Aplikasi Sludge Gas Bio Terhadap Produktivitas Pastura Campuran

(1)

APLIKASI SLUDGE GAS BIO LIMBAH POD KAKAO

TERHADAP

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN

TESIS

OLEH

ANDI PERMANA SEMBIRING

097040009

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

APLIKASI SLUDGE GAS BIO LIMBAH POD KAKAO TERHADAP PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN

TESIS

Oleh:

ANDI PERMANA SEMBIRING 097040009

Tesis Merupakan Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Kuliah Pasca Sarjana Program Studi PeternakanFakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Judul

: Aplikasi Sludge Gas Bio Terhadap

Produktivitas Pastura Campuran

Nama Mahasiswa : Andi Permana Sembiring

NIM

: 097040009

Program Studi

: Ilmu Peternakan

Menyetujui oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc. Prof Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P.

An. Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt. M.S. Prof. Dr. Ir. Dharma Bakti, M.S


(4)

Tesis ini telah di uji di Medan pada

Tanggal : 9 Mei 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc.

Anggota

: Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P.

Penguji

: 1. Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis Aplikasi Suldge Gas Bio Terhadap Produktivitas Pastura Campuran adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain.

Medan, 3 Februari 2014

Andi Permana Sembiring NIM 097040009


(6)

ABSTRAK

ANDI PERMANA SEMBIRING : Aplikasi sludge Gas bio terhadap produktivitas pastura campuran, dibimbing oleh Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan aplikasi

sludge gas bio terhadap produksi dan kualitas pastura campuran. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah pemupukan (Sludge gas bio= 0 liter, 2,5 liter, 5 liter dan 7,5 liter), anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari (P1 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering berbeda pada taraf pemupukan. Produksi yang tertinggi dari bahan segar dan bahan kering yaitu pada pemupukan S3 (191842,29 kg/ha/tahun dan 12471,43 kg/ha/tahun). Protein kasar dari komposisi pastura yang lebih tinggi pada perlakuan S3 (18,46%) dan pada pastura campuran P4

(16,96%), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan S0 (38,36%) dan pada pastura campuran P1 (37,19%). Lemak kasar

pastura tertinggi di peroleh pada perlakuan S3 (4,587%) dan pada pastura

campuran P4 (4,31%), sedangkan kapasitas tampung ternak yang paling tinggi

yaitu diperoleh pada S3 (2,79 ST).

Kata Kunci: sludge gas bio, pastura campuran, pemupukan, produksi hijauan, kualitas hijauan, kapasitas daya tampung.


(7)

ABSTRACT

ANDI PERMANA SEMBIRING : Application biogas sludge bo to productivity of pasture, guided by Nurzainah Ginting and Abdul Rauf.

This research was to determine the effect of differences in the application of

sludge bio gas production and quality of pasture mixtures. Research design used was

split plot design, with main plot treatments were fertilization (Sludge biogas= 0 liter, 2,5 liter, 5 liter and 7,5 liter), subplot is pasture, which consists of (P1 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata).The results showed that the production of fresh and dry matter are different in the level of fertilization. The highest production of fresh ingredients and the dry ingredients in fertilizer of S3 (191842,29 kg/ha /year dan 12471,43 kg/ha/year). Crude protein from pasture composition is tested higher in treatment S3 (18,46%) and in pasture P4 (16,96%), while the highest crude fiber obtained in the treatment without fertilizer S0 (38,36%) and in P1 (37,19%). The highest crude fat pasture was obtained on treatment S3 (4,587%) and in pasture mixtures P4 (4,31%), while the capacities of the highest animal is obtained in S3 (2,79ST). Keywords: bio gas sludge, pasture, fertilization, forage production,


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha kuasa, atas

karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aplikasi Sludge Gas Bio Terhadap Produktivitas Pastura Campuran ”

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Disini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan seluruh keluarga yang memberikan dukungan penuh kepada penulis hingga terlaksananya proses pembelajaran pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ir Abdul Rauf, M.P. selaku pembimbing II atas segala bimbingan dan arahan, curahan ilmu dalam penulisan ini. Dan juga ucapan yang sama penulis sampaikan kepada Dr, Nevi Diana Hanafi S.Pt.M.S. selaku Sekretaris Program Studi Peternakan yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharahap kritikan dan saran demi kesempurnaannya, dan atas partisipasi dan bantuan dari semua pihak sekali lagi penulis haturkan banyak terima kasih dan semoga tulisan ini ada manfaatnya, amin.

Medan, Desember 2013


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan, pada tanggal 29 Mei 1979 dari ayah Ir. Rejeki Sembiring dan Ibu Dra Rosida Ginting. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMU Negeri 17 Medan. Pada tahun 1998 penulis masuk Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan memilih program studi Peternakan. Kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan kuliah program Magister Peternakan di Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan, dan juga aktif dalam Organisasi IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo).

Penulis melaksanakan penelitian di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua pada bulan Juni – Desember 2012.


(10)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian

...

4

TINJAUAN PUSTAKA Sludge gas bio ... 5

Pertanaman campuran rumput dan leguminosa ... 9

Pemupukan ... 11

Pengaruh kondisi tanah terhadap pertumbuhan tanaman ... 11

Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum Brachiaria Decumbens ... 12

Brachiaria humidicola ... 13

Brachiaria Ruziziensis ... 14

Arachis glabarata ... 15

Chamaecrista Rotundifolia ... 16

Stylosantes Guianensis ... 18

Kapasitas Tampung Ternak ... 19

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

Bahan dan Alat Bahan ... 21

Alat ... 21


(11)

Persiapan Lahan...22

Penanaman...22

Pemupukan...23

Pemeliharaan...23

Parameter yang Diamati...23

Produksi bahan Segar...23

Produksi Bahan Kering...23

Kandungan Gizi Pastura...24

Kapasitas Daya Tampung...24

Rancangan Percobaan...24

Analisis data...25

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian...26

Produksi Bahan Segar...26

Produksi Bahan Kering...28

Protein kasar...29

Serat kasar...31

Lemak Kasar...32

Kapasitas Tampung...34

Pembahasan...36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 50


(12)

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1. Data hasil Analisa nutrisi sludge gas bio ... 08

2. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens ... 13

3. Kandungan nutrisi Brachiaria ruziziensis ... 15

4. Rataan Produksi Bahan Segar ... 26

5. Rataan Produksi Bahan Kering ... 29

6. Pengaruh Pemupukan terhadap rataan kandungan nutrisi hijauan ... 32

7. Rataan Protein Kasar Pastura ... 33

8. Rataan Serat Kasar Pastura ... 34

9. Rataan Lemak Kasar Pastura ... 37


(13)

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal.

1. Grafik Produksi Bahan Segar dari interaksi pemupukan dan

hijauan campuran (%) ... 27 2. Grafik Produksi Bahan Kering dari interaksi pemupukan dan

hijauan campuran (%) ... 31 3. Grafik Kandungan protein kasar dari interaksi pemupukan

dan hijauan campuran (%) ... 33 4. Grafik produksi serat kasar pastura dari interaksi

beberapa taraf pemupukan dan hijauan campuran (%) ... 35 5. Grafik Kandungan lemak kasar dari interaksi pemupukan dan

hijauan campuran (%) ... 38 6. Grafik Kandungan kapasitas daya tampung dari interaksi

7. pemupukan dan hijauan campuran


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal.

1. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Segar selama penelitian selama penelitian dan Data hasil

pengamatan terhadap bentuk Bahan Segar pastura

campuran (%/plot)... 48 2. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan

Segar pada taraf pemupukan ... 49 3. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan

Kering .selama penelitian selama penelitian dan Data hasil pengamatan terhadap kandungan Bahan Kering pastura

campuran (%/plot)... 50 4. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan

Kering pada taraf pemupukan ... 51 5. Rataan produksi Protein Kasar pastura campuran .

selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi

Protein Kasar pastura campuran (%/plot) ... 52 6. Anova produksi kandungan protein kasar hijauan pada

taraf pemupukan ... 53 7. Rataan produksi Serat Kasar pastura campuran .selama

penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Serat

Kasar pastura campuran (%/plot) ... 54 8. Anova produksi kandungan serat kasar hijauan pada

taraf pemupukan ... 55 9. Rataan produksi Lemak Kasar pastura campuran .selama

penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Lemak

Kasar pastura campuran (%/plot) ... 56 10. Anova produksi kandungan lemak kasar hijauan pada


(15)

11. Rataan kapasitas daya tampung dan Data hasil pengamatan


(16)

ABSTRAK

ANDI PERMANA SEMBIRING : Aplikasi sludge Gas bio terhadap produktivitas pastura campuran, dibimbing oleh Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan aplikasi

sludge gas bio terhadap produksi dan kualitas pastura campuran. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah pemupukan (Sludge gas bio= 0 liter, 2,5 liter, 5 liter dan 7,5 liter), anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari (P1 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering berbeda pada taraf pemupukan. Produksi yang tertinggi dari bahan segar dan bahan kering yaitu pada pemupukan S3 (191842,29 kg/ha/tahun dan 12471,43 kg/ha/tahun). Protein kasar dari komposisi pastura yang lebih tinggi pada perlakuan S3 (18,46%) dan pada pastura campuran P4

(16,96%), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan S0 (38,36%) dan pada pastura campuran P1 (37,19%). Lemak kasar

pastura tertinggi di peroleh pada perlakuan S3 (4,587%) dan pada pastura

campuran P4 (4,31%), sedangkan kapasitas tampung ternak yang paling tinggi

yaitu diperoleh pada S3 (2,79 ST).

Kata Kunci: sludge gas bio, pastura campuran, pemupukan, produksi hijauan, kualitas hijauan, kapasitas daya tampung.


