MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRADISI PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGA BINANGA : (KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA).

ABSTRAK

Junita Setiana Ginting (2006) Merdang Merdem Sebagai Suatu Tradisi
Pada Masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga
(Kajian Perubabao Sosial Dudaya)

Penelitian ini merupakan suatu kajian tehadap tradisi yaitu merdang merdem
yang terdapat pada masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga. Tradisi ini telah
dila.ksanakan secara turun temurun dan tetap eksis sampai sekarang meski telah
melewati peijalanan waktu yang panjang.
Merdang merdem merupakan salah satu tradisi pada masyarakat Karo di Tiga
Binanga yang awalnya berkaitan deogan siklus pertanian tanaman padi. Selain itu
terdapat hal lain sebagai konteks dan fungsi pendukung yaitu menjadi sarana
kekerabatan dan hiburan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada
acara ini. Perubahan tersebut dapat diamati dalam konteks, fungsi serta
pelaksanaannya. Fungsi dasar yang berkaitan dengan pertanian hampir tidak
ditemukan lagi. Suasana kekerabatan yang menjadi salah satu orientasi dilaksanakan
acara ini juga tidak seketat dahulu. Fungsi hiburan dan prestise justru semakin kuat.
Masyarakat yang diluar daerah (perantau) justru memanfaatkan acara ini untuk
menunjukkan keberadaan dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi

beberapa faktor dari dalam dan luar masyarakat
Dapat dikatakan bahwa merdang merdem tetap bertahan karena adanya proses
adaptasi. Perubahan yang dialami mengikuti perkembangan situasi dan kondisi
zaman.

ABSTRACT
Junita Setiana Ginting (2006) Merdang Merdem as One of Karooese Community
Traditions in Tiga Binanga District (A Study on Socia~Cultre
Change)
This research is a study to one tradition, namely Merdang Merdem available in
Karonese community in Tiga Binanga district. The tradition has been inheritated for
some generations and rountinely done. Merdang Merdem is permanently existed up
to the present time, even though it passed loJ?g time.
Merdang Merdem is one of the traditions in Karonese community in Tiga
Binanga district. Initially, it is related to agriculture cycle of rice plants. In addition, it
is as the support for kinship and entertainment.
From the data obtained) it shows that there has been the change ont he tradition.
The change can be seen on the oontext, function and implementation. Context and
function in the religion is almost not found anymore. The kinship pattern is not
similar to the previous again. The relatives use the tradition in order to show up their

existence. The changes are influenced either by internal anc external factors.
It can be said that Merdang Merdem may stand as the existence of adaptation
process. The change may follow the development of situation and condition.

ii

MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRADISI PABA
MASYARAKAT KIRO Dl KECAMATAN TIGA BINANGA
(KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA)

OLEH:

J UNITA SETIANA GINTING
NIM : 015050038
~

g) (:

\?
~/\'?


MIUK PERPUST AKAANl

UNI\t~E

I)

J

TESIS
.MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRIDISI PIDA
MASYARAKAT KABO Dl KECJIMATAN TIGA BINANGA
(KAJIAN PERUBI.HAN SOSIAL BUDAYA)


·r,.

Selumh Dosen dan Civitas Akademi di Program Studi Antropologi Sosial
Universitas Negeri Medan.


"'r~(;.O

:/

CIAI_:

c:,O

~

~

Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Antropologi Sosial UNIMED.
Rekan-rekan kerja di Jurusan S~jarh

Fakultas sastra USU.

Balitbang Pemprov Sumut, Tanah Karo, Kantor Camat Tiga Binanga, Kepala
Desa, narasumber serta semua pihak yang telah me mbantu penulis. ~
Terima kasih dan penghormatan mendalam buat orang tuaku tercinta

Ayahanda (Alm) R.N. Ointing dan lbunda M.K. Br Sembiring Brahmana. Juga buat

ll1

semua keluarga, abang, kakak dan keponakanku yang selalu mendorong, menghibur
dan menguatkan dalam suka dan duka.
Terima kasih juga buat Bapakku M. Tarigan/Ibu, fbuku (Alm) Kristina Br
~p.s

Ginting beserta adik sernua.

"""'

NEG(::
.6

Khusus buat seorang yang terkasih dalam hidupku. Kupersembahkan untuk
suamiku tercinta (Alm) dr. Johanes Karya Tarigan yang selalu memberi dorongan,
semangat dan bantuan dengan penuh cinta kasih dan kesabaran. Namun iat elah pergi
sebelum mendampingiku meraih gelar. Kupersembahkan semua untuknya. Segala

honnat dan cinta kasihku.

~I

'?

Juga buat adikk.u Berliao dan Resbina yang selalu menemaniku. Khusus buat
"Legio Maria dari Lourdes" kuucapkan terima kasih karena menemaniku dihari-hari

j)

yang bernt.

Penulis wenyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis
mengharapkan masukan dari semua pihak demi kesempumaan tulisan ini. Semoga
bennanfaat bagi semua.

Medan,

September 2006


'l
Junita Setiana Gi nting

iv

DAFTARTABEL

Tabel 1. Nama-Nama Hari Dalam Penanggalan Karo ............ ................... ..........

48

Tabel 2. Nama Bulan {Paka) ... ~

49

- ~ ............... ~
~

/~


..~ - ~

-~ .
~

.

/

.

..
~

Tabel3. Nama Arah Mata Angin .........................................................................

49

Tabel4. Pembagian Waktu Berdasarkan Jam ......................................................

