BADAN USAHA MILIK DAERAH SUDAH RAWAN

BADAN USAHA MILIK DAERAH SUDAH RAWAN
Oleh:
Andi Chairil Furqan*)

(Dimuat pada Harian Radar Sulteng: Jumat, 9 April 2010
Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (azas desentralisasi). Tujuannya antara
lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,
memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan untuk
menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi.
Konsekuensi dari otonomi daerah ini, salah satunya dalam bentuk pelimpahan wewenang
dibidang keuangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) atau
desentralisasi fiskal. Wujud dari desentralisasi fiskal ini adalah pemberian sumber-sumber
penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan
potensinya masing-masing. Selain dari pendapatan pajak dan retribusi daerah, potensi
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga salah satunya bersumber dari pendapatan
hasil pengelolaan kekayaan daerah atau pendapatan dari bagian laba atas penyertaan
modal baik pada Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) maupun pada pihak
swasta.


MOTIF PENDIRIAN BUMD
BUMD yang biasa diistilahkan dengan sebutan “Perusahaan Berplat Merah” ini,
pembentukannya didasarkan pada Pasal 177 UU No. 34 tahun 2004 yang menyebutkan
bahwa Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan,
pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(PERDA) yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Yang mana pada
dasarnya terdapat 4 (empat) alasan pendirian BUMD:
Pertama , alasan ekonomis, yaitu sebagai langkah mengoptimalisasikan potensi ekonomi di
daerah dalam upaya menggali dan mengembangkan sumber daya daerah, memberikan
pelayanan masyarakat (public services) dan mencari keuntungan (provit motive).
Kedua , alasan strategis, yaitu mendirikan lembaga usaha yang melayani kepentingan
publik, yang mana masyarakat atau pihak swasta lainnya tidak (belum) mampu
melakukannya, baik karena investasi yang sangat besar, risiko usaha yang sangat besar,
maupun eksternalitasnya sangat besar dan luas.
Ketiga , alasan budget, yaitu sebagai upaya PEMDA dalam mencari sumber pendapatan
lain di luar pajak, retribusi dan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk mendukung
pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah.
Keempat, alasan politis, yaitu mempertahankan potensi ekonomi yang mempunyai daya
dukung politis bagi PEMDA, yang mana alasan politis ini biasanya jarang dikemukakan,
terlebih lagi secara formal.

KONDISI BUMD DI SULAWESI TENGAH
Dari keempat alasan pendirian BUMD diatas dapat tergambarkan vitalnya keberadaan
BUMD, karena selain harus memberikan kontribusi laba (keuntungan) sebagai sumber
pendapatan PEMDA, BUMD juga diperhadapkan pada fungsinya untuk memberikan

https://andichairilfurqan.wordpress.com/2010/12/26/badan-usaha-milik-daerah-bumdsudah-rawan/

pelayanan publik dan keberadaannya yang sangat dipengaruhi oleh faktor politis. Inilah
yang menjadi dilema dalam pengelolaan BUMD secara umum di tanah air.
Begitupula yang terjadi di Sulawesi Tengah, permasalahan keuangan yang dihadapi oleh
PDAM Donggala (Radar Sulteng, 29/12/2009), permasalahan kontribusi yang belum
diberikan oleh PD. Parimo (Radar Sulteng, 4/1/2010), permasalahan kepemimpinan yang
dihadapi oleh PDAM Poso (Radar Sulteng, 5/1/2010), dugaan tidak disetornya miliaran
dana oleh PD. Sulteng ke kas daerah sebagai laba yang menjadi hak daerah (Radar Sulteng,
27/3/2010) dan yang paling terbaru serta menyedot banyak perhatian berbagai pihak saat
ini (termasuk kepolisian) yang berupa dugaan kredit macet pada PT. Bank Sulteng yang
mencapai miliaran rupiah (Radar Sulteng, 6/4/2010) merupakan sekelumit kondisi dan
potret eksistensi keberadaan BUMD di Sulawesi Tengah.
Belum lagi jika kita menelusuri lebih jauh terhadap kondisi dan dampak investasi PEMDA
di Sulawesi tengah sebagaimana data dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

