PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis
PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN
TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp.
Oleh
NINDRI YARTI
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2013
(2)
ABSTRAK
PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN
TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis
sp.
Oleh
NINDRI YARTI
Nannochloropsis sp. memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, merupakan pakan alami yang digunakan sebagai pakan larva ikan laut. Perubahan salinitas dan nitrogen dapat mempengaruhi pertumbuhan Nannochloropsis sp. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan salinitas dan nitrogen terhadap kandungan protein total Nannochloropsis sp., dilakukan pada Oktober sampai November 2012. Nannochloropsis sp. dikultur dengan kepadatan awal 1,1 x 106 sel/ml dan diberi perlakuan A (salinitas 30-34 ppt dan NaNO3 100 gr/l), B
(salinitas 30-34 ppt dan NaNO3 50 gr/l), C (salinitas 35-38 ppt dan NaNO3 100
gr/l), dan D (salinitas 35-38 ppt dan NaNO3 50 gr/l). Hasil penelitian
menunjukkan kepadatan dan kandungan protein tertinggi pada perlakuan salinitas 35 – 38 ppt dan NaNO3 100 gr/l. Hasil uji chi-square menunjukkan peningkatan
salinitas dan penurunan nitrogen berpengaruh terhadap kepadatan
Nannochloropsis sp. pada akhir kultur, tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan protein total Nannochloropsis sp. Hubungan antara kepadatan dan kandungan protein total Nannochloropsis sp. menunjukkan korelasi positif yang artinya bahwa bertambahnya kepadatan mampu meningkatkan kandungan protein total Nannochloropsis sp.
(3)
(4)
(5)
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Manfaat ... 3
1.4. Kerangka Pikir ... 4
1.5. Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. ... 7
2.2. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Nannochloropsis sp. ... 8
2.2.1. Faktor Lingkungan ... 8
2.2.2. Pertumbuhan Nannchloropsis sp. ... 9
2.3. Nitrogen ... 10
2.4. Protein ... 11
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 16
3.2. Materi Penelitian ... 16
3.2.1. Biota Uji ... 16
3.2.2. Media Ujia ... 16
3.2.3. Alat dan Bahan ... 17
(6)
3.4. Prosedur Penelitian ... 18
3.4.1. Persiapan Penelitian ... 18
a. Sterilisasi Alat ... 18
b. Sterilisasi Media (Air) ... 19
c. Pembuatan Pupuk Conwy ... 19
3.4.2. Pelaksanaan Penelitian ... 20
3.5. Parameter ... 21
3.5.1. Penghitungan Kepadatan Nannochloropsis sp. ... 21
3.5.2. Uji Proksimat Protein ... 21
3.5.3. Kualitas air ... 21
3.6. Analisis Data ... 22
3.6.1. Uji Chi-square... 22
3.6.2. Regresi dan Korelasi ... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kepadatan Nannochloropsis sp. ... 25
4.2. Protein Total Nannochloropsis sp. ... 30
4.3. Hubungan antara Kepadatan dan Protein Total ... 33
4.4. Kualitas Air ... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 36
5.2. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
(7)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan. Peningkatan benih berkualitas mampu didapatkan dengan pengontrolan panti benih dan pakan benih. Benih berkualitas mampu dipenuhi dengan produksi benih secara intensif dan berkelanjutan. Ketersediaan pakan alami yang cukup
merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan hasil benih yang berkualitas. Pakan alami belum mampu digantikan oleh pakan buatan, sehingga kualitas dan kuantitas pakan alami menjadi faktor penentu kualitas benih ikan laut (Sumiarsa dan Irwan, 2010).
Benih ikan membutuhkan pakan alami pada tahap awal kehidupannya. Pakan alami tersebut harus memiliki kualitas nutrisi (protein) yang tinggi untuk
pertumbuhan benih. Salah satu pakan alami yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi benih yaitu mikroalga. Mikroalga adalah alga kecil (ukuran 2-20 µm) berupa tanaman talus yang memiliki klorofil sehingga mampu melakukan fotosintesis. Mikroalga bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan sel (Sasmita dkk, 2004). Salah satu mikroalga yang biasa digunakan sebagai pakan alami bagi benih ikan, juga berperan sebagai pakan bagi zooplankton adalah
(8)
Nannochloropsis sp. memiliki klorofil a dan c, serta termasuk jenis yang memiliki daya tahan yang paling tinggi dan mudah penanganannya, sehingga dapat dikultur secara massal (Aliabbas, 2002). Nannochloropsis sp. memiliki kandungan protein 33% (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Pertumbuhan Nannochloropsis sp. dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, juga kandungan nitrogen yang ada di media kultur (Gunawan, 2012). Nannochloropsis sp. dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-30oC, pH 8 - 9,5, dan salinitas 30-32 ppt (Budiman, 2009).
Nannochloropsis sp. membutuhkan nutrien dalam pertumbuhannya, baik dalam bentuk makronutrien maupun mikronutrien. Makronutrien untuk pertumbuhan
Nannochloropsis sp. yaitu unsur Nitrogen, P (Posfat), K (Kalium), C (Karbon), Si (silikat), S (Sulfat) dan Ca (Kalsium). Unsur mikronutrien terdiri atas Fe (Besi), Zn (Seng), Cu (Tembaga), Mg (Magnesium), Mo (Molybdate), Co (Kobalt), dan B (Boron). Makronutrien yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan
Nannochloropsis sp. yaitu nitrogen. Richmond (1986) dalam Yanuaris dkk (2012) menyatakan bahwa ketersediaan unsur nitrogen mempengaruhi pertumbuhan
Nannochloropsis sp. Perbedaan jenis media kultur mempengaruhi kepadatan
Nannochloropsis sp. Yanuaris dkk (2012) menyatakan kultur Nannochloropsis sp. dengan media menggunakan pupuk dari kotoran sapi yang telah difermentasikan memiliki kepadatan lebih tinggi dibandingkan dengan media menggunakan pupuk Walne. Pemenuhan sumber hara (N, P, dan K) yang mencukupi kebutuhan dapat mempengaruhi kepadatan Nannochloropsis sp.
