TINJAUAH HISTORIS PEMBENTUKAN PASUKAN PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949

ABSTRAK
TINJAUAN HISTORIS PEMBENTUKAN PASUKAN PENJAGA
KEAMANAN RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949
Oleh :
DEKA SATRIYA IMANDA
Sejak kekuatan militer Jepang ditaklukan oleh sekutu dalam perang Asia Timur
Raya di tahun 1945. Pasukan sekutu yang diboncengi oleh Belanda mulai
mengadakan sejumlah upaya pelucutan persenjataan Jepang di Indonesia.
Kehadiran bangsa Belanda yang semula hanya diperbantukan oleh sekutu dalam
melucuti persenjataan milik Jepang, kemudian mulai mengadakan serangkaian
Agresi Militer untuk kembali menguasai wilayah Indonesia. Upaya keras yang terus
dilakukan oleh pihak Belanda memaksa sejumlah daerah di Indonesia, khususnya
diwilayah Sumatera Selatan membentuk Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Pembentukan
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung ?. Tujuan Penelitan ini adalah
untuk mengetahui Latar Belakang, Proses Pembentukan dan Tujuan dari
dibentuknya Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung tahu 1945-1949.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis
dengan teknik pengumpulan datanya mencangkup Teknik Dokumentasi, Teknik
Kepustakaan, Teknik Interview dan Teknik Analisis Data. Teknik Analisi Data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Data Kualitatif.

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data yang menunjukan bahwa
Pembentukan Pasukan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Laut di Lampung, telah
berlangsung sejak tahun 1945 yang pada waktu itu dibentuk oleh sejumlah tentara
bekas didikan Jepang seperti Gyúgun, Heiho, Jawa Unko Kaisha dan lainya.
Dibentuknya PKR Laut di Lampung merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk menghimpun seluruh tentara bekas militer Jepang kedalam suatu
badan organisasi pertahanan wilayah. Keadaan ini pun juga dimanfaatkan untuk
melindungi wilayah perairan di Lampung sekaligus untuk menjaga sarana perairan
yang ada. Sejak dibentuknya PKR Laut yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh
MM. Haidar, sejumlah anggota yang berasal dari kesatuan militer Jepang dan
sejumlah masyarakat sipil kemudian mulai menggabungkan diri kedalam kesatuan
PKR Laut tersebut. Dalam perkembangannya hingga tahun 1949, PKR Laut mulai
mengalami kemunduran yang disebabkan oleh adanya masa Agresi Militer
Belanda II. Kesimpulan dalam penelitan ini adalah (PKR) Laut Lampung
merupakan sebuah organisasi pertahanan yang didirikan sebagai penjaga keamanan
di sekitar wilayah perairan Lampung.

TINJAUAN HISTORIS PEMBENTUKAN PASUKAN PENJAGA
KEAMANAN RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949


Oleh :
DEKA SATRIYA IMANDA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengesahan Judul .........................................................................................
2. Pedoman Wawancara ...................................................................................

3. Profil Pejuang, Wawancara dan Dokumen Hasil Penelitian ........................
4. Foto – Foto Hasil Penelitian .........................................................................
5. Peta Persebaran Angkatan Laut 1945 ..........................................................
6. Struktur Organisasi BKR Laut Nasional ......................................................
7. Surat Izin Penelitan ......................................................................................

MOTTO

“Hidup ini bukan sekedar games, karena terbukti kemiskinan itu pedihnya nyata
bagi orang yang menelantarkan masa depanya”
(MARIO TEGUH)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya.
Dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-nya kupersembahkan karya skripsi
ini kepada :
Bapak Suharjanto, S.Pd. dan Ibu Darlina, S.Pd. yang telah membesarkan ku
dengan keikhlasan hatinya serta selalu Mendoakan dan Menasehati selalu penulis
dalam setiap langkahnya.

Terima Kasih pada saudara-saudaraku :
Dwi Maya Sari, S.Pd. dan Anisa Ade Tiara yang selalu memberikan motivasi
dalam setiap tindakanku.
Para pendidik yang senantiasa membimbing penulis untuk dapat menjadi orang
yang bermanfaat selalu bagi bangsa, agama dan lingkungan di sekitarnya.
Rekan-rekan seperjuangan penulis di Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan
2010 yang selalu ada membatu penulis dan Almamater Universitas Lampung
tercinta.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 06 Mei 1992,
penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara buah cinta
kasih dari Bapak Suharjanto, S.Pd. dan Ibu Darlina, S.Pd.

Perjalanan pendidikan Penulis diawali sejak penulis memasuki masa pendidikan
formal di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Wonokriyo pada tahun 1997, kemudian di
lanjutkan kesekolah dasar di SD Negeri 1 Bulukarto pada tahun 1998 sampai
memasuki jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Gadingrejo
pada tahun 2004 dan jejang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo

pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan tertingginya di Universitas
Lampung melaui jalur tes dan berhasil mencatatkan namanya sebagai mahasiswa
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung. Dalam karirnya
sebagai mahasiswa Universitas Lampung, penulis pernah mengikuti program
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Serdang Dalam Kecamatan Balik Bukit
Kabupaten Lampung Barat serta program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP N 3 Balik Bukit. Penulis pernah terjun aktiv dalam kegiatan kemahasiwaan,
yang diantaranya menjadi Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni
(FOKMA) Pendidikan Sejarah dan menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM).

SANWACANA

Allhamdulillahirobil allamin, puji syukur kehadira Allah SWT berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas akhir skripsi ini yang
berjudul “TINJAUAN HISTORIS PEMBENTUKAN PENJAGA KEAMANAN
RAKYAT (PKR) LAUT DI LAMPUNG PADA TAHUN 1945-1949” sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar ke Sarjanaan dalam bidang pendidikan di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si. Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Wakil Dekan III Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
6. Bapak Drs. Syaiful, M, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

7. Bapak Drs. H. Maskun, M.H. Sebagai Pembimbing I terima kasih atas
segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. Sebagai Pembahas Utama terima kasih atas

segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Suparman Arif, S.Pd. M.Pd. Sebagai Pembimbing Akademik dan
Pembimbing II terimakasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs.
H. Iskandar Syah, M.H., Drs. H. Ali Imron, M.Hum., Drs. H. Maskun, M.H.,
Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. H. Tontowi Amsia, M.Si., Hendri Susanto, S.S.
M.Hum., Drs. Syaiful, M, M.Si., Dr. Risma Magaretha Sinaga, M. Hum.,
M. Basri, S.Pd, M.Pd., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum., Suparman
Arif, S.Pd, M.Pd.
11. Bapak Ki Agus Tjek Mat Zen serta Bapak/Ibu Responden dan Informan
yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu-ilmu berharga yang tak
diketahui penulis sebelumnya.
12. Kakak dan Adiku tercinta, Dwi Maya Sari, S.Pd. dan Adiku Anisa Ade Tiara
yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dalam hidupku.
13. Sahabat-sahabat terbaiku, Nurul Anwar, Khairul Afandi, Taufik Siswoyo,
Fadilah Mamur Arif, Dimas Rahmat Rafendi, Nailur Rohmah, May
Benedecta Indra Sari, Linda Septiana, Mei Destriana, Novria Yulianti, Ria


