua atau leluhur yang masih hidup namun pada era sekarang tradisi pesta tahunan hanya dianggap sebagai serimonial, banyak masyarakat yang tidak
(37)
mengetahui apa sebenarnya makna dan tujuan dari di adakannya pesta tahunan tersebut, terkususnya pada kaum muda suku Karo. Setelah penulis melakukan wawancara kepada beberapa warga setempat tentang bagaimana tanggapan mereka tentang pelaksanaan pesta tahunan tersebut sebagian berpendapat bahwa kegiatan tersebut sangat bagus karena bisa jadi momen untuk bertemu keluarga yang tinggal di perantauan ataupun keluarga yang tinggal di luar kampung tersebut, namun sebagian warga mengeluh karena untuk pelaksaannya membutuhkan biaya yang cukup banyak.
II.3.2 Tanggapan Para Pengetua Adat Setempat Tentang Pelaksanaan Pesta Tahunan Merdang Merdem dan Gendang Guro-guro Aron
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tia Malem Sinuraya selaku pengetua adat setempat menuturkan bahwa pesta tahunan saat ini hanyalah sebagai kegiatan rutin setiap tahun dimana makna dan tujuan sebenarnya tidak dipahami oleh masyarakat Karo, beliau juga menambahkan jika hal tersebut sangatlah buruk bagi kelestarian budaya karo bahkan bukan tidak mungkin akan punah.
Ketidak tahuan masyarakat Karo akan budaya tradisi sendiri bisa terlihat pada moment pesta tahunan, seperti ketidak tahuan masyarakat tentang tata cara pelaksanaan pesta tahunan, kesalahan dalam memakai pakaian adat tradisional pada kaum muda dan tata cara menari pada saat bagian acara gendang guro guro aron.
II.4 Sejauh Apa Pengetahuan Masyarakat Muda Karo Tentang Pesta Tahuna dan Acara Guro-guro Aron
Untuk mengetahui sejauh apa pengetahuan masyarakat muda Karo tentang pelaksaan pesta tahunan dan gendang guro-guro aron ini maka penulis menyususun pertanyaan sebagai bahan untuk wawancara. Pertanyaan tersebut meliputi, apa makna dan tujuan diadakannnya pesta tahunan? berapa lama di adakannya acara ini? pentingkah diadakannya acara ini? apakah pesta tahunan
(38)
tersebut menarik? adakah bagian dari pesta tahunan yang tidak anda sukai? Taukah anda tujuan diadakannya guro-guro aron ? tahukah anda pakaian dan hiasan yang dipakai muda mudi yang ikut melaksanakan gendang guro-guro aron? Tahukah anda cara memakai “tudung” atau “bulang-bulang”? Tahukah anda makna tarian “landek sada tan” yang dilakukan saat gendang guro-guro aron”.
Dari sekitar kurang lebih 750 jiwa muda mudi di desa tersebut penulis mengambil 10 persen dari jumlah tersebut yaitu sekitar 75 orang untuk diwawancarai, baik wawancara langsung maupun secara online. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada kegiatan tersebut seperti lamanya waktu pelaksanaan, pakaian adat, tariannya juga.
Pada jaman dulu waktu pelaksaannya hingga enam hari namun sekarang hanya berlangsung selama dua hari, pakaian adat yang di gunakan oleh para penari pada saat guro-guroaron juga terdapat banyak perubahan yang dimana menurut para pemerhati budaya hal tersebut sangat menyalahi aturan cara pemakaian baju adat tradisonal, saat penulis bertanya kepada para penari apakah para penari tahu bahwa cara pemakaian pakaian tersebut sudah benar atau terdapat kesalahan, ternyata para penari tersebut juga tidak tahu, jawaban bahwa hanya mengikuti tatanan dari sang penatarias saja. Dan saat bertanya kepada orang tua yang berumur sekitar 50 tahun tentang cara berpakain para penari tersebut, ternyata 8 dari 10 orang yang di tanya juga menjawab tidak tahu bagaimana aturan pemakaian baju adat tersebut.
