Representatif kapitalisme dalam film the hunger games :(analisis semiotika John Fiske mengenai kapitalisme dalam film The Hunger Games)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
Nama

: Reza Pramono

Tempat dan Tanggal Lahir

: Bandung, 5 Juni 1990

Nomor Induk Mahasiswa

: 41808854

Program Studi

: Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Jenis Kelamin


: Laki-laki

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Cikampek 7 No. 34 RT 02 RW 07
Antapani, Bandung 40291

Berat Badan

: 60 Kg

Tinggi Badan


: 167 cm

No HP

: 085720156974

Email

: rezapramono90@yahoo.com

B. Pendidikan
1. TK Aisyah Bandung

Tahun 1995 - 1996

2. SD Negeri Griba 13/1 Bandung

Tahun 1996 - 2002


3. SMP Negeri 37 Bandung

Tahun 2002 - 2005

4. SMA Kartika Siliwangi Bandung

Tahun 2005 - 2008

5. Universitas Komputer Indonesia

Tahun 2008 - 2014

C. Pengalaman Kerja
1. Kerja Praktek di Koran Tempo Biro Bandung

REPRESENTASI KAPITALISME DALAM FILM “THE HUNGER
GAMES”
(Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Kapitalisme dalam Film
The Hunger Games)


SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu
Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :
REZA PRAMONO
NIM : 41808854

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan
kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran bagi peneliti dalam

menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Representasi Kapitalisme dalam
Film The Hunger Games” (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai
Kapitalisme dalam Film The Hunger Games).
Peneliti sangat meyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang
hebat disisi peneliti yang bersedia membagi hidupnya untuk bersama-sama
merasakan apa yang peneliti alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala
kerendahan hati, peneliti ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada kedua
orang tua ku, Bapak dan Ibu atas segala cinta, kasih dan sayang mewarnai
kehidupan peneliti dan selalu setia mendukung peneliti, memberikan kekuatan
moril dan memenuhi kebutuhan materil peneliti.
Peneliti sadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan, dorongan dan
bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan karya
ilmiah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :

vi

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan
Fakultas Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Komputer Indonesia
(UNIKOM), yang telah memberikan penandatanganan surat izin dan suratsurat administrasi lainnya yang diajukan penulis.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Unversitas Komputer Indonesia sekaligus Dosen Wali
penulis, yang telah memberikan nasihat, saran serta motivasi selama
peneliti serta mengikuti perkuliahan.
3. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer
Indonesia. Selaku dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak
memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses perkuliahan.
4. Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing peneliti
yang pada penulisan karya ilmiah ini telah banyak memberikan masukan,
arahan dan saran kepada peneliti melalui proses bimbingan, serta
memberikan semangat agar peneliti dapat menyelesaikan penulisan ini
dengan baik.
5. Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Ibu
Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, Bapak
Adiyana Slamet S.IP, M.Si, Bapak Sangra Juliano, M.I.Kom Bapak
Inggar Prayoga S.Ikom. Ibu Tine A. Wulandari S.Ikom. Terima kasih

vii


kepada para dosen yang telah memberikan banyak ilmunya melalui proses
perkuliahan, memberikan semangat dan masukan kepada peneliti.
6. Jajaran staf sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi. Ibu Astri
Ikawati AMd.Kom Terima kasih atas kemudahan proses administrasi.
7. Sekertaris Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Komputer Indonesia. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md Terima kasih peneliti
ucapkan kemudahan proses administrasi.
8. M. Reza Supriatna (berserta keluarga), Yogi Febrian (beserta
keluarga), Fajar Nugraha (beserta keluarga), Hassy Ayodhia Putra
(beserta

keluarga).

Terimakasih

atas

kesediaan


sarana

untuk

menyelesaian skripsi ini. Salam untuk keluarga.
9. Rekan-rekan

Jurnalistik

dan

Humas

Universitas

Komputer

Indonesia. Ergan Raedi, Yehezkiel, Ragil Wisnu, Rifan Rudiana, dan
yang lainnya. Terimakasih atas kebesamaan selama perkuliahan.
10. Rekan-rekan yang kami beri nama “Laskar Skripsi Ganjil”.

Terimakasih atas semangat dan diskusinya.
11. Rekan-rekan alumni. Boril, Reno Kurniawan, Bayu Rizki, Keluarga
Besar Kelas IK-Jurnal 2. Terimakasih atas diskusi dan telah banyak
membantu memberi semangat.
12. Rekan-rekan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.
Terimakasih untuk segalanya.

viii

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlimpah bagi
orang-orang yang telah membantu peneliti dengan segala kesabaran dan
keikhlasannya. Akhir kata untuk kesempurnaan penelitian ini, peneliti
mengharapkan koreksi dan saran dari pembaca serta menerima masukan dan kritik
tersebut dengan hati terbuka, sehingga dimasa yang akan datang penelitian ini
dapat menjadi bahan yang lebih baik, menarik dan lebih bermanfaat lagi. Amin.
Bandung,

Februari 2014

Peneliti


Reza Pramono
NIM. 41808854

ix

DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................

i

LEMBAR PERNYATAAN ……........……………………..………………….

ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………….

iii


ABSTRAK …………..………………………………………………………....

iv

ABSTRACT …………..………………………………………………………..

v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI …………………..……………………………………………….

x

DAFTAR TABEL ……….……..………………………………………………

xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.2.1 Rumusan Masalah Makro................................................... 6
1.2.2 Rumusan masalah Mikro.................................................... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.......................................................... 7
1.3.1 Maksud Penelitian.............................................................. 7
1.3.2 Tujuan Penelitian................................................................ 7
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 7
1.4.1 Kegunaan Teoritis.............................................................. 7
1.4.2 Kegunaan Praktis................................................................ 8
1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti....................................... 8
x

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik................................... 8
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............. 9
2.1 Tinjauan Pustaka................................................................................ 9
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu........................................... 9
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi........................................... 12
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi....................................... 13
2.1.2.2 Sifat Komunikasi................................................. 14
2.1.2.3 Komunikasi Verbal.............................................. 15
2.1.2.4 Komunikasi Non verbal....................................... 17
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa................................. 19
2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa................................... 20
2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa......................... 22
2.1.4 Tinjauan Tentang Film........................................................ 25
2.1.4.1 Sejarah Film.......................................................... 26
2.1.4.2 Jenis-Jenis Film..................................................... 27
2.1.5 Tinjauan Tentang Semiotika............................................... 30
2.1.6 Tinjauan Tentang Representasi........................................... 32
2.1.7 Tinjauan Tentang Kapitalisme............................................ 33
2.2 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 46
2.2.1 Krangka Pemikiran Teoritis................................................ 46
2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual......................................... 49

xi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ............................................

56

3.1 Objek Penelitian................................................................................. 56
3.1.1 Sinopsis Film The Hunger Games..................................... 57
3.1.2 Sequence Film The Hunger Games................................... 60
3.2 Metode Penelitian............................................................................. 65
3.2.1 Desain Penelitian............................................................... 65
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data................................................ 68
3.2.3 Teknik Penentuan Informan.............................................. 69
3.2.4 Teknik Analisa Data.......................................................... 70
3.2.5 Uji Keabsahan Data........................................................... 73
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................. 75
3.2.6.1 Lokasi Penelitian................................................. 75
3.2.6.2 Waktu Penelitian.................................................. 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………... 77
4.1 Profil Informan pendukung……………………………………….. 79
4.2 Hasil Penelitian……………………………………………………. 80
4.2.1 Sequence Prolog……………………..……………………. 81
4.2.1.1 Level Realitas………………..………………….. 82
4.2.1.2 Level Representasi………………………………. 89
4.2.2 Sequence Ideological Content……….……………………. 94
4.2.2.1 Level Realitas…………….……………………… 95
4.2.2.2 Level Representasi………………………………. 97

xii

4.2.3 Sequence Epilog…………….…………………………….. 100
4.2.3.1 Level Realitas……………………………………. 101
4.2.3.2 Level Representasi………………………………. 102
4.3 Pembahasan……………………………………..………………… 104
4.3.1 Level Realitas………………………..……………………. 108
4.3.2 Level Representasi………………………………………… 110
4.3.3 Level Ideologi……………………………………………... 112
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 114
5.1 Simpulan………………..…………………………………………. 114
5.2 Saran………………………………………………………………. 117
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 119
LAMPIRAN ......................................................................................................... 121
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………..….

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................

10

Tabel 3.1 Sequence film The Hunger Games .......................................................

61

Tabel 3.2 Informan Penelitian ............................................................................... 70
Tabel 3.3 Waktu Penelitian ................................................................................... 76
Tabel 4.1 Sequence Prolog …………………………………………………….

82

Tabel 4.2 Sequence Ideological Content ………………………………………

94

Tabel 4.3 Sequence Epilog …………………………………………….………

101

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika...........................................

55

Gambar 3.1 Cover Film The Hunger Games.........................................................

56

Gambar 3.2 Kode-kode Televisi John Fiske .........................................................