(9)
Pemberian perubahan lingkungan yang meliputi salinitas, suhu, fotoperiode, intensitas cahaya, dan nutrient dapat mempengaruhi biokimia mikroalga (Widianingsih dkk, 2011). Beberapa penelitian melaporkan bahwa mikroalga mengalami perubahan komposisi biokimia ketika kondisi kultur bervariasi. Penelitian Arifin (2010), perubahan salinitas dan CO2 pada tahap kedua dapat
meningkatkan kepadatan dan mengubah kandungan lipid. Penelitian Muhaemin (2011) menyatakan bahwa kombinasi antara peningkatan salinitas dan penurunan nitrogen pada kultur Duniella sp. mampu menghasilkan lipid yang tinggi sebesar 31,45%. Penelitian salinitas dan kandungan nitrogen terhadap kultur
Nannochloropsis sp. belum banyak dilakukan sehingga perlu adanya penelitian mengenai pengaruh peningkatan salinitas dan penurunan kandungan nitrogen pada saat kultur terhadap kandungan protein Nannocholoropsis sp.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh perubahan salinitas dan nitrogen terhadap kandungan protein total Nannochloropsis sp.
1.3. Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu cara peningkatan protein
(10)
1.4. Kerangka Pikir
Pakan alami yang diberikan bagi benih pada awal fase hidup adalah fitoplankton (mikroalga) dan zooplankton. Salah satu fitoplankton (mikroalga) yang berperan sebagai pakan bagi zooplankton(Brachionus plicatilis) dan pakan alami bagi benih ikan adalah Nannochloropsis sp. Penelitian sebelumnnya menyatakan bahwa mikroalga mengalami perubahan komposisi biokimia ketika kondisi kultur yang bervariasi. Safitri dkk (2013) menyatakan bahwa fotoperiode yang berbeda mempengaruhi kandungan lemak Nannochloropsis sp. pada fase stasioner. Pada jenis mikroalga lain yaitu Chaetoceros gracilis, perbedaan media kultur
mempengaruhi kandungan protein dan lemaknya (Jati dkk, 2012). Dengan
beberapa penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa manipulasi lingkungan dapat mempengaruhi biokimia dari mikroalga.
Manipulasi lingkungan media kultur dengan cara peningkatan salinitas dan pengurangan sumber nitrogen dapat meningkatkan kandungan nutrisi
Nannochloropsis sp. Muhaemin (2011) peningkatan salinitas dan penurunan nitrogen pada media kultur dapat meningkatkan kandungan lemak total sebesar 31 %. Manipulasi lingkungan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kandungan protein Nannochloropsis sp., sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami yang berkualitas dan dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan.
(11)
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Hipotesis perlakuan dengan kandungan protein total Nannochloropsis sp. H0= perubahan salinitas dan nitrogen pada media tidak berpengaruh pada
meningkatkan kandungan protein total Nannochloropsis sp. Manipulasi lingkungan
(peningkatan salinitas dan penurunan nitrogen) pada
Nannochloropsis sp.
Meningkatkan nutrisi (protein) pada
Nannochloropsis sp.
Pakan alami berkualitas untuk benih
Pertumbuhan benih ikan lebih baik
(12)
H1= perubahan salinitas dan nitrogen pada media berpengaruh pada meningkatkan
kandungan protein total Nannochloropsis sp.
b. Hipotesis hubungan antara kepadatan dan kandungan protein total
Nannochloropsis sp.
H0 = kepadatan tidak berhubungan terhadap peningkatan kandungan protein total Nannochloropsis sp.
H1 = kepadatan berhubungan terhadap peningkatan kandungan protein total Nannochloropsis sp.
(13)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Nannochloropsis sp.
Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi larva ikan dan zooplankton (Maula, 2008). Nannochloropsis sp. merupakan mikro alga berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil. Nannochloropsis sp. merupakan pakan Brachionus plicatilis, dan Artemia (Fachrullah, 2011).
Klasifikasi Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut (Hibberd, 1981): Filum : Chromophyta
Kelas : Eustigmatophyceae Ordo : Eustigmatales
Famili : Eustigmataceae
Genus : Nannochloropsis
Spesies : Nannochloropsis sp.
Sel Nannchloropsis sp. berbentuk bulat memanjang dengan diameter sel berkisar 2 sampai 4 μm (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Memiliki stigma di
(14)
salah satunya flagel berambut tipis yang terbuat dari komponen selulosa (Aliabbas, 2002).
Nannochloropsis sp. memiliki kandungan energi yang tinggi diatas 20 kJ/g berat kering dan kandungan total lemak dari berat kering 10,3 % - 16,1 % (Mourente et al., 1990 dalam Maula, 2010). Kandungan nutrisi yang tinggi berupa protein 52,11 %, karbohidrat 12,32 %, vitamin C 0,85 %, klorofil a 0,89 %, dan kalori 48,4 % (Maula, 2010).
2.2. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Nannochloropsis sp.
2.2.1. Faktor Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga Nannochlorpsis sp. diantaranya adalah suhu, pH, cahaya, salinitas, dan nutrien.
Pertumbuhan Nannochloropsis sp. pada suhu 25-30 0C, juga dapat tumbuh pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 1.000 – 10.000 lux (Fachrullah, 2011).
Nannochloropsis sp. dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Salinitas optimum untuk pertumbuhannya sebesar 25-35 ppt (Fahcrullah, 2011). Kepadatan optimum yang dapat dicapai untuk skala
laboratrium 50-60 juta sel/mL, skala semi masal 20-25 juta sel/mL dan massal 15-20 juta sel/mL dengan masa kultur 4-7 hari (Fachrullah, 15-2011).
Mikroalga Nannochloropsis sp. dalam pertumbuhannya membutuhkan nutrien yang terdiri dari makro nutrien dan mikro nutrien. Unsur makro nutrien terdiri dari
(15)
N, P, K, C, Si, S, dan Ca. Unsur mikro nutrien terdiri atas Fe, Zn, Cu, Mg, Mo, Co, Mn, dan B (Prabowo, 2009). Unsur N dan P merupakan dua unsur terpenting yang tersedia dalam media kultur alga (Wahyudi, 1999 dalam Maula, 2010). Nitrogen merupakan salah satu makronutrien yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas biomassa alga karena dibutuhkan untuk pembentuk protein, lemak dan klorofil (Maula, 2010).
2.2.2. Pertumbuhan Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. berkembang secara aseksual, dengan pembelahan sel atau pemisahan autospora dari sel induknya (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Pertumbuhan mikroalga ditandai dengan bertambahnya ukuran sel atau jumlah sel. Kepadatan sel tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan Nannochloropsis sp. (Fachrullah, 2011). Lima fase pertumbuhan (Kartikasari, 2010)yaitu:
1. Fase lag disebut sebagai fase adaptasi kondisi lingkungan yang ditandai dengan peningkatan populasi yang tidak nyata.
2. Fase eksponensial disebut sebagai fase pertumbuhan, ditandai dengan peningkatan laju pertumbuhan beberapa kali lipat.
3. Fase pengurangan pertumbuhan yang ditandai dengan terjadinya penurunan pertumbuhan jika dibandingkan dengan fase eksponensial.
