BAB VI kelompok agama

BAB VI
PEMAHAMAN dan PENERAPAN HUKUM ISLAM
Nama anggota kelompok :


ARI KUSUMANINGATI
 CHOIRIA HANIM
 M. RIDHO WIRA
 AHMAD WIRANTO

A. Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam >> hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari ajaran
Islam.
Ada dua istilah yang berhubungan dengan hukum islam.
Al-Syari’ah
Syari’at
>> hukum islam yang
ditetapkan langsung dan tegas oleh
Allah.
Syari’at bersifat konstan, tetap,
berlaku

sepanjang
zaman,
tidak
mengenal perubahan, dan tidak boleh
di sesuaikan dengan situasi dan
kondisi. (Amrullah ahmad, 1996)
Syari’at >> wahyu allah yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Syari’at bersifat fundamental, ruang
lingkup yang lebih luas, berlaku abadi
dan menunjukkan kesatuan dalam
Islam. (M.Daud ali, 1999)

Al-Fiqh
Fiqh >> hukum yang ditetapkan
pokok-pokonya saja.
Fiqh bersifat fleksibel, elastis, tidak
(harus) berlaku universal, mengenal
perubahan, dapat di sesuaikan dengan
situasi dan kondisi.

(Amrullah ahmad, 1996)
Fiqh >> pemahaman manusia yang
memenuhi syarat tentang syari’at
yang sekarang terdapat dalam kitabkitab fiqh.
Fiqh bersifat instrumental, ruang
lingkupnya terbatas, tidak berlaku
abadi, dapat berubah setiap masa,
berbeda setiap tempat, keragaman
dalam hukum Islam. (M.Daud ali,
1999)
Menurut Mohammad Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum Islam.
 Bidimensional : mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan
 Adil : mempunyai hubungan erat sekali dengan sifat bidimensional
 Individualistik dan kemasyarakatan yang di ikat oleh nilai-nilai
transedental : wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, (M. Tahir azhary, 1992)
Menurut M.Daud Ali , syari’at dan fiqh membahas dua lapangan bidang.
 Bidang ibadah : membahas tata cara dan upacara yang wajib dilakukan
seorang muslim dalam berhubungan dengan Allah, misalnya sholat,
puasa, zakat, dan haji.

 Bidang muamalah : ketetapan Allah yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan itu terbatas pada pokonya
saja, misalnya perdagangan, pernikahan, kesehatan, dll. (M.Daud Ali,
1999)
B. Sumber Hukum Islam
Di bedakan menjadi dua.
1. Sumber hukum materiil >> salah satu bidang kajian filsafat hukum yang
menentukan dari mana dan apakah suatu hukum sudah dapat dan
mempunyai kekuatan yang mengikat sebagai norma yang ditaati.
2. Sumber hukum formil >> berisi tentang aturan yang merupakan hukum
positip (yang berlaku), misalnya perundang-undangan, kebiasaan (adat),

yurisprudensi (keputusan hakim), perjanjian (traktat), dan ilmu
pengetahuan hukum. (Suparman Usman, 2001)
Hukum Islam digali dari dalil-dalil terperinci
a) Al-Qur’an, berasal dari kata qira’ah, yang artinya “bacaan”, yaitu kitab
suci yang di turunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang
berpendapat bahwa qur’an merupakan kata sifat dari al-qar’u yang
berarti al-jam’u (kumpulan), karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan
surah dan ayat yang memuat kisah, perintah, dan larangan. Dan juga

mengintisarikan kitab-kitab suci sebelumnya. Dengan itu, Al-Qur’an
adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad,
memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah,
diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf, dimulai
dari surah Al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas.
Dalam menetapkan hukum, ada tiga cara, yaitu :
 Mujmal : al-Qur’an hanya menerangkan pokok dan kaidah hukum
saja. Exm : masalah ibadah
 Agak jelas dan terperinci : hukum jihad, undang-undang perang,
hubungan antar umat Islam.
 Jelas dan terperinci : hutang piutang, makanan halal-haram, sumpah,
memelihara kehormatan wanita dalam perkawinan.
Metode penafsiran al-Qur’an.
 Tafsir tahlili (analitik) = mengkaji al-Qur’an dari segala segi dan
maknanya.
- Tafsir bi al-Ma’tsur : menafsirkan dengan hadist Rasulullah
- Tafsir bi al-ra’yi = menafsirkan dengan pendapat (akal).
- Tafsir Sufi = dipengaruhi oleh mistisme (tasawuf)
- Tafsir Fiqh = dolakukan oleh (tokoh) suatu madzhab untuk
dijadikan dalil atas kebenaran madzhabnya.

- Tafsir Falsafi = menafsirkan menggunakan teori-teori filsafat,
biasanya ilmu kalam dan simantik (logika)
- Tafsir ‘Ilmi = penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang.
- Tafsir Adabi = mengungkapkan segi balaghah dan kemukjizatan alQur’an, mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan
kemasyarakatan.
 Tafsir Ijmali (global) = penafsiran secara singkat (tidak panjang lebar)
dan mdah dipahami
 Tafsir Muqaran (komparatif) = memilih suatu ayat kemudian
mengemukakan penafsiran seorang ulama dan di bandingkan dengan
sisi dan kecenderungan yang lain.
 Tafsir Maudlu’i (tematik) = mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang
berbicara tentang suatu masalah yang mempunyai tujuan dan
pengertian satu.
b) Sunnah, secara entimologi berarti “jalan yang biasa dilalui, cara yang
senantiasa dilakukan, kebiasaan yang selalu dilaksanakan”. Secara
terminologi, adalah seluruh yang yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad, baik perkataan, perbuatan maupun persetujuan/penetapan
(taqrir). Sunnah merupakan sumber hukum kedua
Ada beberapa istilah yang mempunyai kesamaan makna dengan sunnah.

 Hadis, digunakan hanya kepada apa yang datang dari Nabi SAW
 Khabar, digunakan terhadap apa yang datang dari selain Nabi SAW
 Atsar, datang dari sahabat, tabi’in, dan orang sesudahnya.
Sunnah mempunyai tiga fungsi.
 Bayan ta’kid, sebagai penetap dan menegaskan hukum-hukum yang
terdapat dalam al-Qur’an
 Bayan tafsir, berfungsi sebagai penjelas/merinci/membatasi yang
secara umum di jelaskan al-Qur’an

 Bayan tasyri’, berfungsi menetapkan suatu hukum yang secara jelas
tidak disebutkan dalam al-Qur’an
c) Ijtihad, berarti “mencurahkan segala kemampuan, dan memikul beban”.
Secara terminologi berarti mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan
hukum syara’ (hukum Islam) tentang suatu masalah dari sumber (dalil)
hukum yang tafsili/rinci. Jadi, ijtihad adalah suatu upaya (metode)
para ulama dalam mermuskan suatu hukum ssecara rinci yang
tidak disebutkan dalam al-Qur’an maupun sunnah. Ada beberapa
ijtihad (metode) yang di gunakan ulama memutuskan suatu hukum.
 Ijma’ : konsensus atau kesepakatan. Menurut ahli ushul fiqh adalah
kesepakatan para imam mujtahid di kalangan umat Islam tentang

hukum Islam pada suatu masa setela Rasulullah SAW wafat.
 Qiyas : ukuran, membandingkan. Jadi, qiyas merupakan proses ijtihad
(deduksi/menarik kesimpulan) dan nash dengan jalan analogi .
 Ishtislah (al-mashlalahah al-mursalah ) : sifat-sifat yang sejalan
dengan tindakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya serta sejalan
dengan tujuan syara tetapi tidak terdapat ketekntuan yang pasti baik
mendukung atau menolak masalah tersebut oleh nash secara rinci.
Dasar pemikiran Ishtislah (al-mashlalahah al-mursalah) adalah untuk
mencapai kebaikan dan menolak kerusakan.
 Istihsan : “memandang dan meyakini baiknya sesuatu”.
 ‘Urf : kebiasaan amyoritas umat Islam dalam menilai suatu perkataan
atau perbuatan diajdikan salah satu dalil dalam menetakan hukum.
Dari ‘urf ini muncul beberapa kaidah dalam menetapkan suatu
hukum, yaitu :
- Al-’adah muhakkamah (adat kebiasaan bisa menjadi landasan
hukum)
- La yunkaru taghayyuru al-ahkam bi taghayuri al-azminah wa
al-amkinah (tidak diingkari perubahan hukum disebabkan
perubahan zaman dan tempat)
- Al-ma’ruf urfan ka al-masyrut syartan (yang baik itu menjadi

‘urf sebagaimana yang disyaratkan itu menjadi syarat)
- Al-tsabit bi al-’urf ka al-tsabit bi al-nash (yang ditetapkan
melalui ‘urf itu sama dengan yang di tetapkan melalui nash)
 Sadd al-dzara’i : menutup segala cara (jalan) yang menuju kepada
suatu perbuatan yang dilarang/merusak.


Istishhab : “minta bersahabat, atau membandingkan sesuatu dan
mendekatinya”, yaitu memberlakukan hukum yang sudah ditetapkan
sebagaimana adanya sampai ada dalil yang menunjukkan bahwa
hukum itu diubah. Ada beberapa kaidah ( ushul fiqh) yang di dasarkan
pada istishhab, yaitu :
-

Inna al-ashl baqa’u ma kana ala ma kana (pada dasarnya
seluruh hukum yang sudah ada dianggap tetap berlaku sampai
ditemukan dalil yang menunjukkan hukum itu tidak berlaku
lagi)

-


Al-ashl fi al-asyyaa’ al-ibahah (dasar dalam hal-hal yang
sifatnya bermanfaat bagi manusia hukumnya adalah boleh
dimanfaatkan)

-

Al-yakinu la yuzahu bi al-syakk (suatu keyakinan tidak dapat
dibatalkan dengan keraguan)

-

Al-ashl fi al-zimmah al bara’ah min al-takalif wa al-huquq (pada
dasarnya seseorang tidak dibebani tanggung jawab sebelum
adanya dalil yang menetapkan tanggung jawab seseorang)



Madzhab Shahabi : pendapat para sahabat (baik berupa fatwa
maupun ketetapan hukum di pengadilan) tentang suatu kasus yang

menjadi dasar ulama dalam menentukan hukum.



Syar’u man qablana : hukum/syari’at sebelum Islam datang yng
berkenaan dengan syari’at Islam.

C. Prinsip dan Fungsi Hukum Islam
1. Prinsi- prinsip hukumnya yaitu :
a. Prinsip Tauhid : tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Menyatakan
bahwa semua manusia ada di bawah satu ketetapan yang sama, yaitu
ketetapan tauhid yang dinyatakan dengan kalimat la ilaha illallah (tidak
ada Tuhan selain Allah). Pelaksanaan hukum islam merupakan ibadah.
Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan penyerahan diri kepada
keseluruhan kehendak-Nya. Prinsip tauhid yang berlaku dalam fiqh,
yaitu :


Prinsip berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara : tidak
seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai zat yang

wajib di sembah



Beban hukum (taklif) ditujukan untuk memelihara akidah dan iman,
pensucian jiwa, dan pembentukan pribadi yang luhur : manusia
dituntut ibadah sebagai tanda kesyukuran atas nikmat Allah.

b. Prinsip Keadilan : keadilan berarti keseimbangan. Prinsip ini meliputi
keadilan dalam berbagai hubungan antara manusia dengan dirinya
sendiri, dengan manusia lain, serta dengan berbagai pihak yang terkait.
c. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar : amar ma’ruf berarti hukum Islam
digerakkan untuk merekayasa manusi menuju tujuan yang baik dan
benar dikehendaki dan diridhai Allah. Nahi munkar berarti fungsi kontrol
sosialnya.
d. Prinsip Kemerdekaan atau Kebebasan : bebas yang berarti kebebasan
individual, komunal, beragama, berserikat, dan berpolitik. Prinsip ini
menghendaki agar agama dan hukum Islam tidak disiarkan berdasarkan
paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, argumentasi, dan pernyataan
yang meyakinkan.
e. Prinsip Persamaan atau Egaliter : kemuliaan manusia karena zat manusia
itu sendiri dan pada tinggi rendahnya ketaqwaan seseorang.
f.

Prinsip Ta’awun : berarti tolong menolong antar sesama manusia. Prinsip
ini menghendaki kaum muslim saling membantu/menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan.

g. Prinsip Toleransi (tasamuh) : toleransi yang dikenhendaki Islam adalah
toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya

2. Tujuan ditetapkannya hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia
seluruhnya, baik di dunia maupun di akhirat. Apabila dirinci, maka tujuan di
tetapkannya hukum Islam ada lima, yaitu :
a) Memelihara Kemaslahatan Agama > memberi perlindungan dari
kebebasan bagi penganut agama lain untuk meyakini dan melaksanakan
ibadah menurut agama yang dianutnya..
b) Memelihara Jiwa > menurut hukum Islam jiwa harus dilindungi. Untuk itu,
Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam qishas
(pembalasan yang seimbang).
c) Memelihara Akal > akal sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia.
Dengan akal manusia dapat mengembangkan iptek sehingga dapat
memakmurkan dan mengelola dunia dengan baik.
d) Memelihara Keturunan > Islam mengatur pernikahan dan mengharamkan
zina.
e) Memelihara Harta Benda > Islam menyari’atkan peraturan-peraturan
mengenai jual-beli, sewa-menyewa, gadai dan sebagainya.

D. Konstitusi Umar Islam dalam Perundang–Undangan di Indonesia
1. UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 disahkan (diundangkan) sehari setelah
Proklamasi Kemerdekaan (18 Agustus 1945). Penyusunan naskah Rancangan
UUD oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang di sahkan pada tanggal 22 Juni 1945. Kemudian naskah RUUD
ini dikenal dengan nama “Piagam Jakarta” (Jakarta Charter) dan diserahkan
pada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Menurut Muhammad Yamin, Piagam Jakarta merupakan dokumen
politik yang terbukti mempunyai daya tarik mempersatukan gagasan
ketatanegaraan dengan tekad bulat atas persatuan nasional menyongsong
datangnya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. (Moh. Yamin,
1959 )
Piagam Jakarta alinea ke-4, “...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, yang kemudian di beri nama
“Pancasila”.
Setelah ditetapkan pada 18 Agustus 1945, UUD 1945 diganti dengan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) yang berlaku pada 27 Desember
1949. Pada 17 Agustus 1950, KRIS diganti dengan Undang-Undang
Sementara (UUDS) 1950. Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli
1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945 dan Piagam Jakarta.

Sebagai dasar negara yang dilihat dari sisi naskah dan isinya, UUD
1945 tidak bertentangan dengan Islam, sebagaimana yang dikemukakan
Ahmad Subardja, bahwa kedudukan agama dalam UUD 1945 cukup mantap
dan terhormat, suasana keagamaan di Indonesia cukup baik dan “semarak”,
ibadah dapat dilaksanakan tanpa ada rintangan dari pemerintah, bahkan
memberi jaminan dan dorongan. (Ahmad Subardja. 1995)
2. Perundangan Lainnya
Ada beberapa peraturan baik berupa undang-undang,peraturan pemerintah,
keputusan/instruksi presiden, dan lain-lain yang berisi tentang hukum Islam.
Diantara peraturan tersebut adalah :
a) Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, menyatakan bahwa Piagam Jakarta
menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945
b) Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan dan
Tanah Milik (peraturan pelaksanaan pasal 49 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960)
c) Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1980 (pedoman pelaksanaan UndangUndang Nomor 2 Tahun 1960) tentang perjanjian bagi hasil.
d) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
e) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
merupakan salah satu perundang-undangan pelaksanaan dari UndangUndang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman.
f) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
(KHI) merupakan salah satu keberhasilan besar umat Islam Indonesia
dalam upaya menegakkan hukum Islam menjadi hukum positip di
Indonesia.
g) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor
70 dan 72 Tahun 1992 tentang Bank Bagi Hasil.
h) Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelola Zakat.
i) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji.