digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan
a. Sanksi pembunuhan sengaja Pelaku pembunuhan sengaja, pihak keluarga korban dapat
memutuskan salah satu dari tiga pilihan, yaitu :
30
1 Kisas, yaitu hukuman pembalasan setimpal dengan penderitaan korban.
2 Diat, yaitu pembunuh harus membayar denda sejumlah 100 ekor unta, atau 200 ekor sapi atau 1.000 ekor kambing, atau bentuk
lain seperti uang senilai harganya. Diat tersebut diserahkan kepada pihak keluarga korban.
3 Pihak keluarga memaafkannya apakah harus dengan syarat atau tanpa syarat.
b. Sanksi pembunuhan semi sengaja Hukuman pokok pada pembunuhan sengaja adalah diat dan
kafarat, sedangkan hukuman penggantinya adalah puasa dan takzir dan hukuman tambahannya adalah terhalangnya menerima warisan
dan wasiat.
31
Adapun jenis – jenis diat untuk pembunuhan semi sengaja
sama dengan jenis diat dam pembunuhan sengaja, yaitu menurut Imam syafi’i adalah unta, menurut Imam Abu Hanifah dan Imam
29
H.A. Djazulli,
Fikih Jinayah
.....,134 – 135.
30
Prof.Dr. Zainuddin Ali, M.A
, Hukum Pidana Islam
Jakarta: Sinar Grafika,2009, 35.
31
H.A. Djazulli,
Fikih Jinayah
...., 145.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Malik adalah unta, emas, dan perak, sebagaimana dijelaskan di depan.
Adapun waktu pembayaran diat pembunuhan semi sengaja adalah tiga tahun sejak meninggalnya korban menur
ut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah adalah
mulai jatuh vonis atas pembunuhan. Kafarat merupakan hukuman pokok dalam pembunuhan semi sengaja.
c. Sanksi pembunuhan kesalahan Hukuman pokok dalam pembunuhan kesalahan adalah diat dan
kafarat. Hukuman penggantinya adalah puasa dan takzir dan hukuman tambahannya adalah hilangnya hak waris dan hak
mendapat wasiat.
32
B. Pembelaan Terpaksa Yang Melampaui Batas Menurut Hukum Pidana Islam 1. Pengertian daf’u al-sail menolak penyerang atau pembelaan diri
Menurut istilah yang dinamakan daf
’u al-sail menolak penyerang atau pembelaan diri adalah kewajiban manusia untuk menjaga dirinya
atau jiwa orang lain, atau hak manusia untuk mempertahankan hartanya atau harta orang lain dari kekuatan yang lazim dari setiap pelanggaran
dan penyerangan yang tidak sah. Penyerangan khusus baik yang bersifat wajib maupun hak bertujuan untuk menolak serangan, bukan sebagai
hukuman atas serangan tersebut sebab pembelaan tersebut tidak membuat
32
H.A. Djazulli,
Fikih Jinayah
,... 146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
penjatuhan hukuman atas penyerang menjadi tertolak.
33
Dasar pembelaan diri dan menolak penyerangan, berdasarkan firman Allah SWT :
َ كَي مع مدمتَعآ ام ِلُثِ ِب ِهَي معُلو دمتَع ف َ كي مع مدمتَعآ ِ م ف
“Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terha
dapmu.”
34
Para fuqaha telah sepakat berpendapat bahwa membela diri adalah suatu jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang
lain dari serangan terhadap jiwa, kehormatan dan harta benda. Tetapi berbeda atas hukumnya, apakah merupakan suatu kewajiban atau hak.
Jadi, konsekuensinya apabila membela diri merupakan suatu hak, maka seseorang boleh memilih antara meninggalkan dan mengerjakannya,
tetapi tidak berdosa dalam memilih salah satunya. Sebaliknya apabila dikatakan kewajiban maka seseorang tidak memiliki hak pilih dan
berdosa ketika meninggalkannya.
35
Berkenaan dengan pembelaan terpaksa, dalam kaidah-kaidah fikih dijelaskan, yaitu :
حَيب ت تلمرَو كضل ِتلمرَ ظَحم ُلل
Artinya: “Kemudaratan-kemudaratan itu dapat memperbolehkan
keharaman”.
36
33
Abdul Qadir Audah,
Al- Tasyri’ al-Jinay al-Islamy
...., 138.
34
Departemen Agama R I,
Al- Qur’an dan Terjemahnya
Bandung: Syaamil Quran, 2010, 30.
35
Ahmad Hanafi,
Asas-asas Hukum Pidana
Jakarta: Bulan Bintang, 1993. 211.
36
Drs. H. Muchlis Usman, MA,
Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, pedoman dasar dalam istinbath hukum Islam
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, 133.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
QS Al Baqarah ayat 173 :
مو ٍ امبمكَي غ ك طَضل ِ م ف ِِهَي مع م ُثِْ ا فا اع ا
Artinya: Maka barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya serta tidak melampaui batas maka
tidak dosa baginya.
37
Menilik ayat di atas, tidak semua keterpaksaan itu membolehkan yang haram, namun keterpaksaan itu dibatasi dengan keterpaksaan yang
benar-benar tidak ada jalan lain kecuali hanya melakukan itu, dalam kondisi ini maka semua yang haram dapat diperbolehkan memakainya.