67

Gambar 4.1 Penampilan dan Kostum……………………………………………

84

Gambar 4.2 Perbedaan Lingkungan……………………………………………... 86
Gambar 4.3 Gerakan dan Ekspresi………………………………………………. 87
Gambar 4.4 Gerakan dan Ekspresi………………………………………………. 88
Gambar 4.5 Gerakan dan Ekspresi Penduduk…………………………………… 96

xv

DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi : Strukturalisme Marxis, Psikoanalisis,
Cultural Studies. Yogyakarta : Jalasutra.
Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta : Jalasutra.
Donny Gahral Adian. 2005. Percik Pemikiran Kontemporer; Sebuah Pengantar
Komprehensif. Jakarta: Jalasutra.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, John.1987. Television Culture.E-book :British Library Cataloguing in
Publication Data
Moleong, Lexy J. 2007, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex . 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis
Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

119

120

B. KARYA ILMIAH
Reno Kurniawan. Representasi Kekerasan dalam Film Crows Zero, Universitas
Komputer Indonesia, Bandung 2013
M. Bashir Alfattah. Pesan Inspiratif Untuk Penyandang Tuna Rungu Dalam Film
The Hammer, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2013
Astri Nur Afidah. Representasi Konflik Ideologi Antar Kelas dalam Film The
Help, Universitas Diponegoro, Semarang 2013

C. INTERNET SEARCHING
http://elib.unikom.ac.id
http://id.scribd.com/doc/23139348/Kapitalisme-Sejarah-an-Dan-Dampaknya
http://eprints.undip.ac.id/37738/
http://id.wikipedia.org/wiki/The_Hunger_Games_(film)
http://www.imdb.com/title/tt1392170/?ref_=nv_sr_3
http://eprints.undip.ac.id/38470/4/Bab_3.pdf

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Kapitalisme yang tergambarkan adanya pertentangan dan perjuangan
kelas-kelas antara pemilik modal (borjuis) dan kaum buruh (proletar) oleh
Capitol yang ingin seluruh distrik mengikuti peraturan yang dibuat oleh
Capitol itu sendiri dengan maksud untuk memiliki kekuasaan sepenuhnya.
Seperti yang terlihat jelas dalam film The Hunger Games ini bahwa kaum
borjuis atau penduduk Capitol hidup sejahtera dan bebas dari penindasan dan
ancaman kelaparan. Mereka biasa menyibukkan diri dengan fashion, berpesta,
berhura-hura, dan menikmati acara hiburan massa seperti The Hunger Games.
Kebanyakan

penduduk

Capitol

digambarkan

bersikap

seolah-olah

mengabaikan, atau sama sekali tidak peduli terhadap kemiskinan dan keputus
asaan. Capitol sangat kaya dan berteknologi maju, dan penduduknya
menikmati standar hidup yang sangat tinggi. Penduduk distrik yang
berkunjung ke Capitol, yang selama ini biasa hidup dalam ancaman kelaparan,
akan terkejut melihat gaya hidup boros dan mewah para penduduk Capitol.
Kapitalisme yang terjadi dalam film ini membuat kaum proletariat
melakukan perjuangan atas hak yang seharusnya mereka miliki, kewujudan
kelas-kelas tersebut atas landasan ekonomi. Seperti yang ditegaskan oleh Karl
Marx bahwa perhubungan sosial dalam masyarakat kapitalis adalah
berasaskan tahap pemilikan harta benda di kalangan masyarakat tersebut.

1

2

Keperluan asas yang dipentingkan dalam memahami ragam pengeluaran
kapitalis ialah kewujudan harta benda. (Dahrendorf, 1959 : 11)
Dalam sistem ekonomi kapitalis, status seorang individu ditentukan oleh
jumlah harta benda yang dimiliki. Masih menurut Marx dalam karya
Manifesto Komunisnya, sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas,
kelas yang „tinggi‟ akan selalu menindas kelas yang „rendah‟ dengan berbagai
cara, dan akan selalu seperti itu. Maka, untuk membebaskan segala bentuk
penindasan tersebut haruslah dilakukan melalui sebuah perjuangan kelas.
Film The Hunger Games bercerita tentang konflik dan kekuasaan yang
terjadi dalam negara yang bernama Panem. Panem sendiri merupakan sebuah
negara yang dulunya Amerika utara pernah berada, setelah bencana besar di
Bumi menjadi satu-satunya wilayah yang selamat. Capitol adalah ibu kota
Panem yang berkuasa dari distrik-distrik negara ini, Panem memiliki tradisi
disetiap tahunnya yaitu kopetisi yang diberi nama The Hunger Games.
Kompetisi ini diharuskan ada yang membunuh atau dibunuh dari setiap
distriknya. Hal tersebut diadakan untuk kepentingan-kepentingan pihak
pemilik modal yang dinamakan sponsor. Perolehan sponsor ini bergantung
pada kemampuan masing-masing kontestan untuk bertahan hidup dan
berfungsi untuk menyelamatkan diri dari beberapa kejadian maut. Tujuan
diadakan kompetisi ini adalah untuk merekatkan hubungan antar distrik,
sekaligus menyegarkan ingatan tentang mereka yang terbunuh akibat
pemberontakan yang pernah terjadi di negara Panem dan mengingatkan

