Hasil penilaian tes keterampilan menulis karangan cerpen pada aspek latar dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Karangan Cerpen Aspek Latar Siklus I
No Kategori
Nilai F
Jumlah Nilai
Persen Rata-rata Nilai
1 2
3 4
Sangat baik Baik
Cukup baik Kurang baik
30 - 40 20 - 29
10 - 19 0 - 9
12 27
381 628
43,59 51,28
=
1009 1560
x 100
= 64,68 cukup baik
Jumlah 39
1009 100
Data pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan cerpen aspek latar untuk kategori sangat baik dicapai
oleh 12 siswa atau sebesar 43,59 dengan nilai 85-100. Kategori baik dengan nilai 75-84 dicapai oleh 27 siswa atau sebesar 51,28.
Kategori cukup baik dan Kategori kurang baik tidak ada yang siswa satupun yang memperolehnya atau 0. Jadi nilai rata-rata secara
klasikal menulis karangan cerpen aspek latar sebesar 64,68 atau berkategori cukup baik, sehingga diperlukan tindakan kelas
selanjutnya.
b. Hasil Nontes
1. Hasil Observasi Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku siswa selama proses menulis cerpen dalam melalui pendekatan konstruktivisme. Observasi ini dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam observasi
ini meliputi perilaku siswa selama mengikuti proses keterampilan menulis dalam pembelajaran menulis cerpen. Dalam penelitian ini ada
dua hasil observasi, yaitu hasil observasi kelas dan hasil lembar observasi aktivitas siswa.
Observasi kelas dilakukan selama proses keterampilan menulis dalam pembelajaran menulis cerpen dengan pendekatan
konstruktivisme berlangsung. Observasi ini dilakukan mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data
selengkap mungkin, untuk mengungkap perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen melalui pendekatan
konstruktivisme. Dalam siklus I ini, seluruh perilaku siswa selama proses
pembelajaran menulis cerpen terdeskripsi melalui observasi. Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan menulis cerpen masih kurang. Masih banyak siswa yang ramai walaupun pembelajaran sudah
dimulai. Saat kegiatan keterampilan menulis cerpen, sebagian siswa terlihat serius. Namun, ada beberapa siswa yang terlihat kurang serius,
mereka terlihat berbicara sendiri dengan temannya tanpa memperhatikan penjelasan guru. Bahkan ada juga siswa yang sama
sekali tidak memperhatikannya, siswa tersebut terlihat tiduran. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1 Kegiatan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Penjelasan Guru Siklus I
Aspek pengamatan berikutnya, mengenai keseriusan siswa saat mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru. Sebagian
besar siswa terlihat kurang serius saat mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru. Hal ini disebabkan, guru yang
mengajar bukan guru yang biasa mengajar mereka melainkan peneliti, sehingga siswa merasa asing. Mengenai ketertarikan siswa
pada materi pembelajaran, hanya beberapa siswa yang tertarik pada materi. Selebihnya, siswa kurang tertarik pada materi pembelajaran
yang diberikan.
Gambar 4.2 Siswa Mendegarkan dan Memperhatikan Penjelasan Guru Siklus I
Aspek pengamatan berikutnya, mengenai keseriusan siswa saat membacakan hasil cerpen dan keseriusan siswa yang
mendengarkan cerpen yang dibacakan. Dari hasil observasi nampak bahwa pada saat siswa membacakan hasil tulisan cerpen
kurang meyakinkan dan siswa lain yang mendengarkan kurang responsif, hal ini karena siswa beranggapan bahwa yang mengajar
bukan guru bahasa yang setiapkali mengajar. Gambar 4.3 Siswa Mempresentasikan Tulisan Cerpen Siklus I
Tabel 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Pada Siklus I
No. Aspek yang Diobservasi
Jumlah Persentase
1 Mencatat
8 80.00
2 Bertanya
3 30.00
3 Menjawab
1 10.00
4 Mengamati
11 110.00
5 Berdiskusi
4 40.00
6 Mengemukakan Pendapat
1 10.00
Jumlah Rata-rata 27
46,66 Sumber : Hasil Observasi Siklus I
Dari hasil pengamatan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme siklus I, sebagian besar siswa belum memiliki aktivitas sesuai yang diharapkan karena rata-rata aktivitas
belajar siswa masih rendah yaitu 46,66, sehingga guru perlu memberikan motivasi kepada siswa. Dengan memberikan motivasi
diharapkan pada siklus berikutnya ada peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Hasil Wawancara Pada Siklus I sasaran wawancara terhadap kepala sekolah
dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Wawancara ini mencakup lima pertanyaan bagi kepala sekolah maupun guru mata
pelajaran yakni:
Wawancara terhadap kepala sekolah : 1 Bagaimanakah sejarah berdirinya sekolah ini ?