(17)

ABSTRACT

ANDI PERMANA SEMBIRING : Application biogas sludge bo to productivity of pasture, guided by Nurzainah Ginting and Abdul Rauf.

This research was to determine the effect of differences in the application of

sludge bio gas production and quality of pasture mixtures. Research design used was

split plot design, with main plot treatments were fertilization (Sludge biogas= 0 liter, 2,5 liter, 5 liter and 7,5 liter), subplot is pasture, which consists of (P1 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata).The results showed that the production of fresh and dry matter are different in the level of fertilization. The highest production of fresh ingredients and the dry ingredients in fertilizer of S3 (191842,29 kg/ha /year dan 12471,43 kg/ha/year). Crude protein from pasture composition is tested higher in treatment S3 (18,46%) and in pasture P4 (16,96%), while the highest crude fiber obtained in the treatment without fertilizer S0 (38,36%) and in P1 (37,19%). The highest crude fat pasture was obtained on treatment S3 (4,587%) and in pasture mixtures P4 (4,31%), while the capacities of the highest animal is obtained in S3 (2,79ST). Keywords: bio gas sludge, pasture, fertilization, forage production,


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao (Theobroma Cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatandan dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai coklat. Selama ini pengembangan kakao di Indonesia masih secara tradisional sehingga produksi kakao belum sebesar negara Pantai Gading dan Ghana. Produksi Kakao pada 2012 tercatat 883.310 ton dengan rata rata pertumbuhan sebesar 1.56 % pada kurun waktu 2008-2012 sedangkan luas lahan Kakao mencapai 1.782.954 dengan rata-rata pertumbuhan 5,81% pada kurun waktu yang sama.

Diantara kabupaten di Sumatera Utara yang banyak memiliki tanaman kakao adalah kabupaten Deli Serdang yakni di Kecamatan Sibiru-biru masyarakatnya banyak menanam kakao disertai pemeliharaan ternak. Pemeliharaan ternak oleh masyarakat Sibiru-biru dilakukan secara berkelompok dan terdapat kelompok yang mencari pakan rumput lapangan meskipun terdapat juga kelompok yang memiliki kebun rumput. Kebunrumput umumnya ditanami dengan rumput sejenis dan paling umum ditanam adalah rumput gajah.

Suatu usaha peternakan dan perkebunan pasti menghasilkan limbah, di samping hasil utamanya. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah pemotongan hewan, dan pengolahan produk ternak. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk,dan isi rumen (Simamora, dkk.2008). Sedangkan hasil sampingan dari perkebunan Kakao (Theobroma Cacao) kulit buah (pod) merupakan hasil sampingan (byproduct) dari pengolahan biji kakao yang tidak diolah dan mencemari lingkungan.

Pemanfaatan dari hasil sampingan produk peternakan dan perkebunan (pod kakao). Salah satunya adalah sebagai input dalam pembuatan gas bio. Gas bio


(19)

dihasilkan akibat proses digesti yang dilakukan mikroorganisme antara lain bakteri metanogenesis terhadap bahan organik (Demirrel and Scherer, 2008). Gas bio lebih ringan 20 % dari udara dan temperatur untuk mengaktifkannya adalah sekitar 650 °C – 750 °C. Gas bio tidak berbau dan tidak berwarna, nyala apinya jernih dan berwarna biru, sama seperti gas prophan.

Menurut Lazcano dkk., (2008) kotoran ternak merupakan sumberdaya alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman termasuk didalamnya kebun rumput. Bahan dari sisa proses gas bio yang berupa cairan kental (sludge) dapat dijadikan sebagai pupuk organik. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya berupa cairan kental (sludge) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk tanaman. (Hessami dkk.,1996).

Pupuk merupakan bahan yang dimasukkan ke dalam tanah agar dapat memperbaiki sifat fisik, biologis dan kimia tanah serta menambah unsur hara yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Simamora dkk. 2008). Dan lebih baik dari pupuk anorganik (buatan). Beberapa fungsi pupuk organik antara lain adalah : konservasi air, perbaikan struktur tanah, dan penyediaan beberapa unsur hara. Unsur-unsur hara yang berasal dari pupuk organik adalah N,P,K dan beberapa unsur mikro. Kandungan unsur-unsur tersebut dalam pupuk organik dapat dikatakan sangat kecil, yaitu sekitar 0,25 – 0,5 % untuk N,P dan K, tetapi jumlah aktual yang tersedia dapat menjadi cukup banyak bila pupuk organik yang digunakan jumlahnya besar (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kebun rumput yang merupakan campuran rumput dan legume belum diketahui manfaatnya oleh kebanyakan kelompok ternak. Campuran hijauan dan legume mengakibatkan mutu hijauan sebagai pakan menjadi meningkat karena zat makanan semakin lengkap dan seimbang. Hijauan legum dikenal sebagai sumber gizi dengan kandungan protein dan mineral yang tinggi, sementara rumput sebagai sumber enersi, vitamin dan serat kasar bagi ruminansia. Diketahui bahwa hasil produksi hijauan akan lebih baik dengan pola tanam campur rumput dan legum


(20)

sehingga kelompok ternak yang mengaplikasikan kebun rumput campuran akan mendapat produktivitas ternak yang lebih baik

Pemeliharaan kebun rumput dilakukan dengan penambahan pupuk kimia seperti urea meskipun penambahan pupuk kandang juga dilakukan. Pupuk kandang disebut juga pupuk organik karena material untuk membuat pupuk tersebut berasal dari bahan organik. Material lain yang bisa dipakai layaknya pupuk kandang adalah sludge gas bio dimana sludge gas bio adalah hasil ikutan gas bio berbentuk cair dan mengandung C/N sekitar 15 apabila proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerob sudah melewati Hidraulic Retention Time/HRT. C/N dari sludge gas bio disertai dengan kandungan unsur makro dan mikro layaknya pupuk kandang menyebabkan sludge gas bio bisa dimanfaatkan untuk memupuk, antara lain kebun rumput. Integrasi antara pertanian dengan peternakan akan lebih optimal apabila difasilitasi dengan gas bio dimana input gas bio berasal dari kotoran ternak dan limbah biomas lain seperti pod kakao. Energi gas bio oleh masyarakat dapat dipakai untuk memasak dan sludge gas bio dikembalikan ke kebun rumput untuk memupuk hijauan pakan ternak.

Tujuan Penelitian

Mengevaluasi/menganalisis pengaruh aplikasi sludge gas bio terhadap produktivitas pastura (produksi bahan segar, produksi bahan kering, kandungan gizi dan kapasitas tampung) dari berbagai pastura campuran.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan manfaat bagi petani, peternak, dan pemerintah dalam mengatasi masalah pakan ternak dan sebagai sumber informasi baik akedemisi maupun peneliti untuk bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.


(21)

Hipotesis Penelitian

Aplikasi sludge gas bio berpengaruh nyata terhadap produktivitas bahan segar, bahan kering, kandungan gizi serta kapasitas daya tampung dari beberapa pastura campuran.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Sludge Gas Bio

Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah menjadi gas bio. Gas bio merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogenik. Untuk menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen), gas bio terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Gas bio yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil.

Ada tiga kelompok dari bakteri dan Arkhaebakteria yang berperan dalam proses pembentukan gas bio, yaitu:

1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae

2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio

3.Kelompok Arkhaebakteria dan bakteri metanogen: Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcu.

Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraikan dalam dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material organik akan didegradasi menjadi asam-asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana.Sedangkan asidifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana.Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerob


(23)

adalah pembentukan gas metana dengan bantuan Arkhaebakteria pembentuk metana seperti Methanococus, Methanosarcina, Methanobacterium.Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah atau limbah organik yang keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang lebih bernilai. Pembuatan gas bio dilakukan pada pengolahan limbah perkebunan limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan.Gas bio dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan rumah tangga, sebagai pengganti minyak tanah, kayu bakar, dan elpiji. Bahan baku pembuatan gas bio berupa senyawa-senyawa organik yang terdapat pada limbah kotoran ternak (sapi, ayam, kambing), limbah organik rumah tangga dan pasar, limbah pertanian (jerami, sekam, bonggol jagung), limbah organik industri (ampas tebu, ampas tahu), dan limbah kotoran manusia. Setiap bahan baku memiliki perbedaan karakter sehingga akan menghasilkan kuantitas dan kualitas gas bio yang berbeda.(Agung, 2008; Koes, 2007).

Dalam reaktor gas bio dihasilkan limbah cair yang mengandung nitrogen dan senyawa organik lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yaitu1 liter limbah cair gas bio setara dengan 20 gr urea yang dilarutkan dalam 1 liter air. Kandungan utama gas bio adalah metana, karbondioksida, sebagian kecil gas lain (gas nitrogen, hidrogen, karbonmonoksida dan uap air). Gas metana dalam jumlah besar membuat gas bio mudah terbakar dan dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:

1. Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan septi tank, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik

2. Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif

3. Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media buatan (http://iteknik.blogs.linkbucks.com/2009/10/22/digester-gas bio,2009).


(24)

Sludge dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan diolah menjadi pupuk organik cair. Menurut Oman (2003), sludge yang berasal dari gas bio (sludge) sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Kandungan unsur hara dalam limbah(sludge) hasil pembuatan gas bio terbilang lengkap tetapi jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan bahan lain yang mengandung unsur hara makro dan penambahan mikroorganisme yang menguntungkan seperti mikroba penambat nitrogen. Slude mengalami penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan BOD/COD sludge sebesar 0,37. Nilai ini lebih kecil dari perbandingan BOD/COD limbah cair sebesar 0,5. Sludge juga mengandung lebih sedikit bakteri pathogen sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk (Widodo dkk, 2007).

