Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)
Diajukan Oleh : ITA FEBRINA SINURAYA
1009220
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)
Diajukan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Serjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
NAMA: ITA FEBRINA SINURAYA NIM :1009220
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama


: Ita Febrina Sinuraya

NIM

: 100922020

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang

Kercamatan Payung Kabupaten Karo

(Studi deskriptif Kualitif Tentang Proses Komunikasi Pesta

Budaya Tahunan di Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten

Karo)

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan di terima sebagai bagian persyarakatan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Serjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.


Majelis Penguji Ketua Penguji……………………………………………………….(tanda tangan) Penguji………………………………………………………………(tanda tangan) Penguji Utama………………………………………………………(tanda tangan)

Ditetapkan di : Tanggal :

i Universitas Sumatera Utara

KATA PENGHANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Atas berkat dan kasih-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo)”. Penulisan Skripsi dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Serjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.
Secara khusus saya menyampaikan rasa terima kasih yang terdalam kepada ayahanda Sahrum Sinuraya, Ibunda Nurlena br Bangun, serta kakak Emra Sinuraya, Iche Sinuraya, Arif Sinuraya, dan Hendra Ginting atas doa, dukungan materi dan moril yang diberikan untuk motivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara. Serta seluruh jajaranya.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing saya.
4. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari semester awal hingga saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.
5. Seluruh Karyawan tata usaha Departemen Ilmu Komunikasi Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.
ii Universitas Sumatera Utara

6. Buat temen Ekstensi Komunikasi 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi semangat dan bantuan menyelesaikan skripsi ini.
7. Para informan yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan serta selutuh pegawai kantor Kepala Desa dan Kecamatan Payung serta masyarakat sekitar. Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu

dengan segala kerendahan hati saya berharap pembaca dapat memberikan saran dan keritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam pengetahuan dan pengalaman saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Medan, Desember 2013 Ita Febrina Sinuraya
iii Universitas Sumatera Utara

LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebaga citivas akademik Universitas Sumatra Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Ita Febrina Sinuraya

NIM

: 100922020

Departemen : Ilmu Komunikasi

Universitas : Universitas Sumatra Utara


Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Sumatra Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ( Non-

ekslucive Royalti – Free Righ).

Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang Kercamatan

Payung Kabupaten Karo ( Studi deskriptif Kualitif Tentang Proses Komunikasi

Pesta Budaya Tahunan di Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo ).

Berseta perangakat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non Eksklusif ini Universitas Sumatra Utara berhak menyimpan, mengalih

media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan datab (database), merawat


dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Yang menyatakan

ITA FEBRINA SINURAYA

iv Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitia n kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.
Peneliti mengunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitiannya yaitu komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya. Penelitian ini melibatkan Sembilan orang informan yang merupakan Ketua Adat, masyarakat desa Batu Karang, dan pemuda desa Batu Karang yang di peroleh dengan Purposive Sampling, penelitan kualitatif tetap dihadapkan pada orang-orang yang dapat mengungkapkan informasi dan orang itu bisa sedikit dan bisa banyak, bisa homogen sifatnya dan karakteristiknya, bisa juga berbeda. Hasil penelitian menemukan tentang proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan yang menjadi tradisi dan tetap dilaksankan, tentang sebelum dilaksanakannya Pesta Budaya Tahunan sampai pelaksanannya dalam Guro-guro Aron dan acara silaturahmi keluarga tiap rumah tangga serta memasak lemang sebagai makanan khasnya.
Kata Kunci : Proses Komunikasi. Komunikasi Kelompok, Komunikasi Budaya, dan Penelitian Deskriptif
v Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI KUALITATIF
HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................... i KATA PENGHANTAR............................................................................... i LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... iv ABSTAK ....................................................................................................... v DAFTAR ISI................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR.................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah.................................................................. 1 1.2 Fokus Masalah ..................................................................... 11 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 12 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian................................................ 13 2.2 Kajian Pustaka...................................................................... 14 2.3 Model Teoristis .................................................................... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ................................................................ 31 3.2 Objek Penelitian ................................................................... 39 3.3 Subjek Penelitian.................................................................. 40 3.4 Kerangka Analisis ................................................................ 41 3.5 Tehnik Pengumpulan Data (termasuk waktu penelitian) ..... 42 3.6 Teknik Analisis Data............................................................ 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ..................................................................................... 51 4.2 Pembahasan.......................................................................... 86 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.............................................................................. 98 5.2 Saran ........................................................................................ 99
vi Universitas Sumatera Utara

