Naskah Drama Panji Seirang Indonesia

Naskah Drama Panji Seirang
Sudah cukup lama raden Panji Inu Kertapati tidak ke kerajaan daha untuk
menemui tunangannya, dewi galuh candra kirana. Panji Inu Kertapati adalah
putra mahkota kerajaan Kahuripan.
Suatu pagi, dia menghadap ayahanda Prabu Danujaya, Raja Kahuripan
untuk berpamitan dan untuk menemui candra Kirana di Kerajaan Daha.
Panji Inu Kertapati
: “ Selamat pagi ayahanda.”
Prabu Danu Jaya
: “ Pagi anakku.”
Panji Inu Kertapati
: “ Ayah, bolehkah aku pergi ke Kerajaan Daha untuk
menemui Candra Kirana?”
Prabu Danujaya
: ” Tentu saja boleh anakku. Tapi, kamu harus membawa
pasukan untuk
menjaga keselamatanmu karena ada gerombolan yang di
pimpin Panji Semirang dan yang lain di pimpin Japa Wisa dan Mantra Wisa. Apa
kamu belum mendengar kabar itu ?”
Panji Inu Kertapati
: ” Sudah, Ayahanda. Baiklah, hamba akan membawa

Danaswala dan prajurit.”
Prabu Danujaya
: ” Hati-hati dalam perjalanan nanti, Karena situasi di luar
sedang kacau.”
Pagi itu, Panji Inukertapati bersama Dana Swala dan ratusan prajurit siap
berangkat ke kerajaan Daha. Panji Inukertapati dan pasukannya melewati
perbatasan Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha. Tiba-tiba , mereka dihadang
oleh
prajurit berpakaian merah muda. Panji Inukertapati menghentikan
langkahnya. Ia mengangkat tangan kiri agar anak buahnya turut berhenti. Dan
mereka bersama-sama memberikan penghormatan.
Panji Semirang
: ” Terima kasih telah masuk ke kerajaan kami dan
menyempatkan diri untuk berhenti.Mari kita jalin persahabatan sejati.Untuk
kebaikan bersama di kemudian hari.”
Panji Inu Kertapati
: ” Siapa kalian? ada maksud apa mencegat perjalanan
kami?”
Panji Semirang
: ” Wahai Panji Inu Kertapati, sudilah kiranya Panji

Inukertapati berbincang sebentar. Kenalkan, aku Panji Semirang yang menguasai
wilayah Asmara Dahana.”
Panji Inukertapati dan seluruh pasukan dari Kerajaan Kahuripan di persilahkan
memasuki sebuah gapura yang terbuat dari kayu.
Panji Semirang
: ” Dengan cara begini, aku ingin membuktikan pada
kalian semua bahwa aku dan anak buahku bukan lah gerombolan perampok.”
Panji Inu Kertapati
: ” Kami mempercayainya. Kalian ternyata orang-orang
yang baik. Terima kasih atas jamuannya. Ngomong-ngomong apa nama kerajaan
ini?”
Panji Semirang

: ” Kerajaan Asmara Dahana.”

Panji Inu Kertapati

: ” Apa makna dari nama itu?”

Panji Semirang

: ” Asmara Dahana artinya Asmara yang berapi-api. Orang
yang asmaranya terlalu berapi-api bisa di bakar rasa isi dan dengki.”
Panji Inu Kertapati
: ” Apa maksud dengan kata api asmara, rasa iri
dengki,dan asmara berapi-api itu?”
Panji Semirang
: “ Sebelum ku lanjutkan, apakah Raden ingat tentang
perasaan Ajeng Asih kepada Raden?”
Panji Inu Kertapati
: “ O itu? Menurutku itu wajar. Dia kan saudara iparku, jadi
wajar jika dia cinta padakau hanya sebagai saudara.”
Panji Semirang
: “ Sebenarnya wajar, tetapi Raden harus ingat. Api
asmara membuatnya tega. Api asmara membuat seseorang menjadi jahat luar
biasa.”
Panji Inu Kertapati
: “ Aku pernah mendengar syair semacam itu, tapi siapa
yang mengucapkannya ya?”
Panji Semirang
: “ Wajar kalau Raden lupa. Banyak orang yang

mengucapkan kata-kata itu.”
Panji Inu Kertapati
: “ Ya kamu benar
Panji Inu Kertapati

: “ Kamu kenal Candra Kirana juga?”

Panji Semirang
Bukan begitu Raden?”
Panji Inu Kertapati

: “ Aku sangat tahu Candra Kirana. Dia itu cantik jelita.

: “ Apakah kisanak pernah bertemu dengannya?”

Panji Semirang
: “ Pernah, dulu sering bertemu. Tetapi sekarang tidak
lagi. Dengan
Ajeng Asih pun aku sering bertemu”
Panji Inu Kertapati


: “ Bagaimana pendapatmu dengan Ajeng Asih?”

Panji semirang

: “ Ajeng Asih itu jahat!”

Panji Inu Kertapati
Ajeng Asih itu baik”

: “ Jangan memftnah Panji semirang. Sepengetahuan ku

Panji Semirang
pada Raden”

: “ Baik pada siapa? pada Raden? tentu saja ia kan suka

Panji Inu Kertapati
: “ Tidak mungkin Ajeng Asih suka padaku. aku kan
tunangannya Candra Kirana. Baiklah Panji Semirang, terimakasih atas jamuan

yang telah diberikan. Kami akan melanjutkan perjalanan kami.”

Menjelang malam, Panji Inu Kertapati dan rombongan dari Kerajaan Kahuripan
tiba di halaman pendopo Kerajaan Daha. Dia terperanjat sekali ketika melihat
adanya penyambutan yang sangat luar biasa. Di atas meja, sudah ditata aneka
makanan, buah-buahan, minuman, dan kue-kue yang lezat.
Panji Inu Kertapati
: “Ada apa ini, Danaswala?”
Danaswala
: “Hamba juga heran. Hamba heran sejak dalam
perjalanan tadi. Apakah
Ini keberuntungan atau kesialan?
Panji Inu Kertapati
: “Semoga bukan kesialan, tetapi frasatku mengatakan
buruk”
Raja Kertamarta, Diah Prameswari, Dewi Likuwati, dan Dewi Galuh Ajeng Asih
memasuki ruang. Semua yang hadir memberikan penghormatan kepada Paduka
Raja Kertamerta. Dewi Galuh Candra Kirana tidak kelihatan dalam acara
penyambutan itu.
Panji Inu Kertapati