Selain dari kotoran ternak, gas metana juga dapat diproduksi dari campuran beberapa jenis biomassa yang ada di perkebunan coklat, sedangkan kotoran ternak merupakan bahan pencampur yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan mikroba. Beberapa sifat biomassa yang memiliki pengaruh nyata terhadap produksi gas bio antara lain C/N rasio, pH, kadar air, kandungan total padatan dan ukurannya. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses adalah, suhu, laju pengumpanan, pengadukan dan konsistensi masukan, serta waktu tinggal di dalam reaktor.

Pengaruh Kondisi Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya,temperatur, air, ketersediaan komponen udara dan kesuburan tanah. Sementara faktor internal yang mendukung pertumbuhan mencakup semua proses fisiologi dari jaringan, kondisi stomata, akumulasi atau ketersediaan bahan makanan seperti glukosa dan perubahan struktural dari jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap pertumbuhan, peningkatan umur pohon, serta penyakit yang terdapat pada bagian tumbuhan (Fritts, 1976).


(25)

Bahan organik tanah merupakan komponen kecil dari tanah mineral, namun mempunyai fungsi dan peranan sangat penting di dalam menentukan kesuburan dan produktivitas tanah melalui pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Stevenson, 1982). Menurut Tan (1991), tanah memiliki produktivitas yang baik apabila kadar bahan organik berkisar antara 8 sampai 16%. Oleh karena itu untuk meningkatkan jumlah bahan organik tanah secara bertahap, bahan organik harus dikembalikan ke tanah sehingga akan terjadi akumulasi bahan organik tanah. Stevenson (1982) menyatakan peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah: (1) membentuk kelat dengan ion logam penting seperti Cu, Fe, Al dan Mn, sehingga menjadi bentuk yang stabil dalam tanah dan pada kondisi tanah tertentu dapat dimanfaatkan tanaman atau mikroorganisme tanah, (2) sebagai penyangga perubahan pH tanah, (3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan (4) bereaksi dengan senyawa organik lain seperti senyawa dari pestisida atau herbisida yang akhirnya ada yang menyebabkan perubahan bioaktivitasnya.

Pada tanah masam, ion Al, Fe dan Mn dapat ditukar tinggi dan akan

berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman karena daerah jelajah akar menjadisempit (Soepardi, 1983). Unsur P sangatlah penting untuk tanaman karena terlibat hampir pada seluruh proses metabolisme. Unsur P merupakan penyusun yang esensial untuk semua sel hidup, dengan demikian rendahnya kandungan hara tersebut akan mempengaruhi semua aspek metabolisme dan pertumbuhan (Gunarto dkk., 1998).

Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa

Penanaman campuran antara leguminosa dengan rumput memberikan produksi bahan kering dan kualitas rumput yang lebih baik dibanding penanaman rumput secara tunggal (murni) (Bahar dkk., 1992). Bila dibandingkan dengan pertanaman tunggal maka pada pertanaman campuran dapat ditingkatkan kandungan protein sebagaimana diperlihatkan pada tanaman campuran antara rumput P. Maximumdengan Neonaotonia wightiidan Macroptilium atropurpureumbegitu


(26)

juga dengan tanaman legum lainnya bila dibandingkan dengan tanaman rumput yang ditanaman Smitt (1977). Lebih lanjut Manidool (1974) menyatakan bahwa spesies rumput yang kandungan proteinnya rendah dapat diupayakan agar lebih tinggi melalui pertanaman campuran dengan legum.

Pembuatan padang rumput campuran dapat dilakukan dengan menyebar biji rumput yang dicampur dengan biji leguminosa (Mc Ilroy, 1976) atau seperti yang dinyatakan oleh Kismono (1979) dengan menyisipkan jenis leguminosa unggul yang disesuaikan dengan daerah setempat, atau dengan cara lain yaitu pertanaman campuran dengan pola lajur yang mempunyai potensi untuk memanipulasi imbangan rumput-leguminosa dalam hijauan dan memberikan cara untuk pasokan pupuk nitrogen optimal terhadap rumput, tanpa melepaskan sumbangan fiksasi nitrogen dari leguminosa. Chrowder dan Chheda (1982) juga mengatakan bahwa leguminosa akan meningkatkan penyediaan protein bagi penggembalaan dan menyediakan nitrogen untuk pertumbuhan rumput.

Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian penanaman secara campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling mempengaruhi antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode pertumbuhan tanaman yang mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih tanaman tersebut Gardner dkk., 1991 menyatakan bahwa pada pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama pertumbuhannya. Beberapa syarat perlu diperhatikan sebagai tanaman campuran, yaitu dapat menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies yang permanen, tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga.Reksohadiprodjo (1994) bahwa tanaman leguminosa memiliki fungsimenyediakan atau memberikan nilai makanan yanglebih baik terutama protein, pospor, dan kalsium.

Menurut Sanchez (1993) bahwa, peranan legum pada pertanaman campuran legum-rumput adalah untuk memberikan tambahan nitrogen kepada rumput dan memperbaiki kandungan hara secara menyeluruh pada padang pengembalaan, terutama protein, fosfor, dan kalsium.


(27)

Pemupukan

Pupuk adalah semua bahan yang mengandung unsur-unsur yang berfungsi sebagai hara tanaman serta tidak mengandung unsur-unsur toksik yang dapat memperburuk keadaan tanaman.Menurut Haga (1999) dalam Oman (2003), pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik berbentuk cair (limbah organik cair) dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan mengandung unsur hara lengkap.

Pengaruh kesuburan tanah berkaitan erat dengan pemberian pupuk pada tanah tersebut, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik ( Leiwekabessy dan Sutandi , 1988).

Pemberian pupuk merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan tanah, baik dengan pupuk buatan (anorganik), maupun dengan pupuk organik (seperti pupuk kandang dan kompos). Untuk lebih sederhana lagi, sebaiknya pupuk anorganik yang diberikan lewat akar ini dikelompokkan lagi. Ada dua kelompok pupuk berdasarkan jenis hara yang dikandungnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Ke dalam kelompok pupuk tunggal ini ada tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar di pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama posfor (P), dan hara utama kalium (K) (Lingga dan Marsono 2002).

Sludge sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh Suzuki dkk, (2001) di Vietnam serta Kongkaew dkk., (2004) di Thailand menunjukkan bahwa sludge gas bio kaya akan unsur makro yaitu N, P dan K serta unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dan Zn. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Novilda (2012) yang menyatakan dari 250 ml sludge ≈ 2.5 g NPK


(28)

Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum

Brachiaria Decumbens

Rumput Signal (Brachiaria decumbens) tumbuh baik pada daerah sub

humidstropis dan dapat tumbuh pada musim kering kurang dari 6 bulan. Tumbuh baik pada jenis tanah apapun termasuk tanah berpasir atau tanah asam, seperti dilaporkan oleh Mannetje dan Jones (1992) yang melaporkan bahwa Brachiaria decumbens sangat toleran terhadap tanah-tanah yang asam dan respon terhadap pemupukan yang mengandung unsur N, P, K, walaupun tidak tahan terhadap tanah berdrainase rendah tetapi tahan terhadap injakan, dan renggutan. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman ini sampai 3000 m dpl dengan suhu optimal untuk tumbuh adalah 30–35 0C.

Cook dkk (2005) menyatakan bahwa rumput Brachiaria decumbens mempunyai produksi bahan kering tinggi dengan pemupukan berat, dengan produksi sekitar 10 ton/ha/tahun dan sampai 30 ton/ha dibawah kondisi ideal.

Produksi Brachiaria, selain dipengaruhi oleh pemupukan, juga dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. Semakin tinggi tingkat pemotongan produksi yang dihasilkan semakin tinggi (Siregar dan Djajanegara, 1972).

Tabel 1. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens

`Spesies PK% N% Ca% P% Mg% K% Na% KCB% Brachiaria Decumbens 10,6 1,69 0,30 0,15 0,19 1,35 0,02

59,8

Sumber: Ciat, (1983) Brachiaria humidicola


(29)

Rumput Brachiaria humidicolamerupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea, terkenal dengan namaKoronivia grass. Rumput ini merupakan rumput berumur panjang yang berkembang secara vegetatif dengan stolon.Stolon tumbuh pada jarak 1-2 m dan cepat menyebar sehingga bila ditanam di lapang segera membentuk hamparan. Rumput ini memiliki tangkai daun lincolate, 3-4 raceme dengan panjang spikelet 3,5-4 mm (Skerman dan Rivers, 1990).

Tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma. Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan. Tumbuh pada beragam janis tanah mulai dari tanah sangat asam tidak subur (pH 3,5), tanah liat berat merekah, sampai tanah pasir berbatu pH tinggi. Kebutuhan Ca rendah.Tahan terhadap.Palatabilitas sedang dan langsung dimakan ternak ketikan tanaman dipertahankan tetap rendah dan banyak daun. Palatabilitas dapat menjadi rendah ketika ditanam pada tanah asam tidak subur karena helai daun menjadi sangat berserat dan berpigmen tinggi dan susah dicerna oleh ternak sehingga tidak disukai ternak (http://www.tropicalforages.info, 2012).

Brachiaria humidicola merupakan rumput yang tahan terhadap kekeringan dan genangan namun tidak setahan Brachiaria mutica. Rumput ini juga tahan terhadap penggembalaan berat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadapinvasi gulma, tetapi kurang cocok bila dilakukan penanaman dengan campuran leguminosa, hal ini karena pertumbuhan Brachiaria humidicola cepat sekali menutup tanah sehingga akan menekan pertumbuhan leguminosa (Jayadi, 1991). Brachiaria humidicola dapat tumbuh dengan baik apabila di tanam di bawah pohon kelapa serta sangat efektif untuk menahan erosi. Kapasitas produksinya dapat mencapai 20 ton/ha (Jayadi, 1991).