5.3 Saran Akademik/ Teoristis................................................... 100 5.4 Saran Praktis ........................................................................ 100 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 101
vii Universitas Sumatera Utara

Nomor 2.3 3.5

DAFTAR GAMABAR Judul
Model Teoristis Kerangka Analisis

Halaman 27 44

viii Universitas Sumatera Utara

DAFTAR REFRENSI LAMPIRAN
- Biodata Penelitian - Daftar Bimbingan Skripsi - Hasil Wawancara - Surat Keterangan Penelitian
ix Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitia n kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.
Peneliti mengunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitiannya yaitu komunikasi, komunikasi kelompok dan komunikasi budaya. Penelitian ini melibatkan Sembilan orang informan yang merupakan Ketua Adat, masyarakat desa Batu Karang, dan pemuda desa Batu Karang yang di peroleh dengan Purposive Sampling, penelitan kualitatif tetap dihadapkan pada orang-orang yang dapat mengungkapkan informasi dan orang itu bisa sedikit dan bisa banyak, bisa homogen sifatnya dan karakteristiknya, bisa juga berbeda. Hasil penelitian menemukan tentang proses komunikasi Pesta Budaya Tahunan yang menjadi tradisi dan tetap dilaksankan, tentang sebelum dilaksanakannya Pesta Budaya Tahunan sampai pelaksanannya dalam Guro-guro Aron dan acara silaturahmi keluarga tiap rumah tangga serta memasak lemang sebagai makanan khasnya.
Kata Kunci : Proses Komunikasi. Komunikasi Kelompok, Komunikasi Budaya, dan Penelitian Deskriptif
v Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari komunikasi. Setiap aktivitas yang kita lakukan selalu disertai dengan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, secara sengaja maupun tidak. Ketika kita berbicara dengan orang lain, berbelanja dipasar, belajar, maupun ketika melakukan tugas lainnya, semuanya dengan dan melalui komunikasi. Melalui komunikasi, kita mampu untuk belajar, memahami sesuatu, bergaul, bermusuhan, dan lain sebagainya. Sangat penting peranannya komunikasi bagi kehidupan sosial, tradisi, pendidikan, dan politik. Dimana proses komunikasi menjadi dinamika transaksional yang mempengaruhi perilaku, yang mana sumber dan penerimaannya sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan melalui satu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Komunikasi juga sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Kebutuhan manusia untuk berhubungan/berkomunikasi dengan sesamanya sudah dimulai sejak zaman Adam dan Hawa. Oleh kerana itu sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Jadi jelaslah bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (sosial). Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
1 Universitas Sumatera Utara

2
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi, karena itulah dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia dan komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan sosial.
Proses komunikasi itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara kelompok maupun secara individual dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapaian titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang berkomunikasi.
Dari sejak awal perkembangannya, para ahli dari berbagai disiplin ilmu turut memberikan sumbangan yang besar terhadap keadaan dan dan definisi ilmu, seperti Hovland (Effendy,1992:10) Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan dan sikap, pendapat dan tingkah laku.
Rogers dan Lawrence (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam (Wiranto,2004: 6-7). Menurut Effendy (1992:10) komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain baik secara

3
langsung maupun tidak langsung melalui media. Pada saat acara Pesta Budaya Tahunan dalam suku Karo membutuhkan proses komunikasi.
Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti dan selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dbicarakan.
Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan hal yang membantu manusia dalam bertumbuh dan berkembang serta menemukan pribadi masing-masing. Ekspresi keinginan maksud, tanggapan serta tujuan manusia disampaikan melalui komunikasi. Komunikasi adalah hal yang menghubungkan interaksi sosial, baik itu secara individu maupun kelompok. Melalui komunikasi anggota kelompok dapat berinteraksi, dan komunikasi efektif adalah prasyarat untuk setiap aspek fungsi kelompok. Ada beberapa bentuk komunikasi yang kita ketahui, salah satu diantaranya adalah komunikasi kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite dipedesaan


