USAHA-USAHA GERAKAN PUTERI INDONESIA (GERPI) DALAM MENGISI KEMERDEKAAN INDONESIA DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949

(1)

ABSTRAK

USAHA-USAHA GERAKAN PUTERI INDONESIA (GERPI) DALAM MENGISI KEMERDEKAAN INDONESIA

DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949

Oleh

DIAN NUR PERTIWI

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia, maka perjuangan selanjutnya ialah mengisi dan mempertahankan kemerdekaan yang telah di dapat. Seluruh rakyat Indonesia menyambut dengan suka cita Kemerdekaan Indonesia baik dari kalangan militer maupun rakyat sipil, baik pria maupun wanita. Pasca proklamasi kemerdekaan muncul beberapa badan perkumpulan atau organisasi kewanitaan di Lampung sebagai wadah berkumpul dan berjuang guna mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung, salah satu badan perkumpulan atau organisasi wanita yang ada di Lampung tersebut yaitu Gerakan Puteri Indonesia (GERPI).

Rumusan masalah penelitian ini adalah apa sajakah usaha-usaha yang dilakukan GERPI (Gerakan Puteri Indonesia) dalam mengisi kemerdekaan di Lampung tahun 1945-1949. Metode penelitian yang digunakan metode historis dengan teknik pengumpulan datanya teknik kepustakaan, dokumentasi, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini adalah usaha yang dilakukan GERPI (Gerakan Puteri Indonesia) dalam mengisi kemerdekaan di Lampung selama periode tahun 1945-1949 yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan positif, pada tahun 1945 GERPI ikut aksi Merah Putih dengan mengibarkan Bendera Merah Putih di Gunung Kunyit bersama lasykar-lasykar rakyat, GERPI juga ikut dalam Kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 10 November 1945 sebagai peninjau mewakili Lampung yang diwakilkan oleh Rohani Aziz, tahun 1945 GERPI juga mendirikan Sekolah Kepandaian Puteri di Tanjungkarang. Di tahun 1946 usaha yang dilakukan GERPI adalah dengan kegiatan menjahit bendera merah-putih, menjahit lencana, dan menyiapkan segala keperluan perjuangan bagi tentara militer dan aktif sebagai pengajar di Sekolah Kepandaian Puteri. Pada tahun 1947 usaha yang dilakukan GERPI dengan mengirimkan bantuan logistik beras ke Palembang saat terjadi Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang. Sedangkan usaha yang dilakukan GERPI tahun 1948 dengan mendirikan Posko Dapur Umum sebagai pusat logistik makanan bagi pasukan militer yang sedang berlatih. Dan pada tahun 1949 GERPI mendirikan Posko Palang Merah di setiap front pertempuran dan di front Gerilya.


(2)

USAHA-USAHA

GERAKAN

PUTERI INDONESIA (GERPI)

DATAM MENGISI KEMERDEKAAN INDONESIA

DI LAMPUNG TAHUN

1945.1949

(|ian

Q$r per"tiwi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat unhrk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN pada

Jurusan Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah

FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU

PENDIDIKAI\I

YXR$ilIf^tf#ilH"

2014


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 1992, penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara buah cinta kasih dari Bapak Hairus Sabab, S.T dan Ibu Rosmah Thoib.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Labuhan Ratu pada tahun 1998, kemudian di SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unila. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti Organisasi FOKMA (Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Sejarah) dan Organisasi HIMAPIS (Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPS).

Pada tahun 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi di Pekon Pura Jaya Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat, dan melakukan Praktek Pengalaman Lapangan di MTs Nurul Ulum Purajaya dari tanggal 1 Juli 2013 - 16 September 2013.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji skukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada:

- Kedua orang tuaku Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu, selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi yang tiada henti demi tercapainya cita-citaku.

- Para pendidik yang senantiasa membimbing, selalu memberikan saran dan masukan serta ilmu yang bermanfaat.


(8)

MOTO

“IJHAD WALAA TAKSAL WALAA TAKUN GHOOFILAN FANADAAMATUL-UQBA LIMAN-YATAKAASAL”

“BERSUNGGUH-SUNGGUHLAH DAN JANGAN BERMALAS-MALASAN, KARENA SESUNGGUHNYA PENYESALAN ITU HANYA

BAGI ORANG YANG BERMALAS-MALASAN”


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil allaamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “USAHA-USAHA GERAKAN PUTERI INDONESIA (GERPI) DALAM MENGISI KEMERDEKAAN INDONESIA DI LAMPUNG TAHUN 1945-1949” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih keada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(10)

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai Pembimbing I terima kasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H, sebagai Pembahas terima kasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;

8. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing II terimakasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H, Drs. H. Ali Imron, M. Hum, Drs. H. Maskun, M.H, Drs. Wakidi, M. Hum, Drs. H. Tontowi Amsia, M. Si, Drs. Hendri Susanto, S.S, Drs. Syaiful, M. M. Si, Dr. Risma Sinaga, M. Basri, S. Pd, M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S. Pd, M. Hum, Suparman Arif, S.Pd, M. Pd;

10.Bapak/Ibu Responden dan Informan yang telah memberikan pengetahuan serta ilmu yang sangat berharga;

11.Kedua orang tuaku almarhum Ayah Hairus Sabab, S.T dan Ibu Rosmah Thoib yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, yang senantiasa memberi semangat, menuntun, menyayangi, dan selalu


(11)

mendoakan, terimakasih atas ketulusan, kesabaran, dan pengorbanan selama ini;

12.Kakak dan adikku tercinta, Kak Agung Firmasyah, S.T, kedua adikku Muhammad Ferdiansyah dan Muhammad Nur Ade Fansyah, serta sepupuku Ulfi Desfika yang selalu menyayangi, mendoakan, memberi motivasi dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku;

13.Sahabat-sahabat terbaikku member “Power Ranger” Niken Septiarini (Emak), Syinthia Kamala, Dian Mustika (Tenyo), Kahayun, Leni Anggraini, Pramudia Prastika (Emprem), Aimbawati, Rahmawati, Raisa Ayuningtyas terimakasih atas semangat, motivasi, kekeluargaan, dan kebersamaanya selama ini;

14.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Dwi Oktavia, Deka Satria Imanda, Rika Warda Julianti, Dora Arcella, Aditya Eko Prasetyono, Taufik Setiawan, Hermawan Santoso, Ardyansyah, Bangun Hutama Winata, dan seluruh teman-teman kelas Ganjil dan Genap yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan yang selalu memberikan semangat;

15.Teman-teman KKN-PPL Pekon Purajaya Sovian Hakim, David Irawan, Imam Rasyid Yakhya, Pindo Apip Permana, Septiana Kurniasih, Sumarmi, Diah Nuraini, Aqmarina Ferial, Dwi Fitriani, Nikmatul Hasanah, dan Noviana Laksmi terimakasih atas kebersamaan dan kekelurgaan kalian selama ini;

