REPUTASI UNDERWRITER DAN REPUTASI AUDITOR DALAM MENENTUKAN UNDERPRICING KETIKA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)

(1)

REPUTASI UNDERWRITER DAN REPUTASI AUDITOR DALAM MENENTUKAN UNDERPRICING KETIKA

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)

Oleh

F. INGGRID KRISMASARY

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan go public atau pada saat IPO (Initial Public Offering) di BEI tahun 2010-2012. Underpricing yaitu selisih positif antara harga saham dipasar sekunder dengan harga dipasar perdana.

Hasil pengujian ini dilakukan pada 60 sampel perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Ada empat variabel yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan bantuan Eviews 7, dan diperoleh hasil bahwa tidak semua variabel yang diteliti memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing secara parsial. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat underpricing adalah reputasi underwiter. Secara simultan variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing variabel reputasi underwriter yang memiliki faktor yang berpengaruh paling dominan.


(2)

i ABSTRACT

REPUTATION OF UNDERWRITER AND AUDITOR’S REPUTATION IN DETERMINING WHEN THE UNDERPRICING OF

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

(Empirical Study on Company that Go Public in 2010-2012)

By

F. INGGRID KRISMASARY

This study aims to examine the factors that influence the phenomenon of underpricing in IPO firms go public or at the time of IPO ( Initial Public Offering) on the BEI in 2010-2012. Underpricing is the positive difference between the secondary market price of the shares at the market price of prime.

The results of these tests were performed on 60 samples. Data used in this research was secondary data. There are four variables thought to affect the level

of underpricing that reputation of underwriter, auditor’s reputation, size of

company, and age of a company.

The method used in this study is multiple regression with the help of Eviews 7, and obtained results that not all the variables studied had a significant effect on the level of underpricing partially. Variables that have a significant effect on the level of underpricing is partially reputation of underwriter. Simultaneously variables reputaion of underwriter, auditor’s reputation, size of company, and age of a company. Among the factors that affect the level of underpricing the variable reputation of underwriter is the most dominant influencing factor.

Keywords: Underpricing, reputation of underwriter, auditor’s reputation, size of company, and age of a company.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Gunung Madu pada tanggal 9 Maret 1993, merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Marsono AD dan Ibu Kristiani.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) Satya Dharma Sudjana di Gunung Madu, diselesaikan tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Gunung Madu, Lampung Tengah pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Satya Dharma Sudjana Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah dan diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Kupersembahkan Karya Tulis ini

untuk:

Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa untuk kesuksesan dan cita-citaku, untuk papa ku tercinta terima kasih telah memberikan

dukungan baik secara moral dan materi memberikan nasehat dan saran serta semangat untukku, untuk mama ku tercinta terima kasih atas segala waktu yang

diberikan kasih sayang yang tiada terhingga perjuangan yang begitu hebat segalanya telah

dilakukan untukku. Inggrid Sayang Mama Papa

Keluarga besar, kekasihku dan teman-teman yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi

Dosen Pembimbing dan Penguji yang telah memberikan waktu luang, pemikiran dan arahan yang bermanfaat


(9)

MOTO

Jika engkau mengeluh dan bertanya mengapa orang sebaik dirimu selalu

dihina, ingatlah bahwa orang baik juga harus pintar. Orang baik dengan

logika kerdil akan disiksa oleh orang tidak baik yang cerdik. Be smart.

Keep your pains to yourself. Yang cerdas. Simpanlah deritamu sendiri.

Tampilah gagah dan ceria. Kekhawatiranmu dan kesedihanmu adalah

urusan pribadimu. Tugasmu adalah menjadi jiwa yang kuat dan

bermanfaat bagi dirimu, bagi keluargamu dan bagi sesama

(Mario Teguh)

Bersyukurlah dengan segala keadaan dibalik cobaan pasti ada

kebahagiaan karena sesuatu akan indah pada waktunya

(F. Inggrid Krismasary)

“Disaat orang lain baru belajar berjalan, aku harus sudah belajar berlari”


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Reputasi Underwriter dan Reputasi Auditor Dalam Menentukan Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B) di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Esa, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak atas segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini jauh dari kata sempurna mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Efendi, M.M. selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(11)

5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan, kritik, saran dan juga nasihat dalam perbaikan skripsi ini serta selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Ibu Damayanti, S.A.N., M.A.B selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing, memberikan masukan, saran, arahan, dan yang telah beresedia menyisihkan waktunya untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan.

9. Staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis (Ibu Mertayana) terima kasih telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian segala bentuk persyaratan dan administrasi.

10. Papa mamaku tercinta yang selama ini selalu menyemangati, mendoakan setiap langkahku dan kasih sayangnya yang tiada henti, serta bersusah payah mencari rezeki untuk segala kebutuhanku. Terima kasih telah memenuhi segala kebutuhanku selama ini, semuanya takkan pernah dapat ku balas.


(12)

Kalian penyemangat hidupku dan selalu memberikan yang terbaik untuk masa depan anakmu.

11. Anggara Setiawan Moan, S.E., M.M. pria yang selalu mendengarkan keluh kesahku. Terima kasih telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, nasihat, dan saran, serta selalu mendengarkan semua cerita-ceritaku, terima kasih atas waktu dan bantuannya selama ini.

15. Sahabat-sahabatku Made Ria Bintari yang tak pernah lelah menemani disaat susah dan senang, Erika Oktania yang selalu memberikan nasehat dan semangat, Yudha Lukmansyah, M. Irham, Heral Viryando Maki dan I Gede Wira Dharma terimakasih telah mendengarkan curhat-curhatku, memberikan dukungan, doa, bantuan, saran dan perhatian kepadaku. Jangan bosen komunikasi, ketemu, dan curhat-curhat ya Ratu, Ratih, Sendy, Maul, Ade, Meita, Rika, Intan, Eriza, Ena, Agnes, Herdiyani, Ega, Ajun, Nanda, Frandy dan Ahwa juga terimakasih atas dukungan, informasi, bantuan, saran dan doanya. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat. Amin 16. Sahabat sebimbinganku Bekti Pertiwi. Terimakasih atas segala bantuan,

dukungan, doa, saran dan nasihatnya maaf selalu aku ganggu waktunya. Jaga terus komunikasi dan persahabatan kita.

17. Sahabatku dari SMA, Queen Cessia Dwie Assonty, Amd.Keb (ququ) Citra Widyastuti S.E (I’a), Citra Septiyana (uu) calon dokter cantik, Destriana Rizky (yaya), Gysta Aryani (tata), Nisa Meutia Risty (oti) dan Tiara Eka Ariestantia (jae). Terima kasih atas semangat, dukungan, dan doanya selama ini dan tetap komunikasi ya.


(13)

yang lainnya (maaf tidak disebutkan satu-persatu), tetap jaga komunikasi dan juga semoga kita menjadi orang yang bermanfaat, aamiiin

19. Teman-teman seperjuanganku di Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2011, Supri, Tomi, Agung, Anas, David, Hilda, Vivi, Iyoy, Rinda, Yuki, Putri, Wilianda dan Seluruh Angkatan 2011 yang aku sayangi terima kasih atas semangat dan dukungannya. Terima kasih atas segala canda tawanya selama ini serta teman-teman selalu jaga komunikasi ya.

20. Kakak-kakak tingkatku, mba Shinta dan mba Melysa serta kak Jufri Yandes Terima kasih atas segala bantuannya. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dunia akhirat. Aamiin

21. Sahabat-sahabat KKN-ku, mba Dian, mba Dwinda, Kak Dimas, Eka, Fitri, Sarah, Nisa, Egi, Feby, dan Dina. Terima kasih atas segala bantuan, doa, canda tawa, nasihat yang tidak hanya 40 hari, tapi kita berlanjut sampai sekarang. Semoga kita akan menjadi sahabat selamanyaaa. Maaf jika selama KKN selalu minta ditemani kesana kemari.