Imam Malik, Al-Syafi‟i dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa jika seseorang diserang oleh anak-anak, orang gila dan hewan
maka harus membela diri. Jadi, jika korban tidak memiliki cara lain untuk membela diri dari serangan mereka kecuali dengan membunuh, dan tidak
bertanggung jawab baik secara pidana maupun perdata sebab korban hanya menunaikan kewajibannya untuk menolak serangan terhadap
jiwanya.
38
Ulama yang mengatakan ditegakkannya pembelaan diri menimbulkan kematian atau mendekati kematian. Dengan kata lain,
pengertian tersebut mengarah dalam segala keadaan bahwa manusia berkewajiban untuk membela dirinya dan orang lain dari segala serangan
terhadap jiwa. Termasuk hak dan kewajiban manusia untuk menjaga harta
37
Departemen Agama R I,
Al- Qur’an dan Terjemahnya
Bandung: Syaamil Quran, 2010,26.
38
Marsum, Jinayat :
Hukum Pidana Islam
Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum UII, 1989, 168.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pribadinya dan harta orang lain dari semua serangan yang ditujukan terhadap harta, baik bersifat pidana maupun bukan.
39
2. Syarat-Syarat Pembelaan Terpaksa Menurut Hukum Pidana Islam
a. Adanya serangan atau tindakan melawan hukum Perbuatan yang menimpa orang yang diserang haruslah perbuatan
yang melawan hukum. Apabila perbuatan tersebut bukan perbuatan yang melawan hukum, maka pembelaan atau penolakan tidak boleh
dilakukan. Jadi, pemakaian hak atau menunaikan kewajiban baik oleh individu maupun penguasa, atau tindakan yang diperbolehkan
oleh syara ’ tidak disebut sebagai serangan, seperti pemukulan oleh
orang tua terhadap anaknya sebagai tindakan pengajaran atau pendidikan atau algojo yang melaksanakan tangan terhadap
terhukum sebagai pelaksanaan tugas.
40
Menurut Imam Malik, Imam Syafi ’i dan Imam Ahmad
penyerangan tidak perlu harus berupa perbuatan jarimah yang
diancam dengan hukuman, cukup dengan perbuatan yang tidak sah tidak benar. Demikian pula kecakapan pembuat tidak diperlukan
dan oleh karenanya serangan orang gila dan anak kecil dapat dilawan. Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya, serangan
harus berupa jarimah yang diancam dengan hukuman dan dilakukan
oleh orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban pidana. Jadi,
39
Ahmad Hanafi,
Asas-asas Hukum
. . . , 213.
40
Abdul Qodir ‘Audah, Al-Tasyri’i Al-Jina’i . . ., 479 – 480.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
apabila perbuatan serangan bukan jarimah yang diancam dengan
hukuman, melainkan hanya perbuatan yang tidak sah atau pelakunya tidak memiliki kecakapan maka orang yang diserang itu hanya
berada dalam keadaan terpaksa. Imam Abu Yusuf berbeda dengan gurunya Imam Abu Hanifah yaitu perbuatan diisyaratkan harus
berupa jarimah yang diancam dengan hukuman tetapi pelakunya
tidak perlu harus orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban pidana.
41
Pembelaan diri hanya terdapat pada orang yang diserang, bukan yang menyerang. Tetapi jika melebihi batas dalam melakukan
pembelaan dirinya, kemudian orang yang pada mulanya sebagai penyerang mengadakan pembelaan diri juga, karena balasan serangan
dari orang yang diserang semula sudah melampaui batas maka tindakan itu dapat dibenarkan.
42
b. Penyerangan harus terjadi seketika Apabila tidak ada penyerangan seketika, maka perbuatan orang yang
baru akan diserang saja merupakan perbuatan yang berlawanan dengan hukum. Pembelaan baru boleh diperbolehkan apabila benar-
benar telah terjadi serangan atau diduga kuat akan terjadi. Apabila terjadi serangan yang masih ditunda seperti ancaman dan belum
terjadi bahaya maka tidak diperlukan pembelaan. Tetapi jika
41
Ibid., 480.
42
Ahmad Wardi Muslich,
Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam : FiqihJinayah
Jakarta: Sinar Grafika, 2006, 90.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ancaman sudah dianggap sebagai bahaya maka penolakannya harus dengan cara yang seimbang, antara lain seperti berlindung atau
melaporkan adanya ancaman kepada pihak yang berwenang.
43
c. Tidak ada jalan lain untuk mengelak serangan
Apabila masih ada cara lain untuk menolak serangan maka cara tersebut harus digunakan. Jadi, jika seseorang masih bisa menolak
serangan dengan teriakan-teriakan, maka tidak perlu menggunakan senjata tajam untuk melukai atau bahkan senjata api yang dapat
membunuh orang yang menyerang. Apabila perbuatan tersebut telah dilakukan padahal tidak diperlukan maka perbuatan tersebut
dianggap sebagai serangan dan termasuk jarimah. Para fuqaha berbeda pendapat tentang lari sebagai cara untuk menghindari
serangan. Sebagaian fuqaha menyatakan bahwa lari bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk menghindari serangan, karena itu
dianggap sebagai salah satu cara yang paling mudah, tetapi menurut sebagian fuqaha yang lain, lari bukan merupakan jalan untuk
membela diri.
44
d. Penolakan serangan hanya boleh dengan kekuatan seperlunya Apabila penolakan tersebut melebihi batas yang diperlukan, hal itu
bukan lagi disebut pembelaan melainkan penyerangan. Dengan demikian, orang yang diserang selamanya harus memakai cara
43
Ibid., 91.
44
Marsum, Jinayat,
Hukum
. . . , 168.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pembelaan yang seringan mungkin, dan selama hal itu masih bisa dilakukan maka tidak boleh dilakukan cara yang lebih berat.
45
Antara serangan dengan pembelaan terdapat hubungan yang sangat erat, karena pembelaan timbul dari serangan. Dalam
perampasan harta, pembelaan belum berarti selesai dengan larinya penyerang yang membawa harta rampasannya. Dalam hal ini, orang
yang diserang harus berupaya mencari dan menyelidikinya sampai berhasil mengembalikan harta yang dirampas oleh penyerang,
dengan menggunakan kekuatan yang diperlukan bahkan bila diperlukan maka boleh membunuhnya.
46
3. Pembelaan Diri Melampaui Batas yang Diperbolehkan
Seseorang melakukan pembelaan diri dengan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang diperlukan, maka harus bertanggungjawab atas
tindakannya itu. Sebagai berikut :
47
a. Jika serangan dapat ditolak dengan mengancam si penyerang, namun orang yang diserang itu memukul si penyerang maka harus
tanggungjawab atas pemukulan tersebut. b. Jika serangan dapat ditolak dengan pukulan tangan namun orang
yang diserang melukai si penyerang maka harus bertanggungjawab atas pelukaan itu.
45
Ahmad Wardi Muslich,
Pengantar dan Asas Hukum
. . ., 91.
46
Ibid., 93.
47
Abdul Qodir ‘Audah,
Al- Tasyri’i Al-Jina’i
. . ., 151.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c. Jika serangan dapat ditolak dengan pelukaan, tapi orang yang diserang itu membunuh, maka harus bertanggung jawab atas
pembunuhan itu. d. Jika si penyerang melarikan diri dan orang yang diserang mengejar
lalu melukainya maka harus bertanggungjawab atas pelukaan itu. e. Jika perlawanan penyerang dapat dilumpuhkan, namun orang yang
diserang memotong tangan atau kakinya atau membunuhnya maka harus bertanggungjawab atas tindakannya itu.
Pada dasarnya pembelaan diri hukumnya mubah dibolehkan dan tidak ada hukumannya namun jika sampai melewati batasnya dan
mengenai orang lain dengan tersalah maka perbuatannya bukan mubah lagi melainkan kekeliruan dan kelalaian si pembela diri. Contohnya:
apabila seseorang bermaksud memukul si penyerang tetapi dia tersalah karena mengenai orang lain sehingga melukai atau bahkan
membunuhnya, si pembela diri harus bertanggung jawab atas pelukaan atau pembunuhan tersalah tersebut meskipun bermaksud dengan sengaja
melakukan pembelaan diri. Hal ini disamakan dengan berburu binatang tapi tersalah sehingga mengenai orang lain. Berburu itu adalah
perbuatan yang diperbolehkan tapi pemburu tetap bertanggungjawab atas penembakan tersalah yang mengenai manusia tersebut.
48
48
Abdul Qodir ‘Audah,
Al- Tasyri’i Al-Jina’i
. . ., 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Sumber dan Hukum Tindakan Pembelaan Umum
Adapun sumber hukum pembelaan umum, atau amar ma’ruf dan
nahi munkar ialah ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis Nabi SAW diantara ayat-ayat Alquran tersebut ialah :
ُللمو ِ ُثْإل ى مع لَ مو اممت امو م ُقتللمو ِكِبُلل ى مع لَ مو اممت مو ِ لمو َد
Artinya : Dan bertolong-tolonglah kamu atas kebaikan dan takwa, dan janganlah bertolong-tolongan atas dosa dan aniaya. Al-
Maidah,2.
49
Dari hadits ialah hadits riwayat A bu sa’id Al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran keonaran,
kemudian ia dapat mengubahnya dengan tangannya, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Kalau tidak dapat dengan tangan, maka
hendaklah dengan lisannya mulut. Kalau tidak dapat maka dengan hatinya, dan ini adalah iman selemah-lemahnya.
50
Di kalangan fuqaha sudah disepakati bahwa pembelaan umum atau
amar ma’ruf nahi mungkar adalah suatu kewajiban yang tidak boleh di tinggalkan. Pembelaan umum tersebut diadakan dengan maksud agar
masyarakat berdiri di atas kebajikan dan supaya anggota-anggotanya
49
Departemen Agama R I,
Al- Qur’an danTerjemahnya
Bandung: Syaamil Quran, 2010, 106.
50
Ibnu Rajab,
Terjemah Hadis Arbain Imam An-Nawawi
Jogjakarta: Menara Kudus Jogja, 2003, 89.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ditumbuhkan atas keutamaan dan dengan demikian maka angka-angka jarimah dan penyelewengan akan menjadi berkurang.
