Aplikasi wet letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran

APLIKASI WET LITTER FERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN TESIS EDI PRIKUTEN 107040009
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

APLIKASI WET LITTER FERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN
TESIS Oleh: EDI PRIKUTEN 107040009
Untuk memperoleh Gelar Magister Peternakan dalam Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama Mahasiswa NIM Program Studi

: Aplikasi wet letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran
: Edi Prikuten : 107040009 : Ilmu Peternakan

Ketua

Menyetujui oleh : Komisi Pembimbing
Anggota


Dr. Ir. Nurzainah Ginting MSc Ketua Program Studi
Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir.Darma Bakti, MS

Tanggal ACC :

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis Aplikasi Wet Letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain.
Medan, Desember 2013 Edi Prikuten
NIM 107040009
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
EDI PERIKUTEN : Aplikasi wet litter fermentasi terhadap produktivitas pastura campuran, dibimbing oleh Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.
Suatu penelitian mengenai pastura campuran yang ditanam dengan perbedaan tingkat pemupukan perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemupukan terhadap produksi dan kualitas pastura yang berbeda. Penelitian telah dilakukan di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah pemupukan (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg dan 3 kg), anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Analisis proksimat hijauan dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering berbeda pada taraf pemupukan. Produksi yang tertinggi bahan segar dan bahan kering yaitu pada pemupukan W3 (207811 kg/ha/tahun dan 12315,25

kg/ha/tahun). Protein kasar dari komposisi pastura yang dicobakan lebih tinggi pada
perlakuan W3 (17,348 %) dan pada pastura campuran P3 (16,695 %), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan W0 (38,084%) dan pada pastura campuran P1 dan P2 (37,240% dan 37,066%). Lemak kasar pastura tertinggi di peroleh pada perlakuan W3 (4,769%) dan pada pastura campuran P3 (4,445%), sedangkan kapasitas tampung ternak yang paling tinggi yaitu diperoleh pada W3 (2,75ST).
Kata Kunci : pastura campuran, pemupukan, produksi hijauan, kualitas hijauan, kapasitas daya tampung.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
EDI PERIKUTEN : Application of fermented wet litter on productivity of pasture, supervised by Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.
A study on pasture planted with different levels of fertilization should be done. The purpose of this study to determine the effect of different fertilization on the production and quality of different pasture. Planting forage research has been conducted in the Delitua Village, Sibiru-biru sub-district, Deli Serdang district, North Sumatera Provinsi. Experimental research split plot design, with main plot treatments were fertilization (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg and 3 kg), subplot were pasture, which consisted of (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Proximate analysis carried out in the Laboratory of Materials forage feed Faculty of Agriculture, University of North Sumatra.
The results showed that the production of fresh and dry matter differ in the level of fertilization. The highest production of fresh ingredients and the dry ingredients in fertilizer W3 (207811 kg/ha/year dan 12315,25 kg/ha/year). Crude protein from pasture composition is higher in treatment W3 (17,348 %) and in pasture P3 (16,695 %), while the highest crude fiber is obtained in the treatment without fertilizer W0 (38.084%) and in pasture P1 and P2 (37.240% and 37.066%). The highest crude fat pasture is obtained on treatment W3 (4.769%) and in pasture mixtures P3 (4.445%), while the capacities of the highest animal is obtained in W3 (2.75 ST).
Keywords : pasture, fertilization, forage production, forage quality, carrying capacity
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Kutalimbaru Desa Lau Bilung pada tanggal 14 September 1986 dari ayah Simon Sembiring dan ibu Cinta br Surbakti, S. Pd. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2005 Penulis lulus dari SMA Rakyat Sei Glugur dan pada tahun yang sama pula lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur pemanduan minat dan prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Produksi Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, tamat pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Peternakan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan, dan juga aktif dalam organisasi IMKA ( Ikatan Mahasiswa Karo ).
Penulis melaksanakan penelitian di Desa Sidomulyo Kecamatan Sibirubiru pada bulan Juni hingga Desember tahun 2012
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha kuasa, atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aplikasi Wet Letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Disini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, dan seluruh keluarga yang memberikan dukungan penuh kepada penulis hingga terlaksananya proses pembelajaran pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting MSc selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku pembimbing II atas segala bimbingan dan arahan, curahan ilmu dalam penulisan ini. Dan juga ucapan yang sama penulis sampaikan kepada Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si, selaku Ketua Program Studi Peternakan yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharahap kritikan dan saran demi kesempurnaannya, dan atas partisipasi dan bantuan dari semua pihak sekali lagi penulis haturkan banyak terima kasih dan semoga tulisan ini ada manfaatnya, amin.
Medan, 2 Juni 2014
Edi Prikuten
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ v
RINGKASAN ............................................................................................. vi
ABSTRACT................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
Hipotesis Penelitian ......................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA Wet Litter (Feses Basah) ............................................................................. 3 Wet Litter (Feses Basah) sebagai pupuk organik........................................ 4 Pengomposan .............................................................................................. 5 Pemupukan.................................................................................................. 6 Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum
Brachiaria humidicola ............................................................................ 8 Rumput Signal (Brachiaria Decumbens)............................................... 9 Brachiaria Ruziziensis ........................................................................... 10 Arachis glabarata .................................................................................. 11 Chamaecrista Rotundifolia .................................................................... 12 Stylosantes Guianensis........................................................................... 13 Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa....................................... 14 Kapasitas Tampung Ternak ........................................................................ 16
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 19 Bahan dan Alat
Bahan .................................................................................................... 19
Universitas Sumatera Utara