: “ Maaf Paduka Raja. Candra Kirana tidak hadir sejak tadi.
Dimana dia `
sekarang?”
Raja Kertamarta
: “ Candra Kirana….. dia ……, sekarang belum bisa
menemuimu”
Dewi Likuati
: “ Sebaiknya Paduka Raja berkata terus terang saja!
Sebaiknya Paduka mengatakan tentang Candra Kirana yang sejujurnya. Tanpa
ada yang ditutup-tutupi.”
Ajeng Asih
: “ Panji Inu Kertapati…., aku ingin mengatakan tentang
Candra Kirana yang sebenarnya. Sejak beberapa bulan lalu Candra Kirana
meniggalkan Kerajaan Daha tanpa pamit”
Panji Inu Kertapati
: “ Kenapa dia pergi? Candra Kirana itu tunanganku. Kalau
pergi mestinya dia pamit, sehingga aku dapat mencarinya”
Ajeng Asih
: “ Candra Kirana pergi tanpa pamit. Dia juga tidak
mengatakan mengapa alasannya mengapa ia pergi. Hal itu menunjukkan bahwa

ia bukan calon istri yang baik”
Panji Inu Kertapati
: “ Jangan mengatakan itu Ajeng Asih. Ia pasti mempunyai
alasan mengapa ia pergi tanpa pamit”
Ajeng Asih
: “ Kalau ada alasannya mengapa tidak dikatakan? Dan
diapun pergi pada malam hari”
Raja Kertamarta
: “ Percaya atau tidak, suka atau tidak, begitulah
kenyataannya.
Panji Inu Kertapati
: “ Jadi paduka sudah menyebarkan undangan pernikahan
itu?”
Raja Kertamerta
: “ Belum, tapi kabar kamu akan menikah sudah tersebar.
Kalau Candra Kirana tidak kembali pada waktunya aku bisa malu”
Acara penyambutan malam itu berakhir. Paduka Raja dan Permaisuri
kembali ke Peraduan. Sedangkan Dewi Likuati dan Ajeng Asih menghampiri Panji
Inu Kertapati.


Dewi Likuati
: “ Raden, Raden kelihatannya sudah lelah sebaiknya
raden istirahat. Jangan fkirkan tentang Candra Kirana, pasti ada pengganti yang
lebih baik”
Dewi Likuati dan Ajeng Asih segera meninggalkan ruang penyambutan.
Mereka menuju kamar masing-masing, sedangkan Panji Inu Kertaparti masih ada
di ruangan bersama danaswala.
Panji Inu Kertapati
: “ Danaswala, sepertinya ada yang aneh”
Danaswala
: “ Apanya yang aneh Raden? Apa yang Raden maksud
adalah perginya Dewi Galuh Candra Kirana?”
Panji Inu Kertaparti
: “ betul”
Panji Inu Kertapati
: “ Coba kamu pikir, seorang Candra Kirana pergi begitu
saja tanpa pamit. Ini semua pasti ada apa-apanya. Kita harus mencari penyebab
Candra Kirana pergi meninggalkan kerajaan”
Danaswala
: “ Raden apapun yang terjadi itu adalah kehendak yang

maha kuasa. Hamba yakin kalau memang ia jodoh Raden maka ia akan kembali
kepada raden suatu saat.”
Malam harinya, Raja Kertamarta dan Dewi Likuwati menemui Panji Inu Kertapati
di ruang khusus untuk pertemuan keluarga kerajaan.
Raja Kertamarta
: ”Nakmas Panji Inu Kertapati , aku sebagai orang tua
Candra Kirana merasa sedih sekali atas perginya Candra Kirana dari istana ini
tanpa pamit .”

Panji Inu Kertapati
: ”Lalu, apa yang mesti hamba lakukan agar Raja
Kertamarta tidak merasa malu karena Candra Kirana tidak pulang kemari ?”
Dewi Likuwati
: ”Raden Panji Inu Kertapati, apa yang akan kukatakan ini
tujuan nya hanya satu, demi kebaikan Raden sendiri, kami ingin Raden menikah
dengan Ajeng Asih untuk menutupi rasa malu keluarga.”
Panji Inu Kertapati
melaksanakannya.”

: ”Kalau itu keinginan Gusti Ayu, hamba siap


Dewi Likuwatiu kelihatan senang bukan kepalang. Pembicaraan mereka pun
selesai. Dewi Likuati menghampiri Ajeng Asih dikamarnya.
Dewi Likuati
: “ Anakku, Ibu punya berita yang amat menggembirakan.
Raden Panji Inu Kertapati mau menikahi mu!”
Ajeng Asih
: ”Benarkah Raden Panji Inu Kertapati mau menikahkan
aku , bu ? Ini rasanya seperti mimpi
Ajeng Asih merasa berbahagia hatinya karena apa yang dicita-citakan sejak dulu
kini akan tercapai. Ternyata berita itu sampai ke telinga Danaswala. Danaswala

sangat kaget mendengarnya. Dan ia pun bergegas menemui Raden Panji Inu
Kertapati.
Danaswala
: ”Raden, apakah Raden akan menikah dengan
Ajeng Asih? Kenapa Raden bersedia menikahi Ajeng Asih? Bukankah Raden
sudah bertunangan dengan Candra Kirana?”
Raden Panji Inu Kertapati
: ” Aku memang sudah bertunangan dengan
Candra Kirana. Namun kamu tahu sendiri, dia pergi tanpa pamit. Aku juga ingin
menutup rasa malu keluarga dari Kerajaan Daha.”
Danaswala
: ”Maaf, Raden. Yang menginginkan Raden
menikah dengan Ajeng Asih itu Paduka Raja Kertamerta ataukah Dewi Likuwati?”
Raden Panji Inu Kertapati
: ”Yang menginginkan aku segera menikah dengan
Ajeng Asih adalah Paduka Raja Kertamerta.”
Danaswala
: ”Jadi Raden masih ragu-ragu tentang siapa yang
paling ingin menikahkan Raden dengan Ajeng Asih?”
Raden Panji Inu Kertapati
: ”Aku tidak ragu-ragu. Aku yakin bahwa jodohku
bukan Candra Kirana, tetapi Ajeng Asih.”
Danaswala
: ”Hamba menduga bahwa yang paling ingin Ajeng
Asih menikah dengan Raden adalah ibunya, Dewi Likuwati untuk menjadi
permaisuri di Kahuripan .”
Panji Inu Kertapati
:”Danaswala, untuk sementara ini kita hentikan
dulu perdebatan ini. Seminggu lagi akan diadakan pesta pernikahanku.”
Suatu malam, dua hari menjelang pesta pernikahan, Ajeng Asih
berada di dalam kamarnya sendiri untuk mempercantik wajahnya.
Dewi Likuwati
:”Wah si bidadari cantikku sedang berdandan
rupanya. Kenapa tidak kamu temani Panji Inu Kertapati yang duduk sendirian di
taman kerajaan?”
Ajeng Asih
:”Tadi aku kesana, tetapi dia ingin menyendiri
Ajeng Asih
:”Kelihatannya Panji Inu Kertapati menyesal telah
memutuskan bersedia menikah denganku.”
Dewi Likuwati
:”Biar saja dia menyesal, yang penting kamu bisa
mendapatkannya kan?”
Ajeng Asih
:”Iya bu,”
Dewi Likuwati
:”Untuk sementara waktu, pengaruh guna-gunaku
masih kuat, perasaan menyesal itu akan datang, tapi tidak akan menggoyahkan
keinginannya untuk menikah denganmu. Pokoknya, kelak kamu bisa menjadi
permaisuri di Kerajaan Kahuripan. Jangan seperti ibumu ini, menjadi selir. Lebih
bangga menjadi permaisuri.”
Ajeng Asih
:”Kira-kira Candra Kirana masih hidup Bu?”
Dewi Likuwati
:”Kemungkinan dia masih hidup, tapi kemungkinan
lain, dia sudah mati.
Di luar kamar Ajeng Asih, terdengar suara ribut-ribut. Suara orang
berlarian ke berbagai penjuru disertai teriakan ketakutan dan kepanikan.