3

seluruh penduduk betapa berkuasanya pemerintahan Panem yang dipimpin
oleh President Snow.
Dalam hal ini peneliti mengangkat sebuah film karya sutradara Gary Ross
yang berjudul The Hunger Games sebagai objek penelitian. The Hunger
Games adalah film fiksi ilmiah dengan durasi 142 menit diangkat dari sebuah
novel karya Suzanne Collins dengan judul yang sama. Film yang rilis 12
Maret 2012 ini bercerita tentang kompetisi bernama The Hunger Games, yang
diikuti oleh sepasang anak muda berusia antara 12-18 tahun dan dipilih dari 12
distrik yang ada di Panem. Kompetisi ini telah dilakukan selama 74 tahun
berturut-turut.
Film menyajikan berbagai macam gagasan yang dapat menimbulkan
dampak bagi penayangannya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu,
film dapat menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan yang dapat
memberikan pengaruh pada cara pandang terhadap cerita dalam film itu.
“Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan
saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan.
Dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan. Kini banyak
digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan,
bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium
penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat
pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan
medium penerangan dan pendidikan yang komplit”. (Effendy,
2003:209)
Tujuan Khalayak menonton film adalah ingin memperoleh hiburan. Akan
tetapi dalam film dapat terkandung nilai-nilai informatif maupun edukatif,
bahkan persuasif (Ardianto, 2007:145).

4

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama
adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung
fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Dewasa ini, film tidak
hanya sebagai sebuah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan
memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika
(keindahan) yang sempurna, melainkan sudah menjadi sebuah bisnis yang
memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali,
demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Dominick. 2000: 306).
Berhubungan dengan film yang sarat akan simbol dan tanda, maka yang
menjadi perhatian peneliti disini adalah dari segi semiotikanya, dimana
dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti
kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di
dalamnya yang tersirat. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu yang
mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja
berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau
visual saja. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film The
Hunger Games.
“Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk
sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada
seseorang, yakni, menciptakan dibenak orang tersebut suatu tanda
yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang.
Tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda
pertama. Tanda itu menunjuk sesuatu, yakni objeknya” (Fiske,
2007:60).
Menurut John Fiske, Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama:
Pertama, Tanda itu sendiri. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa

5

dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. Kedua, kode atau
sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode
dilambangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk
mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
Ketiga, kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Ini pada gilirannya
bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan
dan bentuknya sendiri. (Fiske, 2007:60)
Semiotika merupakan bagian dari cultural studies yang mengkonstruksi
kehidupan sehari-hari, terkait dengan budaya kontemporer, ideologi politik,
kelas, gender, etnis dan lain-lain. Cultural Studies memiliki unsur bagaimana
dunia ini dikonstruksi dan direpresentasikan secara sosial kepada kita.
John Fiske dalam bukunya Television Culture merumuskan teori “The
Codes of Television” yang menyatakan peristiwa yang dinyatakan telah dienkode oleh kode-kode sosial. Pada teori The Codes of Television John Fiske
merumuskan tiga level proses pengkodean : 1) Level realitas 2) Level
representasi dan 3) Level Ideologi. Maka dari itu proses pengkodean Fiske
tersebut dapat menjadi acuan sebagai pisau analisa peneliti dalam mengungkap
representasi kapitalisme yang terkandung dalam film The Huger Games.
Menurut Fiske film bukan lagi representasi kedua dari realitas, maka film bisa
di katakan alat penyampaian atau representasi dari ideologi itu sendiri. Berbeda
dengan tokoh-tokoh semiotik yang lain, Fiske sangat mementingkan akan halhal mendasar pada gejala-gejala sosial seperti halnya budaya, keadaan sosial

6

dan kepopuleran budaya yang sangat mempengaruhi masyarakat dalam
memaknai makna yang di-encoding kan.
Dalam Film The Hunger Games ini peneliti ingin mencoba mencari nilainilai kapitalisme yang terkandung dalam film tersebut. Kapitalisme dalam film
The Hunger Games ini peneliti melihat adanya pertentangan antar kelas antara
kaum borjuis dan kaum proletariat yang mengacu pada perjuangan kelas untuk
melawan eksploitasi terhadap suatu kaum yang tertindas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pertanyaan Makro
Dari uraian dan latar belakang masalah diatas yang
dijelaskan,

maka

peneliti

merumuskan

masalah

sebagai

telah
berikut.

“Bagaimana representasi kapitalisme dalam film The Hunger Games”
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Untuk memperjelas fokus masalah yang akan diteliti dalam penelitian
ini, maka peneliti menyusun rumusan masalah mikro sebagai berikut:
1. Bagaimana Level Realitas Kapitalisme dalam Film The Hunger
Games?
2. Bagaimana Level Representasi Kapitalisme dalam Film The Hunger
Games?
3. Bagaimana Level Ideologi Kapitalisme dalam Film The Hunger
Games?