Alat ........................................................................................................ 19 Metode Penelitian ....................................................................................... 19 Prosedur Pelaksanaan.................................................................................. 20 Peubah yang diamati ................................................................................... 21 Rancangan Percobaan ................................................................................. 22 Analisis data ................................................................................................ 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Segar ................................................................................. 24 Produksi Bahan Kering ............................................................................... 26 Kandungan gizi pastura............................................................................... 29
Protein kasar........................................................................................... 30 Serat kasar .............................................................................................. 32 Lemak Kasar .......................................................................................... 35 Kapasitas Tampung..................................................................................... 36 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................. 38 Saran............................................................................................................ 38 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39 LAMPIRAN................................................................................................ 44
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam pedaging ........................ 4 2. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens............................................... 10 3. Kandungan nutrisi Brachiaria ruziziensis................................................ 11 4. Produksi bahan segar pastura pada berbagai tingkat pemupukan
dan pastura campuran.............................................................................. 24 5. Produksi Bahan Kering hijauan pada berbagai tingkat pemupukan
dan pastura campuran.............................................................................. 25 6. Pengaruh Pemupukan terhadap rataan kandungan nutrisi hijauan.......... 27 7. Produksi protein kasar pastura pada berbagai tingkat pemupukan
dan pastura campuran.............................................................................. 28 8. Produksi serat kasar pastura pada berbagai tingkat pemupukan
dan pastura campuran.............................................................................. 31 9. Produksi lemak kasar pastura pada berbagai tingkat pemupukan
dan pastura campuran.............................................................................. 33 10. Kapasitas tampung pada pastura dengan berbagai tingkat

Pemupukan............................................................................................ 35
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR No. Hal.
1. Grafik Produksi Bahan Segar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%...................................................................................................... 26
2. Grafik Produksi Bahan Kering dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%) ................................................................................... 26
3. Grafik Kandungan protein kasar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%) ................................................................................... 29
4. Grafik produksi serat kasar pastura dari interaksi beberapa taraf pemupukan dan hijauan campuran (%) ........................................... 32
5. Grafik Kandungan lemak kasar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%) ...................................................................... 34
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Segar selama penelitian selama penelitian dan Data hasil pengamatan terhadap bentuk Bahan Segar pastura campuran (%/plot)................................................................................ 44
2. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Segar pada taraf pemupukan ................................................................ 45
3. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Kering .selama penelitian selama penelitian dan Data hasil pengamatan terhadap kandungan Bahan Kering pastura campuran (%/plot)................................................................................ 46
4. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Kering pada taraf pemupukan .............................................................. 47
5. Rataan produksi Protein Kasar pastura campuran . selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Protein Kasar pastura campuran (%/plot) .......................................... 48
6. Anova produksi kandungan protein kasar hijauan pada taraf pemupukan................................................................................... 49
7. Rataan produksi Serat Kasar pastura campuran .selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Serat Kasar pastura campuran (%/plot)....................................................... 50

8. Anova produksi kandungan serat kasar hijauan pada taraf pemupukan................................................................................... 51
9. Rataan produksi Lemak Kasar pastura campuran .selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Lemak Kasar pastura campuran (%/plot)....................................................... 52
10. Anova produksi kandungan lemak kasar hijauan pada taraf pemupukan................................................................................... 53
11. Rataan kapasitas daya tampung dan Data hasil pengamatan kapasitas daya tampung ....................................................................... 54
Universitas Sumatera Utara