Ajeng Asih dan Dewi Likuwati segera keluar dari kamar. Mereka melihat sinar
yang menyala di halaman. Mereka mendekat bersamaan dengan para prajurit
dan dayang istana.
Ajeng Asih, Dewi Likuwati, Raja Kertamerta, dan semua yang melihat kejadian di
halaman istana itu tertegun seperti patung. Panggung yang berhias di bakar
sekelompok orang yang langsung melarikan diri. Para prajurit jaga seperti
tersihir dan tak bisa bergerak cepat untuk mengejar mereka. Justru Panji Inu
Kertapati, Danaswala, dan prajurit dari Kerajaan Kahuripan yang kini mengejar
mereka.
Ajeng Asih akhirnya mau menyadari kelemahannya. Dia kembali ke
dalam istana dalam keadaan berduka karena Panji Inu Kertapati meninggalkan
istana.
Danaswala

: “Raden, kita sekarang ke mana?”

Panji Inu Kertapati

: “Mengejar Panji Semarang!”

Danaswala berupaya menyusul Panji Inu Kertapati sedangkan para
prajurit tertinggal jauh di belakang.
Danaswala
: “ Ke mana kita mengejar mereka? Apa Raden yakin
kalau yang
membakar panggung dan hiasan-hiasan tadi Panji Semirang dan anak
buahnya?”
Panji Inu Kertapati : “ Ya aku yakin. Mereka yang melakukannya. Aku tadi sekilas
melihat sekelabat tubuh Panji Semirang. Makannya aku mengejar kemari.”
Malam makin gelap. Panji Inu Kertapati menghentikan kudanya. Ia turun dan
mengajak Darmaswala duduk-duduk di atas batu. Beberapa saat kemudian, anak
buah panji Inu Kertapati berdatangan. Meeka diperintahkan Panji Inu Kertapati
untuk berteduh di berbagai tempat sekitarnya. Ada yang duduk di emperan
penduduk yang kosong. Ada yang duduk-duduk di bawah pohon.
Danaswala
: “ Kalau benar yang membakar panggung dan berbagai
hiasan itu Panji Semirang, hamba jadi curiga.
Panji Inu Kertapati

: ” Curiga apa?”

Danaswala
: “ Jangan-jangan Panji Semirang itu adalah pipmpinan
gerombolan penjahat, siapa tahu dia ingin menaklukan Kerajaan Daha, Kerajaan,
Kahuripan, Kerajaan Gegalang, ataupun kerajaan lain. “
Panji Inu Kertapati
: “ Jangan berpikir seperti itu, Danaswala. Belum tentu ia
melakukan kejahatan seperti yang kita duga. Tetapi, tadi sekilas aku melihat
panji Semirang dan aku juga seperti mengenalnya.”

Danaswala
Panji Inu Kertapati
Danaswala
Kirana?”

: ” Siapa, Raden?”
: “ Candra Kirana.”
: “ Maksud Raden, Panji Semirang itu saudarannya Candra

Panji Inu Kertapati
: “ Aku tidak berfkir begitu karena Candra Kiranan tidak
punya saudara kandung, kecuali Ajeng Asih.”
Danaswala

: “Kalu begitu, apa yang Raden pikirkan?”

Panji Inu Kertapati

: “Yang aku pikirkan…”

Danaswala
hamba.”
Panji Inu Kertapati
Candra Kirana.”
Danaswala
Kiranan yang
menyamar.”
Panji Inu Kertapati
bergerak atau

: “Coba Raden mengatakannya secara terus terang pada

: “Aku tadi berpikir bahwa Panji Semirang itu adalah

: “Apa! Raden menduga kalau Panji Semirang itu Candra

: “Iya. Tadi aku melihat tingkah laku Panji Semirang ketika
memutar tubuhnya itu mirip Candra Kirana.”

Danaswala termenung sejenak setelah mendengar perkataan itu.
Danaswala
: “ Raden, mengapa tadi Raden langsung meninggalkan
Kerajaan Daha? Padahal Raden Panji Inu Kertapati telah bersedia dinikahakan
dengan Ajeng Asih?”
Panji Inu Kertapati
: “Aku sendiri juga kurang tahu mengapa hal itu
kulakukan. Tapi, entahlah. Bayang-bayang Candra Kiranan membuatku bergerak
mengejar Panji Semirang.”
Danaswala
: “Apa kemarin-kemarin Raden tidak merasa bahwa Dewi
Likuwati menggunakan ilmu hitam untuk mengguna-guna Raden?”
Panji Inu Kertapati
itu?”