4. Fase stasioner yang ditandai dengan laju pertumbuhan stabil. 5. Fase kematian ditandai dengan laju kematian lebih tinggi dari laju
(16)
Kurva pertumbuhan Nannochloropsis sp. dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kurva pertumbuhan Nannochloropsis sp.
2.3.Nitrogen
Nitrogen dapat dimanfaatkan langsung oleh beberapa organisme akuatik dalam bentuk gas. Nitrogen di perairan berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik terdiri dari amonia (NH3), amonium (NH4 +), nitrit (NO2-),
nitrat (NO3-), dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik
berupa protein, asam amino, dan urea (Effendi, 2003).
Nitrogen organik merupakan bentuk nitrogen yang terikat pada senyawa organik, terutama nitrogen bervalensi tiga yang biasanya berupa partikular yang tidak larut dalam air. Nitrogen organik biasa disebut amino atau albuminoid nitrogen.
Senyawa tersebut berupa protein, polipeptida, asam amino, urea (N2NCONH2),
dan senyawa lainnya. Sumber dari nitrogen organik berasal dari proses pembusukan makhluk hidup yang telah mati (Effendi, 2003).
Nitrit (NO2-) dan nitrat (NO3-) merupakan bentuk dari nitrogen anorganik yang
dimanfaatkan. Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
1
2
3
4 5 Keterangan:
1. Fase lag
2. Fase eksponensial 3. Fase lambat 4. Fase stasioner 5. Fase kematian
(17)
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. senyawa tersebut dihasilkan dari oksidasi sempurna senyawa nitrogen dan berlangsung secara aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut (Effendi, 2003):
Nitrosomonas
2 NH3 + 3 O2 2 NO2- + 2 H+ + 2 H2O
Terjadi oksidasi nitrit menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter, ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut (Effendi, 2003):
Nitrobacter
2 NO2- + O2 2 NO3
-Nitrat inilah yang menjadi sumber nitrogen bagi tumbuhan yang selanjutnya dikonversi menjadi protein. Proses tersebut dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut (Effendi, 2003):
NO3- + CO2 + tumbuhan + cahaya matahari protein
Tumbuhan membentuk protein dari CO2 , H2O dan senyawa nitrogen (NO3-).
2.4.Protein
Protein merupakan suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang bervariasi. Berdasarkan strukturnya, protein terbagi dalam dua golongan besar yaitu golongan protein sederhana yang terdiri dari protein fiber dan protein globular, serta protein gabungan. Protein fiber terdiri dari atas beberapa rantai
(18)
polipeptida yang memanjang dan dihubungkan satu dengan lain oleh beberapa ikatan silang hingga terbentuk serat atau serabut yang stabil. Protein globular umumnya berbentuk bulat satu atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat. Sedangkan protein gabungan ialah protein yang berikatan dengan
senyawa yang bukan protein seperti lipoprotein yaitu protein yang larut dalam air dengan lipid berupa lesitin dan kolesterol (Poedjiadi, 1994).
Protein komponen penting yaitu sebagai pembentukan sel-sel tubuh, juga dapat digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh (Poedjiadi, 1994). Serta, fungsi dari protein sebagai biokatalisator yang berupa enzim (Page, 1981). Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 0-3%, dan fosfor 0-3%. Jumlah protein dalam tubuh juga ditentukan dengan jumlah nitrogennya (Poedjiadi, 1994).
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Asam-asam amino tersebut terikat oleh ikatan peptida sehingga terbentuklah protein (Poedjiadi, 1994). Asam amino tidak hanya berperan sebagai bahan pembangun protein, juga sebagai pelopor kimia bagi banyak senyawa yang mengandung nitrogen (Page, 1981).
Reaksi metabolisme asam amino, melibatkan pelepasan gugus asam amino, kemudian perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Proses tersebut adalah transaminasi dan deaminasi. Transaminasi merupakan reaksi yang
melibatkan satu asam amino ke asam amino lainnya. Reaksinya gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada salah satu dari tiga senyawa keto yaitu
(19)
asam piruvat, α ketoglutarat atau aksaloasetat, sehingga senyawa keto berubah menjadi asam keto. Reaksi transaminasi ada dua jenis enzim yang penting yaitu alanin transaminase dan glutamate transminase yang bekerja sebagai berikut (Poedjiadi, 1994):
Alanin transaminase
Asam amino + asam piruvat asam α keto + alanin Glutamate transaminase
Asam amino + asam α ketoglutarat asam α keto + asam glutamate asam α keto + asam glutamat
Reaksi transaminasi bersifat reversible, sehingga tidak ada gugus asam amino yang hilang. Karena gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto (Poedjiadi, 1994)
Asam amino yang diubah menjadi asam glutamate pada reaksi transaminasi dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, mengalami deaminasi oksidatif yang
menggunakan glutamate sebagai dehidrigenase sebagai katalis.
Asam glutamat + NAD+ Asam α ketoglutarat + NH4+ + NADH + H+
Asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+. Selain NAD +
glutamat dehidrogenase menggunakan pula NADP+ sebagai akseptor electron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses transaminase, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam metabolisme asam amino (Poedjiadi, 1994).
(20)
Selain metabolisme gugus amino, asam amino dapat mengalami reaksi-reaksi yang mengakibatkan berubahnya rantai karbon. Poedjiadi (1994) menggambarkan skema metabolisme rantai karbon asam amino yang dikaitkan dengan siklus asam sitrat pada Gambar 3.
Gambar 3. Skema metabolisme rantai karbon asam amino yang dikaitkan dengan siklus asam sitrat (Poedjiadi, 1994)
(21)
Terlihat pada skema bahwa asetil koenzim A merupakan senyawa penghubung antara metabolisme asam amino dengan siklus asam sitrat. Jalur metabolik yang menuju pembentukan asetil koenzim A, yaitu melalui asam piruvat dan asam asetoasetat (Poedjiadi, 1994).
Asam amino yang merupakan komponen dari protein memiliki fungsi yang besar pada sel organisme. Protein adalah salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan bagi larva ikan sebagai pembentuk jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan (Serang, 2006). Protein dapat digunakan oleh organisme hidup setelah diuraikan menjadi komponen-komponen penyusunnya, misalnya asam amino. Ketersediaan asam amino yang merupakan komponen dari protein dalam pakan dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup larva (Zonneveld dkk, 1991). Asam amino tersebut dibutuhkan sebagai suplai energi untuk proses metabolisme tubuh (Putra, 2008). Pemanfaatan protein dalam tubuh dinyatakan dalam penyimpanan nitrogen sampai pengambilan nitrogen (Zonneveld dkk, 1991).
(22)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium Fitoplankton Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.
3.2. Materi penelitian 3.2.1. Biota Uji
Biota uji yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL dengan kepadatan awal 1,1 x 106 sel/ml dan volume air 2 l.
3.2.2. Media Uji
Media yang dipergunakan dalam kultur Nannochloropsis sp. berbentuk cair atau larutan yang tersusun dari senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrien untuk keperluan hidup. Pupuk yang akan digunakan dalam penelitian adalah conwy dengan komposisi bahan kimia pada Tabel 1.
(23)
Tabel 1. Komposisi pupuk Conwy untuk fitoplankton skala laboratorium (1 liter)
No Bahan kimia Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 NaEDTA FeCl3.6H2O
H2BO3
NaHPO4
NaNO3
Vitamin Trace metal* Aquadest
45 gram 1,3 gram 33,6 gram 20 gram
100 gram (sumber nitrogen 100%) 50 gram (sumber nitrogen 50 %) 1 ml
1 cc
Hingga 1 liter Tabel 2. Larutan Trace metal solution
No. Bahan Kimia Komposisi 1
2 3 4 5
(NH4) M7O24
CuSO4.5H2O
ZnCl2
CoCl2.6H2O
Aquabides 0,9 gram 2 gram 2,1 gram 2 gram 100 ml 3.2.3. Alat dan Bahan
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian No. Alat dan bahan Kegunaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Toples 10 buah Selang dan batu aerasi Haemocytometer Mikroskop pH meter DO meter Pipet tetes Lampu TL Panci Kompor Palnktonet Sinar UV Ozonizer Alumunium foil
Nannochloropsis sp. Air Laut Steril Alkohol 70% Pupuk Conwy
Wadah media kultur Nannochloropsis sp. Perangkat sirkulasi aerasi media
Penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp. Pengamatan Nannochloropsis sp.
Pengamatan pH Pengamatan DO Pengambilan sampel Sumber cahaya
Alat untuk sterilisasi air laut sebagai media kultut Nannochloropsis sp.
Penutup media kultur setelah disterilkan, sebelum dipergunakan
Biota Uji
Air media kultur
Sterilisasi untuk alat berbahan kaca
Pupuk bagi Nannochloropsis sp. pada media kultur
(24)
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian terdiri dari 3 perlakuan dan 1 kontrol yang masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan tersebut sebagai berikut:
Perlakuan A : kultur Nannochloropsis sp. pada salinitas 30-34 ppt dan NaNO3 100
gr/l.
Perlakuan B : kultur Nannochloropsis sp. pada salinitas 30-34 ppt dan NaNO3 50
gr/l.
Perlakuan C : kultur Nannochloropsis sp. pada salinitas 35-38 ppt dan NaNO3 100
gr/l.
Perlakuan D : kultur Nannochloropsis sp. pada salinitas 35-38 ppt dan NaNO3 50
gr/l.
Tabel 4. Kontingensi perlakuan salinitas dan nitrogen
Perlakuan NaNO3 (gr/l) Total
100 50
Salinitas (ppt) 30 - 34 Perlakuan A Perlakuan B A+B 35 - 38 Perlakuan C Perlakuan D C+D
Total A+C B+D N
3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Persiapan Penelitian a. Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat seperti toples direndam kaporit 100 ppm selama 24 jam, dicuci dengan air bersih dan dibilas hingga bersih dengan air tawar. Setelah bersih disemprotkan alkohol 70%. Alat-alat seperti selang, batu aerasi, serta yang
(25)
berbahan plastik dilakukan dengan perendaman kaporit 100 ppm selama 24 jam. Dibersihkan dengan air tawar, lalu dilakukan perebusan selama 20 menit.
b. Sterilisasi Media (Air)
Air laut dialirkan ke UV sterilizer dan diberi ozon menggunakan Ozon sterilizer.
Selanjutnya direbus hingga mendidih. Air laut diukur salinitasnya menggunakan refraktometer, kemudian dilakukan perebusan berulang kali hingga mendapatkan stok air laut salinitas yang diinginkan yaitu air laut salinitas 30-34 ppt dan air laut salinitas 35 - 38 ppt. Kemudian disaring dengan menggunakan plankton net mesh size 15 mikron.
c. Pembuatan Pupuk Conwy
Pupuk yang digunakan pada kultur Nannochloropsis sp. yaitu pupuk Conwy. Komposisi pupuk Conwy adalah NaEDTA 45 gram, FeCl3.6H2O 1,3 gram, H2BO3
33,6 gram, NaHPO4 20 gram, NaNO3 100 gram dan 1 Liter aquades (Tabel. 1).
Pembuatan pupuk Conwy dilakukan dengan cara mencampurkan bahan-bahan, kemudian ditambahkan trace metal 1cc yang terdiri dari ZnCl2 2.1 gr,
CoCl2.6H2O 2 gr, CuSO4.5H2O 2 gr, dan (NH4) M7O24 0.9 gr (Tabel 2) yang
masing-masing telah dicairkan dengan aqubides 100 ml. Pupuk kultur
Nannochlropsis sp. perlakuan pengurangan kadar nitrogen hingga 50% tidak dilakukan dengan mengencerkan larutan pupuk kultur Conwy stok. Pembuatan pupuk kultur perlakuan pengurangan kadar nitrogen hingga 50% dibuat dengan cara mengurangi penggunaan NaNO3 hingga 50% dari kebutuhan standar NaNO3
(26)
3.4.2. Pelaksanaan Penelitian
Mikroalga Nannochloropsis sp. dikultur pada toples 2 liter dengan kepadatan 11 x 106 sel/ml masing-masing pada 12 (4 perlakuan x 3 ulangan) toples. Pupuk Conwy diberikan sebanyak 1 ml/liter kultur, dilakukan pengukuran kualitas air setelah biota dibiakkan. Media kultur disusun di rak kultur dan diberi aerasi kuat pada pencahayaan lampu TL 38 W. Kepadatan Nannochlopsis sp. diamati pada
mikroskop setiap 6 jam sekali pada tiap media kultur. Setelah mencapai fase akhir eksponensial atau pada fase awal stasioner (waktu panen), dilakukan pengukuran kualitas air kembali. Kemudian Nannochloropsis sp. dipanen secara total dengan cara dibuat natan menggunakan larutan NaOH. Larutan tersebut dimasukkan kedalam kultur sedikit demi sedikit sambil diaduk searah jarum jam. Setelah cukup homogen, putar arah adukan secara berlawanan hingga larutan terasa mengental. Larutan didiamkan hingga biakan mengendap. Kemudian masing-masing biakan dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah dibersihkan dan disemprot alkohol, dan disimpan dalam lemari pendingin. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu sampel yang telah disimpan dalam botol sampel dibawa untuk dilakukan uji proksimat.