12. DokumentasiPenelitian ........................................................................... 56
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
EDI PERIKUTEN : Aplikasi wet litter fermentasi terhadap produktivitas pastura campuran, dibimbing oleh Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.
Suatu penelitian mengenai pastura campuran yang ditanam dengan perbedaan tingkat pemupukan perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemupukan terhadap produksi dan kualitas pastura yang berbeda. Penelitian telah dilakukan di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah pemupukan (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg dan 3 kg), anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Analisis proksimat hijauan dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering berbeda pada taraf pemupukan. Produksi yang tertinggi bahan segar dan bahan kering yaitu pada pemupukan W3 (207811 kg/ha/tahun dan 12315,25
kg/ha/tahun). Protein kasar dari komposisi pastura yang dicobakan lebih tinggi pada
perlakuan W3 (17,348 %) dan pada pastura campuran P3 (16,695 %), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan W0 (38,084%) dan pada pastura campuran P1 dan P2 (37,240% dan 37,066%). Lemak kasar pastura tertinggi di peroleh pada perlakuan W3 (4,769%) dan pada pastura campuran P3 (4,445%), sedangkan kapasitas tampung ternak yang paling tinggi yaitu diperoleh pada W3 (2,75ST).
Kata Kunci : pastura campuran, pemupukan, produksi hijauan, kualitas hijauan, kapasitas daya tampung.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
EDI PERIKUTEN : Application of fermented wet litter on productivity of pasture, supervised by Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

A study on pasture planted with different levels of fertilization should be done. The purpose of this study to determine the effect of different fertilization on the production and quality of different pasture. Planting forage research has been conducted in the Delitua Village, Sibiru-biru sub-district, Deli Serdang district, North Sumatera Provinsi. Experimental research split plot design, with main plot treatments were fertilization (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg and 3 kg), subplot were pasture, which consisted of (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Proximate analysis carried out in the Laboratory of Materials forage feed Faculty of Agriculture, University of North Sumatra.
The results showed that the production of fresh and dry matter differ in the level of fertilization. The highest production of fresh ingredients and the dry ingredients in fertilizer W3 (207811 kg/ha/year dan 12315,25 kg/ha/year). Crude protein from pasture composition is higher in treatment W3 (17,348 %) and in pasture P3 (16,695 %), while the highest crude fiber is obtained in the treatment without fertilizer W0 (38.084%) and in pasture P1 and P2 (37.240% and 37.066%). The highest crude fat pasture is obtained on treatment W3 (4.769%) and in pasture mixtures P3 (4.445%), while the capacities of the highest animal is obtained in W3 (2.75 ST).
Keywords : pasture, fertilization, forage production, forage quality, carrying capacity
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Upaya peningkatan produksi peternakan memerlukan perbaikan produksi maupun kualitas bahan pakan. Produksi dan kualitas hijauan pakan merupakan salah satu faktor pembatas produksi ternak ruminansia di daerah tropis. Dalam usaha meningkatkan produksi ternak, terutama ternak ruminansia diperlukan tersedianya hijauan dalam jumlah cukup dan berkualitas tinggi serta kontinuitasnya terjamin.
Pertanaman campuran rumput dan leguminosa merupakan salah satu upaya penyediaan hijauan pakan yang berkualitas untuk menopang produktivitas ternak ruminansia. Rumput yang mempunyai sifat tumbuh merayap dan mempunyai laju pertumbuhan sejalan dengan leguminosa merupakan pasangan yang tepat untuk pertanaman campuran yang digembalai oleh ternak.
Dalam meningkatkan produksi rumput maupun legume maka diperlukan pemupukan, baik organik maupun anorganik yang bertujuan untuk memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk berkembang. Pemberian pupuk merupakan salah satu jalan yang harus di tempuh untuk memperbaiki keadaan tanah, baik dengan pupuk buatan (anorganik), maupun dengan pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos (Lingga dan Marsono, 2002).
Pada musim kemarau pada plasma peternakan unggas terjadi masalah wet litter yaitu litter basah yang terjadi akibat litter bercampur dengan feses dan air minum yang tumpah sehingga mengeluarkan bau yang tidak sedap dan mengganggu lingkungan. Wet litter fermentasi akan dimanfaatkan menjadi kompos sebagai pupuk dasar lokasi penelitian.
Universitas Sumatera Utara

Melihat keadaan inilah maka perlu dilakukan suatu usaha penelitian untuk pengembangan pastura campuran, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kompos dari wet litter fermentasi yang di tinjau dari hasil hijauan total berdasarkan komposisi kandungan gizi dan daya tampung pastura. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pengaruh wet litter fermentasi terhadap produktivitas pastura campuran. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan manfaat bagi petani, peternak, dan pemerintah dalam mengatasi masalah pakan ternak dan wet litter fementasi. Juga sebagai sumber informasi bagi akademisi maupun peneliti untuk bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya. Hipotesis Penelitian
Aplikasi wet litter fermentasi pada berbagai pastura campuran akan berpengaruh terhadap produktivitas bahan segar, bahan kering, kandungan gizi serta kapasitas daya tampung dari beberapa pastura campuran.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Wet Litter (Feses basah) Wet litter atau disebut juga dengan feses basah biasa terjadi pada plasma