Selain dari pakaian terdapat beberapa kesalahan yang terdapat saat melakukan tarian tradisional tersebut seperti kesalahan gerakan dan posisi nya juga, saat penulis bertanya tentang makna dari setiap gerakan yang dilakukan, para penari juga tidak tahu apa maknanya, mereka mengaku hanya mengikuti instruksi dari pelatih mereka saja.Berikut adalah gambar salah satu perubahan yang terlihat jelas.
(39)
II.5 Analisa
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan perbedaan atau perubahan apa saja yang terjadi pada pesta tahunan merdang merdem tersebut, yaitu sebagai berikut.
Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yang diangkat yaitu metode penelitian kuantitatif. Untuk mempermudah dalam perancangan maka penulis membuat kuisioner yang dibagikan secara acak kepada 100 orang pelajar SD yang ada di Tanah Karo. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang pesta tahunan dan ketertarikan mereka terhadap media informasi. Adapun pertanyaan seperti berikut Apakah kamu tahu tentang pesta tahunan merdang-merdem?
Apakah kamu suka dengan acara pesta tahunan?
Apakah kamu tahu tentang tata cara prosesi pesta tahunan?
Apakah kamu tahu perbedaan pesta tahunan zaman dahulu dan sekarang? Apakah kamu tahu pakaian adat seperti apa yang digunakan saat pesta tahunan
zaman dahulu?
Apakah kamu tahu alat musik yang digunakan saat pesta tahunan zaman dahulu?
(40)
II.6 Media Informasi
II.6.1 Definisi Media Informasi
Pentingnya media informasi pada masa ini dirasakan cukup berperan dalam keberlangsungan studi ilmu pengetahuan, dikarenakan melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi dan dapat bertukar pikiran serta berinteraksi satu sama lain.
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi ( Cangara, 2006 : 119) media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Heinic (1982) mengatakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.
Sedangkan pengertian dari informasi secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang (Gordon B. Davis, 1990). Maka pengertian dari media informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi.
II.6.2 Jenis-Jenis Media Informasi
Secara umum media informasi dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Media Visual
Media visual adalah media yang dapat dilihat, dibaca dan di sentuh. Media ini menggunakan atau mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Contoh media visual seperti : media foto, gambar, komik, poster, majalah, buku, alat peraga dan sebagainya.
(41)
2. Media Audio
Media audio adalah media yang hanya bisa didengar saja, menggunakan indra pendengar, contohnya : suara , music dan lagu, siaran radio atau CD dan sebagainya.
3. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra penglihatan dan pendengaran secara bersamaan, contohnya : televisi, VCD, internet ,multimedia interaktif dan sebagainya.
II.6.3 Multimedia
Multimedia terdiri dari kata multi yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium atau media yang berarti sesuatu yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu. Kata medium dalam American Heritage Elrctronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat mendistribusikan dan mempresentasikan informasi ( Rahmat dan Alphone, 2005/2006).
Menurut Hofstetter (2001) multimedia adalah penggunaan komputer untuk menampilkan informasi yang merupakan gabungan dari teks, grafik, audio dan video sehingga membuat pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkomunikasi dengan komputer.
Menurut Vaughan (2004), multimedia merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi dan video yang disampaikan dengan computer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/dikontrol secara interaktif.
Menurut Iwan Binanto dalam buku Multimedia Digital, multimedia terdiri dari tiga jenis berdasarkan bentuk atau cara penggunaannya , yaitu :
1. Multimedia Interaktif
Yaitu pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemen-elemen multimedia dapat dikirimkan dan ditampilkan.
(42)
2. Multimedia Hiperaktif
Multimedia jenis ini mempunyai suatu struktur dari elemen-elemen terkait dengan pengguna dapat mengarahkannya. Dapat dikatakan bahwa multimedia jenis ini mempunyai banyak tautan (link) yang menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada.
3. Multimedia Linear
Pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia yang ditampilkan dari awal hingga akhir.
II.6.4 Multimedia Interaktif
Multimedia interaktif adalah media yang menggunakan teks, grafik, video, animasi dan suara untuk menampilkan suatu pesan dan informasi melalui media elektronik dengan melibatkan user sebagai controller. Pengertian multimedia interaktif menurut beberapa para ahli :
Menurut Turban dkk (seperti yang di kutib Benardo,2011) Multimedia interaktif adalah alat yang dapat menciptakan persentasi yang dinamis dan interaktif, yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video.
