142
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 2
d. Pertempuran Palagan Ambarawa
Anda perhatikan gambar Monumen Palagan Ambarawa di samping Bagaimana hubungan monumen tersebut dengan perjuangan revolusi
kemerdekaan Indonesia?
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 29 November dan berakhir pada 15 Desember 1945 antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia
melawan pasukan Inggris. Latar belakang dari peristiwa ini dimulai dengan insiden yang terjadi di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri
dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Oleh pihak RI mereka diperkenankan untuk mengurus tawanan perang yang
berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Ternyata mereka diboncengi oleh tentara Nederland Indische Civil Administration NICA yang kemudian
mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 26 Oktober 1945 pecah insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara TKR dan
tentara Sekutu. Insiden itu berhenti setelah kedatangan Presiden Sukarno dan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang pada tanggal 2 November 1945.
Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985.
Gambar 6.8 Mobil tempat Mallaby tewas.
Di unduh dari : Bukupaket.com
143
Sejarah Indonesia
sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, diantaranya: 1.
Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi Allied
Prisoners War and Interneers APWI-tawanan perang dan interniran Sekutu.
2. Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia-
Sekutu 3.
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya.
Ternyata pihak Sekutu ingkar janji. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan
Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah
lindungan pesawat tempur. Namun tanggal 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman
terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa. Pasukan TKR bersama pemuda dari Boyolali, Salatiga, Kartosuro bertahan di kuburan
Belanda, sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta api dan membelah kota Ambarawa. Sementara itu, dari arah Magelang pasukan
TKR dan Divisi VPurwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945 dengan tujuan memukul
mundur pasuka Sekutu yang berkedudukan di Desa Pingit. Pasukan Imam Adrongi berhasil menduduki Desa Pingit dan merebut desa-desa sekitarnya.
Sementara itu, Batalion Imam Adrongi meneruskan gerakan pengejarannya. Kemudian disusul 3 batalion yang berasal dari Yogyakarta, yaitu batalion 10
Divisi III di bawah pimpinan Mayor Suharto, batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sarjono, dan Batalion Sugeng. Musuh akhirnya terkepung. Walaupun
demikian, pasukan musuh mencoba mematahkan pengepungan dengan mengadakan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan
Indonesia dari belakang dengan tank-tanknya. Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan mundur ke Bedono. Dengan bantuan resimen kedua yang
dipimpin M. Sarbini, batalion Polisi Istimewa yang dipimpin Onie Sastroatmojo dan batalion dari Yogyakarta, gerakan musuh berhasil ditahan di Desa Jambu.
Di Desa Jambu para komandan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menghadirkan pembentukan
komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran dan bertempat di Magelang. Sejak saat, Ambarawa dibagi atas 4 sektor, yaitu sektor Utara,
Di unduh dari : Bukupaket.com
144
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 2
sektor Selatan, sektor Barat dan sektor Timur. Kekuatan
pasukan bertempur secara bergantian. Pada tanggal
26 November 1945 pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto
yaitu Letkol Isdiman gugur. Setelah mengetahui Isdiman gugur
maka pimpinan pasukan TKR Purwokerto Kolonel Sudirman
turun langsung memimpin pasukan. Kehadiran Sudirman ini
semakin menambah semangat tempur TKR dan para pejuang
yang sedang bertempur di Ambarawa. Kolonel Sudirman
menyodorkan taktik perang Supit Urang. Taktik ini segera
diterapkan. Musuh mulai terjepit dan situasi pertempuran
semakin menguntungkan pasukan TKR. Sejak saat
itu, pimpinan pasukan TKR Purwokerto dipimpin oleh
Kolonel Sudirman. Situasi pertempuran menguntungkan
pasukan TKR. Pada tanggal 5 Desember 1945, musuh
terusir dari Desa Banyubiru, yang merupakan garis pertahanan yang terdepan. Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju
sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota. Pertahanan musuh yang terkuat
diperkirakan berada di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam.
Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk melakukan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meninggalkan
Kota Ambarawa dan mundur ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 6.9 Peta Rute Gerilya Sudirman
Di unduh dari : Bukupaket.com
145
Sejarah Indonesia
ini mempunyai arti penting karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka dapat mengancam 3 kota utama di
Jawa Tengah, yaitu Surakarta, Magelang dan Yogyakarta.
Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang gemilang.
Menyambut kemenangan itu Sudirman yang masih berpaian perang langsung mengambil
air wudu dan segera melakukan sholat dan sujud syukur seraya berdoa: ”Ya Allah ya Tuhan,
Mahabesar dan Mahakuasa Engkau. Engkaulah sumber kekuatan dan kemenangan. Ampunilah
hamba-Mu yang lemah dan dhaif ini dan berikan kami kekuatan”. Dengan kemenangan ini nama
Sudirman semakin populer sebagai komandan dan pimpinan TKR dan menunjukkan bahwa
Republik Indonesia masih memiliki pasukan yang kuat yaitu dari pasukan TKR.
Untuk mengenang pertempuran Ambarawa, tanggal 15 Desember dijadikan Hari Infanteri. Di Ambarawa juga dibangun Monumen Palagan, Ambarawa.
Kamu dapat membaca buku karya Sardiman, Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman.
e. Pertempuran Medan Area