22. Keluarga KKN Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, Pak Camat pak Henry, mbah Munipah, Mbah Munirah, Mb Mumun, dan adik-adik yang lain. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, dan doa. Semoga kita bisa berkumpul kembali.

23. Keluarga sekaligus sahabat kostan mb Lolita yang selalu mendengarkan keluh kesah selalu menemani disata sepi, galau dan kebingungan terima kasih ya


(14)

mb selalu mendukung dan memberi hiburan. Memei, Novi, Ida, dan Rini terima kasih telah menjadi saksi hidupku dikosan hheee.

24. Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama belajar di Universitas Lampung.

25. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas jasa-jasa yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Pada akhirnya penulis mengharapkan agar Skripsi ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Administrasi Bisnis.

Bandar Lampung, 27 Februari 2015 Penulis,


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LandasanTeori ... 10

1. Signalling Theory ... 10

B. Pasar Modal ... 11

C. Initial Public Offering (IPO) ... 15

D. Underpricing ... 21

E. Reputasi Underwriter ... 23

F. Reputasi Auditor ... 25

G. Ukuran Perusahaan ... 26

H. Umur Perusahaan ... 26

I. Penelitian Terdahulu ... 27

J. Kerangka pemikiran ... 31


(16)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Definisi Konseptual dan Operasional ... 41

1. Definisi Konseptual ... 41

2. Definisi Operasional ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 48

1. Model Analisis Data ... 48

2. Uji Asumsi Klasik ... 49

G. Pengujian Hipotesis ... 51

1. Interpretasi Koefisien Determinan ... 52

2. Uji Simultan (Uji F)... 53

3. Uji Parsial (Uji t) ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 55

B. Hasil Analisis Data ... 60

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 60

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 64

3. Hasil regresi Linier Berganda ... 68

4. Interpretasi Model ... 70

5. Hasil Pengujian Hipotesis... 72

C. Pembahasan ... 75

1. Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Underpricing . 75 2. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Underpricing ... 79

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing ... 82

4. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Underpricing ... 84

5. Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan Terhadap Underpricing ... 86

D. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Daftar Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012 ... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Data Sampel 60 Perusahaan ... 38

3.2 Definisi Operasional ... 47

3.3 Pedoman Interpretasi Korelasi ... 53

4.1 Objek Penelitian Perusahaan yang melakukan IPO ... 56

4.2 Daftar Nama Perusahaan dan Underwriter yang Digunakan ... 57

4.3 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value ... 59

4.4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 60

4.5 Uji Multikolinearitas ... 65

4.6 Uji Autokorelasi ... 66

4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.8 Hasil Regresi Linier Berganda ... 69

4.9 Hasil Perhitungan Uji F ... 73


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Data Perusahaan Yang Melakukan IPO Periode 2010-2012 Lampiran 2. Daftar Perusahaan Yang Dijadikan Sampel

Lampiran 3. Data Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan

Lampiran 4. Data Hasil Statistik Deskriptif Lampiran 5. Data Hasil Regresi Linier Berganda Lampiran 6. Data Hasil Uji Multikolinearitas Lampiran 7. Data Hasil Uji Autokorelasi Lampiran 8. Data Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 9. Data Hasil Uji Normalitas

Lampiran 10. Tabel Uji F Lampiran 11. Tabel Uji T


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 35 4.1 Grafik Uji Normalitas ... 68


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kondisi persaingan yang ketat suatu perusahaan harus mengembangkan usahanya dalam lingkungan bisnis. Untuk menghadapi iklim dan kondisi persaingan perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk tetap bertahan dan meneruskan usahanya. Hal ini mendorong manajemen untuk memenuhi kebutuhan dana dengan memilih salah satu alternatif untuk memperoleh dana bagi pemodalan perusahaan.

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat. Mereka membutuhkan dana internal maupun dana eksternal untuk memperoleh tambahan dana baru. Dana internal bisa didapat dari laba ditahan maupun dari akumulasi penyusutan aktiva tetap, sedangkan dana eksternal didapat dari penerbitan saham baru. Hal itu bisa dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah go public ( Johnson, 2010).

Dalam proses go public atau penawaran umum, saham terlebih dahulu dijual di pasar primer atau perdana sebelum diperdagangkan dipasar sekunder. Melalui


(21)

pasar perdana yang dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO), penawaran saham secara perdana ke masyarakat atau publik (Trianingsih,2005). Terdapat beberapa macam alasan mengapa perusahaan ingin go public antara lain untuk meningkatkan modal perusahaan, memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha, mempermudah usaha pembelian perusahaan lain dan memungkinkan manajemen maupun masyarakat mengetahui nilai perusahaan (Sunariyah, 2004). Menurut Husnan (2001) alasan lainnya adalah perluasan usaha serta untuk mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran perdana.

Pada saat IPO penentuan harga saham yang akan ditawarkan merupakan faktor penting, baik bagi emiten atau perusaahan maupun underwriter karena berkaitan dengan besarnya dana yang akan didapatkan oleh emiten dan risiko yang ditanggung oleh underwriter. Dalam menentukan harga saham yang dijual di pasar perdana, emiten seringkali membuka harga saham penawaran dengan harga yang tinggi karena menginginkan pemasokan dana yang maksimal. Sedangkan underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalisir bahkan mengurangi resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham yang ditawarkan, karena akan merugikan underwriter itu sendiri yang akan membeli sisa saham yang tidak terjual.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh underwriter untuk mencegah tidak terjualnya saham emitem adalah dengan melakukan kerjasama serta negosiasi dengan emiten agar saham tersebut dapat terjual habis dan tidak terlalu tinggi saat dijual.


(22)

3

Dalam penentuan harga saham antara emiten dengan underwriter pada saat IPO sering terjadi perbedaan harga saham ketika diperdagangkan di bursa efek, harga saham pada saat IPO cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan harga saham di bursa efek pada hari pertama (closing price). Fenomena ini disebut underpricing atau out performed (Ritter,1991). Kondisi asymetry informasi yang menyebabkan terjadinya underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki lebih banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko penjaminannya (Nurhidayanti,1998).

Takarini (2007) mengungkapkan bahwa fenomena underpricing tidaklah menguntungkan bagi emiten, karena dana yang diperoleh emiten tidak maksimal karena emiten tidak memperoleh dana yang maksimal yang mungkin bisa didapatkan oleh emiten untuk mendanai ekspansinya. Sehingga harapan tentang besarnya dana yang diinginkan emiten melalui IPO tidak terpenuhi secara maksimal akibat fenomena underpricing yang terjadi. Tetapi di sisi lain pihak investor memperoleh keuntungan akibat fenomena underpricing ini, karena investor bisa menikmati return dari pembelian saham yang dilakukannya (Kurniawan,2007). Sebaliknya jika terjadi overpricing pihak investor akan merugi karena mereka tidak menerima initial return.

Melihat fenomena underpricing tersebut, terdapat beberapa data perusahaan yang melakukan kegiatan underpricing. Beberapa perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2012 yang bisa dilihat melalui tabel 1.1


(23)

Tabel 1.1 Daftar perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012 No Tanggal Listing

IPO

Kode Perusahaan

IPO Price Close Price

Tingkat Underpricing

(%)

1 19/12/2012 WSKT 380 445 17,3

2 18/12/2012 WIIM 650 800 23,07

3 12/11/2012 ASSA 390 490 25,64

4 02/11/2012 TAXI 560 590 5,3

5 11/10/2012 NELY 168 205 22,02

6 08/10/2012 PALM 450 470 4,4

7 28/09/2012 SKBM 115 155 34,7

8 13/09/2012 NIRO 105 178 69,5

9 32/08/2012 IBST 1000 1500 50

10 20/07/2012 TELE 310 385 24,1

11 12/07/2012 BJTM 430 440 2,3

12 11/07/2012 GAMA 105 178 69,5

13 10/07/2012 ALTO 210 315 59

14 09/07/2012 MSKY 1520 1540 1,3

15 06/07/2012 TOBA 1900 2125 11,8

16 05/07/2012 KOBY 400 460 15

17 28/06/2012 TRIS 300 320 6,6

18 07/06/2012 RANC 500 670 34

19 10/04/2012 BEST 170 285 67,6

20 09/01/2012 PADI 395 550 39,2

Rata-rata tingkat underpricing 28,65 Sumber: www.e-bursa.com

Dari tabel diatas dari 22 perusahaan terdapat dilihat 20 perusahaan mengalami underpricing. Hal ini membuktikan bahwa tingkat undepricing di Indonesia sangat tinggi. Fenomena underpricing saham saat proses IPO memang menjadi kajian yang menarik untuk diteliti karena fenomena tersebut merupakan gejala umum yang sering dialami di pasar modal seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dari beberapa penelitian pada setiap pasar efek di seluruh dunia seperti Amerika Serikat (Ritter,1991), Hongkong (Mc Guinnes, 1992), Korea (Kim dkk,1993), Australia (How,1995) serta Kuala Lumpur (Ranko dkk,1992) menunjukan bahwa fenomena underpricing terjadi hampir di seluruh bursa efek. Penelitian dari Suad


(24)

5

Husnan (1996) menunjukan bahwa penawaran saham perdan pada perusahaan-perusahaan privat maupun BUMN di Indonesia umumnya mengalami underpricing.

Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham penutupan pada saat closing price di pasar sekunder cenderung lebih tinggi daripada harga penutupan efek pada saat IPO. Anomali ini membuat perusahaan tidak diuntungkan karena dana yang diperoleh tidak maksimal. Underpricing terjadi karena adanya asymetric information yang menimbulkan ketidakpastian nilai sebenarnya perusahaan emiten (Beatty dan Ritter, 1986). Ketidakpastian ex-ante terjadi akibat tidak meratanya informasi atau perbedaan informasi yang dimiliki atara partisipan tentang nilai perusahaan emiten. Selisih positif antara harga saham dibursa efek dengan harga saham di pasar perdana pada saat IPO adalah fenomena underpricing dimana selisih harga inilah yang dikenal sebagai intial return atau positif return bagi investor yang dijadikan untuk pengukuran underpricing.

Fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut harus diminimalisir oleh emiten itu sendiri agar dapat memperoleh harga yang ideal atas saham perdananya. Dimana investor lebih diuntungkan dengan adanya fenomena ini yang menikmati return dari transaksi penjualan saham, sedangkan emiten hanya memperoleh dana melalui perdagangan saham di pasar perdana saja. Dengan kata lain emiten tidak memperoleh dana dari transaksi perdagangan sahamnya di pasar sekunder (Emilia,2008).

Terdapat beberapa variabel independen yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi underpricing pada saat IPO di pasar perdana. Dari banyaknya


(25)

variabel tersebut peneliti hanya memilih beberapa variabel diantaranya reputasi underwriter dan reputasi auditor. Dalam penelitian ini pula terdapat variabel ukuran perusahaan (SIZE) dan umur perusahaan (AGE) sebagai variabel kontrol, dimana variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti ( Education Resources,2007). Faktor – faktor tersebut sejalan dengan teori Signalling dimana faktor-faktor tersebut dapat memberikan sinyal positif. Habib dan Ljungqvist (2001) menyatakan bahwa variabel reputasi underwriter terdapat hubungan negatif dengan underpricing. Menurut Tritmen dan Trueman (dikutip dari yoga, 2010), reputasi underwriter akan memberikan sinyal pada pasar saat IPO. Pasar percaya bahwa underwriter yang memiliki reputasi baik tidak akan menjamin perusahaan yang berkualitas rendah dan harga saham yang overpricing. Penelitian Sandhiaji (2004) menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

Reputasi underwriter diukur dengan menggunakan variabel dummy. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi diberi nilai 1 sedangkan yang mempunyai reputasi rendah diberi nilai 0 (Gerianta,2008). Standar pengukuran reputasi underwriter yang bereputasi tinggi berdasarkan perangkingan yang terdapat di IDX Fact Book yang masuk dalam 10 besar dari 20 Most Active Brokerage House yang ditentukan berdasarkan total frekuensi perdagangan (Indita, 2013).

Suatu perusahaan dalam memberikan sinyal positif bagi para investor tidak hanya menggunakan reputasi underwriter tetapi menggunakan reputasi auditor juga.


(26)

7

Penelitian Suyatmin (2006) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Dalam kegiatan IPO, pengungkapan baik akan terjadi jika emiten menyewa auditor dimana akan menjadi nilai tambah yang baik bagi emiten itu sendiri dalam menarik investor untuk melakukan pendanaan dan investasi pada perusahaan tersebut.

Menurut Zang et al (dikutip dari Dwi Martani et al, 2012), reputasi auditor yang baik meningkatkan underpricing karena auditor yang baik dianggap sebagai sinyal yang menguntungkan yang akan meningkatkan nilai saham di pasar sekunder. Reputasi auditor ini juga diukur dengan variabel dummy dengan menggunakan standar pengukuran reputasi auditor yang prestigious berdasarkan KAP yang menjadi partner dari auditor The Big Four (Sulistio, 2005).

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka perlu dilakukan penelitian kembali apakah reputasi underwriter dan reputasi auditor berpengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Dari permasalahan tersebut judul penelitian ini adalah “Reputasi Underwriter dan Reputasi Auditor Dalam Menentukan Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO)” ( Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Di BEI Tahun 2010-2012).


(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

2. Apakah reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

4. Apakah umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

5. Apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi underwriter terhadap underpricing pada saat IPO.

2. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi auditor terhadap underpricing pada saat IPO.

3. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara ukuran perusahaan terhadap underpricing pada saat IPO.


(28)

9

4. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara umur perusahaan terhadap underpricing pada saat IPO.

5. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara simultan terhadap underpricing pada saat IPO.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dengan dilakukannya penelitian ini diharpakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan tambahan wacana untuk penelitian selanjutnya dan referensi literatur dalam meneliti di bidang keuangan sehingga sangat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan apabila suatu perusaahan akan melakukan IPO untuk mengekspansi perusahaannya.

3. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau pertimbangan dalam mengambil keputusan sebelum melakukan pembelian saham perdana atau investasi di pasar perdana (IPO).


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Signalling Theory

Teori sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Hal ini menyatakan bahwa manajemen selalu mengungkapkan informasi yang diinginkan oleh investor, khususnya apabila informasi tersebut ada berita baik (good news). Informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan berinvestasi.

Signalling theory adalah informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor, dalam keputusan berinvestasi. Sinyal dapat berupa informasi bersifat financial maupun non-financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Tujuan dari teori Signalling adalah menaikkan nilai suatu perusahaan saat melakukan penjualan saham. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut


(30)

11

efektif, maka harus dapat ditanggapi oleh pasar dan di presepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Megginson, 1997).

Menurut Allen dan Faulhaber (1989), perusahaan yang berkualitas buruk tidak mudah untuk meniru perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan underpricing, hal ini disebabkan karena cash flow periode berikutnya akan mengungkapkan tipe perusahaan tersebut (baik atau buruk). Sinyal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang nilai perusahaanya lebih rendah karena faktor biaya.

B. Pasar Modal

Fungsi pasar modal adalah sebagai lembaga perantara yang menghubungkan pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana. Fungsi ini menunjukan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian suatu negara. Menurut UU No.8 tahun 1995 “pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek”. Sedangkan menurut Husnan (1994) mengartikan pasar modal sebagai pasar dengan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) dalam jangka panjang yang dapat diperjualbelikan di bursa, baik dalam bentuk hutang maupun dalam bentuk modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah publik, atau perusahaan swasta.


(31)

Menurut Komaruddin dalam Janur Ayudewi (2005) ada tiga definisi dari pasar modal, yaitu:

a. Definisi yang luas, yaitu pasar modal merupakan kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.

b. Definisi dalam arti menengah, yaitu pasar modal merupakan semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka hipotek, tabungan, serta deposito berjangka.

c. Definisi dalam arti sempit, yaitu pasar modal merupakan tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para underwriter.