peternakan unggas. Pada musim kemarau terjadi masalah wet litter yaitu litter basah yang terjadi akibat litter bercampur dengan feses, air minum yang tumpah sehingga mengeluarkan bau yang mengganggu lingkungan (Yuwanta, 2000).
Sumber pencemaran usaha peternakan ayam berasal dari kotoran ayam yang berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung dalam kotoran tersebut. Pada saat penumpukan kotoran atau penyimpanan terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas amonia, nitrat dan nitrit serta gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang menyebabkan bau (Svensson, 1990; Pauzenga, 1991). Kandungan gas amonia yang tinggi dalam kotoran juga menunjukkan kemungkinan kurang sempurnanya proses pencernaan atau protein berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak semua nitrogen diabsorbsi sebagai amonia, tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam kotoran (Pauzenga, 1991).
Jumlah kotoran ayam yang dikeluarkan setiap harinya banyak, rata-rata per ekor ayam 0,15 kg. Fontenot et al. (1983). (Charles dan Hariono, 1991) melaporkan bahwa rata-rata produksi buangan segar ternak pada pemeliharaan ayam pedaging menghasilkan kotoran sebanyak 0,1 kg/hari/ekor dan kandungan bahan keringnya 25%. Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak dicerna. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat, lemak dan senyawa organik lainnya. Protein pada kotoran ayam merupakan sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen inorganik lainnya. Komposisi kotoran ayam
Universitas Sumatera Utara

sangat bervariasi bergantung pada jenis ayam, umur, keadaan individu ayarn, dan

makanan (Foot et al. 1976).

Pada Tabel 1 dapat dilihat komposisi rata-rata kotoran ayam pedaging

berdasarkan bobot basah.

Tabel 1. Kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam pedaging

Nama Unsur

Kandungan unsur pada kotoran/bobot basah

Minimum Maksimum


Rata-rata

Total padatan (%)

38,00

92,00

75,80

Total N (%)

0,89 5,80

2,94

NH4-N (0/6)

0,08 1,48


0,75

P205 (0/0)

1,09 6,14

3,22

K20 (%)

0,63 4,26

2,03

Ca (Kalsium) (ppm)

0,51 6,22

1,79


Mg (Magnesium) (ppm)

0,12 1,37

0,52

Sulfida (ppm)

0,07 1,05

0,52

Mn (Mangnan) (ppm)

66,00

579,00

266,00

Zn (Seng) (ppm)

48,00

583,00

256,00

Cu (Tembaga) (ppm)

16,00

634,00

283,00

Sumber : Malone (1992)

Wet Litter (Feses Basah) sebagai pupuk organik

Anggorodi (1985) menjelaskan, feses merupakan bahan yang terdiri dari

bahan pakan tidak tercerna, bakteri usus, getah pencernaan, cairan empedu,

jaringan lapisan usus yang aus dan zat-zat mineral berasal dari metabolisme

tubuh. Sebagian dari zat-zat yang tidak dapat diserap dan tidak tercerna dari usus

halus berkumpul di dalam usus buntu dan di bagian ini terjadi sedikit penyerapan.

Berkontraksinya usus buntu untuk mendorong isinya keluar ke dalam usus besar,

berlangsung lebih kurang sehari. Bahan yang tidak tercerna dikeluarkan dari usus

besar ke dalam kloaka, dari sini keluar tubuh sebagai feses. Cairan antara feses

dan urine yang dikeluarkan unggas disebut manure. Seekor ayam menghasilkan

sekitar dua puluh kilogram manure setahun.

Universitas Sumatera Utara

Wet litter atau disebut juga dengan feses basah biasa terjadi pada plasma peternakan unggas. Pada musim kemarau terjadi masalah wet litter yaitu litter basah yang terjadi akibat litter bercampur dengan feses, air minum yang tumpah (Yuwanta, 2000).
Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah (Soepardi, 1983). Pupuk kandang yang berasal dari feses ayam, kandungan N, P dan Ca relatif lebih tinggi dari hewan lainnya, mudah terpecah-pecah atau terbagi-bagi dan pelapukan organik sangat bermanfaat dalam memperbaiki kemampuan dalam menahan air ( Nasution, 1985).
Lubis (1986), menyatakan bahwa manfaat kotoran ayam telah diteliti dan ternyata memberikan efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman bahkan lebih besar dari pada kotoran ternak besar. Dari segi hara tiap ton kotoran unggas terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K sedangkan hewan ternak besar dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,8 kg P dan 13,7 kg K. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemakaian kotoran unggas jauh lebih baik daripada hewan ternak jika diberikan dalam jumlah besar.
Pengomposan Pengkomposan merupakan suatu teknik pengolahan limbah padat yang
mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organik maka kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat hara lain. Pengkomposan alami akan memakan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Pengkomposan dapat berlangsung
Universitas Sumatera Utara

