Putusan Bebas, dalam hal ini berarti Terdakwa dinyatakan bebas dari Putusan Lepas, dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat 2 KUHAP Putusan Pemidanaan, dalam hal ini berarti Terdakwa secara sah dan

Seorang hakim mempunyai wewenang yang sangat besar di dalam menentukan nasib seseorang, dalam arti, untuk menentukan kehidupan maupun kebebasannya. Penerapan wewenang tersebut secara wajar, merupakan harapan dari segala pihak dalam masyarakat. Putusan hakim diharapkan terjadinya keadilan yang benar-benar wajar dan dianggap proporsional. Bentuk putusan yang akan dijatuhkan pengadilan sangat tergantung dari hasil musyawarah Majelis Hakim yang berpangkal dari Surat Dakwaan dengan segala sesuatu pembuktian yang berhasil dikemukakan di depan Pengadilan. Untuk itu, ada beberapa jenis putusan Final yang dapat dijatuhkan oleh Pengadilan diantaranya:

1. Putusan Bebas, dalam hal ini berarti Terdakwa dinyatakan bebas dari

tuntutan hukum. Berdasarkan Pasal 191 ayat 1 KUHAP putusan bebas terjadi bila Pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang Pengadilan kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan karena tidak terbukti adanya unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Terdakwa;

2. Putusan Lepas, dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat 2 KUHAP

Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa terbukti, namun perbuatan tersebut, dalam pandangan hakim, bukan merupakan suatu tindak pidana;

3. Putusan Pemidanaan, dalam hal ini berarti Terdakwa secara sah dan

meyakinkan telah terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, oleh karena itu Terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan ancaman pasal pidana yang didakwakan kepada Terdakwa. 49

BAB III PROSES PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

A. Sistem Peradilan di Indonesia

Kebijakan pidana adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan undang-undang dan juga kepada para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan. Bertitik tolak dari pandangan di atas, pada hakikatnya masalah kebijakan hukum pidana di Indonesia bukanlah semata-mata pekerjaan yang bersifat tehnis perundang-undangan yang dapat dilakukan secara yuridis normatif dan sistematik-dogmatik, akan tetapi juga memerlukan pendekatan yuridis factual, yang dapat berupa pendekatan secara sosiologis, historis dan komparatif serta pendekatan komperhensif dari berbagai disiplin sosial lainnya dan pendekatan integral dengan kebijakan sosial dan pembangunan nasional pada umumnya. Penanggulangan kejahatan melalui sarana penal lazimnya secara operasional dilakukan melalui langkah-langkah yaitu Perumusan norma-norma yang di dalamnya terkandung adanya unsur substansif, struktural dan kultural masyarakat dimana sistem hukum pidana itu diberlakukan. Sistem hukum pidana

Dokumen yang terkait

Partisipasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Dalam Perubahan Orde Lama – Orde Baru

6 97 112

EKSISTENSI PELAKSANAAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DI NEGARA INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN SEBAGAI PELAKSANAAN AZAS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

0 8 16

KAJIAN YURIDIS KEMERDEKAAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN VONIS MINIMAL KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

0 6 11

KAJIAN YURIDIS KEMERDEKAAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN VONIS MINIMAL KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

0 3 18

KEDUDUKAN DAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI DAN MAHKAMAH AGUNG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

0 4 16

REFORMASI KEKUASAAN KEHAKIMAN MELALUI KONSEP INTEGRATED JUSTICE SYSTEM DALAM UNDANG UNDANG NO 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

0 5 89

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PUTUSAN HAKIM PIDANA DI BAWAH TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM DIHIBINGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

0 2 16

pengaruh ketidaktepatan penerapan undang-undang oleh jaksa penuntut umum dalam penyusunan surat dakwaan terhadap pelaku tindak pidana narkotika dihubungkan dengan putusan hakim dan kepastian hukum.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Hakim yang Tidak Didasarkan Pasal yang Didakwakan Oleh Penuntut Umum Dalam Surat Dakwaan Dihubungkan Dengan KUHAP dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.

0 0 1

Analisis Kewenangan Hakim Konstitusi Dalam Menafsirkan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (Studi Judicial Review Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang SUmber Daya Air.

0 0 5