,

50

VII

BABI

PENDAHULUAN

liVIILIK PERPUSTAKAAN
1.1. Lutar Belakang

1/ U N I M E 0

l
c~,

Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Keduanya sating mendukung agar tetap bertahan dan berkembang. Kebudayaan

membutuhkan

masyarakat

sebagai

penduk.ung

keberadaannya

Masyarakat

membentuk . kebudayaan sebagai basil dari pemikiran dan upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.

~;

7

Suku·suku di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya sebagarciri khas. Ia

terbentuk sesuai Lingkungan tempatnya berkembang. Hal ini terutama ditemukan pada
masyarakat sederhana yaitu pedesaan. Berbagai tradisi tum bub di dalamnya, namun .
tradisi juga mengalami perubahan akibat perkemban.,.gan zaman dan berbagai faktor
yang berasal dari dalam dan luar masyarak:at. Sering terjadi suatu tradisi hilang akibat
menurunnya kemauan pemilik untuk menjaga dan mempertahankannya. Tetapi
sebagian masyarakat ada juga yang mencoba mempertahankan tradisi tertentu
meskipun telah terjadi perubahan dalam masyarakat. Bahkan masyarakat yang tidak
lagi bermukim di wilayah lingkungan tradisi tumbuh masih larut di dalamnya. Salah
satu contoh adalah tradisi Medang Merdem pada masyarakat Karo, terutama yang
terdapat di daerah Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo.
Penulis membatasi penelitian pada rnasyarakat Karo di Kecamatan Tiga
Binanga karena ada asumsi bahwa tradisi Merdang Merdem paling bertahan
pelaksanannya di daerah tersebut. Bahkan ada kernungkinan antusias rnasyarakat

1

untuk

menyelenggarakan

tradisi

rru

lebih

besar

dibandingkan

terhadap

penyelenggaraan hari besar keagamaan seperti natal, tahun baru maupun lebaran. Hal

ini terlihat dari kemeriahan pelaksanaan dan tingkat arus pulang kampung
masyardkat. Merdang Merdem sebagai suatu tradisi budaya telah diwariskan secara
turun temurun. Dahulu Merdang Merdem dikaitkan dengan aspek religi, ekonomi dan

interaksi sosial. Pelaksanaannya berhubungan dengan sjklus pertanian yaitu awal

-

masa penanarnan padi. Merdang Merdem juga dihubungkan dengan masa

perkabungan (kematian) dan arwah leluhur. Pe1aksanaannya memiliki aturan yang
jelas tentang waktu, tata cara, situasi dan kelengkapan yang dibutuhkan.

~

f

Perkembangan zaman tentu- berakibat terhadap perubahan dalarn masyarakat.
Tanaman padi sudah jarang ditemukan di daerahini. Pertanian subsistensi bergeser ke

tanaman berorientasi pasar industri. Tata cara dan waktu penanaman juga bergeser.
Kepercayaan l!~yar

akt

at~

keberadaan arwah leluhur serta hal supranatural turut

berubah.
Ada hal yang memu:ik bagi penulis tentang Merdang Merdem. Mengapa ketika
teijadi perubahan terhadap faktor yang mendasari pelaksanaannya, namun tradisi ini

tetap berlangsung. Tanaman padi sudah jarang ditanam lagi di daerah ini, digantikan
tanaman lainnya. Rasional masyarakat Karo atas konsep arwah dan unsur
supranatural berubah, serta berbagai perubahan lainnya. Hal ini seharusnya
menurunkan m inat masyarakaf untuk menyelenggarakan Merdang Merdem.

Ditambah pula berbagai masyarakat akibat pengaturan waktu untuk pekerjaan dan
pendidik.an. Bagaimanapun tradisi ini membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang
besar. Tetapi dalam kenyataannya antusias masyarakat tidak berubah. Tradisi ini tetap

2

terselenggara. Bahkan ada asumsi antusias tersebut makin besar yang terlihat melaJui
persiapan dan pelaksanaannya.
-Penulis menduga pelaksanaan dapat bertahan namun mungkin terjadi
pergeseran makna yang dikandung. Terjadi perubahan orientasi terhadap tradisi
tersebut sebagai upaya adaptasi atas perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
Oleh karenanya periu dilakukan suatu penelitian untuk. mengungkapkan keberadaan
tradisi tersebut serta perubahannya.

1.2. ldentit1kasi Masalah

>

1. Terdapat kemungkinan bahwa Merdang Merdem telah mengalami pergeseran
orientasi .fungsi ba gi rnasyarakat Karo.

c,'

2. Terdapat gejala bahwa tradisi Merdang Merdem mengalami proses adaptasi
terhada_p kondisi masyarakat Karo yang berubah.

/

1. Bagaimana Merdang Merdem dan proses pelaksanaannya
2. Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada tradisi Merdang
Merdem.
3. Apakah terjadinya perubahan tradisi sebagai proses adaptasi terhadap kondisi
masyarnkat sekarang ini.

K

4 . Bagaimana pengaruh pelaksanaan Merdang Merdem terhadap peran serta
masyarakat daerah ini yang telah bennukim di luar Kecamatan Tiga Binanga.

3

1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui fungsi Merdang Merdem bagi masyarakat Karo, khususnya di
Kecamatan Tiga Binanga.

G(:".o

2. Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Merdang Merdem.

3. Mengetahui terjadi atau tidak perubahan pada konsep dasar untuk
melaksanalcan Merdeng Merdem.

4. Mengetahui pengaruhnya pada masyarakat yang telah menetap di luar
wilayah Kecamatan Tiga Binanga.

1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. M em~rikan

gambaran tentang makna dan fungsi Merdang Merdem bagi

masyarakat Karo. ~s

Nc:G("~

..