2 Bagaimanakah pelaksanaan kurikulum di sekolah ini ? 3 Bagaimanakah pelaksanaan KBM sehari-hari?
4 Bagaimanakah bentuk monitoring dan evaluasi dalam KBM ? 5 Apakah potensi yang dimiliki sekolah ini ?
Wawancara terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia : 1 Bagaimanakah proses KBM sehari-hari ?
2 Kendala apa saja yang dialami ? 3 Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut ?
4 Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar siswa ? 5Apakah pernah Mencoba menerapkan pendekatan
konstruktivisme? Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran yaitu sebelum
pembelajaran dimulai peneliti mewawancarai kepala sekolah dan guru mata pelajaran bahasa indonesia hal ini dilakukan sebagai
penguat jawaban terhadap permasalahan seberapa besar peningkatan keterampilan menulis siswa terhadap pembelajaran
menulis cerpen melalui pendekatan konstruktivisme. Dari kedua guru menjawab bahwa pendekatan
konstruktivisme belum pernah dilaksanakan karena terkait dengan kurangnya keaktivan siswa dalam menulis sangatlah kurang.
Sebelumnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia telah mengajarkan pembelajaran menulis cerpen yang diajarkan di
sekolah-sekolah selama ini menggunakan metode konvensional hasilnya siswa tetap kurang aktif dalam menulis.
3. Hasil Angket
Pengisian angket dilakukan oleh seluruh siswa kelas X sebagai sumber data. Pengisian angket dilakukan setelah
pelaksanaan pembelajaran melalui pembelajaran GI. Tujuan diadakan angket yaitu untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan, guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih optimal,
dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6
Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Menulis cerpen dengan Pendekatan Konstruktivisme Siklus I
No Pernyataan
SS S
KS TS
F F
F F
1 Saya senang belajar
menulis cerpen menggunakan pendekatan
konstruktivisme 8
20,5 2
9 23,0
7 11
28,2 1
11 28,2
1 2
Pembelajaran menulis cerpen menggunakan
pendekatan konstruktivisme yang saya ikuti menarik.
9 23,0
7 6
15,3 8
13 33,3
3 11
28,2 1
3 Belajar dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme,
memotivasi saya untuk menulis cerpen.
9 23,0
7 6
15,3 8
8 20,5
2 1
6 41,0
3 4
Saya merasa mudah dan terbantu dalam menulis
cerpen menggunakan pendekatan konstruktivisme
9 23,0
7 6
15,3 8
8 20,5
2 1
6 41,0
3 5
Pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme
dapat membantu saya dalam menuangkan ide dan
gagasan tentang tokoh dan penokohan
6 15,3
8 10
25,6 4
5 12,8
2 1
8 46,1
5
6 Pembelajaran menulis
cerpen dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme dapat membantu saya
menentukan latar dalam 7
17,9 5
8 20,5
2 12
30,7 7
1 2
30,7 7
membuat cerpen 7
Saya lebih senang pembelajaran seperti ini
daripada pembelajaran biasa.
8 20,5
2 9
23,0 7
11 28,2
1 11
28,2 1
Dari jumlah siswa yang memilih SS, S, KS, dan TS pada setiap aspek angket. Pada aspek pertama yang berisi pernyataan
Saya senang belajar menulis cerpen menggunakan pendekatan konstruktivisme
, ada 8 siswa atau sebesar 20,52 dari keseluruhan jumlah siswa yang memilih SS Sangat Setuju, 9 siswa atau
sebesar 23,07 memilih S Setuju, 11 siswa atau sebesar 28,21 memilih KS Kurang Setuju, dan 11 siswa atau sebesar 28.21
memilih TS Tidak Setuju. Hal ini berarti masih ada siswa yang tidak setuju dengan cara guru menerangkan tentang menulis
cerpen. Oleh karena itu, pada siklus II nanti guru harus berusaha mengatasi kesulitan tersebut, sehingga semua siswa dapat
mendengar isi yang disampaikan. Aspek yang kedua yaitu
Pembelajaran menulis cerpen menggunakan pendekatan konstruktivisme yang saya ikuti menarik
. Aspek ini diperoleh 9 siswa atau sebesar 23,07 memilih SS
Sangat Setuju, 6 siswa atau sebesar 15,38 memilih S Setuju, 13 siswa atau sebesar 33,33 memilih KS Kurang Setuju, dan 11
siswa atau sebesar 28,21 memilih TS Tidak Setuju. Hal ini berarti setengah lebih siswa kelas VII-B kurang menyukai isi
wawancara, sisanya menyukai. Aspek yang ketiga berisi, ”
Belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, memotivasi saya untuk menulis cerpen
.