51
Menyuruh kebaikan
amar ma
’
ruf
bisa berupa perkataan seperti ajakan untuk membantu korban gempa atau dapat berupa perbuatan
seperti pemberian contoh hal yang baik kepada orang lain. Bisa juga gabungan antara perbuatan dan ucapan seperti mengajak untuk
mengeluarkan zakat sekaligus mengeluarkannya. Sedangkan melarang kemungkaran
nahi munkar
bisa berupa perkataan seperti melarang orang lain minum-minuman keras. Dengan demikian, menyuruh kebaikan
adalah menganjurkan untuk mengerjakan atau mengucapkan apa yang seharusnya. Sedangkan melarang keburukan adalah membujuk orang lain
agar meninggalkan apa yang sebaiknya ditinggalkan.
52
Hukum pembelaan umum adalah wajib, tetapi dalam pelaksanaanya diperlukan syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan
orang yang melaksanakannya. Syarat tersebut ada yang berkaitan dengan tabiat sifat kewajiban dan ada pula yang berkaitan dengan prinsip dasar
syariat, yaitu dewasa dan berakal sehat mukalaf, beriman, adanya
kesanggupan, adil dan izin persetujuan.
53
51
Ahmad Hanafi, M.A,
Asas-Asas Hukum Pidana Islam
Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990,219.
52
Ahmad Wardi Muslich,
Pengantar dan Asas Hukum
. . ., 95.
53
Ibid ., 220-221.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
BAB III PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI JANTHO NOMOR 201Pid.B2013PN.JTH TENTANG PIDANA PEMBUNUHAN
A.
Sekilas Pengadilan Negeri Jantho Pengadilan Negeri Jantho terletak di Jalan.T. Bakhtiar P. Polem,
SH, Kota Jantho Kab Aceh Besar. Pengadilan Negeri Jantho termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tinggi Banda Aceh.
Wilayah hukum Pengadilan Negeri Jantho meliputi seluruh daerah di Kabupaten Aceh Besar yang memiliki 23 kecamatan, meliputi
Kecamatan Baitusslam, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Darussalam, Kecamatan
Indrpuri, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Kuta Cot Glie,
Kecamatan Kuta Malaka, Kecamatan Lembah Seulawah, Kecamatan Leupung, Kecamatan Lhoong, Kecamatan Masjid Raya, Kecamatan
Montasik, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Pulo Aceh, Kecamatan Seulimeum, Kecamatan Simpang Tiga dan Kecamatan Suka Makmur.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B.
Deskripsi Kasus Tentang Pidana Pembunuhan Dalam Putusan Nomor 201Pid.B2013PN.JTH
Dalam skripsi ini akan dijelaskan bagaimana terungkapnya terdakwa melakukan pidana pembunuhan dan bagaimana cara membela
diri dalam kasus ini. Isi pokok dalam kasus ini adalah : Bahwa terdakwa Muhammad Jabar Bin alm Mahmud Pada hari
Selasa tanggal 09 Juli 2013 sekitar pukul 17.00 wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain, dalam bulan Juli Tahun 2013 bertempat di Desa Lamcot
Kec. Darul Imarah Kab.Aceh Besar, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jantho,
dengan merampas nyawa orang lain dengan cara sebagai berikut : Pada hari selasa tanggal 09 juli 2013 sekira pukul 17.00 wib di
Desa Lamcot Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar, pada awalnya terdakwa mengendarai sepeda motor yang tujuannya untuk mengambil
obeng di rumah terdakwa, kemudian pada saat sampai di persimpangan Lr Tgk Hamid Desa Lamcot Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar terdakwa
melihat ada kerbau milik korban Muzakir lalu terdakwa berpikir kalau ada kerbau pasti ada korban Muzakir dan kemudian terdakwa langsung
berhenti lalu pada saat terdakwa berhenti keluar dari belakang kedai kopi korban muzakir sambil menenteng sebilah parang, lalu pada saat itu juga
terdakwa berniat akan pergi dengan memutarkan sepeda motor yang di kendarai terdakwa di karenakan korban muzakir sudah dekat dan
terdakwa tidak sempat pergi kemudian terdakwa langsung turun dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sepeda motor terdakwa lalu mendatangi korban sambil membuka helm dan pada saat itu korban mengatakan “ MATI KAU NI HARI “ lalu
korban langsung membacok kepala korban dengan parang sebanyak satu kali lalu pada saat korban membacok sekali lagi pada saat itu juga
terdakwa menangkis dengan tangan kiri terdakwa lalu pada saat itu juga terdakwa mengayunkan helm terdakwa yang dipegang ke arah parang
yang di pegang oleh korban sehingga parang yang dipegang oleh korban terjatuh kemudian parang tersebut terjatuh dan terdakwa mengambil
parang tersebut dan langsung mengayunkan parang tersebut ke bahagian leher sebelah kiri korban dan mengenai leher korban sampai korban
terjatuh terdakwa berupaya untuk melarikan diri dengan menggunakan sepeda motor milik terdakwa sendiri.