: “Tidak. Dewi Likuwati melakukan perbuatan jahat seperti

Danaswala
: “Iya. Dewi Likuwati melakukan perbuatan nista seperti
itu demi menikahkan Ajeng Asih dengan Raden Panji Inu Kertapati. Syukurlah,
guna-guna itu langsung hilang ketika ada peristiwa mengejutkan tadi. Sekarang

ini keputusan Raden Panji Inu Kertapati untuk meninggalkan Kerajaan Daha
tepat. Karena tidak pantas seorang kesatria memutuskan pertunangan Gusti
Candra Ayu Kirana tanpa alasan lalu menikah dengan Ajeng Asih yang belum
tahu bagaimana sifatnya. panji Inu Kertapati juga masih terikat pertunangan
dengan Gusti Ayu Candra Kirana.”
Panji Inu Kertapati
: “Terima kasih atas pemikiranmu yang bagus itu,
Danaswala. Sekarang, kita istirahat di sekitar sini. Besok kita lanjutkan
pengejaran terhadap Panji Simarang.”
Keesokan harinya, Panji Inu Kertapati dan anak buahnya melanjutkan
pengejaran terhadap Panji Semirang sampai di Kerajaan Asmara Dahana. Betapa
kagetnya ia ketika melihat Kerajaan Asmara Dahana dalam keadaan kosong. Tak
ada satu pun orang yang tinggal.
Panji Inu Kertapati
sama sekali.”
Danaswala
kemarin.”
Panji Inu Kertapati

:”Danaswala, ini sebuah keanehan. Disini tidak ada orang

: “Justru hal ini semakin menguatkan dugaan raden

: “Dugaan apa?”

Danaswala
: “Dugaan bahwa Panji Semirang itu hanya bentuk
penyamaran dari Candra Kirana.”
Panji Inu Kertapati

: “Apa begitu ya?”

Danaswala
: “Ya. Jadi, di Kerajaan Daha pasti pernah terjadi sebuah
peristiwa yang menyebabkan Candra Kirana pergi. Karena Candra Kirana masih
menjadi tunangan Raden Inu Kertapati, maka ia tidak rela kalau Raden Panji Inu
Kertapati menikah dengan Ajeng Asih. Nah, satu-satunya cara untuk
menggagalkan pernikahan Raden Panji Inu Kertapati dengan Ajeng Asih adalah
membakar tempat pesta itu.”
Panji Inu Kertapati
: “ Lalu kenapa Panji Semirang harus meninggalkan
kerajaan yang susah payah telah dibangun ini?”
Danaswala
menghilangkan jejak”

: “ itu satu-satunya cara bagi Candra Kirana untuk

Panji Inu Kertapati
: “ Tunnggu sebentar, Danaswala! Mengapa kamu begitu
yakin bahwa yang menyamar sebagai Panji Semirang adalah Candra Kirana?”
Danaswala
: “ Hamba yakin justru setelah adanya peristiwa
pembakaran tempat pesta tadi malam dan kosongnya kerajaan ini. Walaupun
kerajaan yang di bangun Panji Semirang ini tidak lebih seperti sebuah

pedepokan. Namun, karena Panji Semirang hanyalah penyamaran dari Candra
Kirana, maka dia segera meninggalkan tempar ini agar penyamarannya tidak
ketahuan oleh siapapun.”
Panji Inu Kertapati
Semirang?”

: “mengapa Candra Kirana perlu menyamar sebagai Panji

Danaswala
: “ Nanti kalau kita sudah menemukan Candra Kirana
pasti akan dijelaskan alasannya.”
Panji Inu Kertapati

: “ Kapan kita bisa menemukan Candra Kirana?”

Danaswala
: “ Hamba yakin dalam waktu dekat ini kita akan berhasil
menemukan Candra Kirana.”
Panji Inu Kertapati memandang Danaswala untuk meyakinkan dirinya
sendiri bahwa Danaswala berkata secara sungguh-sungguh. Dalam hati, dia
bertanya-tanya, bagaimana Danaswala bisa yakin bahwa Candra Kirana dalam
waktu dekat ini akan ditemukan? Bagaimana dia bisa yakin Candra Kirana bisa
diketahui jejak-jejaknya sedangkan sekarang ini jejak Panji Semirang saja sulit
ditemukan?
Danaswala
: “ Kita lacak kemana perginya Panji Semirang dengan
mengikuti jejak-jejak kaki ini raden”
Panji Inu Kertapati
Semirang pergi?”

: “ Berdasarkan jejak-jejak kaki ini, ke mana Panji

Danaswala
: “ Begini, dia meninggalkan kerajaan ini tadi pagi sebelum
kita kemari. Kelihatannya mereka pecah menjadi dua bagian. Yang satu
mengarah ke kerajaan Daha, yang lain menuju Kerajaan Gegalang.”
Panji Inu Kertapati

: “ Mengapa mereka pecah menjadi dua kelompok?”

Danaswala
: “ Bukan pecah, tapi memisah Raden, tujuan mereka
berbeda. Anak buah Cadra Kirana mendirikan sebuah kerajaan. Jadi, ketika
Candra Kirana menyamar maka Candra Kirana memerintahkan anak buahnya
untuk kembali ke asal-usul mereka. Dan mereka kembali ke tempat masingmasing.”
Panji Inu Kertapati
buah?”

: “ Kalau begitu caranya Panji Semirang kehabisan anak

Danaswala
: “ Tidak. Panji Semirang akan tetap membawa pasukan
secukupnya. Anak buah yang ia bawa adalah anak buah yang dapat bertarung.”
Panji Inu Kertapati

: “ Terus menurutmu kita sekarang pergi kerah mana?”

Danaswala
Panji Inu Kertapati
Ranujaya?”

: “ Kita munuju ke kerajaan Gegalang.”
: “ Jadi kita menuju ke kerajaan milik Paman Prabu

Danaswala
: “ Ya. Menurut kabar yang beredar, di kerajaan Gegalang
ini sering terjadi kekacauan yang disebabkan oleh gerombolang pengacau
pimpinan Japawisa dan Mantrawisa. Kita mencari Panji Semirang sekaligus
membantu Parbu Ranujaya untuk menumpas para pengacau itu.”
Panji Inu Kertapati dan Danaswala bersama para prajurit pilihan dari
Kerajaan Kahuripan melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Gegalang. Raja
Gegalang Prabu Ranujaya adalah adik dari ayah Panji Inu Kertapati atau dengan
kata lain paman dari Panji Inu Kertapati. Sesampainya di pintu gerbang kerajaan,
para prajurit langsung mempersilakan Panji Inu Kertapati untuk memasuki
pendopo. Mereka dijamu oleh pihak kerajaan dengan makanan yang enak-enak.
Prabu Ranujaya
:”Selamat datang keponakanku….. Kok tumben datang
kemari dengan membawa pasukan pengawal sebanyak ini ? Apakah ada hal
penting dari Kakanda Prabu Danujaya ?”
Panji Inu Kertapati
:”Tidak paman, aku ingin mencari Candara Kirana, paman.
Karena aku curiga bahwa dia sekarang menyamar menjadi Panji Semirang.“
Prabu Ranujaya
:“Panji Semirang ? Nama itu sering kudengar akhir-akhir
ini. Kalau tidak salah, dia seorang pendekar yang tinggal di Kerajaan Dahana.”
Panji Inu Kertapati
:”Apakah paman bisa memastikan seorang Panji Semirang
itu samaran dari Candra Kirana atau bukan ?“
Prabu Ranujaya
:“Bisa. Seharusnya kamu lebih tau tentang ciri-ciri Candra
Kirana dibandingkan aku. Candra Kirana memiliki tahi lalat cukup besar
dibelakang telinga kirinya. Kalau kamu teliti Panji Semirang, pasti akan tahu
siapa jati dirinya.“
Apa benar begitu ya ? (tanya Panji Inu Kertapati dalam hati)
Panji Inu Kertapati