Menurut Hofstetter (seperti dikutip Benardo, 2011) Multimedia interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi dan berkomunikasi.
Multimedia interaktif menggabungkan dan mensinergikan semua yang terdiri dari: teks, grafik, audio dan interaktivitas (Green & Brown, 2002: 2-6).
Teks Grafik Audio
(43)
Menurut Suyanto (seperti dikutip Benardo, 2011) jenis multimedia interaktif terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Multimedia Interaktif Online
Multimedia interaktif online adalah media interaktif yang cara penyampaiannya melalui jalur/kawat/saluran/jaringan. Contohnya situs Web, Yahoo Messengers, dan lain sebagainya. Jenis media ini termasuk media lini atas, yang komunitas sasarannya luas, dan mencakup masyarakat luas.
b. Multimedia Interaktif Offline
Multimedia interaktif offline adalah media interaktif yang cara penyampainnya tidak melalui jalur/kawat/saluran/ jaringan. Contohnya CD interaktif.
(44)
BAB III.STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN
III.1 Strategi Perancangan
Menurut Stephanie K ( yang dikutip Bernado Periangan 2011), strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Perancangan adalah penggambaran, perancangan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan.Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi perancangan adalah cara perancangan yang disusun umtuk mencapai sasaran atau tujuan. Perancangan multimedia interaktif tradisi pesta tahunan merdang merdem suku Karo adalah sebagai media untuk mengingatkan kembali pesta tahunan zaman dahulu di kalangan anak-anak.
Dalam suatu perancangan diperlukan strategi yang dapat mendukung dan memenuhi tujuan perancangan tersebut. Proses untuk mencapai tujuan perancangan dimulai dari analisis objek dan permasalahan, menuliskan ide, membuat sketsa multimedia, pemilihan jenis huruf, serta bagaimana mengkombinasikan gerakan untuk di jadikan multimedia yang menarik dan menyenangkan.
III.1.1 Khalayak Sasaran Demografis
Jenis Kelamin : laki-laki dan wanita
Usia : 8-12 tahun
Pekerjaan : pelajar Pendidikan : SD
(45)
Geografis
Wilayah perkotaan di Sumatera dan Jawa. Psikografis
Menurut Piaget (Ahmadi & Sholeh, 2005: 39) anak-anak dengan umur 8-12 tahun memiliki cara pikir atau psikologis seperti:
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari
Mempunyai rasa ingin tahu yang besar, menyukai kegiatan kegiatan budaya tradisional, terlebih terhadap budaya sendiri.
Anak pada usia ini mulai mengamati ciri dan sifat dari bermacam-macam benda.Bagian-bagian dari benda mulai diperhatikan, tetapi belum mampu mengaitkan dalam kerangka keseluruhan.
III.1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi perancangan ini adalah mengenalkan kembali prosesi pesta tahunan zaman dahulu kepada anak-anak sehingga dapat mengenal dan melestarikan budaya di masa yang akan datang
III.1.3 Pendekatan Komunikasi
Pada perancangan ini dibutuhkan pendekatan komunikasi yang tepat, agar pesan tersampikan dengan baik kepada anak-anak. Pendekatan komunikasi yang digunakan adalah melaui pendekatan komunikasi secara verbal dan visual.
Pendekatan Visual
Pendekatan visual dibuat dalam konsep perancangan media interaktif, dimana pengguna dapat mengklik ikon atau tulisan untuk mengetahui isinya. Contohnya seperti ketika klik ikon start maka pengguna akan dibawa ke halaman penjelasan
(46)
arti dari pesta tahunan. Dengan menggambarkan ilustrasi yang simpel dan menarik dengan warna-warna terang, untuk mendapatkan perhatian dari target audience. Yang bertujuan untuk memahami makna dari pesan yang disampaikan sesuai dengan target yang akan dituju, maka pendekatan visual menggunakan gaya ilustrasi kartun vektor.