Pasar modal dapat dikategorikan menjadi dua pasar, yaitu sebagai berikut (Tandelin, 2010):

1. Primary market (pasar primer), merupakan pasar tempat perdagangan surat berharga yang baru saja dikeluarkan oleh perusahaan kepada investor untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan detail (disebut juga prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan bisa mengetahui prospek


(32)

13

perusahaan dimasa yang akan mendatang, dan selanjutnya tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten (Tandelilin,2010)

2. Secondary market (pasar sekunder), merupakan tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antara investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana. Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, sekuritas emiten tersebut kemudian bisa diperjualkanbelikan di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti pasar perdana. Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi, waran, bukti right dan reksadana (Tandelilin,2010). Terdapat dua jenis pasar sekunder, yaitu:

a) Pasar Lelang (auction market)

Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli atau penjual (Tandellin,2010).

b) Pasar Negosiasi (negotiated market)

Di pasar negosiasi, pembeli dan penjual melakukan transaksi dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain melaui suatu jaringan komunikasi sehingga harga yang terjadi merupakan hasil negosiasi antara pembeli dan penjual secara langsung (Tandelilin, 2010).

Menurut Husnan (1994:8-9) pasar modal mempunyai beberapa daya tarik, diantaranya adalah pasar modal yang memungkinkan para pemodal mempunyai


(33)

berbagai alternatif pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka. Selain itu pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain dari perbankan. Sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan dana, pasar modal dapat menjadi alternatif pendanaan ekstern dengan biaya yang relatif rendah daripada sistem perbankan. Keberhasilan pasar modal tergantung pada tersedianya supply dan demand terhadap sekuritas yang diperjualbelikan di bursa dalam jumlah memadai, kondisi politik, ekonomi, hukum, hak dan peraturan yang ada, keberadaan dari lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan beberapa lembaga yang mungkin melakukan transaksi secara efisien.

pasar modal memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Susilo:2009), dalam penelitian Wulandari (2011) :

1. Fungsi ekonomi

Menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari para investor yang menanamkan dananya pada pasar modal kepada emiten atau perusahaan yang menerbitkan efek di pasar modal. Dalam pasar modal yang diperdagangkan adalah dana jangka panjang.

2. Fungsi keuangan

Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang dioerlukan oleh emiten atau perusahaan, dan investor menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi.


(34)

15

C. Initial Public Offering (IPO)

Menurut Hartono dan Ali (2002), Initial Public Offering (IPO) merupakan penawaran saham di pasar perdana yang di lakukan perusahaan yang hendak go public. Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seseorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan (Mishkin:2001,4).

Terjadinya pembelian saham dari perusahaan (emiten) oleh investor untuk pertama kalinya ada di pasar perdana, selanjutnya saham diperjualbelikan dalam bursa efek yaitu di pasar sekunder. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaanya. Penawaran umum awalnya akan mengubah status perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka (Tbk). Terbuka artinya perseroan dapat dimiliki oleh masyarakat umum dan mempunyai kewajiban untuk membuka semua informasi kepada para pemegang saham dan masyarakat, kecuali yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan.

Dalam menentukan harga, emiten bersama penjamin emisi (underwriter) bekerja sama pada pasar perdana, selain itu juga mencakup penjatahan saham yaitu pengalokasian efek pesanan investor sesuai dengan jumlah efek yang tersedia dan pencetakan efek saat efek mulai diperdagangkan. Hal ini yang menjadikan titik


(35)

balik dari awalnya perusahan privat ke perusahaan publik atau terbuka pada tahap IPO.

Ada beberapa tujuan dari penjualan saham atau emiten melakukan go public antara lain sebagai sumber pendanaan dari luar perusahaan untuk memperbaiki struktur permodalan dengan menjual saham kepada masyarkat luas kemudian untuk mempermudah perusahaan melakukan ekspansi atau perluasan perusahaan, serta meningkatkan investasi anak perusahaan, peningkatan modal kerja, dan melunasi sebagian utang perusahaan.

Sebagaimana yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan RI nomor 859/KMK/.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan tentang pelaksanaan emisi perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM No.011.PM.1987 ada beberapa ketentuan mengenai penjualan saham di pasar modal, sehingga perusahaan yang ingin go public harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas 2. Berkedudukan di Indonesia

3. Mempunyai modal disetor penuh Rp. 200.000.000 4. Dua tahun memperoleh keuntungan

5. Laporan keuangan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan publik dengan unqualified opinion

6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi keuntungan; dua tahun pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong sehat.


(36)

17

Hal yang terpenting dalam peraturan diatas adalah bahwa laporan keuangan yang tersedia telah diaudit dan bersedia dijadikan propektus dari perusahaan itu sendiri karena dalam IPO sering terjadi kurang tersedianya informasi yang dipublikasikan sehingga tidak ada transparasi dari laporan keuangan yang diungkapkan yang menjadi propektus penting dalam penentuan harga saham.

Menurut Darmadji dan Hendy M.Fakhuruddin (2001,43) ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penawaran umun atau Initial Public Offering adalah:

1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan siterima sekaligus 2. Biaya go public relatif murah

3. Proses relatif mudah

4. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan penyertaan masyarakat biasanya tidak mudah dalam manajemen

5. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme

6. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial

7. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public) merupakan media promosi secara gratis

8. Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham kemudian dana yang diperoleh dari go public digunakan untuk:

a. Ekspansi

b. Memperbaiki struktur permodalan


(37)

d. Melunasi sebagian hutang e. Meningkatkan modal kerja

Adapun keuntungan yang didapat dari go public Menurut Jogiyanto (2003) sebagai berikut:

a. Kemudahan meningkatkan modal di masa datang b. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham c. Nilai pasar perusahaan diketahui

Selain itu ada kerugian yang ditimbulkan dari go public sebagai berikut: a. Biaya laporan yang meningkat

b. Perusahaan yang go public diwajibkan menyerahkan laporan laporan kepada regulator setiap kuartal dan setiap tahunnya. Laporan-laporam ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil c. Pengungkapan (disclosure)

d. Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedangkan pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki e. Ketakutan untuk diambil alih

f. Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak ceto yang rendah umumnya diganti dengam manajer baru jika perusahaan diambil alih.

Dalam proses Initial Public Offering, calon emiten harus melewati beberapa tahapan (Ang, 1997), dalam penelitian Wulandari (2011), yaitu sebagai berikut:


(38)

19

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan yang paling panjang diantara tahapan yang lain kegiatan yang dilakukan tahapan ini merupakan persiapan sebelum mendaftar ke Bapepam ( Badan Pengawas Pasar Modal). Dalam tahapan ini, RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) merupakan langkah awal untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham mengenai rencana go public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai dengan anggaran dasar publik. Kegiatan lain dalam tahap ini adalah penunjukan penjamin pelaksana emisi (lead underwriter) serta lembaga dan profesi pasar modal, yaitu akuntan publik, konsultan hukum, penilai, Biro Administrasi Efek (BAE), notaris, security printer serta prospectus printer.

2. Tahap Pemasaran

Pada tahap ini, Bapepam akan melakukan penelitian tentang keabsahan dokumen, keterbukaan seluruh aspek legal, akuntansi, keuangan dan manajemen. Langkah selanjutnya adalah pernyataan pendaftaran yang diajukan ke Bapepam sampai pernyataan pendaftaran yang efektif, maka langkah-langkah lain yang harus dilakukan adalah:

a. Due Diligence Meeting

Due diligence meeting adalah pertemuan dengan pendapat antara calon emiten dengan underwriter, baik lead underwriter maupun underwriter. Dalam hal ini juga mengandung unsur pendidikan, yaitu mendidik emiten untuk dapat menghadapi pertanyaan yang nantinya diajukan oleh calon investor.