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari peneliti dalam melakukan penelitian ini untuk
mengetahui Bagaimana Representasi Kapitalisme dalam Film The
Hunger Games?
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Level Realitas Kapitalisme dalam Film The
Hunger Games.
2. Untuk mengetahui Level Representasi Kapitalisme dalam Film The
Hunger Games.
3. Untuk mengetahui Level Ideologi Kapitalisme dalam Film The
Hunger Games.
4. Untuk mengetahui Representasi Kapitalisme dalam Film The Hunger
Games.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, secara umum dibidang Jurnalistik
maupun secara khusus mengenai semiotika John Fiske yang terdapat
dalam sebuah karya film.

8

1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yakni, sebagai
sarana

untuk

menambah

wawasan

juga

pengetahuan

dalam

mengaplikasikan ilmu, yaitu mengkaji langsung mengenai analisis
semiotik yang terdapat dalam sebuah karya film.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini

diharapkan dapat

manambah pengetahuan dan

memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa
program studi ilmu komunikasi maupun Universitas Komputer
Indonesia dalam pengembangan dan penerapan ilmu komunikasi dan
sebagai perbandingan bagi penelitian sejenis sebagai literatur untuk
penelitian selanjutnya yaitu mengkaji langsung mengenai analisis
semiotik yang terdapat dalam sebuah karya film.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai
kajian semiotik secara menyeluruh terhadap sebuah pemaknaan yang
ada di dalam sebuah film.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi untuk
melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu yang memiliki keterkaitan
serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan, tentunya dengan melihat
hasil karya ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama.
Dari beberapa penelitian terdahulu, peneliti memasukan tiga
penelitian sebagai bahan reverensi. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat
kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu karena pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai
berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek
tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah
suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.
Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka penelitian terdahulu
tentang semiotika, berikut ini adalah penelitian mengenai semiotika :

9

10

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Perbedaan
Metode
Judul

Nama

Penelitian

Peneliti

No

Hasil

dengan

Penelitian

penelitian

yang
digunakan
skripsi ini

1

Representasi Skripsi Reno

Kualitatif

Film Crows

Penelitian

kekerasan

Kurniawan,

dengan

Zero secara

Reno

dalam film

Program

Desain

keseluruhan

Kurniawan

Crows Zero

Studi Ilmu

Penelitian

berusaha

menggunakan

Komunikasi

Semiotika

menyampaikan

analisis

Universitas

makna bahwa

semiotika

Komputer

dengan bersatu

yang sama

Indonesia,

dapat berhasil

yaitu John

Bandung

mencapai tujuan

Fiske, tetapi

2013

tertentu walau

objek dan

pun cara yang

pembahasan

dipilih yakni

yang berbeda

kekerasan
merupakan cara
yang tidak tepat

11

2

Pesan

Skripsi M.

Kualitatif

Kesimpulan

Penelitian M.

Inspiratif

Bashir

dengan

pada penelitian

Bashir

Untuk

Alfattah,

Desain

ini menunjukkan

Alfattah

Penyandang

Program

Penelitian

seorang tuna

menggunakan

Tuna Rungu

Studi Ilmu

Semiotika

rungu tidak

analisis

Dalam Film

Komunikasi,

menyerah akan

semiotika

The

Universitas

keadaan yang

yang sama

Hammer

Komputer

dimiliki, namun

yaitu John

Indonesia,

dia berjuang

Fisske, tetapi

Bandung

untuk melawan

objek dan

2013

kelemahan dan

pembahasan

rasa takutnya,

yang berbeda

menjadi prestasi
dan inspirasi
bagi banyak
orang

12

3

Representasi

Skripsi Astri

Kualitatif

Hasil penelitian

Penelitian

Konflik

Nur Afidah,

dengan

menunjukkan

Astri Nur

Ideologi

Program

Desain

bahwa bentuk-

Afidah

Antar Kelas

Studi Ilmu

Penelitian

dalam Film

Komunikasi,

Semiotika

The Help

bentuk resistensi menggunakan
terjadi dalam

analisis

Universitas

bentuk secara

semiotika

Diponegoro,

langsung

yang sama

Semarang

ataupun secara

yaitu John

2013

tidak langsung.