16.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(12)

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka ... 8

1.1. Konsep Usaha ... 8

1.2. Konsep Organisasi Wanita di Lampung ... 9

1.3. Konsep Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) ... 9

1.4. Konsep Mengisi Kemerdekaan ... 12

1.5. Konsep Karesidenan Lampung ... 12

B. Kerangka Pikir ... 14

C. Paradigma ... 16

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Yang Dilakukan ... 17

B.Variabel Penelitian ... 19

C.Teknik Pengumpulan Data ... 20

1.1. Teknik Kepustakaan ... 21

1.2. Teknik Dokumentasi ... 22

1.3. Teknik Wawancara... 23

D. Uji Validitas Data ... 24

E. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL A. Gambaran Umum Karesidenan Lampung Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945-1949 ... 28


(14)

B. Gambaran Umum Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) di Lampung ... 32

C. Usaha-Usaha GERPI Dalam Mengisi Kemerdekaan di Lampung Tahun 1945-1949 ... 36

1.1.Tahun 1945 ... 36

1.1.1. Aksi Merah Putih di Lampung ... 36

1.1.2.Sebagai Peninjau Dalam Kongres Pemuda Indonesia ... 38

1.1.3. Mendirikan Sekolah Kepandaian Puteri ... 39

1.2. Tahun 1946 ... 40

1.2.1. Menjahit Bendera Merah Putih ... 40

1.2.2. Pengajar di Sekolah Kepandaian Puteri ... 40

1.3. Tahun 1947 ... 42

1.3.1. Mengirimkan logistik ke Palembang... 42

1.4. Tahun 1948 ... 43

1.4.1. Mendirikan Posko Dapur Umum ... 43

1.5. Tahun 1949 ... 48

1.5.1. Mendirikan Posko Palang Merah Darurat ... 48

D. Profil Tokoh Pejuang Wanita Lampung ... 53

PEMBAHASAN Usaha Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) Pada Awal Kemerdekaan di Lampung Tahun 1945-1949 ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara ... 70

2. Wawancara Hasil Penelitian ... 72

3. Foto-Foto Hasil Penelitian ... 87

4. Struktur Organisasi GERPI ... 94

5. Dokumen Perjuangan Pejuang Wanita di Lampung ... 96

6. Peta Gerilya Lampung Terhadap Belanda... 100

7. Pengesahan Judul ... 101

8. Komisi Pembimbing ... 102


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia yaitu memasuki zaman Republik Indonesia. Pembacaan teks proklamasi serta berdirinya pemerintahan Republik Indonesia telah membawa perubahan besar dan semangat juang bagi rakyat Indonesia baik dari kalangan militer maupun warga sipil, baik pria maupun wanita. Kemerdekaan ini memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju ke depan membela Negara sekaligus mengisi kemerdekaan secara nyata.

Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia ini bukanlah akhir dari perjuangan karena kemerdekaan Indonesia mendapat gangguan dari pihak Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tentara Jepang masih ada di Indonesia, rakyat Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan berusaha mengambilalih kekuasaan dari tangan Jepang. Tujuannya adalah untuk merebut kekuasaan guna menegakkan kedaulatan Republik serta untuk memperoleh senjata (Nugroho Notosusanto, 1993:101).


(17)

2

Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang pasukan Belanda datang ke Indonesia. Tentara Sekutu membantu NICA yang ingin membatalkan kemerdekaan Indonesia, hal ini terbukti dengan adanya tentara Belanda (NICA) yang ikut membonceng pasukan sekutu. Kedatangan pasukan Belanda ini menjadi ancaman bagi kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi rakyat Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan, oleh karena itu rakyat Indonesia di berbagai daerah ikut berpartisipasi untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan agar tetap menjadi bangsa yang berdaulat.

Tanggal 29 September 1945, tentara Sekutu yang diberi nama AFNEI

(Allied Forces Nederlans East Indies) yang dipimpin oleh Sir.Philip Christison yang mendarat di Jakarta. Bersama dengan itu juga tentara Belanda, yaitu NICA yang dipimpin oleh Van Mook, kehadiran NICA dan AFNEI banyak melahirkan insiden dan pertempuran-pertempuran (Nugroho Notosusanto, 1993:101).

Sejak tahun 1945 beberapa daerah di Indonesia menghadapi Agresi Belanda diantaranya di Surabaya, Ambarawa, Semarang, Jakarta, Medan dan Palembang. Di Palembang, Belanda melancarkan aksi penyerbuan sampai ke daerah Baturaja dan Martapura (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 240). Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda kembali melancarkan Agresi Militer yang kedua. Belanda berusaha untuk menguasai kembali daerah-daerah yang strategis di seluruh pelosok Indonesia, tidak terkecuali di Lampung.

Sejak Belanda melancarkan Agresi wilayah Lampung mulai bergolak, muncul rasa benci terhadap penjajah dan ingin melepaskan diri dari cengkeraman mereka, baik pria maupun wanita mereka sehati sejiwa bertekad untuk mengusir penjajah,


(18)

3

sehingga menyebabkan rakyat Lampung semakin bersemangat untuk mengisi kemerdekaan.

Dalam usaha mengisi kemerdekaan, baik secara langsung maupun tidak langsung seluruh rakyat Lampung ikut melibatkan diri didalamnya termasuk kaum wanita. Maka kaum wanita perlu mengembangkan dirinya, dengan demikian kaum wanita dapat berperan aktif dalam segala bidang setara dengan laki-laki sebagai mitra yang harmoni dalam mengisi kemerdekaan dan reformasi menuju indonesia modern (Zoer’aini, 2009:34). Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya pergerakan wanita di Lampung dalam usaha mengisi kemerdekaan. Dengan kata lain tidak hanya pejuang tentara yang aktif di front – front pertempuran saja yang melakukan perjuangan melainkan seluruh rakyat Lampung memberikan kontribusi yang besar dalam mengisi kemerdekaan, termasuk usaha-usaha di belakang front yang dipimpin oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan kaum wanita, karena keikutsertaan kaum wanita dalam semua aspek kehidupan suatu bangsa tidak dapat diabaikan.

Pergerakan wanita di Indonesia datangnya tidak mendadak melainkan terbentuk karena terdorong oleh kejadian-kejadian sebelumnya. Penderitaan dan penghinaan selama penjajahan yang cukup berat telah menyebabkan seluruh wanita Indonesia dan wanita Lampung pada khususnya merasa terpanggil untuk ikut mengisi kemerdekaan. Para ibu-ibu dan remaja putri ikut berpartisipasi dengan menyongsong organisasi wanita untuk membantu perjuangan bapak-bapak (Dewan Harian Daerah Angkatan 45:168).