dengan fermentasi yang lebih cepat dengan bantuan mikro organism (Syarif, 1986). MOD-71 merupakan salah satu aktivator yang dapat membantu mempercepat proses pengkomposan dan bermanfaat meningkatkan unsur hara kompos.
Pemupukan Pupuk adalah semua bahan yang mengandung unsur-unsur yang berfungsi
sebagai hara tanaman serta tidak mengandung unsur-unsur toksik yang dapat memperburuk keadaan tanaman. Pengaruh kesuburan tanah berkaitan erat dengan pemberian pupuk pada tanah tersebut, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik ( Leiwekabessy dan Sutandi , 1988).
Lingga dan Marsono (2006) menambahkan bahwa pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Memupuk berarti menambahkan suatu bahan yang mengandung unsur hara tertentu ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo, 1995).
Pemberian pupuk merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan tanah, baik dengan pupuk buatan (anorganik), maupun dengan pupuk organik (seperti pupuk kandang dan kompos). Terdapat dua kelompok pupuk anorganik berdasarkan jenis hara yang dikandungnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Ke dalam kelompok pupuk tunggal terdapat
Universitas Sumatera Utara

tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar di pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama posfor (P), dan hara utama kalium (K) (Lingga dan Marsono 2002).
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium fospat (DAP) yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor, pupuk NP artinya pupuk yang mengandung dua unsur utama nitrogen dan fospat, amafos, supertikfos (SS), leunafos pupuk ini dikenal dengan diamonium fospat sulfat, pupuk NK adalah gabungan anatara pupuk nitrogen dan kalium, pupuk PK merupakan gabungan pupuk fospat dan kalium, dan pupuk NPK (Novizan. 1999).
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit sebagai pupuk pada awal penanaman dan sebagai pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga. Menurut Jones et al. (1987), pemupukan di pastura biasanya akan mengakibatkan tiga perubahan penting yaitu: (1) perubahan produksi hijauan, (2) perubahan komposisi botani, dan (3) perubahan kandungan nutrisi hijauan. Humphreys (1980), menyatakan bahwa pemupukan yang lebih besar pada pastura yang baru dikelola mempunyai empat keuntungan yaitu: (1) memperbaiki pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara

leguminosa yang akan memberikan sumbangan nitrogen lebih banyak, (2) menekan pertumbuhan gulma, (3) mempercepat dilakukan penggembalaan, dan (4) menghemat biaya pemupukan per unit.
Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum Brachiaria humidicola
Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea, terkenal dengan nama Koronivia grass. Rumput ini merupakan rumput berumur panjang yang berkembang secara vegetatif dengan stolon. Stolon tumbuh pada jarak 1-2 m dan cepat menyebar sehingga bila ditanam di lapang segera membentuk hamparan. Rumput ini memiliki tangkai daun lincolate, 3-4 raceme dengan panjang spikelet 3,5-4 mm (Skerman dan Rivers, 1990).
Tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma serta membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma. Rumput dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan dimana dapat tumbuh pada beragam janis tanah mulai dari tanah sangat asam tidak subur (pH 3,5), tanah liat berat merekah, sampai tanah pasir berbatu dengan pH tinggi. Kebutuhan Ca rendah, tahan terhadap penggembalan berat. Palatabilitas sedang dan langsung dimakan ternak ketikan tanaman dipertahankan tetap rendah dan banyak daun. Palatabilitas dapat menjadi rendah ketika ditanam pada tanah asam tidak subur karena helai daun menjadi sangat berserat dan berpigmen tinggi dan susah dicerna oleh ternak sehingga tidak disukai ternak (Hardjowigono,1995).
Universitas Sumatera Utara

Brachiaria humidicola merupakan rumput yang tahan terhadap kekeringan dan genangan namun tidak setahan Brachiaria mutica. Rumput ini mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap invasi gulma, tetapi kurang cocok bila dilakukan penanaman dengan campuran leguminosa, hal ini karena pertumbuhan Brachiaria humidicola cepat sekali menutup tanah sehingga akan menekan pertumbuhan leguminosa. Brachiaria humidicola dapat tumbuh dengan baik apabila di tanam di bawah pohon kelapa untuk mendukung produktivitas peternakan rakyat. Kapasitas produksinya dapat mencapai 20 ton/ha (Jayadi, 1991).
Komposisi zat makanan rumput Brachiaria humidicola muda berdasarkan persentase dari bahan kering mengandung protein kasar (PK) 5,1%; serat kasar (SK) 37,4%; abu 9,8% dan BETN sebesar 46,1%, sedangkan yang sudah berbunga atau dewasa mengandung protein kasar 7,6%; serat kasar 35,5%; abu 14,7% dan BETN sebesar 39,9% (Gohl, 1975 Dalam Skerman dan Rivers, 1990).
Rumput Signal (Brachiaria Decumbens) Rumput Signal (Brachiaria decumbens) tumbuh baik pada daerah sub
humid tropis dan dapat tumbuh pada musim kering kurang dari 6 bulan. Tumbuh baik pada jenis tanah apapun termasuk tanah berpasir atau tanah asam, seperti dilaporkan oleh Mannetje dan Jones (1992) yang melaporkan bahwa Brachiaria decumbens sangat toleran terhadap tanah-tanah yang asam dan respon terhadap pemupukan yang mengandung unsur N, P, K, walaupun tidak tahan terhadap tanah berdrainase rendah.
Cook et al (2009) menyatakan bahwa rumput Brachiaria decumbens mempunyai produksi bahan kering tinggi dengan pemupukan berat, dengan produksi sekitar 10 ton/ha/tahun dan sampai 30 ton/ha di bawah kondisi ideal.
Universitas Sumatera Utara

Produksi Brachiaria, selain dipengaruhi oleh pemupukan, juga

dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. Semakin tinggi tingkat pemotongan

produksi yang dihasilkan semakin tinggi (Siregar dan Djajanegara, 1972).

Tabel 2. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens

Spesies

PK% N% Ca% P% Mg% K% Na% KCB%

Brachiaria Decumbens

10,6

Sumber : Ciat (1983)

1,69 0,30

0,15 0,19

1,35 0,02

59,8

Brachiaria Ruziziensis

Tanaman berumpun tahunan yang merambat dengan rizoma yang pendek,

batang berongga tumbuh dari pucuk buku-buku dan daun panjang sampai 25 cm

dan lebar 15 mm serta memiliki bunga terdiri dari 3-9 tandan yang relatif panjang

(4-10 cm). Rumput ruzi adalah rumput daerah dataran rendah sampai ketinggian

2000 dpl pada daerah tropis yang basah, dengan rata-rata curah hujan minimum

1200 mm (Hare, M.D. and Chaisang Phaikew,1997). Dapat bertahan musim

kering selama 4 bulan tetapi akan mati pada kekeringan yang panjang serta tidak

tahan terhadap genangan dan tumbuh subur pada tanah berpengairan baik.

Rumput ruzi tahan naungan sedang, bisa ditanam di bawah perkebunan

kelapa, juga dapat bertahan pada penggembalaan berat dan memerlukan tingkat

pemupukan tinggi untuk bertahan pada frekuensi pemotongan tinggi. Produksi

lebih sedikit dibanding B. decumbens di Australia dan Amerika Selatan meskipun

panen dapat menghasilkan lebih dari 20 ton/ha/tahun dengan pemberian nitrogen

yang tinggi (Miles, J.W., Maass, B.L. and do Valle, C.B. (eds), 1996).

Tabel 3. Kandungan nutrisi Brachiaria ruziziensis

Spesies

PK% N% Ca% P% Mg% K% Na% KCB%

Universitas Sumatera Utara

Brachiaria Ruziziensis

11,6

Sumber : Ciat (1983)

1,86 0,31

0,16 0,20

1,80 0,02

60,7

Arachis glabarata Arachis glabarata merupakan tanaman perennial dengan rhizome yang
bercabang dan tanaman ini tumbuh tegak di atas tanah. Mempunyai dua pasang daun yang berbentuk ellips, panjangnya 6–20 mm dan lebarnya 5–14 mm. Bunga berbentuk bukat dengan diameter 10–12 mm, berwarna kuning sampai dengan orange dan panjang kelopak bunganya 6–7 mm. Polongnya kecil dengan panjang 10 mm dan tebal 5–6 mm. Mampu meningkatkan nilai nutrisi rumput pastura dan dapat bersaing dengan semua rumput pastura meskipun pertumbuhannya agak lambat (Bogdan 1977).
Arachis glabarata memiliki kemampuan pada naungan bervariasi tergantung ekotipe, misalnya CPI12121 dinilai sangat tahan naungan dan CPI29986 daya tahan naungan rendah dan biasanya dapat tumbuh pada naungan sedang. Arachis glabarata merupakan leguminosa yang memiliki kemampuan beradaptasi pada tanah yang berdrainase baik mulai dari tanah pasir sampai liat, lebih menyukai tanah masam namun dapat tumbuh baik pada tanah netral atau sedikit basa, selain itu beradaptasi baik pada daerah tropis maupun subtropis (Bowman dan Wilson, 1996). Arachis glabarata memiliki kualitas hijauan yang baik dan memiliki produksi bahan kering yang baik.
Arachis glabrata merupakan jenis leguminosa yang mempunyai prospek untuk dikembangkan karena menunjukkan adaptasi yang cukup baik pada berbagai tipe tanah dan tahan terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan,