Komposisi zat makanan rumput Brachiaria humidicolamuda berdasarkanpersentase dari bahan kering mengandung protein kasar (PK) 5,1%; serat kasar (SK)37,4%; abu 9,8% dan BETN sebesar 46,1%, sedangkan yang sudah berbunga atau dewasa mengandung protein kasar 7,6%; serat kasar 35,5%;


(30)

abu 14,7% dan BETN sebesar 39,9% (Gohl, 1975 Dalam Skerman dan Rivers, 1990).

Brachiaria Ruziziensis

Brachiaria Ruziziensis adalah tanaman berumpun, tahunan merambat dengan rizoma yang pendek.Batang berongga tumbuh dari pucuk buku-buku merambat dan rizoma pendek. Daun panjang sampai 25 cm dan lebar 15 mm. Bunga terdiri dari 3-9 tandan yang relatif panjang (4-10 cm). Berat biji 250.000 biji/kg.Padang penggembalaan permanen atau semi permanen untuk digembalai atau dipotong sebagai pakan hijauan dan konservasi.Juga ditanam sebagai padangan dibawah kebun kelapa. Rumput Ruzi memerlukan tanah ringan atau loam dengan kesuburan tinggi sedang (pH 5,0-6,8) dan tidak tahan kondisi tanah yang sangat asam. Rumput Ruzi ini adalah rumput untuk dataran rendah sampai ketinggian 2000 m pada daerah tropis yang basah, dengan rata-rata curah hujan minimum 1200 mm. Dapat bertahan musim kering selama 4 bulan tetapi akan mati pada kekeringan yang panjang. Tidak tahan terhadap genangan dan tumbuh subur pada tanah berpengairan baik.

Tabel 2.Kandungan nutrisi Brachiaria ruziziensis

`Spesies PK% N% Ca% P% Mg% K% Na% KCB% Brachiaria Ruziziensis 11,6 1,86 0,31 0,16 0,20 1,80 0,02

60,7

Sumber: Ciat (1983)

Arachis glabarata

Arachis glabarata merupakan tanaman perennial dengan rhizome yang bercabang dan tanaman ini untuk tumbuh tegak diatas tanah. Mempunyai dua pasang daun


(31)

yang berbentuk ellips, panjangnya 6–20 mm dan lebarnya 5–14 mm. Bunga berwarna kuning sampai dengan orange dan panjang kelopak bunganya 6–7 mm. Polongnya kecil dengan panjang 10 mm dan tebal 5–6 mm. Mampu meningkatkan nilai nutrisi rumput pastura dan dapat bersaing dengan semua rumput pastura meskipun pertumbuhannya agak lambat (Bogdan 1977).

Arachis glabaratamemiliki kemampuan pada naungan bervariasi tergantung ekotipe, misalnya CPI12121 dinilai sangat tahan naungan dan CPI29986 daya tahan naungan rendah.Biasanya dapat tumbuh pada naungan sedang. Arachis glabarata merupakan leguminosa yang memiliki kemampuan beradaptasi pada tanah yang berdrainase baik mulai dari tanah pasir sampai liat, lebih menyukai tanak masam namun dapat tumbuh baik pada tanah netral atau sedikit basa, selain itu beradaptasi baik pada daerah tropis maupun subtropics (Bowman dan Wilson, 1996). Arachis glabarata memiliki kualitas hijauan yang baik dan memiliki produksi bahan kering yang baik.

Arachis glabrata merupakan jenis leguminosa yang mempunyai prospek untuk dikembangkan karena menunjukkan adaptasi yang cukup baik pada berbagai tipe tanah dan tahan terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan, serta produksi berat kering 13,0 ton/ha/th dengan kandungan protein rata-rata 15,9% (Yuhaeni, 1989). Arachis sangat bermanfaat untuk campuran hay atau untuk padang pengembalaan (Prine dkk., 1981). Di daerah iklim kering seperti Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Arachis termasuk tanaman yang tumbuh baik pada musim hujan maupun kemarau sehingga jenis tanaman ini diharapkan untuk peningkatan pastura alam (Nulik dkk., 1986). Valentine dkk., (1986) melaporkan bahwa penanaman campuran Arachis glabrata dengan Paspalum notatum dapat meningkatkan 100 sampai 300% produksi berat kering rumput Paspalum dibandingkan dengan penanaman rumput secara tunggal.

Chamaecrista Rotundifolia

Jenis-jenis tumbuhan penutup tanah yang banyak digunakan adalah kelompok Legume Cover Crop karean secara alami memiliki bintil-bintil pada akarnya yang


(32)

memiliki fungsi sebagai penangkap nitrogen dari udara untuk mensuplai kebutuhan nitrogen bagipertumbuhan tanaman, meliputi jenis-jenis: Bermuda (Cynodon dactilon) , WF Millet (Panicum miliaceum), Burgundy (Macroptilium bracteatum), Wynn Cassia (Chamaecrista rotundifolia), Centrosema (Centrosema SP),(Soewandita, 2010).

Chamaecrista rotundifolia merupakan tanaman tahunan berumur pendek, tanaman semusim yang beregenerasi sendiri tinggi sekitar 1 m. Helai daun setengah lingkaran sampai bulat lebar dengan panjang 12-38 mm, lebar 5-25 mm. Bunga 1-2 (-3) axillary, kecil kuning. Buah polong linear, panjang 1-20-45 mm. Biji segi empat dengan 200.000-470.000 biji/kg, spesies pasangan rumput yang cocok ditanam dengan Chamaecrista rotundifolia antara lain Bothriochloa pertusa, Chloris gayana, Digitaria eriantha, Urochloa mosambicensis dan beberapa rumput lainnya dan spesies legume antara lain Stylosanthes guianensis varitas intermedia, Lotononis bainesii, Aeschynomene falcata (Jones, 1992).

Palatabilitas ternak terhadap Chamaecrista rotundifolia biasanya kurang disukai oleh ternak pada musim tumbuh dibawah curah hujan yang lebih tinggi, tetapi menjadi lebih diterima ketika rumput yang tumbuh bersama menjadi lebih tua di akhir musim.Dapat mencapai sekitar 20% dari ransum pada akhir musim gugur. Keunggulan dari legume chamaecrista rotundifolia antara lain penanaman dan penyebaran cukup cepat, kebutuhan pupuk rendah, dapat beradaptasi pada tanah asam dan produksi biji tinggi (Tarawali, 1995).

Kombinasi dari beberapa tanaman yaitu Wynn cassia, burgundi, jenis Leguminaceae, Crotalaria sp. mulai dipergunakan sebagai tumbuhan penutup tanah. Leguminaceae dipilih karena dapat menambah N tanah, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok, juga beberapa jenisnya sangat toleran terhadap tanah miskin (Hadjowigeno, 1987).


(33)

Stylosantes Guianensis

Stylosanthes guianensis lebih dikenal dengan nama stylo, digunakan sebagai tanaman penutup tanah, sebagai pupuk hijau, dan sebagai tanaman pengganti pada penanaman berpindah tapi Stylo lebih dikenal sebagai tanaman pastura. Konsentrasi nitrogennya 1.5–3.0%. Legum berumur panjang, membentuk rumpun, batang berbulu, tinggi mencapai 1.5 m dan bertekstur kasar. Stylo merupakan jenis legum yang memberikan harapan baik untuk sebagian besar daerah di Indonesia. Toleransinya terhadap jenis tanah sangat luas bahkan tanah-tanah yang miskin unsur hara, dapat hidup pada tanah-tanah yang tergenang, dari berpasir sampai dengan tanah liat, toleransi pada tanah yang memiliki kandungan Al dan Mn yang tinggi tetapi tidak pada salinitas tanah yang tinggi (Mannetje dan Jones 1992).

Stylosanthes guianensis merupakan tanaman legum perenial, tingginya dapat mencapai 1,2 m. Daunnya trifoliat dengan panjang 0,5-4,5 cm dan lebar 0,2-2 cm, bunganya berwarna kuning sampai orange, benihnya berwarna coklat (bervariasi dari kuning sampai agak kehitaman). Tanaman ini lebih dikenal dengan nama stylo yang digunakan untuk tanaman pakan pada lahan pastura (penggembalaan maupun potongan), sebagai penutup tanah (mencegah erosi), pupuk hijau, dan diolah menjadi hay atau pellet. Stylo dapat tumbuh pada tanah dengan drainase yang baik, dan pada tekstur tanah dari pasir sampai liat (seperti tanah tropis latosol, liat, tanah berpasir, dan podsolik asam). Stylo dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 4,0-8,3 dan toleran terhadap kandungan Al dan Mn yang tinggi namun tidak pada salinitas yang tinggi. Stylo dapat memanfaatkan P pada tanah dengan kandungan P yang rendah, namun dapat dengan baik merespon pemberian P, K, S, Ca, dan Cu pada taraf yang rendah (FAO, 2009).

Reksohadiprodjo dkk. (1976) menyatakan Stylosanthes guianensis pertumbuhan vegetatifnya adalah lambat, dengan demikian nitrogen yang diharapkan dari tanaman styloini belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman, sehingga perbedaan dari berbagai perlakuan belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kadar PK hijauan Stylosantes guianensis.


(34)

Kapasitas Tampung Ternak

Menurut Reksohadiprodjo (1985), yang disitasi oleh Kencana (2000), Kapasitas tampung (Carrying Capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar. Departemen Pertanian (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa, kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan kebun hijauan makanan ternak untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST) per hektar.

Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yangdigembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaanuntuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Kapasitas tampungjuga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang (Subagio dan Kusmartono, 1988). Dengan demikian kapasitas tampung tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi tanah, pemupukan, faktor klimat, spesies hijauan, serta jenis ternak/satwa yang digembalakan atau terdapat di suatu padangan.Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan hijauan.


(35)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan petani di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lama Penelitian dimulai dari Bulan Juni – Desember 2012.Untuk analisis kandungan sludge gas bio dilakukan di UPT Laboratorium Lingkungan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Bahan

Pastura campuran yang terdiri dari Bracgiaria Humidicola, Brachiaria decumbens, Brachiaria ruziziensis, Arachis glabarata, Chamaecrista rotundifolia, Stylosanthes guianensis. Lahan yang teridiri dari 64 plot, dimana setiap plot berukuran 1,5 x 1,5 meter dengan jumlah 3-4 tanaman setiap plot. Pupuk sludge gas bio masing-masing adalah S0 = kontrol, S1 = 2,5 liter (11111,1 liter/ha), S2 = 5 liter (22222,2 liter/ha), S3 = 7,5 liter (33333 liter/ha).

Alat

Cangkul yang digunakan untuk membersihkan dan mengolah lahan penelitian.Gembor untuk menyiram tanaman.Meteran sebagai alat ukur untuk mengukur tinggi pemotongan.Parang, arit dan gunting untuk memotong rumput. Kertas koran untuk alas rumput pada saat pemotongan. Timbangan untuk menimbang berat segar dan berat kering. Oven untuk mengeringkan rumput.


(36)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot) pola Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan perlakuan yang diuji adalah 2 taraf yaitu 1). Taraf pemupukan dengan menggunakan sludge gas bio sebagai petak utama masing-masing yaitu:

S0= tanpa sludge gas bio

S1= 2,5 liter sludge gas bio/petak (11111,1 liter/ha) S2=5 liter sludge gas bio / petak (22222,2 liter/ha) S3= 7,5 liter sludge gas bio / petak (33333,3 liter/ha)

Hasil dari pengujian gas bio cair yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan di Badan Lingkungan Hidup dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Hasil Analisa nutrisi sludge gas bio

No Parameter Hasil Analisa Satuan Acuan Metode 1 N ⃰ 117 mg/L JIS K 0102-45.2

2 P 58.9 mg/L JIS K 0102-46.1 3 K 8.24 mg/L Atomisasi 4 C 52.5 mg/L Anatoc

5 pH ⃰ 6.83 mg/L SNI 06-6989.11-2004 Sumber : BLH Nomor 95/BLH.SU-UPT.LL/IX/2012

Sludge Gas Bio merupakan hasil fermentasi dari mikroorganisme aerob yakni Rhizopus dan mikrorganisme anaerob yaitu Saccharomyces and Lactobacillus sedangkan bahan penyusun dari biogas yang dihasilkan adalah 50 % kotoran sapi dan 50 % adalah fermentasi dari pod kakao.


(37)

P2 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P3 = Brachiaria humidicola+ Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Stylosanthes guianensis,

P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia,

P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata).

Prosedur Pelaksanaan Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan penelitian dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma lainya.Dua minggu kemudian dilakukan pencangkulan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkahan tanah, sehingga pengemburan selanjutnya lebih mudah dilakukan.Dua minggu setelah pencangkulan, dilakukan penggemburan yang berfungsi untuk menghancurkan bongkohan-bongkohan menjadi struktur tanah yang lebih halus serta untuk membersihkan sisa-sisa perakaran dari tumbuhan liar. Satu hari setelah selesai penggemburan dilakukan pembuatan petak (Plot) penelitian berukuran 1m x 1m sebanyak 64 petak (plot), dengan ketentuan ukuran tanah tiap petak ditinggikan (digunduk) dari areal lahan penelitian.

Penanaman

Penanaman rumput dan leguminosa dilakukan bersamaaan pada petak dengan ukuran 1 m x 1 meter (untuk setiap unit perlakuan) dengan mempergunakan bahan tanam sobekan rumput dan stek leguminosa yang diperoleh dari BPTP Sei Putih, Sumatera Utara. Jarak tanam yang dipergunakan untuk rumput 20 x 20 cm, sedangkan untuk legum ditanam diantara tanaman rumput dengan jarak tanam yang sama.


(38)

Pemupukan

Setelah lahan siap diolah dan siap untuk ditanami maka lahan tersebut terlebih dahulu dipupuk dengan sludge gas bio,masing-masing plot sesuai dengan perlakuan, seminggu setelah pemupukan maka dilakukan penanaman.

Pemeliharaan

Dalam melakukan pemeliharaan tanaman meliputi : 1) Penyiraman, penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari 2) Penyiangan, penyiangan dilakukan terhadap gulma-gulma secara manual di dalam dan diluar petak tanaman. 3) Trimming, penyeragaman tanaman

Parameter yang diamati Produksi Bahan Segar

Produksi bahan segar diperoleh dari hasil panen tiap petak kemudian di timbang. Setelah diperoleh hasil bahan segar per petak, kemudian data bahan segar perpetak dikalkulasikan kedalam produksi bahan segar kg/ha/tahun.

Produksi bahan kering

Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar dari setiap pemotongan pastura, setelah pemotongan dilakukan penimbangan tiap petak percobaan. Dari penimbangan tersebut akan didapatkan data dari produksi segar, dan hari hasil panen produksi bahan segar diambil sampel sebanyak 200-300 gr. Sampel tersebut kemudian dioven sebanyak dua kali. Pengovenan pertama didapatkan data produksi kering. Setelah itu dilakukan pengovenan yng kedua yaitu analisa kandungan gizi, dengan suhu 105 ˚C selama 8 jam. Dari analisa kandungan gizi tersebut akan didapatkan data produksi bahan kering perpetak, kemudian data bahan kering perpetak dikalkulasikan ke dalam produksi bahan kering perhektar pertahunnya.


(39)

Kandungan Gizi Pastura

Analisa kandungan nutrien pastura berdasarkan analisa proximat (SK, PK dan LK) dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Produksi nutrisi dari hijauan pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan analisis proksimat terhadap sampel yang diambil dari setiap petak percobaan. Data yang dianalisis merupakan produksi nutrisi yang diperoleh dengan mengalikan produksi bahan kering dengan kandungan nutrisi dari setiap hijauan percobaan.

Kapasitas Daya Tampung

Kapasitas daya tampung didapatkan setelah mendapatkan produksi bahan kering per hektar. Kemudian dihitung kapasitas tampung dengan cara membagikan produksi bahan kering per hektar dengan kebutuhan bahan kering ternak yaitu 3,5% (NRC, 1988) dari bobot badan ternak dengan bobot badan ternak 350 kg. Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan menggunakanrancangan petak terbagi (Split Plot Design) pola Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 2 kelompok, diulang 4 kali. Kelompok (blok) sebagai ulangan ada 4. Jadi satuan percobaan ada 4 x 4 x 4 = 64 petak penelitian.

Analisis Data

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik

ragam yang kemudian dilanjutkan dengan uji Berjarak Duncan menurut Steel dan Torrie (1995). Uji lanjut digunakan ketika ditemukan adanya pengaruh

interaksi antar faktor perlakuan adalah dengan melihat perbedaan antar anak petak dan interaksi antar petak dengan petak utama yang sama seperti dijelaskan oleh Gaspersz (1995).


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Produksi Bahan Segar

Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi bahan segar hijauan pakan ternak (Lampiran 1), menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara dosis sludge gas bio dengan perlakuan pastura campuran dan perlakuan utamanya masing-masing, berpengaruh nyata terhadap produksi bahan segar (Lampiran 2). Hasil uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Duncan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ratan produksi bahan segar hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge gas bio pod kakao dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Campuran Rataan P2 P3 P4 P4

………kg/ha/tahun...

S0 95280.00a 120580.35b 88860.23a 89403.17a 98530.94a S1 129162.23b 130150.85b 135354.08bc 147195.05c 135465.55b S2 167508.60d 192276.78fe 188148.70e 182065.60de 182499.92c S3 182717.38de 186193.33e 206724.95f 191733.50fe 191842.29d Rataan 143667.05a 157300.33b 154771.99b 152599.33b

Keterangan : Angka rataan pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi/kombinasi yang menghasilkan rataan produksi bahan segar hijauan pakan ternak tertinggi terjadi pada perlakuan S3P4 (dosis sludge 7 liter dan pastura campuran antara Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista


(41)

rotundifolia sebesar 206724,95 kg/ha/tahun. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan rataan produksi bahan segar yang diperoleh pada perlakuan S3P4 (191733.50 kg/ha/tahun) dan S2P3 (192276.78 kg/ha/tahun) serta berbeda nyata dengan perlakuan interaksi/kombinasi lainnya. Pola perlakuan kombinasi sejalan dengan peningkatan dosis sludge dan pastura campuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rataan produksi bahan segar hijauan pakan ternak akibat interaksi pemberian sludge gas bio dan pasturan campuran.

Dari Tabel 1 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi bahan segar hijauan ternak, terutama pada pastura campuran antara Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P3).