(39)

b. Public Expose dan Roadshow

Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan kinerja perusahaan, prospek usaha, resiko, dan sebagainya sehingga timbul daya tarik dari para pemodal untuk membeli saham yang ditawarkan. Rangkaian public expose yang diadakan berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi yang lain disebut roadshow, khususnya penawaran saham kepada investor asing. Didalam public expose/roadshow ini calon emiten dapat menyebarkan info memo dan prospektus awal.

c. Book Building

Didalam proses roadshow, para pemodal akan menyatakan minat mereka atas saham yang ditawarkan. Didalam roadshow/public expose dinyatakan suatu kisaran harga saham sehingga para pemodal akan menyatakan kesediaan mereka untuk membelinya. Proses mengumpulkan jumlah-jumlah saham yang diminati oleh pemodal inilah yang disebut book building.

d. Penentuan Harga Perdana

Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan harga final harga perdana saham, yang dilakukan antara lead underwriter dan calon emiten.


(40)

21

3. Tahap Penawaran Umum

Pada tahap ini calon emiten menerbitkan procpectus ringkas di dua media cetak yang berbahasa Indonesia, yang dilanjutkan dengan penyebaran prospectus lengkap final, melakukan penjatahan, refund dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi yang mendapatkan jatahnya.

4. Tahap Perdagangan Sekunder

Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek untuk mencatatkan sahamnya sesuai dengan kelanjutan perjanjian pendahuluan pencatatan yang telah disetujui. Setelah tercatat maka saham dapat diperdagangkan dilantai bursa.

D. Underpricing

Underpricing adalah kondisi dimana harga saham yang diperdagangkan pada pasar perdana lebih rendah daripada harga saham yang diperdagangkan di pasar sekunder yang menguntungkan bagi para investor karena memperoleh initial return yang positif. Menurut Wibowo (2005) hal ini menarik para investor untuk membeli saham perusahaan yang menjajikan keuntungan, jika saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Keadaan ini terjadi karena adanya kepentingan yang berbeda antara emiten dengan underwriter pada saat penetapan harga saham di pasar perdana. Ketika underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko penjaminannya hal ini membuat terjadinya perbedaan kepentingan, jika saham tersebut tidak terjual habis maka yang harus membeli sisa saham tersebut adalah


(41)

penjamin emisi itu sendiri untuk itu keadaan ini biasa disebut dengan kondisi asymetry information.

Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing sebagai adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau pada saat IPO. Selisih harga inilah yang disebut dengan initial return (IR) atau positif return bagi investor. Secara sistematis initial return dapat dirumuskan sebagai berikut (Triani,2006):

Initial Return (IR) =

100 % Keterangan :

IR : return awal

Pt0 : harga penawaran perdana

Pt1 : harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder

Alexander Ljungqvist (2006:2) dalam handono (2010) mengemukakan bahwa teori underpricing dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Asymetric information (informasi asimetris) merupakan model informasi asimetris yang mengasumsikan bahwa salah satu pihak yang tahu lebih banyak daripada lain, dan bahwa pergeseran informasi yang dihasilkan menimbulkan underpricing dalam keseimbangan. Teori ini merupakan teori terkuat menurut Ljungqvist.

2. Instrumental theories (kelembagaan alasan) merupakan kelembagaan teori yang berfokus pada tiga ciri pasar : litigasi, stabilisasi harga bank sekali kegiatan perdagangan, dan pajak.


(42)

23

3. Control theories (pertimbangan control) berpendapat bahwa underpricing yang membantu basis pemegang saham sehingga dapat mengurangi intervensi oleh pemegang saham luar sekali perusahaan publik.

4. Behavioral theories (pendekatan perilaku) teori ini menganggap kehadiran „irasional’ investor yang menawar sampai harga dari IPO saham luar nilai yang sebenarnya, atau bahwa emiten menderita dari bias perilaku menyebabkan mereka untuk memberi tekanan cukup pada bank penjamin untuk memiliki underpricing berkurang.

E. Reputasi Underwriter

Underwriter menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Underwriter memiliki banyak pengetahuan baik mengenai pasar, harga, dan waktu sehingga underwriter dapat menentukan harga yang menguntungkan underwriter dana emiten. Dengan keahlian dan pengalaman mereka akan dapat mengantisipasi dan memperhitungkan risiko. Menurut Asril (2004) Underwriter yang baik setidaknya harus memiliki keahlian antara lain:

1. Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun struktur penawaran, dan membentuk sindikasi dengan para penjamin emisi dan para broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek perusahaan setelah proses pendaftaran.

2. Pengetahuan yang luas, underwriter diharuskan mempunyai pengetahuan yang luas tentang kondisi pasar dan berbagai tipe investor (pemodal).


(43)

3. Berpengetahuan dalam penetapan harga penawaran efek, dengan demikian dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik dan juga menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor.

4. Kemampuan memberi dukungan, underwriter yang baik harus mempunyai kemampuan untuk membantu perusahaan dalam penawaran efek selanjutnya.

5. Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya untuk menganalisis perusahaan kliennya, pesaing, pasar dan juga perekonomian secara mikro dan makro. Khusus mengenai analisis saham akan dibahas lebih lanjut.

Menurut Rizqi (2013) ada beberapa peran underwriter dalam perdangan efek, diantaranya:

a. Penjamin emisi menjamin terjualnya efek yang diterbitkan.

b. Besarnya jaminan tergantung pada perjanjian antar emiten dengan penjamin emisi. Bila penjamin emisi menjamin penuh, maka jika penjamin emisi tidak berhasil menjual seluruh efek, penjamin emisi bersangkutan wajib membeli sisa efek yang tidak terjual. Sedangkan bila penjaminan dilakukan secara best effort, maka penjamin emisi hanya melaksanakan penjualan sesuai dengan harga yang ditetapkan. Penjamin tidak bertanggung jawab atas saham yang tidak laku dijual.

c. Besarnya tanggung jawab penjamin emisi, selain mengenai komitmen penjualan saham, juga tergantung pada perannya dalam proses penawaran umum.


(44)

25

Dalam go public, penjamin emisi merupakan pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk menentukan harga saham dan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Dalam penentuan harga saham, underwriter dan emiten bernegosiasi saling membuat kesepakatan dalam menentukan saham perdana. Penentuan harga yang tinggi ada kecenderungan akan tidak terjualnya saham, hal ini menjadi resiko dari penjamin emisi tersebut. Penjamin emisi yang memiliki reputasi tinggi adalah penjamin emisi yang berani menjual saham dengan harga tinggi dan dapat menerima resiko membeli sisa sahan yang tidak terjual sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya begitu sebaliknya.

Reputasi underwriter merupakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 bagi underwriter yang memiliki reputasi tinggi dan nilai 0 untuk underwriter yang memiliki reputasi rendah. Standar pengukuran reputasi underwriter berdasarkan perangkingan pada 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value, yang termasuk dalam 10 besar maka termasuk dalam underwriter yang bereputasi tinggi.

F. Reputasi Auditor

Auditor merupakan pihak yang berprofesi sebagai penunjang pasar modal untuk melakukan pemerikasaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan melakukan go public. Hasil dari pengujian auditor inilah yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi karena reputasi auditor akan berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO. Dengan demikian jika menggunakan auditor yang memiliki


(45)

reputasi tinggi akan mengurangi underpricing dan akan mengurangi adanya pula asymetric information karena laporan keuangan telah diaudit oleh auditor. Reputasi auditor ini merupakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 pada auditor yang memiliki reputasi tinggi dan nilai 0 untuk sebaliknya. Standar pengukuran reputasi auditor berdasarkan KAP yang menjadi partner dari auditor the Big Four ( Sulistio,2005).

G. Ukuran Perusahaan

Potensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan kemampuan untuk mengakses informasi yang lebih besar merupakan cerminan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menentukan besar atau kecilnya perusahaan yang ditunjukan dengan total aset yang dimilikinya. Pengukuran menggunakan total aktiva dianggap lebih baik dari total penjualan karena total aktiva lebih stabil dari total penjualan serta menunjukan kekayaan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh oleh investor daripada perusahaan berskala kecil maka dari itu perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat. Variabel ukuran perusahaan ini diukur dengan menghitung log natural total aktiva tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut listing (Suyatmin,2006).