(19)

4

Peranan wanita Indonesia dalam menegakkan kehidupan bangsa tidak dapat diabaikan begitu saja, sudah sejak lama mereka terjun dalam perjuangan bahu-membahu dengan kaum pria untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Sejak kaum pria bangkit untuk menentang penjajahan maka kaum wanita bangkit pula (Drs. Sudiyo, 2004:55). Kaum wanita indonesia yang merupakan bagian dari rakyat ikut menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam memperluas dan memperkuat perasaan kebangsaan, dan kaum wanita juga turut berperan dalam mengisi kemerdekaan.

Keterlibatan kaum wanita dalam peristiwa yang bersejarah ini bukanlah suatu sikap perbuatan yang kebetulan saja dalam arti karena hanya terbawa dan mengikuti jejak suami, melainkan jauh sebelumnya kaum wanita sudah menunjukkan geraknya dalam perjuangan bangsa. Seperti yang dikatakan oleh Ny. Suyatin Kartowiyono dalam buku sumbangsihku bagi pertiwi yaitu “Pergerakan wanita Indonesia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pergerakan Nasional” (Lasmidjah Hardi, 1984:248).

Pada masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949 organisasi-organisasi wanita muncul sesuai dengan tuntunan zaman, yaitu bertujuan turut serta dalam usaha membela dan menegakkan negara (MPB. Manus dan kawan-kawan, 1993:7). Di Lampung ada beberapa organisasi wanita yang muncul pada awal kemerdekaan, yaitu Gerakan Wanita Daerah Lampung, Gerakan Puteri Indonesia, Puteri Muda, Perwari, dan Muslimat (Dewan Harian Daerah Angkatan 45:170).

Gerakan Puteri Indonesia atau GERPI adalah salah satu badan perkumpulan atau organisasi kewanitaan yang ada di Lampung yang terbentuk pada awal


(20)

5

kemerdekaan. Usaha-saha yang dilakukan kaum wanita di Lampung dalam mengisi kemerdekaan tahun 1945-1949 umumnya mengutamakan usaha-usaha di garis belakang. Keikusertaan wanita pada permulaan kemerdekaan ini telah memberi dorongan semangat bagi para pejuang pria. Namun kwalitas, kwantitas, volume dan intensitas perjuangan wanita di Lampung tidaklah seperti di Jawa, tetapi tujuan penguraiannya adalah bahwa di Lampung wanita juga ikut berjuang menjadi pendamping perjuangan prianya (Dewan Harian Daerah Angkatan 45:167).

Dengan sikap yang sangat berani wanita daerah lampung secara bahu-membahu mendampingi para pejuang pria telah aktif berperan dalam mensukseskan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan di Lampung, karena tidak semata mata perjuangan hanya bersandar pada kekuatan bersenjata saja, melainkan bersatu padunya kekuatan tentara dan rakyat sangat menentukan kemenangan (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 168).

Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, maka penulis tertarik meneliti tentang usaha-usaha apa saja yang dilakukan Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) pada awal kemerdekaan di Karesidenan Lampung tahun 1945-1949 dalam rangka mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung. Penulis melihat ada peran wanita dalam usaha mengisi kemerdekaan di Lampung, akan tetapi partisipasi wanita itu kurang mendapat perhatian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah apa sajakah usaha-usaha yang dilakukan Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) dalam mengisi kemerdekaan di Lampung tahun 1945-1949?


(21)

6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui usaha apa saja yang dilakukan Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) dalam mengisi kemerdekaan di Lampung tahun 1945-1949.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung

2. Sebagai tambahan referensi dalam bidang kajian perjuangan, partisipasi, dan usaha wanita daerah Lampung dalam mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung tahun 1945-1949.

3. Menambah wawasan pengetahuan untuk guru-guru dalam kajian sejarah lokal daerah Lampung.

4. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pelajar ataupun mahasiswa dalam mempelajari sejarah lokal daerah Lampung.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Objek : Usaha Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) pada awal Kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung tahun 1945-1949

Ruang Lingkup Subjek : Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) Ruang Lingkup waktu : Tahun 2014


(22)

7

Ruang Lingkup Lokasi : Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung sebagai sumber kajian pustaka. Ruang Lingkup Ilmu : Sejarah


(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generelisasi-generelisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

1.1. Konsep Usaha

Menurut Siswo Wiratmo (1993:26) usaha adalah pekerjaan yang dilakukan oleh individu untuk mencapai apa yang diinginkan dengan cara mengerahkan tenaga maupun pikiran. Usaha-usaha adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan (M. Samsudin, 1993:25).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia usaha diartikan sebagai segala kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:1136).

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin


(24)

9

dicapai, dapat pula dikatakan bahwa usaha itu adalah sebuah pengharapan yang dilakukan dengan berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan.

1.2. Konsep Organisasi Wanita di Lampung

Di Lampung organisasi wanita muncul pasca proklamasi kemerdekaan sebagai wadah perjuangan untuk membantu perjuangan bapak-bapak (Dewan Harian Daerah ’45, 1994:168). Organisasi-organisasi wanita yang muncul pasca proklamasi sampai tahun 1949 di Lampung adalah Gerakan wanita Daerah Lampung (GWDL), Gerakan Puteri Indonesia (GERPI), Puteri Muda, Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI), dan Muslimat (Dewan Harian Daerah ’45, 1994:170).

Lembaga, badan, atau perkumpulan wanita ini berada dalam wilayah Lampung yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan tunduk pada kekuasaan wilayah tersebut. Organisasi wanita di Lampung ikut berjuang menjadi pendamping perjuangan pria, karena perjuangan pada masa revolusi fisik adalah perjuangan semesta yang artinya tidak semata-mata bersandar kepada kekuatan bersenjata saja, bersatu padunya kekuatan tentara dan rakyat sangat menentukan bagi kemenangan (Dewan Harian Daerah ’45, 1994:168).

1.3. Konsep Gerakan Puteri Indonesia (GERPI)

Pada mulanya remaja puteri dan ibu-ibu di karesidenan Lampung pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia membentuk suatu organisasi


(25)

10

sebagai wadah perjuangan yang diberi nama GWDL (Gerakan Wanita Daerah Lampung) yang diketuai oleh Ibu Ani Abbas Manoppo isteri dari residen pertama Lampung Mr. Abbas. Namun pada tahap selanjutnya remaja puteri memisahkan diri dari organisasi GWDL dengan membentuk organisasi sendiri yang diberi nama GERPI (Gerakan Puteri Indonesia).

Oleh ibu-ibu didirikan suatu organisasi sebagai wadah perjuangan untuk membantu perjuangan bapak-bapak. Organisasi itu diberi nama GWDL (Gerakan Wanita Daerah Lampung) yang diketuai oleh Ibu Ani Abas Manoppo. Kegiatan organisasi ini bersifat membantu perjuangan. Pada tahap selanjutnya puteri-puteri remaja mendirikan organisasi terpisah dari GWDL yang diberi nama GERPI (Gerakan Puteri Indonesia) (Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1994:168).

Pada tanggal 27 Oktober 1945 di Tanjungkarang dibentuk sebuah organisasi kewanitaan yang diberi nama GERPI (Gerakan Puteri Indonesia) (KOWANI, 1986:97). Susunan pengurus dan anggota organisasi GERPI adalah sebagai berikut:

Ketua : Masinten Cindarbumi Wakil Ketua : Sitiar Jayadiningrat Panitera : Sakdiah

Bendahara : Masnon Abdullah Anggota : 1. Maduratmi Samil

2. Samiah Pasaman 3. Rohani Aziz 4. Ny. Juki

5. Indaman

6. Damasiamas Jayadiningrat 7. Zanariah


(26)

11

8. Incingnimas

Cabang GERPI di Tanjung Karang Ketua : Samiah Pasaman Wakil Ketua : Zanariah

Panitera : Nurhasanah Bendahara : Masaini Anggota : 1. Hanum

2. Khairani 3. Rostina 4. Hasimah

Cabang Gerpi di Teluk Betung Ketua : Cik Ningmas Wakil Ketua : Cingning Jamilah Anggota : 1. Cikning Ateh

2. Hindun 3. Zubaidah 4. Sunayah

(Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1994:170)

GERPI kemudian meluas dan berkembang ke daerah-daerah, selain cabang di Tanjung Karang dan Teluk Betung berdiri juga cabang GERPI di Krui, Liwa, Menggala, Metro dan Kotabumi. Karena semakin berkembangnya GERPI maka organisasi Puteri Muda bergabung dengan GERPI (Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1994:170).


(27)

12

1.4. Konsep Mengisi Kemerdekaan Indonesia

Mengisi kemerdekaan berarti menjalankan tugas dan mengejar cita-cita, tanpa kehilangan spontanitas suara naluri, akal sehat, serta tetap konsekuen secara tulus ikhlas biarpun berhadapan dengan berbagai bencana hidup (Forum Wacana Indonesia, 2005:19). Moh. Hatta memaknai kebangsaan bukan hanya sampai batas terwujudnya kemerdekaan, melainkan juga dalam arti perjuangan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan secara mandiri, bahkan juga dalam arti membangun saling pengertian dan persahabatan diantara bangsa-bangsa di dunia ini, yaitu semangat kemanusiaan (Zulfikri Suleman, 2010:222).

Mengisi kemerdekaan tidak semudah merebut kemerdekaan atau lebih tepatnya kalau dikatakan bahwa diperlukan sikap dan keahlian yang lain dalam mengisi kemerdekaan (Arif Budiman, 2006:254).

Berdasarkan pemaparan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa mengisi kemerdekaan adalah kegiatan yang dilakukan dengan sikap dan keahlian untuk menjalankan tugas dan mengejar cita-cita, tanpa kehilangan spontanitas, akal sehat, serta tetap konsekuen secara tulus ikhlas untuk tetap menjalankan serta mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih.

1.5. Konsep Karesidenan Lampung

Pengertian karesidenan berasal dari kata residen yang berarti pegawai pamong praja yang mengepalai daerah (bagian dari provinsi yang meliputi beberapa


(28)

13

kabupaten). Makna dari karesidenan itu sendiri adalah rumah residen; kantor residen; daerah yang dikepalai oleh residen (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:951). Karesidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi di Hindia Belanda dan kemudian Indonesia hingga tahun 1950-an, sebuah karesidenan (regentschappen) terdiri atas beberapa afdeeling (kabupaten) (Wikipedia Bahasa Indonesia, Selas 01/04/2014, 19:22).

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang membangi sistem pemerintahan di Indonesia menjadi Karesidenan. Pada tahun 1943 Panglima Tertinggi Tentara Keduapuluh lima membentuk pemerintahan sipil di pulau Sumatera, yaitu membagi pulau Sumatera ke dalam 9 Karesidenan (Syu), salah satu nya yaitu Lampung (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 105).

Lampung dijadikan Karesidenan (Syu) kedudukannya sama dengan seorang gubernur jendral. Di bawah Karesidenan diadakan Kabupaten dikepalai oleh Ken, di Bawah Kabupaten diadakan kawedanan dikepalai Gunco atau Wedana, di bawah kawedanan diadakan kecamatan dikepalai Son dan desa dikepalai Fuku Gunco (Iskandarsyah, 2008:3). Syu merupakan pemerintahan yang tertinggi dan berotonomi, Syu diperintah oleh Syucokan, Syucokan memegang kekuasaan tertinggi di daerah Syu karena mempunyai kekuasaan Legislatif dan Ekskutif, sehingga disebutkan sebagai otokrasi yang sederajat di bawah hingga ke atas.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Karesidenan Lampung adalah suatu daerah yang dikepalai oleh seorang residen yang mengepalai daerah bagian dari provinsi yang meliputi beberapa kabupaten.


(29)

14

Karesidenan Lampung dibagi menjadi 3 Kabupaten dan 9 Kawedanan. Kabupaten-Kabupaten dan Kawedanan-Kawedanan di daerah Karesidenan Lampung adalah :

1. Kabupaten Lampung Utara dengan Kawedanan : a. Kawedanan Menggala

b. Kawedanan Kota Bumi c. Kawedanan Krui

2. Kabupaten Lampung Tengah dengan Kawedanan : a. Kawedanan Sukadana

b. Kawedanan Metro

3. Kabupaten Lampung Selatan dengan Kawedanan : a. Kawedanan Kalianda

b. Kawedanan Teluk Betung c. Kawedanan Pringsewu d. Kota Agung

(Dewan Harian Daerah Angkatan ’45, 1994:112) B. Kerangka Pikir

Dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung tahun 1945-1949, organisasi wanita yang ada di Lampung ikut berpartisipasi dengan melakukan berbagai usaha-usaha yang bersifat positif guna mengisi kemerdekaan yang telah diraih.

Penderitaan dan penghinaan selama penjajahan yang cukup berat telah menyebabkan seluruh wanita Indonesia dan wanita Lampung pada khususnya merasa terpanggil untuk ikut mengisi kemerdekaan. Para ibu-ibu dan remaja putri ikut berpartisipasi dengan menyongsong organisasi wanita untuk membantu perjuangan bapak-bapak. Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai tahun 1949 terdapat beberapa organisasi wanita di lampung yang merupakan bentukan dari wanita Lampung itu sendiri, salah satu dari organisasi wanita tersebut adalah Gerakan Puteri Indonesia (GERPI). Usaha-usaha yang dilakukan GERPI dalam


(30)

15

rangka mengisi kemerdekaan bersifat membantu perjuangan digaris belakang dalam bidang sosial-politik dan pendidikan.