Setiawati, Dela Hapmita, Rika Warda Julianti, Yuliza Sushanti, Tila Paulina
terima kasih atas segala kesetia kawanan yang kalian berikan selama ini.
14. Teman-teman seperjuanganku Taufik Indra Setiawan, Bagun Hutama
Winata, Hermawan Santoso, Lilis Suryana, Dista Lia Arum, Dahlia
Nasution, Ermawati, Indah Sri Lestari, Indah Mustika Dewi dan rekanrekan seperjuanganku yang lainya angkatan 2010 Program Studi Pendidikan
Sejarah yang tak dapat ku sebutkan satu persatu, ku ucapkan terima kasih
atas segala canda tawa yang kalian berikan kepada ku selama ini.
15. Teman-teman satu Pembimbing Akademik ku Argy Yosef Ratin, Yohanes
Susilo, Dian Nur Pertiwi, Mei Destriana, Dora Arcela terima kasih atas
kesedian kalian menemaniku selama ini.
16. Saudari Umairo Tuti Daraswita, S.Pd. terima kasih atas nasihat dan motivasi
yang selalu diberikan kepada ku.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini
yang tak dapat ku sebutkan satu persatu. Semoga amal ibadah dan ketulusan
hati kalian dalam membantuku akan mendapatkan imbalan yang sesuai dari
Allah SWT.
Amin.
Bandar Lampung,

Desember 2015


Penulis

Deka Satriya Imanda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Proses terbentuknya Organisasi Militer di Indonesia, ditandai dengan masa
pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Proses pembentukan tersebut terjadi
ketika bangsa Jepang dengan kekuatan militernya membentuk sebuah barisan
pertahanan yang dikenal sebagai Heiho dan PETA. Dibentuknya Heiho dan
PETA merupakan suatu rangkaian dari strategi Jepang untuk memanfaatkan dan
menampung aspirasi bangsa Indonesia atas keinginannya untuk memiliki
sejumlah pasukan militer yang terlatih, serta dengan harapan pihak Jepang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk membantu dalam menghadapi perang Asia
Timur Raya.

Sejak Heiho dan PETA diresmikan sebagai barisan militer bangsa Indonesia,

sejumlah pemuda-pemuda mulai memanfaatkan potensi dirinya untuk
bergabung kedalam kesatuan Gyu´gun atau Tentara Sukarela yang menjadi
bagian dari Heiho dan PETA. Sejumlah pemuda-pemuda yang terpilih,
kemudian dilatih secara langsung oleh pihak Jepang untuk menjadi pasukan
militer yang dipersenjatai.

2

“Pemuda-pemuda di desa, dilatih sebagai militer dengan persenjataan
bambu runcing, sedangkan penduduk diberi pelajaran juga didalam
membasmi kebakaran. Pemuda-pemuda yang berpendidikan diambil dari
daerah-daerah untuk dijadikan anggota PETA yang dipersenjatai
senapan”. (Iskandar Syah, 2004:53)
Sejak

dibentuknya

Heiho

dan


PETA

oleh

tentara

Jepang,

untuk

mengkondisikan situasi keamanan wilayah di Indonesia, pihak jepang mulai
membentuk sejumlah barisan-barisan keamanan lainya seperti : Seinendan,
Keibodan, Fujinkai dan lain-lainya. Dibentuknya barisan pertahanan tersebut,
tentu merupakan sebuah strategi yang dilakukan selain untuk menjaga
keamanan wilayah, juga dipersiapkan untuk dapat membantu Jepang didalam
melawan sekutu apabila Jepang terdesak dikemudian hari.
“Pembentukan (Seinendan dan Keibodan) itu bertujuan untuk mendidik
dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri. Maksud yang disembunyikan ialah agar
dengan demikian memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat usaha
mencapai kemengangan akhir dalam perang saat itu.” (Marwati Djoened.
P dan Nugroho Notosusanto, 1992 : 45)

Hingga memasuki pertengahan tahun 1945 menjelang masa berakhirnya
kekuasaan Jepang di Indonesia. Aktivitas organisasi militer Indonesia dibawah
kendali Jepang mulai terhenti, terutama sejak pemuda-pemuda Indonesia
mengetahui masa kejatuhan bangsa Jepang oleh sekutu dalam perang Asia
Timur Raya. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh sejumlah eks. Heiho,
PETA dan organisasi militer lainya untuk mulai merancang suatu sistem
pertahanan nasional yang meliputi darat, laut dan udara.

3

Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang serta dimulainya kedaulatan baru bagi
Indonesia, maka guna mempertahankan status kedaulatan wilayah Indonesia
dibentuklah suatu badan pertahanan yang pada nantinya akan dikenal sebagai
Badan Keamanan Rakyat (BKR) dikemudian hari.
“Pembentukan BKR diumumkan presiden Soekarno tanggal 23 Agustus
1945. Presiden berseru agar para bekas tentara PETA, Heiho dan pemudah
lain memasuki BKR sambil menunggu dibentuknya tentara
kebangsaan……… Para pemuda bekas Kaigun Heiho, karyawan Jawa
Unko Kaisha serta para siswa dan guru-guru Sekolah Tinggi Pelayaran
membentuk BKR Laut di daerah-daerah pelabuhan. Sementara itu para
pemuda di sekitar pangkalan udara membentuk BKR Udara”. (Marwati
Djoened. P dan Nugroho Notosusanto, 1992 : 178, 179)

Dalam perkembangannya BKR dibagi kedalam tiga macam bagian, yakni
bagian Darat, bagian Laut dan bagian Udara. Dalam perkembangan BKR Laut,
sebagian besar pasukan pendukungnya berasal dari sekelompok tentara
dididikan Jepang seperti Giÿugun, Kaigun Heiho, PETA dan lain-lainya serta
beberapa relawan dari laskar-laskar pejuang lainya. Bersamaan BKR, lahirlah
pula BKR laut, terdiri dari pemuda laut dari Jawa Unko Kaisha, murid-murid
sekolah pelayaran, Heiho Laut, bekas buruh pelayaran dan Pelabuhan (Slamet
Muljana, 2008:50)