H. Umur Perusahaan

Seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian


(46)

27

hal ini menunjukan umur perusahaan. Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemampuan yang lebih banyak dan besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak serta luas daripa perusahaan yang baru saja berdiri. Informasi ini akan bermanfaat bagi investor dalam mengurangi ketidakpastian perusahaan (Nurhidayanti, 1998). Variabel umur perusahaan ini diukur dengan lamanya perusahaan beroperasi yaitu sejak perusahaan itu berdiri berdasarkan akta pendirian sampai dengan saat perusahaan melakukan IPO (Amelia,2007).

I. Penelitian Terdahulu

Di berbagai penelitian terdahulu melalui pendekatan asimetri informasi telah menguji teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi underpricing. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:

Penelitian Yoga (2009) menggunakan variabel independen Return On Asset (ROA). Laverage, ukuran perusahaan, harga saham perdana, reputasi Underwriter, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu ROA, harga saham, reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing, sedangkan leverage, persentase saham dan waktu IPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing, umur perusahaan tidah berpengaruh terhadap underpricing.


(47)

Johnson (2012) meneliti dalam periode 2003-2010 sebanyak 89 dari 107 perusahaan yang IPO di BEI. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode regresi berganda untuk menguji hubungan antara reputasi underwriter, reputasi auditor, fractional holding dan ROA dengan tingakat underpricing pada saham perdana. Dalam penelitian ini menurut Uji-T dan Uji-F menghasilkan bahwa hanya reputasi auditor yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana, sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing.

Shoviyah (2013) menggunakan variabel Debt to Equity Ratio (DER), ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor dan penggunaan dana IPO untuk investasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan membuktikan bahwa secara parsial variabel reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing. Namun pada pengujian variabel DER, ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter dan penggunan IPO untuk investasi menunjukan hasil tidak terdapat pengaruh terhadap underpricing.

Rizqi (2013) penelitian ini menggunakan variabel independen reputasi underwriter, reputasi auditor, ROE, tingkat leverage, dan underpricing. Sedangkan, variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah underpricing dan earnings persistence pada tahun pengamatan 2007-2011. Hasil dari metode analisis regresi linier berganda ini menunjukan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing dan underpricing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap earnings persistence.


(48)

29

Sedangkan reputasi auditor, ROE, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sarra (2009) penelitian ini menggunakan variabel independen yang termasuk dalam konteks karakteristik pasar, rendahnya perdagangan, serta keberadaan para pelaku perdagangan, dan variabel dependennya adalah underpricing. Penelitian ini menggunakan 34 sampel perusahaan yang IPO pada tahun 1992-2008 di Tunisia. Hasil dari penelitian ini modal saham, reputasi underwriter, umur perusahaan serta harga penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

Yuli (2011) dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada periode 2008 sampai dengan 2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reputasi underwriter, reputasi auditor, ROA, dan financial leverage, return on assets (ROA) terhadap tingkat underpricing. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa reputasi underwriter dan ROA berpengaruh signifikan, sedangkan untuk reputasi auditor dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Yoga (2009) Variabel dependen:

Underpricing

Variabel independen: Return on Asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan, harga saham perdana, reputasi underwriter, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan.

Penelitian ini

menggunakan teknik analisis berganda. Hasil yang diperoleh yaitu ROA, harga saham, reputasi underwriter, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing, sedangkan leverage, persentase


(49)

saham dan waktu IPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap underpricing. 2. Johnson

(2012)

Variabel dependen : Underpricing

Variabel independen :

reputasi underwriter, reputasi auditor, fractional holding dan ROA

Penelitian ini yang menggunakan regresi linier berganda menghasilkan bahwa hanya reputasi auditor yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham perdana, sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. 3. Shoviyah

(2013)

Variabel dependen : Underpricing

Variabel Independen: Debt to Equity Ratio (DER), ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi

underwriter,reputasi auditor dan penggunaan dana IPO untuk investasi

Penelitian ini

menggunakan teknik analisis regresi berganda dan membuktikan bahwa secara parsial variabel reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing. Namun pada pengujian variabel DER, ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter dan penggunan IPO untuk investasi menunjukan hasil tidak terdapat pengaruh terhadap underpricing. 4. Rizqi (2013) Variabel Dependen:

Underpricing dan Earnings Persistence.

Variabel Independen: Return On Asset (ROA). Laverage, ukuran perusahaan, harga saham perdana, reputasi Underwriter, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO,

Hasil dari metode analisis regresi linier berganda ini menunjukan bahwa reputasi

underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing dan underpricing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


(50)

31

dan umur perusahaan. earnings persistence. Sedangkan reputasi auditor, ROE, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.

5 Sarra(2009) Variabel dependen: Underpricing

Variabel independen: yang termasuk dalam konteks karakteristik pasar, rendahnya perdagangan, serta

keberadaan para pelaku perdagangan

Hasil dari penelitian ini modal saham, reputasi underwriter, umur perusahaan serta harga penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing 6 Yuli

(2011)

Variabel dependen: Undepricing

Variabel independen: reputasi underwriter, reputasi auditor, ROA, dan financial leverage, return on assets (ROA)

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa reputasi underwriter dan ROA berpengaruh signifikan, sedangkan untuk reputasi auditor dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sumber : Kumpulan Jurnal yang diolah (2014)

Penelitian ini merupakan penelitian yang lebih memfokuskan faktor-faktor yang mempengaruhi undepricing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sebelumnya yaitu penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen yang difokuskan dan waktu serta jumlah yang dijadikan sampel hanya periode selama tiga tahun yang akan diuji apakah mempengaruhi tingkat undepricing.

J. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan membahas dua pengujian terhadap fenomena underpricing yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 2010-2012. Salah satu alternatif pendanaan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh


(51)

dana yaitu dapat dilakukan dengan cara penerbitan saham baru pada masyarakat yang dapat disebut dengan go public atau penawaran umum.

Ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public adalah informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam propektus perusahaan. Dengan adanya informasi yang didapatkan dalam propektus tersebut diharpakan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan melakukan IPO, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa efek akan mendapatkan return yang maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.

Informasi non keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reputasi underwriter dan reputasi auditor. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji variabel yang berhubungan dengan informasi non keuangan yang diduga dapat mempengaruhi underpricing, dimana underpricing merupakan sebuah fenomena harga saham yang dijual dengan harga rendah pada saat berlangsungnya IPO.

Dari landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu dapat diperoleh dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu model yaitu reputasi underwriter dan reputasi auditor. Variabel-variabel tersebut diperkirakan memiliki pengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI.

Asymetric information merupakan salah satu teori juga yang mengemukakan underpricing dimana model informasi asimetris yang mengasumsikan bahwa salah satu pihak yang tau lebih banyak daripada yang lain, dan bahwa pergeseran


(52)

33

informasi yang dihasilkan menimbulkan underpricing dalam keseimbangan. Kondisi asymetry information yang menyebabkan underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko penjaminnya, serta auditor pula sebagai penentu keakuratan dari propektus yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut sehingga berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO.

Reputasi underwriter merupakan faktor penting dalam penentuan harga saham pada saat IPO, karena berkaitan dengan besarnya dana yang akan didapatkan oleh emiten dan risiko yang ditanggung oleh underwriter. Underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalisir bahkan mengurangi resiko agar emiten tidak mengalami kerugian akibat dari tidak terjualnya saham yang ditawarkan, karena akan merugikan underwriter itu sendiri yang akan membeli sisa saham yang tidak terjual. Dengan menggunakan underwriter yang baik maka akan mengurangi underpricing karena underwriter merupakan pihak yang memiliki lebih banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko penjaminnya.