(27)
3.5. Parameter
3.5.1. Penghitungan Kepadatan Nannochloropsis sp.
Penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp. dengan cara Nannochloropsis sp. pada media kultur diambil sebanyak 1 ml dengan pipet, kemudian diamati dengan
Haemacytometer dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh BBPBL:
∑
Keterangan : N = Kepadatan
n = Jumlah kotak hitungan Ki = Kepadatan plankton ke-i
K1-K5 = jumlah Nannochloropsis sp. dalam lapang pandang (kotak) hitungan ke 1 hingga 5
3.5.2. Uji Proksimat Protein
Uji proksimat protein pada Nannochloropsis sp. dengan menggunakan metoda Gunning di laboratorium Politeknik Lampung (Lampiran 3).
3.5.3. Kualitas air (oksigen terlarut, pH, dan suhu media kultur)
Pengukuran oksigen terlarut, pH, dan suhu media kultur menggunakan DO meter, pH meter, dan termometer. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan 2 kali, yaitu 24 jam sejak Nannochloropsis sp. di tempatkan di media kultur dan beberapa saat sebelum panen dilakukan.
(28)
3.6. Analisis Data
3.6.1. Uji Chi Square (χ2)
Analisis data yang digunakan untuk menguji hasil perlakuan adalah uji Chi square (χ2
). Uji Chi square (χ2) merupakan teknik nonparametrik yang berguna untuk menganilisis data yang terpisah bila kedua sampel bebas. Uji tersebut dipakai apabila nilai-nilai yang didapat dari dua sampel acak bebas semuanya masuk dalam salah satu dari dua kelas yang berbeda satu sama lain. Setiap subyek dalam kedua kelompok tersebut mendapatkan satu dari dua nilai yang mungkin. Nilai-nilai tersebut dipresentrasikan dalam frekuensi-frekuensi suatu tabel kontingensi (Siegel, 1985) (Tabel 4).
Siegel (1985) menyatakan bahwa perhitungan data dengan uji chi square (χ2) menggunakan dua pendekatan berdasarkan jumlah data (N) pada penelitian: a. Jika kepadatan Nannochloropsis sp. berjumlah N > 40 maka rumus yang
digunakan:
| |
Keterangan:
N = jumlah total nilai data
A = Kepadatan Nannochloropsis sp. perlakuan A B = Kepadatan Nannochloropsis sp. perlakuan B C = Kepadatan Nannochloropsis sp. perlakuan C D = Kepadatan Nannochloropsis sp. perlakuan D
A B
A+B
(i.1)
C D C+D(i.2)
(29)
b. Jika kandungan protein total Nannocholropsis sp. berjumlah N < 20 maka rumus yang digunakan:
∑( )
Keterangan :
Oij = frekuensi pengamatan ke-ij i = jumlah baris
Eij = frekuensi harapan ke-ij j = jumlah kolom
in = jumlah data pada baris ke-n
jn = jumlah data pada kolom ke-n
Jika nilai dari χ2lebih besar dari pada χ 2
tabel pada taraf nyata 0,05, maka
diputuskan untuk menolak H0. Jika nilai dari χ 2lebih kecil dari pada χ 2 tabel pada
taraf nyata 0,05, maka diputuskan untuk menerima H0 (Gaspersz, 1991).
3.6.2. Regresi dan Korelasi
Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan antar variabel tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan besarnya dampak kuantitatif yang terjadi dari perubahan satu kejadian terhadap kejadian lainnya. Regresi linier merupakan model hubungan antara dua variable berdasarkan persamaan garis linier (Supangat, 2007).
Model regresi yang dipergunakan adalah:
(30)
X = kepadatan Nannochlropsis sp.
= titik potong Y, nilai perkiraan bagi Y ketika X = 0
= kemiringan garis atau perubahan rata-rata pada Y untuk setiap satu unit perubahan (naik atau turun) pada variabel bebas X
Koefisen korelasi merupakan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Korelasi merupakan ukuran atau besaran yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan diantara variabel-variabel yang bersangkutan dinyatakan dengan notasi (r). Nilai korelasi (r) dapat diartikan sebagai tingkat kekuatan hubungan amtara dua variabel atau lebih (besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel yang mempengaruhi), baik secara langsung maupun tidak langsung. Tingkat korelasi bernilai antara -1 < r < 1. Jika nilai r berada pada kisaran -1 < r < 0, maka korelasi cenderung bersifat korelasi negatif. Jika nilai r berada pada kisaran 0 < r < 1, maka korelasi cenderung bersifat positif. Penentuan nilai korelasi menggunakan persamaan berikut (Supangat, 2007):
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] Keterangan: r = nilai korelasi
n = jumlah sampel
X = data kepadatan Nannochloropsis sp. Y = data protein total Nannochloropsis sp.
Koefisiensi determinasi (R2) merupakan ukuran (besar) untuk menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persentasi (%). Koefisien tersebut dihitung dengan mengkuadratkan koefisensi korelasi, sebagai berikut (Supangat, 2007) :
(31)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Peningkatan salinitas dan penurunan nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan protein total Nannochloropsis sp., namun berpengaruh nyata terhadap kepadatan pada akhir kultur Nannochloropsis sp.
b. Hubungan antara kepadatan dan protein total Nannochloropsis sp. cenderung bersifat korelasi linier positif dan lemah.
c. Peningkatan salinitas cenderung meningkatkan kandungan protein total, sedangkan penurunan nitrogen menurunkan kandungan protein total
Nannochloropsis sp.
5.2. Saran
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian mengenai salinitas dan nitrogen, terutama variasi dari salinitas yang digunakan saat kultur Nannochlorpsis sp. ataupun mikroalga lainnya.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2010. Pengaruh Salinitas dan Konsentrasi CO2 Terhadap Pertumbuhan
dan Kadar Lipid Mikroalga Nannochloropsis sp. Bioteknologi.