4
yang tengah mengadakan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antarpesona (Mulyana, 2005:74)
Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduam di antara mereka (Bungin, 2006: 264-265). Komunikasi kelompok (group communication) termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi tatap muka dan saling melihat.
Menurut Alvin A.Golberg dan Carl E. Larson (1985:6), komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi kepada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kita dapat mengajukan bermacam-macam pertanyaan yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan jawabannya akan membantu kita memahami lebih baik batas-batas dan atribut-atribut komunikasi kelompok dan pada musyawarah desa juga membutuhkannya.
Menurut David W. Johnson dan Frank P. Johnson (2012:135-136) mengatakan komunikasi kelompok dapat juga diartikan sebagai suatu pesan yang disampaikan oleh seorang anggota kepada satu atau lebih anggota yang lain dengan tujuan mempengaruhi perilaku orang yang menerima pesan . seorang anggota kelompok

5
mengirmkan pesan “waktunya memilih” untuk membangkitkan respon . “semua yan setuju angkat tangan anda”. Semua tanda yang bertujuan mempengaruhi perilaku orang yang menerima pesan dengan cara apapun adalah komunikasi.
Ketika penerima pesan menafsirkan pesan yang sama dengan pesan yang dimaksud oleh pengirim pesan merupakan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok (Johnson, 2006). Jika John mencoba untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lain bahwa hari ini hari yang indah dan dia merasa senang dengan mengatakan “Hai” sambil tersenyum hangat, dan jika anggota kelompok lain menafsirkan perkataaan “Hai” dan senyuman John tersebut, dengan John berfikir hari ini hari yang indah dan John merasa senang, maka terjadi komunikasi yang efektif. Jika anggota kelompok lain menafsirkan perkataan “Hai” dan senyuman tersebut dengan John ingin mengadakan diskusi kelompok, maka terjadi komunikasi yang tidak efektif.
Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kacil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communicaton), jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication) misalnya komunikasi kelompok di pedesaan.
Kerumitan komunikasi kelompok tercermin pada kemampuannya untuk menembus dan hakikatnya kebersamaannya. Komunikasi dapat menembus semua aspek dalam memahami anggota kelompok yang lain. Kapanpun anggota kelompok saling melihat, mendengar, mencium, atau menyentuh, pada saat itulah terjadi komunikasi. Selain itu,” komunikasi adalah proses kebersamaan dimana

6
anggotanya menerima, mengirim, mengartikan, dan menyimpulkan semua pada saat yang bersamaan, komunikasi bukan merupakan serangkaian peristiwa di mana anggota kelompok memikirkan suatu pesan, mengirmkannya dan anggota kelompok lainnya menerimanya. Namun demikian, hakikat komunikasi kelompok yang terjadi pada banyak orang, menjadikannya sulit untuk menciptakan suatu teori komunikasi kelompok.” (Johnson, 2006).
Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan, dan demikian juga antar komunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil, misalnya pertemuan, rapat, dan lain-lain. Komunikasi kelompok kecil pasti melibatkan komunikasi antar pribadi sehingga teori komunikasi antar pribadi juga berlaku disini. Umpan balik yang dapat diterima dengan segera menentukan penyampaian pesan berikutnya. Namun, pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antarpribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi didalam kelompok dan juga antar-kelompok.
Selain komunikasi kelompok, ada juga budaya yang menjadi salah satu bentuk dari komunikasi. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

7
Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas msyarakat desa.
Komunikasi mempengaruhi budaya dimana budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Hal ini terjadi karena melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi.