Perkembangan pada devisi laut, mulai terlihat sejak dibentuknya suatu Badan
Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut) yang dibentuk disetiap daerah-daerah di
Indonesia. Pembentukan ini tentu dimaksudkan guna melindungi keamanan
disetiap wilayah laut dan pelabuhan pada waktu itu. Dengan Maklumat
Pemerintah yang disampaikan pada tanggal 5 Oktober 1945, guna

4

menyempurnakan diri sebagai barisan tentara nasional, kemudian BKR Laut
diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat Laut (TKR Laut), yang kemudian
dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Perkembangan angkatan laut tentu tidaklah hanya terjadi ditingkat pusat. Di
setiap daerah-daerah khusunya diwilayah Lampung, pembentukan pasukan
pertahanan laut telah dimulai sejak dibentuknya PKR Laut pada bulan Oktober
1945 yang untuk pertama kalinya dibawahi oleh pimpinan M.M Haidar dan
beberapa pimpinan lainya seperti C. Shoukan, K.L Tobing, Dadang Efendii dan
Didit Jamaludin yang pada umumnya berasal dari bermacam-macam kesatuan
: Kaigun, Heiho, Jawa Unko Kaisa dan Unsur-unsur Maritim Lainya. (Dewan
Harian Daerah Angkatan “45, 1994 : 165)

Sejak dibentuknya PKR Laut Lampung di tahun 1945, kondisi wilayah disekitar
laut Lampung menjadi tertata dan kondusif. Hal ini lebih disebabkan oleh
adanya aktivitas penjagaan wilayah oleh PKR Laut. Oleh sebab itulah, hingga
memasuki tahun 1949 ketika bangsa Belanda mulai mengadakan Agresi Militer
II nya di Lampung, aktivitas-aktivitas kehadiranya sudah terlebih dahulu
diketahui serta dapatlah dihambat dengan baik.

Dengan demikian, guna menelusuri kondisi dan perkembangan pasukan
Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut pada waktu itu, maka peneliti ingin
memperdalam penelitiannya mengenai latar belakang, proses pembentukan,

5

tujuan dan aktivitas militer pasukan laut dan beberapa laskar pembantu yang
berada disekitar provinsi Lampung.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pembentukan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Laut di
Lampung ?

1.3 Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitan
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
a. Mengetahui latar belakang dari dibentuknya Penjaga Kemanan
Rakyat (PKR) Laut di Lampung tahun 1945-1949.
b. Mengetahui proses dari dibentuknya Penjaga Kemanan Rakyat
(PKR) Laut di Lampung tahun 1945-1949.
c. Mengetahui tujuan dan aktivitas Kegiatan Penjaga Kemanan Rakyat
(PKR) Laut di Lampung tahun 1945-1949.

1.3.2

Kegunaan Penelitian
Dalam kegunaan karya penelitian ini, peneliti memiliki beberapa nilai
kegunaan, antara lain :
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna secara teoritik untuk mengungkap alasan dari
Pembentukan Pasukan Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) laut di
Lampung tahun 1945-1949

6

b. Kegunaan Praktis
1. Sebagai acuan bagi pemerintah didalam menyempurnakan
pasukan pertahanan militer guna mengamankan kedaulatan
wilayah negara.
2. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan perdamaian
di tanah air dari gangguan-gangguan yang sewaktu-waktu dapat
mengancam status kedaulatan negara.

1.3.3

Ruang Lingkup Penelitan
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitianya meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
a. Objek Penelitian

: Pasukan Penjaga Kemanan Rakyat
(PKR) laut

b. Subjek Penelitian

: Aktivitas Militer Pasukan Penjaga
Kemanan Rakyat (PKR) laut di Lampung
tahun 1945-1949

c. Tempat Penelitian

: Perpustakaan Universitas Lampung
Perpustakaan Daerah Lampung
Markas Angkatan Laut Lampung

d. Waktu Penelitian

: Disesuaikan dengan surat-surat izin
penelitian yang dikeluarkan oleh
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung hingga selesai.

e. Konsentrasi Ilmu

: Sejarah Maritim

REFERENSI

Iskandar Syah. 2004. Persepektif Sejarah Nasional.Bandar Lampung : Universitas
Lampung. Hal : 53.
Marwati Djoened. P dan Nugroho. N. 1992. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka. Hal : 45.
Ibid. Hal : 178, 179.
Dewan Harian Daerah ¨45. 1994. Sejarah Perjuangan Daerah Lampung Buku I.
CV. Bandar Lampung : Mataram. Hal : 165.
Slamet Muljana. 2008. Kesadaran Nasional : Dari Kolonialisme Sampai
Kemerdekaan Jilid 2. Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Aksara. Hal : 50.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka diperlukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang dijadikan
sebagai topik pembahasan dalam penelitian. Hal ini sangat perlu dilakukan,
sebab dalam tinjauan pustaka terdapat teori-teori ataupun konsep-konsep atau
generalisasi yang akan dijadikan sebagai landasan teoritis bagi peneliti. Adapun
tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

2.1.1

Konsep Tinjauan Historis
Tinjauan Historis bila diperhatikan secara seksama, merupakan sebuah
kalimat yang terdiri dari beberapa suku kata yang berbeda, yakni Tinjauan
dan Historis. Secara etimologi bila diterjemahkan melalui kamus besar
bahasa Indonesia Tinjauan memiliki beberapa pengertian yaitu sebagai hasil
temuan, peyelidikan, mempelajari dan sebagainya. (Peter Salim dan Yeny
Salim, 2002 : 1621)

Dari pengertian singkat tersebut, tentunya dalam hal ini dapatlah diartikan
bahwa “Tinjauan” merupakan suatu pengamatan yang dilakukan guna

8

mendapat sebuah hasil dari sebuah permasalahan dengan cara melakukan
penyelidikan, mempelajari dan sebagainya.

Dalam pergertian selanjutnya mengenai kata “History”, bila ditelusuri
melalui etimologi bahasanya merupakan sebuah kata yang berasal dari
bahasa eropa yang sebelumnya diadaptasikan melalui kata yang berasal dari
bahasa Yunani kuno “historia” (dibaca Historia), yang dimana kata tersebut
memiliki makna sebagai telaahan mengenai sebuah gejala-gejala yang
menyangkut individu manusia yang berjalan dalam sebuah urutan
kronologis. (Sjamsuddin dan Ismaun, dalam Dadang Supardan. 2011:287)

Sementara itu bila penggunaan istilah History tersebut diartikan kedalam
bahasa indonesia, tentunya akan mengacu pada sebuah istilah “Sejarah”.
Penggunaan istilah “Sejarah” bagi bangsa Indonesia tentu dipengaruhi oleh
sebuah kata yang berasal dari bahasa arab “Syajarotun” (dibaca Syajarah)
yang memiliki arti sebagai pohon kayu. Dalam pemaknaan arti tersebut,
pengertian pohon yang dapat dianalogikan sebagai sebuah rangkaian dari
silsilah kehidupan yang terus berjalan sebagai sebuah ranting atapun akar
pohon yang terus bercabang.