Fiske, tetapi
objek dan
pembahasan
yang berbeda

Sumber : Peneliti, 2014
2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi
Komunikasi merupakan satu dari disiplin ilmu yang cukup lama
namun yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek
komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan
suatu berkah (a mixed blessing). Teori-teori resistant untuk berubah bahkan
dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi
merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu sosial, sebuah seni liberal dan
sebuah profesi. Ilmu komunikasi merupakan hasil dari suatu proses
perkembangan yang panjang. Dapat dikatakan bahwa lahirnya ilmu

13

komunikasi dapat diterima baik di Eropa maupun di Amerika Serikat bahkan
di seluruh dunia, adalah merupakan hasil perkembangan dari publisistik dan
ilmu komunikasi massa. Hal ini dimulai oleh adanya pertemuan antara tradisi
Eropa yang mengembangkan ilmu publisistik dengan tradisi Amerika yang
mengembangkan ilmu komunikasi massa.
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa
latin

(communicates,

communication,

communicate)

yang

berarti

“berbagi” atau “menjadi milik bersama” dengan demikian kata komunikasi
menurut bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan (common).
Beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian komunikasi,
diantaranya :
1.

Webster New Collogiate Dictionary menyatakan bahwa :
“Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara
individu melalui suatu system lambang-lambang, tanda-tanda, atau
tingkah laku”.

2.

Carl Houland, Janis & Kelley menyatakan bahwa :
“Komunikasi merupakan proses dimana seseorang atau komunikator
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan
tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya”.

14

3.

Harold D Laswswell menyatakan bahwa :
Komunikasi

pada

dasarnya

merupakan

suatu

proses

yang

menjelaskan “siapa mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada
siapa, dan dengan akibat apa atau hasil apa” (Who Says What In
Which Channel to Whom and With What Effect).
4. Sedangkan menurut Barn Lund :
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi

rasa

ketidakpastian,

bertindak

secara

efektif,

mempertahankan atau memperkuat ego. Effect = hasil akhir dari
kegiatan komunikasi.
2.1.2.2 Sifat Komunikasi
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek” (2002:7) menjelaskan bahwa berkomunikasi memiliki sifatsifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut, yaitu:
1. Tatap muka (Face to face)
2. Bermedia (Mediated)
3. Verbal (Verbal)
- Lisan (Oral)
- Tulisan (Written)

15

4. Non Verbal (Non-verbal)
- Gerakan/isyarat badaniah (Gestural)
- Bergambar (Pictorial)
Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan
kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki
kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari
komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa
secara langsung (face to face) tanpa menggunakan media apapun.
Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau
simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut
sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan
non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam, yaitu lisan (Oral) dan
tulisan (Written/printed).
Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat
badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata,
dan sebagainya, ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan
ide atau gagasannya.
2.1.2.3 Komunikasi Verbal
Dalam film, pesan verbal merupakan pesan yang lebih mudah
dimengerti oleh khalayaknya. Pesan Verbal sendiri adalah suatu pesan

16

yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang dilancarkan secara
lisan maupun tulisan. Tubbs (1998:8) mengemukakan bahwa pesan verbal
adalah semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau
lebih. Selanjutnya Tubbs mengemukakan bahwa pesan verbal terbagi atas
dua kategori yakni (1) Pesan verbal disengaja dan (2) pesan verbal tidak
disengaja.
Pesan verbal yang disengaja adalah usaha-usaha yang dilakukan
secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan
verbal yang tidak disengaja adalah sesuatu yang kita katakan tanpa
bermaksud mengatakan hal tersebut. Salah satu hal yang penting dalam
pesan verbal adalah lambang bahasa. Konsep ini perlu dipahami agar dapat
mendukung secara positif aktivitas yang dilakukan seseorang.
Liliweri (1994:2) mengatakan bahwa bahasa merupakan medium
atau sarana bagi manusia yang berpikir dan berkata tentang suatu gagasan
sehingga dikatakan bahwa pengetahuan itu adalah bahasa. Bagi manusia
bahasa merupakan faktor utama yang menghasilkan persepsi, pendapat dan
pengetahuan.
Rakhmat (2001:269) mendefinisikan bahasa secara fungsional dan
formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari fungsinya, sehinggga
bahasa

diartikan

sebagai

“alat

yang

dimiliki

bersama

untuk

mengungkapkan gagasan” karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada
kesepakatan

antara

anggota-anggota

kelompok

sosial

untuk

17

menggunakannya. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua
kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata
bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus
disusun dan dirangkai supaya memberikan makna.
2.1.2.4 Komunikasi Non verbal
Didalam film, akan banyak ditemui adegan-adegan yang
mengandung pesan tertentu tanpa adanya kata-kata atau ucapan. Tubbs
(1996:9) mengemukakan bahwa pesan nonverbal adalah semua pesan yang
kita sampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata yang kita pergunakan.
Dalam kaitannya dengan bahasa, pesan-pesan nonverbal masih
dipergunakan karena dalam praktiknya antara pesan verbal dan nonverbal
dapat berlangsung secara serentak atau simultan.
Pesan merupakan salah satu unsur dalam komunikasi. Menurut
Knapp (1997:177-178) komunikasi nonverbal ada beberapa fungsi utama,
yaitu :
1. Untuk menekankan. Komunikasi nonverbal digunakan untuk
menekankan atau menonjolkan beberapa bagian dari pesan
verbal.
2. Untuk melengkapi. Komunikasi nonverbal digunakan untuk
memperkaya pesan verbal.