2. Memberi masukan bagi masyarakat agar tetap mempertahankan suatu tradisi.

3. Memberi masukan bagi pengembangan suatu tradisi yang dapat dimantaatkan
demi kepentingan dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat.

fi

tl(f

1.6. Tinjauan Teoritis

~

1.6.1. Merdang Merdem
Menurut Prints (1993 : 209), Merdang Merdem berasal dati kata Merdang dan

Merdem. Merdang diartikan sebagai masa awal turun ke sawah atau ladang untuk
menanamkan benih padi. Merdem dari kata rendem yang diartikan seJ.?agai masa

4

akhir perkabungan. Hal yang menunjukkan sebagai titik awal kegiatan perekonomian
pada masyarakat yaitu penanaman padi dan titik akhir dari kesedihan akibat
kematian.
Pengertian yang harnpir sama juga J isampaikan Sitepu (1993 : 174) yang
mengatakan bahwa Merdang Merdem merupakan tradisi tahunan yang harus
diselenggarakan m.asyarakat pada masa awal turun ke sawab. Hal ini sebagai tanda
ucapan syukur atas basil-hasil panen dan sekaligus permohonan derni penanarnan
berikutnya agar dijauhkan dari segala gangguan dan kegagalan. ( $~

. .~ '-(

Selanjutnya Ointing (1999 : 173) mengatakan bahwa Merdang Merdem adalah
tradisi pacta masyarakat yang memiliki aturan-aturan sebagai aturan yang harus

dilaksanakan pemilik. tradisi tersebut. Ada norma tertentu yang mendasari
pelaksanaannya. Begitu juga mengenai waktu, tatacara, perlengkapan dan hubungan
dalam struktur masyarakat. Hal ini ditandai dengan beberapa konsep seperti konsep
rebu · m erdan~

· bintang pemerdangken dan rendem yang turut menentukan

g)

pelaksanaannya.

Sedangkan Sitepu, dkk (1996 : 101) melihat Merdang Merdem dari konsep
hubungan sosial yaitu sebagai sarana mengumpulkan keluarga pada suatu waktu
tertentu demi peningkatan mutu kekerabatan.

1.6.2. Tradisi
Dalam Kamus Sosiologi Antropologi (2001 : 336), tradisi dinyatakan sebagai
adat kebiasaan turon temurun ( dari nenek moyang) yang masih terus dilestarikan
dalam masyarakat.

~

5

Merdang Merdem yang dimaksud dalam tulisan ini adalah merupakan suatu
aktivitas budaya yang dilaksanakan secara rutin dan teratur oleh masyarakat Karo di
Kecamatan Tiga Binanga Daeng (2000 : 180) menyatakan tradisi adalah sesuatu
yang telah hidup dalam masyarakat karena didalamnya terdapat nilai-nilai dasar yang
menjadi pedoman bertindak bagi masyarakat tersebut.
Sedangkan Soejito (1987: 4) melihat tradisi dari konsep "social heritage" yaitu
dipertahankannya beberapa Wlsur pokok budaya karena merupakan pola fingkah laku ,
yang dimiliki masyarakat.

rff

Simanjuntak (2004 : 26) menyatakan bahwa tradisi adalah sesuatu yang terkait
dengan kekuatan-supranatural sukar dibuktikan dengan akal namun diyakini dengan

tanpa komentar kdanggengannya didasarkan kepada sikap

s ehari~

EJ

diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
Edward S._J)alam Sajogyo (!_985 : 90) tra

dis

yang

~ yang paling me~asr

adalah

"Traditium'' yaitu yang diteruskan (trasmited) dari masa lalu ke rnasa sekarang, bisa
berupa benda atau tindak laku sebagai unsur-tmsur kebudayaan atau berupa nilai,
norma, harapan dan cita-cita. Jadi tradisi sebagai pewarisan unsur-unsur budaya dari
satu generasi ke generasi berikut.

1.6.3. Perubahan Sosial Budaya
Kebudayaan sebagai bagian y a ng tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Koentjaraningrat ( 1986 : 180) mengatakan kebudayaan merupakan keseluruh.an
sistem gagasan tindakan dan hasiJ karya manusia dalarn rangka kehidupan
masyacakat yang dijadikan milik manusia dengan proses belajar. Ia wemiliki tiga

6

wujud yaitu wujud ide berupa gagasan, nilai dan norma. Wujudnya abstrak karena
tumbuh dalam pemilikan masyarakat pendukungnya. Selanjutnya wujud aktifitas atau
tindakan berpola dari masyarakat, disebut juga sistem sosiaJ. Wujudnya konkrit
karena dapat diamati. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik berupa benda hasil karya
manusia sehingga sangat konkrit.
Kebudayaan mengalami proses perubahan sejalan dengan tuntutan situasi yang
dihadapi masyarakat pendu.kungnya, Menurut Soedarsono (1995), cepat atau lambat
kebudayaan akan mengalami perubahan. Transformasi dapat terjadi terhadap bentuk
maupun nilai-nilai yang dimilikinya. Haviland (1993 : 352) mengemukakan bahwa
sesungguhnya ada beberapa hal sebagai penyebab- perubahan kebuday:aan yaitu
perubahan lingkungan yang diikuti oleh perubahan adaptif dalam kebudayaan, variasi
perorangan dalam memahami kara.kteristik kebudayaan yang dimilikinya sehingga
· meriimbulkan

~rubah

an

cara masyarakat dalam menafsirkan nonna dan nilai

budayanya, adanya kontak. dengan kelompok lain sehingga mengak.ibatkan masuknya
gagasan dan cara baru untuk. melakukan sesuatu sehingga .k.emudian menimbulkan
perubahan prilaku tradisional.