Menurut Ifradi dkk. (1998) pemberian kompos akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan serat kasar. Pemanfaatan lumpur (sludge) keluaran gas bio ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Perbedaan nyata produksi bahan segar pastura dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman yang ditanam dan pengaruh pemupukan pada setiap perlakuan. Soegito, dkk. (1992) menyatakan bahwa setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda-beda tergantung kepada sifat

0,00 50000,00 100000,00 150000,00 200000,00 250000,00

S0 S1 S2 S3

Ba ha n S e g a r (k g /ha /t a hun) Pemupukan P1 P2 P3 P4


(42)

genetis varietas tanaman itu sendiri. Di samping itu penyerapan unsur hara oleh akar juga dipengaruhi oleh sifat tanaman itu sendiri. Setiap varietas memiliki keunggulan genetis yang berbeda-beda dari varetas tanaman lain. Pada penelitian ini tanaman yang cocok ditanam dalam pertanaman tanaman campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata. Sludge gas bio adalah sisa hasil pengolahan kotoran ternak pada yang telah hilang gasnya. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya berupa cairan kental (sludge) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk tanaman (Hessami dkk.,1996) Sedangkan menurut Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas lumpur sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sludge gas bio sudah menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Hal ini sejalan dengn penelitian Novilda (2012) menyatakan kandungan nutrisi dari 250 ml sludge gas bio ≈ 2.5 gr NPK.

Besarnya produksi bahan segar berbanding lurus terhadap tinggi vertikal tanaman tersebut. Sabiham (1989), menyatakan bahwa pupuk organik dan pupuk buatan (anorganik) kedua-duanya menambah bahan makanan tumbuhan di dalam tanah. Penambahan pupuk organik pada tanah akan meningkatkan struktur pada tanah tersebut lebih remah dan meningkatkan jumlah pori-pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru tumbuh menembus permukaan tanah. Bahan organik juga berpengaruh langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan kegiatan respirasi untuk merangsang serapan hara sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman.


(43)

2. Produksi Bahan Kering

Data pengamatan produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat perlakuan pemberian sludge gas bio dan perlakuan pastura campuran disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi bahan kering tersebut menunjukkan bahwa interaksi/kombinasi perlakuan antara dosis sludge gas bio dengan pastura campuran serta perlakuan utamanya masing-masing memberikan pengaruh yang nyata pada p.01 dan p.05 (Lampiran 4). Hasil uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Duncan terhadap produksi bahan kering pasture disajikan pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi antara dosis sludge sebanyak 7,5 liter dengan pastura campuran yang terdiri dari Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (S3P4) mengasilkan bobot produksi bahan kering hijauan tertinggi dengan rataan sebesar 12497.99 kg/ha/tahun yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3P3 (dosis sludge 7,5 liter dengan pastura campuran berupa Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia dengan rataan 12488.54 kg/ha/tahun.

Pada parameter produksi bahan kering, pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan di sebabkan pemberian sludge gas bio yang berbeda pada setiap perlakuan, pemberian sludge gas bio yang tertinggi menghasilkan bahan kering yang tertinggi juga. Pupuk organik yang terkandung di dalam sludge gas bio mudah di serap oleh tanaman karena mudah terurai. Kadar N pupuk kandang padat lebih rendah dari pupuk kandang cair. Sesuai pernyataan Sosrosoedirdjo(1990) dalam Ifradi dkk. (2003) bahwa N dalam pupuk kandang cair mudah diabsorbsi oleh tanaman, sedangkan N dalam pupuk kandang padat hanya sebagian kecil yang dapat diabsorbsi karena pada pupuk padat, N harus mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu. Pada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh berbagai bakteri biasanya terjadi kehilangan N diantaranya digunakan untuk hidup bakteri dan ada juga yang menguap. Penggunaaan pupuk organik cair memiliki banyak manfaat anatara lain meningkatkan pertumbuhan klorofil daun,meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh serta


(44)

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Rizqani dkk,2007). Gardner dkk., 1991 menyatakan bahwa pada pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama pertumbuhannya sehingga untuk itu dilakukan percampuran tanaman dengan legume pada kombinasi pastura dalam penelitian ini.

Pemupukan berkaitan erat dengan ketersediaan unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman. Hidayat (2003) menyebutkan bahwa penggunaan pupuk dalam kegiatan budidaya dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman.Unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman diantaranya nitrogen (N), phospor (P) dan kalium (K). Peran utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis (Lingga, 1998).

Tabel 5. Produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4

………kg/ha/tahun...

S0 11802.86a 11832.19b 11842.95b 11887.92c 11841.48a S1 11918.88d 12071.07e 12086.72ef 12098.12f 12043.70b S2 12160.37g 12222.61h 12331.14i 12349.39j 12265.88c S3 12434.12k 12465.08l 12488.54m 12497.99m 12471.43d Rataan 12079.06a 12147.74b 12187.34c 12208.35d

Keterangan : Angka rataan pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.


(45)

Pola perlakuan kombinasi sejalan dengan peningkatan dosis sludge dan pastura campuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rataan produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat interaksi pemberian sludge gas bio dan pasturan campuran.

Dari Tabel 1 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi bahan kering hijauan pakan ternak, terutama pada pasturan campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4) dan Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P4).

3. Kandungan Protein Kasar

Data kandungan produksi protein kasar pada hijauan pastura campuran disajikan pada Lampiran 5 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 6. Dari Lampiran 6 dapat diketahui bahwa semua perlakuan, baik perlakuan utama dosis sludge dan pastura campuran, maupun interaksi antar keduanya memberikan

11400,00 11600,00 11800,00 12000,00 12200,00 12400,00 12600,00

S0 S1 S2 S3

Ba ha n K e ri ng ( k g /ha /t a hun) Pemupukan P1 P2 P3 P4


(46)

pengaruh yang nyata terhadap produksi protein kasar pastura. Hasil uji beda rataan menggunakan uji Jarak Duncan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Ratan kandungan/produksi protein kasar hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ………%... S0 14.20a 14.33b 14.40b 15.15c 14.52a S1 15.57d 16.30e 16.36e 16.50f 16.18b S2 17.27h 16.75g 17.39i 17.49i 17.22c

S3 18.22j 18.35k 18.56l 18.70m 18.46d Rataan 16.31a 16.43b 16.68c 16.96d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5%menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi yang menghasilkan rataan produksi protein kasar pastura tertinggi pada perlakuan S3P4. Dosis sludge 7 liter dengan pastura campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata dan berbeda nyata dengan interaksi dan kombinasi lainnya.

Pola perlakuan kombinasi sejalan dengan peningkatan dosis sludge dan pastura campuran terhadap kandungan protein kasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.


(47)

Gambar 3. Rataan kandungan protein kasar pada hijauan pakan ternak dari perlakuan interaksi pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 6 dan Gambar 3 dapat diketahui bahawa pemberian gas bio sangat diperlukan dalam meningkatan produksi protein kasar pastura terutama pada pastura campuran humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4).

Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa N adalah unsur hara utama dalam pembentukan protein makanan, oleh sebab itu dibutuhkan unsur hara N yang lebih banyak untuk meningkatkan kandungan protein kasar. Ditambahkan oleh Syarif(1986) bahwa rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat.Menurut Rinsema (1986), bahwa semakin tinggi produksi hijauan yang dihasilkan maka semakin tinggi produksi PK

4. Serat Kasar

Data kandungan serat kasar akibat perlakuan pemberian sludge gas bio pada pastura campuaran disajikan pada Lampiran 5. Hasil Analisis sidik ragam terhadap data serat kasar tersebut menunjukkan bahwa interaksi/kombinasi perlakuan anatara dosis sludge gas bio serta perlakuan utamanya masing masing

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

S0 S1 S2 S3

% Pr ot e in Pemupukan P1 P2 P3 P4


(48)

memberikan pengaruh yang nyata pada Lampiran 6 dan uji beda rataannya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Ratan kandungan/produksi serat kasar hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ………%... S0 38.75k 38.54j 38.35i 37.82h 38.36d S1 37.51g 36.70f 36.64f 36.39e 36.81c

S2 36.69f 36.38e 36.33de 36.19d 36.40b S3 35.80c 35.68c 35.50b 35.27a 35.56a

Rataan 37.19d 36.82c 36.70b 36.41a

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 7 dapat diketahui perlakuan kombinasi antara perlakuan yang tidak diberikan dosis sludge gas bio dengan pastura campuran yang terdiri dari Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata (P2) menghasilkan produksi serat kasar tertinggi dengan rataan 38.75% serta berbeda nyata dengan perlakuan interaksi/kombinasi lainnya.

Pola perubahan kandungan serat kasar hijauan pakan ternak akibat interaksi antara pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran dapat dilihat pada Gambar 4.


(49)

Gambar 4. Produksi serat kasar pastura dari interaksi beberapa taraf pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 7 dan Gambar 4 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi tanpa pemberian sludge gas bio (S0) dengan pastura campuran P2 menghasilkan produksi serat kasar tertinggi.

Peran sludge gas bio dalam menekan kandungan serat kasar sangat nyata. Dimana sludge gas bio mengandung N, P, K dan S yang mempengaruhi kandungan serat kasar hijauan. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa pengaruh N dalam meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan dinding sel yang tipis. Keadaan ini menyebabkan daun lebih banyak mengandung air dan kurang keras, sebaliknya kandungan nitrogen yang rendah dapat mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras dan penuh dengan serat–serat. Menurut Bamualim (1992) Semakin rendah kandungan serat kasar maka tanaman tersebut semakin berkualitas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang berupa sludge gas bio dari dosis rendah ke dosis tinggi ada kecenderungan meningkatkan lemak kasar pastura, sehingga dapat diprediksi bahwa hijauan tersebut nilai gizinya semakain baik.

33 34 35 36 37 38 39 40

S0 S1 S2 S3

K a pa si ta s Ta m pung ( S T/ ha /t a hun) Pemupukan P1 P2 P3 P4


(50)

Pemanfaatan lumpur keluaran gas bio ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas lumpur sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini dikarenakan bahwa pada proses fermentasi dalam digester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah antara lain: asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P dan K.

