Latar Belakang Penelitian t pkkh 1004796 chapter1

1 Karina Primaditha, 2012 Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keterampilan sosial menjadi keterampilan yang penting dikuasai setiap anak. Menurut Plato Makmun, 2003:105, “secara potensial fitrah manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial zoon politicon ”. Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial, anak harus dapat mengembangkan keterampilan sosialnya sebagai bekal untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan yang menjadi harapan masyarakat atau social expectations. Akan tetapi, tidak semua anak memiliki keterampilan sosial dan kemampuan menuntaskan tugas-tugas perkembangannya. Salah satu indikator ialah munculnya permasalahan yang dialami anak seperti ingin menang sendiri, merasa berkuasa, tidak mau berteman atau memilih-milih teman, bersikap agresif, dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan Syaodih,1995:29. Anak-anak yang kurang memiliki keterampilan sosial sangat memungkinkan untuk ditolak oleh rekan yang lain. Anak yang tidak memiliki keterampilan sosial tidak mampu bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi dengan baik, mengontrol diri, berempati, menaati aturan serta menghargai orang lain akan sangat mempengaruhi perkembangan anak lainnya. Sebaliknya, terbinanya keterampilan sosial pada diri anak akan memunculkan penerimaan dari 2 Karina Primaditha, 2012 Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu teman sebaya, penerimaan dari guru, dan sukses belajarnya Kurniati, 2006b: 112. Berdasarkan hal tersebut, maka keterampilan sosial menjadi kebutuhan bagi setiap individu untuk dapat diterima di lingkungan sosialnya, termasuk anak tunarungu. Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang dialami oleh seseorang. Secara umum tunarungu dikategorikan kurang dengar dan tuli, sebagaimana yang diungkap Hallahan dan Kauffman 1991:26 bahwa “Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar”. Berdasarkan hambatan tersebut, maka dapat mengakibatkan kesulitan dalam belajar di sekolah dan dalam berkomunikasi dengan orang yang dapat mendengar sehingga berdampak pada perkembangan sosial dan keragaman pengalamannya. Sebagian besar perkembangan sosial anak didasarkan atas komunikasi lisan, begitu pula perkembangan komunikasi itu sendiri, sehingga gangguan dalam proses pendengaran akan menimbulkan hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Masalah mendasar yang dialami oleh anak tunarungu adalah hambatan dalam perkembangan bahasa, sehingga anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Anak yang dari lahir sudah mengalami kehilangan pendengaran tidak mendapatkan rangsangan bunyisuara dari lingkungannya. Akibat dari tidak adanya masukan bunyisuara yang diterima oleh 3 Karina Primaditha, 2012 Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu anak tunarungu, tidak terjadi umpan balik dan proses meniru ucapan, maka alat bicaranya pun tidak terlatih untuk mengucapkan kata-kata atau berkata. Alat bicaranya menjadi kaku, dalam arti mereka mengalami kesulitan untuk mengungkapkan sesuatu tanpa terlatih berbicara, karena alat bicara tidak bisa bergerak secara otomatis, melainkan harus mengeja. Oleh karena itu banyak anak tunarungu sulit untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain dan mereka juga sulit untuk bisa berinteraksi dengan orang lain, sulit mengungkapkan isi hatinya, disebabkan dari masukan bahasa yang diterimanya sangat kurang, sehingga bahasanya pun kurang berkembang. Kekurangan anak tunarungu dalam perolehan bahasa secara verbal, maka kompensasi komunikasinya adalah dengan menggunakan bahasa isyarat. Kurangnya masukan bahasa yang bisa diterima oleh anak tunarungu akhirnya menyebabkan banyak dari mereka sulit berkomunikasi dengan orang lain. Dengan keterbatasannya dalam berkomunikasi ini maka banyak mempengaruhi keterampilan sosial anak tunarungu. Memang tidak semua dari anak tunarungu memiliki keterampilan sosial yang kurang baik, tetapi banyak juga dari mereka yang selalu merasa rendah diri dan sensitif mudah curiga jika berhadapan dengan orang lain pada umumnya. Banyak dari mereka yang menarik diri dari lingkungannya karena keterbatasan bahasa yang dimiliki, sehingga mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Setiap anak, termasuk anak tunarungu membutuhkan orang lain dalam membantu perkembangan keseluruhan dirinya, dan orang yang paling pertama bertanggung jawab adalah kedua orang tua atau keluarganya. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama bagi pendidikan anak, mempunyai peranan penting 4 Karina Primaditha, 2012 Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dalam mengembangkan keterampilan sosial anak tunarungu. Robandi, dkk. 2007:175 menyatakan bahwa: Disebut sebagai lembaga pertama karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lembaga utama bagi anak, karena keberhasilan pendidikan dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini atau sering disebut masa golden age. Karena itulah keluarga dipandang sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak. Hubungan anak dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya menjadi landasan sikap anak terhadap orang lain, benda dan kehidupan secara umum. Keluarga merupakan primary group bagi anak yang pertama-tama mendidiknya dan merupakan lingkungan sosial pertama di mana anak berkembang sebagai mahluk sosial. Merawat dan mengasuh anak bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik atau jasmaninya saja, melainkan juga pada pemenuhan optimalisasi perkembangan yang lain seperti emosi, sosial, bahasa, motorik dan kognitif. Hofman Syaodih, E, 1999:5 menyatakan bahwa “perlakuan orang tua dalam pengasuhan anak sangat menentukan perilaku anak menjadi perilaku yang prososial atau anti sosial”. Sejalan dengan ini, Santrock 2002:257 menyatakan bahwa: Kasih sayang pengasuhan selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan ramuan kunci dalam perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak akan berkompeten secara sosial dan menyesuaikan diri dengan baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya. Perbedaan pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya turut berpengaruh pada perkembangan sosial anak. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Murphey, D.A. 2002, menunjukkan bahwa “... 70 anak-anak dengan 5 Karina Primaditha, 2012 Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pengalaman pengasuhan yang baik menunjukkan pemenuhan kriterianya dalam semua item perkembangan sosial dan emosi, komunikasi, kognitif dan pengetahuan umum, dibandingkan dengan 30 anak-anak yang tidak mendapat pengalaman pengasuhan yang baik ”. Berdasarkan hal tersebut, maka orangtua dituntut untuk lebih optimal, dalam memberikan didikan, bimbingan, pengasuhan juga arahan pada anak khususnya anak tunarungu yang memiliki hambatan pendengaran dalam mencapai suatu kematangan sosial untuk bekalnya menghadapi kehidupan yang lebih luas, kompleks dan beragam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk melihat pola asuh orangtua anak tunarungu usia dini yang memiliki keterampilan sosial baik di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah