Deskripsi Hasil Penelitian .1 Kondisi Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan

daerah berdasarkan prinsip bahwa angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah Abdullah, 2002:20. Angkatan kerja adalah kelompok penduduk usia kerja 15 tahun keatas yang berpotensial untuk bekerja. Pengertian potensial yang dimaksud adalah kesiapan setiap orang untuk masuk di pasar kerja, baik saat itu sedang bekerja maupun mencari pekerjaan atau menganggur Anonim, 2002:4. Angkatan kerja di Kabupaten Pasuruan tahun 2008 sebesar 752.744 jiwa dengan jumlah terbesar berada di Kecamatan Gempol yaitu sebesar 52.314 jiwa. 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Kondisi Keuangan Daerah Kabupaten Pasuruan Selain faktor sumber daya manusia dan perekonomian daerah, faktor keuangan juga merupakan faktor yang mendukung dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi. Keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang secara umum di dalamnya terdapat dua pos anggaran, yaitu pos penerimaan dan pos pengeluaran. Pos penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kabupaten Pasuruan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 secara umum terdiri dari : 1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 2. Pendapatan Asli Daerah PAD 3. Dana Perimbangan 4. Lain-lain Pendapatan yang Sah 5. Pinjaman Pemerintah Daerah Sedangkan pos pengeluarannya secara umum adalah : 1. Pengeluaran Rutin 2. Pengeluaran Pembangunan Dengan dilaksanakannya Kepmendagri No.29 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, dan ditetapkannya Undang- Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka dalam APBD Kabupaten Pasuruan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terdapat perubahan pos-pos yang ada sehingga menjadi : 1. Pos Pendapatan Daerah, terdiri dari : a. Pendapatan Asli Daerah PAD b. Dana Perimbangan c. Lain-lain Pendapatan yang Sah 2. Pos Belanja Daerah, terdiri dari : a. Belanja Tidak Langsung b. Belanja Langsung Pos belanja untuk Belanja Tidak Langsung terdiri dari : 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Bunga 3. Belanja Subsidi 4. Beanja Hibah 5. Belanja Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Belanja Bantuan Keuangan 8. Pengeluaran Tidak Terduga Dan pos belanja untuk Belanja Langsung terdiri dari : 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal 3. Pos Pembiayaan, terdiri dari : a. Penerimaan Pembiayaan b. Pengeluaran Pembiayaan Tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 Total Penerimaan Daerah TPD meliputi total pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD, dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah, dan ditambah dengan penerimaan pembiayaan. Sebelum adanya otonomi daerah, dana perimbangan dikategorikan dalam sumbangan dan bantuan atau di istilahkan juga dengan Subsidi Daerah Otonom SDO, yang merupakan transfer kepada pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran rutin yaitu seperti subsidi, belanja pegawai, belanja pemeliharaan, dan lain-lain. Setelah diberlakukannya otonomi daerah, dana perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP, Dana Alokasi Umum DAU serta Dana Alokasi Khusus DAK. Akibat pemberlakuan otonomi daerah tersebut khususnya menyangkut bidang keuangan, maka mulai tahun 2001 tidak terdapat lagi sumbangan dan bantuan dari pusat, karena pusat hanya memberikan Dana Alokasi Umum DAU untuk mengurangi adanya kesenjangan antar daerah. Sedangkan Pengeluaran Total Daerah PTD meliputi total belanja yang terdiri dari belanja tidak langsung, dan belanja langsung ditambah dengan pengeluaran pembiayaan. Secara rinci Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 4.4 lihat halaman 77. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Total Penerimaan Daerah TPD dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 adalah sebesar Rp 463.578,46 juta, Rp 648.426,30 juta, Rp 702.411,60 juta, Rp 685.544,39 juta, Rp 661.693,97 juta, Rp 736.066,23 juta, Rp 884.207,88 juta, dan Rp 1.006.256,60. Sedangkan besarnya Pengeluaran Total Daerah PTD dari tahun 2001 sampai dengan 2008 berturut-turut adalah sebesar Rp 319.301,28 juta, Rp 480.845,27 juta, Rp 649.602,69 juta, Rp 663.304,87 juta, Rp 604.225,88 juta, Rp 736.066,23 juta, Rp 754.254,69 juta, dan Rp 854.598,26 juta. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan Total Penerimaan Daerah TPD pada tahun 2004 dan 2005, akan tetapi terjadi kenaikan kembali pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Begitu pula dengan Pengeluaran Total Daerah PTD hanya mengalami penurunan di tahun 2005 saja. Tabel 4.4 lihat halaman 77 menunjukkan pengeluaran rutin tahun 2001 sampai dengan 2003 mengalami peningkatan dan jumlahnya lebih besar dari pengeluaran pembangunan di setiap tahunnya. Penyelenggaraan otonomi membawa konsekuensi terhadap pemerintah daerah yang dituntut lebih kreatif sehingga mampu menggali sumber potensial terhadap keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu sumber tersebut adalah sumber pendapatan yang berasal dari pemerintah daerah itu sendiri yang berupa Pendapatan Asli Daerah PAD. Komposisi Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan milik daerah BUMD, dan lain- lain PAD yang Sah ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut : Tabe1 4.5 Komposisi Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 dalam juta rupiah Komposisi PAD Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba BUMD Lain-lain PAD yang Sah Total PAD 2001 24.764,97 7.609,78 - 10.303,62 42.678,38 2002 25.098,52 11.638,25 - 27.722,41 64.459,17 2003 44.413,84 13.494,12 - 12.845,86 70.753,82 2004 37.161,15 13.445,62 - 10.775,82 61.382,59 2005 37.888,82 13.567,85 16,20 13.182,30 64.655,17 2006 38.594,55 13.155,48 65,05 12.846,91 64.662,00 2007 40.137,70 16.608,29 646,77 10.958,11 68.350,87 2008 44.099,04 23.917,68 1.312,69 10.958,11 80.287,52 Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Badan Pusat Statistik Jakarta, Berbagai Edisi, Data diolah Berdasarkan Tabel 4.5 lihat halaman 78 dapat dilihat bahwa total PAD Kabupaten Pasuruan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami kenaikan. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2004. Kenaikan PAD tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar Rp 21.780,79 juta atau dari Rp 42.678,38 juta menjadi Rp 64.459,17 juta. Sedangkan penurunan paling besar terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp 9.371,23 juta atau dari Rp 70.753,82 juta menjadi Rp 61.382,59 juta. Komposisi PAD yang memberikan kontribusi terbesar dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 kecuali tahun 2002 adalah pajak daerah dikarenakan adanya upaya-upaya intensifikasi pajak. Sedangkan pada tahun 2002 yang memberikan kontribusi terbesar pada PAD adalah lain-lain PAD yang sah. Pajak daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 yaitu berturut-turut sebesar Rp 24.764,97 juta, Rp 25.098,52 juta, dan Rp 44.413,84 juta. Pada tahun 2004 mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar Rp 7.252,69 juta atau dari Rp 44.413,84 juta menjadi Rp 37.161,15 juta. Kemudian pada tahun 2005 sampai dengan 2008 kembali mengalami peningkatan. Retribusi daerah dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 mengalami kenaikan berturut-turut yaitu sebesar Rp 7.609,78 juta, Rp 11.638,25 juta dan Rp 13.494,12 juta. Sedangkan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, retribusi daerah mengalami kenaikan dan penurunan fluktuasi. Laba BUMD mengalami peningkatan pada tahun 2005 yaitu dari semula Rp 0,00 menjadi Rp 16,20 juta, kemudian pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami peningkatan. Lain-lain PAD yang sah pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 mengalami kenaikan dan penurunan fluktuasi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 17.418,79 juta atau dari Rp 10.303,62 juta menjadi Rp 27.722,41 juta. Dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp 14.876,55 juta atau dari Rp 27.722,41 juta menjadi Rp 12.845,86 juta. Komposisi Total Penerimaan Daerah TPD selain dari kontribusi Pendapatan asli Daerah PAD juga berasal dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP, Sumbangan dan Bantuan SB dan penerimaan lainnya. Sumbangan dan Bantuan SB pada meliputi Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK yang merupakan bagian dari Dana Perimbangan. Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 penerimaan lainnya meliputi sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 penerimaan lainnya meliputi bantuan keuangan dari provinsi, penerimaan pembiayaan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Komposisi Total Penerimaan Daerah TPD Kabupaten Pasuruan tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan pada Tabel 4.6 lihat halaman 81 berikut : Tabel 4.6 Komposisi Total Penerimaan Daerah TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 dalam juta rupiah Komposisi Penerimaan Daerah Tahun PAD BHPBP SB Penerimaan Lainnya TPD 2001 42.678.38 26.929,82 381.654,34 12.315,92 463.578,46 2002 64.459,17 41.264,12 381.650,00 161.053,01 648.426,30 2003 70.753,82 64.378,21 407.495,24 159.784,33 702.411,60 2004 61.382,59 39.590,54 389.752,00 194.819,26 685.544,39 2005 64.655,17 50.064,83 382.252,00 164.721,97 661.693,97 2006 64.622,00 58.712,79 486.284,00 126.447,44 736.066,23 2007 68.350,87 62.403,32 591.313,48 162.140,21 884.207,88 2008 80.287,52 76.457,12 675.788,87 173.723,09 1.006.256,60 Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Badan Pusat Statistik Jakarta, Berbagai Edisi, Data diolah Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa Total Penerimaan Daerah TPD Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. Kemudian menurun pada tahun 2004 dan 2005, yaitu masing-masing sebesar Rp 16.867,21 juta atau dari Rp 702.411,60 juta menjadi Rp 685.544,39 juta, dan Rp 23.850,42 juta atau dari Rp 685.544,39 juta menjadi Rp 661.693,97 juta. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Penurunan TPD dikarenakan pada tahun 2004 PAD, BHPBP, dan SB yang merupakan komposisi penerimaan daerah mengalami penurunan yang lebih besar daripada peningkatan Penerimaan Lainnya. Sedangkan pada tahun 2005 penurunan TPD dikarenakan SB dan Penerimaan Lainnya mengalami penurunan yang lebih besar daripada peningkatan PAD dan BHPBP.