Gambar III.1 Gaya ilustrasi kartun
Sumber: CD interaktif petualangan ke pulau hodob
Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal yaitu ungkapan secara lisan dan tulisan yang digunakan dalam perancangan media ini. Maka bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena kelompok sasarannya terdiri dari anak-anak maka digunakan bahasa sehari-hari yang jelas namun tidak baku sehingga mudah dipahami.
III.1.4 Materi Pesan
Materi pesan yang akan disampaikan dalam media informasi yang berupa multimedia interaktif ini adalah:
Makna dan tujuan pesta tahunan.
Sejarah singkat terjadinya pesta tahunan (menurut cerita masyarakat). Waktu pelaksanaan pesta tahunan.
Pakaian adat yang digunakan oleh muda-mudi saat pesta tahunan. Alat musik yang digunakan pada saat acara tersebut.
(47)
III.I.5 Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam perancangan ini adalah gaya bahasa deskriptif. Gaya bahasa deskriptif yaitu bentuk tulisan maupun lisan yang berusaha memberikan perincian tentang sesuatu dimana penulis berusaha memindahkan kesan-kesan, hasil observasi dan pemanfaatannya kepada para pengguna. Selain itu penggunaan gaya deskriptif membuat pengguna seolah-olah melihat langsung peristiwa atau sesuatu yang dibicarakan.
III.1.6 Pemberi Mandat
Mandatory adalah istilah yang digunakan kepada lembaga yang menjadi landasan media informasi tersebut dipublikasikan. Biasanya lembaga negara untuk bidang sosial dan masyarakat, dan lembaga swasta untuk bidang informasi masalah umum.
Dalam hal media ini, bekerja sama dengan perusahaan karena pembahasan informasi lebih diutamakan kepada target audience umum yaitu anak-anak remaja suku Karo ataupu di luar suku Karo, yaitu PT Elex Media Komputindo yang merupakan salah satu perusahaan dalam kelompok Kompas Gramedia. PT Elex Media Komptindo dipilih karena perusahaan ini telah sukses mengeluarkan ratusan buku dan media lainnya
Gambar III.2 Logo ELEX MEDIA KOMPUTINDO Sumber : elexmedia.id
(48)
III.1.7 Strategi Kreatif
Strategi kreatif dalam penyampaian informasi ini adalah dengan menggunakan multimedia interaktif, dengan judul “ Petualangan Butet & Tongat ke Pesta Tahunan Merdang Merdem”. Judul tersebut dipilih agar lebih dekat dengan target audience (anak-anak). Pengguna akan memulai dari halaman pertama hingga halaman terakhir yang di pandu oleh dua orang karakter bernama Butet untuk si wanita dan Tongat untuk si laki-laki.
Butet dan Tongat adalah kakak beradik yang akan memandu pengguna, hal ini dimaksudkan agar pengguna menjadi lebih terhubung dan penyampaian pesan lebih expresif serta lebih mengarahkan perhatian atau fokus pengguna.
1. Sistem Navigasi
Dalam perancangan multimedia interaktif ini, terbagi menjadi tujuh halaman utama. Dimana setiap halaman akan menceritakan prosesi yang akan dilakukan selama pesta tahunan tersebut.Dikarenakan pesta tahunan tersebut berlangsung selama enam hari maka setiap halaman di anggap sebagai satu hari petualangan.
Gambar III.3 Sistem Navigasi Sumber : Pribadi
III.1.8 Strategi Media 1. Media Utama
Media utama yang digunakan adalah CD interaktif yang berisikan prosesi pesta tahunan merdang merdem zaman dahulu. KOnten dalam CD ini terdiri
(49)
dari beberapa bagian, yaitu pengertian pesta tahunan, pakaian adat dan alat musik yang digunakan pada saat pesta tahunan.
2. Media Pendukung
Media pendukung digunakan untuk launching CD interaktif ini terbagi dalam 2 media secara garis besar, media tersebut adalah:
a. Media persuasif
Media persuasif adalah media yang bersifat ajakan, media ini digunakan untuk promosi dalam acara launching itu sendiri, adapun media tersebut adalah : Poster : berisi tentang informasi acara launching CD interaktif yang akan
diselenggarakan. Poster ini bisa ditempatkan di mading sekolah sekolah dasar dan mensosialisikan acara tersebut agar guru-guru sekolah dapat menginformasikannya pada orang tua siswa. Selain di sekolah poster juga bisa ditempatkan di tempat-tempat umum seperti di tempat-tempat makan, halte bus, toilet umum dan sebagainya.