: “ Paman , aku ingin bertanya?“

Prabu Ranujaya

: “ Silakan, mau nanya apa ? “

Panji Inu Kertapati
lain

: “ Apakah tahi lalat itu antara satu orang dengan orang
tidak bisa sama?“

Prabu Ranujaya
Lalu

: “ Bisa. Misalnya, aku punya tahi lalat dibawah hidung.
orang lain juga memiliki tahi lalat juga mempunyai tahi
lalat dibawah hidung. Namun aku yakin, bentuk tahi lalat
antara satu orang dengan lain orang tidak akan sama
persis.”

Dalam hatinya, Panji Inu Kertapati mengakui bahwa Prabu Ranujaya memiliki
pengalaman hidup lebih banyak daripada dirinya. Sampai hal sekecil pun Prabu
Ranujaya tahu lebih banyak.
Panji Inu Kertapati

: ” Paman, seandainya Candra Kirana menyamar menjadi
laki-laki lain selain Panji Semirang, apakah paman juga
bisa mengetahuinya ?”

Prabu Ranujaya

: “ Kemungkinan besar , bisa.“

Panji Inu Kertapati

: ” Kenapa paman mengatakan kemungkinan besar ?
Apa paman kurang yakin bisa mengetahui jati diri Candra
Kirana meskipun dia menyamar sebagai laki-laki lain
selain Panji Semirang?“

Prabu Ranujaya
: “ Masalahnya begini, mungkin kalau menyamar lagi,
Candra Kirana akan lebih berhati-hati sehingga penyamaran
semakin sulit untuk diketahui. Mungkin dia akan menutup
telinganya sehingga kita akan kesulitan untuk melihat tahi
lalat di belakang telinga kirinya.“
Panji Inu Kertapati
: “ Wah iya,ya. Benar sekali kata paman. Kalau ingin tetap
aman dan samaranya tidak mudah diketahui orang lain, Candra Kirana pasti
punya akal untuk menyimpan dalam rahasia jati dirinya.”
Prabu Ranujaya
cepat

: ” Dan, itu akan membuat kita lebih sulit untuk cepatmenemukan Candra Kirana.”

Pembicaraan mereka terhenti sejenak ketika ada seorang prajurit datang ke
pendopo kerajaan dengan langkah tergesa-gesa.
Prajurit
: ” Mohon ampun, Paduka Raja . Ada serangan tiba-tiba
dari gerombolan pengacau yang dipimpin kakak-beradik japawisa dan
Mantrawisa. Mereka mengamuk didepan Gapura Kerajaan Gegalang!“

Prabu Ranujaya terlihat marah, sebelum dia berkata, Panji Inu Kertapati
mendahuluinya.

Panji Inu Kertapati
: “Paman, biar kami saja yang menumpas para begundal
itu! Mereka juga sering mengacau di wilayah Kerajaan Kahuripan. Kalau tidak
ditumpas sekarang, nanti akan makin kurang ajar.”
Prabu Ranujaya

: “Kalau keinginanmu begitu, silakan!”

Panji Inu Kertapati dan Danaswala segera menggalang kekuatan. Para prajurit
dari Kerajaan Kahuripan langsung bergerak cepat begitu mendapatkan perintah
dari Panji Inu Kertapati. Mereka segera bergerak menuju gapura kerajaan
Gegalang. Terlihat Japawisa dan Mantrawisa bersama anak buah mereka
mengamuk semaunya sendiri. Banyak prajurit dari Kerajaan Gegalang yang luka
dan terpaksa lari masuk ke dalam istana. Panji Inu Kertapati naik darah, dia
merasa Japawisa dan gerombolannya sangat brutal dan tidak tahu cara
berperang.
Panji Semirang pernah berkata kepada Panji Inu Kertapati bahwa
gerombolan Japawisa itulah yang membuat nama Panji Semirang cemar. Panji
Semirang, dalam pemikiran Panji Inu Kertapati adalah Candra Kirana. Dia ingin
segera menumpas Japawisa dan gerombolannya saat ini juga!
Panji Inu Kertapati

: “Serrrbbuuuu!!”

Japawisa dan Mantrawisa terhenyak kaget mendengar suara komando dari Panji
Inu Kertapati. Namun, secara tak terduga ada pasukan lain yang terdiri dari
beberapa kelompok menyerang dari luar istana. Mereka adalah para prajurit dari
Gegalang yang dipimpin langsung Prabu Ranujaya. Ternyata Japawisa dan
Mantrawisa tewas di dalam perang itu. Dan mayat mereka pun dibuang ke dalam
hutan. Akhirnya Kerajaan gegalang bisa tidur dengan aman pada malam ini.
Sore harinya, Prabu Ranujaya dan Panji Inu Kertapati terlihat berbincangbincang di depan gapura kerajaan.
Prabu Ranujaya
: “ Akhirnya Japawisa, Mantrawisa, dan anak buahnya bisa
kita tumpas, kita berharap Gegalang,Kahuripan, dan Daha aman kembali.”
Panji Inu Kertapati

: “Ya, Paman, aku juga berharap begitu.”

Prabu Ranujaya

: “Oh ya, ada satu hal yang tadi belum aku katakan
padamu?”

Panji Inu Kertapati

: “Tentang apa, Paman?”

Prabu Ranujaya

: “Tentang Panji Asmaratama.”

Panji Inu Kertapati

: “Siapa Panji Asmaratama itu?”