se- Sulawesi Tengah, khususnya pada tahun anggaran 2008, ternyata nilai investasi
permanen jangka panjang untuk seluruh daerah se-Sulawesi Tengah seluruhnya berjumlah
sekitar 165,5 Milyar. Dari nilai tersebut yang diinvestasikan ke BUMD (PT. Bank Sulteng,
PDAM dan Perusahaan Daerah) sekitar 145,6 M, sedangkan sisanya diinvestasikan kepada
pihak swasta (PT. Citra Nuansa Elok dan PT. Bangun Askrida). Dengan nilai investasi
yang demikian, bagian laba dari penyertaan modal yang didapatkan PEMDA sebagai PAD
hanya sekitar 7,2 M atau 4,35 % dari nilai keseluruhan investasi PEMDA.
TIDAK TERBATAS PADA PERMASALAHAN MODAL
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa ada yang salah atas keberadaan dan pengelolaan
BUMD di Sulawesi Tengah, yang mana ditandai dengan kekurangmampuan manajemen
dalam mengelola modal dan usaha secara efektif dan efisien, masih lemahnya sistem
pengendalian intern yang berakibat pada lemahnya pengawasan serta masalah lainnya yang
mungkin saja saat ini belum muncul di permukaan dan tidak hanya akibat dari kesalahan
atau kekurangan manajemen, tetapi dikarenakan regulasi yang tidak mendukung atau
intervensi yang terlalu berlebihan dari PEMDA.
Dari uraian permasalahan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa permasalahan BUMD di
Sulawesi Tengah saat ini sudah sangat “rawan”, karena tidak lagi hanya terbatas pada
permasalahan kekurangan dan efektifitas pengelolaan modal semata, namun lebih daripada
itu, sudah ada indikasi maraknya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang
terjadi didalam BUMD, yang mana jika hal ini terus dibiarkan meradang maka dapat

mengakibatkan BUMD tersebut “mati suri” di tengah tuntutan persaingan bisnis yang
semakin ketat saat ini.
USAHA PEMBENAHAN BUMD
Untuk itu, PEMDA dan DPRD di Sulawesi Tengah semestinya tidak hanya terfokus pada
pembahasan regulasi yang mendasari penyertaan modal saja, tetapi juga harus dapat
meninjau lebih jauh lagi seluruh aktivitas BUMD mulai dari visi, misi dan program yang
direncanakan, jenis usaha yang dilakukan, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan
keuangan, akitivitas produksi, aktivitas pemasaran, pemanfaatan teknologi terbaru sampai
pada meninjau kembali sistem pengendalian intern.
Dalam hal ini, harapan kita semua (masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya), dilema
yang dihadapi oleh BUMD khususnya di Sulawesi Tengah tidak mengakibatkan beban
yang berlarut-larut bagi APBD. BUMD harus dapat menunjukkan eksistensinya dan
kontribusinya dalam meningkatkan ekonomi daerah dengan melakukan pembenahan secara
komprehensif. Tentunya usaha pembenahan BUMD ini tidaklah segampang membalikkan
https://andichairilfurqan.wordpress.com/2010/12/26/badan-usaha-milik-daerah-bumdsudah-rawan/

telapak tangan, diperlukan pengetahuan dan komitmen seluruh pihak, terlebih pada tataran
manajemen dan karyawan BUMD untuk membenahi segala faktor yang dapat
mempengaruhi keefektifan dan keefesienan pengelolaan BUMD.
Untuk itu, berkaitan dengan pembenahan BUMD ini, usaha yang dilakukan oleh salah satu

Pemerintah Daerah di Jawa Barat yang membentuk tim khusus dalam rangka mencari
solusi pengelolaan BUMD baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang dengan
melibatkan pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya (Koran Tempo, 30/3/2010)
mungkin saja dapat dilakukan juga oleh Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah.
Namun dibalik itu, terlepas dari apapun langkah yang ditempuh dalam rangka pembenahan
BUMD, yang terpenting adalah usaha pembenahan BUMD ini harus segera dilakukan dan
semata-mata ditujukan untuk membentuk dan memaksimalkan peran BUMD dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, memberikan pelayanan publik, menyediakan
lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan PAD, bukan malah
dijadikan komoditas politik yang nantinya dapat membuat BUMD terkekang dan tidak
dapat berinovasi dalam keadaan yang serba kompetitif seperti sekarang ini.
PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN BUMD
Akhirnya, berkaitan dengan akan efektifnya pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik pada tanggal 1 Mei 2010 mendatang maka sesuai amanat
pada pasal 9 dan pasal 14, yang juga harus menjadi perhatian bagi PEMDA maupun
BUMD saat ini adalah dilaksanakannya kewajiban dalam mempublikasikan hasil audit
LKPD dan Laporan Keuangan BUMD kepada publik dengan format yang sesuai, dapat
dipahami dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Karena dengan publikasi laporan keuangan BUMD tersebut maka terbukalah peluang bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan pengawasan dan penilaian atas kinerja

BUMD, dan atas keterbukaan informasi inilah nantinya diharapkan dapat memberikan
daya dorong terhadap usaha pembenahan BUMD di Sulawesi Tengah.
*) Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi UNTAD

https://andichairilfurqan.wordpress.com/2010/12/26/badan-usaha-milik-daerah-bumdsudah-rawan/