ACTIVITY BASED COSTING WITH IDLE CAPACITY

PT BAJU PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS Tarif Overhead: Biaya persiapan tingkat batch Rp. 900.000:40=Rp. 22.500persiapan Biaya per kali perubahan-tingkat produk Rp. 700.000:20=Rp. 35.000perubahan Overhead lain-lain Rp. 3.200.000:160.000=Rp. 20jam TKL polos Bercorak Total Bahan baku langsung Rp. 1000.000 Rp. 750.000 Rp. 1.750.000 Tenaga Kerja Langsung 1.600.000 1.600.000 3.200.000 Overhead : Persiapan : Rp.22.500x20 450.000 Persiapan: Rp.22.500x20 450.000 900.000 Perubahan desain Rp.35.000x10 350.000 Perubahan desain Rp35.000x10 350.000 700.000 TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000 TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000 3.200.000 Total biaya Rp. 5.000.000 Rp. 4.750.000 Rp. 9.750.000 Unit yang diproduksi 100.000 50.000 Biaya per unit Rp. 50 Rp. 95

C. ACTIVITY BASED COSTING WITH IDLE CAPACITY

Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead yang ditentukan dimuka dihitung dengan membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang dianggarkan seperti anggaran jam kerja langsung. Praktek seperti ini akan mengakibatkan pembebanan kapasitas yang menganggur ke produk dan juga akan menyebabkan biaya produksi per unit tidak stabil. Jika anggaran aktivitas turun, tarif overhead akan meningkat karena komponen tetap dalam overhead hanya digunakan untuk jumlah produk yang lebih sedikit sehingga biaya produksi per unit akan meningkat. Berlawanan dengan akuntansi biaya tradisional, dalam ABC produk hanya dibebani biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya kapasitas yang tidak digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang menyebabkan aktivitas. Contoh Soal : ABC Idle Tiga tahun yang lalu, PT. Ratna Juwita berada dalam kesulitan. Tingkat produksinya di bawah kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang manajer yang cukup terkenal dan bersedia mengambil alih kendali perusahaan. Dia seorang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar dengan gaji yang sangat relatif rendah. Akan tetapi menuntut bonus 10 per tahun dari laba bersih. Berikut adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin 3 tahun . Ratna Juwita – Laporan rugi laba untuk tahun ke – 1,2,3. Dalam miliaran rupiah Metode full costing . Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 1 – 3 Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0 1 Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal - - 6,4 - Harga Pokok Produksi 25,4 38,4 33,4 97,2 Persediaan Akhir - 6,4 - - Hpp 25,4 32,0 39,8 97,2 Laba Kotor 8,6 18,0 20,2 46,8 2 Biaya Pemasaran 9,1 16,4 19,1 44,8 Laba Rugi Bersih 0,5 1,4 1,1 2,0 Harga Jual = Rp 2.000,00unit a. PT. Ratna Juwita- Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke- 1,2,3 Dalam milyaran Rupiah, Metode Variable Costing Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke 1- 3 Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0 - Hpp Variabel Persediaan Awal - - 5,0 - Harga Pokok Produksi 17,0 30,0 25,0 72,0 Persediaan Akhir - 5,0 - - Hpp Variabel 17,0 25,0 30,0 72,0 Biaya Pemasaran dan Adm Var 8,5 12,5 15,0 36,0 Marjin Kontribusi 8,5 12,5 15,0 36,0 - BOP Tetap 8,4 8,4 8,4 25,2 Biaya Pem Adm Tetap 0,6 4,1 4,1 8,8 9,0 12,5 12,5 34,0 Laba bersih 0,5 NIHIL 2,5 2,0 b. Penjelasan perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 Laba bersih Metode FC 0,5 1,4 1,1 Laba bersih Metode VC 0,5 0 2,5 Perbedaan 0 1, 4 1,4 Perubahan jumlah Persediaan dalam Unit metode VC 5 5 Dikalikan tarif BOP Tetap 0,28 0,28 0,28 Tarif ini dihitung dari total BOP Tetap = Rp 8,4 milyar dibagi dengan kapsitas normal dalam unit 30 milyar unit

D. TIME DRIVEN ACTIVITY