Universitas Sumatera Utara

serta produksi berat kering 13,0 ton/ha/th dengan kandungan protein rata-rata 15,9% (Yuhaeni, 1989). Arachis sangat bermanfaat untuk campuran hay atau untuk padang pengembalaan. Di daerah iklim kering seperti Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Arachis termasuk tanaman yang tumbuh baik pada musim hujan maupun kemarau sehingga jenis tanaman ini diharapkan untuk peningkatan pastura alam (Nulik et al., 1986). Valentine et al., (1986) melaporkan bahwa penanaman campuran Arachis glabrata dengan Paspalum notatum dapat meningkatkan 100 sampai 300% produksi berat kering rumput Paspalum dibandingkan dengan penanaman rumput secara tunggal.
Chamaecrista Rotundifolia Jenis-jenis tumbuhan penutup tanah yang banyak digunakan adalah
kelompok Legume Cover Crop karena secara alami memiliki bintil-bintil pada akarnya yang memiliki fungsi sebagai penangkap nitrogen dari udara dan mensuplai kebutuhan nitrogen bagi pertumbuhan tanaman, meliputi jenis-jenis: Bermuda (Cynodon dactilon) , WF millet (Panicum miliaceum), Burgundy (Macroptilium bracteatum), Wynn cassia (Chamaecrista rotundifolia), Centrosema (Centrosema SP), Orok-Orok (C/ota/aria SP) (Bahar, 1992).
Chamaecrista rotundifolia merupakan tanaman tahunan berumur pendek, tanaman semusim yang beregenerasi sendiri tinggi sekitar 1 m. Helai daun setengah lingkaran sampai bulat lebar dengan panjang 12-38 mm, lebar 5-25 mm. Bunga 1-2 (-3) axillary, kecil kuning. Buah polong linear, panjang 20-45 mm.
Spesies pasangan rumput yang cocok ditanam dengan Chamaecrista rotundifolia antara lain Bothriochloa pertusa, Chloris gayana , Digitaria eriantha , Urochloa mosambicensis dan beberapa rumput lainnya. Spesies legume yang
Universitas Sumatera Utara

cocok ditanam adalah Stylosanthes guianensis varitas intermedia, Lotononis bainesii , Aeschynomene falcata (Jones, 1992).
Palatabilitas ternak terhadap Chamaecrista rotundifolia yaitu biasanya kurang disukai oleh ternak pada musim tumbuh dibawah curah hujan yang lebih tinggi, tetapi menjadi lebih diterima ketika rumput yang tumbuh bersama menjadi lebih tua di akhir musim. Dapat mencapai sekitar 20% dari ransum pada akhir musim gugur. Keunggulan dari legume chamaecrista rotundifolia antara lain penanaman dan penyebaran cukup cepat, kebutuhan pupuk rendah, dapat beradaptasi pada tanah asam dan produksi biji tinggi (Tarawali, 1995).
Stylosantes Guianensis Stylosanthes guianensis lebih dikenal dengan nama stylo, digunakan sebagai
tanaman penutup tanah, sebagai pupuk hijau, dan sebagai tanaman pengganti pada penanaman berpindah tapi Stylo lebih dikenal sebagai tanaman pastura. Konsentrasi nitrogennya 15–30%. Legum berumur panjang, membentuk rumpun, batang berbulu, tinggi mencapai 1.5 m dan bertekstur kasar. Stylo merupakan jenis legum yang memberikan harapan baik untuk sebagian besar daerah di Indonesia. Toleransinya terhadap jenis tanah sangat luas bahkan tanah-tanah yang miskin unsur hara, dapat hidup pada tanah yang tergenang, dari berpasir sampai dengan tanah liat, toleransi pada tanah yang memiliki kandungan Al dan Mn yang tinggi tetapi tidak pada salinitas tanah yang tinggi (Mannetje dan Jones 1992).
Stylosanthes guianensis dapat tumbuh pada pH tanah di kisaran 4,0-8,3 Stylo toleran terhadap kandungan Al dan Mn yang tinggi namun tidak pada salinitas yang tinggi. Stylo dapat memanfaatkan P pada tanah dengan kandungan P yang rendah, namun dapat dengan baik merespon pemberian P, K, S, Ca, dan Cu
Universitas Sumatera Utara

pada taraf yang rendah (FAO, 2009). Stylosanthes guianensis merupakan tanaman legum perenial, daunnya trifoliat dengan panjang 0,5-4,5 cm dan lebar 0,2-2 cm, bunganya berwarna kuning sampai orange, benihnya berwarna coklat (bervariasi dari kuning sampai agak kehitaman). stylo dapat digunakan untuk tanaman pakan pada lahan pastura (penggembalaan maupun potongan), sebagai penutup tanah (mencegah erosi), pupuk hijau, dan diolah menjadi hay atau pellet.
Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis
tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian penanaman secara campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling mempengaruhi antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode pertumbuhan tanaman dan mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih tanaman tersebut (Gardner et al., 1991). Selanjutnya dikatakan bahwa pada pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama pertumbuhannya. Beberapa syarat perlu diperhatikan sebagai tanaman campuran, yaitu dapat menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies yang permanen, tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga.
Pembuatan padang rumput campuran dapat dilakukan dengan menyebar biji rumput yang dicampur dengan biji leguminosa (Mc Ilroy, 1976) atau seperti yang dinyatakan oleh Kismono (1979) dengan menyisipkan jenis leguminosa unggul yang disesuaikan dengan daerah setempat, atau dengan cara lain yaitu pertanaman campuran dengan pola lajur yang mempunyai potensi untuk memanipulasi imbangan rumput-leguminosa dalam hijauan dan memberikan cara untuk pasokan pupuk nitrogen optimal terhadap rumput, tanpa melepaskan
Universitas Sumatera Utara