,

Iii ME.0

~

-

-

Pada masyarakat Karo transfonnasi budayajuga pasti teijadi yang berpengaruh
terhadap tradisi yang ada. Masyarakat yang dinamis dan dipengaruhi berbagai faktor
dari dalam maupun di luaruya tentu betpengaruh tcrhadap sikap mereka Sejalan
dengan itu, Dove (1 985 : xii) menyatakan masyarakat tradisional di Indonesia juga
dinamis. Bersamaan dengan perubahan lingkungan sosial dan alam. Mereka juga
berubah dalam suatu proses adaptasi. Dalam Karnus Sosiologi Antropologi (200 1 :
10) adaptasi diartikan sebagai penyesuaian te rha~p

7

lingkungan, pekerjaan dan

sebagainya. Adaptasi kebudayaan yaitu perubahan dalam unsur-Wlsur kebudayaan
yang menyebabkan unsur-Wlsur itu dapat berfungsi lebih baik lagi bagi manusia yang

mendukungnya.
Menurut Haviland ( 1999 : 348), adaptasi mengacu pada satu pengertian tentang
proses yang menyebabkan suatu organisme berhasil menyesuaikan diri dengan baik
pada lingkungan yang ada. Dengan hasil proses tersebut masyarakat mampu untuk

mengatasi kesu1itan dan memenuhi kebutuhan.

~

Soekanto (1988 : 339) menyatakan bahwa keadaan . hannoni. adalah sesuatu
yang diidamkan masyarakat. Maka ketika terjadi perubahan dalam masyarakat, antara

unsur baru dan lama dibutuhkan suatu penyesuaian agar .dapat berf!!.ngsi wajar.
Demikian halnya dengan Merdang Merdem, apakah terjadi perubahan dalam proses
adaptasinya terhadap perkembangan zaman sehingga tradisi ini terus bertahan. Hal ini
terjadi melatui proses pelaksanaan yang rutin dan tanggapan yaJJ.g besar dari
masyarakat.

NEe~

Selanjutnya Brutu (1998 : 2) menyatakan tradisi dari setiap kelompok
sesungguhnya tidak ada yang tetap dan baku. Selalu ada perubahan akibat faktor dari

dalam maupun dari tuar masyarakat itu. Hal ini dilihat dari pergeseran, penambahan
atau pengurangan unsur·unsur tradisi.

-~

"f {~

Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1988

337) mengatakan perubahan·

perubahan sosial merupakan varias-i dan cara hidup-baik karena perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya difusi atau penemuan baru dalam masyarakat.

8

Untuk mencoba mengetahui perubahan yang terjadi pada Merdang Merdem,
perlu dilihat hal apa saja yang mendorong pelaksanaannya tetap mtin terselenggara
meskipun terjadi perubahan situasi dalam masyarakat. Untuk mengetahui kondisi
tersebut, pen,elitian ini merujuk kepada teori Herkovits (1948 : 525) bahwa perubahan
kebudayaan dapat dilihat dar.i dua arab yaitu bagairnana keadaannya pada masa lalu

dan bagrumana pula pada masa sekarang ini. Jadi kebudayaan dilihat dari asal usul
serta faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern dan ekstern.
Herkovits merumuskan bahwa perubahan sebagai pengintegrasian kembali
yaitu berupa pewarisan elemen-elemen baru atau nilai baru atas makna suatu budaya

dalam menyesuaikan diri. Jadi perubahan adalah suatu kejadian

yang

_ b~rlangsu

dalam suatu jangka waktu.
Faktor intern merupakan segala faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
merdang merdem yang berasal dari masyarakat sendiri. Sedangkan faktor ekstern
merupakan segala hal yang berasal dari luar masyarakat; namun marnpu untuk
mempengaruhi perubahan pelaksanaan merdang merdem.
CJu,

~o/

1.7. Kajian Pustaka

~
~

Dalam proses mengeijak.an tulisan ini, studi kepustakaan merupakan hal mutlak
yang diperlukan dalam beberapa tujuan. Diantaranya dengan mempelajari literaturliteratur yang- terkait dengan objek bahac;;an. Melalui literatur-literatur tersebut
diharapkan membantu untuk mendapatkan masukan berupa konsep maupun teori
yang mendukung penulisan. Selain itu untuk menghindari terjadinya pengulangan
penelitian terhadap ·permasalahan yang sama. Dengan demikian dibu~an

9

studi

kepustakaan baik berupa buku dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan objek
pembahasan.
Penelitian dan penulisan tentang Merdang Merdem telah dilakukan sebelwnnya
dengan pendekatan dan konsep yang berbeda. Tarigan menulis Eksistensi dan Fungsi

Upacara Tradisional Merdang Merdem (Kerja Tahun) Pada Masyarakat Karo di
Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo (2004) (Skripsi Srujana, Fakultas
Ilmu Sosial UNIMED). Dengan pokok permasalahaii proses pelaksanaan Merdang
Merdem serta fungsinya terhadap masyarakat Karo di Kecamatan Munte. Tulisan
tersebut memberi masukan kepada penulis untuk mengetahui fungsi dan eksistensiMerdang Merdem---di daerah lain yaitu desa Munte. Tarigan lebih memfokuskan
kepada gambaran desa Munte, serta fungsi dan pelaksanaan Merdang Merdem secara
umum. Ia tidak mendalami dari sisi perubahan yang teljadi pada acara tersebut.