Prabu Ranujaya
: “Dia penyair kondang yang hebat dalam memba-wakan
syair-syairnya.Khususnya syair-syair kisah asmara antara pemuda dan pemudi.”
Panji Inu Kertapati
: “Baru pertama kali ini aku mendengar nama
PanjiAsmaratama, dari mana asalnya, Paman?”
Prabu Ranujaya
: “Aku sendiri tidak tahu. Menurut kabar yang beredar, dia
berasal dari wilayah Kerajaan Daha.Tapi, aku tidak tahu pasti. Besok malam
kalau dia datang kemari, kamu bisa bertanya langsung.
Panji Inu Kertapati

: “Bertanya kepada siapa?”

Prabu Ranujaya
: “Ya kepada Panji Asmaratama. Kamu nanti bisa
menanyakan asal-usul, siapa tahu dia nanti bisa tahu keberadaan Panji Semirang
atau Candra Kirana.”
Malam harinya, Panji Inu Kertapati sulit untuk tidur. Dia mengajak Danaswala
berbincang-bincang di halaman pendopo istana. Dia tahu kalau Panji Inu
Kertapati gelisah dan apa penyebabnya.

Panji Inu Kertapati
: “Dengan tertumpasnya Japawisa dan Mantrawisa,
mestinya aku gembira. Namun, sekarang ini aku justru merasa gelisah. Karena,
aku tidak bisa melupakan bayang-bayang Candra Kirana. Kalau kalau aku waktu
itu aku tahu bahwa Panji Semirang adalah Candra Kirana, aku langsung
membongkark rahasianya.”
Danaswala
: “Tapi, waktu itu Raden Panji Inu Kertapati sendiri t
idak tahu bahwa Panji Semirang sebenarnya Candra Kirana kan?”
Panji Inu Kertapati
: “Ya, aku sendiri tidak sampai berpikir sejauh itu malah
waktu itu, aku berpikir bahwa Panji Semirang orang yang suka pada Candra
Kirana. Tapi, belum terbukti hingga sekarang.”
Danaswala
: “Jadi Raden Panji Inu Kertapati sendiri sampai sekarang
masih ragu, kalau Panji Semirang itu Gusti Ayu Candra Kirana atau bukan.”
Panji Inu Kertapati
: “Ya, aku sendiri sampai sekarang belum yakin. Candra
Kirana itu, seingatku, bukan orang yang jago menulis syair dan membaca syair.”
Danaswala
: “Benar kata Raden Panji Inu Kertapati. Orang bisa
memiliki keahlian tertentu biasanya melalui proses yang lama, apalagi bersyair
itu adalah satu bentuk seni sastra yang tidak sembarang orang bisa
melakukannya. Menurut Raden Panji Inu Kertapati, apakah Candra Kirana
memiliki bakat seni sastra?”

Panji Inu Kertapati

: “Ehm, kalau soal itu aku tidak tahu.”

Danaswala
: “Kenapa Raden Inu Kertapati kelihatan ragu-ragu,
bukankah Raden Inu Kertapati sudah mengenal Gusti Ayu Candra Kirana?”
Panji Inu Kertapati
: “Memang, sudah lama aku mengenalnya bahkan sedari
kecil. Namun, soal itu aku kurang tahu.”
Danaswala
berpantun?”
Panji Inu Kertapati

: “Apa waktu kecil dulu Gusti Ayu Candra Kirana pernah

: “Pernah. Malah sering.”

Danaswala
menjadi penyair.”
Panji Inu Kertapati

: “Oh, Kalau begitu Gusti Ayu Candra Kirana berbakat

: “Apa hubungannya pantun dengan syair?”

Danaswala
: “Keduanya hampir sama, Raden Inu Kertapati perlu ingat
bahwa Panji Semirang sering berpantun dalam mengucapkan kata-katanya.”

Lalu Danaswala mengulangi kata-kata yang pernah diucapkan oleh Panji
Semirang sewaktu mereka bertemu. Begini kata-kata yang pernah diucapkan
Panji Semirang ketika mencegat Panji Inu Kertapati dan anak buahnya di wilayah
Kerajaan Asmara Dahana. Kisanak Panji Inu Kertapati kesatria dari Kerajaan
Kahuripan.
Berbicara dari atas kuda rasanya kurang sopan.
Sudilah kiranya Raden Panji Inu Kertapati turun ke bumi agar kita sepadan.
Kenalkan aku, Panji Semirang yang menguasai wilayah Asmara Dahana, nama
sebuah kerajaan.
Panji Inu Kertapati menyimak dengan kesungguhan, dia pun mengakui bahwa
memang itu syair.

Panji Inu Kertapati
: “Oh, pantas kalau ada yang mengatakan Panji
Semirang adalah seorang pendekar yang suka bersyair dan berpetualang. Apa
mungkin dia pindah ke daerah baru lau mendirikan kerajaan?
Danaswala
kerajaan baru, maka `
Semirang.”

: “Bisa saja begitu, Raden, nanti kalau ada
kita akan bisa melacak keberadaan Panji

Panji Inu Kertapat
: “Semoga Panji Semirang segera muncul kembali
agar bisa menemuinya, kita akan menyelidiki bersama-sama sehingga mudah
memastikan apakah dia adalah Candra Kirana atau bukan.”
Danaswala
Candra Kirana, Raden?”

: “Bagaimana kalau ternyata dia bukan Gusti Ayu

Panji Inu Kertapati
: “Aku akan bertanya lebih mendalam kepada
dirinya, Panji Semirang pasti akan berbaik hati untuk memberikan keterangan
tentang keberadaan Candra Kirana.”
Sebenarnya, Prabu Ranujaya sudah lama ingin mendatangkan Panji
Asmaratama ke pendopo istananya, tetapi baru mala mini keinginannya
terkabulkan. Tentang asal-muasal Panji Asmaratama tidak banyak orang yang
tahu. Kalau pun ada yang tahu, pasti tidak lengkap, hanya sepotong-sepotong.
Itupun belum bisa di percaya kebenarannya.
Panji Asmaratama bersama puluhan pengikutnya yang membawa
berbagai alat music gamelan dan menginap di berbagai penginapan di wilayah
Gegalang.
Semua tamu dan para rombongan penyair dan anak buah Panji
Asmaratama duduk di lantai. Para tamu dan prajurit duduk di lantai bealaskan
karpet warna cokelat.
Panji Inu Kertapati
Prabu Ranujaya
mulai”

: ”Paman, mana yang namanya Panji Asmaratama ?”
: ”Dia belum datang. Dia datang menjelang pertunjukan di

Panji Inu Kertapati
: ”Paman menyebutnya pertunjukan? Katanya dia akan
membacakan syair, kenapa Paman sebut pertunjukan ?”
Prabu Ranujaya
: ”Aku pernah menonton Panji Asmaratama membacakan
syair di dekat pasar kota. Suasana waktu itu seperti melihat pertunjukan
wayang orang saja.”
Panji Inu Kertapati

: ”Kalau begitu bagus ya, Paman ?”