Fakta – fakta yang terungkap dalam pemeriksaan dipersidangan
secara berturut – turut berupa, Keterangan saksi – saksi :
1. Saksi Nurdin Bin M. Mahadi adalah abang korban dan berikut keterangan saksi :
a. Saksi mengetahui ada permasalahan antara korban dan terdakwa yaitu isteri saksi Aji Ibrahim Bin Ibrahim yang
bernama Nurlina selingkuh dengan terdakwa dan terdakwa melarikan isteri saksi Aji Ibrahim Bin Ibrahim ke medan lalu
menikah di sana. Bahwa perselingkuhan antara terdakwa dan isteri saksi Aji Ibrahim Bin Ibrahim diketahui saksi Aji
Ibrahim Bin Ibrahim ketika korban pulang ke rumah dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
melihat terdakwa dan isteri saksi Aji Ibrahim Bin Ibrahim sedang berhubungan badan di dapur rumah saksi Aji Ibrahim
Bin Ibrahim pada malam hari. b. Bahwa korban saat ini telah meninggal dunia akibat dibacok
oleh terdakwa, saksi juga mengetahui bahwa sebelum kejadian ini telah terjadi perkelahian. Saat saksi tiba di tempat kejadian,
terdakwa tidak ada di sana, serta mengetahui bahwa parang yang berada disana adalah milik korban dan kejadian sekitar
pukul 16.00 WIB. Saksi juga mengetahui bahwa terdakwa yang membacok korban.
2. Saksi Muhammad Yahya Bin alm Usman, pada pokoknya menerangkan, Saksi mengetahui bahwa terdakwa pernah
mengganggu istri saksi Aji Ibrahim dan mengetahui korban sangat marah dan mengejar terdakwa. Saksi juga ikut memandikan
korban dan melihat bekas bacokan di leher korban. 3. Saksi Bunawar Bin alm Arafat, menerangkan bahwa mengetahui
koban sudah ada dendam pada terdakwa karena melarikan istri Aji selama 2 tahun. Pada saat saksi tiba di tempat kejadian korban
sudah berdarah dan meninggal. 4. Saksi Aji Ibrahim Bin alm Ibrahim, pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut: a. Saksi adalah adik kandung korban dan suami perempuan yang
bernama Nurlina pada saat terdakwa melarikannya ke Medan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pada hari dan tanggal yang tidak saksi ingat lagi, saksi pulang ke rumah untuk mengambil air dan Kartu Keluarga yang
disimpan di rumah. Setibanya di rumah saksi langsung masuk dan menuju dapur. Ketika itu lampu dapur dalam keadaan
mati. Saat lampu telah menyala saksi melihat celana perempuan yang ternyata celana isteri saksi dan celana
terdakwa. b. Atas kejadian tersebut saksi ada melapor ke pihak kepolisian,
karena pada saat itu antara saksi dan isteri saksi masih berstatus suami isteri sedangkan terdakwa masih bujangan.
c. Bahwa saksi tidak melihat kejadiannya. Saksi mengetahui kejadian tersebut setelah diberitahukan oleh keluarga melalui
handphone. Ketika saksi tiba di tempat kejadian korban sudah meninggal dunia
d. Bahwa di tempat kejadian ditemukan sebuah helm milik terdakwa dan sebilah parang tetapi bukan milik korban tetapi
milik pak ciknya. Bahwa antara keluarga terdakwa dan keluarga korban tidak ada perdamaian.
5. Saksi Siti Rahmah Binti alm Muhammad Amin, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
a. Saksi mengetahui tentang adanya perkelahian antara terdakwa dan korban. Ketika itu saksi hendak pergi ke rumah saudara,
saat saksi sedang mengendarai sepeda motor di jalan di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
samping toko dan melihat terdakwa dan korban sedang berkelahi di belakang toko, perkelahian tersebut kira
– kira sekitar 5 menit
b. Pada saat itu juga saksi berhenti dan melihat ditangan keduanya masing-masing memegang parang, tetapi saksi tidak
dapat memastikan apakah parang yang dipegang keduanya sama atau tidak. Yang pasti keduanya memegang parang;
c. Saksi melihat keduanya terjatuh ke tanah dan mengeluarkan darah, kemudian saksi menutup mata, pada saat membuka
mata saksi melihat korban sudah tertidur dan terdakwa sudah tidak ada lagi di tempat kejadian.
d. Setibanya di tempat kejadian saksi melihat terdakwa turun dari sepeda motor merk Honda Shogun milik adik terdakwa
dan helm berwarna putih bergambar, korban lebih dahulu mendekati terdakwa dengan berjalan terburu-buru sambil
membawa dan mengacungkan parang, terdakwa turun dari sepeda motor dan berjalan juga mendekati korban.
e. Bahwa yang pertama kali mengayunkan parang adalah korban sebanyak beberapa kali, yang pertama kali jatuh adalah
terdakwa karena terkena parang di kepalanya. Terdakwa juga menangkis dengan menggunakan jaket.
6. Saksi Yusran Mahmud Bin alm Mahmud, menerangkan 2 hari sebelum kejadian korban pernah merusak motor milik terdakwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dengan cara memotong – motong ban sepeda motor. Saksi juga
mengetahui bahwa keluarga terdakwa pernah berusaha untuk melakukan perdamaian tetapi keluarga korban tidak mau
berdamai. Terdakwa ditangkap pada malam hari itu juga dan setelah 5 hari baru dilakukan penahanan.