Usaha-usaha yang dilakukan kaum wanita GERPI dalam mengisi kemerdekaan di Lampung pada awal kemerdekaan periode 1945-1949 ini dilakukan dengan suka cita, rela dan ikhlas serta dengan penuh semangat juang yang tinggi. Usaha-usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan di Lampung ditempuh dengan melakukan berbagai kegiatan positif pada awal kemerdekaan Indonesia selama periode tahun 1945-1949. Pada tahun 1945 usaha yang dilakukan GERPI yaitu dengan ikut serta dalam aksi merah putih dengan mengibarkan bendera merah putih di Gunung Kunyit Telukbetung, ikut serta dalam Kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 10 November 1945 sebagai peninjau yang mewakili Lampung, dan juga usaha yang dilakukan GERPI pada tahun 1945 dalam mengisi kemerdekaan di Lampung bergerak dalam bidang pendidikan dengan mendirikan Sekolah Kepandaian Puteri di Rawalaut. Tahun 1946 usaha yang dilakukan GERPI yaitu dengan melakukan kegiatan menjahit bendera merah putih, lencana, badge untuk kerperluan perjuangan tentara militer. Di tahun 1947 GERPI mengusahakan bantuan logistik beras ke Palembang saat Palembang menghadapi Belanda dalam pertempuran 5 Hari 5 Malam. Tahun 1948 usaha yang dilakukan GERPI adalah dengan mendirikan posko dapur umum sebagai pusat logistik makanan bagi pasukan tentara selama latihan. Dan pada tahun 1949 GERPI mendirikan posko palang merah darurat hampir di setiap front pertempuran saat rakyat Lampung menghadapi Belanda.


(31)

16

C. Paradigma

Keterangan :

a. Garis Usaha

b. Garis Hasil

Usaha-Usaha Yang Dilakukan Gerakan Puteri Indonesia (GERPI) di Lampung Tahun 1945-1949

Tahun 1945 1. Aksi Merah Putih 2. Peninjau Dalam

Kongres Pemuda Indonesia

3. Mendirikan SKP

Mengisi Kemerdekaan di Lampung Tahun 1945-1949

Tahun 1946 1. Menjahit bendera

merah putih, lencana, badge untuk keperluan perjuangan

2. Pengajar di Sekolah Kepandaian Puteri Tahun 1947 1. Mengirimkan Logistik beras ke Palembang Tahun 1948 1. Mendirikan Posko

Dapur umum

Tahun 1949 1. Mendirikan Posko


(32)

17

III. METODE PENELITIAN

Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting karena metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos berarti cara atau jalan, jadi metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian guna mengukur keberhasilan suatu penelitian yang dilakukan.

A. Metode yang dilakukan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan maka penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, karena penelitian ini mengambil peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Penelitian dengan metode sejarah adalah penelitian untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan mengumpulkan, mengevaluasi, menjelaskan dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan secara tepat (Moh. Nazir, Ph.D, 2009: 48).


(33)

18

Metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa lalu. Pendapat lain menyatakan metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menjadikan suatu sintesa dari pada hasil-hasilnya (Nugroho Notosusanto, 1984:11).

Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa penelitian historis adalah cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian sejarah untuk memperoleh kesimpulan mengenai fakta-fakta masa lampau yang dinilai secara kritis dan dapat dijadikan suatu sintesa dari hasilnya. Metode historis memusatkan pada masa lalu dan bukti-bukti sejarah seperti arsip-arsip, benda-benda peninggalan, hasil dokumentasi dan tempat-tempat yang di anggap memiliki nilai sejarah. Masalah yang dihadapi adalah terbatasnya data atau sumber yang ada.

Peneliti historis tergantung pada dua macam data yaitu data primer yang didapat langsung melakukan observasi dan menyaksikan kejadian yang dituliskan, dan data sekunder yang didapat dari orang lain yang melaporkan kepada peneliti. Tujuan penelitian Historis adalah untuk memastikan dan mengatakan kembali masa lampau yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan yaitu apa, kapan, dimana, siapa, mengapa dan bagaimana (Kuntowijoyo, 1973: 75).

Langkah-langkah penelitian Historis menurut Nugroho Notosusanto (1984:11) adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Maka langkah-langkah kegiatan penelitian historis adalah :

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah. Proses yang dilakukan penulis adalah dengan mencari buku, arsip


(34)

19

dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila dan Perpustakaan daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian.

2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah asli atau palsu dan apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan dengan cara memilah dan menyesuaikan data yang diperoleh dengan tema yang akan dikaji serta keaslian data yang dapat diketahui.

3. Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta menjadi keseluruhan yang masuk akal. Penulis menganalisis data dan fakta yang sudah diperoleh lalu memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulisi.

4. Historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dalam bentuk laporan hasil penelitian. Penulis membuat laporan penelitian berupa Skripsi yang disusun berdasarkan metode penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Lampung.

Langkah-langkah ini bertujuan untuk menemukan generalisasi-generalisasi yang berguna untuk memahami masa lampau, masa kini bahkan bisa digunakan untuk mengantisipasi hal-hal mendatang (Drs. Mardalis, 2009:25).

B. Variabel penelitian

Dalam penelitian variabel tidak dapat dikesampingkan, karena variabel dapat membantu peneliti dalam memfokuskan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempermudah proses penelitian. Variabel persamaan katanya adalah


(35)

20

(Drs. Heri Jauhari, 2010:38). Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. (Sumadi Suryabrata, 2012:79).

Sedangkan menurut Muhammad Idrus (2009:77) variabel dimaknai sebagai konsep atau objek yang akan diteliti, yang memiliki variasi (vary-able), ukuran, kualitas yang ditetapkan peneliti berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki variabel itu.

Dengan demikian variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian terhadap data yang diamati, maka variabel yang digunakan peneliti adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada usaha organisasi wanita Lampung dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung tahun 1945-1949.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian. Karena pengumpulan data erat kaitannya dengan masalah yang akan dipecahkan seorang peneliti dan hasil pengumpulan data dapat menjawab pertanyaan dari suatu masalah penelitian. Data merupakan bentuk jamak dari

datum dapat diartikan sebagai tanda bukti yang akan diolah atau dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian (Drs. Heri Jauhari, 2010:38).

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian, dengan demikian tidak semua informasi merupakan data penelitian (Muhammad Idrus, 2009:61). Sedangkan tekhnik pengumpulan data


(36)

21

adalah suatu kegiatan operasional agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang sebenarnya. (P. Joko Subagyo. 2006:37).

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara seorang peneliti untuk mengumpulkan data yang berupa informasi atau keterangan baik berupa arsip, hasil wawancara, studi pustaka dan dokumen.