Prabu Ranujaya
: ”Bagus sekali. Begitu kata orang-orang yang pernah
melihat pertunjukannya.”
Beberapa saat kemudian, Panji Asmaratama datang bersama seorang
perempuan tua berumur lima puluhan tahun. Yang tidak kalah mencengangkan
Panji Inu Kertapati, wajah Panji Asmaratama mirip dengan Panji Semirang . Yang
membedakan Panji Asmaratama dengan Panji Semirang adalah pakaian yang
mereka kenakan. Malam ini, Panji Asmaratama menjadi bintang panggung
diiringi seorang perempuan tua yang berpakaian sederhana. Musik dari gamelan

dibunyikan untuk memberikan tekanan semangat sebelum pembacaan syair di
lakukan.
Panji Asmaratama mengangkat tangan kanan, lalu musik dari gamelan berhenti
dengan irama makin lama makin lambat. Ketika suara gamelan berhenti,
perempuan tua itu menyerahkan selembar syair kepada Panji Asmaratama.
Panji Asmaratama
: ”Ini kisah dua sejoli. Yang sama-sama saling menyukai.
Ini kisah dua remaja yang sama-sama saling suka. Satu berasal dari Kerajaan
Kahuripan, yang lain dari Daha juga sebuah kerajaan. Mereka sudah
bertunangan. Namun, sekarang ini terpisahkan. Ada orang jahat yang ingin
merebut pemuda idaman.”
Panji Asmaratama
: ”Gadis itu sengsara karena dipermalukan. Dia pergi dari
kerajaan. Dia meniggalkan sang tunangan. Untuk mengungkap kebenaran. Dia
ingin menghalangi tunangan tersayang agar tidak jatuh dalam jebakan wanita
berhati binatang.”
Kertas demi kertas berisi syair asmara dibacakan Panji Asmaratama
dengan penuh penghayatan. Panji Inu Kertapati kelihatan tegang. Dia semakin
yakin bahwa Panji Asmaratama tahu terlalu banyak kisah asmara antara dirinya
dengan Candra Kirana….
Danaswala
:”Raden Panji Inu Kertapati harap tetap tenang sampai
pembacaan syair oleh penyair aneh itu selesai.”
Prabu Ranujaya
ini semua.”

:”Kamu harus tetap tenang. Biar aku yang menyelesaikan

Panji Asmaratama telah selesai membacakan syair terakhirnya. Para
penonton, termasuk Prabu Ranujaya, bertepuk tangan. Hanya Panji Inu Kertapati
yang tidak bertepuk tangan.
Perempuan tua
: ”Sebelum Panji Asmaratama mengakhiri pertunjukan
malam ini. Hamba ingin mengungkapkan sebuah cerita kepaka semua yang
hadir di sini. Cerita ini menjelaskan isi syair yang di sama paikan Panji
Asmaratama tadi. Tentu kalau paduka Raja Ranujaya mengizinkan hamba untuk
bercerita.”
Prabu Ranujaya
Panji Asmaratama

: ”Tentu saja aku mengizinkan.”
: ”Tapi, hamba tidak ingin si Mbok ini bercerita.”

Prabu Ranujaya
: ”Walaupun kami tidak mengizinkan, tapi aku yang
menginginkan anak buahmu bercerita. Aku ingin para hadirin tahu makna apa
yang terkandung dalam syair-syair itu. Sebelum kamu bercerita, Coba kamu
sebutkan siapa namamu.”

Perempuan Tua
: ”Mohon maaf, Paduka Raja, hamba tidak akan
menyebutkan nama hamba sekarang. Nanti akan hamba buka siapa hamba
sebenarnya setelah hamba bercerita. Paduka Raja dan semua yang hadir di
pendopo ini, hamba akan mulai bercerita.”
Perempuan tua itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan sambil
menghela napas.
Perempuan tua
:”Ada dua anak muda,seorang gadis cantik dan pemuda
tampan, bertunangan.”
Semua diam memperhatikan kata-kata perempuan tua dengan sungguhsungguh,terutama Panji Inu Kertapati.
Perempuan tua
:“Aku pernah mengenalnya.Bahkan,sangat mengenalnya!
Tapi,kenapa aku bisa lupa sama sekali tentang jati dirinya ya? Yang gadis cantik
berasal dari Kerajaan Daha,yang pemuda berasal dari Kerajaan Kahuripan.Suatu
hari gadis itu diftnah oleh adik tirinya sehingga gadis ini dimarahi oleh
ayahnya.Ayahnya memotong rambut si gadis sehingga gadis itu mirip lakilaki.Wanita itu pun merasa sangat malu dan dipermalukan oleh adik
tirinya.Rambutnya sangat pendek sehingga menjadi mirip laki-laki,maka dia
menyamar sebagai pemuda tampan dengan nama Panji Semirang.”
Wajah Panji Inu Kertapati menjadi tegang. Yang diceritakan oleh si Mbok bukan
cerita khayalan, tetapi nyata! Panji Semirang bukan tokoh khayalan, tetapi tokoh
nyata. Panji Inu Kertapati curiga kepada Si Mbok karena bisa menceritakan
tentang Panji Semirang, dia berfkir bahwa Si Mbok adalah anak buah Panji
Semirang. Panji Inu Kertapati juga berfkir kalau Si Mbok dan Panji Asmaratama
mengetahui tempat Panji Semirang sehingga dapat cepat bertemu Candra
Kirana.

Perempuan tua
:”Panji Semirang melintang di tiga kerajaan. Dia ke manamana membawa
perdamaian tatapi ada saja yang memftnahnya.Suatu
malam,Panji Semirang membakar tempat pesta yang dipasang di Kerajaan
Daha.Panji Semirang tidak ingin terjadi pernikahan yang dilandasi kelicikan dan
gagal sudah pesta itu.Panji Semirang lalu menghilang dan sulit dilacak jejakjejaknya.”
Panji Inu Kertapati tiba-tiba berteriak dan langsung mendekati perempuan
tua itu.
Panji Inu Kertapati
: ”Mbok Jomplang! Kamu Mbok Jomplang!”
Ketika sudah dekat, Panji Inu Kertapati langsung mendekati perempuan tua itu.
Namun,perempuan tua itu mundur selangkah
Perempuan tua
: ”Maaf, Raden Panji Inu Kertapati mungkin Raden salah
mengenali
orang.”