18

3. Untuk menunjukkan kontradiksi. Pesan nonverbal digunakan
untuk menolak pesan verbal, atau memberikan makna lain
terhadap pesan nonverbal.
4. Untuk mengatur. Komunikasi nonverbal digunakan untuk
mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan komunikator
untuk mengatur pesan verbal.
5. Untuk mengulangi. Pesan ini digunakan untuk mengulangi
kembali gagasan yang sudah dikemukakan secara verbal.
Adapun, menurut DeVito (1997:187-216)
“Komunikasi nonverbal dapat berupa gerakan tubuh, gerakan
wajah, gerakan mata, komunikasi ruang kewilayahan, komunikasi
sentuhan, parabahasa dan waktu. Seorang komunikator dituntut
kemampuannya dalam mengendalikan komunikasi nonverbal yang
diamati adalah gerakan tubuh (gerakan tangan, anggukan kepala
dan bergegas), gerakan wajah (tersenyum, cemberut, kontak mata)
dan parabahasa (suara lembut, merendahkan suara dan menaikan
suara).
Sedangkan menurut Stewart dan D‟Angelo (1980) dalam Mulyana
(2005:112-113), berpendapat :
“Bahwa bila kita membedakan verbal dan nonverbal dan vokal dan
nonvokal, kita mempunyai empat kategori atau jenis komunikasi.
Komunikasi verbal/vokal merujuk pada komunikasi melalui kata
yang diucapkan. Dalam komunikasi verbal/nonvokal kata-kata
digunakan tapi tidak diucapkan.
Komunikasi nonverbal/vokal gerutuan, atau vokalisasi. Jenis
komunikasi yang keempat komunikasi nonverbal/nonvokal, hanya
mencakup sikap dan penampilan.

19

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa
Film merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan melalui media
komunikasi massa. Film tidak lagi dimaknai sekedar sebagai karya seni, tetapi
sekarang film lebih sebagai “praktik sosial” serta “komunikasi massa”.
Komunikasi Massa sendiri adalah komunikasi yang terjadi melalui media massa
seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Jadi dalam artian yang lain
komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang
di tujukan kepada masyarakat yang abstrak, yaitu sejumlah orang yang tidak
tampak oleh penyampai pesan (Effendy, 2002).
Komunikasi yang menggunakan media massa yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar
orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya
bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas (kuhususnya media
elektronik). Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi
organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang
disampaikan media massa ini (Mulyana, 2000).
Menurut Wright (1959) Definisi komunikasi massa juga dapat didefinisikan ke
dalam tiga ciri:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen
dan anonim.

20

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum. Sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan
sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi
yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di
masyarakat. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick dalam Ardianto,
Elvinaro. (2007: 14). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Terdiri dari:
1. Surveillance (Pengawasaan)
2. Interpretation (Penafsiran)
3. Linkage (Pertalian)
4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai)
5. Entertainment (Hiburan)
Surveillance (pengawasaan) Fungsi pengawasan komunikasi massa
dibagi dalam bentuk utama: fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika
media massa menginformasikan tentang suatu ancaman; fungsi pengawasan
instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki
kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

21

Interpretation (penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan
data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa
yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para
pembaca, pemirsa atau pendengar untuk memperluas wawasan.
Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat
yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi penyebaran nilai
tidak kentara. Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi).
Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan
nilai kelompok. media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu
ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita
bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata
lain, Media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan
untuk menirunya.
Entertainment (hiburan) Radio siaran, siarannya banyak memuat acara
hiburan, Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat
menikmati hiburan. meskipun memang ada radio siaran yang lebih
mengutamakan tayangan berita. fungsi dari media massa sebagai fungsi
menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran

22

khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan
hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa menurut Ardiantio Elvinaro. (2007:6)
Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Sebagai berikut:
1. Komunikator terlambangkan
2. Pesan bersifat umum
3. Komunikannya anonim dan heterogen
4. Media massa menimbulkan keserempakan
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
7. Stimulasi alat indera terbatas
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan tidak langsung (indirect)
Komunikator terlambangkan, Ciri komunikasi massa yang pertama
adalah komunikatornya, Komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Pesan bersifat
umum, Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

23

Komunikannya anonim dan heterogen, Dalam komunikasi massa,
komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan
komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor:
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang, budaya, agama,
dan tingkat ekonomi.
Media massa menimbulkan keserempakan, Kelebihan komunikasi
massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran
khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak terbatas.
Bahkan lebih dari itu, komunikannya yang banyak tersebut secara serempak
pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai
keserempakan konteks dengan sejumlah besar penduduk dalam jumlah yang
jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam
keadaan terpisah.
Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, Salah satu
prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan
dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi,
yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan
bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana
hubungan para peserta komunikasi itu.