Namun hal

membantu penulis_ untuk memahami pengertian umum merdang
i~

merdem tersebut, khususnya di desa Munte sebagai pembanding pelaksanaannya di
Tiga Binanga.
Sitepu~

Dkk, dalam buku "Pilar Budaya Karo" (19%) membicarakan tentang

-

kebudayaan suku Karo. Buku ini membantu penulis untuk melihat berbagai tradisi
yang terdapat pada masyarakat Karo, salah satu adalah pesta tahunan termasuk
Merdang Merdem. Bulen ini menjadi pedoman bagi penulis untuk mengetahui ragam

kerja tahun (termasuk Merdang Merdem) serta daerah-yang melaksanakannya.
Ointing dalam buku "Religi Karo" Membaca Religi Karo dengan Alata Yang

Baru (1999) membicarakan tentang Merdang Merdem sebagai bagian dari ketja tahun
yang dipandang..,menjadi perekat bagi sistem kekeraba.!_an masyarakat Karo. Buku ini

10

juga memberikan gambaran waktu pelaksanaan serta istilah yang digunakan. Namun
dengan berkembangnya ajaran agama, terutama Nasrani telah tetjadi perubaha n
terhadap pelaksanaan Merdang Merdem. Hal ini tentu membantu penulis untuk
memahami perubahan Merdang Merdem ditinjau dari aspek religi.

~

Prints dalam buku "Adat Karo'' (1 996) memberik:an gambaran tentang
Merdang Merdem secara konsep ekonomi dan hubWlgan sosial ia menjadikan
Merdang Merdem sebagai titik awal pelaksanaan penanaman padi (kegiatan ekonomi)
serta titik peralihan dari perkabungan akibat kematian.

"Tanah Karo Simalem Ras Pijer Podi Karo" (1993)

Sitepu dalam buku

menyatakan bahwa Merdeng Merdem adalah suatu tradisi yang harus dilaksanakan
masyarakat K.aro setiap tahun karena terkait dengan kehidupan perekonomian dan .

. .
re l1g1.

!J

:%.

?

Ekadjiati dalam buku "Kebufj_ayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah " j ilid I

menyatakan bahwa
ma~y

ar

akt

Kanekes di Jawa Barat juga memi{iki tradisi dalam .

berhuma (pertanian), terutama padi. Lahajir dalam buku : Etnoekologi Orang Dayak
Tunj ung Linggang, j uga menyinggung tentang tanaman p adi pqda masyarakat
Benuag, Tunjung dan Rentenukng". Hal ini terkait dengan religi dan perekonomian.
Buku ini menjadi masukan dan pembanding bagi penulis untuk melihat tradisi yang
hampir sama di daerah lain, serta mengetahui hal-hal apa pula yang menjadi

--

perbedaannya.

~

&mua basil penelitian dan penulisan diatas memiliki hubungan dengan
penelitan yang penulis lak.ukan. Hal tersebut akan dijadikan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam penyusunan kerangka teori, meto_de dan basil penelitian. Namun

II

dari semua tulisan terse but, hanya ·merupakan gambaran umum. Penelitian yang
melihat Merdang Merdem dari aspek perubahan secara lebih mendalam belum
dilakukan.

~
1.8. Metode Penelitian \
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif dengan pendekatan

multidisiplin dan penelitian lapangan. Bogdan dan Taylor dalam Moleong-(2000 : 5)
menyatakan bahwa rnetode kualitatif sebagai proses penelitian yang menghasilkan
· data deskriptif berupa kata·kata tertulis atau Iisan dari orang--orang dan prilaku yang

~

diamati.

Penelitian ini merupakan kajian terhadap perubahan pelaksanaan tradisi
Merdang Merdem pada masyarakat Karo di Tiga Binanga. Fokus penelitian adalah

perubahan orien~s
/~

/~5

EG~

makna yang menyangkut uns
~.

1.8.1. Lokasi Penelitiao

~

/~'
~

ur-~s

pelaksanaannya.

Y

~

$

-

Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Penulis

-

-

memilih daerah ini karena adanya asumsi bahwa di daerah ini pelaksanaan Merdang
Merdem masih bertahan. Acara ini tetap dilaksanakan secara rutin walaupun telah
terjadj perubahan situasi/kondisi pada masyarakat yang sesungguhnya mendasari
diselenggarakannya tradisi tersebut.

..,.,..

Populasi adalah keseluruhan masyarakat yang melaksanakan acara Merdang
Merdem di Kecamatan Tiga Binanga tersebut. Sample penelitian adalah pelaksanaan
Merdang Merdem di beberapa desa di Kecamatan T.i@ Binanga yaitu : Kuta Buara,

12

Pertumbuken (Perbesi

mdan T iga Binanga yang dipilih

untuk mewakili secara

keseluruhan untuk dapat menggambarkan Merdang Merdem di Kecamatan Tiga
Binanga.

1.8.2. Tebnik Pengumpulan Data
Setiap

penelitian

ilmiah

memerlukan data

dalam

mencari

jawaban

pennasalahan yang dihadapi. Untuk itu tentu dibutuhkan beberapa suihber data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi tiga bagian yaitu :

1. Studi dokumen

V>
~/

\';
~

f~

(~

:

. ..,~-u

Sebelum ke lapangan, peneliti melakuk.an studi dokumen yaitu mempelajari
literatur yang terkait dengan objek pembahasan. Studi dokurnen digunakan
untuk mencari dan mengumpulkan data sebagai landasan teori dalam ·
menyelesaikan pennasalahan.
2. Observasi

/

~

T ....

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan
penelitian. lapangan. Peneliti harus d.atang ke lapangan dan berinteraksi
dengan masyarakat yang menjadi objek penelitian. Dengan tehnik pengamatan
(observasi) ini peneliti melihat secara langsung pelaksanaan Merdang
Merdem tersebut serta hal-hal yang terkait dengannya.
3. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengmnpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Hal ini
merupakan

alat

bantu

utama

13

dari

metode

observasVpengamatan

(Koentjaraningrat, 1986 : 124). Melalui perbincangan dan tanya jawab
diharapkan diperoleh masukan-rnasukan tentang permasaiahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini. peneliti juga memanfaatkan metode wawancara bebas

(tidak berstruktur). Pelaksanaan wawancara infonnal yaitu ketika informan
dalam perbincangan tidak menyadari telah terjadi proses wawancara.
Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dilakukan
dengan mempersiapkan pedoman wawancara yang akan ditanyakan. Namun
pertanyaan

tersebut

hanya

sebagai

acuan.