X-banner: media ini berisikan informasi launching produk yang sedang diselenggarakan. Dan di tempatkan di area stand.
Flyer : media ini berisikan informasi waktu launching di selenggarakan dan akan di sebar di berbagai tempat-tempat umum khususnya tempat yang banyak dilalui orang-orang.
Stand : stand ini berguna untuk tempat penjualan CD. b. Media pengingat (Gimmick)
Media pengingat adalah media yang bertujuan mengingatkan kembali akan informasi tersebut. Beberapa merchandise akan didapatkan dalam satu paket dengan CD interaktif ini, kecuali mug, T-shirt, dan kalender. Media tersebut hanya didapatkan pada saat pembelian CD interaktif di acara launching tersebut. Adapun media-media tersebut adalah
Mug : mug ini akan didapatkan atau satu paket dengan CD setiap pembelian saat acara launching.
T-shirt : T-shirt dapat digunakan sebagai media promosi sekaligus media pengingat. T-shit ini di dapatkan satu paket dengan CD setiap pembelian saat acara launching
(50)
Totebag : Totebag ini akan menjadi wadah dari paket (CD, Mug, Note, T-shirt) yang di beli saat acara launching.
Pin : pin ini akan di dapat satu paket dengan CD dan berlaku walaupun di luar acara launching.
Gantungan kunci : gantungan kunci ini akan di dapat satu paket dengan CD dan berlaku walaupun di luar acara launching.
Sticker : sticker ini akan di dapat satu paket dengan CD dan berlaku walaupun di luar acara launching.
III.1.9 Strategi Distribusi
Proses pendistribusiannya akan dilakukan sepanjang tahun, utamanya saat liburan sekolah, yang bertujuan utuk menambah angka penjualan. Pendistribusiannya dilakukan ditoko buku besar yang ada di Indonesia khususnya kota Medan.
Awal pendistribusian adalah bulan juli karena pada bulan ini merupakan libur panjang kenaikan kelas dan dengan demikian diperkirakan akan meningkatkan angka penjualan. Namun beberapa minggu sebelumnya sudah disebarkan media-media pendukung seperti poster dan flyer untuk menarik perhatian dan meningkatkan ketertarikan akan acara launcing yang akan dilakukan.
Media ini akan dikemas kedalam CD yang didalamnya sudah termasuk sticker,pin dan gantunan kunci yang akan dijual dengan harga Rp. 50.000. Berikut adalah tabel jadwal pendistribusian media :
(51)
III.2 Konsep Visual III.2.1 Format Desain
Desain perancangan Petualangan Butet dan Tongat ke Pesta Tahunan Merdang merdem tersebut berbentuk multimedia interaktif dengan ukuran layar 1280 x 780 pixel. Format tersebut dipilih karena tampilan tampak luas dan akan leluasa. Gambar yang digunakan dalam multimedia interaktif ini berbentuk ilustrasi digital. Dalam pengerjaannya menggunakan adobe Illustrator CS6, Adobe Flash CS6 dan Adobe Audition CS6, karena aplikasi tesebut mempunyai tools yang komplit dan sesama produk adobe bisa saling sinkron sehingga mempermudah untuk mengekport dan import hasil kerja.
Gambar III.4 Format desain Sumber : Pribadi
III.2.2 Tata Letak
Untuk menarik minat target auduence maka tampilan harus di desain sebaik mungkin mulai dari letak typografi, ilustrasi serta segala konten lainnya. Berikut salah satu layout utama dalam multimedia interaktif ini.
