Kriteria daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut. ... – 0,10
kurang sekali; tidak layak 0,20 – 0,29
cukup 0,30 – 0,39
baik 0,40 – 1,00
baik sekali Sebagaimana dalam pengujian tingkat kesukaran tes, besarnya kelompok
tinggi unggul dan kelompok rendah asor ditetapkan masing-masing sebesar 27,5 dari jumlah peserta tes, maka diperoleh anggota kelompok tinggi
sebanyak 10 orang dan anggota kelompok rendah 10 orang. Hasil perhitungan Sh dan Sl untuk setiap butir soal dan indeks daya pembeda terdapat dalam lampiran 2
Berdasarkan kriteria daya pembeda yang digunakan, diketahui bahwa dari ke-20 butir soal yang dicobakan diperoleh indeks daya pembeda setiap butir soal
dalam interval 0,40 – 1,00 yang berarti soal tergolong baik sekali. Dengan demikian, berdasarkan uji daya pembeda seluruh butir soal yang dicobakan layak
untuk digunakan.
3. Penyusunan Pedoman Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data hasil pengamatan tentang proses pembelajaran membaca prosa fiksi dengan pendekatan estetika
resepsi. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.
Untuk kepentingan penelitian disusun pedoman observasi yang difokuskan untuk menggali informasi kegiatan dosen dan mahasiswa selama
proses pembelajaran membaca prosa fiksi dengan pendekatan estetika resepsi. Untuk itu pedoman observasi yang dikembang ada dua yakni pedoman observasi
untuk kegiatan dosen dan pedoman observasi untuk mengamati kegiatan mahasiswa.
Sesuai dengan komponen yang diamati pada kegiatan dosen, pedoman observasi untuk mahasiswa pun identik dengan kegiatan yang diharapkan dan
diarahkan oleh dosen. Aspek yang diamati meliputi kegiatan untuk mengembangkan kemampuan menanggapi dan menilai prosa fiksi dengan
pendekatan estetika resepsi. Aspek yang diamati mencakup kegiatan dosen dan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam model pembelajaran membaca prosa fiksi dengan pendekatan estetika resepsi.
Pedoman observasi dapat dilihat dalam lampiran 8.
4. Penyusunan Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan kepada dosen yang melaksanakan model pembelajaran membaca prosa fiksi dengan pendekatan estetika resepsi.
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan pendapat, pesan, dan tanggapan tentang kualitas pelaksanaan pembelajaran membaca prosa
fiksi dengan pendekatan estetika resepsi. Aspek yang ditanyakan berkaitan dengan aspek keaktifan mahasiswa dan
dosen, inovasi-inovasi yang merupakan kebaruan dalam model yang dikembangkan, efek kreativitas yang ditimbulkan, keefektifan dan kemenarikan
model pembelajaran yang dikembangkan sehingga dapat menjadi salah satu model model pembelajaran yang berterima dan dapat terus dikembangkan. Pedoman
wawancara dapat dilihat pada lampiran 9.
5. Penyusunan Angket