Komunikasi sebagai bagian dari budaya, berperan penting dalam proses komunikasi pada pesta budaya ini. Lewat komunikasi terjadi interaksi-interaksi dari masyarakat sekitar. Tradisi merupakan cara kita menyiapkannya dan mengkonsumsinya. Tradisi yang membuat kita mematuhi peraturan adat istiadat yang ada di tempat kita tinggal contohnya Pesta Budaya Tahunan.
Sebelum kita membahas tentang proses komunikasi pesta budaya tahunan di suku Karo, maka perlu kita memahami dan mengetahui tentang Kerja tahun (Pesta Budaya Tahunan). Menurut E.P. Gintings (1999:175-176) menjelaskan di tengahtengah masyarakat Karo Kerja Tahun merupakan suatu alat perekat “nesesitas hidup” orang Karo dalam system kekerabatan karena setiap tahun orang Karo

8
datang ke kampung bersangkutan yang melakukan Kerja Tahun (Pesta Budaya Tahunan).
Kerja tahun merupakan kesempatan bagi orang yang diperantauan atau dari desa atau dari kota untuk pulang ke kampung karena kekerabatan seperti itu membuat orang lebih dekat hubungannya.
Ada beberapa bentuk kerja Tahun di suku Karo menurut E.P. Gintings (1999:175-176) yaitu:
1. Merdang-merdem (Rebu merdang) 2. Nimpa bunga benih (ngambur-ngamburi) 3. Mahpah 4. Perayaan Nasional 17 Agustus 1945 (hari Kemerdekaan RI) 5. Ngambur-ngamburi 6. Mere man page 7. Ngerires Nama-nama ini ada variasinya seturut dengan hal-hal apa yang menjadi tekanan suatu perayaannya dan menurut daerahnya masing-masing, dan ada juga disuatu daerah misalnya beberapa dari bentuk dan nama perayaan itu mereka rayakan, yang lainnya tidak. Pada mulanya perayaan-perayaan tadi mengandung paham magismistisanimistis karena pada zaman dahulu orang belum berfikir secara ontologis dan fungsional seperti pada zaman modern. Oleh karena itu “adat”, “bicara”, “kiniteken” (kepercayaan) masih saling terpaut dan belum mampu memisahkannya. Misalnya bentuk upacara kerja tahun ini terkait dengan phase tertentu dalam musim menanam padi dan sejak penanaman (benih) mulai bunting

9
panen sesudah panen dan sebagainya, karena dalam paham lama padi itu juga dipahami memiliki roh dan ritus-ritus tersebut dilakukan dalam artian “du et des” Si beru Dayang” dipahamin sebagai dewa yang disuruh “Dibata Kaci Kaci” memberi benih padi dan telah mengajar manusia menanam padi untuk makanannya sehari-hari. Tahap kebudayaan sudah semakin mencerminkan kehidupan berladang dan lebih menetap.
Sehubungan dengan budaya menanam tersebut terdapat “mithe” penanaman padi yang terkait pada saat “merdang” (menanami) saat padi bunting, saat panen dan seterusnya yang harus melihat hari-hari yang baik untuk pekerjaan tersebut agar hubungan makrokosmos dan mikrokosmos tetap langgeng berkesinambungan. Karena “Si beru dayang” tidak selamanya disuruh “Dibata Kaci-Kaci” datang ke dunia ini maka sebagai representasi Allah yang dipahami transenden menjadi immanen dalam diri “kalimbubu” sehingga ia dinamai “Dibata ni idah”, karena “mithe” adalah sejarah yang belum selesai maka “kalimbubu” dalam kaitan musim tahapan menanam padi tersebut diundang atau menjadi tempat meminta benih dan kelanjutannya. Dalam jiwa seperti itulah dibuat pesta-pesta atau dibesarkan menjadi perayaan-perayaan tertentu dan dibuat “gendang aron” dalam “kerja tahun”. Bila menghormati “kalimbubu” berarti menghormati “page” dan juga sebaliknya dan juga sekaligus menghormati “Si beru dayang” dan menghormati benih padi tersebut. oleh karena itu ada beberapa perayaan sehubungan dengan phase pertumbuhan benih tetrsebut antara lain:
Benih padi sewaktu “lebeng” (tanah dilobangi dan ditaruh benih) disebut “Beru Dayang ragun-ragun”.
Benih di dalam tanah disebut “Beru Dayang Buniken”