Ada

kebebasan

daJam

menyampaikan pertanyaan dan jawaban dari informan. Dengan demiKian
jawaban yang diperoleh dapat lebih mendalam, luas dan cukup akumt.

,

1.8.3. Tehnik Analisa Data
Analisa data merupakan hal yang penting karena dari kemampuan kita

menganalisa data diperoleh sesuatu yang akurat dari penelitan tersebut. Semua data
yang diperoleh, baik dari perpustakaan maupun lapangan diklasifikasikan. Data-data
tersebut dipilih dan diselidiki kemudian diolah dan dianalisa dengan metode
deskriptif analisis.
Dalam analisis data dipergunakan tehnik triangulasi yaitu memeriksa
keabsahan data dengan menggunakan hal lain diluar data tersebut sebagai
pembandi.ng.
Tehnik triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan sumber. Menurut
Patton (1987: 331) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

14

yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu ada beberapa earn yang digunakan
yaitu :
l. Memband.ingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.

u~,

~o

i H{
:;

~

u~o,.e

1.8.4. Pertanyaan Penelitian ~
Penelitian ini membahas tentang perubahan pelaksanaan tradisi Merdang
Merdern pada masyarakat Karo. Untuk itu perlu diuraikan beberapa pokok
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.

~

~

~

1.

Bagaimanakah Merdang Merdem dan proses pelaksanaannya ?

2.

Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada
tradisi Merdang Merdem ?

/

3.

Apakah terjadinya perubahan tradisi sebagai proses adaptasi terhadap

(

kondisi masyarakat sekarang ini ?

4.

Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan Merdang Merdem terhadap peran

serta masyarakat daerah ini yang telah bermukir;n di luar Kecamatan Tiga

~ :nru1ga? )
1.9. Kerangka Berpikir
Merdang Merdem merupakan salah satu tradisi yang terdapat pada masyarakat
Karo dan dilaksanakan secara rutin meski telah teljadi perubahan dalam masyarakat.
Penelitian ini- mencoba melibat fungsi merdang-merdem bagi masyarakat di

15

Kecamatan Tiga Binanga. Antusias yang tetap besar untuk menyelenggarakannya
baik masyarakat yang tinggal di Kecamatan Tiga Binanga maupun masyarakat yang
telah bennukim di luar wilayah tersebut.
Berbagai kondisi yang tetjadi dimasyarakat, baik yang muncul dari dalam
masyarakat maupun dari Iuar mengakibatkan tetjadinya perubahan-perubahan
Merdang Merdem tersebut. Namun Merdang Merdem tetap berlangsung sebagai
suatu tradisi yang seakan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Proses
pelaksanaannya tetap bet.jalan dari waktu ke waktu dan disambut dengan antusias
oleh masyarakat.
Penulis menggambarkan Merdang Merdem dan proses pelaksanaan serta
perubahannya dalam kerangka berflkir sebagai berikut :
Faktor intern
Lingkung!fl alam
Wawasan masyarakat

yang dipengaruhi

r

pendidikan, agama dan
Konteks &
Fungsi

tehnologi

Faktor ekstem
Pendidikan ~
~
Agama
~ .....
Tehnologi
~
Sosial ekonomi
Mobilitas masyarakat

Q:

(pendat~g)

16

1.10. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dalan1 beberapa tahapan yakni :
No.

Bulan ke

Kegiatan

1.

Persiapan

2.

Pengumpulan Data

3.

PengorgaQ.isasian

4.

Pemeriksaan

5.

Pengetikan Akhir

~sN

~'t

2

'
Mt:

...._
E,

Sejak 20 Februari 2006 s/d 20 Agustus 2006.

17

3

4

5

6

BABV

KESIMPULAN, 11\.fPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
~

A. Kesimpulan Konseptual
Setiap masyarakat terutama masyarakat pedesaan memiJiki tradisi yang
menjadi kek.ayaan budayanya Tr~jsi

tersebut di lak~

an

secara terus menerus,

namun ada pula yang menjadi hilang. Bertahannya pelaksanaan suatu tradisi pada
dasarnya disebabkan oleh keinginan ataupWl kebutuhan masyarakat tersebut Ada
suatu orientasi konteks dan fungsi yang diharapkan tercapai.

1

.,

)

Dinamika masyarakat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubaban pada
tradisi. Kondisi ini disebabkan beberapa fak:tor yang muncul. Lingk:ungan alam,

faktor dari Iuar mauptk keinginan atau kebutuhan dari masyarakat sendiri
menentukan hal ini. Keadaan tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan
bahwa suatu tradisi akan mengalami perubahan j ika dilihat bagaimana ia dahulu dan
sekarang. Terdapat pergeseran maupun hal baru yang dapat diamati. Hal ini sesuai
dengan pendapat tentang adaptasi yaitu penyesuaian terhadap faktor lingkru1gan alam

dan sosial.
·~

Faktor linglcungan terlihat pada kondisi pada kondisi alam yang menjadi tempat
tumbuhnya tradisi tersebut. Terjadi perubahan terhadap hal ini mempengaruhi
kelan.gsungan suatu tradisi sebagai pemilik tradisi maupun pendataog. Terdapat hal
lain yang berperan yaitu : pendidikan, agama, tehnologi, ekonomi serta mobilitas

masyarakat.

