Analisis dan Pengujian Hipotesa

perbandingan Sumbangan dan Bantuan SB terhadap Total Penerimaan Daerah TPD. Total Penerimaan Daerah TPD dalam hal ini merupakan penjumlahan dari PAD, BHPBP, dan SB. Semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal, khususnya yang dihitung dengan membandingkan PAD terhadap TPD ditambah dengan BHPBP terhadap TPD lebih besar daripada SB terahadap TPD, maka suatu daerah dapat dikatakan semakin mampu melaksanakan otonomi daerah. Sebaliknya semakin rendah derajat desentralisasi fiskal, PAD ditambah BHPBP terhadap TPD dibandingkan SB terhadap TPD, maka suatu daerah dikatakan semakin kurang mampu melaksanakan otonomi daerah. Perhitungan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pasuruan ditunjukkan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Berdasarkan Tabel 4.7 lihat halaman 84 dapat dilihat bahwa selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 baik kontribusi PAD terhadap TPD, kontribusi BHPBP terhadap TPD, maupun SB terhadap TPD mengalami fluktuasi. Tabel 4.7 Rasio PAD terhadap TPD, Rasio BHPBP terhadap TPD, Rasio SB terhadap TPD dan Rata-rata Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 Tahun PAD Juta rupiah BHPBP Juta rupiah SB Juta rupiah TPD Juta rupiah PAD TPD BHPBP TPD SBTPD 2001 42.678,38 26.929,82 381.654,34 463.578,46 9,21 5,81 82,33 2002 64.459,17 41.264,12 381.650,00 648.426,30 9,94 6,36 58,86 2003 70.753,82 64.378,21 407.495,24 702.411,60 10,07 9,16 58,01 2004 61.382,59 39.590,54 389.752,00 685.544,39 8,95 5,78 56,85 2005 64.655,17 50.064,43 382.252,00 661.693,97 9,77 7,57 57,77 2006 64.662,00 58.712,79 486.284,00 736.066,23 8,78 7,98 66,06 2007 68.350,87 62.403,32 591.313,48 884.207,88 7,73 7,06 66,87 2008 80.287,52 76.457,12 675.788,87 1.006.256,60 7,98 7,60 67,16 Rata-rata Derajat Desentralisasi Fiskal DDF 9,05 7,23 64,24 Sumber : Lampiran 8-10 Tabe1 4.8 Rata-rata Rasio PAD Terhadap TPD Ditambah Rasio BHPBP terhadap TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 Tahun PADTPD BHPBPTPD Rata-rata PADTPD+BHPBPTPD 2001 9,21 5,81 7,51 2002 9,94 6,36 8,15 2003 10,07 9,16 9,61 2004 8,95 5,78 7,36 2005 9,77 7,57 8,67 2006 8,78 7,98 8,38 2007 7,73 7,06 7,39 2008 7,98 7,60 7,79 Rata-rata DDF PADTPD+BHPBPTPD 8,11 Sumher : Lampiran 11 Kontribusi PAD terhadap TPD dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 berturut-turut sebesar 9,21 , 9,94 , 10,07 , 8,95 , 9,77 , 8,78 , 7,73 , 7,98 dan rata-rata derajat desentralisasi fiskalnya DDF adalah sebesar 9,05 . Kontribusi BHPBP terhadap TPD dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 berturut-turut sebesar 5,81 , 6,36 , 9,16 , 5,78 , 7,57 , 7,98 , 7,06 , 7,60 dan rata-rata derajat desentralisasi fiskalnya DDF adalah sebesar 7,23 . Hasil perhitungan pada Tabel 4.7 lihat halaman 84 menunjukkan bahwa baik kontribusi PAD terhadap TPD maupun kontribusi BHPBP terhadap TPD masih relatif rendah persentasenya. Bahkan bila dilihat dari kontribusi gabungan antara PAD dengan BHPBP terhadap TPD yaitu sebesar 8,11 masih menunjukkan persentase yang rendah lihat Tabel 4.8. Sebaliknya Sumbangan dan Bantuan SB yang berupa Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK memberikan kontribusi terbesar terhadap TPD dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 yaitu sebesar 82,23 , 58,86 , 58,01 , 56,85 , 57,77 , 66,06 , 66,87 , 67,16 dan rata-rata derajat desentralisasi fiskalnya DDF adalah 64,24 . Hal ini berarti bahwa Kabupaten Pasuruan mempunyai tingkat kemampuan keuangan daerah yang rendah sekali dan mempunyai pola hubungan keuangan dengan pemerintah pusat yang bersifat instruktif tidak mandiri dikarenakan rata-rata derajat desentralisasi fiskal SB terhadap TPD lebih besar dibandingkan dengan derajat desntralisasi fiskal PAD dengan BHPBP terhadap TPD. Rendahnya tingkat kemampuan keuangan tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan Kabupaten Pasuruan terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat yang berasal dari Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK masih tinggi.