10
Benih menjelang tumbuh disebut “ Beru dayang melembing” Benih sudah mulai berdaun disebut “Beru Dayang meduk-eduk” Benih sudah bunting disebut “Beru Dayang rumencet” Benih sudah tua (masak, menguning) disebut “Beru Dayang perinte-rinte atau “pedolan-dolan” Benih menjelang dimasukkan ke lumbung disebut “Beru Dayang pegungun” Pesta tersebut ada hubungannya dengan phase perkembangan “page” (padi) tersebut. Tentu sesudah Kristen tidak secara otomatis semua ritus-ritus lama diangkat dan diteruskan. Hal-hal yang bersifat adat dan dapat mengembangkan kualitas hubungan kasih persaudaraan diteruskan dan unsur-unsur kepercayaan lama di tinggalkan dan di ganti menjadi kesempatan berdoa dan ucapan syukur kepada Allah dalam diri Tuhan Yesus. Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Proses Komunikasi Pesta Budaya Tahunan Pada Suku Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo” . Pesta tahunan yang diadakan di Desa Batu Karang Kecamatan Payung merupakan suatu perayaan/pesta tahunan yang paling besar dan paling banyak diminati oleh penduduk karena dirayakan bertepatan dengan Tahun baru setiap Tahunnya. Pesta tahunan ini merupakan salah satu adat istiadat dari kebudayaan suku Karo yang sampai saat ini masih dipertahankan nilai-nilai kebudayaannya. Bahkan banyak diantara kita masyarakat yang tinggal khususnya di Kota Medan, belum mengetahui bahkan mengenal seperti apa pesta tahunan tersebut. Mengapa budaya tersebut masih tetap dijalankan bahkan hingga sampai saat ini.

11
Untuk itulah disini peneliti ingin memperkenalkan salah satu bentuk dari keanekaragaman yang dimiliki suku Karo, yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita dan patut kita lestarikan. Banyak diantara kita mungkin mengetahui sekilas mengenai pesta tahunan, namun tidak mengetahui untuk apa sebenarnya pesta tahunan ini dilakukan.

Bagaimana proses yang harus dilalui sebelum menggelar pesta tahunan ini dan apa manfaat yang bisa diambil setelah dilaksanakannya pesta tahunan tersebut terutama bagi suku karo yang mendiami desa Batu Karang Kecamatan Payung. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk mengkaji bagaimana tradisi komunikasi dalam pesta budaya tahunan pada suku batak Karo di Desa Batu Karang Kecamatan Payung. 1.2 Fokus masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian ini menganalisis mengenai proses komunikasi dan bagaimana
cara menentukan hari baik, pembentukan panitia, keamanan, hiburan dan hewan yang akan dikurbankan pada Pesta Budaya Tahunan. 2. Penelitian ini menganalisis mengenai apa itu Guro-guro aron pada Pesta Budaya Tahunan. 3. Penelitian ini menganalisis mengenai apa saja makanan khas pada Pesta Budaya Tahunan. 4. Penelitian dilakukan bulan Agustus sampai pada waktu yang dibutuhkan peneliti sesuai dengan data yang diperlukan.

12
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ada pun tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi pesta budaya tahunan dan komunikasi kelompok untuk menentukan hari baik, pembentukan panitia guro-guro aron, keamanan desa, hewan yang akan dikurbankan dan hiburan pada saat Pesta Budaya Tahuan di desa Batu Karang. 2. Untuk mengetahui proses komunikasi dan komunikasi budaya dalam Guro-guro Aron pada Pesta Budaya Tahunan di desa Batu Karang. 3. Untuk mengetahui cara makanan khas dan memasak yang menjadi makanan khas pada Pesta Budaya Tahunan di desa Batu Karang.
1.4 Manfaat penelitian 1 Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU Medan. 2 Secara praktis, penelitian ini diharapkan bagi generasi muda Karo mempelajari serta melestarikan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan. 3 Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu komunikasi dan memberikan manfaat bagi peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif/Paradigma Kajian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu
kebenaran. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian yang berfungsi (perilaku di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu) (Moleong, 2005:49).
Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah deskriptif kualitatif dimana pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Sementara itu penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, data hasil penelitian diperoleh secara langsung, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen sehingga peneliti mendapat jawaban apa adanya dari responden.(Iskandar, 2007:35-37).
Pendekatan interpretif juga melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan
13 Universitas Sumatera Utara