Aliabbas, A. 2002. Kualitas Nannochloropsis sp. Akibat Lama Penyimpanan Nata de Nanno. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Hal. 3-18.
Asriyana, dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 125.
Bellinger, E. G. dan David C. S. 2010. Freswater Algae: Identification and use as Bioindicators. Wiley-Blackwell. UK. p: 73.
Budiman. 2009. Penentuan Intensitas Cahaya Optimum Pada Pertumbuhan dan Kadar Lipid Mikroalga Nannochloropsis sp.Tesis. Proram Magister Kimia. Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal. 66-156.
Fachrullah, M. R. 2011. Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis
Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil Penambangan Timah Di Pulau Bangka. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Hal. 3-11.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. Hal. 440-445.
Gunawan. 2012. Pengaruh Perbedaan pH pada Pertumbuhan Mikroalga Klas
Chlorophyta. Jurnal Bioscientiae, 9 (2): 62 – 65.
Hibberd, D. J. 1981. Noteron the Taxonomy and Nomenclature of the Alha Classes Eustigmatophyceae and Tribophyceae (Synonym Xanthiphyceae).
Journal of the Linnean Society of London. Botany 82 : 92-119. Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan
Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.
(33)
Jati, F., Johanes H., dan Vivi E.H. 2012. Pengaruh Penggunaan Dua Jenis Media Kultur yang Berbeda Terhadap Pola Pertumbuhan, Kandungan Protein dan Asam Lemak Omega 3 EPA (Chaetocerosgracilis). Jurnal of Aquaculture Management and Technology. 1 (1): 221 -235.
Kartikasari, D. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Yang Berbeda Terhadap Kemampuan Penyerapan Logam Berat Pb Pada Nannochloropsis sp.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Maula, R.N. 2010. Optimasi Kultivasi Mikroalga Laut NannochloropsisOculata
Dengan Perlakuan Pupuk Urea Untuk Produksi Lemak Nabati.Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang. Muhaemin, M. 2011. Lipid Production of Nannochloropsis under Environmental
Stress. Jurnal Penelitian Sains. 14 (3): 61-62.
Page, D. S. 1981. Prinsip-prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta.UI-Press. 472 hlm. Prabowo, D. A. 2009. Optimasi Pengembangan Media Untuk Pertumbuhan
Chlorella sp. pada Skala Laboratorium. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Hal 7 – 14.
Putra, A. N. 2008. Aplikasi Pemberian Taurine Pada Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptesaltivelis). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Safitri, M. E., Rara D., Suparmono, dan Moh. Muhaemin. 2013. Kandungan Lemak Total Nannochloropsis sp.pada Fotoperiode yang Berbeda. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1: 127-134.
Sasmita, P.G., I.G. Wenten, dan G. Suantika. 2004. Pengembangan Teknologi Ultrafiltrasi Untuk Pemekatan Mikroalga. Universitas Diponegoro Semarang. Hal. 1-5.
Serang, A. M. 2006. Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Rajungan (Portunus
pelagicus). Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 5-23. Siegel, S. 1985. Statistik Nonparametrik. Gramedia. Jakarta. 130-137 hlm. Sumiarsa, G. S. dan Irwan S. 2010. Perbaikan Teknik Produksi Massal Pakan
Alami Untuk Mendukung Perbenihan Ikan Laut.Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali. Hal. 667-674.
(34)
Supangat, A. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferasi, dan
Nonparametrik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Hal. 325-357. Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp.dan
Chaetocerosgracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal Terhadap
Pertumbuhan C. gracilis di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi. No. 37 :43-58.
Sylvester, B., Nelvy, dan Sudjiharno. 2002. Biologi Fitoplankton, Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Makara. Teknologi. 9: 3-23.
Walpole, R. E. 1982. Pengantar Statistik. Gramedia. Jakarta. 340-372 hlm. Widianingsih, Retno H., H. Endarwati., Ervia Y., dan Valentina R.I. 2011.
Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan Lipid Total Nannochloropsis sp. Jurnal Kelautan. 16: 24-29.
Yanuaris, L, M., Rahayu K. dan Kismiyati. 2012. Pengaruh Fermentasi
Actinobacillus sp. Pada Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan
Nannochloropsis sp.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. 4 : 21-26. Zonneveld, N., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
(35)
A B A+B
C D C+D
A+C B+D N
| |
χ2
tabel db 1 = 3.84
Kepadatan Awal (105 sel/ml)
perlakuan Nitogen Total
N1 N2
salinitas S1 370 331 701
S2 332 353 685
Total 702 684 1386
| |
| |
< χ2 tabel 0.05 = 3.84
√ χ χ √ √
√
Kepadatan Akhir
Perlakuan Nitogen Total
N1 N2
salinitas S1 1370 1167 2537
S2 1370 1344 2714
(36)
| |
> χ
2
tabel 0.05 = 3.84
√ χ χ √ √
√
Kepadatan Awal - Akhir
Awal Akhir Total
A 123 457 580
B 110 389 499
C 111 456 567
D 118 448 566
Total 463 1750 2212
perlakuan Nitogen Total
N1 N2
salinitas S1 580 499 1079
S2 567 566 1133
Total 1147 1065 2212
| | | |
> χ
2
(37)
Antar Perlakuan
∑
db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 χ2
tabel 0.05 = 5.99 Awal Kultur - Perlakuan A – B
U1 U2 U3 Total
A 121 140 110 371
B 104 127 100 331
Total 225 267 210 702
Eij U1 U2 U3
A 118.91 141.107 110.983 B 106.09 125.893 99.0171