Gambar III.5 Tata Letak Sumber: Pribadi
(52)
Gambar III.6 Halaman Isi Sumber: Pribadi
III.2.3 Huruf
Pemilihan font atau jenis huruf yang digunakan sangat berpengaruh dalam perancangan suatu karya. Dalam pembuatan media informasi ini jenis huruf yang digunakan mempunyai karakter lucu, kuat dan playful. Huruf ini memiliki tingkat keterbacaan yang sangat baik sehingga informasi yang disampaikan dapat terlihat jelas, adapun jenis huruf yang digunakan adalah:
1. Brady Bunch Remastered
Font ini digunakan untuk judul dan sub judul
2. Myriad pro
Penggunaak font ini adalah sebagai font tulisan dalam penjeasan materi yang ada pada media interaktif ini.
(53)
III.2.4 Ilustrasi
Ilustrasi berguna untuk menjelaskan isi dari media informasi tersebut. Ilustrasi juga sebagai pesan yang mewakili tulisan. Ilustrasi yang digunakan dalam media ini menggunakan kartun sederhana.
Gambar III.7 Contoh Gaya Ilustrasi Sumber : CD Interaktif Anak Hodob
A.Karakter
Dalam perancangan media ini menggunakan tokoh/karakter sebagai narator untuk menuntun audiens saat menggunakan media ini,adapun tokoh tersebut:
Gambar III.8 Ilustrasi karakter Sumber : Pribadi
Butet, adalah seorang gadis kecil yang suka berpetualang bersama dengan abangnya (Tongat).Butet merupakan gadis kecil dari suku Karo yang berkarakter periang.
(54)
Gambar III.9 Ilustrasi karakter Butet Sumber : Pribadi
Tongat, adalah anak laki-laki dari suku Karo yang suka berpetualang bersama dengan adiknya (Butet).Tongat adalah anak yang pemberani dan periang sama seperti adiknya
Gambar III.10 Ilustrasi karakter Tongat Sumber : Pribadi
B.Elemen Visual
Gambar III.11 Elemen Visual Sumber : Pribadi
(55)
.
Gambar III.12 Elemen Visual Sumber : Pribadi
Gambar III.13 Visualisasi Pohon Sumber : Pribadi
Gambar III.14 Visualisasi Rumah Adat Sumber : Pribadi
(56)
Gambar III.15 Contoh Ilustrasai Latar Sumber : Pribadi
Logo
Logo yang digunakan pada multimedia interaktif “Petualangan Butet dan Tongat ke Pesta Tahunan Merdang Merdem”.
Gambar III.16 Logo Sumber : pribadi
III.2.5 Warna
Warna yang digunakan pada media informasi ini menggunakan warna-warna terang, warna tersebut dipilih berdasarkan karakter dari anak-anak remaja yang menyukai warna-warna terang dan penuh warna.
Gambar III.17 Warna Sumber : pribadi
(57)
BAB IV. TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA
IV.1 Media utama
Suatu perancangan membutuhkan teknis dalam memproduksi dan mengaplikasikan rencana tersebut. Beberapa unsur yang mendukung suatu perancangan dari segi teknis diantaranya material,proses pra-produksi, proses produksi dan proses pasca-produksi.
Dalam pembuatan multimedia interaktif ini dibuat dengan menggunakan beberapa software yaitu adobe Illustrator CS6 untuk membuat gambar visualisasi dan layout. Adobe Audition untuk mengedit suara untuk mengisi dubbing dan Adobe Flash sebagai software utama untuk menganimasikan gambar dan suara yang akan dibuat sebagai multimedia interaktif.
Gambar IV.1 Tahap Sketsa Sumber : Pribadi
Pada tahap awal yaitu dengan membuat sketsa manual dan kemudian di tracing dan colouring dengan menggunakan adobe illustrator cs 6.
(58)
Gambar IV.2 Tahap tracing Sumber : Pribadi
Gambar IV.3 Tahap colouring Sumber : Pribadi
Setelah selesai tahap tracing dan colouring tahap berikutnya adalah menganimasikan gambar tersebut dengan menggunakan adobe flash cs6.
Gambar IV.4 Tahap menggerakkan objek Sumber : Pribadi
(59)
Gambar IV.5 Tahap memasukkan backsound Sumber : Pribadi
Gambar IV.6 Hasil akhir halaman isi Sumber : Pribadi
Gambar IV.7 Hasil akhir halaman home Sumber : Pribadi
IV.2 Media Promosi dan Pengingat X-banner
(60)
X-banner akan disimpan didekat booth launching. Berbahan dasar flexi China dengan teknik cetak digital berukuran 160 x 60 cm disertai dengan kaki-kaki.