4.3.2 Uji Analisis Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah TKD

Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Melalui Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah TKD, dapat diketahui apakah Kabupaten Pasuruan khususnya dalam bidang keuangan, bisa dikatakan telah mandiri atau belum. Perhitungan mengenai Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah TKD dapat diukur dengan membandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Pengeluaran Total Daerah PTD, perbandingan PAD terhadap Pengeluaran Rutin Daerah PRD, perbandingan PAD ditambah dengan BHPBP terhadap PTD, dan perbandingan PAD ditambah dengan BHPBP terhadap PRD. Pengeluaran Total Daerah PTD meliputi belanja langsung, belanja tidak langsung, dan ditambah dengan pengeluaran pembiayaan. Sedangkan Pengeluaran Rutin Daerah PRD meliputi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Tingkat Kemandirian daerah tersebut menunjukkkan peranan PAD dalam membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran total daerah serta menunjukkan peranan PAD ditambah dengan BHPBP untuk daerah dalam membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran total daerah. Apabila nilai rasio tingkat kemandirian menunjukkan angka yang semakin tinggi, maka daerah tersebut telah dianggap mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah. Sebaliknya apabila semakin rendah rasio tingkat kemandirian, maka suatu daerah dianggap kurang mampu melaksanakan otonomi, sehingga masih memerlukan bantuan dari pusat yang cukup besar dalam mengelola kebutuhan daerah. Rasio PAD terhadap PTD dan rasio PAD terhdap PRD ditunjukkan pada Tabel 4.9 lihat halaman 88 berikut : Tabel 4.9 Rasio PAD terhadap PTD dan Rasio PAD terhadap PRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 Tahun PAD juta rupiah PTD juta rupiah PRD juta rupiah PADPTD PADPRD 2001 42.678,38 319.301,28 228.418,67 13,37 18,68 2002 64.459,17 480.845,27 293.392,05 13,4 21,97 2003 70.753,82 649.602,69 345.719,02 10,9 20,46 2004 61.382,59 663.304,87 454.316,18 9,25 13,51 2005 64.655,17 604.225,88 447.134,38 10,7 14,46 2006 64.662,00 736.066,23 654.679,93 8,78 9,88 2007 68.350,87 754.254,69 747.173,74 9,06 9,15 2008 80.287,52 854.598,26 829.258,49 9,39 9,68 Rata-rata 10,61 14,72 Sumber : Lampiran 12-13 Pada Tabel 4.9 diatas menunjukkan seberapa besar peranan PAD dalam membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran total daerah. Dari hasil perhitungan rasio PAD terhadap PTD diperoleh rasio paling tinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 13,4 dan rasio paling rendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 8,78 . Rata-rata rasio PAD terhadap PTD selama tahun 2001 sampai dengan 2008 adalah sebesar 10,61 yang berarti kemampuan PAD dalam membiayai PTD hanya sebesar 10,61 . Sedangkan untuk hasil perhitungan rasio PAD terhadap PRD diperolah rasio paling tinggi pada tahun 2002 yaitu sebesar 21,97 dan rasio paling rendah pada tahun 2007 yaitu sebesar 9,15 . Rata-rata rasio PAD terhadap PRD selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 adalah sbesar 14,72 yang berarti kemampuan PAD dalam membiayai PTD hanya sebesar 14,72 . Apabila PAD dijumlahkan dengan BHPBP kemudian digunakan untuk membiayai PTD maupun PRD, hasilnya juga masih rendah sekali kurang dari 25. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Rasio PAD ditambah BHPBP terhadap PTD dan Rasio PAD ditambah BHPBP terhadap PRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 Sumber : Lampiran 14-15 Tahun PAD+BHPBP juta rupiah PTD juta rupiah PRD juta rupiah PAD+BHPBP PTD PAD+BHPBP PRD 2001 69.608,20 319.301,28 228.418,67 21,8 30,47 2002 128.837,38 480.845,27 293.392,05 26,79 43,91 2003 135.132,03 649.602,69 345.719,02 20,8 39,09 2004 100.973,13 663.304,87 454.316,18 15,22 22,22 2005 114.720,00 604.225,88 447.134,38 18,99 25,66 2006 127.064,92 736.066,23 654.679,93 17,26 19,41 2007 130.754,19 754.254,69 747.173,74 17,33 17,5 2008 156.744,64 854.598,26 829.258,49 18,34 18,9 Rata-rata 19,57 27,14 Pada Tabel 4.10 lihat halaman 89 dapat diketahui jumlah PAD dan BHPBP PAD+BHPBP dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 mengalami fluktuasi. Rasio PAD dan BHPBP PAD+BHPBP terhadap PTD tertinggi pada tahun 2002 yaitu sebesar 26,79 dan rasio terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar 15,22 . Rata-rata PAD dan BHPBP PAD+BHPBP terhadap PTD dari tahun 2001 sampai dengan 2008 sebesar 19,57 yang berarti kemampuan PAD dijumlah dengan BHPBP dalam membiayai PTD hanya sebesar 19,57 . Sedangkan Rasio PAD dan BHPBP PAD+BHPBP terhadap PRD tertinggi pada tahun 2002 yaitu sebesar 43,91 dan rasio terendah pada tahun 2007 yaitu sebesar 17,5 . Rata-rata PAD dan BHPBP PAD+BHPBP terhadap PRD dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 sebesar 27,14 yang berarti kemampuan PAD dijumlah dengan BHPBP dalam membiayai PRD hanya sebesar 27,14 . Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.9 dan 4.10 lihat halaman 88 dan 89 maka dapat diketahui besarnya Tingkat Kemandirian Daerah TKD Kabupaten Pasuruan dalam melaksanakan otonomi daerah selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008. Hasil perhitungan TKD ditunjukkan pada Tabel 4.11 lihat halaman 91 berikut : Tabel 4.11 Rasio PAD terhadap PTD, Rasio PAD terhadap PRD, Rasio PAD+BHPBP terhadap PTD, Rasio PAD+BHPBP terhadap PRD, dan Rasio Tingkat Kemandirian Daerah TKD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 Tahun PADPTD PADPRD PAD+BHPBP PTD PAD+BHPBP PRD TKD 2001 13,37 18,68 21,8 30,47 21,08 2002 13,4 21,97 26,79 43,91 26,52 2003 10,9 20,46 20,8 39,09 22,81 2004 9,25 13,51 15,22 22,22 15,05 2005 10,7 14,46 18,99 25,66 17,45 2006 8,78 9,88 17,26 19,41 13,83 2007 9,06 9,15 17,33 17,5 13,26 2008 9,39 9,68 18,34 18,9 14,08 Rata-rata 10,61 14,72 19,57 27,14 18,01 Sumber : Lampiran 16 Pada Tabel 4.11 diatas diketahui bahwa rasio Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah TKD Kabupaten Pasuruan selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 selalu mengalami fluktuasi berturut-turut yaitu sebesar 21,08 , 26,52 , 22,81 , 15,05 , 17,45 , 13,83 , 13,26 , 14,08 . Dari hasil perhitungan diatas diketahui rata-rata rasio TKD Kabupaten Pasuruan selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 yaitu sebesar 18,01 yang berarti kemampuan keuangan daerah Kabupaten Pasuruan dalam melaksanakan otonomi daerah hanya sebesar 18,01 . Hal ini berarti bahwa Kabupaten Pasuruan mempunyai tingkat kemampuan keuangan daerah yang rendah sekali dan mempunyai pola hubungan keuangan dengan pemerintah pusat yang bersifat instruktif tidak mandiri dikarenakan rasio PAD terhadap PTD dan rasio PAD terhadap PRD masih rendah sekali meskipun PAD telah ditambah dengan BHPBP. Dalam hal ini Kabupaten Pasuruan belum mampu menggali sumber- sumber potensi yang ada dari pendapatan daerahnya yang terdiri dari PAD dan BHPBP untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.