14
pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara. (http://ernams.wordpress.com/2008/01/07/pendekatan-interpretif/ diakses pada tanggal 5 Juli 2012).
Peneliti menggunakan pendekatan interpretif dimana berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. (Neuman, 1997: 68). 2.2 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2010:49).
Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian kekinian sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu. (Danim Sudarwan, 2001:105 dalam Iskandar, 2009:100).

Dengan adanya kajian teori, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

15
2.2.1 Komunikasi Komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti
halnya bernafas. Kebutuhan manusia untuk berhubungan/berkomunikasi dengan sesamanya sudah dimulai sejak zaman Adam dan Hawa. Oleh kerana itu sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Jadi jelaslah bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (sosial).
Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi. Karena itulah dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia dan komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan sosial.
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat keasamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Secara trminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.
Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi

16
sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. (Effendy, 2004: 3-4).
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. (De vito, 1997:23).
Menurut (liliweri, 2004:5), esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang “melayani’ hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertamatama tertarik mempelajari komunikasi manusia (human communication), sebuah proses komunikasi yang melibatkan manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa yang akan datang. Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang trampil dari manusia (communication involves both attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbolsimbol dengan orang lain. Biasanya dalam kehidupan kita sehari-hari baik di kota maupun di pedesaan.
Menurut (Rudy, 2005:1), komunikasi adalah proses penyampaian informasiinformasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan

17
menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non verbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan atau kesepakatan bersama.
Selanjutnya Lasswell (Effendy,2006: 9-10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? yakni :
a. Who (sumber, komunikator) b. Says What (pesan yang disampaikan) c. In Which Channel (melalui apa) d. To whom (kepada siapa, komunikan) e. With What Effect (bagaimana hasil/efeknya) Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti dan selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dbicarakan misalnya sama suku atau bahasa persatuan. Proses komunikasi itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan antar manusia baik secara kelompok maupun secara individual dari satu pihak kepada pihak yang lain. Dalam proses penyampaian

18
pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapaian titik tertentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihak-pihak yang berkomunikasi.
Selain itu (Morissan, 2009:11), mengemukakan komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita. Interaksi akan mengarah pada makna yang dipahami bersama dan sekaligus memperkuat makna bersama itu. Interaksi juga membangun berbagai konvensi yang merupakan standar makna dan tindakan, seperti peraturan, peran orang-orang tertentu, serta norma-norma yang memungkinkan terjadinya interaksi lebih jauh. Teori interaksi dirancang untuk menjelaskan proses sosial dan menunjukkan bagaimana tingkah laku orang dipengaruhi oleh aturan atau norma-norma kelompok.
Robert E. Park komunikasi menjadi sangat penting dalam membentuk sebuah kebersamaan masyarakat, komunikasi menciptakan, atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti, bahwa sebuah konsensus dan pengertian bersama diantara individu-individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah menghasilkan, tidak saja unit-unit sosial tetapi juga unit-unit kultural, dalam masyarakat, karena kebudayaan dalam hal ini adat- istiadat menjadi harapan atau menjadi harapan atau menjadi faktor perekat bersama dalam suatu komunitas masyarakat desa. ”Bagaimanapun juga kehidupan bersama suatu kelompok dalam masyarakat menjadi ada dan terus ada karena memiliki sejarah dan tradisi yang panjang yang diturunkan dari saru generasi ke generasi lain” ( Liliweri, 2004:179).