5. Kandungan Lemak Kasar

Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi lemak kasar menunjukkan bahwa perlakuan interaksi anatara dosis sludge gas bio dengan perlakuan pastura campuran dan perlakuan utamanya masin-masing berpengaruh nyata terhadap produksi lemak kasar (Lampiran 9 dan 10). Pengaruh perlakuan terhadap rataan produksi lemak kasar pastura dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Lemak Kasar hijauan campuran pada beberapa taraf pemupukan Pemupukan Pastura Rataan

P2 P3 P4 P4 ………%... S0 2.70a 2.81b 2.87b 3.28c 2.91a S1 3.47d 4.46f 4.53fg 4.58g 4.26b S2 4.71h 4.54fg 4.56g 4.52fg 4.58c S3 4.31e 4.51fg 4.68h 4.86i 4.59c Rataan 3.80a 4.08b 4.16c 4.31d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata


(51)

padataraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi kombinasi yang menghasilkan rataan produksi lemak kasar tertinggi terjadi pada perlakuan S3P4 (dosis sludge dengan kombinasi campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata, (P4) sebesar 4.86 % dan berbeda nyata dengan perlakuan interaksi / kombinasi lainnya.

Pola perlakuan interaksi antara pemberian sludge gas bio dengan hijauan campuran terhadap lemak kasar pastura dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rataan kandungan lemak kasar pada hijauan pakan ternak dari perlakuan interaksi pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 8 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi lemak kasar terutama pada pastura campuran anatara Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4).

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

S0 S1 S2 S3

P1

P2

P3


(52)

6. Kapasitas Tampung

Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap data kapasitas tampung (Lampiran 11) menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara pemberian sludge gas bio dengan pastura campuaran memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kapasitas tampung pada Lampiran 12. Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tampung pastura dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kapasitas Tampung pada Pastura Campuran

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ST/ha/tahun

S0 2.64a 2.65b 2.65b 2.66c 2.65a S1 2.67c 2.70d 2.70d 2.71d 2.69b S2 2.72e 2.74f 2.76g 2.76g 2.74c S3 2.78h 2.79i 2.79j 2.80j 2.79d Rataan 2.70a 2.72b 2.73c 2.73d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5%menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi antara dosis sludge sebanyak 7.5 liter dengan pastura campuran yang terdiri dari Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (S3P4) menghasilkan kapasitas daya tampung sebesar 2.80 ST/ha/tahun yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3P4 dosis sludge 7.5 liter dengan


(53)

campuran pastura berupa Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P4) dengan rataan 2.79 ST/ha/tahun

Pola interaksi antara pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran terhadap kapasitas daya tampung pastura dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Ratan kapasitas daya tampung pada pastura campuran dari interaksi pemberian sludge gas bio dan pastura campuran

Dari Tabel 9 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas daya tampung terutama pada pastura campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4) dan Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P4).

Pada parameter pengamatan yang terakhir yaitu kapasitas tampung yang diartikan sebagai kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994).

2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80 2,85

S0 S1 S2 S3

K a pa si ta s Ta m pung ( S T/ ha /t a hun)

Dosis Sludge Biogas

P0

P1

P2


(54)

Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang (Subagio dan Kusmartono, 1988). Dengan demikian kapasitas tampung tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi tanah, pemupukan, faktor klimat, spesies hijauan, serta jenis ternak/satwa yang digembalakan atau terdapat di suatu padangan. Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan hijauan. Kapasitas tampung padang penggembalaan adalah kemampuan dari padang penggembalaan dalam menyediakan hijauan bagi ternak dalam waktu 1 tahun. Artinya setiap tahun padang penggembalaan tersebut, mampu menyediakan hijauan pakan yang cukup untuk dikonsumsi oleh 2 ekor ternak sapi. Satuan Ternak (ST) atau Animal Unit (AU) merupakan satuan untuk ternak yang didasarkan atas konsumsi pakan. Setiap satu AU diasumsikan atas dasar konsumsi seekor sapi perah dewasa non laktasi dengan berat 325 kg atau seekor kuda dewasa.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa: 1 ST setara 1 ekor sapi setara 2 ekor babi juga setara dengan 7 ekor domba atau setara 100 ekor ayam dan 1 ST setara 2 ekor sapi muda setara 5 ekor babi muda setara 14 ekor domba muda juga setara dengan 200 ekor anak ayam.


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian sludge gas bio limbah pod kakao berpengaruh nyata meningkatkan Produksi Bahan Segar, Produksi Bahan Kering, Protein Kasar, Lemak Kasar dan Kapasitas Daya Tampung dengan produksi tertinggi pada pemberian sludge 7.5 liter/ plot (33333,33 liter /ha), tetapi menurunkan kandungan serat kasar.

2. Aplikasi sludge gas bio limbah pod kakao menunjukkan pengaruh secara nyata pada pastura campuran yang terdiri dari Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata

Saran

Disarankan menggunakan sludge gas bio dengan takaran 7.5 liter per m2 atau 33333,33 liter/ha dalam pemupukan pastura campuran dengan komposisi Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata dalam penanaman pastura campuran agar produktivitas pastura semakin baik.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Amiroenas, D.E. 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet Dengan Bahan Serat Biomassa Pod Coklat (Theobrama cacao l.,) untuk Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aregheore, E.M.2000. Crop Residues and Agroindustrial by Product in Four Pacific Island Countries: Availability, Utilization and Potencial Value in Ruminant Nutrition. Asian – aust.J.of Anim.Sci.13 (suplement B): 266-269.

Ayub, S.P. 2004. Pupuk Organik Cair. Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia. Jakarta.

Badan Lingkungan Hidup,2012. Nomor 95/BLH.SU-UPT.LL/IX/2012. Laporan Hasil Pengujian Gas bio Cair.Medan

Bamualim, A. 1992. Pengaruh musim terhadap mutu pakan dan defisiensi nutrisi yang umum terjadi di daerah tropis (Nusa Tenggara). Dalam: Pros.Iklim,Teknologi dan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia bagian Timur. PERHIMPI, Malang. hlm.384 –385.

Bahar, S., R. Rahman, D. Bulo dan R. Salam. 1992. Pengaruh pertanaman campuran rumput Cenchrus ciliaris cv Malopo dengan lima jenis leguminosa herba terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan. Proc. Pertemuan Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Peternakan, Sub Balitnak Gowa, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


(57)

Bogdan AV. 1977. Tropical Pastures and Fodder Plants. Series, Longman, London: Tropical Agriculture. p.475.

Bowman, A.M. and G.P.M. Wilson. 1996. Persistence and yield of forage peanuts (Arachis spp.) on the New saddle river, New Jersey.

Ciat. 1983. Annual Report. Tropical Pastures Program Centro Internacional de Agriculture Tropical. Colombia.

Chen, C.P. and Aminah, A. (1992) Calopogonium mucunoides . In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp. 72-74. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Chrowder LV. and Chheda HR 1982.Tropical Grassland Husbandry.Longman.London and New York.p.562.

Cook, B.G., Pengelly, B.C., Brown, S.D., Donnelly, J.L., Eagles, D.A., Franco, M.A., Hanson, J., Mullen, B.F., Partridge, I.J., Peters, M. and Schultze-Kraft, R. 2005. Tropical Forages: an interactive selection tool., [CD-ROM], CSIRO, DPI&F(Qld), CIAT and ILRI, Brisbane, Australia. From http://indonesia.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Brachiaria_decumb ens_(Bahasa_Indonesia).htm , diakses pada 14 November 2013.


(58)

Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2010. Pedoman Umum Pengembangan gas bio Asal Ternak Bersama Masyarakat (BATAMAS). Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Demirel, Burak and Paul Scherer. The roles of acetotropic and hydrogenotropic methanogens during anaerobic conversion of biomass to methane: a review. 2008. Rev Environ Science Biotechnology (2008) 7:173 – 190 DOI 10.1007/s11157-008-9131-1.

Departemen Pertanian. 1985. Bahan Makanan Penguat (Konsentrat). Departemen Pertanian, Jakarta.

Djajanegara, A. 1999. Local livestock feed resources. In: Livestock Industries of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis. RAP Publication 1999/37 : 29-39.

Dradjat, A.S. 2000. Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan , Embrio Transfer dan Invitro Fertilisasi pada Rusa Indonesia. Laporan Riset Unggulan terpadu V Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan. Pp:92-111.

Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press

Gohl. 1975. Tropical Feeds. Feeds Information Summaries and Nutritive Values. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.


(59)

Hessami, Mir-Akbar, Sky Christensen and Robert Gani.1996. Anaerobic digestion on household organik waste to produce gas bio. Department of Mechanical Engineering, Monash University, Clayton, Victoria 3168, Australia.

Ifradi., Peto, M. dan Elsifitriana. 2003. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan mulsa jerami padi terhadap produksi dan nilai gizi rumput Raja (Pennisetum purpuphoides)pada tanah podzolik merah kuning. J. Peternakan dan Lingkungan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. 10: 31 – 40.

Jayadi, S. 1991. Pengenalan jenis tanaman pakan.Makalah Pelatihan HijauanMakanan Ternak (Kalimantan II). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jones, R.M. 1992.Chamaecrista rotundifolia(Persoon) Greene. In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp. 88-89. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Junus,M. 1999, Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gajah Mada University Press, Bandung.

Kasryno, F dan N. Syafa'at. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektoral dan Wilayah. Prosiding PerspektifPembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam Era Otonomi Daerah (Penyunting: I.W. RUSASTRA dkk.). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.


(60)

……….. Laporan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prop.Lampung,2003; Usaha Tani Pokok Pertanian Tanaman Pangan,Perkebunan dan Perikanan .