Dalam pengertian secara umum, Sejarah ataupun History tentunya memiliki
arti dan makna yang sama, yakni sama-sama menujukan suatu objek dari
suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau. Sejarah juga

9

merupakan suatu gambaran mengenai sebuah peristiwa-peristiwa masa
lampau yang berhubungan dengan manusia sebagai pusat peristiwa, yang
kemudian disusun sebagai sebuah karya ilmiah yang meliputi urutan waktu
dan diberikan tafsiran dan análisis kritis sehingga mudah untuk dipahami.
(Hugiono dan P.K Poerwantana, 1987:9)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, baik mengenai arti kata maupun
pendapat-pendapat dari berbagai macam sumber, maka dapatlah
disimpulkan bahwa Tinjauan Historis merupakan suatu pengamatan yang
dilakukan guna mendapatkan sebuah hasil atau jawaban dari sebuah
peristiwa yang terjadi dimasa lampau, dengan cara melakukan peyelidikan
mengenai fakta-fakta sumber serta mempelajari setiap kronologi peristiwa
tersebut dalam sebuah penafsiran dari karya ilmiah.

2.1.2

Konsep Pembentukan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR)
Penjaga Keamanan Rakyat atau yang biasa dikenal dengan istilah PKR,
merupakan suatu badan pertahanan pemerintah yang telah terbentuk sejak
tahun 1945. Terbentuknya PKR sebagai organisasi militer pemerintah,
semata-mata merupakan suatu kelanjutan dari dibentuknya Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang telah terbentuk sebelumnya sebagai badan
yang menaungi keamanan wilayah.

Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR), pada awalnya tidak
dimaksudkan sebagai angkatan bersenjata regular melainkan hanya sebagai

10

perangkat keamanan yang bertugas dalam memelihara keamanan bersama
rakyat, sehingga BKR merupakan bagian dari BPKKP (Badan Penolong
Keluarga Korban Perang). Namun seiring dengan perkembangannya BKR
kini mulai mengembangkan diri sebagai Korps Pejuang Bersenjata. (F.
Sugeng Istanto, 1992:131)

Setelah BKR terbentuk, kemudian hadirlah organisasi pertahanan baru yang
dikenal dengan istilah Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) yang dimana
hampir keseluruhan anggotanya merupakan bekas tentara jepang seperti
Gyu´gun dan Heiho. Berbeda dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR),
Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) merupakan salah satu organisasi militer
pemerintah yang pada waktu itu hanya dibentuk diwilayah Sumatera
khususnya di Sumatera Selatan dan sekitarnya. PKR pada mulanya tidak
lebih dari sekedar tempat berkumpul opsir-opsir muda tanpa seragam, anak
buah dan tanda pangkat. (Mestika Zed, 2005 : 126)

Di wilayah Lampung, PKR telah terbentuk sejak 25 Agustus 1945 yang
pada waktu itu proses pembentukanya dilakukan oleh sejumlah perwira
bekas tentara didikan Jepang dan sejumlah tokoh-tokoh pemudah lainya
yang kemudian pembentukan PKR itu meluas keseluruh daerah di Lampung
dan merupakan embrio organisasi militer di Lampung. (Dewan Harian
Daerah “45, 1994: 138)

11

Dibentuknya organisasi Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) secara umum di
Lampung pada tanggal 25 Agustus 1945, kemudian dikuti dengan
dibentuknya Penjaga Kemanan Rakyat (PKR) Laut pada bulan Oktober
1945 yang berbasis diwilayah Teluk Betung. PKR Laut pada umumnya
berisikan para pelaut bekas militer Jepang yang terdiri dari Kaigun, Heiho,
Jawa Unko Kaisha dan unsur-unsur maritim lainya yang kemudian
mendirikan organisasi kententaraan yang bergerakan didalam menjaga
wilayah perairan dan fasilitas-fasilitas di sekitar wilayah perairan.

2.1.3

Konsep Pasukan Militer
Pengertian akan makna sebuah Pasukan bila diperhatikan menurut kamus
besar bahasa Indonesia, pasukan memiliki pengertian sebagai sekelompok
tentara atau prajurit yang memiliki tugas tertentu sesuai dengan kemampuan
dan tugasnya, dan terkadang ditempatkan di posisi terdepan dalam suatu
pertahanan. (Peter Salim dan Yeny Salim, 2002 : 1105)

Bila mengacu pada pengertian tersebut, maka pengertian pasukan dalam hal
ini dapatlah diartikan, bahwa pasukan merupakan suatu unit tentara ataupun
prajurit yang secara teknis terbagi atas beberapa kelas dan golongan yang
disesuaikan dengan kemampuannya, dan memiliki tugas sebagai unit
pertahanan dalam garis terdepan. Secara sederhana pengertian tersebut juga
mengindikasikan bahwa pasukan merupakan sekolompok unit taktis yang
dipersenjatai baik oleh suatu kelompok ataupun negara yang memiliki
kendali besar atas pasukan militer bentukanya.

12

Menurut Sayidiman Suryohadiprojo menyebutkan mengenai pengertian
istilah militer secara lebih sederhana, bahwa : “Militer sebagai organisasi
kekuatan bersenjata yang bertugas didalam menjaga kedaulatan negara”
(Sayidiman Suryohadiprojo dalam Conni Rahakundini Bakrie, 2007 : 41)

Bila ditinjau dari beberapa pendapat dan pengertian tersebut, maka dalam
hal ini dapatlah sedikit diartikan bahwa istilah “pasukan” tentunya memiliki
sebuah keterkaitan dalam istilah militer, sebab dalam hal ini militer
merupakan suatu organisasi angkatan bersenjata yang dimiliki oleh sebuah
negara yang berfungsi didalam mengelolah para prajurit atau serdadu
(dalam hal ini adalah Pasukan), sebagai alat yang digunakan untuk
melaksanakan kepentingan negara.

Dengan mengacu pada pengertian tersebut, maka dalam hal ini dapatlah
sedikit disimpulkan bahwa hubungan antara militer dan pasukan tentunya
merupakan suatu hal yang sangatlah logis untuk dihubungkan, dan oleh
sebab itulah maka dalam hal ini, prajurit/tentara/ pasukan merupakan suatu
unit taktis yang diciptakan oleh sebuah organisasi militer yang tentunya
dimiliki oleh sebuah negara.

Menurut pandangan Almos Perlmutter mengenai organisasi militer didalam
sebuah negara, dalam buku karanganya yang berjudul “Militer dan Politik”,
menyebutkan bahwa dalam suatu organisasi militer dalam sebuah negara,

13

akan terdapat beberapa jenis-jenis orientasi militer yang dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yakni prajurit profesional, prajurit pretorian dan prajurit
revolusioner. Ketiga jenis orientasi ini muncul sebagai bagian dari adanya
reaksi terhadap keadaan-keadaan yang terjadi di sekitar lingkunganya.
(Amos Perlmutter, 2000 : 14)

Sementara itu bila ditelusuri melalui asal usul pembentukannya, nodlinger
mengidentifikasikan bahwa pembentukan pasukan militer dapat dibentuk
menjadi tiga kelas sosial, yaitu : 1. Kelas atas (high class) 2. Kelas
menengah (middle class) 3. Kelas menengah bawah (lower middle class).
(Nodliger dalam Indria Samego, 2000 : 40)

Dengan adanya berbagai pendapat dan sumber-sumber mengenai pengertian
pasukan, maka dalam hal ini peneliti dapatlah menyimpulkan secara garis
besar mengenai pasukan. Pasukan merupakan sekelompok unit taktis militer
yang terlatih dan dipersenjatai guna menjalankan fungsi dan tujuannya
sesuai dengan organisasi militer yang terdapat didalamnya.

2.1.4

Konsep Pertahanan Laut
Konsep pertahanan atas laut, tentunya merupakan sebuah konsep yang
tercipta dalam usaha untuk mengamankan wilayah perairan dari segala
macam ancaman ataupun pelanggaran. Istilah pertahanan laut itu sendiri
tentu timbul seiring dengan adanya konsep mengenai pengertian pertahanan
itu sendiri secara umum. Munculnya konsep pertahanan ini, tentunya dapat

14

dicerminkan dari keberadaaan sebuah negara. Pertahanan dalam sebuah
negara, terkadang memiliki sebuah keterkaitan yang cukup kuat. Sebab
dalam hal ini pertahanan dalam sebuah negara lebih dititi beratkan pada
aktivitas didalam mengamanakan wilayah teritorialnya. Dalam hal ini,
pertahanan memiliki sebuah tujuan yang tidak sederhana, sebab pertahanan
tidaklah lagi terbatas pada mempertahankan suatu integritas wilayah
nasional terhadap segala bentuk ancaman, namun lebih ditujukan didalam
mempertahankan segala ideologi dan segala nilai-nilai kehidupan dari
sebuah bangsa yang ada didalamnya. (Daoed Joesoef, 1973 : 138)

Upaya pertahanan seperti itu, tentunya merupakan suatu proses didalam
menghadapi kemungkinan dari sebuah serangan atau invansi dari luar yang
dilakukan dengan cara membangun serta membina daya kekuatan tangkai
negara sebuah bangsa sehingga mampu menangkal setiap ancaman yang
berasal dari luar negeri, dalam bentuk dan wujud apapun. (Thontowi Amsia,
2011 : 61)

Oleh sebab itu maka dalam hal ini dapatlah sedikit disimpulkan bahwa
pertahanan merupakan sebuah cara bagi suatu kelompok tertentu didalam
mempertahankan diri ataupun kepemilikan tertentu dari segala macam
ancaman-ancaman yang di lakukan oleh musuh.

15

Pengertian selajutnya yaitu mengenai istilah laut. Laut merupakan salah satu
wilayah yang dimana selalu mendapatkan perhatian disetiap Negara-negara
didunia. Laut selain sebagai unsur dari alam, tentunya memiliki sejumlah
potensi yang besar bagi kehidupan manusia. Menurut Anugrah Nontji dalam
bukunya yang berjudul “Laut Nusantara” menyebutkan bahwa laut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan Antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Transportasi
Perikanan
Pertambangan
Bahan Baku Obat-obatan
Energi
Rekreasi dan Pariwisata
Pendidikan dan Penelitian
Konservasi Alam
Pertahanan Keamanan
(Anugrah Nontji, 1987 : 6, 8)

Bila diperhatikan secara sepintas menurut pandangan Anugrah Nontji, laut
secara garis besar juga berperan sebagai penentu didalam pertahanan serta
keamaan dari sebuah Negara. Laut bagi setiap negara kepulauan tentunya
merupakan suatu wilayah yang sangat penting, mengingat laut merupakan
wilayah yang dapat dijadikan sebagai pengamanan dan penjaga keutuhan
wilayah dari segala macam ancaman.

Sementara itu bila diperhatikan dari segi pertahanan dan keamanannya,
Menurut Sayidiman Suryohadiprojo dalam bukunya “Si Vis Pacem Para
Bellum”. menyebutkan : Laut merupakan bagian penting dari perang dan
strategi baik itu serangan atau pertahanan. Lautan diperluakan untuk dapat

16

membawa kekuatan perang didaerah-daerah lain ke seberang lautan.
(Sayidiman Suryohadiprojo, 2005:102)

Dalam peryataan tersebut sudah sangat jelas bahwa pertahanan laut
merupakan sebuah bagian dari penguasaan wilayah yang sangat strategis
untuk dikuasasi ataupun di pertahankan bagian wilayahanya, sebab dalam
hal

inilah

sebuah

Negara

kepulauan

dapatlah

bertahan

dan

menyempurnakan bagian kedaulatan wilayahnya.

Pentingnya potensi laut dalam pertahanan, tentunya juga didukung dengan
adanya pandangan para ahli mengenai potensi wilayah perairan tersebut.
Menurut pandangan ilmu maritim yang menyatakan bahwa penguasaan
lautlah yang menjadi dasar terakhir bagi kekuasaan negara. (T.B
Simatupang, 1981 : 202)

Hal tersebut tentunya didukung pula dengan adanya peryataan yang
disampaikan oleh Sir Wlater Ralegh yang menyatakan bahwa “Siapa yang
menguasai Lautan, dia menguasai kekayaan-keakayaan dunia dan dengan
itu dia menguasai dunia itu sendiri”. Peryataan tersebut tentu bukanlah
sebuah anggapan semata. Mengingat dalam hal ini laut tentunya merupakan
sebuah pintu gerbang dalam mencampai dunia baru. Pendapat yang
disampaikan tersebut, juga didukung dengan adanya pendapat dari seorang
perwira angkatan laut Amerika Serikat yaitu Laksamana Muda Mahan,

17

menurut mahan menerangkan tentang peranan lautan, bahwa pemakaian dan
penguasaan lautan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap sejarah
negara. Hal ini tentunya telah dibuktikan dari sejumlah catatan-catatanya
mengenai

kejayaan-kejayaan

dari

berbagai

bangsa

didunia

yang

menggunakan penguasaan laut dalam membentuk armada perangnya. (T.B
Simatupang, 1981 : 203)

Dari berbagai sumber serta beberapa pendapat-pendapat ahli mengenai
pertahanan laut, maka dalam hal ini peneliti dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa pertahanan laut merupakan sebuah upaya yang
dilakukan oleh sekelompok orang atau negara didalam mengamankan
wilayah perairanya dari segala macam ancaman yang timbul dari berbagai
pihak tertentu.