24

Dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal
dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang terpenting, bagaimana seorang
komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik sesuai dengan jenis
medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut.
Komunikasi massa bersifat satu arah, Karena komunikasinya melalui
media massa, maka komunikatornya dan komunikannya tidak dapat
melakukan kontak langsung. Komunikatornya aktif menyampaikan pesan,
komunikan pun aktif menerima pesan namun diantara keduanya tidak dapat
melakukan dialog. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
Stimulasi Alat Indera Terbatas, Dalam komunikasi massa, stimulasi alat
indera bergantung pada jenis media massa. Pada radio siaran dan rekaman
auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film,
kita menggunakan indera penglihatan dan pendengaran.
Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan tidak langsung (Inderect),
Dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung
(indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa
tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap
pesan yang disampaikannya. Komponen umpan balik atau yang lebih populer
dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi
massa. Efektivitas komunikasi sering dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan oleh komunikan.

25

2.1.4 Tinjauan Tentang Film
Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat
adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery
yang dibuat oleh Edwin S. Potter pada tahun 1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn,
1975 : 246). Film Amerika diproduksi di Hollywood. Film yang dibuat di
Hollywood membanjiri pasar global dan mempengaruhi sikap, perilaku dan
harapan-harapan orang di belahan dunia.
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa
visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di
bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika
Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Film
lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi.
Menonton film ke bioskop ini menjadi aktivitas popular bagi orang Amerika
pada tahun 1920-an sampai 1950-an.
Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser
anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang
diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan
memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.
Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industry film
adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang
yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri.
(Elvinaro,2007:143).

26

2.1.4.1 Sejarah Film
Dalam buku Ardiantio Elvinaro (2007:143) Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan
prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan
kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan
film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun
1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975:246). Tetapi film The Great Train
Robbery yang masa putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita
pertama, karena telah menggabarkan situasi secara ekspresif, dan menjadi
peletak dasar teknik editing yang baik.
Tahun 1906 sampai tahun 1916 merupakan periode paling penting dalam
sejarah perfilman di Amerika Serikat, karena pada dekade ini lahir film feature,
lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai
Hollywood. Periode ini juga disebut sebagai the age of Griffith karena David
Wark Griffith lah yang telah membuat film sebagai media yang dinamis.
Diawali dengan film The Adventures of Dolly (1908) dan puncaknya film The
Birth of a Nation (1915) serta film Intolerance (1916). Griffith memelopori
gaya berakting yang lebih alamiah, organisasi cerita yang makin baik, dan yang
paling utama mengangkat film sebagai media yang memiliki karakteristik unik,
dengan gerakan kamera yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik,
dan teknik editing yang baik (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975:246)

27

Pada periode ini pula perlu dicatat nama Mack Sennet dengan Keystone
Company, yang telah membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris
Charlie Chaplin.
Apabila film permulaannya merupakan film bisu, maka pada tahun 1927
di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara yang pertama meskipun
belum sempurna (Effendy, 1993:188).
2.1.4.2 Jenis-Jenis Film
Dalam jenisnya, film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film
berita, film dokumenter dan film kartun.
1. Film Cerita (Story Film)
Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang
filmnya yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan
dan diperuntukkan semua publik dimana saja.
Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau
berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik,
baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.
(Elvinaro,2007:148).

28

2. Film Dokumenter (Documentary Film)
Robert Flaherty mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality).” Film
dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai
kenyataan

tersebut,

dengan

sedikit

merekayasanya

agar

dapat

menghasilkan kualitas film cerita dengan gambar yang baik. Biografi
seseorang yang memiliki karya pun dapat dijadikan sumber bagi
dokumenter.
3. Film Berita (News Reel)
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan
kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita
itu adalah penting dan menarik. Film berita dapat langsung terekam
dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca berita yang
membacakan narasinya. Bagi peristiwa-peristiwa tertentu, perang,
kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, film berita yang dihasilkan
kurang baik. Dalam hal ini terpenting adalah peristiwanya terekam secara
utuh.
4. Film Kartun (Cartoon Film)
Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak,
namun dalam perkembangannya kini film yang menyulap gambar lukisan
menjadi hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Titik

29

berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan
memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk
kemudian dipotret satu per satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap
detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi
hidup. (Effendy, 2003:216)
5. Film-film Jenis Lain
a. Profil Perusahaan (Corporate Profile)
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu
berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri
berfungsi sebagai alat bantu presentasi.
b. Iklan Televisi (TV Commercial)
Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi,
baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat
(iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA).
c. Program Televisi (TV Program)
Program ini diproduksi