80

Maka dapat dikatakan bahwa bagaimana eksisnya pun suatu tradisi pasti telah
terjadi perubahan-perubahan didalamnya. Apak:ah berkaitan dengan konteks, fungsi
maupun tata cara pelak.sanaannya

B. Kesimpulan Faktual
Dari basil penelitian yang dilakukan dapat dismpulkan bahwa : Pelaksanaan
merdang merdem pada awalnya be!_k~tan

dengan

konte~

pertanian yaitu penanaman

padi. Padi sebagai tartaman utama tmtuk itu memiliki penjaga secara magis. Harus
dijaga keharmonisan bubungan agar mendapat basil yang baik. Pelak:sanaan acara
bersifat ritual sebagai wujud ucapan syukur dan permohonan untuk mendapat basil
yang baik juga. Hal ini merupakan fungsi primer dari merdang merdem.
~

Merdang merdem juga merupakan suatu pengikat kekerabatan bagi masyarakat,
baik yang bermukim di desa dengan yang eli luar daerah. Sasaran yang diharapkan
terjalinnya hubWlgan baik, penyelesaian segala masalah serta dapat merancang

-

-

rencana dengan baik. Hal ini karena menjadi pertemuan para keluarga. s NEe~.,
Merdang merdem j uga menjadi sarana hiburan bagi masyarak:at setelah
mendapatkan hasil panen. Hiburan tersebut berupa guro-guro aron. Hal ini juga

-

menjadi sarana pendidikan, terutama generasi muda Misalnya dalam seni tari, tutur,
aturan/tata krama hubungan adat, bekerja sama dan sebagainya.

(;

Dalam perkembangan sekarang, merdang merdem mengalami perubahan,
terutama konteks dan fungsi. Konte.ks religi yang dahulu merupakan .fungsi primer
digeser oleh konteks lainnya yaitu hiburan, kekerabatan dan pertemanan. Selain itu
muncul pula orientas[ lain yaitu prestise. Sebagian masyarakat memanfaatkan acara
ini untuk menunjukkan

kebr

~

dirinya. Prestise_ tersebut ditentukan faktor

81

pendika~

jabatan maupun kekayaan. Fungsi primer yang dahulu mendominasi

dasar dilaksanakannya merdang merdem digantikan oleh fungsi lain.
Pelaksanaan merdang merdem juga berubah sejalan dengan perubahan situasi
dan kondisi zaman. Dahulu penentuan jadwal dom.inan ditentukan berdasarkan
penanggalan (wari beras pati medem). Orang yang pintar tentang
hari~b

(simeteh

wari) sangat berperan. Narnun sekarang penentuan waktu lebih utama didasarkan
pada kesempatan yang paling memungkinkan agar orang-orang dapat kembali ke
karnpung halaman. Jadwal paling sesuai adalah liburan sekolah. Keadaan dan
kesempatan perantau turut mempengaruhi penentuan jadwal.

I\;.:,,.

Perubahan disebabkan faktor -dari dalam dan luar masyarakat Karo di Tiga
Binanga. Kondisi masyarakat, perubahan tanaman padi ke tanaman lain, pendidikan,
agama dan berbagai perkem bangan baru lainnya dalam masyarakat turut berperan.

~
5.2. Implikasi

~

Sebagai suatu tradisi, rnerdang merdem dapat dikatakan bertahan. Masyarakat
tetap melakukannya. Respon rnasyarakat yang bermukim di daerah dan di Iuar daerah
tetap besar. Partisipasi yang diberikan juga terus berlangsung. Namun berdasarkan
konteks, fungsi dan pelaksanaan telah tetjadi perubahan-perubahan nyata.

~ \

Merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan terjadinya pengaruh-pengaruh
dari luar masf aiakat terhadap malma dasar merda:rfg merdem. Proses adaptasi
terhadap keadaan masyarakat yang terns berubah justru membuat merdang merdem
dapat bertahan. Pergeseran konteks dan fungsi primemya kepada sesuatu yang lain
hams dapat dimaklumi. Masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga saat ini tidak

82

sarna dengan masyarakat yang dahulu. Sek.arang telah tetjadi variasi di tengah
masyarakat. Dasar penentuan kedudukan dan status juga turut berubah. Konsep lama

seperti merga taneh. digeser oleh bentuk bam yang berdasarkan pendidik.an, jabatan
dan kekayaan.

5.3. Saran

-

Berdasarkan kajian yang telaii dilakukan maka saran yang dapat dikemukakan :
Merdang merdem merupakan suatu tradisi yang mengandung nilai-nilai positif bagi
masyarakat. Diantaranya sarana kekerabatan yang dimiliki. Hal ini penting untu.k
menjaga hubungan dalam masyarakat, terutama

sat

~ in

yang dipengaruhl sikap

individualis.
Merdang merdem juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana menjaring
pemasukan baik materi maupun i~e-d

dari para pe~tau.

Hal ini penting untuk

pembangunan daerah. Adanya hubungan yang terjalin menumbuhk.an ikatan bathin
terhadap daerah asal. Dengan kekuatan tersebut mempercepat perkembangan daerah.

Merdang m,erdem juga dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik bagi masyarakat
lain. Jika acara ini dikembangkan menjadi suatu produk wisata yang terlaksana secara
periodik. Masyarakat di luar etnis Karo di Kecamatan Tiga Binanga dapat menikmati
sebagai salah satu acara hiburan. · -· · _ c

------

~

J

83

'a _ _cJ \"'n_' . _J
s:::

5.4. Rekomendasi
Penelitian ini sesungguhnya masih dapat dilanjutkan kepada hal lain selain
religi, ekonomi dan budaya. Pengkajian tentang merdang merdem dapat dihubungkan
dengan kehidupan sosial politik masyarakat, promosi dagang. Misalnya
pemanfaatan dalam ajang :
- PilKaDa

j

('\

?