Gambar IV.8 X-banner Poster
Poster akan disebarkan dan ditempelkan di majalah dinding sekolah dan tempat-tempat umum lainnya. Dicetak di kertas art paper 260 gram dengan ukuran 42 x 30 cm dengan teknik cetak offset.
(61)
Flyer
Flyer akan disebar dijalanan dan tempat-tempat yang ramai di lalui orang-orang. Dicetak di kertas art paper 85 gram dengan ukuran 15 x 10,5 cm, dengan teknik cetak offset.
Gambar IV.10 Flyer Note
Note akan diberikan pada saat pembelian di hari launching, dengan ukuran 21 x 15 cm berisikan 40 lembar kertas HVS dan cover dengan kertas art paper 260 gram dan dilaminasi doff.
Gambar IV.11 Note Sticker
Sticker ini akan dimasukkan didalam kotak CD dan dicetak dengan kertas vinil
(62)
Gambar IV.12 Sticker Totebag
Totebag ini berbahan dasar kain kanvas dan diberi gambar menggunakan teknik cetak saring (sablon) jenis DTG
Gambar IV.13 Totebag T-shirt
T-shirt ini berbahan dasar katun combed dan diberi gambar menggunakan teknik cetak saring (sablon) jenis DTG
(63)
Mug
Mug terbuat dari bahan keramik dan diberi gambar menggunakan teknik sublimasi dan system press.
Gambar IV.15 Mug Pin
Pin menggunakan teknik sublimasi dan system press dicetak dengan ukuran 8 x 8 cm.
(1)
Gambar IV.2 Tahap tracing Sumber : Pribadi
Gambar IV.3 Tahap colouring Sumber : Pribadi
Setelah selesai tahap tracing dan colouring tahap berikutnya adalah menganimasikan gambar tersebut dengan menggunakan adobe flash cs6.
(2)
Gambar IV.5 Tahap memasukkan backsound Sumber : Pribadi
Gambar IV.6 Hasil akhir halaman isi Sumber : Pribadi
Gambar IV.7 Hasil akhir halaman home Sumber : Pribadi
IV.2 Media Promosi dan Pengingat
(3)
X-banner akan disimpan didekat booth launching. Berbahan dasar flexi China dengan teknik cetak digital berukuran 160 x 60 cm disertai dengan kaki-kaki.
Gambar IV.8 X-banner
Poster
Poster akan disebarkan dan ditempelkan di majalah dinding sekolah dan tempat-tempat umum lainnya. Dicetak di kertas art paper 260 gram dengan ukuran 42 x 30 cm dengan teknik cetak offset.
(4)
Flyer
Flyer akan disebar dijalanan dan tempat-tempat yang ramai di lalui orang-orang. Dicetak di kertas art paper 85 gram dengan ukuran 15 x 10,5 cm, dengan teknik cetak offset.
Gambar IV.10 Flyer
Note
Note akan diberikan pada saat pembelian di hari launching, dengan ukuran 21 x 15 cm berisikan 40 lembar kertas HVS dan cover dengan kertas art paper 260 gram dan dilaminasi doff.
Gambar IV.11 Note
Sticker
Sticker ini akan dimasukkan didalam kotak CD dan dicetak dengan kertas vinil
(5)
Gambar IV.12 Sticker
Totebag
Totebag ini berbahan dasar kain kanvas dan diberi gambar menggunakan teknik cetak saring (sablon) jenis DTG
Gambar IV.13 Totebag
T-shirt
T-shirt ini berbahan dasar katun combed dan diberi gambar menggunakan teknik cetak saring (sablon) jenis DTG
(6)
Mug
Mug terbuat dari bahan keramik dan diberi gambar menggunakan teknik sublimasi dan system press.
Gambar IV.15 Mug Pin
Pin menggunakan teknik sublimasi dan system press dicetak dengan ukuran 8 x 8 cm.