7. Saksi Khaira Binti Mahmud, adalah kakak terdakwa dan menerangkan sebagai berikut :
a. Pada saat kejadian sekitar pukul 17.30 Wib hari dan tanggal tidak saksi ingat lagi, terdakwa pulang ke rumah saksi dalam
keadaan lemas dan terluka di bagian kepala dan berdarah. Kemudian adik ipar saksi mengantarkan terdakwa ke rumah
sakit, terdakwa mengatakan bahwa terdakwa berkelahi dan menyuruh membawa ke rumah di Indrapuri karena takut
dikejar oleh keluarga korban. b. Saksi melihat terdakwa terluka di tangan dan di kepala,
terdakwa dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan mobil bak terbuka, selanjutnya terdakwa dibawa ke rumah sakit
Zainal abidin karena rumah sakit Indrapuri tidak sanggup merawatnya.Terhadap
keterangan saksi,
Terdakwa menyatakan tidak keberatan.
8. Saksi Zarnuji Indonesia alm Mahmud, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut bahwa saksi adalah adik kandung
terdakwa. Pada hari Senin tanggal 9 Juli 2013 terdakwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menggunakan sepeda motor milik saksi tanpa meminta izin saksi. Terdakwa langsung mengambil kunci sepeda motor dan pergi dari
rumah. Saksi mengetahui tentang kejadian pembacokan korban dari orang kampung.
C.
Dasar Hukum Hakim Pengadilan Negeri Jantho Dalam Putusan Nomor 201Pid.B2013PN.JTH
Berdasarkan uraian kasus tersebut di atas, maka landasan hukum yang dipakai oleh hakim Pengadilan Negeri Jantho dalam menyelesaikan
perkara tersebut sebagai berikut : 1. Pasal 338 KUHP Dakwaan Primer
Pasal 338 KUHP tersebut berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana penganiayaan
yang menyebabkan kematian, karena sulitnya untuk mengukur unsur subjektif ini maka dalam praktek peradilan ukurannya dapat
menggunakan berbagai teori, misalnya : tentang cara, alat yang digunakan, sasarannya dan lain sebagainya.
Bahwa dalam perkara ini apakah perbuatan itu disengaja tentu yang lebih mengetahui adalah terdakwa sendiri karena itu menyangkut
niat yang ada dalam hati seseorang, namun dari beberapa teori tentang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sengaja tersebut diatas dapat juga diketahui apakah perbuatan itu masuk kepada kesengajaan.
2. Pasal 351 ayat 3 KUHP Dakwaan Subsidair Pasal 351 ayat 3 KUHP berbunyi : “1 Penganiayaan diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana dendapaling banyak empat ribu lima ratus rupiah 2 Jika perbuatan
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara palinglama lima tahun. 3 Jika mengakibatkan mati, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”. Bahwa menurut Yurisprudensi, pengertian penganiayaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 351 ayat 1 KUHP yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak penderitaan, rasa sakit pijn atau
luka R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP serta komentar- komentarnya lengkap pasal demi pasal, Politeia-Bogor 1995,
hal.245. Bahwa apa yang diuraikan dalam unsur ketiga ini pada dasarnya
bersifat alternatif, sehingga tidak harus kesemuanya dipenuhi, cukuplah bila salah satu terpenuhi, maka unsur ini dianggap terpenuhi.
Bahwa korban langsung membacok kepala terdakwa dengan parang sebanyak satu kali lalu pada saat korban membacok sekali lagi
pada saat itu juga terdakwa menangkis dengan tangan kiri terdakwa lalu pada saat itu juga terdakwa mengayunkan helm terdakwa yang dipegang
ke arah parang yang di pegang oleh korban sehingga parang yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dipegang oleh korban terjatuh kemudian terdakwa mengambil parang tersebut dan langsung mengayunkan parang tersebut ke bahagian leher
sebelah kiri korban dan mengenai leher korban sampai korban terjatuh lalu terdakwa melarikan diri dengan menggunakan sepeda motor milik
terdakwa sendiri. Sebagaimana hasil Visum et Repertum No Ver : 831VERSK-04KFM?VII2013 tanggal 09 Juli 2013 dari Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.H. Taufik Suryadi, Sp.F Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan
tersebut diatas, menurut Majelis Hakim unsur dengan sengaja melakukan penganiayaan yang menjadikan matinya orang telah terbukti.
Bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal -hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai
alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mem pertanggungjawabkan perbuatannya.
Bahwa dengan telah terpenuhinya unsur dalam Dakwaan subsidair pasal 351 ayat 3 KUHP Penuntut Umum, maka terdakwa haruslah
dinyatakan bersalah telah melakukan tindak pidana Penganiayaan yang menyebabkan mati.
54
54
Data ditulis berdasarkan berkas putusan perkara No.201Pid.B2013PnJth tentang Pembunhan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
D.