2.1.5

Konsep Organisasi Militer
Organisasi Militer merupakan sebuah istilah yang sering dimunculkan
untuk menggambarkan sebuah kekuatan militer yang tersetruktur dan
terencana. Organisasi Militer cederung dimiliki oleh sebuah Negara maupun
penguasa tertentu. Menurut pandangan Amos Perlmutter mengenai
Organisasi Militer, dalam buku karanganya yang berjudul “Militer dan
Politik”, menyebutkan bahwa organisasi militer adalah sebuah ikatan
persaudaraan dan persekutuan sekaligus alat kekuasaan dan birokrasi
(Almos Perlmutter, 2000 : 9)

18

Bila diperhatikan mengenai pengertian tersebut maka dalam hal ini,
organisasi militer dapat diartikan sebagai sebuah himpunan ataupun
perkumpulan individu yang dapat digerakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu dalam memperoleh kekuasaan. Selanjutnya mengenai
perkembangan dari sistem pengorganisasianya, menurut Beisheline
menjelaskan pengorganisasian militer merupakan sebuah proses didalam
membuat prosedur-prosedur, faktor-faktor dan struktur organisasi dalam
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan. (Biesheline dalam C.
Rahakundini Bakrie, 2007 : 22)

Sementara itu bila ditelusuri melalui asal usul pembentukannya, nodlinger
mengidentifikasikan bahwa pembentukan organisasi militer dapat dibentuk
menjadi dua katagori, yaitu berdasarkan pembentukanya militer berasal dari
faktor-faktor berikut : a). dibentuk oleh rezim kolonial. b). terbentuk pada
masa geriliya/revolusi dan c). terbentuk sesudah kemerdekaan. Sementara
itu berdasarkan asal usul kelas sosialnya meliputi : 1. Kelas atas (high class)
2. Kelas menengah (middle class) 3. Kelas menengah bawah (lower middle
class). (Nodliger dalam Indria Samego, 2000 : 40)

Bila diperhatikan melalui beberapa pemaparan yang diungkapkan oleh para
ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi militer merupakan
sebuah perkumpulan yang dibentuk sebagai alat untuk mencapai tujuan-

19

tujuan tertentu dan dalam proses pengorganisasianya pun banyak
menyesuaikan dengan kondisi sekitar.

2.1.6

Konsep Kolonialisme dan Imperialisme Belanda
Kolonialisme berasal dari kata koloni yang memiliki pengertian menahan
sebagaian masyarakat di luar batas atau lingkungan daerahnya. Pengertian
dari kolonialisme itu sendiri cenderung berkaitan dengan adanya suatu
sistem imperialisme yang tentunya dilakukan oleh para pelaku kolonial
Pengertian tersebut bila disejajarkan dengan pendapat yang disampaikan
oleh C.S.T Kansil dan Julianto dalam bukunya yang berjudul “Sejarah
Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia” disebutkan bahwa :
“Kolonialisme adalah rangkaian nafsu suatu bangsa untuk
menaklukan bangsa lain di bidang politik, social, ekonomi dan
kebudayaan dengan jalan :
a. Dominasi Politik
b. Eksploitasi Ekonomi
c. Penetrasi Kebudayaan. (C.S.T Kansil dan Julianto, 1977 : 7)

Dari kedua pengertian tersebut, tentu dapatlah sedikit disimpulkan bahwa
kolonialisme merupakan suatu aksi yang dilakukan oleh suatu negara yang
memiliki kemampuan kuat didalam mengeksploitasi atau memberikan suatu
pengaruh tertentu kepada suatu wilayah yang telah dijadikan incaranya.
Sifat kolonialisme tentu merupakan suatu hal yang tak dapat terlepas dari
adanya sebuah sistem imperialisme, yang dimana sistem tersebut dapatlah
digambarkan sebagai sebuah penjajahan atau pemerasan suatu kaum yang
dianggap lemah.

20

Pengertian Imperialisme bila didasarkan atas pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli, menyebutkan : Imperialisme pada pokoknya berarti politik
ekspoloitasi terhadap bangsa lain untuk kepentingan si Imperialis (mother
contry). (C.S.T Kansil dan Julianto, 1977 : 8)

Menurut Smith, dalam penggunaan istilah imperialisme dapat digunakan
kedalam empat pengertian yang saling berbeda, yakni :
1. Imperialisme sebagai ekspansi ekonomi
2. Imperialisme sebagai pendudukan orang lain (other)
3. Imperialisme sebagai konsep, semangat dan berbagai macam
perwujudtan.
4. Imperialisme sebagai suatu bidang pengetahuan diskursif
(Makinuddin dan Tri Handiyanto Sasongko, 2006 : 8)

Dengan adanya pengertian mengenai konsep-konsep kolonialisasi dan
Imperialisme, maka dalam hal ini penulis dapatlah menyimpulkan secara
sederhana bahwa konsep kolonialisme dan Imperialisme merupakan suatu
tindakan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk membentuk suatu
koloni-koloni baru yang nantinya akan memberikan suatu keuntungan bagi
Negara induk.

21

2.2 Kerangka Pikir
Peran pasukan pertahanan laut bagi Indonesia, tentu tidaklah hanya sebatas
mengamankan wilayah perairan di Indonesia saja, melainkan juga bertindak
sebagai alat dalam mengamankan segala unsur-unsur negara. Hal ini tentu akan
dapat terlihat dengan jelas, apabila pemahaman tersebut di sadingkan dengan
perjalanan sejarah awal proses Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimana
dimasa ini, peran pasukan pertahanan laut tentu sangatlah menentukan bagi
kelanjutan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini pun disebapkan dengan
upaya bangsa Belanda ke Indonesia untuk menduduki wilayah jajahanya
kembali.

Adanya Agresi Militer Belanda inilah, yang kemudian mendorong sikap
pemerintah untuk membentuk suatu Badan Keamana Rakyat (BKR) disetiap
daerah. Dengan hadirnya BKR dan PKR inilah yang nantinya akan menjadi
cikal bakal dari berbagai macam devisi-devisi militer yang terbagi atas devisi
Darat, Laut dan Udara.

Di Sumatera khusunya di wilayah Lampung, dibentuk BKR dan PKR tentu
merupakan sebuah strategi yang sangat tepat, mengingat wilayah Lampung
sebagai tempat persinggahan yang ideal serta sebagai jalur masuk lintas Benua
dan Samudra. Dengan dibentuknya PKR laut di Lampung, maka sudah tepatlah
taktik dan strategis pemerintah dalam melindungi jalur lintas perairan wilayah
Indonesia.

22

2.3 Paradigma

PEMBENTUKAN PKR LAUT DI
LAMPUNG

LATAR BELAKANG
PEMBENTUKAN PKR
LAUT

PROSES
PEMBENTUKAN PKR
LAUT LAMPUNG

Keterangan :
: Garis Proses
: Garis Hubungan atau Masalah

TUJUAN
PEMBENTUKAN PKR
LAUT DI LAMPUNG

REFERENSI

Peter Salim dan Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta : Modern English Perss. Hal : 1621.
Dadang Supardan. 2011. Penghantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta : PT. Bumi Akasara. Hal : 287.
Hugiono dan P.K Poerwanatana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT. Bina
Aksara. Hal : 9.
F. Sugeng Istanto. 1992. Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat
Semesta dan Hukum Internasional. Yogyakarta : ANDI OFFSET. Hal :
131.
Mestika Zed. 2005. Gyúgun Cikal Bakal Tentara Nasional di Sumatera. Jakarta :
Pustaka LP3ES Indonesia. Hal : 126
Dewan Harian Daerah ¨45. 1994. Sejarah Perjuangan Daerah Lampung Buku I.
CV. Bandar Lampung : Mataram. Hal : 138.
Peter Salim dan Yenny Salim. op. cit. Hal : 1105
Conni Rahakundini Bakrie. 2007. Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Hal : 41.
Almos Perlmuter. 2000. Militer dan Politik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hal : 14.
Indria Samego. 2000. TNI di Era Perubahan. Jakarta : Erlangga. Hal : 40.
Daoed Joesoef. 1973. Dua Pemikiran Tentang Pertahanan Keamanan dan Strategi
Nasional. Jakarta : Yayasan Proklamasi dan CSIS. Hal : 138.
Thontowi Amsia. 2011. Perspektif Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional.
Bandar Lampung : ____________. Hal : 61.
Anugrah Nontji. 1987. Laut Nusantara. Jakarta : ________. Hal : 6, 8.
Sayidiman Suryohadiprojo. 2005. Si Vis Pacem Para Bellum : Membangun
Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hal : 102.

T.B Simatupang. 1981. Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai. Jakarta :
Sinar Harapan. Hal : 202.
Ibid. Hal : 203.
Almos Perlmuter. op. cit. Hal : 9.
Conni Rahakundini Bakrie. op. cit., Hal : 22.
Indria Samego. op. cit. Hal : 40
C.S.T Kansil dan Julianto. 1977. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia. Jakarta : Erlangga. Hal : 7.
Ibid. Hal : 8.
Makinuddin dan Tri Handiyanto Sasongko. 2006. Analisis Sosial : Bersaksi dalam
Advokasi Irigasi. Bandung : Yayasan AKATIGA. Hal : 8.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Keberhasilan dari sebuah penelitian ilmiah, tentunya merupakan sebuah hal
yang tak terlepas dari adanya suatu Metode penelitian yang tepat dan sesuai
dengan permasalahan yang diambil. Istilah metode penelitian itu sendiri, tentu
banyak dipahami sebagai suatu cara dalam melakukan tindakan-tindakan
didalam melakukan suatu penelitian. Menurut Husaini Usman dan Purnomo
Setiyady Akbar menjelaskan metode penelitian sebagai berikut :
“Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan Metodologi ialah
suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode.
Jadi metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.” (Usman dan
Purnomo Setiyady Akbar, 2011 : 41)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka guna mempermudah proses penelitian
yang akan dilakukan di kemudian hari. Maka dalam hal ini, untuk menghasilkan
sebuah penelitian yang tersetruktur dan teruji kebenaranya, maka adapun
Metode yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

24
24

3.1.1

Metode Penelitian Historis
Dalam penelitian ini, metode yang akan dipakai adalah metode historis
dengan tujuan untuk mencari sebuah gambaran informasi data yang
menyeluruh didasarkan atas fakta dan peristiwa yang terjadi dimasa
lampau. Penggunaan metode historis juga diperuntunkan sebagai
penggambaran permasalahan dari sebuah pertanyaan-pertanyaan yang
perlu diselidiki mengenai kebenaranya, proses tersebut kemudian di
ringkas dan dievaluasi berdasarkan sumber-sumber sejarah yang
kemudian disajikan berdasarkan fakta-fakta yang bersangkutan dalam
suatu kerangka yang interpretatif. (Edson dalam Dadang Supardan,
2011 : 306)

Untuk tujuan dari metode peneltian historis menurut pendapat dari
Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar menyebutkan bahwa :
“Penelitian Historis bermaksud membuat rekonstruksi masa latihan
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintetiskan bukti-bukti
untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat”.
(Husain Usman dan Purnomo Setiady akbar, 2003 :4)

Berbeda dengan pengertian penelitian metode historis yang telah
dijabarkan diatas. Dalam mengaplikasikan metode penelitian historis
tentunya terbagi atas berbagai macam langkah-langkah yang harus
diambil. Secara sederhana mengenai metode penelitian historis, menurut
Ismaun menggungkapkan beberapa langkah-langkah penelitian yaitu :

25

heuristik, kritik dan analisi sumber, interpretasi, historiografi. (Ismaun
dalam Dadang Supardan, 2011 : 307)

Sementara itu bila dibandingkan dengan metode penelitian historis yang
digunakan oleh Kuntowijoyo dalam bukunya Penghantar Ilmu Sejarah,
menyebutkan suatu penelitian dapat dilakukan dengan beberapa tahap,
yaitu Pemilihan Topik, Pengumpulan Sumber, Verifikasi, Interpretasi
dan penulisan. (Kuntowijoyo, 1995 : 89).

Dari kedua pendapat ahli tersebut, kendati masih memiliki beberapa
perbedaan. Namun bila diperhatikan secara seksama, tahapan-tahapan
penelitian tersebut memiliki makna dan proses yang hampir sama.
Langkah-langkah tersebut, tentunya merupakan sebuah cara yang dinilai
efektif didalam menjawab sebuah masalah yang diperdebatkan. Oleh
sebab itulah guna mempermudah penelitian, maka berikut akan
dipaparkan mengenai langkah-langkah penelitian sejarah.

Langkah-langkah penelitian sejarah bila didasarkan atas pemahaman
peneliti, didalam memahami isi materi yang ditulis oleh Suhartono,
langkah-langkah tersebut tentu dapat ditafsirkan sebagai berikut:
1. Heuristik ( Pengumpulan data atau Sumber)
Proses yang dilakukan guna melakukan pengumpulan data dokumen,
arsip serta buku-buku pendukung penelitian yang dapat ditemukan.

26

2. Kritik dan Analisis Sumber
Dalam melakukan kritik dibagi atas dua macam kritik, yakni kritik
eksternal dan internal. Kritik eksternal adalah menguji keasilan halhal yang sifatnya fisik, sedangkan kritik internal adalah menguji isi
dokumen.
3. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu proses penafsiran dari hasil kritik
sejarah yang dapat dibedakan atas fakta keras dan fakta lunak.
4. Historiografi (Penulisan)
Proses penarasian ke dalam bentuk deskripsi yang dimana
merupakan proses akhir dalam menjelaskan dan menganalisis buktibukti sejarah.
(Suhartono, 2007 : 30, 31)

3.2 Variabel Penelitian
Varibel Penelitan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Sebab dalam hal inilah, suatu penelitian akan berhasil dan teruji
kebenaranya apabila terdapat suatu varibel yang jelas mengenai subjek-subjek
masalah yang akan diteliti. Variabel penelitian bila dipandang menurut
pendapat para ahli, memiliki beberapa pengertian.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku karanganya mengenai “Prosedur
penelitian”. Menyebutkan bahwa secara sederhana variabel dapatlah diartikan

27

sebagai suatu hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu
kegiatan penelitian (Point to be noticed), yang menunjukan variasi, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Variabel juga dapat disebut sebagai “ubahan”
karena dapat berubah-ubah atau bervariasi. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 10)

Sementara itu mengenai pengertian lain tetang variabel, variabel adalah konsep
yang mempunyai bermacam-macam nilai. Konsep itu sendiri digunakan untuk
menggambarkan suatu fenomena yang secara abstrak dibentuk dengan jalan
membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas. (Moch. Nazir dalam P.Joko
Subagyo, 2006 : 95)

Namun bila mengacu kepada definisi para ahli-ahli lainya mengenai pengertian
variabel, secara garis besar variabel dapat didefinisikan sebagai kondisi-kondisi
yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasikan dalam suatu
penelitian. (Usman Rianse dan Abdi, 2009 : 81)

Berdasarkan beberapa sumber-sumber mengenai pengertian variabel yang
disebutkan oleh beberapa ahli tersebut, maka dalam hal ini peneliti dapatlah
menyimpulkan mengenai definisi tentang variabel, bahwa variabel merupakan
suatu objek penelitian yang dijadikan sebagai suatu pusat perhatian yang
dimana objek penelitian tersebut dapatlah dikontrol atau dimanipulasikan
sebagai bahan penelitian.

28

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian ilmiah, tentu merupakan suatu hal yang wajar apabila
suatu penelitian memiliki sumber-sumber yang jelas dan tentunya dapatlah
dipertanggung jawabkan mengenai fakta-fakta dari kebenaran data tersebut.
Adapun cara atau teknik yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan
penelitiannya adalah sebagai berikut :

3.3.1

Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan atau cenderung dikenal sebagai teknik studi
pustaka, bila mengacu pada pengertian yang ditulis oleh Jonathan
Sarwono, mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah suatu teknik
pengumpulan data yang ditulis dengan menelaah teori-teori, pendapatpendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah media
cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian. (Jonathan Sarwono, 2010:
34,35)

Pengertian singkat mengenai teknik kepustakaan yang diuangkap oleh
ahli tersebut, tentu telah memberikan suatu gambaran secara luas
mengenai pengertian teknik kepustakaan bagi peneliti. Dengan
demikian maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik kepustakaan
merupakan suatu cara yang digunakan oleh para peneliti didalam
melakukan suatu penelitian atau pengembangan penelitian dengan

29

merujuk pada hasil-hasil laporan atau catatan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.

3.3.2

Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi bila didasarkan atas beberapa pengertian menurut
para ahli, teknik dokumentasi secara sederhana dapat diartikan sebagai
suatu teknik didalam mengarsipkan atau mencatat suatu peristiwaperistiwa penting

yang kemudian didokumentasikan. Menurut

Suharsimi Arikunto, mengartikan teknik dokumentasi sebagai proses
didalam mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 231).

Sementara itu menurut Hadari Nawawi meyebutkan mengenai
teknik/studi dokumenter adalah suatu cara dalam mengumpulkan data
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsipp dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil /hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991
: 133)

Berdasarkan atas dua pengertian tersebut, maka dalam hal ini peneliti
dapat meyimpulkan bahwa teknik dokumentasi/dokumenter merupakan
suatu teknik yang dapat digunakan sebagai cara didalam melakukan
penelitian lanjutan melalui catatan-catatan yang terekam baik berupa

30

buku-buku, prasasti dan sebagainya yang dapat dijadikan sebagai bahan
penunjang peneltian.

3.3.3

Teknik Interview
Teknik interview atau yang dikenal sebagai teknik didalam
mewawancarai narasumber, merupakan suatu teknik sederhana yang
dimana proses tersebut dilakukan dengan melakukan Tanya jawab
secara langsung kepada narasumber, saksi atau pelaku yang memiliki
informasi mengenai keterkaitanya dengan suatu masalah yang hendak
diteliti oleh peneliti.

Teknik Interwiew atau wawancara bila mengacu pada pengertian atau
pendapat para ahli, menyebutkan bahwa : wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan
proses tanya jawab lisan, yang dimana dua orang atau lebih saling
berhadapan secara fisik. (Kartono dalam Jonathan Sarwono, 2010 : 34)
Sementara itu dalam sebuah wawancara dapat dilakukan dengan
berbagai macam pedoman. Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan
secara garis besar bahwa dalam suatu wawancara dapat dilakukan atas
dua macam, yakni :
a. Pedoman Wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan.
b. Pedoman Wawancra terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 227)

31

Dengan adanya pengertian tersebut, maka dalam hal ini peneliti secara
sederhana dapat menyimpulkan mengenai teknik interview atau
wawancara, yaitu suatu teknik yang digunakan oleh seseorang dengan
maksud untuk mengorek atau menggali informasi dari narasumber, saksi
atau pelaku mengenai suatu informasi yang akan menjadi objek
penelitian dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung.

3.4 Uji Validitas
Uji validitas atau yang dapat diartikan sebagai uji mengenai ke validtan,
kebenaran dan keabsahan data, merupakan suatu serangkaian dari proses
penelitian yang tentunya digunakan sebaga