sumbangan fiksasi nitrogen dari leguminosa. Chrowder dan Chheda (1982) juga mengatakan bahwa leguminosa akan meningkatkan penyediaan protein bagi penggembalaan dan menyediakan nitrogen untuk pertumbuhan rumput.
Menurut Sanchez (1993) bahwa peranan legum pada pertanaman campuran legum-rumput adalah untuk memberikan tambahan nitrogen kepada rumput dan memperbaiki kandungan hara secara menyeluruh pada padang pengembalaan, terutama protein, fosfor, dan kalsium. Kecocokan antara spesies rumput dan legum dikaitkan dengan tumbuh dan menyesuaikan diri yang serupa antara kedua spesies itu terhadap pola iklim, kelengasan tanah, dan kesuburan tanah yang khas. Spesies rumput yang tumbuh dan menutup tanah dengan lapisan yang tebal dan pertumbuhannya diatur dengan pengelolaan misalnya Brachiaria decumbens cocok hidup bersama dengan legum yang rendah atau menjalar.
Penanaman campuran antara leguminosa dengan rumput memberikan produksi bahan kering dan kualitas rumput yang lebih baik dibanding penanaman rumput secara tunggal (murni) (Bahar et al., 1992). Bila dibandingkan dengan pertanaman tunggal maka pada pertanaman campuran dapat meningkatkan kandungan protein sebagaimana diperlihatkan pada tanaman campuran antara rumput P.Maximum dengan Neonaotonia wightii dan Macroptilium atropurpureum Smitt (1977). Lebih lanjut Manidool (1974) menyatakan bahwa spesies rumput yang kandungan proteinnya rendah dapat diupayakan agar lebih tinggi melalui pertanaman campuran dengan legum.
Kapasitas Tampung Ternak Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk
menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang
Universitas Sumatera Utara

digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang (Subagio dan Kusmartono, 1988). Dengan demikian kapasitas tampung tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi tanah, pemupukan, faktor klimat, spesies hijauan, serta jenis ternak/satwa yang digembalakan atau terdapat di suatu padangan. Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan hijauan.
Taksiran daya tampung menurut Halls et al., (1964) didasarkan pada jumlah hijauan tersedia. Jumlah hijauan yang tersedia ini tidak terlepas hubungan dengan defoliasi, aspek lain dalam hal ini adalah hubungan antara tekanan penggembalaan terhadap produksi ternak. Pengertian tentang tekanan penggembalaan optimum penting artinya dalam pengelolaan padang penggembalaan, karena tekanan penggembalaan optimum dalam hal ini sesuai dengan daya tampung padang rumput bersangkutan.
Menurut Susetyo (1980), yang disitasi oleh Wiryasasmita (1985) bahwa, kapasitas tampung adalah angka yang menunjukan satuan ternak yang dapat digembalakan di luasan tanah pangonan tertentu, selama waktu tertentu, dengan tidak mengakibatkan kerusakan baik terhadap tanah, vegetasi maupun ternaknya. Dengan demikian kapasitas tampung tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi tanah, pemupukan, faktor klimat, spesies hijauan, serta jenis ternak yang digembalakan atau terdapat di suatu padangan.
Universitas Sumatera Utara

Menurut Reksohadiprodjo (1985), yang disitasi oleh Kencana (2000), kapasitas tampung (Carrying Capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar. Departemen Pertanian (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa, kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan kebun hijauan makanan ternak untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST) per hektar.
Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas padang penggembalaan. Tekanan penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan dalam keadaan optimum atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan (Susetyo, 1980).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Universitas Sumatera Utara

Menurut Reksohadiprodjo (1985), yang disitasi oleh Kencana (2000), kapasitas tampung (Carrying Capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar. Departemen Pertanian (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa, kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan kebun hijauan makanan ternak untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST) per hektar.
Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas padang penggembalaan. Tekanan penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan dalam keadaan optimum atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan (Susetyo, 1980).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan petani di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari Bulan Juni sampai Desember 2012.
Bahan Pastura campuran yang terdiri dari Bracgiaria humidicola, Brachiaria
decumbens, Brachiaria ruziziensis, Arachis glabarata, Chamaecrista rotundifolia, Stylosanthes guianensis. Lahan yang terdiri dari 64 plot, dimana seti