- Eksistensi I)epala Pemerintahan setempat

~'{($

-Dsb

Ataupun sebagai sarana promosi untuk: barang"barang produk:si maupun jasa tertentu.
~

~

~

84

~

DAFTAR PUSTAKA

I

r-,.• ·

MILIK PERPUSTAKAAN}

'

UN J M
~

Nl .....

. ..

AI Barry, M. Dahlan Yacub, 2001. Kamus Sosiologi Antropologi, Surabaya: Penerbit
lndah.

r

~sNEc' ?'

Bangun, T. 1986. Manusia Batak Karo, Jakarta : Inti ldayu Press.

~ . .~ .

Barth. Fredericlt, 1988, Kelompok Etnik dan Bqtasannya, Jakarta : UI Press.

I

Brutu., Lister, dkk. 1998. TradisL sfan Perubahan, Kgnteks Masyarakf11 Pak-Pak
Dairi, Medan : Monora.
r
.,
~

~

Cassirer, Ernst, 1981. Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esay Tentang Manusia.
Jakarta : Gramedia.
Colletta, Nat J. dkk: 1987. Kebudayaan dan Pembangunan, Sebuah Pendekatan
Terhadp
~ -Antropologi Terapan di Indonesia;- Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.

·'

Daeng, Hans. J. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan Antropologi.
Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Dove,

Mich
ael.
_ ~{ed)
. 1985. Per'll'g_n Kebudayaan 'f!:t;_disi. Jakarta :
Ilmu Sosial dan FIS-UI.
Y~

Ilmu-

Ekadjati, Edi. S. Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah. Jilid l, Bandung :
Pustaka Jaya.
Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya dan Komuniktas di Indonesia. (Terj.) Jakarta:
FIS-UI. -Gintings, E. P. 1999. Religi Karo, Membaca Re/igi Karo dengan Mata yang Baru.
Kabanjahe : Abdi Karya.
U

I

I

-

Haviland, A. William. 1999. Antropologi, Jilid I. Jakarta : Erlangga
_ _ _ __ :_ - , l999,Antropologi, Jilid II. Jakarta: Erlangga
NEe~

Herkovits, M. J. Alfned. A .K. 1958. Man and His Work. (Terj.) New York

~ .....

~

J.T. Dannanto. Sudarto, P.H. 1982. Mencari Konsep Manusia Indonesia, Sebuah
Bunga Rampai. Jakarta : Erlangga.

85

Keesing, Roger. M. 1999. Antropologi Budaya Suatu PerspektifKontemporer, Jilid 1,
Jakarta : Erlangga.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaa,
Gramedia.

~ .;o

_ _ __ _

r>

___,

Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta

1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI Press.

~

, 1996. Pengantar Antropologi. Jilid 1, Jakarta : Reineka Cipta.

Kuntowijoyo. 1999. Budaya & Masyarakat, Jogjakarta: Tiara Wacana.

c

lllle.O /

)

I

-

Lahajir, Etno Eko/ogi Perladangan Orang Dayak Tunjung Linggang. Jogjakarta :
Galang Printika.
I
Lauer, Robert. H. 1989. PrespektifTentang Perubahan Sosial. (Terj.) Jakarta : Bina
Aksara.
I

Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kwa/itatif. Bandung: Remaja Rosdahanya.
Perangi

-Angi~

Martin. L. 2004. Orang Karo Diantara Orang Batak, Catalan
Penting Tentang Eksistensi Masyaraka( Karo. Jakarta : Pustaka Soramido.

Prints, Darwan. 1996. Adat Karo. Medan : Tanpa PenerbiL

o) .' .

n

o)

Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Rahmah, Siti. 2005. Guro-Guro Aron pada Masyarakat Karo, Kajian Terhadap
Perubahan Bentuk Pertunjukan. Tesis Meraih Gelar Magister Sains. Medan.
UNfMED.
-.,;t/1~
I
0 c/
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. SosiologUledesaan. Jakarta : UGM Press. ~
Simanjuntak, Bungaran. A. 2004. Kapita Selekta Teori-Teori dan Sejarah Sosiologi.
Medan : Universitas Negeri Medan. 1
VII
Sitepu, Bujur. 1993. Tanah Karo Simalem ras Pijer Podi Karo. Medan.
Sitepu, Sempa, dkk. 1996. Pilar BUdaya Karo. Medan- Percetakan Bali.

.';'- ·

~~

~;

J

Soedarsono. 1995. Mudra. Jurna/ Seni Budaya No.3 Tahun Ill. Denpasar: STSI.
Soedjito. 1987. Aspek Sosial Budaya dalam Pembangunan Pedesaan. Jogjakarta :
Tiara Wacana.

86

Soekanto, Soetjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
Tambun. P, dkk. 1958. Sejarah Adat /stiadat dan Tata Susunan Rakyat Karo.
K.abanjahe: UP. Mbelin Gunana.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Percikan Budaya Karo. Jakarta : Yayasan Merga
Silima.
I

Tarigan, Nenni Wahyuni. 2004. Eksistensi dan Fungsi Upacara Tradisional Merdang
Merdem (Kerja Tahun) pada Masyarakat Karo di Desa Munte Kabupaten

Karo. Skripsi Sarjana, FIS UNIMED.

""

..

·~v

-

/

..
-

Van Baal, J. 1988. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta :
Gramedia.

Wolf, Eric. R. Petani Suatu Tinjauan Antropologi. Jakarta: CV. Rajawali.

87