19
2.2.1.1 Karakteristik Komunikasi Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009:33-34): 1. Komunikasi suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi. 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai. 3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan

20
sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. 4. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misalnya: bahasa. 5. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi. 2.2.1.2 Saluran Komunikasi Setelah dikemas, pesan dapat disampaikan melalui saluran (channel) atau media. Pengirim dapat memilih media lisan (oral), tertulis (written), atau elektronik (electronic). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan berhasil bila

21
terjadi saling pengertian diantara kedua belah pihak yang berkomunikasi baik secara individu ataupun kelompok secara verbal maupun non-verbal. 2.2.2 Komunikasi Budaya
Budaya adalah sebuah kata yang mengandung banyak arti. Menurut kamus bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa sansekerta bodhya yang berarti akal budi. Berikut adalah beberapa pengertian ataupun defrenisi budaya menurut beberapa para ahli:
Budaya adalah proses pemahaman bukan hanya untuk memahami alam eksternal atau realitas, melainkan juga sistem sosial dimana proses itu mengambil bagian, serta identitas sosial dan aktivitas sehari-hari manusia di dalam sistem sosial. Pemahaman kita terhadap diri sendiri, terhadap relasi sosial yang kita miliki, dan terhadap realitas merupakan hasil produksi dari proses cultural yang sama (John Fiske, 2012:198-199).
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makan, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu (Mulyana dan Rahmat, 2005: 18).
Menurut Koentjoroningrat budaya adalah “segala hasil daya cipta rasa dan karya manusia yang dijadikan milik diri seseorang dalam masyarakat dengan cara belajar. Kata budaya dipergunakan dalam berbagai diskursus atau pembahasan dan ini dikarenakan luasnya aspek kehidupan yang disentuh.” Murdock (1978) mendeskripsikan budaya dalam tujuh puluh Sembilan ragam aspek kehidupan, yang oleh Barry (1980) dikategorisasi ulang hingga dapat

22
teringkas menjadi delapan aktivitas kehidupan. Kedelapan kategori tersebut adalah: 1 Karakteristik umum 2 Makanan dan pakaian 3 Rumah dan teknologi 4 Ekonomi dan transportasi 5 Aktifitas individual dan keluarga 6 Komunitas dan pemerintahan 7 Kesejahteraan 8 Seks dan lingkungan kehidupan
Daftar kategori diatas secara jelas menunjukkan betapa kompleksnya budaya sebagai sebuah konsep. Budaya menyentuh semua aspek kehidupan kita sebagai mahluk hidup. (http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/11/11/faktorbudaya-dalam-komunikasi/). Menurut Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan subbudaya) yaitu : kompleks dan banyak segi, tidak dapat dilihat, berubah sejalan dengan waktu. Jika kita menganalisis dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar maupun kebudayaan (atau subbudaya) dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di daerah atau desa, penjara, lembaga pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi (khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan

23
kategorisasi). Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai kehidupan masyarakat dalam interaksinya setiap waktunya.
Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri. Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari masyarakat yang bersangkutan. Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi, mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.
Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan) kebudayaan baru muncul ketika terjadi :
1. Anggota kebudayaan (subbudaya) melakukan pelanggaran terhadap standar-standar yang berlaku selama ini.
2. Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan atau subbudaya lain dan ketika terjadi interaksi terlihat adanya perbedaan tingkah laku yang selama ini dikenalnya dan dilakukannya.

24
2.2.2.1 Hakekat Budaya Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang
tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan secara bermacam-macam.
Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan kebudayaan menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta lingkungan sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi.
Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Pada umumnya manusia belajar dalam konteks sosial dalam kehidupan sehari-hari, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan serta tingkah laku manusia itu sendiri.
Kebudayaan menegaskan nilai-nilai dasar tentang kehidupan manusia pada dasarnya seperti : apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan oleh manusia itu sendiri. Setiap manusia/individu pertama kali belajar kebudayaan dalam lingkungan keluarga mereka masingmasing. Lingkungan keluargalah yang mengajarkan (baik secara langsung

25
maupun tidak langsung) mengenai keyakinan, adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya.
Maka individu tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan yang melingkupi segala aspek masyarakat. (http://pramsky.blogspot.com/2009/12/kaitan-komunikasi-danbudaya.html). 2.2.3 Komunikasi Kelompok 2.2.3.1 Pengertian Komunikasi Kelompok
Menurut Lubis (2007: 1118-119) didalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa pengertian yang diberikan ol