1.1. Teknik kepustakaan

Teknik kepustakaan dimaksudkan untuk mendapat informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah. Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang yang terdapat di perpustakaan, misalnya dalam bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan bahan penelitian (Koentjaraningrat 1983:133).

Teknik kepustakaan dapat diartikan sebagai studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh di perpustakaan melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi, 1991:133).

Jadi teknik kepustakaan adalah kegiatan yang dilakukan dengan metode pengumpulan data pustaka, dengan cara membaca, memahami dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan peneliti dalam pemecahan masalah yang akan diteliti.


(37)

22

1.2. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yaitu benda-benda tertulis seperti naskah, teks, buku, dan benda-benda tertulis lainnya. Dokumen mempunyai arti sempit sedangkan dokumentasi memiliki arti luas meliputi monumen, artefak, photo dan sebagainya (Sartono, 1990:17). Dalam pengumpulan data, studi dokumentasi secara langsung mengumpulkan unsur-unsur tulisan seperti fonem, morfem/kata, kalimat, atau wacanaa yang dapat dianggap sebagai data (Drs. Heri Jauhari, 2010:145).

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan-peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi, 1991:133).

Berdasarkan pendapat diatas, maka teknik dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan data atau informasi dengan cara mengumpulkan data berupa data tertulis dalam bentuk gambar, foto atau arsip yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjuangan organisasi GERPI baik yang ada di Perpustakaan Daerah Lampung, perpustakaan Universitas Lampung, dan dokumen-dokumen yang di dapat dari narasumber terkait.


(38)

23

1.3. Teknik Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah teknik wawancara, teknik wawancara diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap. Menurut Moh. Nazir (2009:234) wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara sang penjawab dan pewawancara dengan menggunakan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Drs. Heri Jauhari (2010:40) menjelaskan wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban sesuai dengan kebutuhan peelitian. Jawaban tersebut dapat dijadikan data untuk analisis dalam kerangka menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah penelitian. Menurut Drs. Mohammad Musa (1988:49) hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: Pewawancara, responden, topik penelitian, dan situasi wawancara.

Wawancara dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu (Muhammad Idrus, 2009:107):

1. Wawancara Terstruktur 2. Wawancara Tidak terstruktur 3. Wawancara Kelompok 4. Wawancara Bergender 5. Wawancara Berbingkai 6. Wawancara Interpreting

Bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan cara mempersiapkan bahan pertanyaan, sedangkan wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan secara spontan tanpa harus mempersiapkan bahan


(39)

24

pertanyaan sehingga dapat memberi peluang kepada peniliti untuk mengembangkan pertayaan penelitian, namun tetap terarah pada fokus yang telah ditentukan.

Teknik wawancara dilakukan untuk mencari keterangan dari narasumber secara lengkap. Dalam hal ini peneliti dapat bertanya langsung kepada responden atau informan tentang usaha-usaha GERPI dalam mengisi kemerdekaan di Karesidenan Lampung tahun 1945-1949.

A. Uji Validitas Data

Dalam melakukan penelitian kita harus mendapatkan data yang sebenar-benarnya (valid). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono, 2013:361). Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Setelah data berhasil didapatkan maka data tersebut di uji validitas dan reabilitasnya. Menurut Lincoln dan Guba, ada empat standar atau kriteria utama guna menjamin keabsahan hasil penelitian kualitatif, yaitu standar kredibilitas, standar transfebilitas, standar defendabilitas, dan standar konfirmabilitas (Burhan Bungin, 2012:69).


(40)

25

Dalam standar kredibilitas agar hasil penelitian kulitatif memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai fakta di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode, metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode triangulasi. Menurut William Wieserma (1986) bahwa triangulasi dalam pengujian kredebilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008:125).

Dengan kata lain triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data yang ada. Triangulasi dapat dilakukan terhadap sumber data, teknik pengumpulan data dan waktu. Teknik triangulasi ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang sama pada setiap sumber.

Dalam standar transferabilitas, hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi apabila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang jelas tetang konteks penelitian. Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian, maka peneliti membuat laporan dalam bentuk skripsi dengan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Pada standar dependabilitas, salah satu upaya untuk menilai dependabilitas adalah dengan melakukan audit (pemeriksaan) terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam hal ini peneliti melalukan audit yang dilakukan oleh pembimbing. Sedangkan pada standar konfirmabilitas lebih terfokus pada audit (pemeriksaan) kualitas dan kepastian hasil penelitian, apakah benar berasal dari pengumpulan data di lapangan.


(41)

26

E. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya data dianalisis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam penelitian, karena data tersebut dapat berarti dan mempunyai makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Drs. Heri Jauhari, 1983:346). Menurut sifatnya data dapat dibagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentu angka, sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Moh. Musa, 1988:38).

Teknik analisis data ada dua macam, yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantutatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh berupa kasus-kasus, fenomena-fenomena, dan argumen-argumen yang tidak berbentuk angka. Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk memperoleh arti dari data yang diperoleh melalui penelitian kualitatif dan bermuatan kualitatif diantaranya berupa catatan lapangan serta pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan (Ali, 1992:171).

Langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif menurut Muhammad ali (1985:151) yaitu :

1. Penyusunan data

Langkah penyusunan data adalah usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.


(42)

27

Dalam langkah ini merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya.

3. Pengolahan data

Setelah data di golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya kedalam suatu kalimat secara kronologis sehingga mudah dipahami.

4. Penyimpulan

Langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenarannya.


(43)

65

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

GERPI yang merupakan suatu badan perkumpulan atau organisasi wanita yang ada di Lampung yang didirikan pada tanggal 27 Oktober 1945 di Tanjungkarang, pada awal kemerdekaan GERPI mengusahakan berbagai kegiatan positif baik dalam bidang sosial-politik maupun dalam bidang pnedidikan dalam rangka mengisi kemerdekaan di Lampung selama periode tahun 1945-1949. Karena telah merasakan penderitaan dan penghinaan yang cukup berat selama penjajahan maka membuat kaum wanita GERPI yang terdiri dari kalangan remaja puteri merasa terpanggil dengan kemauan dan kesadaran diri sendiri untuk ikut berpartisipasi menyongsong dan mengisi kemerdekaan.

Pada tahun 1945 usaha-usaha yang dilakukan GERPI untuk mengisi kemerdekaan di Lampung adalah pertama dengan ikut aksi merah putih bersama beberapa kelompok pemuda di Lampung dan lasykar-lasykar rakyat di Lampung dengan mengibarkan bendera merah putih di Gunung Kunyit. Kedua ikut serta dalam


(44)

66

Kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 10 November 1945 sebagai peninjau yang mewakili Lampung, dari GERPI diutus Rohani Aziz. Ketiga, usaha yang dilakukan GERPI untuk mengisi kemerdekaan di Lampung adalah dengan mendirikan sekolah yang diperuntukan khusus bagi wanita yang diberi nama Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) yang terletak di daerah Rawa Laut Pahoman.