Amar Putusan Pengadilan Negeri Jantho Dalam Putusan Nomor 201Pid.B2013PN.JTH
Adapun isi Putusan Pengadilan Negeri Jantho tentang tindak pidana Pembunuhan sebagaimana dalam Putusan Pengadilan Negeri
Jantho, adalah sebagai berikut :
55
Setelah mendengar tuntutan jaksa penuntut umum yang menyatakan bahwa perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melanggar pasal 338 Dengan adanya unsur-unsur, keterangan para saksi-saksi, keterangan terdakwa, barang-barang bukti
serta perilaku terdakwa di dalam persidangan, KUHP, dan menuntut pidana penjara selama 10 tahun dikurangi selama terdakwa dalam tahanan
sementara. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur dengan “sengaja menghilangkan
jiwa orang lain” telah terpenuhi menurut hukum. Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 338
KUHP telah terpenuhi, maka maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan primer. Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak
menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban
55
Data ditulis berdasarkan berkas putusan perkara No.201Pid.B2013Pn.Jth tentang pembunhan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Menimbang, bahwa sebagaimana pembelaan Penasihat Hukum terdakwa dalam pledoinya, bahwa terdakwa melakukan tindak pidana
tersebut adalah karena untuk membela diri oleh karena serangan korban terhadap terdakwa mengancam terdakwa
Memperhatikan, Pasal 338 KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan ; Dengan adanya unsur-unsur, keterangan para saksi-saksi,
keterangan terdakwa, barang-barang bukti serta perilaku terdakwa di dalam persidangan, kemudian mempertimbangkan beberapa pertimbangan
maka Pengadilan Negeri Jantho mengadili : 1. Menyatakan Terdakwa M. Jabar Bin alm Mahmud tersebut di atas,
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana
“Pembunuhan”. 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 7 tujuh tahun. 3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan.
5. Menetapkan barang bukti berupa:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. 1 satu bilah parang adalah milik korban Muzakir yang dipergunakan terdakwa untuk membacok leher korban dan 1 satu
Helai baju kaos garis-garis dan 1 satu buah Helm Merk GM warna putih Merah, terhadap barang bukti tersebut dinyatakan
dirampas untuk dimusnahkan. b. 1 satu Unit Sepeda Motor Shogun dengan Nomor Polisi BL 6858
LR adalah milik saksi Zarnuji Bin alm Mahmud yang dipinjam oleh terdakwa pada hari kejadian dan 1 satu Unit HP NEXT-G
Warna Hitam adalah milik terdakwa, maka dikembalikan kepada terdakwa M. Jabar Bin alm Mahmud.
6. Membebankan Terdakwa membayar biya perkara sejumlah Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jantho, pada hari Senin, tanggal 09 Desember
2013, oleh Mukhtar, SH., selaku Hakim Ketua, Daniel Saputra, SH. dan Fitriani, SH, masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 12 Desember 2013 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota
tersebut, dibantu oleh Junaidi, Panitera Pengganti pada PengadilanNegeri Jantho, serta dihadiri oleh Evan Munandar, SH, Penuntut Umum dan
Terdakwa didampingi Penasihat Hukumnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI JANTHO NOMOR 201Pid.B2013.PN.JTH TENTANG PEMBELAAN TERPAKSA
DALAM PIDANA PEMBUNUHAN
A. Analisis Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Putusan
Pengadilan Negeri Jantho Nomor 201Pid.B2013PN.JTH Pembelaan diri terpaksa merupakan alasan menghilangkan sifat
melanggar hukum Wederrechtelijkheid atau Onrechtmatigheid, maka
alasan menghilangkan sifat tindak pidana Strafuitsluitings-Grond juga
dikatakan alasan membenarkan atau menghalalkan perbuatan yang pada umumnya merupakan tindak pidana
Rechtvaardigings-Grond disebut Fait Justificatief.
56
Setiap putusan Pengadilan mulai dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi sampai pada Mahkamah Agung tidak luput dengan
pertimbangan - pertimbangan hukum, tidak saja karena menjadi syarat suatu putusan sebagaimana ketentuan undang-undang tetapi juga untuk
memberikan dasar kemantapan di dalam menjatuhkan putusan. Bahwa setelah melihat putusan tersebut diatas, terlihat bahwa
Pengadilan Negeri Jantho telah memilih salah satu dari tiga jenis putusan
56
Wirjono Prodjodikoro
, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia
Bandung: Eresco, 1989, 75.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang dikenal di dalam hukum acara pidana yakni : 1 Putusan Pemidanaan,2 Putusan Pembebasan, dan 3 Putusan Pelepasan.
Pengadilan Negeri Jantho menjatuhkan putusan terhadap terdakwa Muhammad Jabar. Hal ini berarti Pengadilan Negeri Jantho menilai
bahwa terdakwa terbukti bersalah atas perbuatan yang didakwakan kepadanya serta terdakwa terbukti telah melakukan tindak pidana
pembunuhan. Tetapi di dalam KUHP pasal 49 ayat 1, dikenal istilah pembelaan
terpaksa Noodweer, yang berasal dari kata Nood dan Weer. “Nood”
berarti darurat keadaan terpaksa, sedangkan “Weer” berarti pembelaan,
menolong atau melepaskan dari bahaya. Sedangkan pasal 49 ayat 2 dikenal pengertian pembelaan terpaksa melampaui batas
Noodweer Exces.
