Hak Janda Dari Pegawai Negeri Sipil Setelah Terjadinya Perceraian

Hak Janda Dari Pegawai Negeri Sipil Setelah Terjadinya Perceraian
(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Mahkamah Syari’ah Banda Aceh)
Syukri Rahmat
Program Pasca Sarajan
Program Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang
izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil Juncto Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang perubahan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1983 menyebutkan bahwa "Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai
Negeri Sipil pria maka ia wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan bekas
isteri dan anak-anaknya". Masyarakat dalam wilayah Kotamadya Banda Aceh umumnya
penganut agama Islam yang apabila akan melakukan perceraian harus mengajukan
permohonan atau gugatan cerai kepada Mahkamah Syartiyah Banda Aceh, hal ini juga
berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam. Oleh karena itu perlu dikaji
mengenai keputusan Mahkamah Syar'iyah yang menyangkut hak janda dari Pegawai
Negeri Sipil setelah terjadinya perceraian dan juga mengenai pertimbangan hukum yang
diberikan oleh Mahkamah Syar'iyah menyangkut hal tersebut.
Untuk mengkaji hal-hal tersebut di atas, dilakukan penelitian berbentuk yuridis
normatif dan yuridis empiris dengan metode pendekatan deskriptif analitis. Lokasi

penelitian di wilayah hukum Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh, Data primer diambil dari
putusan Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh tentang perkara cerai talak Pegawai Negeri
Sipil sebanyak 21 kasus. Untuk melengkapi data diperlukan tambahan informasi dari nara
sumber lain yaitu : Ketua Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh, Majelis Hakim Mahkamah
Syar'iyah Banda Aceh, Pegawai Negeri Sipil yang telah bercerai, janda bekas isteri
Pegawai Negeri Sipil. Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan studi
kepustakaan terhadap buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penelitian ini Analisis data dilakukan secara kualitatif dan
disajikan secara diskriptif, yang kemudian ditarik kesimpulan yaitu dengan berfikir
induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat Banda Aceh mengenai hak
janda dari Pegawai Negeri Sipil setelah terjadinya perceraian tidak pernah diputuskan
oleh Mahkamah Syar'iyah. Hal ini disebabkan karena Mahkamah Syar'iyah menganggap
hak janda dari sebagian gaji bekas suaminya adalah masalah intern dan peraturan disiplin
Pegawai Negeri Sipil, sehingga hal tersebut tidak menjadi wewenang Mahkamah
Syar'iyah, ada beberapa faktor yang menyebabkan janda tidak memperoleh hak dari gaji
bekas suaminya yaitu tidak adanya tuntutan dari pihak isteri, tidak diputuskan oleh
Mahkamah Syar'iyah, tidak adanya sanksi dan tidak adanya itikad dari suami untuk
memberikan sebagian gaji kepada bekas isterinya mengenai hak janda dari Pegawai
Negeri Sipil ini sangat sulit diterapkan di Kotamadya Banda Aceh karena hal tersebut

bertentangan dengan perasaan hukum masyarakat Banda Aceh yang mayoritas beragama
Islam.
1
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

Disarankan kepada Majelis Hakim Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh untuk
memberikan suatu keputusan mengenai hak janda dari pegawai Negeri Sipil dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku sehingga keputusan Majelis Hakim
benar-benar memenuhi rasa keadilan bagi kedua belah pihak yang melakukan perceraian,
kepada para penegak dan praktisi hukum agar memberikan penyuluhan khususnya
menyangkut hak janda dari Pegawai Negeri Sipil dan kepada pemerintah agar meninjau
kembali ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin
perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil yang diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1983.
Kata kunci : - Pegawai Negeri Sipil
- Perceraian
- Hak Janda

2

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara