Bahan kimia

(1)

PENGENALAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI

LABORATORIUM MAUPUN INDUSTRI DAN CARA

PENYIMPANANNYA

Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

Disusun Oleh: Nur Ratna Sari NIM: 25 12 1119F

D-III ANALIS KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

2012/2013


(2)

MOTTO

Jika ada kemauan pasti ada jalan

Hidup berawal dari mimpi

Tiada keberhasilan tanpa usaha

Jangan pernah menyerah dalam melakukan sesuatu

Action is better than word

Malu bertanya sesat dijalan

Keberhasilan berasal dari kemauan yang kuat


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya karya tulis yang berjudul PENGENALAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI LABORATORIUM MAUPUN INDUSTRI DAN CARA PENYIMPANANNYA dapat diselesaikan tanpa halangan suatu apapun.

Karya tulis yang disusun berdasarkan hasil belajar selama perkuliahan ini, bertujuan untuk lebih mengetahui dan mengenal macam-macam bahan kimia yang ada di laboratorium dan cara penanganannya.

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, saya telah mendapatkan bantuan, bimbingan, serta fasilitas dari berbagai pihak. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Winnarso Suryolegowo, SH., MPd. selaku rektor Universitas Setia budi.

2) Bapak Darmanto, SS., MM. selaku dosen bahasa Indonesia dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama proses pengerjaan karya tulis.

3) Ayah saya yang telah memberikan doa dan dukungannya. 4) Adik yang selalu memotivasi saya dan memberikan semangat.

5) Pacar saya yang selalu mendoakan supaya karya tulis ini dapat segera terselesaikan.


(4)

Saya menyadari bahwa di dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Sekian dan terimakasih.

Surakarta, 25 Desember 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Motto ...ii

Kata Pengantar ...iii

Daftar Isi ...v

BAB I PENDAHULUAN ...6

A. Latar Belakang ...6

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat penelitian ...8

BAB II PEMBAHASAN ...9

A. Pengertian Analis Kimia ...9

B. Klasifikasi Bahan Kimia ...9

C. Bahan Kimia di Laboratorium Maupun Industri ...15

D. Cara Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya ...18

BAB III PENUTUP ...21


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium tidaklah jauh dari bahan kimia, yang memungkinkan bahaya bagi kesehatan praktikan. Perlu adanya pemahaman tentang macam-macam bahan kimia yang dapat menggangu kesehatan. Hal demikianlah yang menjadi tugas seorang analis kimia. Seorang Analis kimia bertugas untuk menganalisis dan menyelidiki bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium.

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaannya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau menyebabkan kerusakan pada barang-barang (Ibnususanto,2009).

Dewasa ini, bahan kimia telah banyak dibuat. Banyak bahan kimia yang bersifat membahayakan sehingga perlu penanganan yang tepat agar tidak menimbulkan masalah dan risiko tinggi terhadap orang lain. Bahan kimia berbahaya tidak selalu berupa bahan kimia sintetik, karena banyak bahan kimia alami dalam dosis tertentu yang berbahaya apabila sampai masuk ke dalam tubuh. Bahan kimia berbahaya ini banyak terdapat di laboratorium kimia, gudang pabrik


(7)

kimia atau toko bahan kimia yang besar dan lengkap. Oleh karena itu, pengenalan akan bahan kimia sangatlah penting agar terhindar dari bahaya yang tidak diinginkan. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud analis kimia?

2. Bagaimanakah klasifikasi bahan kimia berbahaya?

3. Bahan kimia apa saja yang sering digunakan dalam laboratorium maupun industri?

4. Bagaimana cara penyimpanan bahan kimia di laboratorium?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah: 1. Mengetahui dan memahami arti dari analis kimia.

2. Mengenal, mempelajari, dan memahami macam-macam bahan kimia berbahaya.

3. Mengetahui dan mengerti bahan apa saja yang sering digunakan dalam laboratorium dan industri.

4. Mempelajari bagaimana cara penyimpanan bahan kimia dengan baik dan benar agar terhindar dari kecelakaan kerja.


(8)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah:

1. Dapat lebih mengenal dan memahami macam-macam bahan kimia yang ada di laboratorium.

2. Membantu pembaca yang kurang memahami tentang bahan kimia yang berbahaya sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.

3. Sebagai pengetahuan tambahan mengenai bahan kimia yang ada di laboratorium maupun industri yang dapat mendukung adanya perkembangan dalam ilmu pengetahuan maupun teknologi.


(9)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Analis Kimia

Pengertian Analis menurut Kamus bahasa Indonesia adalah Ahli ilmu kimia yang bekerja di laboratorium menjalankan penyelidikan dan sebagainya. Sedangkan kimia sendiri menurut kamus bahasa Indonesia adalah ilmu tentang susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat (Anonim, 2012).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia analis kimia adalah penentuan komponen kimia suatu senyawa yang dilakukan dengan pemisahan dan pengukuran atas contoh yang mewakili (Anonim, 2012).

B. Klasifikasi Bahan Kimia

Berdasarkan sifatnya, bahan kimia berbahaya dapat diklasifikasikan atas : 1. Bahan Kimia Pengoksidasi (Oxidizing Substances)

Bahan kimia pengoksidasi, yang juga dikenal sebagai bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang kaya akan oksigen. Dalam penguraiannya atau reaksinya dengan senyawa lain, zat-zat ini akan melepaskan oksigen yang dikandungnya. Huruf kode: O . Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9. contohnya: natrium nitrit/nitrat, kalium klorat, kalium permanganate, kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya (Sumardjo, 2006:284).


(10)

2. Bahan Kimia yang Mudah Meledak (Explosive Substances)

Bahan kimia mudah meledak adalah bahan kimia yang mempunyai sifat reaktif dan mudah meledak. Bahan kimia ini tidak stabil dan sangat peka terhadap pengaruh goncangan, tekanan, atau pukulan. Bahan ini juga dapat meledak walaupun tanpa dicampur dengan bahan-bahan kimia lain. Huruf kode: E. Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3. contohnya: kalium klorat, Trinitrotaluen(TNT), natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium klorat (Sumardjo, 2006:285).

3. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang apabila masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Huruf kode: T. Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25. contohnya: C02, CI2, benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya (Sumardjo, 2006:285).

4. Bahan Kimia Karsinogenik

Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit. Frase-R untuk bahan karsinogenik : R45 dan R40. Contoh : Vinil klorida,benzidin, nitroso fenol, difenil, asbestos, o-toluidin, metiliodida, hidrazin klorida,


(11)

hidrazin bromide, akrilonitril, hidrazin sulfat, benzene, anilin, dikloro benzidin, karbon tetraklorida, 4-aminofenol, nitro naftalena, 4-nitro difenil, nitrosoamin, 4-dimetilamino, klorometil benzene, 2-naftil amina, benzil klorida (Sumardjo, 2006:286).

5. Bahan kimia Irritant (Menyebabkan Iritasi)

Bahan dan formulasi yang tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Huruf kode : Xi. Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41. Contoh :

a. Bahan kimia iritan bentuk cair :

1) Asam mineral: asam nitrat, asam sulfat, asam klorida, asam fluoride, asam fosfat.

2) Asam organik: asam format, asam asetat, asam monokloro asetat, asam trikloro asetat, asam

kresilat.

3) Pelarut organik: karbon disulfide, ter batubara, petroleum, hidrokarbon terklorinasi, beberapa ester dan keton, terpentin, basa kuat, kalium hidroksida, natrium hidroksida.

b. Bahan bentuk padat kimia iritan

1) Alkali kaustik: alkali sulfide, natrium hidroksida, natrium karbonat, natrium silikat, kalium karbonat,


(12)

ammonium karbonat, barium hidroksida, barium karbonat, trinatrium fosfat.

2) Logam-logam : natrium, kalium, fosfor, stibium, arsen, kromium.

3) Garam-garam: kupri sulfat, kupri sianida, garam-garam merkuri, garam-garam-garam-garam arsen, garam-garam-garam-garam stibium, perak nitrat, zink klorida.

c. Bahan kimia iritan bentuk gas:

1) Senyawa anorganik: asam klorida, asam sulfat, asam fluoride, amoniak, sulfur monoklorida, tinil klorida, sulfuril klorida, belerang dioksida, klor, brom, iod, fosfor triklorida, arsen triklorida, ozon, nitrogen dioksida.

2) Senyawa organik: fosgen, akrolein, dimetilsulfat, dikloroetilsulfida, kloropikrin, etilklorosulfonat, diklorometileter, xilil bromide, metilklorosulfonat (Sumardjo, 2006:287).

6. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Bahan kimia korosif adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), Huruf kode: C. Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam


(13)

mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH (>2%) (Sumardjo, 2006:288).

7. Bahan Kimia yang Mudah Terbakar (Inflammable Substances)

Bahan mudah terbakar terdiri dari bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances).

a. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

Bahan kimia likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Huruf kode:F+. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12. Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas).

b. Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar. Huruf kode: F. Frase-R untuk bahan


(14)

sangat mudah terbakar : R11. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.

c. Flammable (mudah terbakar)

Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable). Huruf kode: tidak ada. Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin (Sumardjo, 2006:289).

8. Bahan Kimia Radioaktif

Secara umum, bahaya radiasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahaya radiasi eksternal (sumber radiasi berada diluar tubuh) dan bahaya radiasi internal (sumber radiasi berada didalam tubuh). Kedua bahaya radiasi ini ditanggulangi dengan cara yang berbeda, yaitu:

a. Bahaya radiasi eksternal dapat ditanggulangi dengan mengatur waktu (semakin singkat, semakin baik), mengatur jarak (semakin jauh, semakin baik), atau memasang perisai radiasi diantara sumber radiasi dan tubuh, dengan melakukan pengaturan tersebut, dosis radiasi yang diterima oleh orang yang menangani zat radioaktif dapat ditekan serendah mungkin. b. Bahaya radiasi internal dapat ditanggulangi dengan mencegah


(15)

dan luka terbuka pada kulit. Jadi, bila tugas kita adalah menangani zat radioaktif yang bebentuk gas, serbuk, atau cairan, kita harus mengusahakan untuk tidak makan/minum, merokok ditempat kerja dan menggunakann pakaian kerja khusus. Selain itu, kita perlu membuat pengaturan ventilasi ruangan yang baik,serta membuat dan mengikuti prosedur kerja yang baik dan ketat untuk mencegah tersebarnya kontaminasi ke tempat lain yang bersih (Sumardjo, 2006:291).

C. Bahan Kimia yang Sering Digunakan di Laboratorium Maupun Industri

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di dalam laboratorium beberapa bahan kimia yang sering dipergunakan baik dalam industri maupun dalam laboratorium perlu di kenali sifat-sifatnya, di-antaranya:

1. Asam Sulfat (H2SO4)

Cairan menyerupai minyak, tidak berwarna, kadang-kadang berwarna kecoklatan tergantung pada tingkat kemurniannya, uap dan kabut asam sulfat sangat beracun dan korosif terhadap kulit, mata dan sistem saluran pernapasan (hidung tenggorokan, paru-paru). Jika asam pekat terkena kulit menyebabkan luka parah yang amat sakit, jika kena mata walaupun sedikit akan merusak mata dan menyebabkan kebutaan. Asam sulfat mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan, pencampuran dengan air akan menimbulkan panas


(16)

(eksotermis), eksplosif dan terjadi percikan (pembentukan hidrat-hidrat). Asam ini sangat reaktif terhadap logam yang larut didalamnya, akan melepaskan gas H2 yang mudah terbakar. Asam pekat bersifat oksidator, sering menyebabkan pengarangan . BJ (Berat Jenis)(murni) = 1,84; Ti (titik Ieleh) = 10,4°C ; Td (titik didih) = 315 - 338°C, pemanasan diatas 300°C akan melepaskan S03. NAB (Nilai Ambang Batas) : 10 mg/m3 (Khasani, 1994).

2. Asam Khlorida (HCI)

Cairan yang tidak berwarna atau kekuningan tergantung pada kemur- niannya, mudah menguap. Uapnya tajam dan beracun, sangat korosif, mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Uapnya berbahaya terhadap sistem saluran pernapasan. HCI pekat bila mengenai kulit akan merusaknya dengan sempurna, sedang larutannya menyebabkan gatal-gatal (iritasi kulit). BJ (HCI 38%) 1,1; NAB = 5 ppm (Arthur dan Elizabeth, 1956).

3. Asam Nitrat (HNO3)

Cairan transparan atau kekuningan tergantung pada tingkat kemurniannya, mudah menguap pada suhu kamar. Uapnya bila terhirup melemaskan badan. Asam ini sangat korosif, mudah bercampur dengan air, uap nitrogen oksida dapat menyebabkan kerusakan paru-paru uap ini terbentuk lambat laun apabila HNO3 diletakkan berdekatan dengan HCI. Td = 86°C (terurai); T = -41,65°C; BJ= 1,503; NAB = 2 ppm (5 mg/m) (Arthur dan Elizabeth, 1956).


(17)

4. Asam Perklorat (HCIO4)

Cairan tidak berwarna, higroskopis, asam pekat murni tidak stabil, tetapi akan stabil bila diencerkan. Mudah larut dalam air dan larutannya dengan konsentrasi 71,6% dalam keadaan stabil. Berdasarkan sifat ini kemasan HCIO4 yang diperdagangkan konsentrasinya 70%. Asam ini merupakan oksidator kuat, dapat menimbulkan ledakan (explosif) dan api, apabila terjadi kontak langsung dengan bahan yang mudah dioksidasikan atau mudah dibakar. Di samping itu, asam ini beracun dan korosif. Usahakan penyimpanannya di tempat yang dingin dan kering, jauh dari asam-asam organik dan mineral. BJ= 1,764 ; T, = -112°C ; Td = 16°C; LD50 = 1 ml (Arthur dan Elizabeth, 1956).

5. Asam Oksalat (C2H2O4)

Berbentuk kristal transparan, tidak berwarna, sangat beracun, korosif, mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Bersifat explosif bila bersenyawa dengan logam Ag dan Hg. Bila kontak dengan kulit menyebabkan iritasi. Lain-lain : BJ = 1.653 ; T, = 187°C (anhidrat); T,= 101,5°C (dihidrat); NAB= 1 ppm ; LD50 = 5 - 15 gr (Arthur dan Elizabeth, 1956).

6. Amoniak (NH3)

Gas yang tidak berwarna berbau tajam, sangat korosif dan berbahaya terhadap saluran pernapasan. Cairan amoniak bila kontak dengan kulit menyebabkan luka bakar, bila kena mata menyebabkan


(18)

kebutaan. Uap NH3 bersifat explosif bila bereaksi dengan bahan oksidatar, halogen dan asam-asam kuat. Cairan NH3 explosif terhadap logam berat (Ag, pb dan Zn) dan garamnya terutama garamgaram khalida . Lainlain : BJ = 0,77 (O°C) Td = 33,5°C ; Tb = -77,7°C; NAB = 25 ppm (18 mg/m) (Khasani, 1994).

7. Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH)

Kedua basa ini mempunyai sifat-sifat serupa yaitu pelet yang ber- warna putih, mudah menyerap air dan CO2 dari udara, mudah larut dalam air, alkohol dan gliserin. Timbul panas (eksoternis) apabila kontak dengan air, larutan pekat amat berbahaya terhadap kulit dan mata sangat korosif dan bisa merusak dengan sempurna. Lain-lain : NaOH LD50 = 5 g, KOH LD50 = 5 NAB = 2 mg/m3 (Arthur dan Elizabeth, 1956).

D. Cara Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya

Penyimpanan bahan-bahan kimia ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan pemakaiannya, jumlahnya di usahakan sesedikit mungkin . Cara-cara penyimpanan bahan kimia ini disesuaikan dengan sifat-sifat bahayanya, seperti dibawah ini (Sumardi, 1983) :

1. Bahan-bahan kimia yang mudah meledak (eksplosif) dapat disimpan di tempat (bangunan) yang terisolir dari bangunan-bangunan lainnya dilengkapi dengan pintu tahan api.


(19)

2. Bahan-bahan kimia yang mudah menguap dan terbakar disimpan ditempat yang jauh dari sumber api.

3. Bahan-bahan yang mudah menguap dan bertekanan tinggi harus di lindungi dari cahaya matahari. Ventilasi udara dalam ruangan harus baik.

4. Bahan-bahan oksidator jangan ditempatkan bersama dengan bahan yang mudah terbakar (bahan organik dan pereduksi). Ventilasi udara dalam ruangan harus baik.

5. Bahan-bahan korosif disimpan ditempat yang kering, suhunya rendah namun tidak dibawah titik bekunya.

6. Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air, disimpan pada tempat yang jauh dari sumber air.

7. Bahan kimia yang bila disimpan ditempat yang sama dapat menimbulkan reaksi yang merugikan (panas yang tinggi, zat baru yang bersifat racun). 8. Bahan-bahan kimia yang mudah terurai membentuk racun apabila berhubungan dengan panas, air atau asam tidak diperkenankan disimpan berdekatan dengan bahan-bahan kimia yang mudah menyala/menguap. Suhu ruangan harus rendah dan kering .

Selain cara-cara di atas ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh petugas di dalam laboratorium ruangan bekerja berventilasi baik, jika memindahkan bahan kimia pekat atau mengencerkan sebaiknya dikerjakan dalam lemari asam . Bila terjadi tumpahan asam pekat hendaklah dinetralkan dulu dengan basa (soda, kapur) baru diencerkan dengan air, bila tumpahan dalam


(20)

jumlah besar disiapkan pemadam kebakaran (Khasani, 1994). Botol-botol harus berlabel, tidak bocor dan selalu tertutup. Kalau diperlukan petugas harus menggunakan alat-alat perlindungan personil seperti masker, sarung tangan dan kaca mata pengaman. Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus selalu tersedia (Sumardi, 1983).


(21)

BAB III PENUTUP

Laboratorium kimia dan bahan kimia mempunyai potensi berbahaya bagi kesehatan para pekerjanya, namun potensi bahaya tersebut bukan tak dapat dikendalikan, dengan adanya kesadaran setiap pekerja yang didukung dengan ilmu pengetahuan tentang bahan kimia, sifat-sifat bahayanya dan cara penyimpanannya, kecelakaan kimia dapat dihindarkan, dikurangi bahkan dapat ditiadakan sama sekali. Dengan demikian laboratorium menjadi tempat yang aman untuk bekerja.


(22)

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Kamus Bahasa Indonesia. (online).

(http://kamusbahasaindonesia.org/analis, diakses,25 desember 2012).

Anonim. 2012. Kamus Bahasa Indonesia. (online).

(http://kamusbahasaindonesia.org/kimia, diakses,25 desember 2012).

Anonim. 2012. Kamus Besar. (online).

(http://www.kamusbesar.com/47249/analisis-kimia, diakses,25 desember 2012).

Ibnususanto. 2009.Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan Kerja Bidang Kimia”, (online),

(http://ibnususanto.wordpress.com/2009/02/13/bahan-kimia-berbahaya-dan-keselamatan-kesehatan-kerja-bidang-kimia/ , diakses 25 desember 2012). Khasani, Imam. 1994. " Penanganan Bahan Kimia Berbahaya . " Warta Kimia

Analitik. 11 : 30 – 31.

New York. Arthur and Elizabeth Rose, 1956. The Condensed Chemical Dictionary. 5th ed. Reinhold Publishing Corporation.

Sumardi. 1983. Sistem Pergudangan. Kursus Keselamatan Kerja Dalam

Menangani Bahan-Bahan Kimia Berbahaya 5 - 9 Desember 1983. Bandung: LKN.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.


(1)

4. Asam Perklorat (HCIO4)

Cairan tidak berwarna, higroskopis, asam pekat murni tidak stabil, tetapi akan stabil bila diencerkan. Mudah larut dalam air dan larutannya dengan konsentrasi 71,6% dalam keadaan stabil. Berdasarkan sifat ini kemasan HCIO4 yang diperdagangkan konsentrasinya 70%. Asam ini merupakan oksidator kuat, dapat menimbulkan ledakan (explosif) dan api, apabila terjadi kontak langsung dengan bahan yang mudah dioksidasikan atau mudah dibakar. Di samping itu, asam ini beracun dan korosif. Usahakan penyimpanannya di tempat yang dingin dan kering, jauh dari asam-asam organik dan mineral. BJ= 1,764 ; T, = -112°C ; Td = 16°C; LD50 = 1 ml (Arthur dan Elizabeth, 1956).

5. Asam Oksalat (C2H2O4)

Berbentuk kristal transparan, tidak berwarna, sangat beracun, korosif, mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Bersifat explosif bila bersenyawa dengan logam Ag dan Hg. Bila kontak dengan kulit menyebabkan iritasi. Lain-lain : BJ = 1.653 ; T, = 187°C (anhidrat); T,= 101,5°C (dihidrat); NAB= 1 ppm ; LD50 = 5 - 15 gr (Arthur dan Elizabeth, 1956).

6. Amoniak (NH3)

Gas yang tidak berwarna berbau tajam, sangat korosif dan berbahaya terhadap saluran pernapasan. Cairan amoniak bila kontak


(2)

kebutaan. Uap NH3 bersifat explosif bila bereaksi dengan bahan oksidatar, halogen dan asam-asam kuat. Cairan NH3 explosif terhadap logam berat (Ag, pb dan Zn) dan garamnya terutama garamgaram khalida . Lainlain : BJ = 0,77 (O°C) Td = 33,5°C ; Tb = -77,7°C; NAB = 25 ppm (18 mg/m) (Khasani, 1994).

7. Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH)

Kedua basa ini mempunyai sifat-sifat serupa yaitu pelet yang ber- warna putih, mudah menyerap air dan CO2 dari udara, mudah larut dalam air, alkohol dan gliserin. Timbul panas (eksoternis) apabila kontak dengan air, larutan pekat amat berbahaya terhadap kulit dan mata sangat korosif dan bisa merusak dengan sempurna. Lain-lain : NaOH LD50 = 5 g, KOH LD50 = 5 NAB = 2 mg/m3 (Arthur dan Elizabeth, 1956).

D. Cara Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya

Penyimpanan bahan-bahan kimia ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan pemakaiannya, jumlahnya di usahakan sesedikit mungkin . Cara-cara penyimpanan bahan kimia ini disesuaikan dengan sifat-sifat bahayanya, seperti dibawah ini (Sumardi, 1983) :

1. Bahan-bahan kimia yang mudah meledak (eksplosif) dapat disimpan di tempat (bangunan) yang terisolir dari bangunan-bangunan lainnya dilengkapi dengan pintu tahan api.


(3)

2. Bahan-bahan kimia yang mudah menguap dan terbakar disimpan ditempat yang jauh dari sumber api.

3. Bahan-bahan yang mudah menguap dan bertekanan tinggi harus di lindungi dari cahaya matahari. Ventilasi udara dalam ruangan harus baik.

4. Bahan-bahan oksidator jangan ditempatkan bersama dengan bahan yang mudah terbakar (bahan organik dan pereduksi). Ventilasi udara dalam ruangan harus baik.

5. Bahan-bahan korosif disimpan ditempat yang kering, suhunya rendah namun tidak dibawah titik bekunya.

6. Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air, disimpan pada tempat yang jauh dari sumber air.

7. Bahan kimia yang bila disimpan ditempat yang sama dapat menimbulkan reaksi yang merugikan (panas yang tinggi, zat baru yang bersifat racun). 8. Bahan-bahan kimia yang mudah terurai membentuk racun apabila berhubungan dengan panas, air atau asam tidak diperkenankan disimpan berdekatan dengan bahan-bahan kimia yang mudah menyala/menguap. Suhu ruangan harus rendah dan kering .

Selain cara-cara di atas ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh petugas di dalam laboratorium ruangan bekerja berventilasi baik, jika memindahkan bahan kimia pekat atau mengencerkan sebaiknya dikerjakan dalam lemari asam . Bila terjadi tumpahan asam pekat hendaklah dinetralkan dulu


(4)

jumlah besar disiapkan pemadam kebakaran (Khasani, 1994). Botol-botol harus berlabel, tidak bocor dan selalu tertutup. Kalau diperlukan petugas harus menggunakan alat-alat perlindungan personil seperti masker, sarung tangan dan kaca mata pengaman. Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus selalu tersedia (Sumardi, 1983).


(5)

BAB III PENUTUP

Laboratorium kimia dan bahan kimia mempunyai potensi berbahaya bagi kesehatan para pekerjanya, namun potensi bahaya tersebut bukan tak dapat dikendalikan, dengan adanya kesadaran setiap pekerja yang didukung dengan ilmu pengetahuan tentang bahan kimia, sifat-sifat bahayanya dan cara penyimpanannya, kecelakaan kimia dapat dihindarkan, dikurangi bahkan dapat ditiadakan sama sekali. Dengan demikian laboratorium menjadi tempat yang aman untuk bekerja.


(6)

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Kamus Bahasa Indonesia. (online).

(http://kamusbahasaindonesia.org/analis, diakses,25 desember 2012).

Anonim. 2012. Kamus Bahasa Indonesia. (online).

(http://kamusbahasaindonesia.org/kimia, diakses,25 desember 2012).

Anonim. 2012. Kamus Besar. (online).

(http://www.kamusbesar.com/47249/analisis-kimia, diakses,25 desember 2012).

Ibnususanto. 2009.Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan Kerja Bidang Kimia”, (online),

(http://ibnususanto.wordpress.com/2009/02/13/bahan-kimia-berbahaya-dan-keselamatan-kesehatan-kerja-bidang-kimia/ , diakses 25 desember 2012). Khasani, Imam. 1994. " Penanganan Bahan Kimia Berbahaya . " Warta Kimia

Analitik. 11 : 30 – 31.

New York. Arthur and Elizabeth Rose, 1956. The Condensed Chemical Dictionary. 5th ed. Reinhold Publishing Corporation.

Sumardi. 1983. Sistem Pergudangan. Kursus Keselamatan Kerja Dalam

Menangani Bahan-Bahan Kimia Berbahaya 5 - 9 Desember 1983. Bandung: LKN.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.