Pada tahun 1946 usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung adalah dengan melakukan kegiatan menjahit bendera merah putih, menjahit lambang merah putih untuk seragam pasukan militer tentara, menjahit lencana dan badge serta menyiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan perjuangan militer tentara. Selain itu pada tahun1946 anggota GERPI juga aktif sebagai pengajar di Sekolah Kepandaian Puteri yang didirikannya pada tahun 1945, anggota GERPI tersebut yang aktif mengajar di SKP adalah Ibu Masnon Abdullah, Ibu Damsi, Ibu Masinten, dan Ibu Zanariah.

Pada tahun 1947 usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung adalah dengan mengirimkan bantuan logistik makanan ke Palembang saat Palembang sedang menghadapi pasukan Belanda dalam Pertempuran 5 Hari 5 Malam.

Pada Tahun 1948 GERPI mulai mendirikan posko dapur umum yang awalnya difungsikan sebagai pusat logistik makanan bagi pasukan militer tentara yang sedang berlatih untuk mengantisipasi adanya serangan dadakan oleh Belanda yang ingin mengusai lagi daerah Lampung, namun kegiatan dapur umum ini terus berlanjut sampai tahun 1949 saat terjadinya pertempuran antara rakyat Lampung


(45)

67

dengan pasukan Belanda, kegiatan di dapur umum dibantu oleh ibu-ibu yang tinggal disekitar posko dapur umum.

Dan pada tahun 1949 usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung adalah dengan mendirikan posko-posko palang merah darurat di setiap front pertempuran. Posko-posko palang merah darurat yang ada di Karesidenan Lampung pada tahun 1949 adalah posko palang merah di Kedaton letaknya di Kebon Karet di Kawasan Taman Makam Pahlawan, posko palang merah darurat di Kebun Karet daerah Sukaraja yang sekarang menjadi kawasan pasar Gedongtataan, posko palang Merah darurat di daerah Kalirejo, dan posko palang Merah darurat di daerah Kalirejo.

Keikutsertaan GERPI dalam mengisi kemerdekaan di Lampung memberikan dampak positif bagi Karesidenan Lampung, karena tanpa partisipasi, dan campur tangan wanita mungkin pasukan tentara yang berjuang di medan pertempuran akan merasakan kesulitan bahkan mungkin usia perjuangan bisa jadi tak bertahan lama. Tanpa kehadiran wanita-wanita tangguh di dapur umum penyediaan logistik makanan dan minuman bagi pasukan tentara akan sulit terpenuhi, namun berkat wanita pengurus dapur umum makanan dan minumam bagi prajurit dapat terpenuhi dan dilayani dengan baik. Begitu pula dengan usaha GERPI di palang merah berkat usaha-usaha wanita di palang merah banyak para prajurit, pengungsi dan korban dapat tertolong dan terselamatkan, dan juga melalui aksi merah putihyang dilakukan oleh GERPI dan kelompok pemuda lainnya memberikan dampak yang besar karena melalui aksi tersebut Sang Saka Merah Putih mulai berkibar di sana-sini. Begitu pula dengan kegiatan dibidang pendidikan yang


(46)

68

digalakkan oleh GERPI dengan mendirikan sekolah SKP (Sekolah Kepandaian Puteri) berdampak positif terhadap sistem pendidikan di Karesidenan Lampung khususnya bagi pendidikan kaum wanita.

B. SARAN

Usaha-usah yang dilakukan GERPI di Karesidenan Lampung merupakan bentuk kegitan yang penuh pengorbanan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang telah diraih. Oleh karena itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi Muda penerus bangsa khususnya para pemuda dan pemudi Daerah Lampung untuk lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan meningkatkan rasa nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Hendaknya kita dapat mengambil hikmah dan dapat dijadikan sebagai contoh yang baik dari segala kegiatan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh GERPI dan wanita Lampung lainnya dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung dengan penuh semangat juang yang tinggi dengan rela dan ikhlas membantu dan mendampingi para pejuang pria yang bertempur di medan pertempuran.

3. Menghargai jasa para pejuang yang sudah berkorban, membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan cara mewarisi api semangat juang mereka dan senantiasa mempertebal tekad untuk mengisi kemerdekaan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Budiman, Arif. 2006. Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005. Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Dewan Harian Daerah Angkatan-45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung buku jilid I. Lampung: Badan penggerak pembina potensi angkatan ’45.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung buku jilid II. Lampung:Badan penggerak pembina potensi angkatan ’45.

Djamal Irawan, Zoer’aini. 2009. Besarnya Eksploitasi Perempuan dan

Lingkungan di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Hardi, Lasmidjah. 1985. Sumbangsihku Bagi Pertiwi (Kumpulan Pengalaman dan Pemikiran). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga

Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). 1986. Sejarah Setengah Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 1973. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Manus, MPB dan Ohorella, G.A. 1993. Peranan Wanita Pada Masa Pembangunan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.


(48)

Mardalis. 2009. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Musa, Mohammad. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: C.V. Fajar Agung Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notosusanto, Nugroho. 1948. Hakekat Sejarah dan Azas-Azas Metode Sejarah. Jakarta: Mega Bookstore.

Notosusanto, Nugroho.2008. Sejarah Nasional Indonesia jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.

Notosusanto, Nugroho.1992. Sejarah Nasional Indonesia jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Sartono. 1990. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Schein, Edgar H. 1985. Psikologi Organisasi. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional mencapai & mempertahankan kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suleman, Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia Pemikiran Politik Bung Hatta. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Suryabrata, Sumardi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Syah, Iskandar. 1995. Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Yahya A. Muhaimin. 1982. Perkembangan Militer dan Politik di Indonesia 1945- 1966. Gajah Mada University Press. Hal: 27

Wawancara:


(49)

Wawancara dengan Bapak Ki Agus H. Cek Mat Zen. 9 September 2014 Wawancara dengan Ibu Zanariah. 7 Oktober 2014

Wawancara dengan Bapak H. Sutan Syahrir S. Oe, S.H. 31 Oktober 2014 Wawancara dengan Bapak R.I. Jayaputra. 31 Oktober 2014

Sumber Lain:

Konsep Karesidenan

http://id.wikipedia.org/wiki/Karesidenan (Selasa, 1 April 2014, pukul 19:22) Forum Wacana Indonesia. 2005. Wacana Indonesia (Jurnal Pemikiran

Mahasiswa Pasca Sarjana Se-Indonesia): Demokrasi Pasca Pemilu 2004 di Indonesia. Forum Wacana Indonesia.


(1)

66

Kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 10 November 1945 sebagai peninjau yang mewakili Lampung, dari GERPI diutus Rohani Aziz. Ketiga, usaha yang dilakukan GERPI untuk mengisi kemerdekaan di Lampung adalah dengan mendirikan sekolah yang diperuntukan khusus bagi wanita yang diberi nama Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) yang terletak di daerah Rawa Laut Pahoman.

Pada tahun 1946 usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung adalah dengan melakukan kegiatan menjahit bendera merah putih, menjahit lambang merah putih untuk seragam pasukan militer tentara, menjahit lencana dan badge serta menyiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan perjuangan militer tentara. Selain itu pada tahun1946 anggota GERPI juga aktif sebagai pengajar di Sekolah Kepandaian Puteri yang didirikannya pada tahun 1945, anggota GERPI tersebut yang aktif mengajar di SKP adalah Ibu Masnon Abdullah, Ibu Damsi, Ibu Masinten, dan Ibu Zanariah.

Pada tahun 1947 usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung adalah dengan mengirimkan bantuan logistik makanan ke Palembang saat Palembang sedang menghadapi pasukan Belanda dalam Pertempuran 5 Hari 5 Malam.

Pada Tahun 1948 GERPI mulai mendirikan posko dapur umum yang awalnya difungsikan sebagai pusat logistik makanan bagi pasukan militer tentara yang sedang berlatih untuk mengantisipasi adanya serangan dadakan oleh Belanda yang ingin mengusai lagi daerah Lampung, namun kegiatan dapur umum ini terus berlanjut sampai tahun 1949 saat terjadinya pertempuran antara rakyat Lampung


(2)

67

dengan pasukan Belanda, kegiatan di dapur umum dibantu oleh ibu-ibu yang tinggal disekitar posko dapur umum.

Dan pada tahun 1949 usaha yang dilakukan GERPI dalam mengisi kemerdekaan Indonesia di Lampung adalah dengan mendirikan posko-posko palang merah darurat di setiap front pertempuran. Posko-posko palang merah darurat yang ada di Karesidenan Lampung pada tahun 1949 adalah posko palang merah di Kedaton letaknya di Kebon Karet di Kawasan Taman Makam Pahlawan, posko palang merah darurat di Kebun Karet daerah Sukaraja yang sekarang menjadi kawasan pasar Gedongtataan, posko palang Merah darurat di daerah Kalirejo, dan posko palang Merah darurat di daerah Kalirejo.

Keikutsertaan GERPI dalam mengisi kemerdekaan di Lampung memberikan dampak positif bagi Karesidenan Lampung, karena tanpa partisipasi, dan campur tangan wanita mungkin pasukan tentara yang berjuang di medan pertempuran akan merasakan kesulitan bahkan mungkin usia perjuangan bisa jadi tak bertahan lama. Tanpa kehadiran wanita-wanita tangguh di dapur umum penyediaan logistik makanan dan minuman bagi pasukan tentara akan sulit terpenuhi, namun berkat wanita pengurus dapur umum makanan dan minumam bagi prajurit dapat terpenuhi dan dilayani dengan baik. Begitu pula dengan usaha GERPI di palang merah berkat usaha-usaha wanita di palang merah banyak para prajurit, pengungsi dan korban dapat tertolong dan terselamatkan, dan juga melalui aksi merah putihyang dilakukan oleh GERPI dan kelompok pemuda lainnya memberikan dampak yang besar karena melalui aksi tersebut Sang Saka Merah Putih mulai berkibar di sana-sini. Begitu pula dengan kegiatan dibidang pendidikan yang


(3)

68

digalakkan oleh GERPI dengan mendirikan sekolah SKP (Sekolah Kepandaian Puteri) berdampak positif terhadap sistem pendidikan di Karesidenan Lampung khususnya bagi pendidikan kaum wanita.

B. SARAN

Usaha-usah yang dilakukan GERPI di Karesidenan Lampung merupakan bentuk kegitan yang penuh pengorbanan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang telah diraih. Oleh karena itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi Muda penerus bangsa khususnya para pemuda dan pemudi Daerah Lampung untuk lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan meningkatkan rasa nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Hendaknya kita dapat mengambil hikmah dan dapat dijadikan sebagai contoh yang baik dari segala kegiatan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh GERPI dan wanita Lampung lainnya dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung dengan penuh semangat juang yang tinggi dengan rela dan ikhlas membantu dan mendampingi para pejuang pria yang bertempur di medan pertempuran.

3. Menghargai jasa para pejuang yang sudah berkorban, membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan cara mewarisi api semangat juang mereka dan senantiasa mempertebal tekad untuk mengisi kemerdekaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Budiman, Arif. 2006. Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan

1965-2005. Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Dewan Harian Daerah Angkatan-45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku jilid I. Lampung: Badan penggerak pembina potensi angkatan

’45.

Dewan Harian Daerah Angkatan-45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di

Lampung buku jilid II. Lampung:Badan penggerak pembina potensi angkatan

’45.

Djamal Irawan, Zoer’aini. 2009. Besarnya Eksploitasi Perempuan dan

Lingkungan di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Hardi, Lasmidjah. 1985. Sumbangsihku Bagi Pertiwi (Kumpulan Pengalaman dan

Pemikiran). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga

Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). 1986. Sejarah Setengah Abad Kesatuan

Pergerakan Wanita Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 1973. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Manus, MPB dan Ohorella, G.A. 1993. Peranan Wanita Pada Masa

Pembangunan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah


(5)

Mardalis. 2009. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Musa, Mohammad. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: C.V. Fajar Agung Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notosusanto, Nugroho. 1948. Hakekat Sejarah dan Azas-Azas Metode Sejarah. Jakarta: Mega Bookstore.

Notosusanto, Nugroho.2008. Sejarah Nasional Indonesia jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.

Notosusanto, Nugroho.1992. Sejarah Nasional Indonesia jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Sartono. 1990. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Schein, Edgar H. 1985. Psikologi Organisasi. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional mencapai & mempertahankan kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suleman, Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia Pemikiran Politik Bung

Hatta. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Suryabrata, Sumardi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Syah, Iskandar. 1995. Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Yahya A. Muhaimin. 1982. Perkembangan Militer dan Politik di Indonesia 1945-

1966. Gajah Mada University Press. Hal: 27

Wawancara:


(6)

Wawancara dengan Bapak Ki Agus H. Cek Mat Zen. 9 September 2014 Wawancara dengan Ibu Zanariah. 7 Oktober 2014

Wawancara dengan Bapak H. Sutan Syahrir S. Oe, S.H. 31 Oktober 2014 Wawancara dengan Bapak R.I. Jayaputra. 31 Oktober 2014

Sumber Lain:

Konsep Karesidenan

http://id.wikipedia.org/wiki/Karesidenan (Selasa, 1 April 2014, pukul 19:22) Forum Wacana Indonesia. 2005. Wacana Indonesia (Jurnal Pemikiran

Mahasiswa Pasca Sarjana Se-Indonesia): Demokrasi Pasca Pemilu 2004 di