Pengertian tersebut pada dasarnya sama dengan pengertian yang dimaksud dalam ayat 1 tetapi dalam ayat 2 terdapat kata “exces” yang
berarti pelampauan batas. Jadi, terdapat perbedaan istilah dalam pengertian antara hukum pidana Islam dan KUHP. Tetapi terdapat
persamaan yang mendasar antara keduanya, yaitu objek atau sasaran yang dilindungi. Dalam KUHP maupun hukum Islam, dalam pembelaan
terpaksa, sama-sama bertujuan melindungi jiwa, kehormatan, harta benda baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Dalam KUHP tidak ditentukan atau dijelaskan pengertian maupun syarat pembelaan terpaksa, dan apakah pembelaan merupakan hak atau
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kewajiban seseorang. Tetapi oleh ahli hukum, dijelaskan secara rinci mengenai apa yang dimaksud pembelaan terpaksa ini. Karena dalam pasal
tersebut hanya disebutkan tindak dipidan a, barang siapa “yang melakukan
pembelaan terpaksa”, hal ini berarti kalimat aktif, dalam keadaan seketika itu juga terpaksa atau terdorong oleh situasi yang darurat atau mendesak,
bukan merupakan anjuran atau perintah. Terdakwa Muhammad Jabar memang terbukti dengan sengaja
telah menghilangkan nyawa orang lain yaitu Muzakir selaku korban. Namun di sisi lain motifasi terdakwa dalam melakukan pembunuhan
tersebut adalah demi melindungi diri sendiri yang mana hal ini terdawak mendapat goncangan yang hebat karena serangan dari pihak korban. Demi
melindungi jiwanya terdakwa yang pada saat itu mengalami serangan fisik dari korban.
57
Dalam hal ini tindakan terdakwa bisa jadi mengandung unsur pembelaan yang melampaui batas dikarenakan adanya unsur yang
membahayakan bagi diri sendiri. Karena pada saat itu terdakwa sedang mengenderai sepada untuk kembali ke rumah di Desa Lamcot, ketika
perjalanan terdakwa melihat kerbau korban pasti ada juga korban Muzakir. Terdakwa langsung berhenti dan keluarlah dari belakang korban
Muzakir sambil menenteng sebilah parang, pada saat itu terdakwa berniat akan memutar sepeda motor namun korban sudah dekat dan korban
Muzakir langsung membacok kepala terdakwa dengan parang sebanyak
57
Putusan Pengadilan Negeri Jantho Nomor 201Pid.B2013PN.Jth.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
satu kali lalu pada saat korban membacok sekali lagi terdakwa menangkis dengan tangan kiri dan parangnya jatuh.
Sehingga terdakwa merebut parang dan langsung mengayunkan parang tersebut kebagian leher sebelah kiri korban dang mengenai leher
korban sampai korban terjatuh lalu terdakwa melarikan diri dengan menggunakan sepeda motor, dan mengakibatkan hilangnya nyawa
korban.
58
Seharusnya disini terdakwa bisa terbebas dari unsur pidana pembunuhan karena adanya pembelaan terpaksa sesuai dengan pasal 49
KUHP. Dalam KUHP, Pertama dikenal pembelaan terpaksa yang melampaui batas, dalam hal ini terdakwa mengalami kegoncangan jiwa
yang sangat hebat. Jadi, faktor subyektifitas memegang peranan karena temperamen setiap individu berbeda-beda. Sebaiknya terhadap diri
pribadi sipelaku Noodweer Exces dimintakan keterangan ahli psikolog
atau psikiater. Persamaan pembelaan terpaksa dengan pembelaan yang
melampaui batas antara lain yaitu, pada keduanya harus ada serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum yang ditujukan pada tiga
kepentingan hukum tubuh, kehormatan kesusialaan dan harta benda, sama - sama dilakukan dalam keadaan yang terpaksa
Noodweer dalam usaha mempertahankan dan melindungi suatu kepentiangan hukum yang
terancam bahaya oleh serangan atau ancaman serangan yang melawan
58
Ibid,.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
hukum. kedua, pada keduanya, pembelaan ditujukan untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan hukum
rechsbelang diri sendiri atau kepentingan hukum orang lain.
Perbedaannya yaitu antara lain, Pertama perbuatan yang dilakukan sebagai wujud pembelaan terpaksa harus perbuatan yang seimbang
dengan bahaya atau ancaman serangan dan tidak diperbolehkan melampaui dari apa yang diperlukan dalam pembelaan. Tetapi dalam
pembelaan terpaksa melampaui batas, pilihan perbuatan tidak seimbang dengan bahaya yang ditimbulkan oleh serangan atau ancaman serangan
karena adanya keguncangan jiwa yang hebat misalnya seseorang menyerang lawannya dengan pecahan botol yang sebenarnya dapat
dilawan dengan sebatang kayu Noodweer tapi karena kegoncangan jiwa
yang hebat dilawan dengan cara menembaknya Noodweer exces, kedua
pembelaan terpaksa hanya dapat dilakukan ketika adanya ancaman atau serangan sedang berlangsung dan tidak boleh dilakukan setelah serangan
berhenti atau tidak ada lagi, tapi dalam pembelaan yang melampaui batas, perbuatan pembelaan masih boleh dilakukan sesudah serangan terhenti.
59
Ketiga, tidak dipidana dalam pembelaan terpaksa karena sifat melawan hukum pada perbuatannya, jadi merupakan alasan pembenar. Dasar
peniadaan pidana pada pembelaan terpaksa terletak pada perbuatannya. Sedangkan dalam pembelaan yang melampaui batas merupakan alasan
pemaaf karena adanya alasan penghapus kesalahan pada diri pelaku.
59
Roeslan Saleh,
Kitab Undang-undang Hukum pidana
Jakarta: Aksara Baru, 1987, 76.