Selain reputasi underwriter, reputasi auditor juga memberikan sinyal positif bagi para investor dalam suatu perusahaan. Dalam IPO, pengungkapan yang baik akan terjadi jika emiten menyewa auditor yang baik dimana akan menjadi nilai tambah yang baik bagi emiten itu sendiri dalam menarik investor untuk melakukan pendanaan dan investasi pada perusahaan tersebut. Reputasi auditor yang tinggi akan mengurangi underpricing dan akan mengurangi adanya asymetric


(53)

information karena laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Hasil dari pengujian auditor inilah yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi karena reputasi auditor akan berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO.

Selain reputasi underwriter dan reputasi auditor dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukurang perusahaan dan umur perusahaan. Perusahaan berukuran besar umumnya memiliki tingkat ketidakpastian yang rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kejelasan informasi tentang perusahaan akan meningkatkan penilaian akan perusahaan, mengurangi tingkat ketidakpastian dan meminimalkan tingkat resiko dan underpricing. Sedangkan umur perusahaan merupakan hal yang menentukan underpricing pula karena perusahaan yang telah lama berdiri bisa dipersepsikan sebagai perusahaan yang sudah tahan uji sehingga kadar resikonya rendah sehingga perusahaan yang telah lam berdiri akan mengurangi tingkat underpricing.

Untuk meminimalisir fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut emiten itu sendiri harus memilih underwriter dan auditor yang memiliki reputasi tinggi agar emiten dapat memperoleh harga ideal atas saham perdananya. Serta investor harus melihat informasi secara akurat tentang ukuran perusahaan dimana perusahaan yang mempunyai informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil sehingga meminimalisir tingkat underpricing dan lamanya perusahaan beroperasi juga akan mempengaruhi underpricing karena perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kemampuan yang lebih besar


(54)

35

untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada yang baru saja berdiri dan akan mengurangi ketidakpastian. Dimana investor akan lebih diuntungkan dengan adanya fenomena underpricing ini yang menikmati return dari transaksi penjualan saham, sedangkan emiten hanya memperoleh dana melalui perdagangan saham di pasar perdana saja.

Gambar 2.2 menunjukan kerangka pemikiran timbulnya underpricing yang dipengaruhi oleh faktor-faktor non keuangan dimana reputasi underwriter dan reputasi auditor menunjukan hunungan antar variabel antara variabel independen dengan variabel dependen (underpricing).

Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan model kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Reputasi

Underwriter

Reputasi Auditor Perusahaan

membutuhkan dana

Perusaahan Go Public

Underpricing

Umur Perusahaan Ukuran


(55)

K. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat disusun sebagai berikut :

1. H0 : Reputasi underwriter berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing.

Ha : Reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

2. H0 : Reputasi auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing.

Ha : Reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing. 3. H0 : Ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing

Ha : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap undepricing 4. H0 : Umur perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing

Ha : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing 5. H0 : Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan

umur perusahaansecara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap underpricing.

Ha : Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap underpricing.


(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam peneltian ini menggunakan tipe explanatory research yaitu penelitian pengujian hipotesis. Penelitian ini diajukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing dan variabel independen, yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi penelitian yang dipilih untuk mewakili dari keseluruhan populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO pada periode 2010-2012.

Penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti (Jogiyanto, 2007).


(57)

Berikut adalah kriteria untuk pemilihan sampel :

a. Perusahaan yang go public yang melakukan IPO selama periode 2010-2012.

b. Perusahaan tersebut mengalami underpricing. c. Tersedia harga penawaran perdana.

d. Terdapat tanggal listing perusahaan.

e. Perusahaan tersebut menyediakan data laporan keuangan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010-2013.

Berdasarkan kriteria yang dijelaskan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 dari 74 perusahaan yang IPO di BEI periode 2010-2012.

Tabel 3.1 Data sampel 60 perusahaan

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

1 Saranacentral Bajatama Tbk. (BAJA)

12 Tifa Finance Tbk (TIFA)

2 ABM Investama Tbk (ABMM)

13 Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

3 Visi Media Asia Tbk (VIVA)

14 Buana Listya Tama Tbk. (BULL)

4 Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

15 HD Finance Tbk (HDFA)

5 Atlas Resources Tbk (ARII)

16 Sejahteraraya AnugerahjayaTbk. (SRAJ)

6 Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)

17 Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS)

7 SMR Utama Tbk (SMRU)

18 Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT)

8 Star Petrochem Tbk (STAR)

19 Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM)

9 Indo Straits Tbk (PTIS)

20 Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)

10 Sidomulyo Selaras (SDMU)

21 Express Transindo Utama Tbk. (TAXI)


(58)

39

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

11 Alkindo Naratama (ALDO)

22 Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. (NELY)

23 Provident Agro Tbk (PALM)

42 Agung Podomoro Land Tbk (APLN)

24 Sekar Bumi Tbk. (SKBM)

43 Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)

25 Nirvana Development Tbk. (NIRO)

44 Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

26 Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST)

45 Indofood CBP Sukses MakmurTbk (ICBP)

27 Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)

46 Harum Energy Tbk (HRUM)

28 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk(BJTM)

47 Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

29 Gading Development Tbk (GAMA)

48 Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)

30 Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)

49 Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL)

31 MNC Sky Vision Tbk (MSKY)

50 Evergreen Invesco Tbk (GREN)

32 Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA)

51 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR)

33 Kobexindo Tractors Tbk (KOBX)

52 Skybee Tbk (SKYB) 34 Trisula International Tbk

(TRIS)

53 Golden Retailindo Tbk (GOLD)

35 Supra Boga Lestari Tbk (RANC)

54 Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)

36 Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST)

55 Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

37 Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)

56 Benakat Integra Tbk (BIPI)

38 Minna Padi Investama Tbk (PADI)

57 PP (Persero) Tbk (PTPP)

39 Multifiling Mitra Indonesia Tbk. (MFMI)

58 Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)

40 Bank Sinarmas Tbk (BSIM)

59 Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI)

41 Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)

60 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN)


(59)

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan yang IPO di BEI pada periode tersebut. Data sekunder tersebut berupa:

1. Daftar nama perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel penelitian yang melakukan underprcing pada IPO pada periode 2010-2012.

2. Daftar nama underwriter yang dijadikan sampel penelitian Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Tahun 2010-2013.

3. Daftar nama auditor yang dijadikan sampel penelitian diperoleh dari Laporan Keuangan tahun 2010-2013.

4. Daftar harga saham perdana dan daftar harga saham di pasar sekunder 5. Tanggal listing perusahaan

Sumber data dapat diperoleh dari:

1. Indonesian Capital Market Directory dari tahun 2010-2013 2. Monthly JSX dari tahun 2010-2013

3. www.e-bursa.com 4. www.bi.go.id

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut data penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara studi pustaka dimana menggunakan data sekunder. Menurut Marzuki (200:59-62) menjelaskan bahwa metode penelitian studi pustaka ini yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan jalan mencari, membaca, dan memcatat secara sistematis fenomena-fenomena yang dibaca dari sumber


(1)

91

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang didapat dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan IPO dimasa yang akan datang, disarankan untuk mempertimbangkan reputasi underwriter sebagai salah satu faktor yang menentukan underpricing ketika IPO karena dalam penelitian ini reputasi underwriter memiliki pengaruh terhadap underpricing. Dengan begitu perusahaan dapat memilih underwriter yang termasuk dalam 10 besar perusahaan efek atau broker dengan nilai transaksi terbesar dan nilai perdagangan teraktif dalam 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value. Hal ini dilakukan agar meminimalisir tingkat underpricing agar tidak terlalu tinggi. Selain intu perusahaan dapat mempertimbangkan sebaik mungkin untuk memberikan nilai profitabilitas perusahaan yang disajikan dalam prospektus kedepannya untuk keberhasilan IPO untuk menarik investor dan dapat memperkecil tingkat underpricing.

2. Bagi investor tingkat underpricing yang tinggi adalah keuntungan dari investor itu sendiri. Hal ini berbanding terbalik dengan keinginan emiten yang menginginkan tingkat undepricing yang rendah. Ketika ingin berinvestasi pada perusahaan yang melakukan kegiatan IPO, sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor yang telah terbukti dapat mempengaruhi tingkat underpricing sebelum melakukan investasi, guna untuk mendapatkan initial return yang tinggi. Investor pula harus memperhatikan informasi didalam maupun diluar perusahaan yang tidak terdapat dalam penelitian ini., seperti keadaan hukum, politik serta ekonomi agar dalam mengambil


(2)

92

keputusan berinvestasi pada perusahaan berada pada situasi dan kondisi yang tepat.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mecoba menggunakan atau menambahkan variabel-variabel lainnya baik yang bersifat internal maupun bersifat eksternal atau secara keuangan maupun non keuangan yang mungkin akan memperngaruhi tingkat undepricing. Peneliti sebaiknya tidak menggunakan variabel ini kembali karena sudah banyak yang memakai variabel ini untuk diteliti, peneliti bisa menggunakan variabel profitabilitas untuk menilai kinerja perusahaan. Selanjutnya peneliti bisa memperpanjang waktu penelitiannya sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Serta peneliti tidak nya menguji tentang pengaruh terhadap underpricing tetapi pengaruh terhadap overpricing yang terjadi pada saat IPO di BEI.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Shoviyah Nur. 2013.”Faktor-faktor yang Mempemgaruhi Underpricing

Saham pada Perusahaan IPO di BEI Periode 2007-2011”.Jurnal Ilmiah Manajemen.Vol.1,No.1

Aini, Syarifah. 2009. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di bursa Efek Indonesia. Thesis, Manajemen Keuangan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ajija, R Shocrul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba Empat. Jakarta.

Amelia, Muna, dan Saftiana, Yulia.2007.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa

Efek Jakarta”.Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Akuntasi.Vol.1 No.2.Hal.103-118

Allen, F.,and G.Faulhaber.1989.Signalling by Underpricing in the IPO market.Journal of Financial Economics,18,303-323.

Asril, Sitompul, 2004. Pasar Modal: Penawaran Umum dan Permasalahannya, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Beatty, Randolph.P.1989.”Auditor Reputation and the Pricing of Initial Public

Offerings”. Accounting Review.Vol.LXIV No.4.pp.693-707.

Emilia, Sulaiman, Lucky dan Sembel, Roy.2008.”Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Initial Return 1 Hari, Return 1 Bulan, dan Pengaruh

Terhadap Return 1 Tahun Setelah IPO”.Journal of Applied Finance and

Accounting.

Fahmi, Irham, 2012 . Pengantar Pasar Modal. Alfabeta.Bandung.

Ghozali, Imam dan Mudrik Al Mansur, 2002, “Analisi Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Underpriced Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 4, Nomor 1.


(4)

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Diponegoro, Sumedang

Habib, Michel A.and Alexander P.Ljungvist.2001.”Underpricing and Entrepreneurial Wealth Loses in IPO’s : Theory and Evidence”,The Review of Financial Studies.14:433-458.

Handayani, Sri Retno. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2006). Tesis, Universitas Diponegoro.

Hernendiastoro, Andre. 2005. “Pengaruh Kinerja Perusahaan dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham Dengan Metode Intervalling (Studi Kasus Pada Saham-Saham LQ 45)”. Semarang: Magister Manajemen, Universitas Diponegoro.

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Tahun 2011-2013

Johnson.2010.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Harga

Saham IPO Perusahan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Medan

Jogiyanto.2000.”Teori Portofolio dan Analisis Investasi”.Edisi 3.Yogyakarta. Kim, Krinsky dan Lee.1993. “Motives for Going Public and Underpricing: New

Evidence From korea”,The International Journal of Accounting. Volume 29.

Kurniawan,Benny.2007.”Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari setelah Initial Public Offering(Studi Empiris di Perusahaan Non Keuangan yang listing di BEJ periode 2002-2006)”.Tesis.Semarang:Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Martini, Dwi dan Chatina Yolana, 2005. “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2001”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Nurhidayanti,Siti dan Indriantoro, Nur.1998.”Analisis Faktor-Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di

Bursa Efek Jakarta”.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol.13

No.1.Hal.21-30

Risqi, Indita A.2013.”Analisis Faktor-Faktor Determinan Underpricing ketika

Initial Public Offering (IPO) dan Pengaruhnya Terhadap Earning Persistence”.Skripsi.Universitas Diponegoro.


(5)

Ritter. J.R. 1991. “The Lonq-Run Performance of Initial Public Offering”, The Journal of Finance, Volume XLVI Nomor 1.

Sandhiaji, Bram Nugroho.2004.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) Periode Tahun 1996-2002 (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 1996-2002)”.Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Magister Manajemen, Universitas Diponegoro.

Sarra, Abdelkader dan Neila.2009.”Determinants of IPO Underpricing Evidence

From Tunisia”.The International Journal of Businnes and Finance

Research.Vol.5 No.1.pp.13-32,2011

Sharpe et.al, 1997. Investasi, Jilid 2. Prenhallindo: Jakarta Sharpe et.al, 2006. Investasi, Jilid 2. Prenhallindo: Jakarta

Suad Husnan,1996. The First Issue Market: The Case of The Indonesi Bull Market, Badan Penerbit Undip, Semarang.

Sunariah.2004. Pengantar Pasar Modal, UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Sulistio, Helen. 2005. “Pengaruh Informasi Akuntasi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi pada Perusahaan yang Melakukan Initial

Public Offering di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Solo.

Suyatmin dan Sujadi.2006.”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing

pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta”.Benefit:Jurnal

Manajemen dan Bisnis.Vol.10 No.1.Hal.11-32.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan Manajemn Portovolio Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Takarini, Nurjanti dan Kustini. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Saham Perdana(IPO)

Pada perusahaan Go Public di BEJ”. Jurnal Arthavidya.Tahun 8 No.1.

Hal.128-136

Trianingsih, Sri.2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.4.2. Hal. 195-210.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonomerika Dan Statistika Dengan Eviews. Edisi Kedua. UPP SYIM YKPN. Yogyakarta.


(6)

Wirawan Yasa, Gerianta.2008.”Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham

Perdana di Bursa Efek Jakarta”.Jurnal Akuntasi Bisnis.Vol.3 No 2,Juli

2008.

Wulandari, Afifah.2011. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Undepricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO)”. Jurnal. Universitas Diponegoro.

Yoga.2010.”Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham pada

Penawaran Saham Perdana (IPO) di Bursa efek Indonesia”.Eksplanasi.Vol.5


Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 74 8

Pengaruh Return on Asset, Reputasi Auditor, dan Ukuran Perusahaan terhadap Initial Return (Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di BEI tahun 2005-2012)

0 7 142

Determinan underpricing dan pengaruhnya terhadap performa jangka panjang IPO di Indonesia periode 2007-2010

1 5 160

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 – 2014)

0 24 250

Analisis Pengaruh Reputasi Underwriter, Auditor, Ukuran dan umur Perusahaan Terhadap Underpricing pada Saat Initial Public Offering (IPO) (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2006 - Semester I 2009).

0 1 6

Pengaruh Reputasi Auditor Dan Reputasi Penjamin Emisi Terhadap Underpricing Pada Saat Initial Public Offering (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO Tahun 2007 - 2008 Di BEI).

0 1 6

Pengaruh reputasi underwriter, financial leverage, profitabilitas, jenis industri terhadap tingkat underpricing pada perusahaan saat initial public offering - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

Pengaruh reputasi underwriter, financial leverage, profitabilitas, jenis industri terhadap tingkat underpricing pada perusahaan saat initial public offering - Perbanas Institutional Repository

0 1 17

PENGARUH RETURN ON ASSET ( ROA), FINANCIAL LEVERAGE, UMUR PERUSAHAAN DAN REPUTASI UNDERWRITER TERHADAP UNDERPRICING PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2017

0 0 13