4.3.3 Uji Elastisitas Pendapatan Asli Daerah PAD

Analisis elastisitas PAD terhadap PDRB bertujuan untuk mengetahui kepekaan perubahan PAD terhadap perubahan PDRB, yang artinya sejauh mana pertumbuhan ekonomi perubahan PDRB mempengaruhi perubahan PAD. Koefisien elastisitas tersebut diperoleh dengan cara menghitung persentase perubahan PAD tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan menghitung persentase perubahan PDRB tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Kemudian menghitung rata-rata persentase perubahan PAD dan rata-rata persentase perubahan PDRB selama kurun waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2008. Hasil perhitungan rata-rata persentase perubahan PAD tersebut kemudian dibagi dengan hasil perhitungan rata-rata persentase perubahan PDRB, maka akan menghasilkan koefisien elastisitasnya. Persentase perubahan PAD dan PDRB tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 4.12 lihat halaman 93 seperti berikut : Tabel 4.12 Perubahan PAD dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ADHB Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008 Tahun PAD juta Rupiah ∆ PAD PDRB ADHB juta Rupiah ∆ PDRB ADHB 2001 42.678,38 - 4.982.262,19 - 2002 64.459,17 51,03 5.787.431,01 16,16 2003 70.753,82 9,76 6.398.738,84 10,56 2004 61.382,59 -13,24 7.269.881,96 13,61 2005 64.655,17 5,33 8.710.298,21 19,81 2006 64.662,00 1,06 9.371.024,84 7,58 2007 68.350,87 5,7 10.622.145,32 13,35 2008 80.287,52 17,46 12.128.903,82 14,18 Rata-rata 9,64 Rata-rata 11,91 Sumber : Lampiran 17-18 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.12, maka elastisitas PAD terhadap PDRB ADHB Kabupaten Pasuruan dapat dihitung dengan rumus seperti berikut : Elastisitas PAD terhadap PDRB ADHB = 9,64 = 0,81 11,91 Dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, maka dapat diketahui bahwa koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB ADHB adalah inelastis e 1 yaitu sebesar 0,81 . Hal ini berarti, perubahan Pendapatan Asli Daerah PAD tidak peka terhadap perubahan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang terjadi.

4.4 Pembahasan

Pada penelitian ini terdapat beberapa alat analisis untuk memecahkan rumusan masalah. Alat analisis tersebut telah digunakan untuk mengolah data yang kemudian dianalisis pada pembahasan sebelumnya. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa rata-rata Derajat Desentralisasi Fiskal DDF Kabupaten Pasuruan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Total Penerimaan Daerah TPD adalah sebesar 9,05 , rata-rata DDF kontribusi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP terhadap TPD sebesar 7,23 , dan rata-rata DDF kontribusi gabungan antara PAD dengan BHPBP terhadap TPD sebesar 8,11 . Rata-rata DDF dan masing-masing kontribusi tersebut terhadap TPD masih tergolong rendah persentasenya. Sebaliknya rata-rata DDF Kabupaten Pasuruan dari kontribusi Sumbangan dan Bantuan SB yang terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK terhadap TPD cukup besar yaitu 64,24 . Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pasuruan mempunyai tingkat kemandirian keuangan daerah yang rendah sekali dan mempunyai pola hubungan keuangan dengan pemerintah pusat yang bersifat instruktif, artinya peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada pemerintah Kabupaten Pasuruan. Rendahnya tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Pasuruan menunjukkan bahwa ketergantungan Kabupaten Pasuruan terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat yang berasal dari Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK masih tinggi, ini berarti Kabupaten Pasuruan belum mampu melaksanakan otonomi daerah tidak mandiri. Derajat Desentralisasi Fiskal DDF Kabupaten Pasuruan tergolong masih rendah sekali meskipun telah dilakukan upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD melalui intensifikasi pajak seperti pendataan kembali subyek pajak dan obyek pajak. Berdasarkan analisis data, Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah TKD Kabupaten Pasuruan tahun 2001 dan tahun 2002 mengalami peningkatan, sedangkan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 TKD Kabupaten Pasuruan mengalami fluktuasi lihat Tabel 4.11 halaman 93. Rata-rata rasio TKD Kabupaten Pasuruan selama periode pengamatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 adalah sebesar 18,01 . Nilai rata-rata rasio kemandirian tersebut tidak mencapai 25, yang berarti kemampua keuangan Kabupaten Pasuruan rendah sekali atau dapat disebut tidak mandiri. Pola hubungan yang terjadi antara pemerintah pusat dengan pemerintah Kabupaten Pasuruan adalah pola hubungan instruktif, dimana dalam pola hubungan instruktif pemerintah pusat memegang peranan yang dominan dalam bidang keuangan dibandingkan dengan pemerintah Kabupaten Pasuruan. Hal ini menyebabkan pemerintah Kabupaten Pasuruan sangat bergantung terhadap bantuan keuangan dari pusat, dengan pola instruktif ini maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Pasuruan masih belum mampu melaksanakan otonomi daerah. Ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat di satu sisi dan rendahnya kontribusi PAD dan BHPBP dalam penerimaan daerah di sisi lain membawa konsekuensi terhadap rendahnya kemampuan PAD dan BHPBP dalam membiayai pengeluaran