Panji Inu Kertapati merasa guncang perasaannya.Banyak orang-orang yang
melihat Panji inu Kertapati di panggung pertunjukan padahal daalam acara
pembacaan syair itu tidak ada acara menampilkan Panji Inu Kertapati di
panggung pertunjukan. Walau perempuan tua itu tidak mau mengaku,tetapi
Panji Inu Kertapati yakin bahwa perempuan tua yang didepanya itu adalah Mbok
Jomplang,abdi setia Candra Kirana. Agar tidak terdengar oleh ratusan
penonton,Panji Inu Kertapati mengecilkan suaranya.
Panji Inu Kertapati
:”Mbok Jomplang, tolonglah jangan permalukan aku.Aku
yakin kalau kamu adalah Mbok Jomplang! Benar kan kamu Mbok Jomplang?”
Perempuan tua
: ”Bagaimana Raden Panji Inu Kertapati yakin kalau hamba
ini Mbok Jomplang?”
Panji Inu Kertapati
: ”Suaramu,logat bicaramu,dan caramu mengucapkan
Kerajaan Daha, Panji Semirang, dan kata-kata lainnya yang tak bisa kulupakan.
Aku bisa lupa wajahmu,tetapi tidak lupa suaramu.”
Perempuan tua
bercanda.”
Panji Inu Kertapati

: ”Raden Panji Inu Kertapati ini aneh dan sukanya

: ”Kenapa Mbok bisa berkata begitu?”

Perempuan tua
: ”Raden Panji Inu Kertapati bisa mengenali orang yang
berasal dari Desa Kemlawe, orang yang hanya sebagai abdi.Tetapi,Raden tidak
mengenali tunangannya sendiri.”
Panji Inu Kertapati

:”Jadi,kamu ini benar-benar Mbok Jomplang ?”

Perempuan tua
:”Hamba ini Mbok Jomplang atau bukan, itu tidak penting,
Raden. Yang penting, Raden menemukan Gusti Ayu Candra Kirana kan ?”
Wajah Panji Inu Kertapati memerah,memanas karena perasaan malu
yang tak tertahankan.Perempuan Tua itu berkata sambil menatap Panji
Asmaratama.
Perempuan tua :”Acara pembacaan syair segera kita akhiri,Panji Asmaratama
silahkan
berdiri.”
Panji Asmaratama berdiri. Dia kali ini terlihat agak grogi. Tidak percaya diri lagi
seperti waktu tampil membacakan syair-syairnya tadi.Lebih-lebih ketika Panji Inu
Kertapati mengamati wajahnya,Panji Asmaratama menjadi menunduk !
Ketika berdiri, Panji Asmaratama agak menjauhi perempuan tua dan Panji Inu
Kertapati. Hal itu dimanfaatkan oleh perempuan tua, yang tak lain adalah Mbok
Jomplang, janda dari Desa Kemlawe, untuk berbisik dekat telinga Panji Inu
Kertapati

Mbok Jomplang
:” Kalau Raden ingin secepatnya menemukan di mana
keberadaan Candra
Kirana,mohon Raden buka
penutup kepala Panji Asmaratama.Coba Raden Panji Inu Kertapati perhatikan
dengan saksama belakang telinga kiri Panji Asmaratama!”
Tanpa berfkir dua kali,Panji Ini Kertapati segera mendekati Panji
Asmaratama.Gerakan Panji Inu Kertapati sangat cepat.Dia pura-pura tersandung
dalam karpet,lalu terjatuh ke depan.Kedua tangannya menggapai ke depan lalu
membuka tutup kepala Panji Asmaratama
Ketika penutup kepala itu terbuka,maka terurailah rambut panjang yang
hitam,berkilauan sampai ke punggung.Semua orang terkejut bukan kepalang
ketika tahu bahwa Panji Asmaratama ternyata seorang perempuan muda yang
cantik jelita! Panji Inu Kertapati melihat ada tahi lalat di belakang telinganya.
Panji Inu Kertapati berkata dan langsung memandang dengan lekat tunangannya
itu.
Panji Inu Kertapati

: ”Dimas Candra Kirana!”

Candra Kirana
: ”Kakangmas, maafkan aku kalau selama ini membuat
resah perasaan Kakangmas.”
Panji Inu Kertapati
Kerajaan Daha.”
Candra Kirana
syarat.”
Panji Inu Kertapati

:”Tidak apa-apa,Dimas.Mari kita pulang kembali ke

:”Aku siap kembali ke Kerajaan Daha dengan satu

:”Apa syaratnya?”

Candra Kirana
:”Dewi Likuwati dan Ajeng Asih telah memftnahku
mencuri perhiasan mereka.Hal itu membuat ayahanda marah lalu memotong
rambutku hingga sangat pendek.Aku waktu itu merasa malu.Maka,aku
meninggalkan istana dan menyamar sebagai Panji Semirang.Aku siap kembali
tapi Dewi Likuwati dan Ajeng Kasih harus dihukum berat.”
Panji Inu Kertapati : ”Jangan khawatir,aku nantu yang akan membongkar
kebusukan mereka
berdua sehingga mendapatkan hukuman yang
setimpal!”
Panji Inu Kertapati telah berhasil kembali menemukan tunangannya. Keesokan
harinya, Panji Inu Kertapati dan Candra Kirana meninggalkan Kerajaan Daha.
Mereka naik kereta kencana milik Raja Gegalang.

Pada saat Panji Inu Kertapati menuju Kerajaan Daha, Danaswala diperintahkan
untuk kembali ke Kerajaan Kahuripan. Panji Inu Kertapati berpesan agar
memberi tahu ayahnya kalau dirinya telah menemukan Candra Kirana.
Perjalanan menuju Kerajaan daha berjalan lancar. Raha Kertamerta
menyambut kembalinya Candra Kirana dengan perasaan suka cita. Ketika tiba di
kerajaan Daha, yang pertama dikatakan Panji Inu Kertapati kepada Raja
Kertamerta adalah keadilan bagi siapa saja yang bersalah. Raja Kertamerta
menjatuhkan hukuman bagi Dewi Likuati dan Ajeng asih. Keduanya dihukum
buang ke tengah hutan Dumeling untuk selama-lamanya.
Setelah Candra Kirana kembali ke istana, maka secepatnya Raja
kertamerta menikahkan putrinya itu dengan Panji Inu Kertapati. pesta
pernikahan dibuat meriah sekali.
Usai pernikahan, Panji Inu Kertapati membawa Candra Kirana ke
Kerajaan Kahuripan. Mereka hidup bahagia di sana sebagai suami istri yang
saling mengasihi.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1