Aspek ini diperoleh 9 siswa atau sebesar 23,07 dari keseluruhan jumlah siswa memilih SS Sangat Setuju, 6 siswa atau sebesar
15,38 memilih S Setuju, 8 siswa atau sebesar 20,52 memilih KS Kurang Setuju, dan siswa yang memilih TS 16 siswa atau
41,03. Aspek yang keempat berisi, ”
Saya merasa mudah dan terbantu dalam menulis cerpen menggunakan
pendekatan konstruktivisme
. Aspek ini diperoleh 9 siswa atau sebesar 23,07 dari keseluruhan jumlah siswa memilih SS Sangat Setuju, 6 siswa
atau sebesar 15,38 memilih S Setuju, 8 siswa atau sebesar 20,52 memilih KS Kurang Setuju, dan siswa yang memilih TS
16 siswa atau 41,03. Aspek yang kelima yaitu,
Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat membantu saya
dalam menuangkan ide dan gagasan tentang tokoh dan penokohan
. Pada aspek ini diperoleh 6 siswa atau sebesar 15,38 dari
keseluruhan jumlah siswa memilih SS Sangat Setuju, 10 siswa atau sebesar 25,64 memilih S Setuju, 5 siswa atau sebesar
12,82 memilih KS Kurang Setuju, dan 18 siswa atau sebesar 46,15 memilih TS Tidak Setuju.
Aspek yang keenam berisi, ”
Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat membantu saya
menentukan latar dalam membuat cerpen
. Pada aspek ini diperoleh 7 siswa atau sebesar 17,95 dari keseluruhan jumlah siswa memilih
SS Sangat Setuju, 8 siswa atau sebesar 20,52 memilih S
Setuju, 12 siswa atau sebesar 30,77 memilih KS Kurang Setuju, dan 12 siswa atau sebesar 30,77 memilih TS Tidak
Setuju. Aspek yang terakhir ketujuh yaitu berisi,
Saya lebih senang pembelajaran seperti ini daripada pembelajaran biasa
. Pada aspek ini, diperoleh 8 siswa atau sebesar 23,07 memilih ST Sangat
Setuju, 9 siswa atau sebesar 23,07 memilih S Setuju, 11 siswa atau sebesar 28,21 memilih KS Kurang Setuju, dan 11 siswa
atau sebesar 28,21 memilih TS Tidak Setuju. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, respon siswa terhadap
pembelajaran menulis cerpen menggunakan teknik pendekatan konstruktivisme sangatlah baik dan dapat mendorong siswa dalam
melakukan pembelajaran. Dengan adanya perubahan metode yang dilakukan guru terhadap sebuah pembelajaran, tentu dapat
mengubah gaya belajar siswa serta memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.
Refleksi Siklus I
Hasil tes menulis cerpen siklus I mencapai rata-rata 69,82 atau berkategori cukup baik. Permasalahan ini disebabkan karena
siswa kurang memahami materi menulis cerpen. Siswa tidak mengetahui cara menulis cerpen yang benar. Aspek tema dan
amanat, aspek tokoh dan penokohan, dan aspek latar belum
begitu dikuasai. Hal ini disebabkan juga karena siswa masih jarang berlatih menulis cerpen, sehingga pengetahuan mengenai materi
menulis cerpen tersebut kurang dikuasai. Pada data nontes siklus I yang berupa observasi dapat
diketahui bahwa siswa senang dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru melalui pendekatan konstruktivisme. Namun
demikian, pada siklus I ini masih ada beberapa siswa yang berperilaku negatif selama pembelajaran berlangsung. Mereka ada
yang masih ramai sendiri, melamun, dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, masih banyak siswa yang bersikap
pasif. Mereka malu dan takut menanggapi. Mereka mau menanggapi kalau ditunjuk saja. Sedangkan data angket tentang
respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme sebagian besar siswa kurang setuju dengan
pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme.
2. Hasil Penelitian Siklus II a. Hasil tes