Kencana, S., 2000.Habitat Rusa Timor (Cervus Timorensis) dan Kapasitas Tampung Padang Alam Taman Baru Pulau Rumberpon Manokwari.http://www.papuaweb.org/unipa/dlib-s123/kencana-surya [06 Mei 2013].

Kongkaew Kotchakorn, Annop Kanajareonpong and Thanuchai Kongkaew. 2004. Using of slurry and sludge from gas bio digestion pool as bio-fertilizer. The Joint International Conference on “ Suistainable Energy an Environment (SEE). Chiang Mai University, Chiang Mai, Thailand.

Kismono, I., 1979. Pasure Establishment. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti dan W. Slamet. 2000. Pengaruh Pemupukan Kalsium dan Nitrogen Terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Rumput Makanan Ternak Pada Tanah Salin. Dikti, Jakarta.

Laconi, E.B. 1998. Peningkatan mutu pod cacao melalui amoniasi urea dan biofermentasi dengan panecrochaete chrysosporium serta penjabaranya ke dalam formulasi ransum ruminansi. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(61)

Lazcano, C., Gomez-Brandon, M., Dominguez, J. 2008. Comparison of The Effectiveness of Composting for The Biological Stabilization of Cattle Manure. Chemosphere 72 (2008) 1013 – 1019

Leiwakabessy F. M. dan A. Sutandi.2004.Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan.Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Manidool, C. 1974. Quality of Forage Crops Extension Bullettin No 44. Food and Fertilizer Teknology Center.

Mannetje LT, Jones RM. 1992.Plant Resources of South-East Asia. Bogor: Prosea 4, Indonesia.

McIlroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradya Pramita, Jakarta.

Murni R , Suparjo,Akmal BL Ginting. 2008; Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan, Lab Makanan ternak,UNJAM.

Nasrullah dan A. Ella, 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya sebagai Sumber Pakan Ternak di Sulawesi Selatan. Makalah. Ujung Pandang.


(1)

P2 16.73 16.75 16.75 16.77 67.00 16.75 P3 17.36 17.37 17.40 17.41 69.54 17.39 P4 17.41 17.48 17.49 17.58 69.96 17.49 Total S2 68.71 68.84 68.92 69.09 275.56 S3 P2 18.12 18.24 18.26 18.26 72.88 18.22

P2 18.36 18.37 18.33 18.34 73.40 18.35 P3 18.37 18.55 18.61 18.72 74.25 18.56 P4 18.64 18.67 18.72 18.75 74.78 18.70 Total S3 73.49 73.83 73.92 74.07 295.31 Total 264.20 265.14 266.03 266.67 1062.04 16.59

Lampiran 6. Anova produksi kandungan protein kasar hijauan pada taraf pemupukan

SK db JK KT F hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok 3 0.22 0.07 26.68 ** 3.86 6.99

Pemupukan (S) 3 133.54 44.51 16435.14 ** 3.86 6.99 Galat (a) 9 0.02 0.00

Pertanaman (P) 3 3.90 1.30 235.54 ** 2.87 4.38 SxP 9 2.19 0.24 44.18 ** 2.15 2.95

Galat (b) 36 0.20 0.01

Total 63 140.07

KK a 0.314 KK b 0.448


(2)

Lampiran 7. Rataan produksi Serat Kasar pastura campuran .selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Serat Kasar pastura campuran (%/plot)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

I II III IV

S0 P2 38.75 38.76 38.74 38.74 154.99 38.75 P2 38.67 38.67 38.56 38.26 154.16 38.54 P3 38.69 38.26 38.22 38.22 153.39 38.35 P4 37.85 37.85 37.80 37.77 151.27 37.82 Total S0 153.96 153.54 153.32 152.99 613.81 S1 P1 37.77 37.66 37.40 37.19 150.02 37.51

P2 36.72 36.71 36.68 36.68 146.79 36.70 P3 36.67 36.64 36.62 36.62 146.55 36.64 P4 36.46 36.46 36.31 36.31 145.54 36.39 Total S1 147.62 147.47 147.01 146.80 588.90 S2 P1 36.78 36.74 36.64 36.61 146.77 36.69

P2 36.45 36.42 36.42 36.24 145.53 36.38 P3 36.46 36.44 36.21 36.21 145.32 36.33 P4 36.21 36.17 36.17 36.19 144.74 36.19 Total S2 145.90 145.77 145.44 145.25 582.36 S3 P1 35.85 35.80 35.78 35.78 143.21 35.80

P2 35.64 35.65 35.71 35.71 142.71 35.68 P3 35.65 35.56 35.56 35.24 142.01 35.50 P4 35.37 35.37 35.32 35.01 141.07 35.27 Total S3 142.51 142.38 142.37 141.74 569.00 Total 589.99 589.16 588.14 586.78 2354.07 36.78


(3)

Lampiran 8. Anova produksi kandungan serat kasar hijauan pada taraf pemupukan

SK db JK KT F hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok 3 0.36 0.12 33.24 ** 3.86 6.99

Pemupukan (S) 3 66.17 22.06 6128.83 ** 3.86 6.99 Galat (a) 9 0.03 0.00

Pertanaman (P) 3 4.92 1.64 142.32 ** 2.87 4.38 SxP 9 1.01 0.11 9.72 ** 2.15 2.95

Galat (b) 36 0.41 0.01

Total 63 72.90

KK a 0.163 KK b 0.292

Lampiran 9. Rataan produksi Lemak Kasar pastura campuran .selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Lemak Kasar pastura campuran (%/plot) Perlakuan Kelompok Total Rataan

I II III IV

S0 P1 2.69 2.70 2.70 2.71 10.80 2.70 P2 2.73 2.73 2.88 2.91 11.25 2.81 P3 2.73 2.91 2.92 2.92 11.48 2.87 P4 3.22 3.24 3.28 3.36 13.10 3.28 Total S0 11.37 11.58 11.78 11.90 46.63 S1 P1 3.36 3.40 3.45 3.66 13.87 3.47

P2 4.40 4.46 4.48 4.48 17.82 4.46 P3 4.50 4.53 4.54 4.54 18.11 4.53


(4)

P4 4.57 4.57 4.59 4.59 18.32 4.58 Total S1 16.83 16.96 17.06 17.27 68.12 S2 P1 4.70 4.70 4.71 4.72 18.83 4.71

P2 4.46 4.50 4.50 4.69 18.15 4.54 P3 4.46 4.57 4.55 4.67 18.25 4.56 P4 4.56 4.48 4.38 4.67 18.09 4.52 Total S2 18.18 18.25 18.14 18.75 73.32 S3 P1 4.10 4.30 4.36 4.46 17.22 4.31

P2 4.50 4.40 4.56 4.56 18.02 4.51 P3 4.58 4.69 4.69 4.74 18.70 4.68 P4 4.83 4.83 4.80 4.99 19.45 4.86 Total S3 18.01 18.22 18.41 18.75 73.39 Total 64.39 65.01 65.39 66.67 261.46 4.09

Lampiran 10. Anova produksi kandungan lemak kasar hijauan pada taraf pemupukan

SK db JK KT F hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok 3 0.17 0.06 19.26 ** 3.86 6.99

Pemupukan (S) 3 30.39 10.13 3368.32 ** 3.86 6.99 Galat (a) 9 0.03 0.00

Pertanaman (P) 3 2.24 0.75 184.32 ** 2.87 4.38 SxP 9 2.64 0.29 72.19 ** 2.15 2.95

Galat (b) 36 0.15 0.00

Total 63 35.62


(5)

KK b 1.559

Lampiran 11. Rataan kapasitas daya tampung dan Data hasil pengamatan kapasitas daya tampung

Perlakuan Kelompok Total Rataan

I II III IV

S0 P1 2.64 2.64 2.64 2.64 10.56 2.64 P2 2.64 2.65 2.65 2.65 10.59 2.65 P3 2.64 2.65 2.65 2.65 10.59 2.65 P4 2.65 2.66 2.66 2.66 10.63 2.66 Total S0 10.57 10.60 10.60 10.60 42.37 S1 P1 2.66 2.67 2.67 2.67 10.67 2.67

P2 2.70 2.70 2.70 2.70 10.80 2.70 P3 2.70 2.70 2.70 2.70 10.80 2.70 P4 2.70 2.70 2.71 2.71 10.82 2.71 Total S1 10.76 10.77 10.78 10.78 43.09 S2 P1 2.72 2.72 2.72 2.72 10.88 2.72

P2 2.73 2.73 2.74 2.74 10.94 2.74 P3 2.76 2.76 2.76 2.76 11.04 2.76 P4 2.76 2.76 2.76 2.77 11.05 2.76 Total S2 10.97 10.97 10.98 10.99 43.91 S3 P1 2.77 2.78 2.78 2.78 11.11 2.78

P2 2.78 2.79 2.79 2.79 11.15 2.79 P3 2.79 2.79 2.79 2.80 11.17 2.79


(6)

P4 2.79 2.79 2.80 2.80 11.18 2.80 Total S3 11.13 11.15 11.16 11.17 44.61 Total 43.43 43.49 43.52 43.54 173.98 2.72

Lampiran 12. Anova produksi kapasitas daya tampung pada taraf pemupukan

SK db JK KT F hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok 3 0.00 0.00 13.80 ** 3.86 6.99

Pemupukan (S) 3 0.18 0.06 5690.20 ** 3.86 6.99 Galat (a) 9 0.00 0.00

Pertanaman (P) 3 0.01 0.00 242.20 ** 2.87 4.38 SxP 9 0.00 0.00 25.13 ** 2.15 2.95

Galat (b) 36 0.00 0.00

Total 63 0.19

KK a 0.119 KK b 0.119