χ2 hitung
0.03673 0.00868 0.0087 0.04116 0.00973 0.00976
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan A – C
U1 U2 U3 Total
A 121 140 110 371
C 120 108 104 332
Total 241 248 214 703
Eij U1 U2 U3
A 127.185 130.879 112.936 C 113.815 117.121 101.064
χ2 hitung
0.30077 0.63563 0.07633 0.3361 0.7103 0.08529
(38)
A 121 140 110 371
D 123 122 108 353
Total 244 262 218 724
Eij U1 U2 U3
A 125.033 134.257 111.71 D 118.967 127.743 106.29
χ2 hitung
0.1301 0.24567 0.02617 0.13673 0.2582 0.02751
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan B – C
U1 U2 U3 Total
B 104 127 100 331
C 120 108 104 332
Total 224 235 204 663
Eij U1 U2 U3
B 111.831 117.323 101.846 C 112.169 117.677 102.154
χ2 hitung
0.54838 0.79821 0.03347 0.54673 0.79581 0.03336
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan B – D
U1 U2 U3 Total
B 104 127 100 331
D 123 122 108 353
Total 227 249 208 684
Eij U1 U2 U3
B 109.849 120.496 100.655 D 117.151 128.504 107.345
χ2 hitung
0.31148 0.35111 0.00426 0.29207 0.32923 0.004
(39)
C 120 108 104 332
D 123 122 108 353
Total 243 230 212 685
Eij U1 U2 U3
A 117.775 111.474 102.75 B 125.225 118.526 109.25
χ2 hitung
0.04203 0.10829 0.0152 0.03953 0.10185 0.01429
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Akhir Kultur - Perlakuan A’ –B’
U1 U2 U3 Total
A' 492 429 450 1371
B' 326 458 384 1168
Total 818 887 834 2539
Eij U1 U2 U3
A' 441.701 478.959 450.34 B' 376.299 408.041 383.66
χ2 hitung
5.72791 5.2111 0.00026 6.72343 6.1168 0.0003
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan A’ –C’
U1 U2 U3 Total
A' 492 429 450 1371
C' 465 448 457 1370
(40)
438.34 453.335 χ2
hitung
0.37096 0.21273 0.02962 0.39065 0.21288 0.02964
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan A’ –D’
U1 U2 U3 Total
A' 492 429 450 1371
D' 471 450 423 1344
Total 963 879 873 2715
Eij U1 U2 U3
A' 486.288 443.871 440.841 D' 476.712 435.129 432.159
χ2 hitung
0.06708 0.4982 0.19029 0.06843 0.50821 0.19412
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan B’ –C’
U1 U2 U3 Total
B' 326 458 384 1168
C' 465 448 457 1370
Total 791 906 841 2538
Eij U1 U2 U3
B 364.022 416.946 387.032 C 426.978 489.054 453.968
χ2 hitung
3.9714 4.0424 0.02376 3.38584 3.44637 0.02025
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan B’ –D’
U1 U2 U3 Total
B' 326 458 384 1168
D' 471 450 423 1344
(41)
426.42 485.809 431.771 χ2
hitung
5.36279 3.0372 0.20501 4.66052 2.63947 0.17816
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan C’ –D’
U1 U2 U3 Total
C' 465 448 457 1370
D' 471 450 423 1344
Total 936 898 880 2714
Eij U1 U2 U3
A 472.483 453.301 444.215 B 463.517 444.699 435.785
χ2 hitung
0.11853 0.062 0.36796 0.12082 0.0632 0.37507
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Awal dan Akhir Kultur - Perlakuan A –A’
U1 U2 U3 Total
A 121 140 110 371
A' 492 429 450 1371
Total 613 569 560 1742
Eij U1 U2 U3
A 130.553 121.182 119.265 A' 482.447 447.818 440.735
χ2 hitung
0.699 2.9222 0.71978 0.18915 0.79076 0.19478
(42)
B 104 127 100 331
B' 326 458 384 1168
total 430 585 484 1499
Eij U1 U2 U3
B 94.95 129.176 106.874 B' 335.05 455.824 377.126
χ2 hitung
0.86259 0.03666 0.44212 0.24445 0.01039 0.12529
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Peralkuan C –C’
U1 U2 U3 Total
C 120 108 104 332
C' 465 448 457 1370
Total 585 556 561 1702
Eij U1 U2 U3
C 114.113 108.456 109.431 C' 470.887 447.544 451.569
χ2 hitung
0.30373 0.00192 0.26956 0.0736 0.00046 0.06532
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan D –D’
U1 U2 U3 Total
D 123 122 108 353
D' 471 450 423 1344
Total 594 572 531 1697
Eij U1 U2 U3
D 123.56 118.984 110.456 D' 470.44 453.016 420.544
χ2 hitung
0.00254 0.07644 0.05459 0.00067 0.02008 0.01434
(43)
Perlakuan A – B
U1 U2 U3 Total
A 0.2356 0.2298 0.2466 0.7120 B 0.223 0.2113 0.2347 0.6690
Total 0.4586 0.4411 0.4813 1.3810
db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2
tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan A – C
U1 U2 U3 Total
A 0.2356 0.2298 0.2466 0.7120 C 0.2868 0.2986 0.256 0.8414
Total 0.5224 0.5284 0.5026 1.5534
db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Eij U1 U2 U3
A 0.2364 0.2274 0.2481 B 0.2221 0.2136 0.2331
Eij U1 U2 U3
A 0.2394 0.2422 0.2303
(44)
U1 U2 U3 Total A 0.2356 0.2298 0.2466 0.7120 D 0.2249 0.1772 0.2426 0.6447
Total 0.4605 0.4070 0.4892 1.3567
db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan B – C
U1 U2 U3 Total
B 0.223 0.2113 0.2347 0.6690 C 0.2868 0.2986 0.256 0.8414 Total 0.5098 0.5099 0.4907 1.5104 db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2
χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan B – D
U1 U2 U3 Total
B 0.223 0.2113 0.2347 0.6690 D 0.2249 0.1772 0.2426 0.6447
Total 0.4479 0.3885 0.4773 1.3137
Eij U1 U2 U3
A 0.2416 0.2135 0.2567 D 0.2188 0.1934 0.2324
Eij U1 U2 U3
B 0.2258 0.2258 0.2173 C 0.2839 0.2840 0.2733
Eij U1 U2 U3
B 0.2280 0.1978 0.243 D 0.2198 0.1906 0.2342
(45)
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan C – D
U1 U2 U3 Total
C 0.2868 0.2986 0.256 0.8414 D 0.2249 0.1772 0.2426 0.6447
Total 0.5117 0.4758 0.4986 1.4861
db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Eij U1 U2 U3
A 0.2897 0.2694 0.2823
(46)
(47)
Uji proksimat protein pada Nannochloropsis sp. dengan menggunakan metoda Gunning.
1. Nannochloropsis sp. yang dipanen diberi NaOH, setelah 24 jam dipindahkan natan yang terbentuk ke wadah sampel uji.
2. Ditimbang 0,5 – 1,0 gr bahan kering uji yang telah dihaluskan dan
dimasukkan dalam labu kjeldahl, tambahkan 10 gr K2S atau Na2SO4 anhidrat,
dan 10 – 15 ml H2SO4 pekat. Kalau distruksi sukar dilakukan perlu ditambah
0,1 – 0,3 gr CuSO4 dan gojok
3. Kemudian bahan uji dilakukan distruksi diatas pemanas listrik dalam lemari asam, mula mula dengan api kecil, setelah asap hilang api dibesarkan, pemanasan diakhiri setelah cairan menjadi jernih tak berwarna lagi 4. Dibuat perlakuan blangko, yaitu seperti perlakuan diatas tanpa contoh. 5. Setelah dingin ditambahkan kedalam labu kjeldahl aquades 100 ml, serta
larutan NaOH 45 % sampai cairan bersifat basis, dipasang labu kjeldahl dengan segera pada alat distilasi.
6. Dipanaskan labu Kjeldahl sampai amonia menguap semua, distilat ditampung dalam erlenmeyer berisi 25 ml HCL 0,1N yang sedang diberi indikator PhenolPtalein (pp) 1 % beberapa tetes. Distilasi diakhiri setelah distilat tertampug sebanyak 150 ml atau setelah distilat yang keluar tak bersifat basis. 7. Kelebihan HCl 0,1 N dalam distilat dititrasi dengan larutan basa standar
(larutan NaOH 0,1 N)
% Protein = % N X Faktor Konversi
(1)
- Perlakuan B –B’
U1 U2 U3 Total
B 104 127 100 331
B' 326 458 384 1168
total 430 585 484 1499
Eij U1 U2 U3
B 94.95 129.176 106.874 B' 335.05 455.824 377.126
χ2 hitung
0.86259 0.03666 0.44212 0.24445 0.01039 0.12529
> χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Peralkuan C –C’
U1 U2 U3 Total
C 120 108 104 332
C' 465 448 457 1370
Total 585 556 561 1702
Eij U1 U2 U3
C 114.113 108.456 109.431 C' 470.887 447.544 451.569
χ2 hitung
0.30373 0.00192 0.26956 0.0736 0.00046 0.06532
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
- Perlakuan D –D’
U1 U2 U3 Total
D 123 122 108 353
D' 471 450 423 1344
Total 594 572 531 1697
Eij U1 U2 U3
D 123.56 118.984 110.456 D' 470.44 453.016 420.544
χ2 hitung
0.00254 0.07644 0.05459 0.00067 0.02008 0.01434
(2)
Lampiran 2. Uji Chi square Protein total Nannochloropsis sp. Protein Total Nannochloropsis sp.
Perlakuan A – B
U1 U2 U3 Total
A 0.2356 0.2298 0.2466 0.7120 B 0.223 0.2113 0.2347 0.6690 Total 0.4586 0.4411 0.4813 1.3810 db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2
χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2
tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan A – C
U1 U2 U3 Total
A 0.2356 0.2298 0.2466 0.7120 C 0.2868 0.2986 0.256 0.8414 Total 0.5224 0.5284 0.5026 1.5534 db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2
χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Eij U1 U2 U3
A 0.2364 0.2274 0.2481 B 0.2221 0.2136 0.2331
Eij U1 U2 U3
A 0.2394 0.2422 0.2303
(3)
Perlakuan A – D
U1 U2 U3 Total
A 0.2356 0.2298 0.2466 0.7120 D 0.2249 0.1772 0.2426 0.6447 Total 0.4605 0.4070 0.4892 1.3567 db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2
χ2
tabel 0.05 = 5.99 ∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan B – C
U1 U2 U3 Total
B 0.223 0.2113 0.2347 0.6690 C 0.2868 0.2986 0.256 0.8414 Total 0.5098 0.5099 0.4907 1.5104 db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2
χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan B – D
U1 U2 U3 Total
B 0.223 0.2113 0.2347 0.6690 D 0.2249 0.1772 0.2426 0.6447 Total 0.4479 0.3885 0.4773 1.3137
Eij U1 U2 U3
A 0.2416 0.2135 0.2567 D 0.2188 0.1934 0.2324
Eij U1 U2 U3
B 0.2258 0.2258 0.2173 C 0.2839 0.2840 0.2733
Eij U1 U2 U3
B 0.2280 0.1978 0.243 D 0.2198 0.1906 0.2342
(4)
db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2 χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Perlakuan C – D
U1 U2 U3 Total
C 0.2868 0.2986 0.256 0.8414 D 0.2249 0.1772 0.2426 0.6447 Total 0.5117 0.4758 0.4986 1.4861 db (r-1) (k-1) = (2-1) (3-1) = 2
χ2
tabel 0.05 = 5.99
∑
∑
< χ2 tabel 0.05 = 5.99
Eij U1 U2 U3
A 0.2897 0.2694 0.2823
(5)
(6)
Lampiran 3. Uji Proksimat Protein
Uji proksimat protein pada Nannochloropsis sp. dengan menggunakan metoda Gunning.
1. Nannochloropsis sp. yang dipanen diberi NaOH, setelah 24 jam dipindahkan natan yang terbentuk ke wadah sampel uji.
2. Ditimbang 0,5 – 1,0 gr bahan kering uji yang telah dihaluskan dan
dimasukkan dalam labu kjeldahl, tambahkan 10 gr K2S atau Na2SO4 anhidrat,
dan 10 – 15 ml H2SO4 pekat. Kalau distruksi sukar dilakukan perlu ditambah
0,1 – 0,3 gr CuSO4 dan gojok
3. Kemudian bahan uji dilakukan distruksi diatas pemanas listrik dalam lemari asam, mula mula dengan api kecil, setelah asap hilang api dibesarkan, pemanasan diakhiri setelah cairan menjadi jernih tak berwarna lagi 4. Dibuat perlakuan blangko, yaitu seperti perlakuan diatas tanpa contoh. 5. Setelah dingin ditambahkan kedalam labu kjeldahl aquades 100 ml, serta
larutan NaOH 45 % sampai cairan bersifat basis, dipasang labu kjeldahl dengan segera pada alat distilasi.
6. Dipanaskan labu Kjeldahl sampai amonia menguap semua, distilat ditampung dalam erlenmeyer berisi 25 ml HCL 0,1N yang sedang diberi indikator PhenolPtalein (pp) 1 % beberapa tetes. Distilasi diakhiri setelah distilat tertampug sebanyak 150 ml atau setelah distilat yang keluar tak bersifat basis. 7. Kelebihan HCl 0,1 N dalam distilat dititrasi dengan larutan basa standar
(larutan NaOH 0,1 N)
% Protein = % N X Faktor Konversi