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesa

Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah dapat diketahui dengan menggunakan alat analisis sebagai berikut : 1. Derajat Desentralisasi Fiskal DDF 2. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah TKD 3. Elastisitas Pendapatan Asli Daerah PAD Perhitungan didasarkan pada data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kabupaten Pasuruan tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 serta data Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Pasuruan tahun 2001 sampai dengan tahun 2008.

4.3.1 Uji Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal DDF

Derajat desentralisasi fiskal menunjukkan besarnya peranan pemerintah daerah dalam menggali potensi sumber-sumber penerimaannya yang berupa Pendapatan Asli Daerah PAD maupun Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP. Derajat desentralisasi fiskal juga menunjukkan seberapa besar peranan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah yang tercermin dalam Sumbangan dan Bantuan SB yang terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK. Derajat desentralisasi fiskal merupakan rata-rata perbandingan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Total Penerimaan Daerah TPD, rata-rata perbandingan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP terhadap Total Penerimaan Daerah TPD, dan dapat pula diketahui dari rata-rata perbandingan Sumbangan dan Bantuan SB terhadap Total Penerimaan Daerah TPD. Total Penerimaan Daerah TPD dalam hal ini merupakan penjumlahan dari PAD, BHPBP, dan SB. Semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal, khususnya yang dihitung dengan membandingkan PAD terhadap TPD ditambah dengan BHPBP terhadap TPD lebih besar daripada SB terahadap TPD, maka suatu daerah dapat dikatakan semakin mampu melaksanakan otonomi daerah. Sebaliknya semakin rendah derajat desentralisasi fiskal, PAD ditambah BHPBP terhadap TPD dibandingkan SB terhadap TPD, maka suatu daerah dikatakan semakin kurang mampu melaksanakan otonomi daerah. Perhitungan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pasuruan ditunjukkan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Berdasarkan Tabel 4.7 lihat halaman 84 dapat dilihat bahwa selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 baik kontribusi PAD terhadap TPD, kontribusi BHPBP terhadap TPD, maupun SB terhadap TPD mengalami fluktuasi.